You are on page 1of 29

Pengujian Tensile

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pemilihan bahan untuk perancangan suatu produk adalah suatu hal yang sangat penting. Hal ini dikarenakan sifat bahan yang digunakan untuk mempegaruhi umur dari produk tersebut. Oleh karena itu seorang desainer harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang sifat-sifat suatu bahan atau material, seperti kekuatan bahan, kekerasan, katahanan terhadap radiasi dan alin-lain.

Untuk mengetahui ketangguhan suatu bahan terlebih dahulu dilakukan suatu pengujian atau percobaan. Salah satu hal yang menyangkut ketangguhan suatu bahan yaitu kemampuan bahan tersebut dalam menerima gaya tarik.

Untuk mengetahui seberapa besar tegangan tarik yang dapat diterima suatu bahan tersebut maka dapat diuji lewat suatu percobaan disebut tensile test/uji tarik. Hal-hal yang melatarbelakangi sehingga diadakan pengujian tarik yaitu kemudahan dalam menghasilkan tegangan uniform pada penampang. Kebanyakan bahan mempunyai kelemahan menerima beban tarik.

Untuk itu mahasiswa dianggap perlu mengatahui sifat-sifat mekanik suatu bahan atau material dengan mengadakan suatu percobaan tensile test (uji tarik).

Arby Manan Laboratorium Metalurgi Fisik 2011

Pengujian Tensile

B. Tujuan dan Manfaat Pengujian Tujuan pengujian 1. Praktikan dapat membuat diagram tegangan regangan 2. Praktikan mampu menunjukkan daerah luluh, proporsional, ultimate, dan break 3. Dapat mengetahui tegangan dan regangan teknis dan tegangan regangan sebenarnya 4. Mengetahui prosedur pengujian 5. Mengetahui sifat-sifat bahan terhadap beban aksial 6. Mengetahui pengertian keuletan dan kekuatan

Manfaat Pengujian 1. Dapat mengetahui tentang pengujian tarik,alt dan bahan yang digunakan 2. Dapat mengetahui sifat sifat dari logam setelah melakukan pengujian tarik 3. Dapat mengaplikasikan teori tentang kekuatan tarik yang telah diperoleh dalam perkuliahan 4. Dapat mengetahui jenis-jenis perpatahan yang diperoleh dati pengujian tarik 5. Dapat mengetahui hubungan antara tegangan dan regangan dengan menggambarkan grafik tegangan reganagan

Aplikasi 1. Dapat mengetahui sifat-sifat suatu bahan dapat dilakukan perancangan produk yang aman. 2. Dengan adanya tensile test, maka pemilihan bahan dapat dilakukan sesuai dengan karakteristiknya 3. 4. Dapat menekan biaya produksi bagi industri Dengan pengujian tersebut, industri dapat mengetahui data-data kekuatun suatu meterial 5. Dapat meningkatkan nilai atau mutu suatu bahan/material. Arby Manan Laboratorium Metalurgi Fisik 2011

Pengujian Tensile

BAB II LANDASAN TEORI


A. Pengertian Pengujian Tarik Pengujian tarik adalah suatu pengukuran terhadap bahan untuk mengetahui keuletan dan ketangguhan suatu bahan terhadap tegangan tertentu serta pertambahan panjang yang dialami oleh bahan tersebut. Pada uji tarik (Tensile Test) kedua ujung benda uji dijepit, salah satu ujung dihubungkan dengan perangkat penegang.

Regangan diterapkan melalui kepala silang yang digerakkan motor dan alongasi benda uji, dengan pergerakan relatif dari benda uji. Beban yang diperlukan untuk mengasilkan regangan tersebut, ditentukan dari difleksi suatu balok atau proving ring, yang diukur dengan menggunakan metode hidrolik, optik atau elektro mekanik.

Uji tarik merupakan salah satu pengujian untuk mengetahui sifat-sifat suatu bahan. Dengan menarik suatu bahan kita akan segera mengetahui bagaimana bahan ini bereaksi terhadap tenaga tarikan dan mengetahui sejauh mana material itu bertambah panjang. Alat eksperimen untuk uji tarik ini harus memiiliki cengkeraman yang kuat dan kekakuan yang tinggi (highly stiff).

Banyak hal yang dapat kita pelajari dari hasil uji tarik. Bila kita terus menarik suatu bahan sampai putus, kita akan mendapatkan profil tarikan yang lengkap yang berupa kurva seperti gambar berikut.

Arby Manan Laboratorium Metalurgi Fisik 2011

Pengujian Tensile Kurva ini menunjukkan hubungan antara gaya tarikan dengan perubahan panjang. Profil ini sangat diperlukan dalam desain yang memakai bahan tersebut.

(a)

(b)
Gambar 2.(a Profil tarikan lengkap dan kurva hubungan gaya dengan perubahan panjang, (b) kurva tegangan regangan

Keterangan : Arby Manan Laboratorium Metalurgi Fisik 2011

Pengujian Tensile P : Titik Proporsional, yaitu daerah dimana berlakunya Hukum Hooke.

