You are on page 1of 13

BAB I PENDAHULUAN Dalam penanganan pada seorang pasien yang mengalami fraktur terdapat beberapa cara yang digunakan

tergantung dari bagaimana bentuk fraktur yang terjadi. Salah satunya adalah fiksasi eksterna yang merupakan teknologi baru yang digunakan untuk menstabilkan patah tulang atau fraktur dengan menggunakan pin yang dihubungkan dengan bars atau frame yang dapat dilihat diluar tubuh. Teknik ini pertama kali dilakukan oleh Strader seorang dokter hewan kemudian digunakan untuk manusia lebih dari 5 dekade yang lalu oleh Roger 1. Definisi Fiksasi eksterna adalah alat yang diletakkan diluar kulit untuk menstabilisasikan fragmen tulang dengan memasukkan dua atau tiga pin metal perkutaneus menembus tulang pada bagian proksimal dan distal dari tempat fraktur dan pin tersebut dihubungkan satu sama lain dengan menggunakan eksternal bars. Teknik ini terutama atau kebanyakan digunakan untuk fraktur pada tulang tibia, tetapi juga dapat dilakukan pada tulang femur, humerus dan pelvis. Prinsip dasar dari teknik ini adalah dengan menggunakan pin yang diletakkan pada bagian proksimal dan distal terhadap daerah atau zona trauma, kemudian pin-pin tersebut dihubungkan satu sama lain dengan rangka luar atau eksternal frame atau rigid bars yang berfungsi untuk menstabilisasikan fraktur. Alat ini dapat digunakan sebagai temporary treatment untuk trauma muskuloskeletal atau sebagai definitive treatment berdasarkan lokasi dan tipe trauma yang terjadi pada tulang dan jaringan lunak. Pada pelvis, kompresi oleh fiksasi eksterna dapat menstabilisasikan pelvis, mengurangi perdarahan, sebagai penatalaksanaan resusitasi awal dan sebagai definitive treatment pada beberapa trauma . 2. Tipe Fiksasi Externa

Praktik Profesi Peminatan Gawat Darurat 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Hasanuddin

Terdapat beberapa tipe fiksasi eksterna yaitu : Pin fixators : Unilateral, bilateral frame, V-shaped dan triangular.

Ring (Wire fixator) Hybrid fixators (wire and pin), adalah tipe fiksasi eksternal yang digunakan untuk fraktur tertutup pada sendi. Dinamakan hybrid karena terdiri dari wire fixation (3/4 ring fixator) dengan pin fixator (fiksasi unilateral pada bagian diafisis). Pinless external fixators , tujuan utama desain dari pinless fixator adalah untuk menghindari tembusnya pin kedalam kanalis medularis. Mefisto, merupakan teknik fiksasi eksterna yang baru diperkenalkan dan dirancang untuk limb lengthening dan bone transport.

3.

Indikasi Terdapat indikasi absolut untuk penatalaksanan fiksasi baik internal maupun eksternal pada fraktur yang terbagi menjadi dua bagian utama yaitu : 1.Saving life Dengan adanya stabilisasi yang cepat maka dapat mengurangi resiko terjadinya kematian. 2.Saving Limb Stabilisasi pada fraktur diafisis merupakan suatu bagian penatalaksanan darurat terutama pada fraktur dengan trauma jaringan lunak dimana dengan stabilisasi dapat mengurangi kerusakan yang lebih lanjut pada jaringan lunak. Sedangkan indikasi pada fiksasi eksterna yaitu : 1.Fraktur Terbuka Fiksasi eksterna merupakan satu-satunya kemungkinan yang digunakan untuk menstabilkan tulang pada fraktur terbuka, khususnya pada fraktur terbuka tipe III B dan C. Dengan fiksasi eksterna maka dapat menghindari bertambahnya kerusakan pada jaringan lunak, dan vaskularisasi tulang dapat berjalan dengan baik.

