You are on page 1of 46

A.

KONSEP KOMUNIKASI PADA KASUS GAWAT DARURAT/ KEGAWATAN

1. KEPERAWATAN GAWAT DARURAT a) Pengertian KGD KGD (Keperawatan Gawat Darurat) merupakan rangkaian kegiatan praktik keperawatan kegawatdaruratan yang diberikan oleh perawat yang kompeten untuk memberikan asuhan keperawatan di ruang gawat darurat.

b) Proses KGD Proses dalam KGD meliputi : a. Pengkajian b. Perencanaan c. Pelaksanaan d. Evaluasi e. Dokumentasi

c) PPGD (Penanggulangan Gawat Darurat) PPGD (Penanggulangan Penderita Gawat Darurat) merupakan suatu pertolongan yang cepat dan tepat untuk mencegah kematian maupun kecatatan. Berasal dari istilah critical ill patient (pasien kritis/gawat) dan emergency patient (pasien darurat).

d) Tujuan PPGD a. Mencegah kematian dan kecacatan (to save life and limb) pada penderita gawat darurat, hingga dapat hidup dan berfungsi kembali dalam masyarakat sebagaimana mestinya. b. Merujuk penderita gawat darurat melalui sistem rujukan untuk memperoleh penanganan yang Iebih memadai. c. Menanggulangi korban bencana.

e) Penderita Gawat Darurat Pada penderita gawat darurat, kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan dan salah satu sistem/organ di bawah ini yaitu : 1. Susunan saraf pusat 2. Pernapasan 3. Kardiovaskuler 4. Hati 5. Ginjal 6. Pankreas Dan penyebab terjadinya kegagalan organ pada penderita gawat darurat antara lain: 1. Trauma/cedera 2. lnfeksi 3. Keracunan (poisoning) 4. Degenerasi (failure) 5. Asfiksi 6. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar (excessive loss of wafer and electrolit) 7. Dan lain-lain.

Kegagalan

sistim

susunan

saraf

pusat,

kardiovskuler,

pernapasan

dan

hipoglikemia dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat (4-6 menit), sedangkan kegagalan sistim/organ yang lain dapat menyebabkan kematian dalam waktu yang lebih lama.

f) Faktor Penentu Keberhasilan PPGD 1. Kecepatan menemukan penderita gawat darurat 2. Kecepatan meminta pertolongan 3. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan di tempat kejadian, dalam perjalanan ke rumah sakit dan pertolongan selanjutnya di puskesmas atau rumah sakit.

g) Filosofi Dasar PPGD 1. Universal 2. Penanganan oleh siapa saja 3. Penyelesaian berdasarkan masalah

h) Prinsip Dalam PPGD 1. Penanganan cepat dan tepat 2. Pertolongan segera diberikan oleh siapa saja yang menemukan pasien tersebut ( awam, perawat, dokter) Meliputi tindakan : A. Non medis : Cara meminta pertolongan, transportasi, menyiapkan alat-alat. B. Medis : Kemampuan medis berupa pengetahuan maupun ketrampilan : BLS, ALS

i) Triage Tindakan memilah-milah korban sesuai dengan tingkat kegawatannya untuk memperoleh prioritas tindakan. Tindakan ini dapat dibedakan menjadi 5 kelompok, antara lain : 1. Gawat darurat merah Kelompok pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya. 2. Gawat tidak darurat putih Kelompok pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat, misalnya kanker stadium lanjut. 3. Tidak gawat, darurat kuning Kelompok pasien akibat musibah yang datag tiba-tiba, tetapi tidak mngancam nyawa dan anggota badannya, misanya luka sayat dangkal. 4. Tidak gawat, tidak darurat hijau 5. Meninggal hitam

j) Lingkup PPGD 1. Melakukan Primary Survey, tanpa dukungan alat bantu diagnostik kemudian dilanjutkan dengan Secondary Survey 2. Menggunakan tahapan ABCDE, meliputi : A : Airway management B : Breathing management C : Circulation management D : Drug Defibrilator Disability E : EKG Exposure

3. Resusitasi pada kasus dengan henti napas dan henti jantung Pada kasus-kasus tanpa henti napas dan henti jantung, maka upaya penanganan harus dilakukan untuk mencegah keadaan tsb, misal pasien koma dan pasien dengan trauma inhalasi atau luka bakar grade II-III pada daerah muka dan leher.

k) Peran & Fungsi Perawat Gadar 1. Fungsi Independen Fungsi mandiri berkaitan dengan pemberian asuhan (Care). 2. Fungsi Dependen Fungsi yang didelegasikan sepenuhnya atau sebagian dari profesi lain. 3. Fungsi Kolaboratif Kerjasama saling membantu dalam program kesehatan (Perawat sebagai anggota Tim Kesehatan).

l) Kemampuan Minimal Perawat UGD (Depkes, 1990) 1. Mengenal klasifikasi pasien 2. Mampu mengatasi pasien : syok, gawat nafas, gagal jantung paru otak, kejang, koma, perdarahan, kolik, status asthmatikus, nyeri hebat daerah pinggul & kasus ortopedi 3. Mampu melaksanakan dokumentasi asuhan keperawatan gawat darurat 4. Mampu melaksanakan komunikasi eksternal dan internal.

m) Aspek Hukum Dalam KGD Pemahaman terhadap aspek hukum dalam KGD bertujuan meningkatkan kualitas penanganan pasien dan menjamin keamanan serta keselamatan pasien. Aspek hukum menjadi penting karena konsensus universal menyatakan bahwa pertimbangan aspek legal dan etika tidak dapat dipisahkan dari pelayanan medik yang baik.

Tuntutan hukum dalam praktek KGD biasanya berasal dari : 1. Kegagalan komunikasi 2. Ketidakmampuan mengatasi dillema dalam profesi

Permasalahan etik dan hukum KGD merupakan isu yang juga terjadi pada etika dan hukum dalam kegawatdaruratan medik yaitu : 1. Diagnosis keadaan gawat darurat 2. Standar Operating Procedure 3. Kualifikasi tenaga medis 4. Hak otonomi pasien : informed consent (dewasa, anak) 5. Kewajiban untuk mencegah cedera atau bahaya pada pasien 6. Kewajiban untuk memberikan kebaikan pada pasien (rasa sakit, menyelamatkan) 7. Kewajiban untuk merahasiakan (etika >< hukum) 8. Prinsip keadilan dan fairness 9. Kelalaian 10. Malpraktek akibat salah diagnosis, tulisan yang buruk dan kesalahan terapi : salah obat, salah dosis 11. Diagnosis kematian 12. Surat Keterangan Kematian 13. Penyidikan medikolegal untuk forensik klinik : kejahatan susila, child abuse, aborsi dan kerahasiaan informasi pasien

Permasalahan dalam KGD dapat dicegah dengan : 1. Mematuhi standar operating procedure (SOP) 2. Melakukan pencatatan dengan bebar meliputi mencatat segala tindakan, mencatat segala instruksi dan mencatat serah terima

2. PERDARAHAN a) Deskripsi Perdarahan merupakan peristiwa keluarnya darah dari pembuluh darah akibat kerusakan (robekan) pembuluh darah.

b) Jenis Perdarahan 1. Perdarahan luar Perdarahan disebabkan karena pecahnya pembuluh darah. Apabila darah keluar dari tubuh maka terjadi perdarahan luar, biasanya disertai dengan adanya luka. Perdarahan luar dapat terjadi pada kapiler, vena ataupun arteri. a. Perdarahan Kapiler Perdarahan kapiler biasanya tidak hebat karena ukuran kapiler yang kecil, darah merembes keluar perlahan dan biasanya akan berhenti dengan sendirinya. b. Perdarahan Vena Darah vena yang keluar berwarna merah tua (darah yang miskin oksigen), darah tidak memancar dengan hebat seperti perdarahan arteri, mudah dihentikan dengan menekan atau meninggikan anggota tubuh yang mengalami luka lebih tinggi dari jantung. c. Perdarahan Arteri Darah berwarna merah muda dan memancar keluar sesuai denyut nadi, biasanya sukar dihentikan.

