You are on page 1of 26

Abstrak

Proses evaporasi adalah proses penguapan yang terjadi secara alami atau proses
penguapan yang timbul akibat diberikan uap panas (steam) dalam suatu peralatan.
Evaporasi dilaksanakan dengan cara menguapkan sebagian dari pelarut pada titik
didihnya, sehingga diperoleh larutan zat cair pekat yang konsentrasinya lebih tinggi.
Uap yang terbentuk pada evaporasi biasanya hanya terdiri dari satu komponen, dan
jika uapnya berupa campuran umumnya tidak diadakan usaha untuk memisahkan
komponen-komponennya. Dalam evaporasi zat cair pekat merupakan produk yang
dipentingkan, sedangkan uapnya biasanya dikondensasikan dan dibuang. Disinilah
letak perbedaan antara evaporasi dan distilasi. Salah alat yang menggunakan
prinsip ini adalah alat pembuatan aquadest (auto still).Pada pembuatan aquadest ini,
air (pelarut) di pisahkan dari padatan pengotornya(padatan pengotor tidak volatil)
dengan proses penguapan.Dalam evaporasi sisa penguapan adalah zat cair, kadang-
kadang zat cair yang sangat viskos dan bukan zat padat.









BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pengertian Evaporasi
Evaporasi dapat diartikan sebagai proses penguapan daripada liquid (cairan)
dengan penambahan panas (Robert B. Long, 1995). Panas dapat disuplai dengan
berbagai cara, diantaranya secara alami dan penambahan steam. Evaporasi
diadasarkan pada proses pendidihan secara intensif yaitu
1. pemberian panas ke dalam cairan,
2. pembentukan gelembung-gelembung (bubbles) akibat uap,
3. pemisahan uap dari cairan,
4. Mengkondensasikan uapnya
Evaporasi atau penguapan juga dapat didefinisikan sebagai perpindahan kalor ke
dalam zat cair mendidih (Warren L. Mc Cabe, 1999).
1.2 Perbedaan Evaporasi dengan Metode Pemisahan Lain
- Evaporasi vs Pengeringan
Evaporasi tidak sama dengan pengeringan, dalam evaporasi sisa penguapan
adalah zat cair kadang-kadang zat cair yang sangat vuskos dan bukan zat
padat. Perbedaan lainnya adalah, pada evaporasi cairan yang diuapkan dalam
kuantitas relatif banyak, sedangkan pada pengeringan sedikit.
- Evaporasi vs Distilasi
Evaporasi berbeda pula dari distilasi, karena uapnya biasa dalam komponen
tunggal, dan walaupun uap itu dalam bentuk campuran, dalam proses
evaporasi ini tidak ada usaha unutk memisahkannya menjadi fraksi-fraksi.
Selain itu, evaporasi biasanya digunakan untuk menghilangkan pelarut-pelarut
volatil, seperti air, dari pengotor nonvolatil. Contoh pengotor nonvolatil
seperti lumpur dan limbah radioaktif. Sedangkan distilasi digunakan untuk
pemisahan bahan-bahan nonvolatil.
- Evaporasi vs Kristalisasi
Evaporasi lain dari kristalisasi dalam hal pemekatan larutan dan bukan
pembuatan zat padat atau kristal. Evaporasi hanya menghasilkan lumpur
kristal dalam larutan induk (mother liquor). Evaporasi secara luas biasanya
digunakan untuk mengurangi volume cairan atau slurry atau untuk
mendapatkan kembali pelarut pada recycle. Cara ini biasanya menjadikan
konsentrasi padatan dalam liquid semakin besar sehingga terbentuk kristal.
Titik didih cairan yang diuapkan pada evaporasi dapat dikontrol dengan mengatur
tekanan pada permukaan uap-cair. Artinya, jika penguapan terjadi pada temperatur
tinggi, maka evaporator dioperasikan pada tekanan tinggi pula. Beberapa evaporasi
dalam industri secara normal bekerja pada tekanan vacum untuk meminimalkan
kebutuhan panas.
Pada proses pendidihan secara alami, perubahan titik didih sebagai perubahan
temperatur dapat ditingkatkan. Beberapa tipe pendidihan yang berbeda mempunyai
koefisien perpindahan panas yang berbeda pula. Tipe-tipe tersebut adalah (Bell,
1984) :
- pendidihan secara konveksi alami
- pendidihan nukleat
- pendidihan film
Pendidihan konveksi alami terjadi ketika cairan dipanaskan pada permukaannya.
Pada tipe ini, koefisien perpindahan panas meningkat dengan perubahan temperatur,
tetapi relatif lambat.
Pada pendidihan nukleat terbentuk gelembung-gelembung uap pada interface cairan
dan padatan dari permukaan perpindahan panas. Pendidihan pada tipe ini terjadi
dalam sebuah ketel atau reboiler thermosifon yang digunakan pada proses industri.
Koefisien perpindahan panas pada tipe ini lebih besar.
Pendidihan film terjadi ketika perubahan temperatur sangat tinggi dan penguapan
terjadi secara berkesinambungan pada permukaan perpindahan panas. Koefisien
perpindahan panas meningkat seiring dengan meningkatnya perubahan temperatur.
Namun, nilai koefisien perpindahan panasnya lebih rendah jika dibandingkan
pendidihan nukleat.
1.3 Faktor-Faktor yang Mempercepat Proses Evaporasi:
1. Suhu;
Walaupun cairan bisa evaporasi di bawah suhu titik didihnya, namun
prosesnya akan cepat terjadi ketika suhu di sekeliling lebih tinggi. Hal ini
terjadi karena evaporasi menyerap kalor laten dari sekelilingnya. Dengan
demikian, semakin hangat suhu sekeliling semakin banyak jumlah kalor yang
terserap untuk mempercepat evaporasi.
2. Kelembapan udara;
Jika kelembapan udara kurang, berarti udara sekitar kering. Semakin
kering udara (sedikitnya kandungan uap air di dalam udara) semakin cepat
evaporasi terjadi. Contohnya, tetesan air yang berada di kepingan gelas di
ruang terbuka lebih cepat terevaporasi lebih cepat daripada tetesan air di
dalam botol gelas. Hal ini menjelaskan mengapa pakaian lebih cepat kering di
daerah kelembapan udaranya rendah.


