You are on page 1of 82

Mathilda Violetta 405110101 FK UNTAR 2011

Hubungan

Penderita ISK dengan Kurangnya Asupan Cairan pada Perempuan Usia 18-60 tahun

Masalah

penelitian merupakan suatu pernyataan yang mempersoalkan keberadaan suatu variabel atau mempersoalkan hubungan antara variabel pada suatu fenomena.

Variabel

memberikan suatu arti yang dapat membedakan antara sesuatu dengan yang lainnya

Kalimat

tanya Kalimat tujuan

Identifikasi

masalah umum/ besar -Apakah ada masalah yang perlu diselesaikan? -Apakah ada hal yang ingin dipelajari lebih lanjut?
Seleksi

masalah spesifik: -Perkecil ruang lingkup masalah umum -prioritaskan bagian dr masalah umum yg lebih mungkin u/ diselesaikan

Penelitian

bersifat quick yielding hasil penelitian dapat segera diterapkan dalam praktik atau pelaksanaan kebijakan, seperti pada kebanyakan penelitian klinis Penelitian bersifat non quick yielding hasinya tidak segera diterapkan, seperti kebanyakan penelitian ilmu2 kedokteran dasar

LATAR BELAKANG MASALAH adanya kesenjangan antara apa yang ada dengan yang seharusnya atau bila dibandingkan dengan tolak ukur yang telah ditetapkan.

RUMUSAN MASALAH

Pernyataan Masalah : tingginya angka ISK pada pasien perempuan di Puskesmas Kelurahan Mawar. Pertanyaan Masalah :

1. Berapa perempuan yang menderita ISK dengan kebiasaan kurang minum? 2. Berapa perempuan yang menderita ISK tanpa kebiasaan kurang minum? 3. Berapa perempuan yang tidak menderita ISK dengan kebiasaan kurang minum? 4. Berapa perempuan yang tidak menderita ISK tanpa kebiasaan kurang minum?

Diuraikan dalam kalimat pasif. Tujuan umum: uraian tujuan penelitian secara garis besar, yang merupakan harapan bahwa hasil penelitian dapat menjawab masalah yang diteliti. Aspek yang lebih luas dan bersifat jangka panjang Tujuan khusus: uraian tujuan penelitian secara rinci yang mendiskripsikan masalah dalam beberapa segmen secara sitematis untuk dapat menjawab permasalahn tersebut

TUJUAN Tujuan Umum Terjadi penurunan kasus ISK di kelurahan Mawar. Tujuan Khusus 1. Diketahui jumlah perempuan yang menderita ISK dengan kebiasaan kurang minum. 2. Diketahui jumlah perempuan yang menderita ISK tanpa kebiasaan kurang minum. 3. Diketahui jumlah perempuan yang tidak menderita ISK dengan kebiasaan kurang minum. 4. Diketahui jumlah perempuan yang tidak menderita ISK tanpa kebiasaan kurang minum.

Kajian

teori yg bersifat komprehensif membahas hubungan antara semua faktor resiko yg dapat menimbulakan masalah itu dengan penekanan pada segi patofisiologinya.

Menggunakan

rujukan yg mutakhir

INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) Pengertian


Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang terjadi pada saluran kemih. ISK merupakan kasus yang sering terjadi dalam dunia kedokteran. Walaupun terdiri dari berbagai cairan, garam, dan produk buangan, biasanya urin tidak mengandung bakteri. Jika bakteri menuju kandung kemih atau ginjal dan berkembang biak dalam urin, terjadilah ISK. Jenis ISK yang paling umum adalah infeksi kandung kemih yang sering juga disebut sebagai sistitis. Gejala yang dapat timbul dari ISK yaitu perasaan tidak enak berkemih (disuria, Jawa: anyang-anyangen). Tidak semua ISK menimbulkan gejala, ISK yang tidak menimbulkan gejala disebut sebagai ISK asimtomatis.

Faktor Penyebab
Secara normal, air kencing atau urine adalah steril alias bebas kuman. Infeksi terjadi bila bakteri atau kuman yang berasal dari saluran cerna jalan jalan ke urethra atau ujung saluran kencing untuk kemudian berkembang biak disana. Maka dari itu kuman yang paling sering menyebabkan ISK adalah E.coli yang umum terdapat dalam saluran pencernaan bagian bawah.Pertama tama, bakteri akan menginap di urethra dan berkembang biak disana. Akibatnya, urethra akan terinfeksi yang kemudian disebut dengan nama urethritis. Jika kemudian bakteri naik ke atas menuju saluran kemih dan berkembang biak disana maka saluran kemih akan terinfeksi yang kemudian disebut dengan istilah cystitis. Jika infeksi ini tidak diobati maka bakteri akan naik lagi ke atas menuju ginjal dan menginfeksi ginjal yang dikenal dengan istilah pyelonephritis. Mikroorganisme seperti klamidia dan mikoplasma juga dapat menyebabkan ISK namun infeksi yang diakibatkan hanya terbatas pada urethra dan sistem reproduksi. Tidak seperti E. coli, kedua kuman ini menginfeksi orang melalui perantara hubungan seksual.