Praktik Profesi Peminatan Gawat Darurat 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Hasanuddin

2. Fraktur Tertutup Pada fraktur tertutup, fiksasi eksterna jarang dilakukan, kecuali pada polytrauma yang berat, atau terdapat luka memar yang berat pada fraktur tertutup. 3.Polytrauma Pada polytrauma yang berat, fiksasi eksterna dapat menjadi indikasi utama untuk menstabilisasi multiple fractures. 4.Fraktur pada Anak-anak Pada anak-anak, meskipun terdapat polytrauma atau tidak, fiksasi eksterna tetap merupakan indikasi terapi khususnya pada ekstremitas bawah atau pada kasus dengan fraktur terbuka. 5.Indikasi Khusus- articular fractures/ joint bridging Rekonstruksi sendi yang tepat dan fiksasi yang stabil dengan kompresi interfragmen yang dapat mengurangi nyeri pada pergerakan bebas merupakan terapi utama untuk articular fractures. Tujuan ini dapat dilaksanakan dengan cara ORIF atau pada simpler fractures dengan cara kombinasi lag-screw fixation dan hybrid fixator. 4. Metode dan Teknik Pemasangan a. Metode Terdapat dua metode yang pada umumnya digunakan untuk meletakkan pin yang digunakan pada fiksasi eksterna yaitu : Through-and-through, yaitu masing-masing pin dimasukkan melalui kulit dan menembus fragmen tulang kemudian keluar menembus kulit pada sisi sebelahnya. One-side (Cantilever system), yaitu pin dimasukkan melewati fragmen tulang tetapi tidak sampai menembus sampai pada sisi sebelah dan menonjol hanya pada salah satu sisi tubuh. b. 1) Teknik Pemasangan Teknik pin insertion Sebelum dilakukan fiksasi, berikan tanda silang pada tempat atau daerah safe Zone sebagai tempat untuk memasukkan pin dan
Praktik Profesi Peminatan Gawat Darurat 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Hasanuddin

meminimalkan resiko trauma pada sistem saraf, pembuluh darah dan tendo. a) Diafisis Untuk pemasangan pin pada bagian diafisis sangat penting bagi kita untuk menghindari terjadinya kerusakan pada tulang akibat rasa panas yang ditimbulkan pada saat memasukkan pin atau schanz screws. Untuk memasukkan pin atau schanz screws secara tepat, maka pin tersebut harus mencapai korteks pada bagian ujungnya tetapi tidak sampai menembus terlalu jauh. Dan untuk mencapai sasaran yang tepat maka kita bisa menggunakan ukuran atau dibantu dengan intraoperative x-ray. Jika pin yang dimasukkan tidak mencapai ujung korteks maka kemungkinan pin yang digunakan agak pendek atau pin yang dimasukkan menembus bagian lain. Dan dari gambaran x-ray kontrol akan tampak empty hole pada bagian ujung korteks yang berarti skrup yang dimasukkan tidak mencapai ujung korteks. b) Metafisis Untuk pemasangan pada bagian metafisis terdapat hal-hal penting yang harus diperhatikan pada saat akan memasukkan pin atau schanz screw yaitu : Tidak membuat trauma pada pembuluh darah dan nadi. Tidak meletakkan pin pada sendi. Menghindari fracture lines. Menggunakan self-drilling screws pada tulang metafisis. 2) Frame construction a) b) Tampak gambaran ilustrasi penatalaksanaan fixator first untuk Pada setiap fragment tulang, pin dipasang berdasarkan kondisi complex open fracture. jaringan lunak.
Praktik Profesi Peminatan Gawat Darurat 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Hasanuddin

c) d) e) 5.

Hubungkan pin pada rangka atau bar yang memiliki dua pengait Setelah direposisi, kedua bars dihubungkan dengan tube ketiga Tampak pada tulang fibula juga difiksasi untuk menjaga

untuk mereposisi. dan dilakukan tube-to-tube clamps. stabilisasi. Perawatan Post Operative a. Perawatan Pin-track Pin site dibersihkan tiap hari dengan menggunakan cairan hydrogen peroxide atau sabun antibakteri atau dengan larutan betadine. Pasien dilatih tiap 2-4 minggu sampai penyembuhan fraktur. Pin site dijaga agar tidak terjadi infeksi dan semua hubungan fiksator di cek untuk memastikan tetap saling berhubungan. Pada 4-6 minggu pertama hanya diberikan latihan keseimbangan berat badan. Pada pasien dengan trauma pada tumit yang tidak stabil, maka pin pada kaki dapat di pertahankan lebih lama sampai tumit dapat stabil kembali. b. Timing of procedure nailing atau pemasangan plat atau fiksasi interna Intramedullary

