You are on page 1of 16

PENGELOLAAN B3 TL-3204

ASETILEN (C2H2)

Nama NIM

: Agam SMH Seth Sallata Tambun : 15309064

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2012

BAB I PENDAHULUAN

Asetilen adalah hidrokarbon sederhana yang memiliki sebuah ikatan rangkap tiga. Sebelum minyak ditemukan dan dipergunakan secara meluas sebagai bahan baku untuk industri kimia, asetilen merupakan blok bangunan utama untuk industri kimia organik. Pada tahun 1800an, asetilen mulai diproduksi dalam jumlah banyak dengan proses kalsium karbida, yakni dengan mereaksikan kalsium karbida dengan air. Metode ini terus dipergunakan hingga tahun 1940, proses thermal cracking menggunakan methane dan hidrokarbon lainnya mulai diperkenalkan. Awalnya, proses thermal cracking menggunakan pancaran bunga api listrik, kemudian pada tahun 1950-an mulai dikembangkan proses dengan metode oksidasi parsial dan regenerasi. Saat ini, Amerika Serikat dan negara-negara Eropa barat adalah produsen asetilen dari hidrokarbon terbesar, yakni lebih dari 80%. Negara lainnya, khususnya Eropa timur dan Jepang masih memproduksi asetilen dari kalsium karbida. Kegunaan asetilen sendiri sangat luas. Asetilen dapat digunakan dalam pembuatan logam dan sebagai bahan baku untuk berbagai macam produksi bahan kimia. proses

1.1 Proses Pembuatan Sampai saat ini asetilen memerankan peranan penting dalam industri kimia. Oleh sebab itu, berbagai macam penemuan proses produksi asetilen telah banyak dilakukan dan dikembangkan dari tahun ke tahun. Secara umum metode produksi asetilen dapat digolongkan ke dalam chemical reaction process (bekerja pada temperatur normal) dan thermal cracking process (berkerja pada temperatur tinggi). Proses produksi asetilen yang akan dibahas ada empat proses, yakni produksi dari reaksi kalsium karbida-air, proses BASF (partial combustion), produksi asetilen sebagai produk samping steam cracking, dan produksi asetilen dari batubara.

a. Asetilen dari Reaksi Kalsium Karbida-Air

Gambar 1. Diagram Blok Proses Produksi Asetilen dari Kalsium Karbida Deskripsi proses: Dua buah reaktor disusun dimana air dan kalsium karbida dicampur dan dialirkan. Reaksi berlangsung dalam fasa liquid dengan residence time dan reaksi berjalan 60%-90% saat di reaktor pertama. Aliran produk reaksi dan material umpan yang tak bereaksi yang terdiri dari fasa padat menuju reaktor ke dua dengan tipe laminar plug-flow. Kalsium hidroksida yang dihasilkan diendapkan dan dipisahkan dari bagian bawah reaktor. Air yang tak bereaksi dipisahkan dari kalsium hidroksida dan kemudian di-recycled menuju reaktor pertama. Namun ada beberapa masalah yang timbul dalam operasi ini, yakni: 1. Kontak antara karbida dengan air tidak terkendali. Jika tekanan asetilen lebih tinggi dari 27 lb/inch2 absolut, akan terjadi reaksi detonasi atau deflagarasi dalam asetilen yang menyebabkan peningkatan tekanan yang semakin besar, pecahnya bejana, dan isi yang bisa saja tumpah. Kondisi ini bisa menimbulkan api yang besar dan membahayakan. Karena itu proses hanya bisa dilakukan dengan tekanan rendah. 2. Bejana didesain berpengaduk, baik CSTR ataupun plug-flow reaktor, yang bersifat kurang mendukung karena bejana yang digunakan besar, menghasilkan rate control yang lemah dan unsteady operation. Oleh karena itu dibutuhkan desain bejana yang sangat tepat untuk proses.