2. Perdarahan dalam Perdarahan dalam adalah perdarahan yang terjadi di dalam tubuh dimana tidak tampak darah yang mengalir keluar dan bisa terjadi pada rongga dada, rongga tengkorak atau rongga perut, disebabkan pukulan , benturan, luka tusuk, luka tembak, pecahnya pembuluh darah karena penyakit (misalnya aneurisma) atau robekan akibat fragmen tulang yang patah.Perdarahan dalam yang mengenai pembuluh darah besar beresiko menimbulkan syok (misalnya fraktur femur, fraktur pelvis, trauma abdomen dan lain-lain.

3. Respon Alamiah Pada saat terjadi perdarahan, pembuluh darah mempunyai kemampuan hemostasis untuk mengurangi perdarahan atau menghentikan perdarahan dengan cara : 1. Terbentuk sumbat trombosit 2. Terjadi penumpukan fibrin membentuk jala untuk memperkuat sumbat trombosit 3. Vasokontriksi pembuluh darah untuk mengurangi pengeluaran darah

4. Tindakan Menghentikan Perdarahan Luar 1. Penekanan langsung (direct pressure) pada luka dengan tangan atau pembalut (balut tekan) diikuti dengan meninggikan anggota gerak yang mengalami luka.

2. Penekanan pada pembuluh darah (indirect pressure), lebih proksimal dari bagian yang mengalami perdarahan. Penekanan dilakukan pada : a. Arteri Temporalis Superficial Untuk perdarahan pada kulit kepala dan kepala atas, tempat penekanan pada pelipis 1 cm depan lubang telinga luar. b. Arteri Facialis Untuk perdarahan daerah muka, tempat penekanan pada rahang bawah 1 cm depan sendi rahang. c. Arteri Carotis Communis Untuk perdarahan daerah leher, kepala, muka. Tempat penekanan pada sisi leher. d. Arteri Sub Clavia Untuk perdarahan seluruh lengan, tempat penekanan pada bagian bawah pertengahan tulang selangka. e. Arteri Brachialis Untuk perdarahan seluruh lengan, tempat penekanan pada bagian dalam lengan atas 5 jari dari ketiak. f. Arteri Femoralis Untuk perdarahan seluruh tungkai bawah, tempat penekanan pada pertengahan lipat paha.

3. Penekanan dengan tornikuet Penekanan dengan tornikuet biasanya dilakukan pada perdarahan hebat atau pada amputasi traumatik pada tangan atau kaki. Penggunaan tornikuet biasanya menjadi alternatif terakhir karena bila tidak dilakukan dengan benar dapat menyebabkan nekrosis (kematian jaringan). Pemasangan tornikuet dilakukan pada lengan 5 jari dari ketiak atau tungkai 5 jari dari lipat paha. Alat yang digunakan bisa berupa tornikuet, mitela (pembalut segitiga) yang dilipat, dasi, karet ban sepeda dan kayu atau pensil. Sebelum tornikuet dipasang alasi dulu dengan kain/kassa kemudian tornikuet dililitkan dan dibuat simpul serta dikencangkan dengan sepotong kayu. Apabila ikatan sudah kencang maka denyut nadi bagian distal tidak teraba, warna kulit menjadi pucat dan perdarahan berhenti atau bahkan berkurang. Tetapi untuk mencegah nekrosis maka setiap 15 menit, ikatan dikendorka selama 1 menit.

5. Tindakan Menghentikan Perdarahan Dalam 1. Usahakan mencegah terjadinya shock 2. Beri banyak minum sebagai pengganti cairan tubuh yang keluar 3. Kalau memungkinkan pasang infus 4. Usahakan secepatnya dibawa ke RS

3. MANAJEMEN ABC (AIRWAY, BREATHING, AND CIRCULATION) PENGELOLAAN JALAN NAFAS (AIRWAY MANAGEMENT) Jalan nafas adalah yang pertama kali harus dinilai untuk mengkaji kelancaran nafas. Keberhasilan jalan nafas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses ventilasi (pertukaran gas antara atmosfer dengan paru-paru. Jalan nafas seringkali mengalami obstruksi akibat benda asing, serpihan tulang akibat fraktur pada wajah, akumulasi sekret dan jatuhnya lidah ke belakang.

a) Tujuan Membebaskan jalan napas untuk menjamin pertukaran udara secara normal

b) Pengkajian Pengkajian airway dilakukan bersama-sama dengan breathing menggunakan teknik L (look), L (listen) dan F (feel) yang dilakukan dalam satu gerakan dalam tempo waktu yang singkat (lihat materi pengkajian ABC).

c) Tindakan a. Tanpa alat 1) Membuka jalan nafas dengan metode : - Head Tilt (dorong kepala ke belakang) - Chin Lift Manuver (perasat angkat dahu) - Jaw Thrust Manuver (perasat tolak rahang)

Pada pasien yang diduga mengalami cedera leher dan kepala hanya dilakukan Jaw Thrust dengan hati-hati dan mencegah gerakan leher.

2) Membersihkan jalan nafas - Finger Sweep (sapuan jari)

Dilakukan bila jalan napas tersumbat karena adanya benda asing dalam rongga mulut belakang atau hipofaring (gumpalan darah, muntahan, benda asing lainnya) dan hembusan napas hilang.

- Abdominal Thrust (Gentakan Abdomen)

- Chest Thrust (Pijatan Dada)

10

- Back Blow (Tepukan Pada Punggung)

b. Dengan alat 1) Pemasangan Pipa (Tube) - Dipasang jalan napas buatan (pipa orofaring, pipa nasofaring). Pipa orofaring digunakan untuk mempertahankan jalan nafas dan menahan pangkal lidah agar tidak jatuh ke belakang yang dapat menutup jalan napas terutama pada pasien-pasien tidak sadar.

- Bila dengan pemasangan jalan napas tersebut pernapasan belum juga baik, dilakukan pemasangan pipa endotrakhea (ETT/endotracheal tube). Pemasangan pipa endotrakhea akan menjamin jalan napas tetap terbuka, menghindari aspirasi dan memudahkan tindakan bantuan pernapasan.

11

2) Penghisapan Benda Cair (Suctioning) - Bila terdapat sumbatan jalan napas karena benda cair maka dilakukan penghisapan (suctioning). Penghisapan dilakukan dengan menggunakan alat bantu pengisap (penghisap manual portabel, pengisap dengan sumber listrik).

- Membersihkan benda asing padat dalam jalan napas: Bila pasien tidak sadar dan terdapat sumbatan benda padat di daerah hipofaring yang tidak mungkin diambil dengan sapuan jari, maka digunakan alat bantuan berupa laringoskop, alat penghisap (suction) dan alat penjepit (forceps).

Data yang berhubungan dengan status jalan nafas adalah : - sianosis (mencerminkan hipoksemia) - retraksi interkota (menandakan peningkatan upaya nafas) - pernafasan cuping hidung - bunyi nafas abnormal (menandakan ada sumbatan jalan nafas) - tidak adanya hembusan udara (menandakan obstuksi total jalan nafas atau henti nafas. 3) Membuka Jalan Nafas Dengan Krikotirotomi

Bila pemasangan pipa endotrakhea tidak mungkin dilakukan, maka dipilih tindakan krikotirotomi dengan jarum. Untuk petugas medis yang terlatih dan trampil, dapat dilakukan krikotirotomi dengan pisau.

12

PENGELOLAAN FUNGSI PERNAFASAN (BREATHING MANAGEMENT) Kebersihan jalan nafas tidak menjamin bahwa pasien dapat bernafas secara adekuat. Inspirasi dan eksprasi penting untuk terjadinya pertukaran gas, terutama masuknya oksigen yang diperlukan untuk metabolisme tubuh. Inspirasi dan ekspirasi merupakan tahap ventilasi pada proses respirasi. Fungsi ventilasi mencerminkan fungsi paru, dinding dada dan diafragma. a) Tujuan Memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara membersihkan pernafasan buatan untuk menjamin kebutuhan oksigen dan pengeluaran karbondioksida.

b) Pengkajian Gangguan fungsi pernafasan dikaji dengan melihat tanda-tanda gangguan pernafasan dengan metode LLF dan telah dilakukan pengelolaan jalan nafas tetapi tetap tidak ada pernafasan.

c) Tindakan a. Tanpa alat Memberikan pernafasan buatan dari mulut ke mulut atau dari mulut ke hidung sebanyak 2 (dua) kali tiupan dan diselingi ekshalasi.

b. Dengan alat - Memberikan pernafasan buatan dengan alat Ambu Bag (self inflating bag). Pada alat tersebut dapat pula ditambahkan oksigen. Pernapasan buatan dapat pula diberikan dengan menggunakan ventilator mekanik. - Memberikan bantuan nafas dan terapi oksigen dengan menggunakan masker, pipa bersayap, balon otomatis (self inflating bag dan valve device) atau ventilator mekanik.

