You are on page 1of 2

Mobile WiMAX : 802.

.16e (mobile WiMAX standar) dikembangkan untuk memberikan solusi pada sistem selular dan mengembangkan layanan mobile voice dengan menambahkan layanan high-speed mobile data. Jika industri seluler memulai dari layanan suara lalu ditambahkan layanan data, maka 802.16e dimulai dari data dan ditambahkan layanan suara. 802.16e dikembangkan untuk mobilitas. Piranti terminal harus dilengkapi dengan battery dan berbentuk kecil sehingga mudah dibawa. Piranti pada pengguna memerlukan penambahan peralatan signal processing untuk mengatasi terbatasnya daya dan gain antena karena faktor bentuk yang kecil. Duplex Mode : The IEEE 802.16e-2005 air-interface mendukung Time Division Duplexing (TDD) dan Frequency Division Duplexing (FDD) mode. TDD mode ditawarkan karena beberapa pertimbangan : o Memungkinkan alokasi dinamis resources DL dan UL untuk mendukung secara efisien trafik asimetris DL/UL (adaptasi dari DL:UL ratio dengan trafik DL/UL). o Menjamin resiprositas kanal untuk mendukung adaptasi link secara baik, MIMO dan transmit beam-forming. o TDD hanya membutuhkan sebuah kanal untuk downlink dan uplink, sehingga memberikan feksibilitas yang tinggi untuk beradaptasi dengan bermacam-macam global spectrum allocations. o Perancangan transceiver untuk implementasi TDD lebih sederhana sehingga lebih murah.

dan murah termasuk PC cards dan USB. Konsep OFDMA : Pada OFDMA multiple access terdapat dua dimensi (waktu dan frekwensi) Multiple users menggunakan sub-kanal sub-kanal yang berbeda untuk akses jamak (multiple access). menaikkan kapasitas memperbaiki scheduling and QoS support menurunkan interferens (tidak terjadi intra-cell interference) memperbaiki link margin (subchannelization gain) Sub-kanalisasi yang fleksibel Pseudo-random permutation (PUSC) untuk diversitas frekwensi atau Contiguous assignment (AMC) untuk memungkinkan beamforming Struktur Scalable mendukung variable bandwidth. Struktur Simbol OFDMA Ada tiga jenis sub-carrier OFDMA : o Data sub-carriers untuk transmisi data. o Pilot sub-carriers untuk bermacam estimasi dan tujuan-tujuan sinkronisasi. o Null sub-carriers tidak untuk transmisi, digunakan untuk guard bands (kiri dan kanan) dan DC carriers (digunakan pada transmission frequency). Sub-carrier sub-carrier aktif (data dan pilot) dikelompokkan kedalam beberapa sub-carrier disebut sub-kanal sub-kanal.

OFDM vs. OFDMA Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) memecah wireless carrier menjadi 256 buah sub-carrier. Keuntungannya : a) mampu menghilangkan inter symbol interference (atau multipath), dan b) memperbaiki kualitas sinyal propagasi pada kawasan (NLOS). Fixed WiMAX uses OFDM. Orthogonal Frequency Division Multiple Access (OFDMA) memecah wireless carrier menjadi sampai 2048 buah sub- carrier. Mobile WiMAX menggunakan Scalable OFDMA. Keuntungannya lebih baik dari OFDM terutama kualitas sinyal propagasi nya, juga piranti pengguna lebih kecil