Y : Titik Yield, yaitu titik dimana mulur mulai terjadi deformasi plastis, perpanjangan dan pengecilan luas penampang. U : Titik ultimate, merupakan titik dimana terjadi tegangan maksimum yang terjadi pada bahan yang ditarik. Dapat pula disebut tegangan tarik maksimum yang dapat diterima oleh bahan, yang merupakan awal terjadinya necking.

B : Titik Break, dimana bahan telah putus apabila terus dibebani. E : Titik elastisitas yaitu kondisi bahan sedemikian sehingga apabila beban dihilangkan, maka panjang specimen akan kembali ke posisi semula.

Pada pergeseran yang lebih tinggi, terjadi pergeseran tetap dari atom-atom dalam suatu bahan disamping regangan elastis. Regangan tahap ini tak mampu balik. Pada saat regangan semacam ini diperlukan pada proses pengerjaan bahan. Pada pemakaian pendek, kita selalu menghindarkan terjadinya deformasi plastis sehingga perhitungan desain dilandaskan pada tegangan di daerah elastis (proporsional).

Arby Manan Laboratorium Metalurgi Fisik 2011

Pengujian Tensile B. Mesin Alat Tarik Lengkap Dengan Keterangan

C. Prilaku pelastik dan prilaku elastik Pengalaman memperlihatkan bahwa semua bahan padat dapat diubah bentuk apabila mengalami pembebanan luar. Selanjutnya didapat bahwa sampai dengan batas (limiting loads) tertentu, benda padat akan memperoleh kembali ukuran aslinya bilamana beban ditiadakan. Hal ini dikenal dengan perlakuan elastik. Beban atas yang kalau dilampaui menyebabkab bahan tidak dapat kembali ke bentuk semula dinamakan perlakuan plastik. Untuk sebagian besar bahan selama beban tidak melampaui natsa elastik. deformasi sepadan dengan beban. Hubungan ini dikenal dengan hokum hooke. Hal ini lebih

Arby Manan Laboratorium Metalurgi Fisik 2011

Pengujian Tensile sering dinyatakan sebagai tegangan sepadan dengan regangan. Hokum hooke mensyaratkan bahwa hubungan beban deformasi itu linear. Deformasi elastik dalam bahan cukup kecil dan memerlukan instrumen yang sangat peka untuk mengukurnya. Alat ini akan memperlihatkan bahwa batas elastik logam jauh lebih rendah dari harga yang biasanya diukur dalam pengujian teknik logam. Karena alat ukur akan menjadi lebih peka, batas elastik menurun, sehingga untuk sebagian besar logam hanya didapat suatu daerah beban agak sempit dimana hokum hooke berlaku dengan ketat. Tetapi terutama hanya untuk kepentingan akademis. Untuk desain rekayasa hokum hooke tetap merupakan suatu hubungan yang benar-benar berlaku( quite valid).
(sumber:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15945/1/sti-jan2006%20%289%29.pdf)

D. Tegangan rata-rata Besar tegangan rata-rata pada suatu bidang dapat didefinisikan sebagai intensitas gaya yang bekerja pada bidang tersebut. Sehingga secara matematis tegangan normal rata-rata dapat dinyatakan sebagai:

Dimana : -rata (N/mm2 = MPa)

P = gaya yang bekerja (N) A = luas bidang (mm2)

(sumber:library.gunadarma.ac.id/journal-abstract-2926.pdf)

Arby Manan Laboratorium Metalurgi Fisik 2011

Pengujian Tensile

Rumus umum tegangan :

x = teg normal arahnya // sb.x y = teg normal arahnya // sb.y

Gambar 3. Notasi dan arah tegangan pada elemen bidang

(sumber:http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=5&ved=0CD8QFjAE &url=http%3A%2F%2Fft.unitomo.ac.id%2Fwpcontent%2Fuploads%2F2010%2F03%2F2.-Teori-

Arby Manan Laboratorium Metalurgi Fisik 2011

Pengujian Tensile
Tegangan.ppt&ei=ypaSTfeKMIW8vQP834C9CA&usg=AFQjCNF3PtgrWXA6009QT VZfxEh58nXtww)

Regangan rata-rata Regangan yang didapatkan adalah regangan linear rata-rata, yang diperoleh dengan cara membagi perpanjangan (gage length) benda uji (d atau DL), dengan panjang awal. e = d/ Lo = DL/ Lo = ( L - Lo ) / Lo
(sumber:http://id-id.facebook.com/note.php?note_id=144902538885725)

Regangan normal merupakan perubahan panjang spesifik. Regangan normal rata-rata dinyatakan oleh perubahan panjang dibagi dengan panjang awal, atau secara matematis dapat dituliskan:

Dimana : ij = regangan normal rata-rata l=u= perubahan panjang pada arah (mm)

l1 = panjang awal pada arah (mm) i j = sumbu koordinat pada sistem sumbu silang, x, y, z.
(sumber:library.gunadarma.ac.id/journal-abstract-2926.pdf)

E. Deformasi Tarik Logam Ulet

Data dasar tentang sifat mekanik logam ulet(ductile metal) diperoleh dari percobaan uji tarik, di mana sebuah benda uji dengan desain tertentu mengalami beban aksial yang semakin besar samapi benda uji patah. Data

Arby Manan Laboratorium Metalurgi Fisik 2011

Pengujian Tensile yang diperoleh dari uji tarik pada umumnya digambarkansebagai diagram tegangan regangan.

