You are on page 1of 8

Brunei Gagal Ikut Olimpiade

BEIJING, JUMAT - Brunei Darussalam gagal mengikuti Olimpiade Beijing karena keterlambatan negara Asia Tenggara ini mendaftarkan atletnya. Hal ini diungkapkan oleh Komite Olimpiade Internasional (IOC), hanya beberapa saat sebelum upacara pembukaan di Beijing, Jumat (8/8) melam. "Sangat memalukan dan menyedihkan bagi para atlet karena keputusan para ofisial yang tidak mendaftarkan mereka," kata jurubicara IOC, Emmanuelle Moreau. "IOC sudah berupaya hingga menitmenit terakhir, tetapi tidak berhasil." Dua atlet yang semula akan mewakili Brunei adalah seorang perenang dan seorang atlet tolak peluru. Brunei adalah satu-satunya negara anggota IOC yang tidak ikut dalam Olimpiade Beijing, yang sekarang jadi diikuti 204 negara.

Jauhari Terbaik di Nomor Lari 5.000 Meter


SAMARINDA, SELASA -- Sumatera Selatan menambah pundi-pundi medali emasnya di Pekan Olahraga Nasional atau PON XVII 2008 setelah atlet andalannya, Jauhari Johan menjadi juara di cabang atletik nomor lari 5.000 meter putra. Dalam perlombaan yang digelar di lintasan atletik Stadion Utama Palaran, Samarinda, Kalimantan Timur, Selasa (8/7) tersebut, Jauhari berhasil finis di tempat pertama dengan catatan waktu 14 menit 59 detik. Medali perak diraih atlet Kalimantan Timur, Yahuza dengan catatan waktu 15 menit 02 detik, sedangkan perunggu direbut pelari Jawa Timur, Musi Amin yang finis di belakang Yahuza dengan waktu hanya berselisih 0,50 detik. Dengan demikian, Jauhari mempertahankan gelarnya di nomor lari 5.000 meter putra PON. Pada PON XVI Sumatera Selatan, Jauhari juga merebut medali emas. Namun, dia gagal memecahkan rekor nomor tersebut, baik rekor PON maupun nasional. Rekor PON nomor lari 5.000 meter putra masih dipegang Eduard Nabunome asal Nusa Tenggara Timur, yang dicetak tahun 1993 silam, yaitu 14 menit 20 detik, sedangkan rekor nasional dipegang pelari asal Jawa Tengah, Subeno pada tahun 1991 lalu, yakni 14 menit 12 detik. "Saya senang sekali dapat mempertahankan medali emas yang saya raih sebelumnya," ujar Jauhari ketika ditemui usai perlombaan. Nomor lari 5.000 meter putra merupakan salah satu nomor spesialisasi Jauhari di samping nomor lari 1.500 meter putra. Dalam PON XVI Sumatera Selatan, Jauhari yang akrab dipanggil Jo itu meraih dua emas. Jauhari akan kembali turun ke lintasan atletik di PON XVII Kaltim ini di nomor lari 1.500 putra yang mulai diperlombakan hari Kamis (10/7) utuk babak penyisihan, dan hari Jumat (11/7) untuk babak final. Dia yakin dapat mempertahankan emas yang direbutnya empat tahun silam di Palembang itu. Pesaing beratnya untuk nomor 1.500 meter putra adalah atlet asal Jawa Timur, Haryono yang meraih gelar juara dalam kejuaraan nasional atletik tahun 2007 silam. kala itu, Haryono mencatat waktu 3 menit 56,40 detik, sedangkan Jauhari berada di posisi kedua dengan waktu 3 menit 56,7 detik. Pada saat yang hampir bersamaan, di Stadion Utama Palaran juga digelar perlombaan nomor tolak peluru putra final. Atlet Papua, Vincentius Gebze sukses meraih medali emas dengan tolakan sejauh 13,76 meter. Medali perak direbut Setyo Nugrahanto dari Jawa Barat dengan tolakan sejauh 13,54 meter, dan perunggu diraih Rohili Maulana dari Kepulauan Riau dengan tolakan 13,54 meter. Dua atlet Jawa Tengah, Kanan dan Yuarisdianto hanya menempati posisi empat dan lima dengan tolakan masing-masing sejauh 13,34 meter, dan 13,25 meter. Namun demikian, tolakan yang dicetak Vincentius di PON XVII ini masih jauh dibanding rekor nasional maupun PON yang masing-masing dicetak atlet Sumatera Utara, Sukraj Singh, yaitu 16,87 meter dan 16,06 meter. Ini merupakan raihan emas pertama bagi Papua di cabang atletik hingga hari kedua ini.