OFDMA WiMAX mendukung sub-kanalisasi pada downlink dan uplink. The minimum frequency-time resource unit dari sub-kanalisasi adalah satu slot, sama dengan 48 data tones (sub-carrier). Sub-kanalisasi Sub-carrier sub-carrier yang membentuk sebuah sub-kanal tidak harus berdampingan (contiguous). Cara-cara mengelompokkan sub-carrier sub-carrier menjadi kanal-kanal dinamakan permutasi. Ada dua jenis permutasi untuk sub-kanalisasi ; diversity dan contiguous. Permutasi diversity menebar sub-carrier sub-carrier secara acak membentuk sebuah sub-kanal. Permutasi ini meliputi DL FUSC (Fully Used Sub-Carrier), DL PUSC (Partially Used Sub-Carrier) dan UL PUSC serta permutasi pilihan tambahan. Tiga permutasi utama : o FUSC Full Usage of Sub-channels (hanya DL): Menghasilkan diversitas frekwensi dengan menebar subcarrier sub-carrier pada seluruh spektrum (band) o PUSC Partial Usage of Sub-channels (UL dan DL) - mengelompokkan sub-carrier sub-carrier ke dalam tile-tile untuk memungkinkan fractional frequency reuse scheme (FFRS). - memiliki distribusi sub-carrier sub-carrier sepanjang band untuk setiap sub-kanal. AMC (atau Band AMC) Adaptive Modulation dan Coding (UL dan DL) - Permutasi sub-carrier sub-carrier yang berdekatan

- Menggunakan sub-carrier sub-carrier yang berdekatan untuk setiap sub-kanal, untuk diterapkan beam forming. Permutasi alternatif, seperti TUSC (untuk mendukung beam forming dan permutasi OFDMA) digunakan sebagai sebuah pilihan pada sub-frame downlink. Dengan DL PUSC, untuk setiap pasang simbol OFDM, subcarrier sub-carrier yang ada atau digunakan dikelompokkan kedalam cluster-cluster yang berisi 14 contiguous sub-carriers tiap periode simbol, dengan penempatan pilot dan data dalam tiap cluster seperti gambar berikut. Sub-carrier space yang ada dipisah menjadi tiles dan enam (6) buah tiles, diambil dari seluruh spektrum dengan skema cara permutasi/re-arranging, dan dikelompokkan bersama mebantuk satu slot. Slot berisi 48 sub-carrier data dan 24 sub-carrier pilot dalam 3 simbol 3 OFDM. Permutasi contiguous mengelompokkan satu blok dari subcarrier sub-carrier yang berdekatan untuk membentuk sebuah sub-kanal. Permutasi contiguous mencakuo DL AMC dan UL AMC, dan memiliki struktur yang sama. Satu bin berisi 9 sub-carrier yang berdekatan dalam satu simbol, 8 digunakan untuk data dan 1 digunakan untuk satu pilot. Satu slot dalam AMC didefinisikan sebagai sebuah koleksi binbin dengan tipe (N x M = 6), N menyatakan banyaknya bin-bin yang berdekatan, dan M banyaknya simbol-simbol yang berdekatan. Jadi kombinasinya berbentuk [(6 buah bin, 1 simbol), (3 bin, 2 simbol), (2 bin, 3 simbol), (1 bin, 6 simbol)]. Permutasi AMC memungkinkan multi-user diversity dengan memilih sub-kanal dengan frequency response terbaik. Sub-kanalisasi dan Slot Skema sub-kanalisasi mendefinisikan slot-slot/sub-kanal subkanal Slot merupakan unit alokasi dasar dalam time-frequency grid - Slot adalah sebuah kotak , n x m (kotak dalam grid) dengan n menyatakan sejumlah sub-carrier dan m menyatakan sejumlah contiguous symbols - Slot berisi 48 data carriers untuk semua skema sub-kanalisasi, tetapi susunannya berbeda untuk skema yang berbeda - Jumlah dari pilot carriers dalam sebuah slot akan berbeda untuk skema sub-kanalisasi yang berbeda Istilah sub-kanal memiliki definisi yang membingungkan dalam standar - Sub-kanal didefinisikan sebagai sebuah kelompok dari beberapa sub-carrier - Sub-kanal sebenarnya menyatakan dimensi frekwensi dari slotslot Jumlah sub-carrier yang digunakan pada seluruh spektrum akan berbeda untuk skema permutasi yang berbeda. Scalable Orthogonal Frequency Division Multiple Access (SOFDMA) Pada Scalable OFDMA (S-OFDMA), dilakukan pengaturan ukuran FFT dengan tetap menjaga jarak frekwensi antar subcarrier sebesar 10.94 kHz. Sehingga menghasilkan efisiensi spektral yang besar pada kanal wideband dan menurunkan biaya pada kanal-kanal narrowband. Parameter-parameter S-OFDMA ditunjukkan seperti tabel berikut;

