You are on page 1of 3

Politeisme adalah bentuk kepercayaan yang mengakui adanya lebih dari satu Tuhan.

Secara harfiah berasal dari bahasa Yunani poly + theoi, yang berarti banyak tuhan. Lawan dari paham ini adalah monoteisme, atau kepercayaan yang hanya mengakui satu Tuhan. Monoteisme (berasal dari kata Yunani monon = tunggal dan Theos = Tuhan) adalah kepercayaan bahwa Tuhan itu satu/tunggal, berkuasa penuh atas segala sesuatu. Sebagai perbandingan, lihat Politeisme, yang berpendapat bahwa ada banyak tuhan. Dualisme mengajarkan bahwa ada dua kekuatan ilahi atau prinsip-prinsip kekal yang independen, yang satu adalah Kebaikan, dan yang lainnya adalah kuasa jahat, seperti yang diajarkan oleh Zoroastrianisme kuno (Zoroastrianisme modern sepenuhnya bersifat monoteistik). Pandangan ini lebih lengkap diajarkan dalam aliran-aliran yang muncul belakangan dari sistem Gonistik, seperti misalnya Manikeanisme. Kebanyakan kaum monoteis akan mengatakan bahwa berdasarkan definisinya, monoteisme pasti berlawanan dengan politeisme. Namun demikian, para pemeluk di lingkungan tradisi politeistik seringkali berperilaku seperti kaum monoteis. Ini disebabkan karena keyakinan akan tuhan yang banyak itu tidak berarti bahwa mereka menyembah banyak tuhan. Secara historis, banyak pemeluk politeis percaya akan keberadaan banyak tuhan, tetapi mereka hanya menyembah satu saja, yang dianggap oleh si pemeluk itu sebagai Tuhan yang Mahatinggi. Praktek ini disebut henoteisme. Ada pula teologi-teologi monoteistik di dalam Hinduisme yang mengajarkan bahwa rupa-rupa Tuhan yang banyak itu, yaitu Wisnu, Syiwa, atau Dewi, semata-mata mewakili aspek-aspek dari kekuatan Ilahi yang ada di belakangnya atau Brahman (lih. artikel tentang Nirguna Brahman dan Saguna Brahman). Sebagian orang mengklaim bahwa Hinduisme tidak pernah mengajarkan politeisme [1], dan klaim seperti itu bisa dianggap benar sebagai salah satu pandangan Hinduisme, yaitu pandangan Smarta yang adalah sebuah pandangan monoteistik yang inklusif dari monoteisme, seperti yang akan dibahas kelak. Pandangan Smarta ini mendominasi pandangan Hinduisme di Barat dan telah membingungkan semua orang Hindu karena mereka dianggap politeistik. Aliran Smarta ini adalah satu-satunya cabang dalam Hinduisme yang sepenuhnya mengikuti pandangan ini. Swami Vivekananda, seorang pengikut Ramakrishna, serta banyak tokoh lainnya yang memperkenalkan agama Hindu ke Barat, semuanya adalah penganut aliran Smarta. Hanya seorang pemeluk Smarta yang tidak mempunyai masalah untuk menyembah Syiwa atau Wisnu bersama-sama karena ia memahaminya sebagai aspek-aspek yang berbeda dari Tuhan yang semuanya membawa kepada Tuhan yang sama. Jadi, menurut teologi Smarta, Tuhan dapat memiliki banyak sekali aspek, dan dengan demikian, begitu keyakinan ini, mereka percaya bahwa Wisnu dan Syiwa sesungguhnya adalah Tuhan yang satu dan sama. Para teolog Smarta telah banyak mengutip referensi untuk mendukung pandangan ini. Misalnya, mereka menafsirkan ayat-ayat dalam Sri Rudram, mantra yang paling suci dalam Syiwaisme, dan Wisnu sahasranama, salah astu doa yang paling suci dalam Wisnuisme, untuk membuktikan keyakinan ini. Sebaliknya, seorang pemeluk Wisnuisme menganggap Wisnu sebagai Tuhan satu-satunya yang sejati, yang layak disembah dan menganggap penyembahan terhadap bentuk-bentuk yang lainnya lebih rendah atau sama sekali keliru. Monoteisme dapat dibagi menjadi berbagai bentuk berdasarkan sikapnya terhadap politeisme: monoteisme inklusif menganggap bahwa semua tuhan atau dewa dalam politeisme semata-mata hanyalah nama-nama yang lain dari Tuhan monoteistik yang sama; Smartaisme, sebuah denominasi Hindu, mengikuti keyakinan ini dan percaya bahwa Tuhan itu hanya satu namun mempunyai berbagai aspek dan dapat disapa dengan nama yang berbeda-beda. Keyakinan ini mendominasi pandangan Hinduisme di barat. Sebaliknya, monoteisme eksklusif mengklaim bahwa semua tuhan ini adalah salah dan berbeda dari Tuhan yang monoteistik. Mereka itu hanyalah rekaan kuasa jahat, atau sematamata suatu kekeliruan, sebagaimana yang dipahami oleh Wisnuisme, suatu aliran dalam Hinduisme,