Gambar 4. Garis lengkung tegangan-regangan tarik tipikal

Gambar diatas memperlihatkan sebuah garis lengkung tegangan regangan untuk logam seperti aluminium atau tembaga. Bagian awal linear garis

melengkung OA merupakan daerah elastik di mana hokum hooke berlaku. Titik A adalah batas elastik yang didefinisikan sebagai tegangan terbesar yang dapat ditahan oleh logam tanpa mengalami regangan permanen apabila beban ditiadakan. Penentuan batas elastic cukup rumit, bukan percobaan rutin dan tergantung dari kepekaan instrumen pengukur regangan . itulah sebabnya batas elastik itu sering disebut batas proporsional(batas utama), yaitu titik A. batas proporsional adalah tegangan dimana garis lengkung tegangan-tegangan menyimpang dari kelinearannya . kemiringan di daerah tersebut ialah modulus elastic.

Untuk keperluan rekayasa, batas prilaku elastic yang berguna adalah kekuatan luluh yaitu titik B. kekuatan luluh didefinisikan sebagai tegangan yang akan menghasilkan deformasi permanen dalam jumlah kecil yang pada umumnya sama dengan regangan sebesar 0.002. di gambar tersebut regangan permanen ini atau offset, ialah OC, deformasi plastik dimulai kalau batas elastik dilampaui, kalau deformasi plastik benda uji bertambah besar, logam menjadi lebih kuat(pengerasan regangan). Sehingga yang diperlukan untuk memanjangkan benda uji bertambah besar pada peregangan selanjutnya, Arby Manan Laboratorium Metalurgi Fisik 2011

Pengujian Tensile akhirnya beban mencapai harga maksimum. Beban maksimum yang dibagi oleh luas asli benda uji ialah kekuatan tarik maksimum. Untuk logam yang ulet, garis tengah benda uji mulai mengecil dengan cepat melampaui beban maksimum sehingga beban yang diperlukan untuk meneruskan deformasi terus turun sampai batas uji patah. Karena tegangan rata-rata didasarkan luas asli beban uji, maka tegangan rata-rata pun turun dari beban maksimum sampai patah.
(sumber:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15945/1/sti-jan2006%20%289%29.pdf)

F. Metode Offset Metode Offset adalah metode yang digunakan untuk menentukan titik yielding pada material yang tidak diketahui titik yieldingnya. Contoh penentuannya :

0,2%

P Ao
= jarak antara titik proporsional dengan break point; = regangan Baik untuk plat maupun silinder,

Dimana : P Ao

nilai regangan (A) dapat dihitung dengan rumus:


L B Lo Lo

Ao

Misal : Lb = 240mm P = 30 Lo = 120 mm

Arby Manan Laboratorium Metalurgi Fisik 2011

Pengujian Tensile
Ao Jadi, 0,2 P 30 0,2 6 Ao 1 Lb Lo 240 120 1mm Lo 120

Baja berkekuatan tinggi dan besi tuang yang getas umumnya tidak memperlihatkan batas luluh yang jelas. Untuk menentukan kekuatan luluh material seperti ini maka digunakan suatu metode yang dikenal sebagai Metode Offset. Dengan metode ini kekuatan luluh (yieldstrength) ditentukan sebagai tegangan dimana bahan memperlihatkan batas penyimpangan/deviasi tertentu dari proporsionalitas tegangan dan regangan . Pada Gambar berikut( gambar 4) di bawah ini garis offset OX ditarik paralel dengan OP, sehingga perpotongan XW dan kurva tegangan-regangan memberikan titik Y sebagai kekuatan luluh. Umumnya garis offset OX diambil 0.1 0.2% dari regangan total dimulai dari titik O.