3. Produk samping berupa kalsium hidroksida berkualitas rendah dan tidak memiliki nilai jual. Masalah ini bisa diatasai dengan menambah unit neutralizer dimana kalsium hidroksida akan bereaksi dengan hidrogen klorida membentuk kalsium klorida yang memiliki nilai jual.

b. BASF proses

Gambar 2. Flow Diagram Proses Produksi Asetilen dengan Metode BASF Deskripsi proses: Pertama-tama umpan berupa natural gas (1) dan oksigen (2) dipanaskan terlebih dahulu di fire preheaters secara terpisah (3). Kemudian keluaran dari fire preheaters (3), masuk dan dicampur ke dalam zona pencampuran (4) kemudian reaksi pembakaran terjadi di dalam ruang pembakaran (5). Kemudian pembakaran dipadamkan dari bawah ruang pembakaran dengan menyemprotkan air proses (6). Gas yang dihasilkan (7) yakni asetilen dan pengotor masuk ke kolom pendingin (8) kira-kira pada temperatur kolom pendingin yang terbatas dan uap jenih. Gas yang masuk (7) didinginkan dengan tambahan air dingin proses (9) dan sebagian besar dari steam dikondensasikan. (10) api dibutuhkan untuk proses startup dan rundown. Gas keluaran kolom bagian atas (11) kemudian didinginkan pada suhu sekitar 40oC.(45000 m3 (S.T.P)/h dry), yang kemudian dikompresikan dengan stwo-stage screw compressor (12). Pertama-tama dari 1.1 ke 4.2 dan kemudian ke 11 bar (abs), pengotor

kemudian diendapkan. 7.5 m3/h air proses (13) disemprotkan ke tiap stage komprosor. Untuk mengunci dari atmosfer, air demineralisasi (14) yang disebut dengan sealing liquid, ditambah nitrogen, dengan hasil 4m3/h masuk ke sirkulasi air proses. Keluaran dari stage pertama (15), bersuhu 85oC dan pengotor yang terkandung dalam air sebesar 0.22% berat. Setelah dikompres di tiap stage kompresi, gas keluaran didinginkan ke suhu 40oC oleh air dingin proses (16) dari kolom pendingin (17). Setelah dikompresi, gas keluaran dipisahkan menjadi unsur-unsurnya. Air yang dikondensasikan selama kompresi dan pendinginan berikutnya dan air dari proses demineralisasi disirkulasikan dan kemudian dikeluarkan (19). Jelaga yang dihasilkan merupakan suatu masalah utama dalam proses ini karena dapat mengurangi efektifitas proses, oleh karena itu harus dipisahkan terlebih dari gas keluaran kolom. Selain itu, jelaga juga bisa merusak kinerja kompresor, oleh karena itu gas yang masuk kompresor harus setidaknya bebas dari jelaga. Normalnya, burner proses dapat menghasilkan 25 ton asetilen per hari dari natural gas. c. Produksi asetilen sebagai produk samping steam cracking Di dalam steam cracking hidrokarbon jenuh dikonversi menjadi produk olefin seperti ethylene dan propylene. Selain itu masih banyak produk yang dihasilkan seperti asetilen sebagai produk samping. Konsentrasi asetilen tergantung pada jenis umpan, waktu tinggal, dan temperature. .Konsentrasi acetylene dalam gas keluaran dari furnace antara 0,25 dan 1,2% wt. Pabrik etilen yang memproduksi 400 000 t / a etilena menghasilkan 4500-11 000 t / a asetilen. Pada produksi etilen, asetilen yang dihasilkan dipisahkan dengan hidrogenasi katalitik yang selektif atau dengan ekstraksi. Hidrogenasi asetilen. Kebanyakan produksi etilen dilengkapi dengan unit hidrogenasi dengan bantuan katalis Pd. Kondisi operasi meliputi suhu sekitar 40oC-120oC, tekanan 15 bar-40 bar, dan kecepatan 1000-120000 kg/L.h. kondisi ini bergantung pada jenis umpan yang digunakan. Acetylene recovery Asetilen diekstrak dari fraksi C2 steam cracker dengan bantuan solven. Solven yang paling sesuai untuk proes yaitu DMF. Deskripsi proses :