terhadap penyembahan apapun selain kepada Wisnu. Monoteisme eksklusif adalah ajaran yang terkenal dalam ajaran agama-agama Abrahamik. Qur'an, Surah Al Baqarah 2:115 Arabic wa-lillahi l-mariqu wal-maribu fynam tuwall faamma wahu allahi inna Transliteration Allaha wasiun almun Dan kepunyaan Allah-lah Timur dan Barat, maka ke manapun kamu menghadap di Terjemahan situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui. Dari pernyataan di atas, kita dapat melihat bahwa --seperti Yudaisme dan Kekristenan--penafsiran Al Qur'an tentang Allah adalah Tuhan yang kehadiran rohaninya dialami di dalam seluruh jagad raya. Islam menjelaskan monoteisme dalam cara yang sederhana. Terjemahan monoteisme dalam bahasa Arab adalah Tauhid. Tauhd berarti satu (berasal dari kata wahid, ahad). Kata ini menyiratkan penyatuan, kesatuan atau mempertahankan sesuatu agar tetap satu. Syahadat ( ,)adalah pengakuan atau pernyataan percaya akan keesaan Allah dan bahwa Muhammad adalah nabinya. "Kalimat tauhd" yang berbunyi: "Lailahailallah" yang berarti bahwa satu-satunya tuhan (ilah) yang pantas untuk diabdi, ditaati, disembah, diikuti ajarannya hanyalah Allah. Ajaran Tauhid menurut Islam dibawa oleh seluruh Nabi/Rasul tak terkecuali. Tidak semua Nabi dikisahkan dalam Al Quran. Hanya saja setelah Kenabian Muhammad tidak akan ada Nabi lagi. Nabinabi sebelum Muhammad diutus untuk umatnya masing-masing, sedangkan Muhammad sebagai penutup para Nabi diutus untuk seluruh umat manusia hingga akhir zaman. Pengucapan syahadat dalam Islam adalah salah satu dari kelima Rukun Islam yang diakui oleh Muslim Sunni. Bila diucapkan dengan suara keras dan dengan bersungguh-sungguh, maka orang yang mengucapkannya dianggap telah menyatakan dirinya sebagai pemeluk agama Islam. Sholat di dalam Islam, misalnya, mencakup pernyataan kesaksian tentang monoteisme. Islam menyatakan "Keesaan Allah" sebagai ajaran utama mereka. Lebih jauh, Islam menganggap ajaran Tritunggal di dalam agama Kristen sebagai penyimpangan terhadap ajaran Isa yang sesungguhnya. Kebenaran seseorang dalam Islam diukur dari "penyerahan dirinya secara total kepada ajaran Allah". Penyerahan diri yang dimaksud adalah menempatkan diri sebagai pelayan Tuhan dan tidak lagi hidup untuk kepentingannya sendiri, karena hanya dengan demikian pemeluk Islam dianggap kaffah dalam beragama. Mereka yang mengaku diri Islam namun dalam kehidupan mereka tidak melaksanakan ajaran-ajaran yang ada dalam Islam, dapat disebut sebagai orang munafik. Orang munafik adalah orang yang tidak jelas keyakinannya, orang yang di satu sisi mengakui Islam namun di sisi lain ia tidak melaksanakan apa yang diperintahkan dalam Islam. Orang-orang yang seperti inilah yang disebut dengan orang-orang yang kafir dengan sebenar-benarnya. Dalam pengertian yang universal tauhd sering juga dilambangkan dengan angka O (nol), yang berarti suatu keadaan dimana seseorang sudah mengikhlaskan diri sepenuhnya kepada Allah, sudah menanggalkan egonya, kepentingannya sehingga dirinya dapat dikatakan sudah tidak memiliki keberadaan, yang ada hanyalah Allah dan dirinya hanyalah perpanjangan tangan Allah. Ateisme sebagai pandangan filosofi adalah posisi yang tidak mempercayai akan keberadaan tuhan dan dewa nonteisme atau menolak teisme sekaligus. Walapun ateisme seringkali di samakan ireligiusitas, beberapa filosofi religius seperti teologi sekuler dan beberapa macam dari Buddhisme Theravada tidak mempercayai akan tuhan pribadi.