13

PENGELOLAAN SIRKULASI (CIRCULATION MANAGEMENT) Sirkulasi yang adekwat menjamin distribusi oksigen ke jaringan dan pembuangan karbondioksida sebagai sisa metabolisme. Sirkulasi tergantung dari fungsi sistem kardiovaskuler. a) Tujuan Mengembalikan fungsi sirkulasi darah.

b) Pengkajian Gangguan sirkulasi dikaji dengan meraba arteri besar seperti arteri femoralis dan arteri karotis. Perabaan arteri karotis sering dipakai untuk mengkaji secara cepat. Juga melihat tanda-tanda lain seperti kulit pucat, dingin dan CRT (capillary refill time) > 2 detik. Gangguan sirkulasi dapat disebabkan oleh syok atau henti jantung. Henti jantung mengakibatkan suplai oksigen ke jaringan terhenti dan menyebabkan kematian dengan segera.

Henti jantung ditandai dengan : - Hilang kesadaran - Apneu atau gasping - Sianosis dan pucat - Tidak ada pulse (pada karotis atau femoralis) - Dilatasi pupil (bila henti sirkulasi > 1 menit

c) Tindakan Tindakan untuk mengembalikan sirkulasi darah dilakukan dengan eksternal chest compression (pijat jantung) untuk mengadakan sirkulasi sistemik dan paru. Sirkulasi buatan (artificial circulation) dapat dihasilkan dengan intermitten chest compression.

14

Eksternal chest compression menekan sternum ke bawah sehingga jantung tertekan antara sternum dan vertebrae menimbulkan heart pump mechanism, dampaknya jantung memompa darah ke sirkulasi dan pada saat tekanan dilepas jantung melebar sehingga darah masuk ke jantung.

Survei primer bertujuan mengetahui dengan segera kondisi yang mengancam nyawa pasien. Survei primer dilakukan secara sekuensial sesuai dengan prioritas. Tetapi dalam prakteknya dilakukan secara bersamaan dalam tempo waktu yang singkat (kurang dari 10 detik). Apabila teridentifikasi henti nafas dan henti jantung maka resusitasi harus segera dilakukan.

Apabila menemukan pasien dalam keadaan tidak sadar maka pertama kali amankan lingkungan pasien atau bila memungkinkan pindahkan pasien ke tempat yang aman. Selanjutnya posisikan pasien ke dalam posisi netral (terlentang) untuk memudahkan pertolongan.

15

B. KONSEP KOMUNIKASI PADA KASUS PASIEN TERMINAL


1. Pengertian a) Keadaan Terminal Adalah suatu keadaan sakit dimana menurut akal sehat tidak tidak ada harapan lagi bagi si sakit untuk sembuh. Keadaan sakit itu dapat disebabkan oleh suatu penyakit atau suatu kecelakaan.

b) Kematian Adalah suatu pengalaman tersendiri, dimana setiap individu akan

mengalami/menghadapinya seorang diri, sesuatu yang tidak dapat dihindari, dan merupakan suatu kehilangan.

2. Tahap-tahap Menjelang Kematian Kubler-Ross (1969), telah menggambarkan/ membagi tahap-tahap menjelang ajal (dying) dalam 5 tahap, yaitu: Menolak/ denial Pada fase ini , pasien/klien tidak siap menerima keadaan yang sebenarnya terjadi, dan menunjukkan reaksi menolak atau penyangkalan. Timbul pemikiran-pemikiran seperti: Seharusnya tidak terjadi dengan diriku, tidak salahkah keadaan ini?. Beberapa orang bereaksi pada fase ini dengan menunjukkan keceriaan yang palsu (biasanya orang akan sedih mengalami keadaan menjelang ajal). Selama tahap ini pasien biasanya terpengaruh oleh penolakannya sehingga ia tidak memperhtikan fakta-fakta yang mungkin sedang dijelaskan kepadanya. Ia malahan dapat menekan apa yang telah ia dengar atau mungkin akan minta pertolongan dari berbagai macam sumber profesional dalam upaya melarikan diri dari kenyataan bahwa maut sudah berada di ambang pintu. Marah/ anger Kemarahan terjadi karena kondisi klien mengancam kehidupannya dengan segala hal yang telah diperbuatnya sehingga menggagalkan cita-citanya.

16

Timbul pemikiran pada diri klien, seperti: Mengapa hal ini terjadi dengan diriku? Kemarahan-Kemarahan tersebut biasanya diekspresikan kepada obyekobyek yang dekat dengan klien, seperti:keluarga, teman dan tenaga kesehatan yang merawatnya. Pada tahap ini perawat harus hati-hati dalam memberikan penilaian dalam mengenali kemarahan dan emosi yang tak terkendalikan sebagai reaksi yang normal terhadap kematian yang perlu diungkapkan. Menawar/ bargaining Pada tahap ini kemarahan baisanya mereda dan pasien malahan dapat menimbulkan kesan sudah dapat menerima apa yang terjadi dengan dirinya. Pada pasien yang sedang dying, keadaan demikian dapat terjadi, seringkali klien berkata: Ya Tuhan, jangan dulu saya mati dengan segera, sebelum anak saya lulus jadi sarjana. Dalam tahap ini pasien cenderung untuk menyelesaikan urusan rumah tangga mereka sebelum maut tiba dan akan menyiapkan hal-hal seperti membuat surat wasiat dan mempersiapkan jaminan hidup bagi orang-orang tercinta yang akan ditinggalkannya. Yang penting pada tahap ini adalah sebanyak mungkin memenuhi permohonan yang dikemukakan. Kemurungan/ depresi Dimana pasien pada hakekatnya berkata : Ya, benar saya...... Ini biasanya merupakan saat-saat yang sedih, oleh karena pasien sedang dalam suasana berkabung karena di masa lampau dia sudah kehilangan orang yang dicintai dan sekarang ia akan kehilangan nyawanya sendiri, bersamaan dengan itu meninggalkan semua hal yang menyenangkan yang telah ia nikmati.

Pasien cenderung untuk tidak banyak bicara dan sering menangis. Saat ini bagi perawat untuk duduk dengan tenang di smping pasien yang sedang melalui masa sedihnya sebelum meninggal.
17

Penerimaan/ pasrah/ acceptance Pada fase ini terjadi proses penerimaan secara sadar oleh klien dan keluarga tentang kondisi yang terjadi dan hal-hal yang akan terjadi yaitu kematian. Menjelang saat ini pasien telah membereskan urusan-urusan yang belum selesai yang mungkin tidak ingin bicara, sudah mengatakan segala sesuatunya. Tawar-menawar sudah lewat dan tibalah saat kedamaian dan ketenangan, seseorang mungkin saja berada lama sekali dalam menerima tetapi bukanlah tahap pasrah yang berarti kekalahan. Dengan kata lain, pasrah kepada maut tidak berarti menerima maut. Individu telah menemukan ketenangan dan cenderung ingin ditinggalkan sendirian atau hanya berhubungan dengan satu atau dua orang.

3. Tipe-tipe Menjelang Kematian Ada 4 type dari perjalanan proses kematian, yaitu: Kematian yang pasti dengan waktu yang diketahui, yaitu adanya perubahan yang cepat dari fase akut ke kronik. Kematian yang pasti dengan waktu tidak bisa diketahui, baisanya terjadi pada kondisi penyakit yang kronik. Kematian yang belum pasti, kemungkinan sembuh belum pasti, biasanya terjadi pada pasien dengan operasi radikal karena adanya kanker. Kemungkinan mati dan sembuh yang tidak tentu. Terjadi pada pasien dengan sakit kronik dan telah berjalan lama.