3. Tekanan;
Semakin besar tekanan yang dialami semakin lambat evaporasi terjadi.
Pada tetesan air yang berada di gelas botol yang udaranya telah dikosongkan
(tekanan udara berkurang), maka akan cepat terevaporasi.
4. Gerakan udara;
Pakaian akan lebih cepat kering ketika berada di ruang yang sirkulasi
udara atau angin lancar karena membantu pergerakan molekul air. Hal ini
sama saja dengan mengurangi kelembapan udara.
5. Sifat cairan;
Cairan dengan titik didih yang rendah terevaporasi lebih cepat
daripada cairan yang titik didihnya besar. Contoh, raksa dengan titik didih
357C lebih susah terevapporasi daripada eter yang titik didihnya 35C.
1.4 Pelaksanaan Proses Evaporasi
Evaporasi dilaksanakan dengan cara menguapkan sebagian dari pelarut pada
titik didihnya, sehingga diperoleh larutan zat cair pekat yang konsentrasinya lebih
tinggi. Uap yang terbentuk pada evaporasi biasanya hanya terdiri dari satu komponen,
dan jika uapnya berupa campuran umumnya tidak diadakan usaha untuk memisahkan
komponenkomponennya. Dalam evaporasi zat cair pekat merupakan produk yang
dipentingkan, sedangkan uapnya biasanya dikondensasikan dan dibuang. Disinilah
letak perbedaan antara evaporasi dan distilasi.
Proses evaporasi dengan skala komersial di dalam industri kimia dilakukan
dengan peralatan yang namanya evaporator. Perlengkapan peralatan : Evaporator,
kondensor, Injeksi uap, perangkap uap, perangkap tetes Proses evaporasi
didokumentasikan dalam lembar pelaporan sesuai data :
1. Kerja kondensor
2. Kerja injeksi uap
3. Kerja perangkap uap
4. Kerja perangkap tetes
Contoh-contoh Operasi Evaporasi dalam Industri Kimia
1. Pemekatan larutan NaOH
2. Pemekatan larutan KNO
3

3. Pemekatan larutan NaCL
4. Pemekatan larutan nira dan lain-lain.

Neraca Massa ( keadaan steady )
Kecepatan massa masuk Kecepatan massa keluar = 0
Neraca Energi ( keadaan steady )
Kecepatan panas masuk Kecepatan panas keluar = 0