Faktor Resiko Beberapa orang memang mempunyai resiko menderita ISK lebih besar dari yang lainnya. Ketidaknormalan fungsi saluran kemih menjadi biang keladinya. Batu saluran kemih, pembesaran prostat akan menghambat pengeluaran urine sehingga mempermudah perkembang biakan kuman. Orang dengan diabetes juga rentan menderita ISK akibat dari penurunan daya tahan tubuh. Penyakit lain yang mempunyai efek menurunkan daya tahan tubuh juga merupakan faktor resiko terjadinya ISK. Infeksi saluran kencing juga sering ditemukan pada anak anak yang dilahirkan dengan ketidak normalan saluran kemih. Perempuan lebih rentan menderita ISK bila dibandingkan dengan laki laki mungkin dikarenakan saluran urethra yang lebih pendek dan ujung anus yang letaknya dekat dengan ujung urethra.

Patofisiologi Infeksi Saluran Kemih


Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang mengatur keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit dalam tubuh, dan sebagai pengatur volume dan komposisi kimia darah dengan mengeksresikan air yang dikeluarkan dalam bentuk urine apabila berlebih.(1) Diteruskan dengan ureter yang menyalurkan urine ke kandung kemih. Sejauh ini diketahui bahwa saluran kemih atau urine bebas dari mikroorganisme atau steril.(1)

Masuknya mikroorganisme kedalam saluran kemih dapat melalui : - Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat infeksi terdekat (ascending) - Hematogen - Limfogen - Eksogen sebagai akibat pemakaian berupa kateter.(1)

Dua jalur utama terjadinya ISK adalah hematogen dan ascending, tetapi dari kedua cara ini ascendinglah yang paling sering terjadi.(1) Kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang berasal dari flora normal usus. Dan hidup secara komensal di dalam introitus vagina, prepusium penis, kulit perineum, dan di sekitar anus. Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui uretra prostate vas deferens testis (pada pria) buli buli ureter, dan sampai ke ginjal (Gambar 1).(2)

Gambar 1. Masuknya kuman secara ascending ke dalam saluran kemih, (1) Kolonisasi kuman di sekitar uretra, (2) masuknya kuman melalui uretra ke buli-buli, (3) penempelan kuman pada dinding buli-buli, (4) masuknya kuman melalui ureter ke ginjal.(2)

Bermacam-macam mikroorganisme dapat Menyebabkan ISK. Penyebab terbanyak adalah Gram negatif termasuk bakteri yang biasanya menghuni usus yang kemudian naik ke sistem saluran kemih. Dari gram-negatif Escherichia coli menduduki tempat Teratas. Kuman Escherichia coli yang menyebabkan ISK mudah berkembang biak di dalam urine, disisi lain urine bersifat bakterisidal terhadap hampir sebagian besar kuman dan spesies Escherichia coli.

Meskipun begitu,faktor-faktor yang berpengaruh pada ISK akut yang terjadi pada wanita tidak dapat ditemukan. Mikroorganisme yang paling sering ditemukan adalah jenis bakteri aerob. Selain bakteri aerob, ISK dapat disebabkan oleh virus dan jamur.(3) Terjadinya infeksi saluran kemih karena adanya gangguan keseimbangan antar mikroorganisme penyebab infeksi sebagai agent dan epitel saluran kemih sebagai host. Gangguan keseimbangan ini disebabkan oleh karena pertahanan tubuh dari host yang menurun atau karena virulensi agent meningkat.
(2)

Kemampuan host untuk menahan mikroorganisme masuk ke dalam saluran kemih disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain adalah : - pertahanan lokal dari host - peranan dari sistem kekebalan tubuh yang terdiri atas kekebalan humoral maupun imunitas seluler. (2)

Sebenarnya pertahanan sistem saluran kemih yang paling baik adalah mekanisme wash-out urine, yaitu aliran urine yang mampu membersihkan kuman-kuman yang ada di dalam urine bila jumlah cukup. Oleh karena itu kebiasaan jarang minum menghasilkan urine yang tidak adekuat sehingga memudahkan untuk terjadinya Infeksi saluran kemih.