4. Tanda-tanda Klinis Menjelang Kematian a) Kehilangan tonus otot, ditandai dengan : Relaksasi otot muka sehingga dagu menjadi turun. Kesulitan dalam berbicara, proses menelan dan hilangnya reflek menelan. Penurunan kegiatan traktus gastrointestinal, ditandai: nausea, muntah, perut kembung, obstipasi, dsbg. Penurunan control spinkter urinari dan rectal. Gerakan tubuh yang terbatas.

18

b) Kelambatan dalam sirkulasi, ditandai dengan : Kemunduran dalam sensasi. Cyanosis pada daerah ekstermitas. Kulit dingin, pertama kali pada daerah kaki, kemudian tangan, telinga dan hidung.

c) Perubahan-perubahan dalam tanda-tanda vital Nadi lambat dan lemah. Tekanan darah turun. Pernafasan cepat, cepat dangkal dan tidak teratur.

d) Gangguan sensori Penglihatan kabur. Gangguan penciuman dan perabaan.

Variasi-variasi tingkat kesadaran dapat dilihat sebelum kematian, kadangkadang klien tetap sadar sampai meninggal. Pendengaran merupakan sensori terakhir yang berfungsi sebelum meninggal. 5. Tanda-tanda Klinis Saat Meninggal Pupil mata melebar. Tidak mampu untuk bergerak. Kehilangan reflek. Nadi cepat dan kecil. Pernafasan chyene-stoke dan ngorok. Tekanan darah sangat rendah. Mata dapat tertutup atau agak terbuka

6. Tanda-tanda Meninggal Secara Klinis Secara tradisional, tanda-tanda klinis kematian dapat dilihat melalui perubahan-perubahan nadi, respirasi dan tekanan darah.

19

Pada tahun 1968, World Medical Assembly, menetapkan beberapa petunjuk tentang indikasi kematian, yaitu: 1. Tidak ada respon terhadap rangsangan dari luar secara total. 2. Tidak adanya gerak dari otot, khususnya pernafasan. 3. Tidak ada reflek. 4. Gambaran mendatar pada EKG.

7. Macam Tingkat Kesadaran/Pengertian Pasien dan Keluarganya Terhadap Kematian Strause et all (1970), membagi kesadaran ini dalam 3 type: Closed Awareness/ Tidak Mengerti Pada situasi seperti ini, dokter biasanya memilih untuk tidak memberitahukan tentang diagnosa dan prognosa kepada pasien dan keluarganya. Tetapi bagi perawat hal ini sangat menyulitkan karena kontak perawat lebih dekat dan sering kepada pasien dan keluarganya. Perawat sering kal dihadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan langsung, kapan sembuh, kapan pulang, dsbg. Matual Pretense/ Kesadaran/ Pengertian yang Ditutupi Pada fase ini memberikan kesempatan kepada pasien untuk menentukan segala sesuatu yang bersifat pribadi walaupun merupakan beban yang berat baginya. Open Awareness/ Sadar Akan Keadaan dan Terbuka Pada situasi ini, klien dan orang-orang disekitarnya mengetahui akan adanya ajal yang menjelang dan menerima untuk mendiskusikannya, walaupun dirasakan getir.Keadaan ini memberikan kesempatan kepada pasien untuk berpartisipasi dalam merencanakan saat-saat akhirnya, tetapi tidak semua orang dapat melaksanaan hal tersebut.

8. Bantuan yang Dapat Diberikan Bantuan emosional Perawat bertindak sebagai pembimbing sehingga pasien dapt mencapai tahaptahap kedukaan sampai dengan tahap akhir.

20

Biarkan

dan

beri

dorongan

agar

pasien

mau

untuk

berbicara

dan

mengungkapkan emosinya dengan bebas, di dalam suasana dimanapun ia tidak merasa sedang dinilai. Hormati perilaku pasien, karena perilaku merupakan mekanisme pertahanan diri dan juga merupakan manifestasi daripada psikologi pasien.

Bantuan memenuhi kebutuhan fisiologis Kebersihan diri/ personal hygiene Mulut pasien memerlukan perawaatn tambahan mengingat kadang-kadang ada lendir menyumbat kerongkongan, sehingga memungkinkan perawat

menggunakan suction. Bibiryang kering dapat juga dibersihkan dengan kain kasa lembab dan bila pecah-peca dapat dioleskan dengan minyak atau madu. Mata yang kering dam kotor dibersihkan dengan kapas lembab. Usahakan sedapat mungkin memberikan rasa nyaman kepada pasien. Eliminasi Pada pasien yang mengalami incontinensia urine atau sebaliknya, dan juga yang terjadi konstipasi, keadaan ini dapat menimbulkan tidak nyaman bagi pasien. Posisi pasien harus sering diubah dan disesuaikan dengan keadaan pasien tanpa mengalami kelelahan. Mengatur posisi pasien Pengaturan posisi pasien yang tepat adalah penting untuk memberikan rasa nyaman bagi pasien. Posisi pasien harus sering diubah dan disesuaikan dengan keadaan pasien tapi tidak melelahkan. Pemeliharaan lingkungan Kamar atau ruangan ditata rapi dan diciptakan suasana yang menyerupai suasana di rumah pasien, sehingga ia merasa aman dan nyaman. Ruangan hendaknya mudah dijangkau oleh perawat.penggunaan penerangan yang cukup serta peredaran udara di dalam kamar cukup baik. Nutrisi Pasien dapat diberi makan sedikit demi sedikit dan setiap saat diberi seteguk air pada pasien yang masih sadar. Jika menelan menjadi sulit sebaiknya kolaborasi dengan dokter untuk memberika terapi intra vena atau cara lain untuk dapat mempertahankan nutrisi.

21

Bantuan memenuhi kebutuhan spiritual Memberikan ketenangan spiritual mempunyai arti lebih besar dari sekedar kunjungan rohaniawan. Perawat dapat memberi dukungan kepada klien dalam mengekspresikan filosofi kehidupan. Ketika kematian mendekat, klien sering mencari ketenangan dengan menganalisis nilai dan keyakinan yang berhubungan dengan hidup dan mati. Perawat dan keluarga dapat membantu klien dengan mendengarkan dan mendorong klien untuk mengekspresikan tentang nilai dan keyakinan. Perawat dan keluarga dapat memberikan ketenangan spiritual dengan menggunakan keterampilan komunikasi, mengekspresikan simpati, berdoa dengan klien, membaca literatur yang memberi inspirasi, dan memainkan musik.

9. Persiapan yang Dapat Dilakukan Banyak hal yang bisa dilakukan oleh perawat dalam mempersiapkan klien, antara lain: a. Fase Denial Beri keamanan emosional yaitu dengan memberikan sentuhan dan ciptakan suasana tenang. Konfirmasikan rasa takut terhadap sesuatu yang tidak diketahuinya dengan menanyakan kepada klien apa yang dipersepsikannya tentang kehidupan setelah mati. Tanyakan tentang pengalaman klien menghadapi kematian yang diketahui klien, tanyakan apa saja ketakutan yang dihadapi proses kematian Menganjurkan klien untuk tetap diam dalam pertahanan dengan tidak menghindar dari situasi sesungguhnya.

b. Fase Anger Pertahankan sentuhan fisik dan suasana tenang dan juga rahasia klien Membicarakan klien untuk mengekspresikan keinginan, apa yang dan sedang terjadi pada mereka. Beri perhatian dan lingkungan yang nyaman dan cegah injury.

22

c. Fase Bargaining Ajarkan klien agar dapat membuat keputusan dalam hidupnya yang bermakna. Dengarkan klien saat bercerita tentang hidupnya mengenai apa yang diperolehnya, kesukaan dan kegagalannya, kesenangan dan keputusan yang dialaminya.

d. Fase Depresi Beri kenyataan emosional yaitu dengan memberikan sentuhan dan ciptakan lingkungan yang tenang. Perlakukan klien dengan sabar, penuh perhatian dan tetap realitas. Kaji pikiran dan perasaan serta persepsi klien, jika salah pengertian harusnya diklarifikasi. Untuk klien yang tidak mau berkomunikasi secara verbal, tetap berikan support.

e. Fase Acceptance Bina hubungan saling percaya sehingga klien akan terbuka, menanyakan dan mengklarifikasikan alternatif pemecahan masalah bila klien didiagnosa penyakit terminal. Identifikasikan dengan siapa klien ingin bicara terbuka, beri tahukeluarga untuk menghadapi masalah regresi yang akan terjadi. Bantu klien memperoleh dan memberitahukan kualitas hidup jika mungkin Bantu klien dalam mengatur waktu agar merasa kepuasan dalam hidup mereka. Pertahankan hubungan klien dengan orang-orang terdekat. Bantu klien dalam mendapatkan informasi dan apa yang dapat klien lakukan dengan informasi yang diberikan olehnya. Berikan jawaban terbuka dan jujur terhadap semua pertanyaan yang diajukan klien. Tetap merespon dan mencari tahu bagaimana klien menerima informasi sebelum mereka mencari kolaborasi lebih jauh.