Gambar 5. Kurva tegangan-regangan dari sebuah benda uji terbuat dari bahan getas

Kekuatan luluh atau titik luluh merupakan suatu gambaran kemampuan bahan menahan deformasi permanen bila digunakan dalam penggunaan struktural yang melibatkan pembebanan mekanik seperti tarik, tekan bending atau puntiran. Di sisi lain, batas luluh ini harus dicapai ataupun dilewati bila Arby Manan Laboratorium Metalurgi Fisik 2011

Pengujian Tensile bahan (logam) dipakai dalam proses manufaktur produk-produk logam seperti proses rolling, drawing, stretching dan sebagainya. Dapat dikatakan bahwa titik luluh adalah suatu tingkat tegangan yang: Tidak boleh dilewati dalam penggunaan struktural (in service) Harus dilewati dalam proses manufaktur logam (forming process)

(sumber:http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/203f21941a45967f2725262fb7 29753931ce61b8.pdf)

G. Prilaku Ulet Getas

Perilaku umum bahan yang dibebani dapat diklasifikasikan sebagai ulet atau getas, tergantung apakah bahan itu memperlihatkan kemampuan untuk mengalami deformasi plastis atau tidak. Bahan yang getas, adanya deformasi akan patah hampir pada batas elastik, (seperti gambar 5). Sedangkan logam getas seperti misalnya besi cor putih, memperlihatkan plastik dalam jumlah kecil sebelum patah(gambar 5). Keuletan yang memadai merupakan suatu pertimbangan rekayasa yang penting, sebab keuletan memberikan kesempatan pada bahan untuk distribusi ulang tegangan setempat, bilamana tegangan di sekitar takik dan pada konsentrasi tegangan lain kebetulan tidak perlu di perhatikan.Ada kemungkinan membuat disain untuk situasi statis atas dasar tegangan rata-rata.Tetapi dengan bahan yang sifatnya getas, tegangan yang dialokasikan terus menerus bertambah besar, apabila tidak terjadi luluh local(local yielding). Akhirnya terbentuklah retak pada satu atau lebih konsentrasi tegangan yang menjalar dengan cepat. Bahkan apabila tidak terdapat konsentrasi tegangan dalam logam getas, perpatahan akan tetap terjadi dengan tiba-tiba, sebab tegangan luluh praktis identik dengan kekuatan tarik. Penting untuk dicatat, bahwa kegetasan bukan merupakan sifat mutlak logam. Logam seperti misalnya tungsten yang getas pada temperatur tinggi.

Arby Manan Laboratorium Metalurgi Fisik 2011

Pengujian Tensile

Gambar 6. (a) garis lengkung teg-reg untuk bahan yang getas sempurna (perilaku ideal), (b) garis lengkung Teg-Reg untuk logam getas dengan sedikit keuletan.

(sumber:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15945/1/sti-jan2006%20%289%29.pdf)

Takikan yang lancip dan dalam mungkin akan menyebabkan: 1. Penurunan kekuatan pada bahan yang getas 2. Peningkatan kekuatan pada bahan yang ulet Bahan getas adalah sensitif terhadap takikan .Efek dari faktor konsentrasi tegangan pada penggunaan tegangan patah dari bahan sensitif terhadap takikan Bahan ulet adalah tidak terlalu sensitif terhadap takikan dan dimungkinkan terjadi penguatan karena takikan. Tegangan luluh tarik dari bahan ulet kemungkinan akan meningkat dengan adanya sebuah takikan yang berhubungan dengan pembatasan (constraint).

3 F Elastis Elastis F 1 2 Plastis

Gambar 7. Pembatasan deformasi plastis bahan oleh bahan yang elastis

Arby Manan Laboratorium Metalurgi Fisik 2011

Pengujian Tensile
(http://www.google.co.id/search?hl=id&cr=countryID&client=firefoxa&rls=org.mozilla%3AenUS%3Aofficial&tbs=ctr%3AcountryID&q=SIFAT+ULET +DAN+GETAS+PADA+BAHAN&aq=f&aqi=&aql=&oq=)

H. MULUR Creep adalah deformasi plastis yang berjalan tergantung dengan waktu. Parameter yang digunakan untuk fenomena mulur / creep adalah tegangan (), Temperatur (T), dan waktu (t). Untuk mengetahui tentang laju creep pada material di lakukan creep test, dimana material diberi pembebanan konstan dalam jangka waktu yang lama yang kemudian hasilnya diplot dalam bentuk kurva uji creep.

Terdapat tiga daerah creep yaitu, daerah I merupakan daerah dimana laju creep tinggi , daerah II disebut juga daerah steady state yang menunjukkan daerah stabil dan merupakan daerah keseimbangan terjadinya proses pengerasan dan pelunakan material (kurva berbentuk linier), daerah III merupakan daerah tertier yaitu daerah dimana material mulai mengalam rupture atau dalam keadaan tidak aman. Dari creep test didapat kurva creep pada pembebanan dan tegangan Arby Manan Laboratorium Metalurgi Fisik 2011

Pengujian Tensile konstan sebagai berikut:

Kurva diatas didapat dari creep test yang memiliki kelemahan dalam pengerjaannya yaitu waktu yang lama (10000 jam), beban rendah, sulit untuk mendapatkan kurvanya karena tiap kali pengecilan penampang perlu penurunan tegangan. Untuk itu agar creep lebih mudah di amati maka dilakukan creep rupture test yang menggunakan beban yang besar dan waktu yang singkat. Adapun gambar daripada mulur adalah sebagai berikut:

