You are on page 1of 11

Sistem Continuously Variable Transmision (CVT) Transmisi Otomatis

Disusun Oleh: Asyik Tabah Yanuary (5201407072)

TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berkembang pesat. Berbagai macam teknologi berhasil ditemukan dan dikembangkan oleh manusia, antara lain teknologi dalam bidang otomotif, manufaktur dan lain sebagainya. Dalam dunia otomotif misalnya, dari tahun ketahun mengalami perkembangan yang sangat pesat. Sebagai contoh adalah perkembangan transmisi pada kendaraan.

Pada saat ini sebagian produsen kendaraan mengembangkan dan menggunakan Continuosly Variable Transmission (CVT) hal tersebut ditandai dengan semakin meningkatnya kualitas dari CVT secara terus menerus. Prinsip kerja CVT adalah memanfaatkan perubahan diameter antara puli penggerak (driver pulley) dan puli yang digerakkan (driven pulley). Tujuan dari diadopsinya transmisi otomatis di mobil hanya satu, yakni membuat nyaman aktivitas mengemudi kita sehinggak kaki kiri tidak pengal menginjak kopling dan pemindahan tuas juga tidak lagi dibutuhkan. Hanya saja ransmisi otomatis kerap memperlambat akselerasi dan membuat boros bahan bakar.

Tapi kini masalah tersebut telah di minimalisir, sejumlah pabrikanmobil telah berhasil menciptakan transmisi otomatis canggih yang mampu membantu efisiensi mesin sehingga menghemat bbm. Lebih dari itu, kelihaian manusia memindahkan tuas transmisi secara cepat juga sudah dikalahkan oleh transmisi otomatis. Buktinya VW mengklaim data akselerasi Golf GTI bertransmisi otomatis DSG lebih singkat dibanding versi manual.

Kendati sudah diriset beberapa dekade sebelumnya, di tahun 1948 Oldsmobile menjadi mobil pertama yang mengusung transmisi full automatic, Cara kerjanya simpel, sebuah pompa hidraulik mendorong gigi ke posisi selanjutnya, bila telah tercapai torsi tertentu dari mesin. Karena banyaknya energi terbuang percuma dari selip fluida dalam transmisi, laju kendaraan lebih pelan dan konsumsi bbm lebih boros dibanding manual.

Namun ini tidak menghalangi konsumen di Negeri Paman Sam membelinya karena kenyamanan yang ditawarkan. Keberhasilan ini membuat pabrikan lain menyodorkan versi otomatis. Di 1950 saja, sebagian besar pabrikan mobil di Amerika telah memiliki varian transmisi matik. Kemudian pada tahun 1990-an ketika teknologi elektronik mulai berkembang pesat, sistem komputer pun digunakan untuk memperhebat kinerja transmisi. Perpindahan gigi manual lewat sentuhan tombol mulai diperkenalkan, dan konsumen diberi nuansa sporty di dalam kendaraan mereka. Saat ini transmisi otomatis bagaikan lahan perlombaan kecanggihan teknologi sejumlah pabrikan.

1.2. Perumusan dan Batasan Masalah Dari uraian dan latar belakang didepan , ada beberapa masalah yang dapat dirumuskan : Bagaimana mengidentifikasi karakteristik dari penggunaan Continuously Variable Transmision. Bagaimana penggerak Continuously Variable Transmission dapat digunakan pada transmisi otomatis. Bagaimana membandingkan kelebihan dan kekurangan system Continuously Variable Transmision.

1.3. Tujuan Tujuan dari makalah ini adalah : Menjelaskan prinsip kerja CVT yang dengan tanpa beban dan dengan beban. Menjelaskan performa CVT terhadap pengukuran kecepatan kendaraan sehingga diharapkan dapat meningkatkan kinerja kendaraan.

1.4. Relevansi Relevansi yang diharapkan dari hasil penulisan makalah ini adalah ; Memberikan informasi CVT yang mendalam. Memberikan informasi mengenai kinerja Sistem Transmission (CVT) pada mobil bertransmisi otomatis. Continuously Variable

1.5 Manfaat Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah ; Memberikan informasi sistem kontrol torsi roda penggerak dengan CVT. Mengembangkan kekurangan kekurangan yang ada pada sistem CVT.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Continuously Variable Transmission (CVT) adalah sistem transmisi tanpa menggunakan roda gigi. Prinsip kerja CVT adalah memanfaatkan perubahan diameter antara pulley penggerak (driver pulley) dan pulley yang digerakkan (driven pulley). Selain itu CVT juga membuat pilihan variasi rasio transmisi yang tak terbatas secara progresif diantara harga ratio minimum - maksimum. CVT dibuat tidak hanya efisien dalam mentransmisi daya, tetapi juga karena kesederhanaan dalam konstruksi dan proses manufaktur. CVT juga menjanjikan keuntungan pada penggunanaan bahan bakar yang lebih ekonomis dibanding dengan transmisi manual, hal ini pada CVT tidak adanya daya yang terbuang waktu perpindahan gigi seperti yang terjadi pada transmisi manual.