Entalpi ( H )
Isi panas dari satu satuan massa bahan dibandingkan dengan isi panas dari bahan
tersebut pada suhu referensinya.
Entalpi Cair pada suhu T ( h
l
pada T )
H
l
= Panas Sensibel
= Cp
1
( T T
R
)
Entalpi Uap pada suhu T ( H
V
pada T )
H
V
= Panas Sensibel Cair Panas Laten ( Panas Penguapan ) + Panas Sensibel
uap
= Cp
1
( T
b
T
R
) . Cp
V
( T T
b
)
h
l
= entalpi spesifik keadaan cair
|
|
.
|

\
|
Kg
KJ

H
V
= entalpi spesifik keadan uap
|
|
.
|

\
|
Kg
KJ

Cp
1
= kapasitas panas bahan dalam keadan cair
C Kg
KJ
0
, untuk air =
C Kg
KJ
4,182
0

Cp
V
= kapasitas panas bahan dalam keadan uap
C Kg
KJ
0
, untuk uap air
Suhu menengah =
C Kg
KJ
1,185
0

T = suhu bahan dalam ( C )
T
R
= suhu referensi, pada steam table digunakan 0 C
T
b
= titik didih bahan ( C )
= panas laten / panas penguapan bahan, untuk air pada suhu 100 C = 2260,16
Kg
KJ

Neraca Massa Total Keadaan Steady State
Kecepatan Massa Masuk = Kecepatan Massa Keluar
F
T
= O + D
( 1 )
Neraca Energi Total Keadaan Steady State
Kecepatan Panas Masuk = Kecepatan Panas Keluar
Panas dibawa pendingin + Panas dari Heater = Panas dibawa Over Flow + Panas
dibawa Distilat Panas hilang ke lingkungan.
F
T .
Cp
1
( T
FT
T
R
) + Q = O . Cp
1
( T
O
T
R
) + D . Cp
1
( T
D
T
R
) + Qloss
( 2 )
Neraca Energi di Pendingin
Panas dibawa air pendingin masuk + Panas dibawa uap masuk = Panas dibawa
Distilat keluar + Panas dibawa air pendingin keluar.
F
T .
Cp
1
( T
FT
T
R
) + V. H
V
= D . Cp
1
( T
D
T
R
) + ( O + F
B
) . Cp
1
. ( T
O
T
R
)
Karena F
B
= V = D
O + F
B
= O + D = F
T
F
T .
Cp
1
( T
FT
T
R
) + V. H
V
= D . Cp
1
( T
D
T
R
) + F
T
. Cp
1
. ( T
O
T
R
)
...( 3 )
Neraca Energi di Boiler
Panas dari Heater = Panas dibawa Uap + Panas hilang ke lingkungan
Q = V . H
V
+ Qloss, karena V = D, maka
Q = D . H
V
+ Qloss
..( 4 )
H
V =
Cp
1 .
( T
b
T
R
) + + Cp
V
. ( T T
b
), karena T = T
b
= 100

C
H
V =
Cp
1 .
( 100 T
R
) +
.( 5 )
1.5 Tujuan Percobaan
- Menentukan proses dalam keadaan unsteady atau dalam keadaan steady
- Menyusun neraca massa dan energy total pada unit pembuatan aquadest
- Menghitung rugi panas ( heat loss )
- Menyusun neraca massa dan energy perbagian dari unit pembuatan
aquadest,dan dapatmenghitung dan menentukan debit dan suhu setiap arus
masuk dan keluar unit dari variable operasi yang diketahui.
- Menentukan kondisi optimal proses.







BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN
2.1. Bahan
1. Air
2. Alkohol 2%
2.2. Alat
1. Alat Pembuat Aquades ( Auto Still )
2. Alat penampung destilat ( gelas kimia )
Skema alat :

Keterangan Gambar Unit Pembuat Aquades ( Auto Still )
1. Pendingin
2. Boiler
3. F
T
= Air Pendingin + Umpan Boiler ( kg/men ), T
FT
= Suhu Air Pendingin
Masuk ( C )
4. D = Distilat ( aquades ) ( kg/men ), T
D
= Suhu Distilat Keluar Alat ( C )
5. O = Over Flow ( kg/men ), T
O
= Suhu Over Flow ( C )
6. V = Uap yang dihasilkan ( kg/men ), H
V
= Entalpi Uap ( kJ/kg )
7. F
B
= Umpan Boiler ( kg/men )
8. Heater = Pemanas, sebesar Q ( kJ/men )