Arby Manan Laboratorium Metalurgi Fisik 2011

Pengujian Tensile

Gambar 8. Mulur (sumber:http://www.scribd.com/doc/39831535/FENOMENA-MULUR)

I. Necking Necking atau distribusi tegangan pada daerah penyempitan setempat pada uji tarik menimbulkan keadaan tegang tiga sumbu pada daerah penyempitan. Daerah penyempitan setempat sebenarnya merupakan fetique halus. Fatik yang dikenai beban tarik akan menghasilkan tegangan linear yang diperlukan dengan cara membagi beban tarik aksial dengan luas penampang lintas benda uji pada daerah penyempitan terkecil, lebih tinggi, dari pada yang dibutuhkan untuk menghasilkan aliran jika tegangan tariknya sederhana. Pada umumnya necking terjadi ditenganh atau titik berat spesimen. Hal ini disebabkan karena distribusi tegangan yang tidak merata pada spesimen. Arby Manan Laboratorium Metalurgi Fisik 2011

Pengujian Tensile

Necking
Gambar 9. Daerah Necking (sumber:http://en.wikipedia.org/wiki/Necking_%28engineering%29)

J. Kurva Tegangan-Regangan Rekayasa Tegangan yang didapatkan dari kurva tegangan teoritik adalah tegangan yang membujur rata-rata dari pengujian tarik. Tegangan tersebut diperoleh dengan cara membagi beban dengan luas awal penampang lintang benda uji itu. = P / Ao Regangan yang didapatkan adalah regangan linear rata-rata, yang diperoleh dengan cara membagi perpanjangan (gage length) benda uji ( atau L), dengan panjang awal. e = / Lo = L/ Lo = ( L - Lo ) / Lo Karena tegangan dan regangan dipeoleh dengan cara membagi beban dan perpanjangan dengan faktor yang konstan, kurva beban perpanjangan akan mempunyai bentuk yang sama seperti pada gambar 2.4. Kedua kurva sering dipergunakan.

Arby Manan Laboratorium Metalurgi Fisik 2011

Pengujian Tensile

Gambar 10. Kurva Tegangan Regangan teknik ( - )

Bentuk dan besaran pada kurva tegangan-regangan suatu logam tergantung pada komposisi, perlakukan panas, deformasi plastis yang pernah dialami, laju regangan, temperatur, dan keadaan tegangan yang menentukan selama pengujian. Parameter-parameter yang digunakan untuk menggambarkan kurva tegangan-regangan logam adalah kekuatan tarik, kekuatan luluh atau titik luluh, persen perpanjangan, dan pengurangan luas. Parameter pertama adalah parameter kekuatan, sedangkan yang kedua menyatakan keuletan bahan.
(sumber:http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=6&ved=0CD0QFjAF &url=http%3A%2F%2Fyefrichan.files.wordpress.com%2F2010%2F05%2Fsifatmaterial1.doc&ei=BpeSTcOFNJGmvgP_gom9CA&usg=AFQjCNH8xZy8brJAuGYz CgbqxLrQQJ_lkw)

Pengukuran Batas Luluh (Yielding) Batas luluh adalah titik yang menunjukkan perubahan dari deformasi elastis ke deformasi plastis.Tegangan dimana deformasi atau batas luluh mulai teramati tergantung pada kepekaan pengukuran regangan.Telah Arby Manan Laboratorium Metalurgi Fisik 2011

Pengujian Tensile digunakan berbagai kriteria permulaan batas luluh tergantung pada ketelitian pengukuran tegangan dan data-data yang digunakan. 1. Batas elastik sejati berdasarkan pada pengukuran regangan mikro pada skala regangan 2 X 10-6 inci/inci. Batas elastik nilainya sangat rendah dan dikaitkan dengan gerakan beberapa ratus dislokasi. 2. Batas proporsional adalah tegangan tertinggi untuk daerah hubungan proporsional antara tegangan-regangan. Harga ini diperoleh dengan cara mengamati penyimpangan dari bagian garis lurus kurva tegangan-regangan. 3. Batas elastik adalah tegangan terbesar yang masih dapat ditahan oleh bahan tanpa terjadi regangan sisa permanen yang terukur pada saat beban telah ditiadakan. Dengan bertambahnya ketelitian pengukuran regangan, nilai batas elastiknya menurun hingga suatu batas yang sama dengan batas elastik sejati yang diperoleh dengan cara pengukuran regangan mikro. Dengan ketelitian regangan yang sering digunakan pada kuliah rekayasa (10-4 inci/inci), batas elastik lebih besar daripada batas proporsional. Penentuan batas elastik

memerlukan prosedur pengujian yang diberi beban-tak diberi beban (loading-unloading) yang membosankan. 4. Kekuatan luluh adalah tegangan yang dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah kecil deformasi plastis yang ditetapkan. Definisi yang sering digunakan untuk sifat ini adalah kekuatan luluh ofset ditentukan oleh tegangan yang berkaitan dengan perpotongan antara kurva teganganregangan dengan garis yang sejajar dengan elastis ofset kurva oleh regangan tertentu. Di Amerika Serikat ofset biasanya ditentukan sebagai regangan 0,2 atau 0,1 persen (e = 0,002 atau 0,001).