Urine, Tujuh Atlet Terkena Skorsing

MOSKWA, SENIN Tujuh atlet putri Rusia dikenakan larangan bertanding selama dua tahun setelah tertangkap basah menukar sampel urine saat akan menjalani pemeriksaan. Ketujuh atlet tersebut adalah atlet lari jarak menengah, Yelena Soboleva, Svetlana Cherkasova, Yulia Fomenko, mantan juara dunia, Tatyana Tomashova, dan Olga Yegorova, atlet tolak peluru Gulfiya Khanafeyeva, serta mantan juara dunia lempar cakram, Darya Pischchalnikova. Hukuman yang dijatuhkan oleh federasi atletik Rusia ini diambil setelah mereka terlebih dulu dihukum oleh Federasi Atletik Amatir Internasional (IAAF) pada Agustus. Ketua federasi atletik Rusia Valentin Balakhnichev, Senin (20/10), mengatakan, hukuman tersebut dijatuhkan karena para atlet melakukan tindakan yang melanggar larangan dalam penggunaan doping. "Hukuman tersebut berlaku efektif sejak April atau Mei 2007 saat sampel urine tersebut diambil," kata Balakhnichev. Pishchalnikova menyerahkan sampel urine pada 10 April, Cherkasova dan Soboleva pada 26 April, Khanafeyeva pada 9 Mei, dan Tomashova pada 23 Mei. Sementara itu, tanggal penyerahan Yegorova belum diumumkan.

PON, Kaltim Tambah Dua Emas di Atletik

SAMARINDA, SELASA- Tuan Rumah Kalimantan Timur sukses meraup dua medali emas di cabang atletik Pekan Olahraga Nasional atau PON XVII 2008 melalui dua pelarinya, Rini Budiarti dan Dessy Sumigar, Selasa (8/7). Di Stadion Utama Palaran, Samarinda, Kaltim, Rini merebut emas dari nomor lari 800 meter putri, sedangkan Dessy di nomor lari 200 meter putri. Rini mencatat waktu 2 menit 08,90 detik, mengungguli pelari senior sekaligus pemegang rekor nasional nomor lari 800 meter putri asal Jawa Timur, Esther Sumah, yang finis di tempat kedua dengan waktu 2 menit 9,23 detik. Tempat ketiga diduduki pelari asal Maluku Carlarena Gomies dengan waktu 2 menit 12,00 detik. Persaingan antara Rini dan Esther sangat ketat dalam perlombaan di nomor ini, Selasa sore tadi, khususnya pada 200 meter terakhir. Kedua pelari melesat meninggalkan enam pelari lainnya di belakang. Hingga 100 meter terakhir, Rini meninggalkan Esther dalam jarak dua meter. Namun, mendekati garis finis, Esther mulai menempel ketat. Rini pun tak mau kalah, dia tetap mempertahankan sprint-nya dan mengungguli Esther walau dengan selisih waktu yang sangat tipis, yakni kurang dari 0,1 detik. Meskipun belum dapat memecahkan rekor nasional 2 menit 6,11 detik atas nama Esther, Rini mengaku sangat senang dengan raihan prestasinya di PON XVII tersebut. Inilah kali pertama Rini merebut medali emas di PON, khususnya di nomor 800 meter putri yang selama ini dikuasai Esther. "Saya sangat bersyukur dan senang dengan prestasi ini. Sejak ikut PON tahun 2000, baru kali ini saya bisa meraih emas. Sebelumnya saya hanya mendapatkan perak," ucap pelari kelahiran Yogyakarta 22 Januari 1983 ini. Kemenangan Dessy di nomor lari 200 meter putri melengkapi kesuksesan tuan rumah di cabang terukur ini. Dessy mencetak waktu 24,45 detik untuk menaklukkan Serafi Anelis Unani dari Jawa Timur yang meraih medali perak, dan Irene T Joseph dari DKI Jakarta yang meraih medali perunggu. "Kemenangan ini saya persembahkan untuk mama saya yang sedang sakit. Selain itu, ini juga menjadi kado ulang tahun mama saya yang akan ulang tahun tanggal 21 Juli nanti. Terimakasih Mama," ujar Dessy sambil mencium medali emas yang dikalungkannya di leher. Walaupun demikian, Dessy masih belum berhasil memecahkan rekor nasional di nomor tersebut, yakni 23,56 detik, yang pernah dicetak Irene T Joseph tahun 1999 silam.

