You are on page 1of 9

Mencetak Pemimpin Bangsa Sejak Dini

Rochmanuddin

Rochmanuddin Liputan6.com, Jakarta: Guna menyiapkan tunas-tunas pemimpin bangsa di masa mendatang perlu adanya pendidukan mendidik kepemimpinan sejak dini bagi putra-putri bangsa. Seperti halnya yang dilakukan SMP LabSchool Cibubur, Jawa Barat. Ratusan siswa-siswi SMP LabSchool Cibubur mengikuti kegiatan Studi Apresiasi Kepemimpinan Siswa Teladan Indonesia (Sakti) yang dibekali dengan berbagai materi tentang kepemimpinan, hingga pelatihan secara fisik. "Tujuan kegiatan ini tak hanya menciptakan calon pemimpin masa depan yang baik, melainkan juga menciptakan pengalaman yang berkesan bagi setiap murid SMP LabSchool Cibubur. Kegiatan wajib bagi semua siswa ini merupakan yang perdana," ujar Kepala SMP LabSchool Cibubur Uswadin kepada Liputan6.com, Sabtu (18/2). Acara yang dilaksanakan sejak 17 hingga 19 Februari 2012 ini digelar di lokasi pelatihan Komando Strategi Angkatan Darat (KOSTRAD) di desa Mekar Buana, Karawang, Jawa Barat. Dalam kegiatan yang diikuti 168 murid ini, para murid dididik ala militer dalam hal fisik, kedisiplinan dan kerjasama. "Namun kami lebih menekankan unsur kedisiplinan, karena militer juga identik dengan kedisiplinan," kata Uswadin. Selain itu, untuk pembekalan materi, pihak sekolah berusaha menghadirkan langsung para pemateri dari instansi atau institusi terkait. Misalnya, untuk materi kepemimpinan bertema "Menjadi Pemimpin Harapan Bangsa," Komandan Denharrahlat Kostrad diundang sebagai pemateri. Kemudian untuk materi Asyiknya Hidup Jujur, para siswa juga menerima pemaparan pemateri yang didatangkan langsung dari lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Begitu juga untuk materi terkait pencegahan narkoba, pemateri juga langsung dari pihak Badan Nasional Narkotika (BNN). Pengamat pendidikan, Arief Rachman, juga dilibatkan untuk mengisi materi bertajuk "Menjadi Generasi Muda yang Tangguh." Para siswa juga mendapatkan materi tentang karakter building khususnya soal penanggulangan

bencana dan berbagai kegiatan seperti outbond, kultum kelompok, parade busana daerah, pentas seni dan pengenalan senjata oleh TNI. Acara ini juga dilengkapi dengan kegiatan bakti sosial dari Persatuan Orangtua Murid dan Guru (POMG) SMP LabSchool Cibubur kepada warga Desa Mekar Buana dan anak-anak. Bantuan yang diberikan berupa sembako, penyuluhan kesehatan, pengobatan gratis, life skill, serta dilengkapi hadiah bagi anak-anak warga yang dapat menyelesaikan ajang permainan menarik.(ADI/YUS)

Empat Tahun Murid Belajar di Teras


Yusril Ardanis

Liputan6.com, Pekanbaru: Provinsi Riau dikenal sebagai salah satu wilayah yang amat kaya. Tapi ironis, di provinsi yang kaya akan hasil bumi seperti minyak, hutan, dan pertambangan itu masih ada anak-anak yang melakukan aktivitas belajar mengajar hanya di emperan sekolah karena tak ada tempat lagi. Di SDN 047, Tenayan Raya, Pekanbaru, Riau nasib anak-anak tak diperhatikan oleh pemerintah daerahnya sendiri. Kondisi memprihatinkan itu dialami para siswa lebih dari empat tahun. Jumlah murid yang terus bertambah tak lagi bisa ditampung pihak sekolah. Akibatnya para siswa didik belajar di emperan lorong-lorong sekolah setiap harinya karena tidak ada ruang bagi mereka untuk belajar. Jika hari hujan, para siswa segera dipulangkan. Kepala Sekolah SDN 047 Yasmini Rivai mengatakan bahwa pemerintah provinsi dan kota telah lama diberitahu tentang kondisi sekolah dan para siswa. Tapi sampai sekarang tak ada perhatian dan perubahan apa pun. Beberapa petugas dari Dinas Pendidikan datang namun tak ada tindak lanjut apa pun. Jumlah siswa SDN 047 Tenayan Raya, Pekanbaru kini mencapai 281 anak. Murid sebanyak itu terdiri dari kelas 1-6. Anak-anak yang belajar di lorong dan emperan kelas sekitar 30-an murid. (Vin)