2.3 Prosedur Pecobaan
1. Alat sudah dipastikan dirangkai sesuai dengan gambar.
2. Kran air pendingin dibuka, kecepatan alir diukur dengan jalan aliran Over
Flow ditampung selama 30 detik, dan volumenya diukur ( V
1
liter ).
( )
menit
liter
60
30
V
F lir KecepatanA
1
T
=
3. Kran diatur sedemikian rupa sehingga didapatkan kecepatan alir 0,6
liter/menit
4. Pemanas ( bagian bawah ) dihidupkan. Panas yang disuplai satu heater = 2500
watt. Jalannya pross diamati, suhu di Over Flow diukur dan dicatat waktu
yang dibutuhkan dari hidupnya pemanas sampai didapatkan suhu yang
konstan di Over Flow. Setiap pengukuran diulangi 3 kali dengan rentang
waktu untuk setiap pengukuran
3 s/d 6 menit.
5. Setelah suhu di Over Flow konstan, diukur dan dicatat kecepatan alir di Over
Flow, suhu di Over Flow, kecepatan alir Distillat dan Suhu Distillat.
6. Cara di atas diulangi untuk kecepatan alir 1,2 liter/menit dan 1,8 liter/menit.




BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Percobaan
No
Q
Pemanas
(Watt)
Kecepatan alir
Suhu
Waktu Mencapai
Steady State
(menit)
F
O D O D
1 2500 0,6
1,5 0,14 74 34
12 1,5 0,15 74 34
1,7 0,14 74 34
2 2500 1,2
3 0,13 53 30
12 3,6 0,14 53 30
3,2 0,13 53 30
3 2500 1,8
4,5 0,08 46 31
6 3,4 0,14 46 31
3,5 0,14 46 31

Waktu Mencapai Steady State
No
Kecepatan Alir (
L/Menit)
Suhu Waktu Mencapai
Steady State
(menit) O D
1 0,6
31 31 0
35 34 3
68 34 6
74 36 9
74 34 12
74 34 15
74 34 18
2 1,2
31 31 0
31 32 3
51 30 6
55 30 9
53 30 12
53 30 15
53 30 18
3 1,8
32 32 0
33 34 3
46 31 6
46 31 9
46 31 12

NERACA MASSA
4.2 Tabel neraca massa untuk 0,6 liter/menit
No.
Nama
bahan
Input
(liter/menit)
Output
(Liter/menit)
1 Sampel 3 2.857
2 Destilat - 0.146
3
Air
Pendingin 0,6 -
4 Over Flow - 1,6
Total 3,6 4,6

Efisiensi kerja alat =

x 100 % = 128 %
4.3 Tabel neraca massa untuk 1.2 liter/menit
No.
Nama
bahan
Input
(liter/menit)
Output
(Liter/menit)
1 Sampel 3 2.87
2 Destilat - 0,13
3
Air
Pendingin 1.2 -
4 Over Flow - 3,3
Total 4.2 6,3

Efisiensi kerja alat=

x 100 % = 150 %

4.4 Tabel neraca massa untuk 1.8 liter/menit
No.
Nama
bahan
Input
(liter/menit)
Output
(Liter/menit)
1 Sampel 3 2.88
2 Destilat - 0,14
3
Air
Pendingin 1.8 -
4 Over Flow - 3,8
Total 4.2 6,82

Efisiensi kerja alat =

x 100 % = 162 %
Dari table neraca massa 4.1,4.2 dan table 4.3 didapatkan perhitungan efisiensi
kerja alat dan dalam hal ini terjadi kenaikan efisiensi atau kemampuan dalam setiap
kecepatan alir yaitu antara 0,6 liter/menit,1,2 liter/menit dan 1,8 liter/menit,sehingga
adanya hubungan antara kerja alat dengan kecepatan alir.
NERACA ENERGI / PANAS
4.5 Tabel neraca energi/panas untuk 0,6 liter/menit
No. Nama bahan
Input
(Kj/detik)
Output
(Kj/detik)
1 Panas dibawa air pendingin 1,3 x 10
-3


-
2 Panas dari heater 2,5 -
3
Panas dibawa air Over
Flow - 12 x 10
-3

4 Panas dibawa Distilat - 0,3 x 10
-3

5 Panas hilang kelingkungan - 2,48
( Qloss)
Total 2,5 2,5

Efisiensi kerja alat=

x 100 % = 100 %
4.6 Tabel neraca energi/panas untuk 1.2 liter/menit
No. Nama bahan
Input
(Kj/detik)
Output
(Kj/detik)
1 Panas dibawa air pendingin 2,7 x 10
-3