Banyak ateis bersikap skeptis kepada keberadaan fenomena paranormal karena kurangnya bukti empiris. Yang lain memberikan argumen dengan dasar filosofis, sosial, atau sejarah. Walaupun banyak dari yang mendefinisikan dirinya sebagai ateis cenderung ke pada filosofi sekular seperti humanisme dan naturalisme, tidak ada ideologi atau perilaku spesifik yang dijunjung oleh semua ateis.

[sunting] Asal Istilah


Kata ateisme berasal dari kata sifat dalam Bahasa Yunani Kuno yang berarti "tidak bertuhan". Pada awalnya ateisme digunakan sebagai julukan peyoratif yang di gunakan untuk menyebut orang-orang yang kepercayaannya bertentangan dengan agama yang sudah mapan di lingkungannya. Dengan menyebarnya pemikiran bebas, skeptisme ilmiah, dan kritik terhadap agama, istilah ateis mulai dispesifikasi untuk merujuk kepada mereka yang tidak percaya kepada tuhan. Ateisme bukanlah percaya bahwa Tuhan tidak ada melainkan tidak percaya bahwa Tuhan ada. Dengan kata lain, atheisme bukan merupakan kepercayaan atau keyakinan melainkan sistem ketidakpercayaan atau ketidakyakinan. Ateisme bukan merupakan suatu agama, tidak memiliki ajaran resmi selayaknya agama pada umumnya. Ateisme juga bukan sebuah pemikiran anti-agama dan antituhan namun sering kali dikacaukan dengan Antiteisme yang merupakan suatu pemikiran anti-agama atau anti-tuhan. Ateisme bukanlah agama karena tidak punya ajaran tertentu, tidak punya kitab suci tertentu, dan tidak juga menyembah apapun. Ateisme sama sekali berbeda dengan komunisme. Komunisme pada umumnya ateis, tetapi ateis tidak berarti komunis. Komunisme adalah sebuah sistem pemikiran yang dapat dikembangkan menjadi ideologi dan bahkan sistem pemerintahan, sementara ateisme merupakan sistem ke(tidak)percayaan. Agnostisisme tidak sama dengan ateisme. Agnostisisme artinya tidak mengetahui apakah Tuhan ada atau tidak. Sementara ateisme tidak mempercayai keberadaan Tuhan. Pemikiran bahwa Tuhan tidak ada tidak berarti juga berpikir bahwa manusia bebas melakukan apapun. Ateisme hanyalah suatu keadaan sebatas 'tidak percaya bahwa Tuhan ada', tidak lebih dari itu. Tidak ada jaminan bahwa seorang ateis akan berbuat semaunya, seperti juga tidak ada jaminan seorang beragama dan percaya pada Tuhan akan berbuat baik. Seorang ateis juga dapat (dan umumnya) menjadi seorang humanis. Terdapat juga mereka yang menjadi sadis seperti Josef Stalin yang telah terbukti membunuh 30 juta jiwa rakyatnya sendiri (walaupun perlu ditekankan bahwa yang kekejaman yang dilakukan Stalin bukan semata karena ia tidak percaya kepada tuhan namun karena ideologi komunisme yang ia selewengkan), maupun menjadi seperti Voltaire yang memperjuangkan kebebasan rakyat jelata Prancis dari kungkungan penguasa pemerintahan dan penguasa agama yang absolut.

You might also like