Buruh: Pemerintah Cuma Melindungi Pengusaha


Riski Adam

Liputan6.com, Malang: Ketua Umum Pengurus Pusat Serikat Pekerja Farmasi dan Kesehatan (SP Farkes) Rudy Prayitno menjelaskan saat ini pemerintah hanya terkesan melindungi pengusaha, bukan pekerja. Ia menjelaskan saat ini pekerja sangat mudah dipolitisasi pemerintah. Sebab pekerja hanya menjadi objek dari para pemilik modal menjalankan roda produksi perusahaan. "Jadi pekerja sementara ini hanya menjadi suatu objek sehingga terpolitisasi, jadi apapun yang dilakukan pemerintah selalu mengatasnamakan kesejahteraan pekerja, tapi praktiknya mereka tidak lagi membela pekerja tapi ada keterpihakan mereka kepada para pengusaha," kata Rudy di sela-sela Kongres KSPSI Ke-VIII di Kota Batu, Malang, Jawa Timur, Sabtu (18/2). Salah satu Ketua DPP KSPSI ini juga menjelaskan keberpihakan pemerintah kepada para pengusaha terbuti dari upah kerja yang diberikan secara tak layak. Padahal lanjut Rudy, saat ini banyak pekerja Indonesia memiliki keterampilan dan kemampuan yang baik tak jauh berbeda dengan para pekerja di luar negeri. "Jadi kalau mau jujur pekerja di Indonesia yang memiliki skill yang cukup bagus dibandingkan pekerja-pekerja di luar negeri. Mereka memiliki upah tidak lebih dari sepertiga dari upah-upah yang ada di negara-negara lain," jelas Rudy. "Seperti pekerja elektronik yang ada di Jepang dan Malaysia misalnya dan upahnya jauh lebih besar dari pekerja elektronik di Indonesia. Walaupun mereka penugasannya sama." Melihat kondisi seperti itu, Rudy menegaskan sudah sangat jelas pemerintah saat ini melindungi para pengusaha ketimbang para pekerja jika dilihat dari sisi upah minimum pekerja.(AIS)

Puluhan Guru Mengikuti Uji Kompetensi


Edy Lius dan Bambang Purwanto

Liputan6.com, Tangerang: Puluhan guru mengikuti ujian kompetensi dalam rangka sertifikasi mengajar untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Guru yang lulus uji kompetensi tahap awal akan melanjutkan ke tahap selanjutnya hingga memperoleh setifikasi mengajar. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) M. Nuh di Tangerang, Banten, Sabtu (25/2), meminta agar para guru yang merasa belum memenuhi prasyarat untuk mengikuti sertifikasi ini segera mengurus untuk mengikuti uji kompetensi awal. Sehingga tidak ada kesan guru yang belum mengurus ini seolah ditinggalkan. Mendikbud juga menegaskan, pelaksanaan uji kompetensi merupakan saringan untuk memantau apakah guru yang bersangkutan sudah memenuhi kualifikasi dasar yang layak untuk mengikuti pendidikan latihan profesi guru. Tujuannya agar kompetensi dasar guru dapat dijamin.(JUM)

Guru SMPN 1 Merauke Dipukul Wali Murid


Muhammad Ridwan

Liputan6.com, Merauke: Puluhan guru Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Merauke, Papua, berunjuk rasa di kantor polisi, Sabtu (25/2). Aksi ini sebagai protes karena rekan mereka dipukul oleh orang tua murid. Akibat ditinggal guru, para murid tak bisa belajar. Para guru menuntut polisi segera memproses pelaku kekerasan terhadap guru agar kasus serupa tak terulang lagi. Selain itu, mereka juga menuntut pemukul rekan mereka, Sugimin segera meminta maaf secara terbuka. Sugimin dipukul oleh Boby, ayah Aldo murid kelas satu. Boby marah karena tidak terima anaknya dicubit oleh Sugimin hingga membekas di perut. Hukuman cubit diberikan Sugimin karena Aldo tidak menghiraukan panggilan untuk segera masuk kelas.(JUM)

\Negara berlakukan jaminan kesehatan kepada pasien miskin


Sabtu, 18 Februari 2012 23:55 WIB | 2525 Views

Ilustrasi (ANTARA/Ari Bowo Sucipto)

Pemerintah Berupaya ...