Cara yang baik untuk mengamati kekuatan luluh ofset adalah setelah benda uji diberi pembebanan hingga 0,2% kekuatan luluh ofset dan kemudian pada saat beban ditiadakan maka benda ujinya akan bertambah panjang 0,1 sampai dengan 0,2%, lebih panjang daripada saat dalam keadaan diam. Arby Manan Laboratorium Metalurgi Fisik 2011

Pengujian Tensile Tegangan ofset di Britania Raya sering dinyatakan sebagai tegangan uji (proff stress), di mana harga ofsetnya 0,1% atau 0,5%. Kekuatan luluh yang diperoleh dengan metode ofset biasanya dipergunakan untuk perancangan dan keperluan spesifikasi, karena metode tersebut terhindar dari kesukaran dalam pengukuran batas elastik atau batas proporsional. Beberapa bahan pada dasarnya tidak mempunyai bagian linier pada kurva tegangan-regangannya, misal tembaga lunak atau besi cor kelabu. Untuk bahan-bahan demikian, metode ofset tidak dapat digunakan dan untuk pemakaian praktis, kekuatan luluh didefinisikan sebagai tegangan yang diperlukan untuk menghasilkan regangan total tertentu, misalnya = 0,005.
(Sumber:http://belajarmetalurgi.blogspot.com/2011/02/pendahuluan-dalamkehidupan-sehari-hari.html)

Pengukuran Keliatan (Ductility) Keliatan ialah salah satu sifat logam yang menunjukkan mudah tidaknya logam tersebut berdeformasi tanpa patah atau menunjukkan kemampuan logam untuk mengalir secara plastistanpa patah ketika dilakukan proses pengubahan bentuk Ductility ini biasanya ditunjukkan oleh besarnyaregangan total (b) dari logam yang mampudicapai sampai logam tersebut patah ataubesarnya reduksi luas penampang melintangsampai logam tersebut patah (q ).
(sumber:http://www.scribd.com/doc/51369279/Material-Teknik-Lanjut-3

Modulus Elastisitas Regangan awal berbanding lurus dengan besarnya tegangan disamping itu ia akan mampu balik (reversible). Setelah tegangan ditadakan regangan

lenyap. Regangan linear yang mampu balik ini kita sebut regangan elastis. Modulus elastisitas adalah perbandingan antara tegangan dan regangan mampu balik (e) E=

Arby Manan Laboratorium Metalurgi Fisik 2011

Pengujian Tensile Suatu metric modulus young ( ) adalah pascal (biasanya Mpa). Pada regangan yang lebih tinggi terjadi pergeseran tetapi ini tidak mampu balik pada saat tegangan ditiadakan, regangan ini disebut regangan plastic. Pada pemakaian produk kita selalu menghindarkan terjadinya deformasi plastic sehingga perhitungan disain ini dilandaskan pada regangan-tegangan pada daerah plastic (proporsional) dibawah kekuatan luluh akan naik denagan naiknya tegangan sampai terjadi deformasi dibawah kekuatan luluh. Regangan ini mampu balik, sedangkan regnagan plastic tidak.

(sumber:http://belajarmetalurgi.blogspot.com/2011/02/pendahuluan-dalam-kehidupansehari-hari.html)

Kelentingan (Resilience) Kelentingan adalah kemampuan suatu bahan untuk menyerap energi pada waktu berdeformasi secara elastis dan kembali ke bentuk awal apabila bebannya dihilangkan. Kelentingan biasanya dinyatakan sebagai modulus kelentingan, yakni energi regangan tiap satuan volume yang dibutuhkan untuk menekan bahan dari tegangan nol hingga tegangan luluh 0. Untuk menahan beban ebergi pada pemakaian di mana bahan tidak mengalami deformasi permanen, misal pegas mekanik, adalah data bahan

Arby Manan Laboratorium Metalurgi Fisik 2011

Pengujian Tensile yang memiliki tegangan luluh tinggi dan modulus elastisitas rendah. Tabel 2 memberikan beberapa modulus kelentingan untuk berbagai bahan.