Diabetes Ketidaknormalan fungsi saluran kemih. Saluran Urethra yang lebih pendek pada wanita

ISK
Batu Saluran Kemih
Pembesaran Prostat

Kerangka

konseptual setelah perbagai aspek disajikan secara rinci namun terfikus dalam tinjauan pustaka, selanjutnya dibuat rangkuman sebagai dasar untuk membuat kerangka konseptual Dibuat dalam bentuk diagram yang menunjukkan jenis serta hubungan anatar variabel yang diteliti dan jenis variabel lainya yang terkait

Variabel

penelitian Hipotesis penelitian Definisi operasional variabel

Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur

Suatu pernyataan sebagai jawaban sementara atas pernyataan penelitian tentang hubungan antara satu atau lebih variabel independen (faktor resiko/ penyebab) dan satu variabel dependen (penyakit/ akibat) yang harus diuji validitasnya pertanyaan pernyataan hipotesis

hipotesis ada 2 macam: null (tdk ada) [H0] : dianggap tidak ada hubungan Alternatif [HA] : ada hubungan
HO & HA bisa bersifat searah (sesuatu yang diyakini) & 2 arah (sesuatu yg diragukan)

HIPOTESIS PENELITIAN Adanya hubungan yang bermakna antara ISK dengan kebiasaan kurang minum.

Variabel independen(variabelbebas/sebab) Variabel yg dpt diubah-ubah sifatnya sesuaikebutuhan peneliti Variabel dependen (variabel tergantung/akibat)Variabel yg perubahannya bergantung pada perubahan yg terjadi pada variabel independen Variabel antara Variabel yg harus dilalui oleh variabel independensebelum mencapai variabel dependen Variabel confounding (pengganggu)Variabel yg bekerja baik pada variabel independen maupun dependen sehingga dapat mempengaruhi hasil penelitian (bias)

VARIABEL PENELITIAN

Variabel bebas : kebiasaan kurang minum Variabel tergantung : ISK

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Memberikan uraian spesifik tentang karakteristik masing2 variabel yg diteliti Ada 6 hal yg perlu dicatat : Variabel yg diteliti Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur

Skala ratio Nilainya mempunyai batas dan interval yg tegas serta mempunyai titik 0 mutlak (mis: panjang badan, berat badan, usia, persentase; panjang 4 cm adalah 2 kali dari 2 cm) Skala interval Nilainya mempunyai jarak yg sama antara titik berdekatan tapi tdk memiliki titik nol mutlak (mis: suhu, IQ; orang ber IQ 120 tidak berarti 2 kali lebih pandai dari IQ 60)

Kebiasaan

Kurang Minum

Definisi

: kebiasaan buruk yang menyebabkan kurangnya cairan tubuh. Cara ukur : melihat hasil kuesioner Alat ukur : kuesioner Hasil ukur : 1. Dari 81 responden yang menderita ISK, didapatkan 68 responden yang memiliki kebiasaan kurang minum. 2. Dari 85 responden yang tidak menderita ISK, didapatkan 42 responden yang memiliki kebiasaan kurang minum. Skala Ukur : data kategorik skala nominal jenis dikotom.

ISK

Definisi

: infeksi bakteri yang terjadi pada saluran kemih. Cara ukur : melihat hasil tes urine dipstick dan accute urine test yang dibandingkan dengan kultur biakan urine. Alat ukur : urine dipstick dan accute urine test Hasil ukur : 1. Urine dipstick
ISK + Tes + Tes Total 450 50 500 ISK 100 400 500 Total 550 450 1000

2. Accute urinescreen
ISK + Tes + Tes Total 455 45 500 ISK 50 450 500 Total 505 495 1000

Desain penelitian Tempat dan waktu penelitian Populasi dan sampel Teknik pengambilan sampel Pengumpulan data Kriteria inklusi dan eksklusi Alat ukur Pengolahan data

A. Desain penelitian Wadah untuk menjawab pertanyaan penelitian atau untuk menguji kesahihan hipotesis Diklasifikasikan berdasarkan atas ada/tidak adanya intervensi:
-

Penelitian observasional studi cross sectional, studi kohort, studi case kontrol Penelitan eksperimental termasuk uji klinis

2 kategori uatam studi epidemiologi


1. Studi deskriptif untuk mengindentifikasi frekuensi dan distribusi suatu masalah kesehatan di populasi tertentu pada saat itu Informasi yg didapat dari studi deskriptif dpt dipakai utnuk meneliti hubungan sebab-akibat suatu faktor resiko dan penyakit Jenis: case study case report, case series ecological study cross-sectional survey

Case report

Case series

Biasanya dibuat oleh dokter Untuk melaporkan ditemukannya gejala penyakit yang tidak umum atau penyakit yang jarang pada pasien

Kumpulan case report beberapa pasien dengan gejala penyakit/diagnosa penyakit yang sama yang dibuat dalam jangka waktu yang relatif singkat

