You are on page 1of 9

Abstrak

Pelayanan KB yang berkualitas mencakup pemberian jaminan pelayanan yang dapat melindungi klien dari resiko, efek samping dan komplikasi serta meminimalkan kemungkinan terjadinya kegagalan pemakaian kontrasepsi. Pelaksanaan program Keluarga Berencana di Kabupaten Boyolali secara Nasional sudah berjalan 35 tahun. Namun masih banyak calon akseptor KB mengalami kesulitan di dalam menentukan pilihan jenis kontrasepsi. Berbagai faktor yang harus dipertimbangkan, termasuk status kesehatan, efek samping, konsekuensi kegagalan akan kehamilan yang tidak diinginkan, besar keluarga yang direncanakan, persetujuan pasangan, bahkan norma budaya lingkungan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan akskeptor KB dalam memilih alat Kontrasepsi Dalam Rahim di RSU Pandan Arang Boyolali. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptik analitik dengan rancangan penelitian Cross Sectional dengan lokasi penelitian di RSU Pandan Arang Boyolali. Responden adalah ibu yang menggunakan alat kontrasepsi di RSU Pandan Arang Boyolali sebanyak 60 responden. Pengumpulan data dengan cara kuesioner, analisa data dengan mengelompokkan jawaban responden sesuai item, yang disajikan dalam bentuk tabel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, dukungan keluarga, tarif layanan tidak mempunyai hubungan yang mempengaruhi akseptor KB untuk memilih metode Alat Kontrasepsi Dalam Rahim.

1. Latar Belakang Pelaksanaan program KB secara umum di Kabupaten Boyolali yang sejak tahun 2004 telah menjadi badan daerah, dan telah melaksanakan upayaupaya yang bermakna untuk meningkatkan kualitas akses dan pelayanan lebih aman, terjangkau biayanya, lebih mudah diakses oleh klien dan adanya jaminan ketersediaan alat / obat kontrasepsi yang berkualitas. Hal ini sesuai dengan visi baru program KB nasional tahun 2007 seluruh keluarga di Indonesia mengikuti program KB, dengan mewujudkan visi yaitu Mewujudkan Keluarga Berkualitas 2015, salah satu misi yang dijalankan dalam rangka mencapai visi tersebut adalah mewujukan kelurga kecila bahagia sejahtera. Jaminan dan pelayanan kontrasepsi tidak lagi berorientasi pencapaian kuantitas atau memaksimalkan akses dan cakupan peserta program KB, tetapi terus berupaya dan berorientasi pada pemenuhan permulaan pelayanan berkualitas yang dapat diberikan secara maksimal. Pelayanan KB yang berkualitas mencakup pemberian jaminan pelayanan yang dapat melindungi klien dari resiko dan efek samping dan komplikasi serta meminimalkan kemungkinan terjadinya kegagalan pemakaian kontrasepsi. Pelaksanaan pelayanan program KB, senantiasa dilaksanakan

terintegrasi dengan kegiatan kelangsungan hidup ibu, bayi dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi, serta selalu memperhatikan kesehatan dan kesetaraan gender sebagai salah satu upaya pemenuhan hak-hak reproduksi kepada masyarakat. Memperhatikan hal-hal tersebut, maka operasional / pelaksanaan progam KB perlu dikelola secara lebih serius, profesional dan berkesinambungan sehingga upaya-upaya tersebut dapat memberi kepuasan bagi semua pihak baik klien maupun pemberi pelayanan (provider) yang pada akhirnya akan

meningkatkan kesertaan masyarakat dalam ber KB, terhindar dari masalah kesehatan, reproduksi, meningkatnya kesejahteraan keluarga. Dalam ICPD (Internationale Conference on Population and

development) Kairo 1994, disebutkan bahwa salah satu tujuan program keluarga berencana yaitu membantu pasangan dan individu untuk menentukan secara bebas dan bertanggung jawab tentang jumlah dan jarak antara satu anak dengan anak lainnya dan untuk mendapatkan informasi dan sarana dalam melakukannya, juga untuk memberi kebebasan serta ketersediaan berbagai macam alat kontrasepsi yang aman dan sehat. Pelaksanaan program KB di Kabupaten Boyolali seiring dengan perjalanan program KB secara nasional dan sudah berjalan lebih 35 tahun. Namun masih banyak calon akseptor KB mengalami kesulitan didalam menentukan pilihan jenis kontrasepsi. Hal ini tidak hanya karena terbatasnya metode yang tersedia, tetapi juga oleh ketidak tahuan mereka tentang persyaratan dan keamanan metode kontrasepsi tersebut. Berbagai faktor harus dipertimbangkan, termasuk status kesehatan, efek samping, konsekuensi kegagalan akan kehamilan yang tidak diinginkan, besar keluarga yang direncanakan, persetujuan pasangan, bahkan norma budaya lingkungan dan orang tua. Tidak ada satupun metode kontrasepsi yang aman dan efektif bagi semua klien, karena masing-masing mempunyai kesesuaian dan kecocokan individual bagi setiap klien. Namun secara umum persyaratan metode kontrasepsi ideal adalah sebagai berikut : aman, yaitu tidak akan menimbulkan komplikasi berat bila digunakan, berdaya guna, bila digunakan sesuai dengan aturan akan dapat mencegah terjadinya kehamilan, dapat diterima, bukan hanya oleh klien melainkan juga oleh lingkungan budaya dan masyarakat, terjangkau harganya oleh masyarakat, bila metode tersebut dihentikan klien akan segera kembali kesuburuannya, kecuali untuk kontrasepsi mantap (Panduan Praktis, 2003). Salah satu metode kontrasepsi yang banyak digunakan adalah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) atau lebih dikenal dengan IUD (Intra