-
2 Panas dari heater 2.5 -
3
Panas dibawa air Over
Flow - 1,8 x 10
-3

4 Panas dibawa Distilat - 0,3 x 10
-3


Panas hilang kelingkungan - 2,5
( Qloss)
Total 2,5027 2,5021

Efisiensi kerja alat=

x 100 % = 100 %
4.7 Tabel neraca energi/panas untuk 1.8 liter/menit
No. Nama bahan
Input
(Kj/detik)
Output
(Kj/detik)
1 Panas dibawa air pendingin 8 x 10
-3


-
2 Panas dari heater 2,5 -
3
Panas dibawa air Over
Flow - 5.4 x 10
-3

4 Panas dibawa Distilat - 0,3 x 10
-3

5 Panas hilang kelingkungan - 2,5
( Qloss)
Total 2,508 2,5057

Efisiensi kerja alat =

x 100 % = 100 %





LAMPIRAN

NERACA MASSA
1. Neraca massa untuk 0,6 liter/menit
Destilat output =



= 0.048


Sampel input = 3


Sampel output = Sampel input Destilat output
= 3

0.048


= 2.952



Over flow output =


= 0,52


Total output = Sampel output + Destilat output + over flow
output
= 2,952

+ 0,048

+ 0,52


= 3,52


2. Neraca Massa untuk 1.2



Destilat output =



= 0.043


Sampel input = 3


Sampel output = Sampel input Destilat output
= 3

0.043


= 2,957



Over flow output =


= 1,1


Total output = Sampel output + Destilat output + over flow
output
= 2,957

+ 0,043

+ 1,1


= 4,1


3. Neraca Massa untuk 1.8


Destilat output =



= 0.041


Sampel input = 3


Sampel output = Sampel input Destilat output
= 3

0.041


= 2.959



Over flow output =


= 1,3


Total output = Sampel output + Destilat output + over flow
output
= 2,959

+ 0,041

+ 1,3


= 4,3


NERACA ENERGI
(1) Neraca energi untuk 0,6 liter/menit
Panas dibawa air pendingin
F
T
= 0,6

x 10
-3
m
3


= 0,6 x 10
-3

(0,6 x 10
-3

) x 10
3


= 0,6


C
p1
= 4,1868


T
FT
= 31
o
C 304
o
K
T
R
= 0
o
C 273
o
K
Panas dibawa air pendingin = F
T
.C
p1
.(T
FT
-T
R
)
= ( 0,6

) x ( 4,1868

) ( 304
o
K - 273
o
K )
= 77,87


= 1,3


Panas dari Heater = 2500 watt
1 Watt = 1 J/detik
2500 watt = 2500

= 2,5



Panas dibawa air Over Flow
O = 0,57

x 10
-3
m
3


= 0,57 x 10
-3

( 0,57 x 10
-3

) x 1000


= 0,57


C
p1
= 4,1868


T
o
= 74
o
C 347
o
K
T
R
= 0
o
C 273
o
K
Panas dibawa air Over Flow = O.C
p1
(T
o
- T
R
)
= ( 0,57

) x (4,1868

) ( 347
o
K - 273
o
K)
= 176,6


= 2,9


Panas dibawa Distilat
D

= 0,047

x 10
-3
m
3


= 0,047 x 10
-3

( 0,047 x 10
-3


) x 1000


= 0,047


C
p1
= 4,1868 Kj/Kg
o
K
T
D
= 34
o
C 307
o
K
T
R
= 0
o
C 273
o
K
Panas dibawa Distilat =D.Cp1 ( T
D
- T
R
)
= ( 0,047

) x (4,1868

) (307
o
K - 273
o
K )
= 6,69


= 0,11


Q
loss

= [ F
T
.C
p1
.(T
FT
-T
R
) + Q] - [O.C
p1
(To-T
R
) + D.C
p1
(T
D-
T
R
)]
= (1,3

+ 2,5

) - (2,9

+ 0,11

)

= 0,79


(2) Neraca energi untuk 1.2 liter/menit
Panas dibawa air pendingin
F
T
= 0,4

x 10
-3
m
3


= 0,4 x 10
-3

(0,4 x 10
-3

) x 1000


= 0,4


C
p1
= 4,1868


T
FT
= 31
o
C 304
o
K
T
R
= 0
o
C 273
o
K
Panas dibawa air pendingin = F
T
.C
p1
.(T
FT
-T
R
)
= ( 0,4