23

C. KONSEP KOMUNIKASI PADA KASUS KANKER ATAU KEGANASAN

A. Pengertian Kanker adalah penyakit yang menyerang proses dasar kehidupan sel, mengubah genom sel (komplemen genetik total sel) dan menyebabkan penyebaran liar dan pertumbuhan sel-sel. Kanker adalah istilah umum untuk petumbuhan sel tidak normal(yaitu, tumbuh sangat cepat, tidak terkontrol, dan tidak berirama) yang dapat menyusup ke jaringan tubuh normal sehingga mempengaruhi fungsi tubuh. Kanker bukan merupakan penyakit menular. (mengenal seluk beluk kaker.2008). Kanker merupakan penyakit atau kelainanpada tubuh sebagai akibat dari sel sel tubuh yang tumbuh dan berkembang abnormal, di luar batas dan sangat

liar.(kanker,pengenalan, pencegahan dan pengobatannya, 2007).

B. Jenis jenis kanker Beberapa jenis kanker yang telah dikenal sampai saat ini : 1) Karsinoma Merupakan jenis kanker yang berasal dari sel yang melapisi permukaan tubuh atau permukaan saluran tubuh, misalnya jaringan epitel seperti sel kulit, testis, ovarium, kelenjar mukus, sel melanin, payudara, leher rahim, kolon, rektum, lambung, pankreas, dan esofagus

2) Limfoma Merupakan kanker yang berasal dari jaringan yang membentuk darah, misalnya jaringan limfe, lakteal, limfa, berbagai kelenjar limfe, timus dan sumsum tulang. Limfoma spesifik antara lain adalah penyakit hodgkin (kanker kelenjar limfe dan limfa).
24

3) Leukimia Leukimia tidak membentuk massa tumor, tetapi memnuhi pembuluh darah dan mengganggu fungsi sel darah normal.

4) Sarkoma Merupakan kanker jaringan penunjang yang berada di bawah permukaan tubuh seperti jaringan ikat, termasuk sel sel yang ditemukan diotot dan tulang.

5) Glioma Merupakan kanker susunan saraf, misalnya sel sel glia (jaringan penunjang) disusunan saraf pusat

6) Karsinoma insitu Ini adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan sel epitel abnormal yang masih terbatas di daerah tertentu sehingga masih dianggap lesi prainvasif (kalian/luka yang belum menyebur). (kanker,pengenalan, pencegahan dan pengobatannya, 2007.

C. Lokasi kanker 1) Kanker kolorektal Tanda dan gejala kanker kolon pada lansia dapat meliputi perdarahan rektal, darah merah atau hitam dalam feces, perubahan kebiasaan BAB (konstipasi atau diare, feses yang mengecil). Tumor dalam kolon kanan dapat menjadi besar dan dapat menyebabkan nyeri tumpul yang samar samar dan rasa tidak nyaman pada abdomen. Tumor dalam kolon kiri cenderung lebih kecil dan lebih berinfiltrasi, dengan perdarahan dan kemungkinan obstruksi usus.

25

2) Kanker paru Resiko kanker paru 10 kali lebih tinggi pada perokok dari pada orang yang tidak merokok. Tingginya mortalitas akibat kanker paru sebagian disebabkan karena diagnosis yang terlambat, biologis tumor yang agresif, seringnya metastasis ke otak dan organ organ vital yang lain, dan tidak efektifnya pengobatan konvensional. Tidak seperti kanker payudara, deteksi dini kanker paru tidak menjamin kesempatan yang baik untuk penyembuhan. Gejala batuk yang menetap, batu dengan sputum berdarah, atau kesulitan bernapas dapat mengindikasikan kanker paru. Keletihan dan kehilangan berat badan secara tiba tiba sering merupakan gejala dari penyakit yang lebih lanjut.

3) Kanker payudara Selain adanya massa, tanda tanda kanker yang lain adalah retraksi kulit atau adanya lubang kecil pada kulit dan adanya perubahan kontur payudara dari yang biasanya. Sekresi serosanguinosa dari puting susu (jarang) pada wanita yang berusia lebih dari 50 tahun sering dikaitkan dengan kanker payudara. Pemeriksaan tambahan yang perlu dilakukan jika ditemukan benjolan atau jika mamogram mecurigakan atau kedua duanya dapat meliputi aspirasi cairan dari kista, ultrasonografipada area tersebut, dan biopsi lesi.

4) Kanker ginekologik Kanker ovarium sebagai kanker ginekologi yang paling sering meningkat dengan bertambahnya usia. Faktor resiko yang berhubungan dengan kanker ini termasuk riwayat keluarga dengan kanker ovarium dan infertilitas. Pembesaran pinggul dan rasa tidak nyaman pada abdomen adalah gejala yang mungkin terjadi pada kanker ovarium.

26

5) Kanker prostat Kanker prostat adalah penyebab kedua kanker pada pria lansia dan merupakan penyebab ketiga kematian akibat kanker pada pria yang berusia 65 tahun atau lebih. Gejala gejala tidak terjadi sampai kanker telah menyerang daerah sekitarnya atau telah menyebar dan pada umumnya termasuk kesulitan dalam berkemih, hematuria, dan nyeri punggung atau tulang.

6) Kanker kulit Pemeriksaan kulit seseorang secara mandiri dapat berguna untuk deteksi dini lesi kulit yang mencurigakan yang mungkin merupakan kanker atau premalignan. Adanya perubahan pada kulit dan tahi lalat harus dikaji. Kaker kulit yang paling serius melanoma maligna, lebih mematikan pada lansia dan telah meningkat secara dramatis pada orang yang berusia 65 tahun dan lebih dalam waktu 20 tahun terakir ini.

7) Kanker gastrointestinal Berbagai macam tumor GI adalah penyebab morbiditas dan mortalitas yang penting pada populasi lansia. a) Kanker lambung Gejala- gejalanya biasanya terjadi setelah penyakit berada pada tahap lanjut dan termasuk nyeri epigastrik, penurunan berat badan , rasa penuh pada lambung setelah makan sejumlah kecil makanan dan hematemesis. Intervensi pembedahan pada umumnya merupakan satu satunya kemungkinan untuk penyembuhan kanker lambung. b) Kanker pancreas Penggunaan tembakau dan pankreatitis kronis adalah faktor resiko yang penting. Penapisan rutin tidak dianjurkan dan gejala gejala mungkin tidak spesifik. Pembedahan mungkin dapat menyembuhkan, tetapi kemoterapi dan radiasi lebih sering diguakan untuk upaya paliatif.

27

c) Kanker esophagus Kesulitan menelan dan nyeri epigastrik adalah gejala potensial dari kanker esophagus. Kanker yang berhubungan dengan tembakau ini lebih sering terjadi pada mereka yang berusia 60-an dan 70-an. Intervensi pembedahan mungkin dapat menyembuhkan tetapi sebagian besar pasien mendapatkan kemoterapi atau terapi radiasi untuk upaya paliatif.

8) Kanker kandung kemih Hematuria, sering berkemih, dan kesulitan dalam berkemih yang merupakan gejala umum infeksi kandung kemih, juga dapat menjadi gejala gejala kanker kandung kemih. Pasien yang bergejala memerlukan suatu pemeriksaan termasuk pemeriksaan sistoskopi kandung kemih, termasuk biopsy. Penggunaan temabakau juga merupakan faktor resiko untuk kanker ini.