Campuran gas C2 yang terdiri dari etilena, etana, dan asetilen, diumpankan ke absorber acetylene, aliran gas dihubungkan dengan counterflowing DMF pada tekanan 0,8-3,0 MPa. Seluruh asetilen dan beberapa etilena dan etana terlarut oleh pelarut. Fraksi C2 yang telah dimurnikan, mengandung <1 ppm asetilen, diumpankan ke C2 splitter. Aliran yang kaya akan pelarut dikirim ke stripper ethylene, yang beroperasi sedikit di atas tekanan atmosfer. Etilena dan etana yang terpisah didaur ulang menuju kompresor tahap pertama untuk cracked gas. Asetilen keluaran kemudian dicuci dengan pelarut dingin di bagian atas splitter. Dalam stripper asetilen, asetilen murni terisolasi dari bagian atas kolom. Setelah pendinginan dan heat recovery, asetilen bebas pelarut didaur ulang ke absorber dan etilen stripper. Produk asetilen memiliki kemurnian> 99,8% dan kandungan DMF kurang dari 50 ppm dan tersedia pada tekanan 10 kPa dan suhu ambien. Evaluasi ekonomi menunjukkan bahwa asetilen petrokimia tetap menarik bahkan meskipun harga etilena dua kali lipat. Hal ini ekonomis untuk retrofit penyerapan asetilen di pabrik olefin yang ada dilengkapi dengan hidrogenasi katalitik. d. Produksi Asetilen dari Batu bara (arc coal process). Banyak tes laboratorium konversi batubara menjadi asetilen menggunakan proses arc atau plasma telah dilakukan sejak awal 1960-an. Secara ringkas proses yang didapat yaitu: 1. 2. Acetylene yang dihasilkan mencapai 30%. Karena pemanasan batubara yang cepat di jet plasma, total yield gas yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan yang ditunjukkan oleh pengukuran volatil batubara dalam kondisi standar. 3. Hidrogen (bukan argon) gas plasma dapat meningkatkan hasil asetilen.

Baru-baru ini, Corp AVCO di Amerika Serikat dan Chemische Werke Hls di Jerman membangun pabrik percontohan di pinggir sungai untuk pengembangan teknis dari proses. AVCO arc furnace terdiri dari air-cooled tungsten-tip katoda dan air-cooled anoda. katoda. Batubara kering dan halus disuntikkan melalui aliran gas hidrogen di sekitar katoda. Gas tambahan tanpa batubara dimasukkan sekitar katoda dan anoda sebagai selubung. Saat melewati zona pembakaran, partikel batubara dipanaskan dengan cepat. Volatil dilepaskan dan terpecah-pecah menjadi asetilen dan produk berbagai sampingan, meninggalkan residu

coke halus yang tertutup jelaga. Setelah waktu tinggal beberapa milidetik, campuran gascoke dipadamkan dengan cepat dengan air atau gas. Tekanan sistem dapat bervariasi antara 0,2 dan 1,0 bar (20 dan 100 kPa). Pilot plant Hls menggunakan tungku plasma yang sama untuk perengkahan minyak mentah, tetapi dengan 500 kW. Batubara kering disuntikkan ke dalam jet plasma, dan batubara yang terengkah menjadi asetilen dan produk sampingan dalam reaktor. Limbah reaktor dapat di-prequenched dengan hidrokarbon untuk produksi ethylene atau langsung dipadamkan dengan air atau minyak. Char dan komponen didih lebih tinggi masing-masing dipisahkan oleh cyclones dan scrubber. Masalah utama dalam desain reaktor adalah pencapaian menyeluruh dan cepat pencampuran batubara dengan jet plasma dan menghindari pembentukan deposit karbon di dinding reactor. sejumlah kecil deposit dapat diatasi dengan pencucian dengan air secara periodic. Percobaan yang dilakukan oleh Hls dan AVCO menunjukkan bahwa waktu tinggal optimal, energy density jet plasma, daya spesifik, dan tekanan sangat mempengaruhi hasil asetilen. Parameter lain yang mempengaruhi hasil adalah jumlah volatil di batubara dan ukuran partikel. Keuntungan dari proses ini adalah, dengan cara pirolisis batu bara, produksi asetilen jauh lebih mudah sehingga membutuhkan biaiya investasi yang lebih rendah dibandingkan untuk produksi utama etilen. Yield gas yang dihasilkan berkisar 33% sampai 50%. Artinya, 50% dari batubara tetap sebagai char. Namun, char yang terbentuk bisa pula bernilai ekonomis. Char yang dihasilkan bisa diaplikasikan ke industri karet, untuk gasifikasi, atau sebagai bahan bakar. Dari empat proses produksi asetilen di atas, semua proses memiliki keunggulan dan kekurangan tersendiri. Untuk bahan baku, proses BASF lebih bagus karena menggunakan gas alam yang banyak tersedia bebas di alam dan penggunaanya saat ini masih kurang meluas. Untuk proses, proses produksi asetilen dari batu bara memperlihatkan singkatnya dan mudahnya proses sehingga meminimalkan modal. Untuk kualitas produk, proses produksi asetilen sebagai produk samping sangat bagus, karena menghasilkan kemurnian mencapai 99,8%. Untuk kemudahan kondisi opersi, proses produksi dari kalsium karbida memiliki keunggulan karena operasi berjalan pada temperature normal.