MIMO BTS: Multiple Antennas - Cyclic Delay Diversity (tidak perlu standarisasi) - Rate-1 MIMO Space-Time Coding (Alamouti Codes) - Rate-2 MIMO Spatial Multiplexing - Beam Forming - Maximum Ratio Combining (MRC) - Minimum Mean Square Error (MMSE) Terminal user : 2 RX antenna - Maximum Ratio Combining (MRC) - Minimum Mean Square Error (MMSE) - Maximum Likelihood Detection (MLD) Beamforming (closed-loop): menggunakan banyak antena untuk mengirim weighted signals untuk memperbaiki cakupan dan kapsitas sistem serta mengurangi outage probability. Space-Time Coding (STC; open-loop): seperti skema Alamouti untuk memberikan spatial diversity dan mengurangi fade margin. Spatial Multiplexing (SM; open-loop): mengambil keuntungan dari higher peak rates dan menaikkan throughput. Spatial Multiplexing (SM; open-loop): dengan spatial multiplexing, banyak deretan informasi dikirim melalui banyak antena. Jika penerima memiliki juga banyak antena maka dapat dipisahkan deretan informasi yang berbeda-beda untuk menaikkan throughput dibanding dengan satu antena. Dengan MIMO 2x2 MIMO, SM dapat menaikkan 2 x lipat peak data rate dengan mengirim dua deretan data. Menggabungkan Beamforming dengan MIMO dapat menaikkan range, reliability, dan throughput layanan Mobile WiMAX. Beberapa mobile user mengirim sinyal secara bersamaan membentuk sebuah virtual pemancar multi-antenna mampu menaikkan kapasitas jaringan. - Mobile user memiliki satu atau dua antena, BS memiliki banyak antena. - BS menyimpan CSI dari mobile user-mobile user dan berdasar pada kriteria tertentu misal CQI (Channel Quality Indicator), memilih dua atau lebih mobile user yang transmisi uplinknya dapat dimultipleks secara spatial (menggunakan timefrequency resources yang sama). Adaptive Modulation and Coding : Untuk DL Mobile WiMAX menggunakan modulasi QPSK, 16 QAM dan 64 QAM. Untuk UL modulasi 64 QAM adalah pilihan. Digunakan Convolutional Code (CC) dan Convolutional Turbo Code (CTC) dengan code rate dan repetition coding yang variabel. Block Turbo Code dan Low Density Parity Check Code (LDPC) merupakan optional features. Table berikut menyimpulkan skema coding dan modulation untuk Mobile WiMAX.