9) Kanker kepala dan leher Kanker ini sering terjadi pada lansia terutama pada pria lansia. Konsumsi alkohol dan penggunaan tembakau merupakan faktor resiko yang penting. Pengkajian rongga mulut sangat penting. Kesulitan menelan, suara serak, massa pada leher, atau terjadinya lesi baru dalam daerah mulut harus dikaji lebih lanjut. Pembedahan dan terapi radiasi mungkin menyembuhkan tetapi dapat mengakibatkan morbiditas dan distsres psikologis yang signifikan. (Buku Ajar Keperawatan Gerontik,2006).

D. Gejal umum, komplikasi, diagnosis, dan stadium kanker Gejala umum kanker biasanya tergantung pada jenis, tempat dan stadium kanker. Dari sini kemudian, gejala umum kanker adalah sebgai berikut : 1) Pembengkakan pada organ tubuh yang terkena ( misal ada benjolan di payudara, diperut, dll) 2) Terjadi perubahan warna (misal perubahan warna tahi lalat)
28

3) Demam kronis 4) Terjadinya batuk kronis (terutama kanker paru) atau perubahan suara (pada kanker leher). 5) Terjadinya perubahan pada sistem pencernaan/ kandung kemih (misal perubahan pola BAB, BAB berdarah,dsb) 6) Penurunan nafsu makan dan berat badan 7) Keluarnya cairan atau darah tidak normal (misal keluar cairan abnormal dari puting payudara) Sedangkan dilihat dari penyebabnya, komplikasi akibat kanker dibagi menjadi 3 yaitu : 1) Akibat langsung kanker (misalnya, sumbatan saluran cerna pada kanker usus, patah tulah pada kanker tulang, dst) 2) Akibat tidak langsung (misalnya, demam, penuruna berat badan, anemia, penurunan kekebalan tubuh, dsb) 3) Akibat pengobatan (misalnya, pembengkakan akiba sumbatan kelenjar getah bening pada radiasi kanker payudara, gangguan saraf tepi, penurunan kadar sel darah, kebotakan pada kemoterapi) Sedangkan diagnosa umum untuk kanker ini didasarkan pada hal hal sebagai berikut : 1) Gejala yang dirasakan pasien 2) Temuan pada pemeriksaan fisik 3) Hasil pemeriksaan laboratorium terhadap petanda tumor 4) Pemeriksaan radiology: roentgen, CT-Scan, MRI, USG 5) Diagnosis pasti adalah melalui pemeriksaan patologi anatomi.

29

Sedangkan penentuan stadium kanker biasanya diklasifikasikan dulu menurut sistem TNM ( tumor, node, metastase) sebagai berikut : 1) Tumor : besar atau luas tumor asal (Tis = tumor belum menyebar ke jaringan sekitar; T1-4 =ukuran tumor) 2) Node: penyebaran kanker ke kelenjar getah bening ( N0=tidak menyebar ke kelenjar getah bening; N1-3= derajat penyebaran) 3) Metastase: ada atau tidaknya penyebaran ke organ jauh (M0=tidak ada/M1=ada) Tujuan klasifikasi TNM adalah untuk perencanaan pengobatan, menentukan prognosis, evaluasi hasil pengobatan, dan juga untuk pertukaran informasi antar pusat pengobatan kanker. Sehingga terdapat stadium kanker I,II,III,IV, stadium I dan II di sebut juga stadium dini, sedangkan stadium III,IV disebut juga lokal lanjut atau stadium IV disebut juga stadium lanjut atau telah bermetastase.(mengenal seluk beluk kanker,2008)

E. Faktor resiko 1) Riwayat keluarga Orang orang dewasa dengan riwayat kanker keluarga yang kuat harus dipantau secara hati hati melalui program penapisan. Penemuan baru baru ini mengungkapkan gen gen yang terkait dengan kanker payudara dan kanker lainnya memiliki implikasi yang penting untuk penapisan dan penanganan kanker. Namun jenis jenis tumor dengan predis posisi genetic seperti kanker payudara dan kanker kolon sering terjadi pada orang dewasa muda. Sebagian besar kanker payudara dan kolon terjadi pada orang orang tanpa adanya kaitan genetic yang diketahui.

30

2) Merokok dan penggunaan tembakau Merokok dihubungkan dengan satu pertiga kematian akibat kanker terutama kanker paru, kepala dan leher, kendung kemih, ginjal, esophagus, pancreas, dan serviks. Pada saat ini, merokok dihubungkan dengan 45% dari senua kemtian akibat kanker pada pria dan 21,5 % kematian akibat kanker pada wanita. 3) Diet, berat badan dan latihan Diet dikaitkan dengan satu pertiga dai seluruh kematian akibat kanker. Diet makanan seumur hidup yang tinggi lemak hewani dan rendah serat telah dikaitkan dengan peningkatan resiko kanker kolon, payudara dan prostat. Makanan yang tinggi nitrat telah dikaitkan dengan peningkatana resiko kanker kolon dan lambung. Obesitas dan diet tinggi lemak dikaitkan dengan peningkatan resiko kanker payudara dan kolon. Kurangnya olahraga juga dikaitkan dengan peningkatan resiko kanker kolon. Penggunaan alkohol berat dihubungkan dengan kanker pada daerah kepala dan leher dan kanker hepar. 4) Pajanan sinar matahari Kanker kulit yang paling mematikan, melanoma maligna meningkat dengan kecepatan terbesar dari semua kanker. Pencegahan primer meliputi meminimalkan pajanan terhadap sinar ultraviolet dengan menggunakan tabir surya, memakai pakaian yang dapat melindungi, dan membatasi aktivitas diluar rumah sampai waktu waktu matahari tidak berada di puncak. 5) Bahaya bahaya lingkungan Pajanan sebelumnya terhadap karsinogen karsinogen di tempat kerja seperti asbestos sangat penting di kaji pada lansia. Bahan kimia dan zat zat lain di tempat kerja yang telah dikaitkan denga peningkatan insidensi kanker termasuk kromium dan asbestos. Untuk banyak karsinogen ini pajanan yang dikombinasikan dengan merokok secara signifikan telah meningkatkan resiko kanker.

31

6) Pengeruh hormonal Resiko kanker payudara meningkat secara dramatis dengan penuaan. Menapouse setelah usia 55 tahun dikaitkan dengan dua kali resiko kanker payudara dibandingkan dengan menapouse sebelum usia 45 tahun. Penggunaan kontrasepsi oral secara kurang meyakinkan telah dikaitkan dengan peningktan resiko kanker payudara, tetapi penggunaannya telah menunjukkan dapat mengurangi resiko kanker endometrium. 7) Riwayat kanker Adanya riwayat kanker pada seseorang telah menempatkan orang tersebut pada resiko yang lebih tinggi terhadap terjadinya jenis jenis kanker primer lain. Perilaku pencegahan sangat penting bagi jutaan orang amerika yang saat ini hidup dengan suatu riwayat kanker. 8) Masalah pengobatan dan penanganan lain. Kanker dapat dihubungkan dengan adanya atau kadang kadang penanganan kondisi kondisi medis yang lain. Resiko kanker lambung contohnya meningkat dengan adanya penyakit lambung yang lain seperti gastritis, aklorhidria, dan ulkus lambung. Diabetes dan hipertensi telah dikaitkan dengan peningkatan resiko kanker endometrium. (Buku Ajar Keperawatan Gerontik,2006)

F. Penaganan kanker 1) Kemoterapi Penggunaan obat anti kanker yang bertujuan mematikan sel kanker Indikasi dan prinsip : a) Sebanyak mungkin mematikan sel kanker seminimal mungkin mengganggu sel normal b) Dapat digunakan untuk : pengobatan, pengendalian, paliatif
32

c) Jangan diberikan jika bahaya/komplikasinya lebih besar dari manfaatnya d) Obat kemotherapi umumnya sangat toksik, teliti/cermat evaluasi kondisi pasien Kompilaksinya : 1) Efek samping : nausea, vomiting alopecia rasa (pengecap) menurun mucositis 2) Toksik : hematologik : depresi sumsum tulang, anemia ginjal, hepar.(http://nursingbegin.com/asuhan-keperawatan-kanker/) 2) Radiotherapy a) Menggunakan X-ray atau radiopharmaceuticals (radionuclides) b) Terapi radiaisi eksternal yaitu pengobatan noninvasive dan mungkin lebih sering disarankan untuk lansia lemah yang tidak mampu menjalani pembedahan. (Buku Ajar Keperawatan Gerontik,2006) 3) Pembedahan Pembedahan dapat digunakan sebagai upaya kuratif atau digunakan untuk meingkatkan kualitas hidup. Pembedahan kurang menimbulkan debilitasi dari pada kemoterapi atau terapi radiasi untuk pasien yang cukup sehat utnuk menjalani anastesi dan hanya merupakan satu satunya terapi untuk banyak lansia dengan kanker. (Buku Ajar Keperawatan Gerontik,2006)