1.2 Pemanfaatan Produk Asetilen (C2H2) adalah gas yang tidak berwarna, mudah terbakar, dengan bau mirip bawang putih. Asetilen adalah gas sintetis yang diproduksi dari reaksi Kalsium Karbid dengan air, dan disimpan dalam silinder yang berisi cairan Aseton. Asetilen banyak digunakan untuk pemotongan besi, pengelasan dan juga untuk mempercepat matangnya buah-buahan. Industri yang menggunakan Asetilen antara lain: a. Industri Elektronika : proses polimerisasi asetilen dengan katalis Ziegler-Natta menghasilkan lembaran poliasetilen dimana lembaran poliasetilen merupakan salah

semikonduktor organic b. Bidang transportasi dan otomotif : pada awal abad 20, asetilen digunakan sebagai gas isi pada lampu jalanan kota dan lampu kendaraan sebelum ditemukannya lampu elektrik c. Industri Manufaktur dan Metalurgi : Asetilen, biasa dikenal sebagai gas karbit, digunakan dalam proses pengelasan d. Bidang Arkelogi : acetilena digunakan untuk menguapkan karbon dalam pemeriksaan radio karbon suatu sampel. Asetilen digunakn dalam bentuk senyawa Lithium acetylde d. Industri pangan : terutama dalam proses pematangan buah dan transportasi / pengiriman buah. Digunakan agar mengatur kematangan buah tepat saat ditangan konsumen.

BAB II KESELAMATAN KERJA DAN PENANGANAN PERTAMA

Keselamatan kerja bagi operator maupun orang yang berada disekitar kegiatan yang melibatkan asetilen harus dijamin dengan aman. Kecelakaan dapat terjadi setiap saat tanpa kesengajaan dan tanpa terduga. Akibat yang ditimbulkan pun tidak kecil. Mulai dari kebakaran hingga pada bahaya kesehatan akibat paparan asetilen. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meminimalkan atau menghindari kemungkinan-kemungkina terjadinya kecelakaan selama proses kegiatan yang melibatkan bahan berbahaya, mulai dari pengetahuan akan dampak bahan berbahaya yang digunakan, pertolongan pada korban terpapar, hingga pada penanggulangan dampak lain yang ditimbulkan seperti tumpahan dan kebakaran Pada bab ini akan dibahas tentang identifikasi senyawa asetilen, dampak kesehatan akut dan kronis, tidakan pertolongan hingga pada control paparan dan proteksi diri.

2.1 Identifikasi Senyawa B3 Asetilen adalah gas terlarut yang dapat terbakar dan tak berwarna yang dikemas dalam tabung bertekanan. Dapat segera menimbulkan resiko kebakaran atau meledak bila konsentrasinya melampaui 2,5%. Asetilen akan terurai dengan hebat dalam bentuk bebasnya bila tekanan melampaui 15 psig. Konsentrasi tinggi yang akan menyebabkan sesak napas berada dalam kisaran dapat terbakar dan ruangan yang mengandung gas dengan konsentrasi ini tidak boleh dimasuki. Dari data uji toksisitas didapatkan hasil: TCLo manusia-inhalasi 20 pph; LCLo manusiainhalasi 50 pph/5 menit; LCLo mamalia-inhalasi 50 pph/5 menit. Sedangkan untuk data uji Mutagenik dan Informasi Ekologi belum diketahui.