Teknologi Wi-Fi

Ada tiga sublayer pada physical layer: - Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS) - Frequency Hoping Spread Spectrum (FHSS) - Diffused Infrared (DFIR) - Wide angle Semua jaringan Wi-Fi berbasis sistem TDD, access point dan mobile users berkomunikasi menggunakan kanal frekwensi yang sama. Sehingga semua jaringan Wi-Fi adalah half-dupleks. Sistem-sistem Wi-Fi menggunakan dua teknik transmisi radio ; - 802.11b ( 11 Mbps) : menggunakan teknik DSSS yang disebut complementary coded keying (CCK). Setelah proses spreading digunakan modulasi QPSK. - 802.11a dan 802.11g ( 54 Mbps) : menggunakan OFDM 64 kanal, Modulasi yang digunakan adalah BPSK, QPSK, 16 QAM dan 64 QAM. DSSS : Teknik pensinyalan Direct sequence membagi band frekwensi 2.4 GHz menjadi 11 buah kanal dengan lebar 22-MHz. Kanal yang berdekatan saling overlap sebagian, dan terdapat tiga dari 11 kanal yang sepenuhnya tidak saling overlap. Data dikirimmelalui satu dari kanal-kanal 22 MHz tanpa hopping (meloncat) ke kanal-kanal lain. Bagaimana sebuah jaringan Wi-Fi bekerja : Konsep dasarnya sama seperti sebuah Walkie talkies. Sebuah Wi-Fi hotspot dibangun dengan memasang sebuah access point untuk sebuah koneksi internet. Sebuah access point bekerja seperti sebuah BS. Ketika Wi-Fi piranti komunikasi mendekat pada sebuah maka akan terhubung secara wireless. Sebuah access point dapat melayanai sampai 30 pengguna dan dapat berfungsi sampai 100 150 feet indoors dan sampai 300 feet outdoors. Beberapa access point dapat saling dihubungkan melalui kabel Ethernet untuk membangun sebuah jaringan tunggal yang luas. Wi-Fi dan WiMAX : WiMAX bukan sebuah teknologi, tetapi hanya sebuah seritifikasi atau 'stamp of approval' yang diberikan pada perangkat-perangkat yang memenuhi conformity and interoperability tests tertentu untuk kelompok standar IEEE 802.16. Wi-FI untuk kelompok standar IEEE untuk wireless local area networks (WLAN). WiMAX dan Wi-Fi keduanya adalah untuk teknologi wireless broadband, tetapi berbeda pada eksekusi teknisnya. Wi-Fi digunakan untuk piranti-piranti mobile computing , seperti laptop, (dalam LAN), tetapi sekarang dapat digunakan untuk layanan lain seperti Internet dan VoIP phone access, game, dan membangun koneksi dasar kepada konsumer elektronik seperti television, DVD player, atau kamera digital. Sebaliknya WiMAX dikembangkan untuk sebagai sebuah standards-based technology yang memungkinkan pengiriman last mile1 wireless broadband access sebagai sebuah pilihan ke kebal dan DSL. WiMAX dengan bandwidth yang lebih lebar dan jarak jangkau yang lebih jauh dirancang untuk saling menghubungkan Wi-Fi

hotspot-hotspot dan ke jaringan Internet, memberikan layanan high-speed mobile data and telecommunications services (4G). Kanal Wireless KARAKTERISTIK PROPAGASI KANAL WIRELESS : Redaman (attenuation) penyebab utama/penting yang mempengaruhi propagasi sinyal dari pemancar ke penerima. 1) LOS : Pada propagation line-of-sight (LOS) rugi-rugi sinyal tidak terlalu besar. 2) Non-Line-of-Sight (N-LOS) :Pada lingkungan urban, propagasi sinyal tidak bisa langsung, sinyal sampai di penerima melalui proses refleksi, difraksi, refraksi, dan scattering. - Reflection (pantulan) : Refleksi (pantulan) terjadi jika sebuah sinyal membentur sebuah objek yang fisiknya lebih besar dari panjang gelombang sinyalnya. - Difraksi : Difraksi terjadi jika permukaan objek yang dikenai sinyal memiliki bentuk tidak rata atau lancip. Hal tersebut meyebabkan pembelokan arah sinyal menuju ke penerima. - Scattering : Scattering terjadi jika media (udara) yang dilalui sinyal berisi sejumlah besar objek yang secara fisik lebih kecil dari panjang gelombang sinyal, seperti daun-daun, awan dsb. Long-Term Fading atau Large-Scale Fading : Jika diamati dalam jarak beberapa kilometer, daya berfluktuasi disekitar sebuah nilai rata-rata, fluktuasi tersebut memiliki periode yang panjang. Fluktuasi daya dapat dinyatakan sebagai distribusi lognormal. Short-term Fading atau Small-Scale Fading : Jika diamati dalam jarak beberapa ratus meter saja, daya berfluktuasi dengan sangat cepat. Fluktuasi daya dapat dinyatakan sebagai distribusi Rayleigh. a) Hata Model Hata model (1980) merupakan perbaikan dari model Okumura (1968) untuk mempredikasi rugi-rugi propagasi. Dilakukan pengukuran propagasi pada wilayah geografis yang berbeda dengan menggunakan faktor koreksi empiris. Dimulai dengan pengukuran prediksi rugi-rugi propagasi pada kawasan urban. Rugi-rugi dinyatakan sebagai fungsi dari tinggi efektif antena BS (hb) dan tinggi antena user (hmu) diukur dari atas tanah. Model ini akurat hanya untuk frekwensi f0 sampai 1500 MHz, tinggi antena base station 30 m hb 200 m, tinggi antena pengguna 1 m 10 m dan R > 1 km. b. COST 231 Pengembangan Hata Model The European Cooperative for Scientific and Technical (COST) mengembangkan berdasarkan model Hata L(dB) = 46,3 + 33,9 log fo 13,83 log hb (hm) + (44,9 6,55 log hb) + log d + CM Pengembangan Hata model untuk frekwensi 2 GHz: CM = 0 dB untuk kota-kota kecil dan sub-urban CM = 3 dB untuk kawasan metropolitan Parameter lain : - Carrier Frequency : 1.5 GHz sampai 2 GHz - Tinggi antena BS : 30 m sampai 300 m - Tinggi antena mobile user : 1m sampai 10 m - Jarak : 1 km sampai 20 km ( ) = faktor koreksi untuk tinggi antena mobile user tergantung pada ukuran kawasannya. Model COST 231-Hata dirancang untuk macro-cells (besar dan kecil), yaitu tinggi antena BS diatas leval atap gedung. c. COST 231 Walfish-Ikegami Model The COST 231 group juga mengenalkan model lain untuk micro cell dan macro cell kecil dengan menggabungkan model yang dikembangkan oleh Walfisch dan Ikegami.