33

4) Immunoterapi Immunoterapi yang disebut juga terapi biologis merupakan jenis pengobatan kanker yang relative baru. Sekalipun demikian diperkirakan akan segera maju pesat dan menjadi andalan para dokter dalam upaya penyembuhan kanker secara total. Tidak beda dengan imunisasi pada umumnya, immunoterapi bertujuan untuk meningkatkan kekebalan tubuh guna melawan sel sel kanker. Ada tiga macam immunoterapi, yaitu aktif (vaksin kanker), pasif, dan terapi adjuvant. 5) Terapi gen Terapi gen dilakukan dengan beberapa cara:1) mengganti gen yang rusak atau hilang, 2) menghentikan kerja gen yang bertanggung jawab terhadap pembentukan sel kanker , 3) menambahkan gen yang membuat sel kanker lebih mudah dideteksi dan di hancurkan oleh system kekebalan tubuh, kemoterapi, maupun radioterapi, 4) menghentikan kerja gen yang memicu pembuatan pembuluh darah baru di jaringan kanker sehingga sel sel kankernya mati. G. peran perawat Promotif sampai dengan rehabilitatif 1) Memberi dukungan klien terhadap prosedur diagnostic 2) Mengenali kebutuhan psiko sosial dan spiritual 3) Memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi klien 4) Memberi bantuan bagi klien yang mendapat pengobatan anti kanker/terhadap keganasan 5) Membantu klien fase penyembuhan/rehabiltasi 6) Membantu klien untuk tindak lanjut pengobatan 7) Berpartisipasi dalam koleksi data penelitian/registrasi kanker.

34

H. asuhan keperawatan 1) Identitas Kanker sering didiagnosis pada orang orang yang berusia 65 tahun atau lebih. Kejadian kanker sering di derita pada wanita di bandingkan pria. 2) Keluhan utama Keluhan biasanya disesuaikan dengan jenis dan lokasi kanker yang dialami oleh klien. 3) Riwayat penyakit sekarang Gejala kanker yang dialami klien pada umumnya adalah sebagai berikut: Demam kronis,Terjadinya batuk kronis (terutama kanker paru) atau perubahan suara (pada kanker leher).Terjadinya perubahan pada sistem pencernaan/ kandung kemih, Penurunan nafsu makan dan berat badan, Keluarnya cairan atau darah tidak normal. 4) Riwayat penyakit dahulu Untuk mengetahui apakah klien pernah menderita kanker sebelumnya atau pernah melakukan program terapi / pengobatan kanker 5) Riwayat penyakit keluarga Untuk mengetahui apakah dalam keluarganyaada yang menderita kanker seperti yang dialami klien saat ini. Karena bila ada keluarga ada yang menderita kanker, resiko tinggi untuk keturunannya. 6) Pemeriksaan fisik a) Sistem integument Perhatikan : nyeri, bengkak, flebitis, ulkus Inspeksi kemerahan & gatal, eritema
35

Perhatikan pigmentasi kulit Kondisi gusi, gigi, mukosa & lidah b) Sistem gastrointerstinal Kaji frekwensi, mulai, durasi, berat ringannya mual & muntah setelah pemberian kemotherapi Observasi perubahan keseimbangan cairan & elektrolit Kaji diare & konstipasi Kaji anoreksia Kaji : jaundice, nyeri abdomen kuadran atas kanan c) Sistem hematopoetik 1. Kaji Netropenia Kaji tanda infeksi Auskultasi paru Perhatikan batuk produktif & nafas dispnoe Kaji suhu 2. Kaji Trombositopenia : <> 3. Kaji Anemia Warna kulit, capilarry refill Dispnoe, lemah, palpitasi, vertigo

36

d) Sistem Respiratorik & Kardiovaskular Kaji terhadap fibrosis paru yang ditandai : Dispnoe, kering, batuk non produktif - terutama bleomisin Kaji tanda CHF Lakukan pemeriksaan EKG e) Sistem Neuromuskular Perhatikan adanya perubahan aktifitas motorik Perhatikan adanya parestesia Evaluasi refleks Kaji ataksia, lemah, menyeret kaki Kaji gangguan pendengaran Diskusikan ADL f) Sistem Genitourinari Kaji frekwensi BAK Perhatikan bau, warna, kekeruhan urine Kaji : hematuria, oliguria, anuria Monitor BUN, kreatinin 7) Diagnosa keperawatan a) Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek samping therapi kanker ditandai dengan klien mngatakan nyeri, klien sulit tidur, tidak mampu memusatkan perhatian, ekspresi nyeri, kelemahan.
37

b) Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker, konsekwensi

khemotherapi, radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa kecap, nausea), emotional distress, fatigue, ketidakmampuan mengontrol nyeri c) Resiko tinggi kurangnya volume cairan berhubungan dengan output yang tidak normal (vomiting, diare), hipermetabolik, kurangnya intake d) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh sekunder dan sistem imun (efek kemotherapi/radiasi), malnutrisi, prosedur invasive e) Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi dan kemotherapi, deficit imunologik, penurunan intake nutrisi dan anemia f) Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan, sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian, pemisahan dengan keluarga 8) Rencana asuhan keperawatan a) Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek samping therapi kanker ditandai dengan klien mngatakan nyeri, klien sulit tidur, tidak mampu memusatkan perhatian, ekspresi nyeri, kelemahan. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 224 jam nyeri berkurang Kriteria hasil : Klien mampu mengontrol rasa nyeri melalui aktivitas. Melaporkan nyeri yang dialaminya. Mengikuti program pengobatan. Mendemontrasikan tehnik relaksasi dan pengalihan rasa nyeri melalui aktivitas yang mungkin.

38

Intervensi : 1) Tentukan riwayat nyeri, lokasi, durasi dan intensitas Memberikan informasi yang diperlukan untuk merencanakan asuhan 2) Evaluasi therapi: pembedahan, radiasi, khemotherapi, biotherapi, ajarkan klien dan keluarga tentang cara menghadapinya Untuk mengetahui terapi yang dilakukan sesuai atau tidak, atau malah menyebabkan komplikasi. 3) Berikan pengalihan seperti reposisi dan aktivitas menyenangkan seperti mendengarkan musik atau nonton TV Untuk meningkatkan kenyamanan dengan mengalihkan perhatian klien dari rasa nyeri. 4) Menganjurkan tehnik penanganan stress (tehnik relaksasi, visualisasi, bimbingan), gembira, dan berikan sentuhan therapeutik. Meningkatkan kontrol diri atas efek samping dengan menurunkan stress dan ansietas. 5) Evaluasi nyeri, berikan pengobatan bila perlu. Untuk mengetahui efektifitas penanganan nyeri, tingkat nyeri dan sampai sejauhmana klien mampu menahannya serta untuk mengetahui kebutuhan klien akan obat-obatan anti nyeri. 6) Diskusikan penanganan nyeri dengan dokter dan juga dengan klien Agar terapi yang diberikan tepat sasaran 7) Berikan analgetik sesuai indikasi seperti morfin, methadone, narkotik dll Untuk mengatasi nyeri.