2.2 Dampak Kesehatan Akut dan Kronis serta Tindakan Pertolongan Pertama a. Pengaruh Akut Potensial Terhadap Kesehatan : 1. Pernapasan : Asetilen adalah zat yang dapat menyebabkan sesak napas. Perlu diperhatikan bahwa sebelum timbul sesak napas, maka batas bawah flammability asetilen di dalam udara akan terlampaui; kemungkinan menimbulkan atmosfer yang kekurangan oksigen dan atmosfer yang bersifat eksplosif. Keterpaparan terhadap konsentrasi sedang dapat menimbulkan rasa pusing, sakit kepala, dan pingsan. 2. Kontak Mata : Tidak ada 3. Kontak Kulit : Tidak ada b. Pengaruh Potensial Terhadap Kesehatan Akibat Keterpaparan Berulang (Kronis) : 1. Gejala : Asetilen adalah gas tak beracun yang tidak memiliki pengaruh kronis berbahaya meskipun dalam konsentrasi tinggi. Asetilen telah lama digunakan sebagai obat bius. 2. Kondisi Medis Yang Diperburuk Oleh Keterpaparan Berlebih : Tidak ada 3. Karsinogenisitas : Asetilen tidak memiliki sifat ini menurut NTP, OSHA atau IARC.

c. Tindakan Pertolongan Pertama 1. Pernapasan: Keluarkan korban agar memperoleh udara segar. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernapas, berikan oksigen. Segera dapatkan perawatan medis.

2. Kontak Mata: mengingat gas acetilena mudah menguap dan tidak bereaksi dengan jaringan pada selaput mata, jika terpapar dalam dosis tinggi cukup dibasuh pada air mengalir 3. Kontak Kulit: Asetilen cenderung tidak berbahaya jika terjadi kontak dengan manusia 4. Pencernaan: asetilen tidak berbahaya bagi pencernaan dan peluang paparannya sangat sedikit 5. Catatan Bagi Dokter: Tidak ada kulit

2.3 Proteksi Personal Dalam penangananya, perluadanya proteksi personal bagi individu yang melakukan kontak dengan asetilen, adapun sistem proteksi yang diperlukan yaitu: 1. Ventilasi : Sediakan sistem ventilasi penghisap udara setempat. Perlengkapan ventilasi yang tahan ledakan bila terjadi konsentrasi ledakan. Pastikan dipatuhinya batas paparan yang dapat diterapkan. 2. Proteksi mata : Gunakan kaca mata pengaman tahan percikan. Sediakan kran pencuci mata keadaan darurat dan semprotan air deras dekat dengan area kerja. 3. Pakaian : Gunakan pakaian pelindung yang tahan bahan kimia. 4. Sarung tangan : Gunakan sarung tangan pelindung yang tahan bahan kimia. 5. Sistem pemadam kebakaran,: Pemadam kebakaran portable, hydran, dll.