Gambar 1.1 Continuously Variable Transmision pada transmisi otomatis.

2.2 Jenis-jenis penggerak rasio CVT Sistem CVT memilik beberapa tipe penggerak rasio yaitu : 1. Variablediameter Pulley (VDP), Yaitu sistem CVT secara sederhana terdapat dua V-belt puli yang tegak lurus untuk memisahkan antar puli dari axes rotasi, dengan V-belt berputar ditengahnya. Ratio gear diubah agar bergerak pada dua bagian dari satu puli penggerak dan dua bagian lainnya dari satu puli yang digerakan. Belt rata-rata berbentuk V dimana bagian ikat pinggang dibentuk salid (T) agar dapat menahan tekanan, ini akan menyebabkan sabuk untuk naik lebih kencang sedangkan yang lain lebih longgar agar dapat melakukan perubahan yang efektif. Jarak antara pulley tidak berubah, namum belt mampu mengubah ratio gear sehingga kedua pulley harus disesuaikan (satu lebih besar, yang lainnya kecil) sekaligus untuk mempertahankan jumlah tepat ketegangan pada sabuk, seperti gambar berikut ini:

Gambar 1.2 Continuously Variable Pulley (CVP) 2. Toroidal atau roller berbasis CVT Terbuat dari disk dan roller yang berfungsi mentransfer daya antara disk. Disk digambarkan sebagai dua bagian yang berbentuk kerucut (point-to-point) sehingga sisi disk pada dua bagian dapat mengisi pusat lubang yang torus. Satu disk sebagai input dan yang kedua adalah output (tidak ada kontak antar disk). Sistem fungsinya berbeda, dengan semua komponen yang sejalan dengan roda/roller dan sistem katrol menghasilkan prinsip seperti CVT. Berikut adalah cara kerjanya: Satu disk terhubung ke mesin (katrol penggerak) Disk lain terhubung ke batang (kontrol digerakan).

Roller atau roda, terletak antara disc sebagai belt (pada CVP), yang digerakan dengan transmisi listrik dari satu disk ke yang lain. Sehingga dapat memutar roda dua sepanjang sumbu axis dan berputar di sekeliling sumbu horisontal serta memindahkan daya di luar atau di sekeliling sumbu vertikal, yang memungkinkan roda kontak dengan disc. Ketika roda berada dalam kontak dengan disk mengemudi di dekat pusat, mereka harus menghubungi driven disc dekat rim, sehingga pengurangan kecepatan dan peningkatan torque. Kontak roda penggerak disk dekat rim maka harus menghubungi driven disc dekat pusat, sehingga peningkatan kecepatan dan penurunan torque. Gerakan yang sederhana dari roda, dapat secara bertahap akan mengubah gear ratio, menjadi rasio perubahan.

Gambar 1.3 Continuously Variable Transmission Toroidal

3. Hydrostatic CVT Yaitu salah satu jenis penggerak rasio CVT yang menggunakan variable kapasitas pompa ke bervariasi cairan yang mengalir masuk secara hydrostatic aktuator. Dalam transmisi jenis ini pemutaran gerakan mesin pompa menerapkan sistem pengerak hydrostatic dimana pompa yang mengkonversi pemutaran gerakan menjadi aliran cairan. Kemudian, dengan motor hydrostatic terletak di samping menggerakkan, cairan yang mengalir kemudian dikonvert kembali ke dalam gerakan pemutaran yang ditunjukkan pada gambar 1.4.

Gambar 1.4 Continuously Variable Transmission Hydraulic

2.3 Keunggulan dan kelemahan sistem CVT Sistem ini memiliki beberapa keunggulan system CVT yaitu : Kontruksi lebih sederhana dan proses manufaktur yang lebih mudah. Akselerasi halus tanpa sentakan atau pukulan dari mengubah gear. Efisiensi bahan bakar yang lebih baik karena pada CVT tidak adanya daya yang terbuang waktu perpindahan gigi seperti yang terjadi pada transmisi otomatis.