Model ini mempertimbangkan kondisi lingkungan seperti, tinggi bangunan hroof , lebar jalan w, jarak antar bangunan b, dan orientasi jalan terhadap jalur sinyal . Model ini dibedakan untuk kondisi LOS dan NLOS. Untuk LOS, path loss total d 0.02 km, fC carrier frequency dalam MHz. Untuk non-LOS, path loss berisi tiga komponen : free space path loss L0 , multi-screen loss Lmsd , dan redaman dari tepi atap bangunan terakhir dekat MS, Lrts :

Model ini akurat hanya untuk frekwensi f0 sampai 1500 MHz, tinggi antena base station 30 m hb 200 m, tinggi antena pengguna 1 m 10 m dan R > 1 km. d) Lee Model Model Lee adalah sebuah model power law dengan parameter-parameter yang diambil dari hasil pengukuran pada beberapa tempat, Prosedur perhitungan tinggi antena efektif base station dilakukan pada beberapa permukaan bumi. Nilai path loss dihitung seperti, L(dB) = l0 n log R 20 log hb(eff) P0 10 log hm + 29 Dengan n dan P0 dihitung menurut tabel dibawah, Perhitungan n dan P0 dilakukan pada frekwesni 900 MHz. Parameter untuk model Lee :

3. MODEL PROPAGASI INDOOR Digunakan untuk memprediksi kuat sinyal dalam gedung (indoor). Propagasi sinyal tergantung pada ukuran dan banyaknya penghalang dalam gedung dan material bangunan. Pendekatan terbaik untuk pemodelan propagasi indoor ialah dengan mengelompokkan lingkungan gedung dalam konfigurasi zona. Konfigurasi tersebut didasarkan pada lokasi BS, dan bagaimana BS menangani trafik, dan apakah BS terletak di dalam atau di luar gedung. Zona Ekstra Besar : Pada zona ekstra besar, sebuah BS yang terletak di luar menangani trafik yang terdapat dalam gedung. Zona Ekstra Besar : Median loss (dari area ke area) dengan jarak d antara pemancar dengan arena dalam gedung dinyatakan Zona Besar : Gedung sangat besar tetapi memiliki kerapatan propagasi rendah. Sebuah BS ditempatkan dalam gedung. Median loss sama seperti pada zona ekstra besar, Zona Menengah : Struktur bangunannya besar dan populasinya padat. Sejumlah BS ditempatkan dalam gedung untuk melayani beberapa mobile users. Zona Kecil dan Microzone Sebuah gedung memiliki banyak partisi BS ada di setiap ruang zona kecil. Model rugi-rugi dapat diperoleh dengan menggunakan hasil zona besar dengan menggunakan nilai parameter rugi-rugi v yang tepat berdasar jumlah dan jenis penghalang antara BS & MU. v = 2, untuk LOS. v = 3.5, untuk kondisi N-LOS.