) x ( 4,1868

) ( 304
o
K - 273
o
K )
= 51,92


= 0,87


Panas dari Heater = 2500 watt
1 Watt = 1 J/detik
2500 watt = 2500

= 2,5


Panas dibawa air Over Flow
O = 1,1

x 10
-3
m
3


= 1,1 x 10
-3

( 1,1 x 10
-3

) x 1000


= 1,1


C
p1
= 4,1868


T
o
= 53
o
C 326
o
K
T
R
= 0
o
C 273
o
K

Panas dibawa air Over Flow = O.C
p1
(T
o
- T
R
)
= ( 1,1

) x (4,1868

) ( 326
o
K - 273
o
K)
= 244,1


= 4,1


Panas dibawa Distilat
D

= 0,043

x 10
-3
m
3


= 0,043 x 10
-3

( 0,043 x 10
-3


) x 1000


= 0,043


C
p1
= 4,1868 Kj/Kg
o
K
T
D
= 30
o
C 303
o
K
T
R
= 0
o
C 273
o
K

Panas dibawa Distilat =D.Cp1 ( T
D
- T
R
)
= ( 0,043

) x (4,1868

) ( 303
o
K - 273
o
K )
= 5,4


= 0,09


Q
loss

= [ F
T
.C
p1
.(T
FT
-T
R
) + Q] - [O.C
p1
(To-T
R
) + D.C
p1
(T
D-
T
R
)]
= (0,87

+ 2,5

) - (

+0,3 x 10
-3

)

= 2,5


(3) Neraca energi untuk 1.8 liter/menit
Panas dibawa air pendingin
F
T
= 1.8

x 10
-3
m
3


= 1.8 x 10
-3

(1.8 x 10
-3

) x 1


= 1.8 x 10
-3


C
p1
= 4,1868


T
FT
= 32
o
C 305
o
K
T
R
= 0
o
C 273
o
K
Panas dibawa air pendingin = F
T
.C
p1
.(T
FT
-T
R
)
= ( 1.8 x 10
-3

) x ( 4,1868

) ( 305
o
K - 273
o
K )
= 0.24


= 8 x 10
-3


Panas dari Heater = 2500 watt
1 Watt = 1 J/detik
2500 watt = 2500

= 2,5



Panas dibawa air Over Flow
O = 3,5

x 10
-3
m
3


= 3,5 x 10
-3

( 3,5 x 10
-3

) x 1


= 3,5 x 10
-3


C
p1
= 4,1868


T
o
= 46
o
C 319
o
K
T
R
= 0
o
C 273
o
K

Panas dibawa air Over Flow = O.C
p1
(T
o
- T
R
)
= ( 1.68 x 10
-3

) x (4,1868

) ( 319
o
K -
273
o
K )
= 0.324


= 5.4 x 10
-3


Panas dibawa Distilat
D

= 0,14

x 10
-3
m
3


= 0,14 x 10
-3

( 0,14 x 10
-3


) x 1


= 0,14 x 10
-3


C
p1
= 4,1868 Kj/Kg
o
K
T
D
= 31
o
C 304
o
K
T
R
= 0
o
C 273
o
K



Panas dibawa Distilat =D.Cp1 ( T
D
- T
R
)
= ( 0,14 x 10
-3

) x (4,1868

) ( 304
o
K - 273
o
K )
= 0,018


= 0,3 x 10
-3


Q
loss

= [ F
T
.C
p1
.(T
FT
-T
R
) + Q] - [O.C
p1
(To-T
R
) + D.C
p1
(T
D-
T
R
)]
= ( 8 x 10
-3

+ 2,5

) - (5.4 x 10
-3

+ 0,3 x 10
-3

)

= 2,5















DAFTAR PUSTAKA

- Tim Laboratorium Dasar Proses dan Operasi Pabrik Program Studi D3 Teknik
Kimia Fakultas Teknik Universitas Riau 2011. Penuntun Praktikum Dasar-
Dasar Proses I. Pekanbaru : Laboratorium Dasar Proses dan Operasi Pabrik
Program Studi D3 Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Riau
- Warren L. McCabe dkk. 1999. Operasi Teknik Kimia Jilid 1. Jakarta :
Erlangga.

You might also like