Kaltim bukan satu-satunya kontingen yang mampu meraih dua medali emas di cabang atletik. Sumatera Selatan juga melakukannya melalui Jauhari Johan di nomor lari 5.000 meter putra, dan Ni Putu Desi Margawati di nomor lompat galah putri. Bahkan, Ni Putu Desi berhasil mencetak rekor baru PON dengan lompatan setinggi 3,80 meter. Lompatan tersebut memperbaiki rekor lamannya setinggi 3,65 meter yang pernah dibuatnya tahun 2000. Ada sembilan medali emas yang diperebutkan pada hari kedua di cabang atletik. Dari jumlah itu, empat emas masing-masing dibagi Kaltim dan Sumsel, dan lima emas lainnya dibagi rata untuk Jatim di nomor lempar cakram putra, Jawa Barat di nomor lari 800 meter putra, Papua di nomor tolak peluru putra, Maluku di nomor lari 400 meter gawang putri, dan Jawa Tengah di nomor lari 200 meter putra. Dari sembilan emas tersebut, catatan prestasi Ni Putu Desi di nomor lompat galah putri menjadi satusatunya pemecahan rekor hingga hari kedua perlombaan atletik di PON XVII 2008 Kaltim. Peraih medali emas Sea Games 2007 nomor lari 200 meter putra asal Jateng, Suryo Agung Wibowo pun gagal memecahkan rekor nasional atas namanya sendiri, 20,76 detik. Di nomor tersebut, Suryo yang meraih medali emas hanya mencatat waktu 21,12 detik.

Rekor PON Dwi Ratnawati

Kompas/Danu Kusworo Atlet DKI Jakarta, Dedeh Erawati, meninggalkan lawan-lawannya dan meraih medali emas dalam nomor 100 meter gawang putri dalam final di lintasan atletik Kompleks Stadion Utama Kaltim, Palaran, Kalimantan Timur, Kamis (10/7). Jumat, 11 Juli 2008 | 03:00 WIB SAMARINDA, KOMPAS Dwi Ratnawati (Jawa Tengah) memecahkan dua rekor sekaligus di nomor lempar cakram putri pada Pekan Olahraga Nasional XVII Kalimantan Timur 2008, Kamis (10/7) di Stadion Utama Palaran, Samarinda. Dia mengukir rekor baru PON hanya selang 10 hari setelah ayahnya wafat. Peraih emas lempar cakram putri di SEA Games XXIV Nakhon Ratchasima 2007 itu membukukan lemparan sejauh 50,31 meter. Pencapaian tersebut melampaui rekor PON atas nama Darminah (Jateng) yang 45,97 meter yang tercipta tahun 2004. Namun, dia belum menggantikan rekornas atas namanya sendiri yang 50,68 meter yang tercipta di Kejuaraan Atletik Thailand Open di Thammasat Unisersity, Rangsit Bangkok, April 2008. Ketika itu dia memecahkan rekornas atas namanya sendiri yang 50,05 meter yang tercipta di SEA Games 2007. Saya bangga sekali bisa memecahkan rekor PON dan meraih medali emas, ujar gadis kelahiran Sragen, 5 Agustus 1982, itu. Bagi Dwi, kemenangannya ini begitu berarti. Selain menjadi emas pertamanya selama berpartisipasi di PON, prestasi tersebut didapatnya selang 10 hari meninggalnya Wartoyo, bapaknya, yang terkena stroke. Kemenangan ini saya persembahkan untuk bapak saya, Wartoyo, ungkap pegawai negeri sipil di Dinas Perhubungan Kota Salatiga tersebut.

Dari enam kali lemparan, Dwi gagal melempar sempurna sebanyak tiga kali. Cakram yang dilemparnya sempat membentur tiang pembatas dan keluar jalur. Hal itu juga dialami peserta nomor lempar cakram lainnya di lomba itu. Waktu perlombaan kondisinya hujan sehingga lemparan kurang optimal. Kalau tidak hujan, saya bisa memecahkan rekor nasional atas nama saya sejauh 50,68 meter. Walau bukan rekornas, saya tidak kecewa. Target saya si Samarinda rekor PON, tutur si bungsu dari dua bersaudara pasangan Wartoyo-Siti Sundari itu. Meski bangga dengan catatan prestasinya itu, Dwi mengaku tak kaget. Pasalnya, selama latihan dia kerap melempar sejauh 51 meter-52 meter. Semoga dalam kesempatan mendatang saya bisa memecahkan rekornas. Saya juga akan memecahkan rekor SEA Games yang masih dipegang Juthaporn Krasaeyan (Thailand) sejauh 51,48 meter, kata Dwi yang masih akan turun di nomor tolak peluru putri. Kuasai estafet Para pelari putra Jawa Timur dan putri Maluku menguasai nomor estafet 4 x 400 meter. Kuartet estafet Jatim mencatat waktu 3 menit 13,03 detik. Medali perak diraih tim Papua (3:13,29) dan perunggu milik tim Maluku (3: 15,81). Jatim gagal meraih emas estafet 4 x 400 meter putri karena pelari keempat Maluku, Viera Melissa, berhasil melampaui pelari terakhir Jatim, Serafi Anelies Unani. Kuartet Maluku menjejak finis dengan catatan waktu 3:48,92. Saya senang sekali. Meski satu anggota tim estafet kami sedang sakit, kami bisa menjadi yang terbaik, kata Viera.(HAN/TIA)

Tolak Peluru

Dinda Tri Pamungkas X-A

You might also like