Contoh APD yang dibutuhkan

BAB III PENYIMPANAN, PENANGANAN DAN PENGANGKUTAN

Asetilen merupakan salah satu bahan berbahaya dan beracun yang perlu ditangani secara khusus mulai dari proses penyimpanan, penanganan dan pengangkutan. Sebenarnya asetilen secara independen tidak terlalu bersifat toxic, tapi ketika diproduksi dari senyawa kalsium karbida, asetilen dapat mengandung pengotor beracun seperti phosphine dan arsine. Asetilen juga bersifat sangat mudah terbakar. Sifat itu dikaitkan dengan kemampuan intrinsiknya, terutama ketika mendapat tekanan. Sampel berupa konsentrasi maupun asetilen murni dapat bereaksi dengan cepat dalam reaksi additive utnuk membentuk sejumlah produk, biasanya berupa benzene dan/atau vinylacetylene. Reaksi tersebut bersifat eksoterm, dan tidak seperti bahan mudah terbakar lainnya, tidak membutuhkan oksigen dalam prosesnya. Konsekuensinya, astilen dapat meledak dengan kuat jika tekanan absolut gas melebihi 200 kPa (29 psi). kebanyakan pengukur tekan peralatan diatur sedemikian rupa agar memberi batas aman tekanan untuk asetilen yaitu 101kPa gauge atau sekitar 15 psigauge. Sebagai salah satu pelarut, digunakan aseton. Aseton dimasukkan ke dalam silinder dan harus benar-benar mengisi seluruh pori-pori bahan pengisi. Jumlah aseton dan asetilen yang diperbolehkan dalam setiap ukuran silinder dikontrol oleh peraturan DOT. Secara terperinci dapat dilihat tata cara penyimpanan, pengangkutan, dan penangan asetilena dibawah ini. Penyimpanan dan Pengangkutan: Simpan dan gunakan dengan ventilasi yang memadai. Tabung harus terpisah dari oksigen dan oksidator lainnya dengan jarak minimum 20 kaki atau oleh barikade yang terbuat dari bahan yang tidak dapat terbakar dengan tinggi

sekurang-kurangnya 5 kaki yang memiliki rating tahan api selama sekurang-kurangnya jam. penyimpanan lebih dari 2.500 kaki kubik tidak boleh dilakukan pada bangunan yang dihuni. Tabung harus disimpan dalam posisi tegak dengan tutup pelindung katup berada pada tempatnya dan terpasang kencang agar tidak jatuh atau terbuka secara tak disengaja. Pasang papan tanda Dilarang merokok atau Menyalakan Api di daerah penyimpanan atau pemakaian. Tidak boleh ada sumber pengapian. Semua peralatan listrik harus tahan ledakan di daerah penyimpanan. Daerah penyimpanan harus memenuhi Peraturan Kelistrikan Nasional untuk daerah berbahaya kelas 1. Jangan membiarkan temperatur penyimpanan melampaui 125 oF (52 oC). Tabung penuh dan tabung kosong harus dipisah. Gunakan sistem inventori first-in first-outuntuk mencegah agar kontainer penuh tidak disimpan untuk jangka waktu lama.

Penanganan : Lindungi tabung dari kerusakan fisik; jangan menyeret, menggulingkan, mendorong atau menjatuhkan tabung. Gunakan hand truck yang sesuai yang dirancang untuk memindahkan tabung. Peralatan listrik harus terbuat dari bahan yang tidak menimbulkan percikan api dan tahan ledakan. Jangan menggunakan pipa tembaga untuk asetilen, hanya pipa baja atau pipa besi tempa yang boleh digunakan. Katup tabung asetilen harus dibuka secara minimal sebagaimana yang diperlukan untuk menghantarkan aliran dalam jumlah yang dapat diterima agar katup tersebut dapat ditutup secepat mungkin dalam keadaan darurat. Jangan menggunakan asetilen dengan tekanan lebih dari 15 psig. Tabung asetilen lebih berat daripada tabung lainnya karena tabung ini dikemas dengan material pengisi berpori dan aseton. Periksa apakah ada kebocoran dengan menggunakan air sabun, jangan menggunakan api.

Jangan memasukkan benda apapun (misalnya, kunci inggris, obeng, batang pengumpil, dll.) ke dalam celah tutup katup.

BAB IV DAFTAR PUSTAKA

http://www.pom.go.id/katker/doc/Asetilene.htm http://en.wikipedia.org/wiki/Acetylene http://www.scribd.com/doc/23712439/Berikut-Contoh-Gambar-gambar-Apd http://www.pabrikgasacetylene.com/penanganan-dan-penyimpanan-tabung-gas-acetylene/ http://id.wikipedia.org/wiki/Aseton http://howgreenareyou.wordpress.com/2009/07/21/memisahkan-dan-menyimpan-gas-acetylenemenggunakan-cecair-ionik-proses-yang-super-hijau/ http://www.mesinlas.com/artikel/4/teknik-pengelasan-bag.-2

You might also like