dipertimbangkan aman jika dilaksanakan dalam dua minggu pertama setelah fiksasi eksterna, dimana perawatan pin-site baik tanpa tanda-tanda infeksi. Kemudian fiksasi eksterna dapat dilepaskan setelah 6-8 minggu dengan mempertimbangkan fracture healing. 6. Komplikasi Terdapat beberapa potensi komplikasi dengan sepsis yang pada umumnya terjadi yaitu : a.Pin Tract Infection Tanpa adanya keahlian dalam teknik pemasangan pin dan perawatan yang baik, maka hal ini merupakan komplikasi yang pada umumnya paling banyak terjadi sekitar 30 %. Dimulai dari proses radang yang berasal dari luka sampai terjadi infeksi superfisial yang dapat menyebabkan terjadinya osteomyelitis hingga memerlukan pemberian antibiotik. b.Gangguan Neurovaskular
Praktik Profesi Peminatan Gawat Darurat 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Hasanuddin

Seorang ahli bedah harus mengetahui daerah safe zone dan danger zone sebelum memasang pin. Nervus radialis pada bagian distal tangan dan pada bagian proksimal dari telapak tangan, dan arteri tibialis anterior serta nervus peroneus pada kaki merupakan tempat yang paling sering terkena. Vessel penetration , trombosis, arterivenous fistula, dan aneurysma sering ditemukan. c. Refraktur. Kemungkinan besar dapat terjadi pada saat mengeluarkan pin. Seperti pada metode open reduction dapat menjadi sulit atau tidak mungkin dilakukan apabila terdapat infeksi pada pin tract. 7. Keuntungan dan Kerugian a.Keuntungan Mengurangi kerusakan vaskuler pada tulang Mengurangi gangguan pada lapisan jaringan lunak. Sangat berguna untuk menstabilkan fraktur terbuka. Kekakuan pada fiksasi dapat diatur tanpa prosedur operasi Mengurangi resiko terjadinya infeksi Cukup aman untuk digunakan pada kasus dengan infeksi pada tulang. digerakkan dan berpindah posisi tanpa adanya perasaan takut akan terjadi pergeseran pada tulang. Kompresi, netralisasi dan distraksi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna sesuai dengan bentuk fraktur. b.Kerugian Pin dan wires dapat menembus jaringan lunak Membatasi pergerakan sendi Terdapat komplikasi pin-track pada penggunaan fiksasi eksterna yang lama Secara mekanis pemasangan pin dan rangka fiksasi sulit dilakukan dan mudah terjadi infeksi jika teknik pemasangannya tidak benar. Alat-alat pada fiksasi eksterna sangat mahal.

Mobilisasi dapat cepat dilakukan oleh pasien, dan bagian tubuh dapat

Praktik Profesi Peminatan Gawat Darurat 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Hasanuddin

Rangka fiksasi dapat terdiri dari beberapa rangkaian sehingga pasien merasa tidak nyaman dan dengan alasan estetika. BAB II ASUHAN KEPERAWATAN a. Pengkajian 1) Pengkajian perioperatif Hal-hal yang perlu dikaji pada kondisi preoperatif antara lain : Identitas pasien (Nama, Jenis Kelamin, Umur, No.RM) Informasi umum (Tanggal operasi, Diagnosa, Tindakan, Jenis & Sifat Operasi, Divisi/Bagian, Operasi sebelumnya bila ada, Alergi bila ada, Gangguan fisik bila ada, permintaan pasien bila ada, Tanda Vital, Kesadaran) Check List : Gelang identitas pasien, Informed Consent yang berlaku, Foto Rontgen yang sesuai, Persediaan darah, Pasien puasa, Pencukuran area operasi, Klisma, Obat preop yang diberikan, Obat.alat yang disertakan dengan pasien, pengangkatan protese, penandaan area operasi Penting : Pastikan bahwa benar pasien, benar area dan benar prosedur 2) Pengkajian Intraoperatif Selain pencatatan perawatan intraoperatif yang meliputi : pemasangan infuse Pemasangan tali pengaman Pemakaian darah Tipe pembiusan Tempat