Uterine Device). AKDR adalah alat kotrasepsi yang terbuat dari plastic halus berbentuk spiral atau bentuk lain yang dipasang didalam rahim (Depkes RI, 1990). Keuntungan dari AKDR adalah praktis, ekonomis, mudah dikontrol, aman untuk jangka waktu yang lama dan kembalinya kesuburan cukup tinggi, tidak dipengaruhi oleh faktor lupa seperti Pil (Mardiya, 1999). Adapun kerugiannya adalah dapat terjadi perdarahan (Spotting dan menometrorangie), leocorea, infeksi, kehamilan ektopik, dan tali AKDR dapat menimbulkan perlukaan presio dan mengganggu hubungan seksual (Manuaba, 1998). Beberapa faktor dapat mempengaruhi seorang ibu dalam memilih alat kontrasepsi dalam rahim, diantaranya : tingkat pendidikan, pengetahuan, lingkungan, ekonomi, kebutuhan, tarif pelayanan, keluarga, oleh karena itu tenaga kesehatan diharapkan mampu memberikan KIE (Komunikasi Informasi Edukasi) yang lebih efektif kepada calon akseptor KB, dan juga dapat memberikan asuhan kebidanan kepada ibu khususnya dalam pelayanan alatalat kotrasepsi dalam rahim secara professional. Berdasarkan survei pendahuluan jumlah akseptor KB di Kabupaten Boyolali sebanyak 547 orang, antara lain IUD 66 orang (12,06 %), suntik 130 orang (23, 76 %), MOW 211 orang (38,57 %), dan pil 140 orang (25,59 %). (Rekapitulasi KB Bidan RSU Pandan Arang, Boyolali)

2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka permasalahan penelitian dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut : Faktor-faktor apakah yang berhubungan dengan tindakan akseptor KB dalam memilih alat kontrasepsi dalam rahim di RSU Pandan Arang, Boyolali ? 3. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan akseptor KB dalam memilih alat kontrasepsi dalam rahim di RSU Pandan Arang, Boyolali. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui hubungan umur responden dengan tindakan memilih AKDR b. Mengetahui hubungan tingkat pendidikan responden dengan tindakan memilih AKDR. c. Mengetahui hubungan pekerjaan responden dengan tindakan memilih AKDR. d. Mengetahui hubungan penghasilan responden dengan tindakan memilih AKDR. e. Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan tindakan memilih AKDR. f. Mengetahui hubungan tarif layanan dengan tindakan memilih AKDR. 4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai berikut : 1. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan Diharapkan penelitian ini dapat berguna dan memberi sumbangan, menambah informasi juga menambah khasanah ilmu pengetahuan. 2. RSU Pandan Arang, Boyolali Sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan dan memberikan pelayanan keluarga berencana kepada WUS dan PUS 3. Bagi petugas KB

Sebagai bahan kebijakan untuk melakukan penyuluhan. 4. Bagi peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan dan pengalaman dalam menyusun karya tulis ilmiah dan sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut serta sarana untuk menerapkan ilmu dan teori yang telah diperoleh.

5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan di Poliklinik di Bidang KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) dan KB (Keluarga Berencana) di RSU Pandan Arang, Boyolali. Bulan Agustus 2007

6. Keaslian Penelitian Penelitian dengan judul Faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan akseptor KB dalam memilih alat kontrasepsi dalam rahim di RSU Pandan Arang, Boyolali sepengetahuan penulis belum pernah dilakukan. Adapun penelitian yang pernah ada diantaranya; Penelitian mengenai AKDR yang pernah dilakukan, diantaranya : 1. Hubungan antara pemakaian AKDR dengan kehamilan extopik di RS Sardjito Yogyakarta tahun 1988 / 1992. Budi Santoso, Natalia (1993) 2. Evaluasi Keputusan Pemilihan Kontrasepsi Pada Akseptor KB di RSU Pandan Arang, Boyolali. Soniatun Nikmah (2005)

7. Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian diskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross-sectional untuk mendapatkan gambaran tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan responden atau akseptor KB dalam memilhi AKDR. Data primer diambil melalui wawancara dengan ibu hamil menggunakan kuesioner. Hasil penelitian diuji secara statistik dengan tehnik tabulasi silang (Crosstab) analisa data dengan uji korelasi koefisien kontingensi Chi Square . 1. Populasi dan sampel Populasi penelitian ini adalah ibu-ibu yang akan melakukan atau menggunakan alat kontrasepsi yang datang di Rumah Sakit Pandan Arang, Boyolali, Jawa Tengah, sejumlah 100 aseptor KB pada Agustus 2007. Sampel yang diambil ditentukan dengan teknik Simple Random Sampling dan diperoleh sampel sebanyak 60 orang. 2. Variabel Penelitian a. Variabel terikat ( variabel dependen ) Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah tindakan memilih AKDR b. Variabel bebas ( variabel independen) Variabel-variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, dukungan keluarga, tarif layanan. 3. Teknik pengumpulan dan analisis data Pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan kuesioner mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan akseptor KB dalam

memilih AKDR kepada ibu yang akan memasang atau memilih alat kontrapsepsi di Rumah Sakit Pandan Arang, Boyolali, Jawa Tengah. Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah menggunakan uji crosstab, dianalisa secara deskriptif dalam bentuk tabel dan grafik. Sebelum digunakan teknik crosstab, data terlebih dahulu diuji dengan uji validitas dan reliabilitas.

You might also like