Bahan E, Psi so, Psi Modulus kelentingan UR Baja karbon rendah 30 X 106 45,000 33,7 Baja pegas karbon tinggi 30 X 106 140,000 320 Duralumunium 10,5 X 106 18,000 17 Tembaga 16 X 106 4,000 5,3 Karet 150 300 300 Polimer akrilik 0,5 X 106 2,000 4,0
(sumber:http://belajarmetalurgi.blogspot.com/2011/02/pendahuluan-dalamkehidupan-sehari-hari.html)

Baja Pegas Karbon Tinggi Baja pega karbon tinggs adalah baja karbon yang mengandung 0,5-1,0 % karbon atau baja karbon rendah yang dicampur dengan Si, Mn dan Cr sampai 1%. Baja pegas Karbon tinggi direkomendasikan untuk aplikasi dengan tingkat benturan yang tinggi dan tingkat abrasi rendah

Ketangguhan (Toughness) Ketangguhan (Toughness) adalah kemampuan menyerap energi pada daerah plastik. Kemampuan untuk menahan beban yang kadang-kadang diatas tegangan luluh tanpa terjadi patah, dan khususnya diperlukan pada bagianbagian rantai, roda gigi, kopling mobil barang, dan cangkuk kran. Pada umumnya ketangguhan menggunakan konsep yang sukar dibuktikan atau didefinisikan. Salah satu menyatakan ketangguhan adalah meninjau luas keseluruhan daerah di bawah kurva tegangan-regangan. Luas ini menunjukan jumlah energi tiap satuan volume yang dapat dikenakan kepada bahan tanpa mengakibatkan pecah. Baja pegas karbon tinggi mempunyai kekuatan luluh dan kekuatan tarik lebih tinggi dibandingkan baja struktur karbon menengah. Arby Manan Laboratorium Metalurgi Fisik 2011

Pengujian Tensile Akan tetapi baja struktur lebih liat dan memiliki perpanjangan total lebih besar. Luas keseluruhan daerah dibawah kurva tegangan-regangan lebih besar untuk baja struktur, oleh karena itu baja struktur merupakan bahan yang lebih tangguh. Hal ini menunjukan bahwa ketangguhan adalah parameter yang terdiri dari dua hal yakni tegangan dan keliatan. Terdapat beberapa cara pendekatan matematik untuk menentukan luas daerah di bawah kurva tegangan- regangan. Untuk logam- logam getas, kadang-kadang teganganregangan dianggap sebagai parabola.
(sumber:http://belajarmetalurgi.blogspot.com/2011/02/pendahuluan-dalamkehidupan-sehari-hari.html)

K. Kurva Tegangan-Regangan Sejati Kurva tegangan regangan teknik tidak memberikan indikasi karekteristik deformasi yang sesungguhnya, karena kurva tersebut semuanya berdasarkan pada dimensi awal benda uji, sedangkan selama pengujian terjadi perubahan dimensi. Pada tarik untuk logam liat, akan terjadi penyempitan setempat pada saat beban mencapai harga maksimum. Karena pada tahap ini luas penampang lintang benda uji turun secara cepat, maka beban yang dibutuhkan untuk melanjutkan deformasi akan segera mengecil.

Kurva tegangan regangan teknik juga menurun setelah melewati beban maksimum. Keadaan sebenarnya menunjukkan, logam masih mengalami pengerasan regangan sampai patah sehingga tegangan yang dibutuhkan untuk melanjutkan deformasi juga bertambah besar. Tegangan yang sesungguhnya (s) adalah beban pada saat manapun dibagi dengan luas penampang lintang benda uji, Ao dimana beban itu bekerja.
(sumber:http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=6&ved=0CD0QFjAF &url=http%3A%2F%2Fyefrichan.files.wordpress.com%2F2010%2F05%2Fsifatma terial1.doc&ei=BpeSTcOFNJGmvgP_gom9CA&usg=AFQjCNH8xZy8brJAuGYzCg bqxLrQQJ_lkw)

Arby Manan Laboratorium Metalurgi Fisik 2011

Pengujian Tensile

Kurva tegangan-regangan rekayasa didasarkan atas dimensi awal (luas area dan panjang) dari benda uji, sementara untuk mendapatkan kurva tegangan-regangan sesungguhnya diperlukan luas area dan panjang aktual pada saat pembebanan setiap saat terukur. Perbedaan kedua kurva tidaklah terlampau besar pada regangan yang kecil, tetapi menjadi signifikan pada rentang terjadinya pengerasan regangan (strain hardening), yaitu setelah titik luluh terlampaui. Secara khusus perbedaan menjadi demikian besar di dalam daerah necking. Pada kurva tegangan-regangan rekayasa, dapat diketahui bahwa benda uji secara aktual mampu menahan turunnya beban karena luas area awal Ao bernilai konstan pada saat penghitungan tegangan = P/Ao. Sementara pada kurva tegangan-regangan sesungguhnya luas area actual adalah selalu turun hingga terjadinya perpatahan dan benda uji mampu menahan peningkatan tegangan karena = P/A. Gambar 10. di bawah ini memperlihatkan contoh kedua kurva teganganregangan tersebut pada baja karbon rendah (mild steel).