Namun kelemahan sistem CVT yaitu : Kemampuan beltnya yang menurun drastis jika dipakai untuk kendaraan dengan daya diatas 135 HP, karena beltnya yang akan mengendur bila terlalu panas akibat gesekan dalam pemakaian yang lama, sangat tidak cocok untuk performance car karena tenaga tidak responsif, kalah responsif oleh matic biasa sekalipun. Pada matic sederhana pada saat di-kickdown langsung turun gigi.

2.4 Prinsip Kerja Sistem control untuk CVT adalah sama dengan transmisi otomatis,yaitu PR-N-D-L. Dimana P digunakan pada saat parker, R saat mundur (reverse), N saat posisi netral, D saat berjalan, L saat putaran rendah atau jalan menanjak. Dengan system transmisi tersebut perpindahan rasio menjadi tidak terasa. Prinsip kerja CVT adalah memanfaatkan perubahan diameter antara puli penggerak (driver pulley) dan puli yang digerakkan (driven pulley), selain melakukan variasi rasio transmisi menjadi dapat tak terbatas.

Ciri khas kedua puli CVT adalah diameter alur di bagian dalamnya bisa berubahubah. Untuk ini, salah satu sisi dari puli bisa bergeser. Sisi ini bisa menjauh atau mendekati sisi yang satu lagi yang dibuat tetap atau tidak bisa bergerak. Puli pertama berfungsi sebagai penerima tenaga dari mesin atau disebut juga puli pemutar.

Setelah itu, melalui sabuk, puli ini meneruskan tenaga mesin ke puli kedua yang disebut puli yang diputar. Dari puli terakhir inilah, tenaga mesin diteruskan ke roda. Pemindahan tenaga dari CVT ke roda tentu tidak bisa langsung, tetapi menggunakan roda gigi atau diferensial (perbandingan gigi akhir). Untuk menggeser sisi puli yang bisa bergerak, digunakan aliran hidraulis bertekanan. Jadi, sistem dilengkapi pompa.

Dari perubahan perbandingannya saat putaran rendah atau pertama kali mobil dijalankan, diameter puli pertama kecil, sedangkan puli kedua besar. Hasilnya, putaran mesin yang dipindahkan ke puli kedua turun. Tepatnya, mobil berjalan pelan. Kondisi ini selain digunakan untuk jalan pertama kalinya, juga untuk berakselerasi. Kondisi ini disebut perbandingan gigi rendah. Begitu putaran mesin dinaikkan,terjadi perubahan diameter pada kedua puli. Puli pemutar, diameternya membesar, sedangkan puli yang diputar mengecil. Akibatnya, putaran puli kedua bertambah cepat dan tentu saja membuat

laju mobil bertambah kencang. Kondisi ini disebut perbandingan gigi tinggi digunakan melaju dengan kecepatan tinggi.

Versi terakhir dari CVT adalah pemasangan atau penambahan torque converter (TC) atau konverter torsi yang berbentuk gentong pada unitnya. TC digunakan untuk memperbesar torsi, utamanya saat pertama kali mobil dijalankan. Kendati begitu, putaran mesin bertambah, TC dikunci. Putaran mesin langsung dipindahkan ke puli. Dengan ini, perpindahan tenaga bias dilakukan secara efisien. CVT dengan TC saat ini digunakan pada Nissan (X-Trail) dan segera menyusul Honda Odyssey. Dengan penggunaan TC ini pula, maka fluida atau cairan untuk CVT sama dengan ATF. Menurut Nissan, dengan menggunakan ATF, kerja CVT memindahkan tenaga lebih cepat sampai 30 persen dibandingkan bila tidak menggunakan ATF. Selama ini, CVT banyak digunakan pada mobil-mobil kecil. Ini disebabkan kemampuan sabuk atau belt yang menghubungkan kedua puli. Namun, dengan berkembangnya materi sabuk dan teknologinya, mobil dengan mesin berkapasitas besar pun mulai menggunakannya. Sebagai contoh, Nissan, yang memberi nama CVT-nya dengan X-Tronic, sudah menggunakannya untuk kendaraan bermesin 3,5 liter. Adapun Honda pada Odyssey, minivan 7 penumpang bermesin 2,4 liter. Honda juga punya pabrik CVT di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA Diktat T. Kendaraan, Model Sistem Transmisi Automatic ( CVT ) Dengan Transmisi Manual, Jurusan Teknik Mesin UMS, Surakarta, 2000 http://digilib.its.ac.id http://users.cjb.net/ayokuliah

You might also like