39

b) Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker, konsekwensi khemotherapi, radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa kecap, nausea), emotional distress, fatigue, ketidakmampuan mengontrol nyeri Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 224 jam kebutuhan nutrisi terpenuhi Kriteria hasil: Klien menunjukkan berat badan yang stabil, hasil lab normal dan tidak ada tanda malnutrisi. Menyatakan pengertiannya terhadap perlunya intake yang adekuat. Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diet yang berhubungan dengan penyakitnya. Intervensi : 1) Monitor intake makanan setiap hari, apakah klien makan sesuai dengan kebutuhannya. Memberikan informasi tentang status gizi klien. 2) Timbang dan ukur berat badan, ukuran triceps serta amati penurunan berat badan. Memberikan informasi tentang penambahan dan penurunan berat badan klien. 3) Kaji pucat, penyembuhan luka yang lambat dan pembesaran kelenjar parotis. Menunjukkan keadaan gizi klien sangat buruk. 4) Anjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori dengan intake cairan yang adekuat. Anjurkan pula makanan kecil untuk klien. Kalori merupakan sumber energi.

40

5) Kontrol faktor lingkungan seperti bau busuk atau bising. Hindarkan makanan yang terlalu manis, berlemak dan pedas. Mencegah mual muntah, distensi berlebihan, dispepsia yang menyebabkan penurunan nafsu makan serta mengurangi stimulus berbahaya yang dapat meningkatkan ansietas. 6) Ciptakan suasana makan yang menyenangkan misalnya makan bersama teman atau keluarga Agar klien merasa seperti berada dirumah sendiri. 7) Anjurkan tehnik relaksasi, visualisasi, latihan moderate sebelum makan. Untuk menimbulkan perasaan ingin makan/membangkitkan selera makan 8) Anjurkan komunikasi terbuka tentang problem anoreksia yang dialami klien. Agar dapat diatasi secara bersama-sama (dengan ahli gizi, perawat dan klien). 9) Amati studi laboratorium seperti total limposit, serum transferin dan albumin Untuk mengetahui/menegakkan terjadinya gangguan nutrisi sebagi akibat perjalanan penyakit, pengobatan dan perawatan terhadap klien. 10) Berikan pengobatan sesuai indikasiPhenotiazine,antidopaminergic,

corticosteroids, vitamins khususnya A,D,E dan B6, antacid Membantu menghilangkan gejala penyakit, efek samping dan meningkatkan status kesehatan klien. 11) Pasang pipa nasogastrik untuk memberikan makanan secara enteral, imbangi dengan infus. Mempermudah intake makanan dan minuman dengan hasil yang maksimal dan tepat sesuai kebutuhan.

41

c) Resiko tinggi kurangnya volume cairan berhubungan dengan output yang tidak normal (vomiting, diare), hipermetabolik, kurangnya intake Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 124 jam kebutuhan cairan terpenuhi. Kriteria hasil: Klien menunjukkan keseimbangan cairan dengan tanda vital normal,membran mukosa normal, turgor kulit bagus, capilarry ferill normal, urine output normal. Intervensi : 1) Monitor intake dan output termasuk keluaran yang tidak normal seperti emesis, diare, drainase luka. Hitung keseimbangan selama 24 jam. Pemasukan oral yang tidak adekuat dapat menyebabkan hipovolemia. 2) Timbang berat badan jika diperlukan. Dengan memonitor berat badan dapat diketahui bila ada ketidakseimbangan cairan. 3) Monitor vital signs. Evaluasi pulse peripheral, capilarry refil. Tanda-tanda hipovolemia segera diketahui dengan adanya takikardi, hipotensi dan suhu tubuh yang meningkat berhubungan dengan dehidrasi. 4) Kaji turgor kulit dan keadaan membran mukosa. Catat keadaan kehausan pada klien. Dengan mengetahui tanda-tanda dehidrasi dapat mencegah terjadinya hipovolemia. 5) Anjurkan intake cairan samapi 3000 ml per hari sesuai kebutuhan individu. Memenuhi kebutuhan cairan yang kurang.

42

6) Observasi kemungkinan perdarahan seperti perlukaan pada membran mukosa, luka bedah, adanya ekimosis dan pethekie Segera diketahui adanya perubahan keseimbangan volume cairan. 7) Hindarkan trauma dan tekanan yang berlebihan pada luka bedah. Mencegah terjadinya perdarahan. 8) Kolaboratif berikan cairan IV bila diperlukan. Memenuhi kebutuhan cairan yang kurang. 9) Berikan therapy antiemetik. Mencegah/menghilangkan mual muntah. d) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh sekunder dan sistem imun (efek kemotherapi/radiasi), malnutrisi, prosedur invasive Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 224 jam resiko infeksi berkurang Kriteria hasil : Klien mampu mengidentifikasi dan berpartisipasi dalam tindakan pecegahan infeksi. Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi dan penyembuhan luka berlangsung normal Intervensi : 1) Cuci tangan sebelum melakukan tindakan. Pengunjung juga dianjurkan melakukan hal yang sama. Mencegah terjadinya infeksi silang. 2) Jaga personal hygine klien dengan baik. Menurunkan/mengurangi adanya organisme hidup.
43

3) Monitor temperatur. Peningkatan suhu merupakan tanda terjadinya infeksi 4) Kaji semua sistem untuk melihat tanda-tanda infeksi Mencegah/mengurangi terjadinya resiko infeksi 5) Hindarkan/batasi prosedur invasif dan jaga aseptik prosedur. Mencegah terjadinya infeksi. 6) Monitor CBC, WBC, granulosit, platelets Segera dapat diketahui apabila terjadi infeksi 7) Berikan antibiotik bila diindikasikan Adanya indikasi yang jelas sehingga antibiotik yang diberikan dapat mengatasi organisme penyebab infeksi. e) Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi dan kemotherapi, deficit imunologik, penurunan intake nutrisi dan anemia Tujuan : sdetelah dilakukan tiindakan keperawatan selama 124 jam resiko kerusakan integritas kulit berkurang Kriteria hasil : Klien dapat mengidentifikasi intervensi yang berhubungan dengan kondisi spesifik. Berpartisipasi dalam pencegahan komplikasi dan percepatan penyembuhan. Intervensi : 1) Kaji integritas kulit untuk melihat adanya efek samping therapi kanker, amati penyembuhan luka. Memberikan informasi untuk perencanaan asuhan dan mengembangkan identifikasi awal terhadap perubahan integritas kulit.
44

2) Anjurkan klien untuk tidak menggaruk bagian yang gatal. Menghindari perlukaan yang dapat menimbulkan infeksi. 3) Ubah posisi klien secara teratur. Menghindari penekanan yang terus menerus pada suatu daerah tertentu. 4) Berikan advise pada klien untuk menghindari pemakaian cream kulit, minyak, bedak tanpa rekomendasi dokter. Mencegah trauma berlanjut pada kulit dan produk yang kontra indikatif f) Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan, sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian, pemisahan dengan keluarga Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 124 jam cemas yang dirasakan klien berkurang Kriteria hasil : Klien dapat mengurangi rasa cemasnya. Rileks dan dapat melihat dirinya secara obyektif. Menunjukkan koping yang efektif serta mampu berpartisipasi dalam pengobatan. Intervensi : 1) Tentukan pengalaman klien sebelumnya terhadap penyakit yang dideritanya. Data-data mengenai pengalaman klien sebelumnya akan memberikan dasar untuk penyuluhan dan menghindari adanya duplikasi 2) Berikan informasi tentang prognosis secara akurat. Pemberian informasi dapat membantu klien dalam memahami proses penyakitnya.

45

3) Beri kesempatan pada klien untuk mengekspresikan rasa marah, takut, konfrontasi. Beri informasi dengan emosi wajar dan ekspresi yang sesuai. Dapat menurunkan kecemasan klien 4) Jelaskan pengobatan, tujuan dan efek samping. Bantu klien mempersiapkan diri dalam pengobatan. Membantu klien dalam memahami kebutuhan untuk pengobatan dan efek sampingnya. 5) Catat koping yang tidak efektif seperti kurang interaksi sosial, ketidak berdayaan dll. Mengetahui dan menggali pola koping klien serta mengatasinya/memberikan solusi dalam upaya meningkatkan kekuatan dalam mengatasi kecemasan. 6) Anjurkan untuk mengembangkan interaksi dengan support system. Agar klien memperoleh dukungan dari orang yang terdekat/keluarga. 7) Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman. Memberikan kesempatan pada klien untuk berpikir/merenung/istirahat. 8) Pertahankan kontak dengan klien, bicara dan sentuhlah dengan wajar. Klien mendapatkan kepercayaan diri dan keyakinan bahwa dia benar-benar ditolong.

46

You might also like