Gambar 11. Perbandingan antara kurva tegangan-regangan rekayasa dan sesungguhnya dari baja karbon rendah (mild steel)

(sumber:http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/203f21941a45967f2725262fb7 29753931ce61b8.pdf)

Arby Manan Laboratorium Metalurgi Fisik 2011

Pengujian Tensile

L. Aplikasi Tensile Dalam Dunia Industri Uji tarik mungkin adalah cara pengujian bahan yang paling mendasar. Pengujian ini sangat sederhana, tidak mahal dan sudah mengalami standarisasi di seluruh dunia. Dengan menarik suatu bahan maka kita akan segera mengetahui bagaimana bahan tersebut bereaksi terhadap tenaga tarikan dan mengetahui sejauh mana material itu bertambah panjang. Alat eksperimen untuk uji tarik ini harus memiliki cengkeraman (grip) yang kuat dan kekakuan yang tinggi (highly stiff). Brand terkenal untuk alat uji tarik antara lain adalah antara lain adalah Shimadzu, Instron dan Dartec.

Gambar 12. Aplikasi tensile

Ada beberapa aplikasi pada pengujian tensile yang dapat diterapkan dalam dunia industri yakni sebagai berikut: 1. Dapat mengetahui sifat-sifat suatu bahan dapat dilakukan perancangan produk yang aman. 2. Dengan adanya tensile test, maka pemilihan bahan dapat dilakukan sesuai dengan karakteristiknya 3. Dapat menekan biaya produksi bagi industri Arby Manan Laboratorium Metalurgi Fisik 2011

Pengujian Tensile 4. Dengan pengujian tersebut, industri dapat mengetahui data-data kekuatun suatu meterial 5. Dapat meningkatkan nilai atau mutu suatu bahan/material. Tarik pengujian digunakan untuk menjamin kualitas komponen, bahan dan produk jadi dalam berbagai industri. Typical applications of tensile testing are highlighted in the following sections on: Khas aplikasi uji tarik yang disorot dalam bagian berikut di:

Aerospace Industry (Aerospace Industri) Automotive Industry (Industri Otomotif) Beverage Industry (Industri Minuman) Construction Industry (Industri Konstruksi) Electrical and Electronics Industry (Listrik dan Elektronika Industri) Medical Device Industry (Medical Device Industri) Packaging Industry (Industri Kemasan) Paper and Board Industry (Industri Kertas dan Dewan) Pharmaceuticals Industry (Industri Farmasi) Plastics, Rubber and Elastomers Industry (Plastik, Karet dan Industri Elastomer)

Safety, Health, Fitness and Leisure Industry (Keselamatan, Kesehatan, Kebugaran dan Industri Kenyamanan)

Textiles Industry (Industri Tekstil)

(sumber:http://www.infometrik.com/2009/09/mengenal-uji-tarik-dan-sifat-sifat-mekaniklogam/)

M. Jenis-jenis Pembebanan 1. Beban Statis Yang dimaksud dengan beban statis yaitu beban yang tetap baik besar maupun arahnya pada setiap saat. beban statis dapat berupa beban tarik, tekan lentur, puntir, geser dan kombinasi dari beban tersebut. Arby Manan Laboratorium Metalurgi Fisik 2011

Pengujian Tensile

2. Beban Dinamis Yang dimaksud dengan beban dinamis yaitu beban yang besar dan arahnya berubah menurut waktu. Beban dinamis dapat berupa beban-beban tersebut (beban statis), beban tiba-tiba, berubah-ubah dan beban jalar. (sumber:http://www.scribd.com/doc/39831535/jenis-pembebanan)

N. Diagram Tegangan-Regangan Berbagai Material Pada gambar di bawah dapat dilihat bahwa jenis-jenis material itu memperlihatkan perbedaan kurva-kurva tariknya satu dengan yang lainnya. Umpamanya pada besi tuang dapat dilihat bahwa kurvanya tidak mengikuti hukum Hooke itu berarti bahwa kurva tariknya tidak memperlihatkan garis modulus yang lurus. Selain itu pada kurva tersebut kita melihat bahwa besi tuang adalah sangat getas. Oleh karena itu hampir tidak memiliki regangan, sebaliknya tembaga mempunyai regangan yang sangat tinggi jadi sangat ulet.

(a)

Arby Manan Laboratorium Metalurgi Fisik 2011

Pengujian Tensile

Gambar 13. Beberapa kurva tegangan-regangan

Keterangan: a. Bahan Tidak ulet ; tidak ada deformasi plastik. contoh : Besi Cor b. Bahan ulet dengan titik luluh. Contoh : Baja karbon rendah. c. Bahan ulet tanpa titik luluh yang jelas. contoh : aluminium d. Kurva tegangan dan regangan yang sesungguhnya, regangan dan tegangan nominal.

Sb St SL Ef X Yp

= Kekuatan Patah = Kekuatan tarik = Kekuatan luluh = Perpanjangan / elongasi sebelum patah. = titik patah = titik luluh

(sumber:http://yefrichan.wordpress.com/2010/05/20/tegangan-dan-regangan/)

Arby Manan Laboratorium Metalurgi Fisik 2011

You might also like