Praktik Profesi Peminatan Gawat Darurat 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Hasanuddin

pengatur posisi

Posisi pasien

Alat

Mesin cauter yang dipakai Pad diatermi

Pemasangan kateter

Disinfeksi kulit area operasi Pencucian luka operasi Drain luka operasi Catatan intraoperatif

Waktu mulai-selesai operasi Perlu dikaji kondisi alat yang akan digunakan selama prosedur pembedahan dan area sekitar pasien. Hal ini bertujuan untuk mencegah infeksi yang dapat disebabkan ketidaksterilan alat atau area sekitar pasien yang diakibatkan kelalaian prosedur. 3) Pengkajian Postoperatif Pengkajian postoperative meliputi : Tingkat kesadaran Jalan nafas Sirkulasi perifer Kondisi area operasi Pemberian oksigen Keperawatan Tanda Vital Masalah Posisi

Praktik Profesi Peminatan Gawat Darurat 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Hasanuddin

b. Diagnosa Keperawatan 1) Cemas b/d perubahan status kesehatan setelah dilakukan tindakan pembedahan (diagnosa preoperatif) 2) Risiko infeksi b/d prosedur pembedahan (alat dan area operasi) 3) Kerusakan integritas kulit b/d pemasangan traksi pen 4) Risiko perubahan perfusi jaringan perifer b/d pembengkakan, alat yang mengikat, gangguan peredaran darah

c. Intervensi Keperawatan 1) Cemas b/d perubahan status kesehatan setelah dilakukan tindakan pembedahan : Kriteria hasil : Tampak rileks Menggunakan mekanisme koping adaptif Mengekspresikan keprihatinan dan perasaannya Intervensi : Berikan penjelasan kepada Klien mengenai prosedur, tujuan dan implikasinya 2) Risiko infeksi b/d prosedur pembedahan Tidak terdapat tanda-tanda infeksi post pembedahan TTV normal Intervensi : Mempertahankan kestrerilan alat operasi dengan tidak menyentuh alat steril Menjaga kesterilan area operasi dengan menjaga jarak dengan area steril Monitor suhu tubuh 3) Kerusakan integritas kulit b/d pemasangan traksi pen Kriteria Hasil :

Praktik Profesi Peminatan Gawat Darurat 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Hasanuddin

Kriteria Hasil : Menyatakan ketidaknyamanan hilang Warna kulit sekitar pemasangan alat normal Tidak ada oedem pada area sekitar pemasangan alat Intervensi : Mengkaji terjadinya kerusakan kulit : abrasi kulit, titik nyeri gips, keluarnya pus, sensasi, iritasi. Mempertahankan kesejajaran tubuh 4) Risiko perubahan perfusi jaringan perifer b/d pembengkakan, alat yang

mengikat, gangguan peredaran darah Kriteria Hasil : Memperlihatkan perfusi jaringan yang adekuat : warna kulit normal, kulit hangat, rrespon pengisian kapiler normal, perasaan dan emosi normal, mengalami penurunan pembengkakan/tidak terdapat pembengkakan.

Intervensi : Memantau status neurovaskuler bagian badan yang dilakukan pembedahan meliputi warna, suhu, pengisian kapiler, denyut nadi, nyeri, edema. Jika peredaran darah mengalami gangguan, lakukan upaya mengembalikan sirkulasi yang adekuat, ekstremitas ditinggikan, balutan yang terlalu ketat dilonggarkan sesuai kebutuhan.

Praktik Profesi Peminatan Gawat Darurat 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Hasanuddin

DAFTAR PUSTAKA Bare & Smeltzer.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed.8. EGC : Jakarta Doengoes.1999.Rencana Asuhan Keperawatan Ed.3. EGC : Jakarta http://ilmubedah.info/fiksasi-eksterna-external-fixation-20110206.html

Praktik Profesi Peminatan Gawat Darurat 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Hasanuddin

Laporan Pendahuluan

TINDAKAN OPERATIF FIKSASI EKSTERNAL PADA PASIEN DENGAN FRAKTUR TERBUKA

Praktik Profesi Peminatan Gawat Darurat 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Hasanuddin

WAHYUNI BOCHARI C 121 07 053

CI CI Lahan

Institusi

(Ns. Abdul (Ns. Suhatman)

Rakhmat)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2012

Praktik Profesi Peminatan Gawat Darurat 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Hasanuddin

You might also like