Target Pembayaran Klaim ... Mamuju (ANTARA News) - Negara segera akan memberlakukan program jaminan kesehatan kepada masyarakat miskin pada tahun 2014, agar masyarakat dapat mendapatkan pelayanan kesehatan lebih maksimal. "Pada tahun ini pemerintah di tingkat pusat sedang menggagas program pemberian jaminan kesehatan kepada masyarakat miskin," kata Mentri Koordinator Mentri Kesejahteraan Rakyat, Agung Laksono saat melakukan peninjauan kampus Poltekkes Sulbar, yang dibangun di Desa Tadui Kecamatan Mamuju Kabupaten Mamuju, Sabtu. Kunjungan Menkokesra di Poltekkes Sulbar didampingi Gubernur Sulbar, Anwar Adnan Saleh dan Wakil Gubernur Sulbar, Aladin S Mengga. Ia mengatakan, pasien miskin di negara ini akan dibayar negara melalui APBN, untuk mendapatkan jaminan kesehatan agar dapat berobat secara gratis pada setiap unit pelayanan kesehatan mulai dari tingkat puskesmas sampai rumah sakit. "Negara akan segera mendata pasien miskin yang layak diberikan jaminan kesehatan yang selama ini sulit berobat karena kekurangan biaya, yang pastinya mereka yang didata bukan masyarakat seperti saya atau Gubernur Sulbar dan pejabatnya di Provinsi Sulbar, tetapi mereka yang masih tidak mampu mendanai pengobatannya untuk berobat di puskesmas maupun rumah sakit," katanya. Menurut dia, program tersebut akan mulai dijalankan pada tahun 2014 sehingga tidak akan ada lagi masyarakat miskin yang ditemukan tidak dapat berobat dirumah sakit atau puskesmas, tetapi akan mendapatkan pelayanan kesehatan secara maksimal. Oleh karena itu ia mengatakan, pemerintah di Sulbar akan segera membutuhkan tambahan tenaga kesehatan dalam mensukseskan program tersebut dijalankan di masyarakat, sehingga perguruan tinggi kesehatan di seluruh daerah Indonesia, diminta menggenjot jumlah mahasiswanya untuk menghasilkan tenaga kesehatan yang baru.

"Selain butuh mahasiswa kesehatan yang banyak, juga diminta ada peningkatan mutu dan kualitas dari tenaga kesehatan yang akan dihasilkan kampus kesehatan diseluruh di Indonesia, termasuk di Provinsi Sulbar," katanya. Oleh karena itu ia mengatakan, pemerintah di Sulbar harus terus membangun sarana infrastruktur bagi peningkatan pendidikan kesehatan dalam rangka mencetak tenaga kesehatan karena pemerintah ditingkat pusat juga akan mengalokasikan bantuannya bagi program itu. "Indonesia salah satu negara yang tingkat pelayanan kesehatannya rendah sehingga harus terus digenjot pelayanan kesehatan secara maksimal bagi masyarakat agar seluruh masyarakat dapat merasakan pelayanan kesehatan dari pemerintah," katanya. (MFH)

36,88 persen penduduk tak terlindungi Jamkes


Kamis, 23 Februari 2012 11:12 WIB | 1759 Views

Wakil Menteri Kesehatan RI Prof Dr Ali Ghufron Mukti. (FOTO ANTARA)


Ini bisa mengakibatkan masyarakat mudah jatuh miskin akibat harus membiayai pengobatannya"

Target Pembayaran Klaim ...

Gizi Buruk, Perburuk Perilaku Bandarlampung (ANTARA News) - Wakil Menteri Kesehatan RI Prof Dr Ali Ghufron Mukti mengatakan pada 2011, 36,88 persen penduduk Indonesia belum terlindungi oleh jaminan kesehatan (Jamkes). "Peserta jaminan kesehatan tahun 2011 mencapai 63,12 persen dari 237,6 juta penduduk Indonesia. Sisanya, hampir dari penduduk Indonesia 36,88 persen belum terlindungi oleh jaminan kesehatan," katanya di Bandarlampung, Kamis. Kondisi tersebut berdampak kurang baik bagi pengendalian biaya kesehatan yang cenderung meningkat. "Ini bisa mengakibatkan masyarakat mudah jatuh miskin akibat harus membiayai pengobatannya, sementara fasilitas pemberi layanan kesehatan cenderung memberikan pelayanan yang tidak rasional untuk mendapatkan keuntungan besar," ujarnya dalam acara pencanangkan Jamkesta Provinsi Lampung, di Bandarlampung. Ghufron menyebut Jamkesta terbukti bermanfaat untuk menjangkau penduduk, khususnya penduduk miskin dan tidak mampu di luar kuota program jamkesmas. Dia melanjutkan, data Kementerian Kesehatan bulan Oktober 2011 menunjukkan dari 497 kabupaten/kota, sudah 349 kabupaten/kota melaksanakan Jamkesda dengan cakupan sekitar 31 juta jiwa.(*)

You might also like