Perhitungan rugi-rugi lintasan untuk microzone sama dengan zona kecil, dengan menggunakan nilai parameter rugi-rugi v sedikit lebih kecil. Random Variables : Sebuah variabel acak didefinisikan sebagai fungsi riil yang memetakan/menyatakan hasil-hasil (outcome) sebuah eksperimen kedalam sebuah himpunan angka-angka. CDF : Probabilitas bahwa variabel acak X menghasilkan sebuah nilai lebih kecil atau sama dengan x disebut sebagai cumulative distribution function (CDF). PDF : Laju perubahan cumulative distribution function dinyatakan sebagai probability density function (pdf). FADING : Fenomena fluktuasi daya sinyal terima akibat adanya proses propagasi dari gelombang radio. Sinyal yang diterima bersifat acak dalam waktu dan ruang Multipath Fading Terjadi bila terdapat banyak jalur pantulan (multiple path) antara penerima dan pemancar. Pengaruh fading terhadap level sinyal yang diterima bisa berupa penguatan atau pelemahan tergantung phasa dari resultan masing-masing path (jalur pantulan sinyal). Pelemahan yang dialami oleh sinyal dikenal ; small scale fading dan large scale fading. Large scale fading disebabkan oleh fenomena propagasi ruang bebas (free space). Kanal Wireless dipengaruhi oleh 3 faktor Untuk large scale variation : (1) Path loss (2) Shadowing Untuk small scale variation : (3) Multi-path fading - oleh pengaruh Delay spread, multi-path fading terbagi : 1. (frequency) Flat fading 2. Frequency selective fading - oleh pengaruh Doppler spread, multi-path fading terbagi : 1. Slow fading 2. Fast fading Distribusi Rayleigh memiliki nilai mean dan varians. Multipath fading menyebabkan fluktuasi daya sinyal yang diterima jika mobile user berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Selain itu fading juga mempengaruhi bentuk pulsa yang dikirimkan saat tiba di penerima dispersif. Karena jalur pantul saling berbeda, maka replika sinyal pulsa akan tiba di penerima dengan waktu yang berbeda. Sehingga pulsa saling tumpang tindih dan menjadi melebar. Time dispersion: sinyal menjadi melebar dalam waktu interferens dengan simbol-simbol yang berdekatan, Inter Symbol Interference (ISI) Sinyal terdistorsi tergantung pada phasa dari sinyal-sinyal pantulnya. Jika bandwidth kanal lebih besar dari bandwidth sinyal informasi, komponen-komponen frekwensi dalam sinyal informasi akan sampai di penerima dengan mengalami sedikit distorsi dan ISI dapat diabaikan flat fading. Jika bandwidth sinyal informasi lebih besar dari bandwidth kanal, komponen-komponen frekwensi yang berbeda-beda akan menjadi sumber penyebab dispersif sinyal, pulsa menjadi lebar, terjadi ISI frequency selective fading. DISPERSIF WAKTU KANAL MULTIPATH Doppler spread adalah ukuran perluasan spektral (Spectral Broadening) karena adanya perubahan kanal terhadap waktu yang diakibatkan oleh pergerakan Coherence time merupakan ukuran statistik dari durasi waktu dimana impulse respon dari kanal masih bisa dikategorikan invariant atau dan karakteristik-karakteristik kanal dapat dianggap konstan. . Coherence time merupakan padanan dari doppler spread pada domain waktu yang menunjukkan level dispersif frekuensi suatu Kanal.

You might also like