-Informasi case report dan series sangat bermanfaat untuk identifikasi dini penyakit di populasi -Tidak dapat mencari hubungan sebab-akibat faktor-faktor resiko dan penyakit/gejala yang diamati

tujuan Studi korelasional:studi korelasional digunakan untuk mencari hubungan antara variabel. Ada tiga kemungkinan hasil studi korelasional: korelasi positif, korelasi negatif, dan tidak ada korelasi. Korelasi Positif: Kedua variabel mengalami kenaikan atau penurunan pada waktu yang sama.Yang dekat koefisien korelasi 1,00 menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang kuat. Korelasi Negatif: Menunjukkan bahwa jumlah satu variabel meningkat, menurun lainnya (dan sebaliknya). Yang dekat koefisien korelasi -1,00 menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang kuat. Tidak ada Korelasi: Menunjukkan ada hubungan antara dua variabel. Sebuah korelasi koefisien 0 menunjukkan tidak ada korelasi. Keterbatasan Studi korelasional: studi korelasional dapat menyimpulkan bahwa ada hubungan antara dua variabel, mereka tidak dapat membuktikan bahwa satu variabel menyebabkan perubahan variabel lain. Dengan kata lain, korelasi sebabakibat yang tidak sama.

Informasi mengenai penyakit dan faktor2 resiko dikumpulkan pada saat yang sama

2 studi analitik

Mencari apakah ada hubungan antara keterpaparan terhadap suatu faktor resiko dengan terjadinya penyakit Apakah mereka yag terpapar mempunyai risiko lebih besar untuk menajdi sakit dibandingkan dengan mereka yang tidak terpapar

Dua kategori utama -Studi observasional studi cross sectional, studi kohort, studi case kontrol -Studi eksperimental

Mencarihubunganantaraketerpaparan

terhadap suatu

sifat dengan timbulnya penyakit Apakahmerekayangterpapar mempunyai risiko lebih besar untuk menjadi sakit dibandingkan dengan mereka yang tidak terpapar

Studi observasional

Studi eksperimental

Peneliti hanya MENGAMATI kondisi faktor risiko dan penyakit yang diteliti

Peneliti melakukan MANIPULASI kondisi studi, umunya terhadap faktor risiko yang diteliti untuk melihat efeknya terhadap penyakit yang diteliti

Cross sectional peneliti melakakukan observasi atau pengukuran variabel pada satu saat tertentu. Artinya: tiap subyek hanya diobservasi satu kali dan pengukuran variabel subyek dilakukan pada saat pemeriksaan tersebut Mempelajari hubungan antara faktor resiko dng penyakit, observasi terhadap variabel beas(faktor resiko) dan variabel tergantung(efek) dilakukan sekali dan dalam waktu yang bersamaan Rasio prevalens perbandingan anatara prevalens efek pada kelompok subyek yang memiliki faktor resiko dengan prevalens efek pada kelompok subyek tanpa faktor resiko

Studi observasional
STUDI KASUS KONTROL Dilakukan identifikasi subyek(kasus) ang telah terkena penyakit(efek)m kemudian di telusuri secara retrospektif ada atau tidak adanya faktor resiko yang diduga berperan Odds ratio perbandingan anatara peluang(probabilitas) untuk terjadinya efek dnegan peluang untuk tidak terjadinya efek

Hanya menderita peyakit yang hendak diselidiki Tidak menderita penyakit lain yang diketahui atau diduga empengaruhi timbulnya atau perjalanan selanjutnya dari penyakit yang hendak diselidiki

Cara

memilih dengan memasangkan kontrol dgn kasus menurut karakteristik tertentu Untuk melenyapkan perbedaan antara kasus dan kontrol,oleh karena perbedaan distribusi karakteristik tsb, sehingga lebih besar kemungkinaan ditemukannya hubungan asosiasi statistik Kerugian

Banyak karakteristik, sulit menemukan pasangan yang sesuai Distribusi daktor keterpaparan kontrol akan semakin mirip dengan kasus dan semakin berbeda dengan keadaan sesungguhya di populasi

Diambil

dari populasi yang sama dengan populasi dari mana kasus berasal Distribusi faktor keterpaparan dikelompok kontrol mewakili distribusi faktor tsb di populasi sumber Independent pada status keterpaparan

Mereka

yang terpapar pada faktor risiko mempunyai kemungkinan relatif untuk menderita penyakit sekian kali lebih besar dibandingkan mereka yang tidak terpapar OR= proporsi terpapar/ proporsi tidak terpapar

Dipakai

bila : Frekwensi penyakit jarang (< 2%) Kasus yang dikumpulkan mewakili semua kasus yang ada Kontrol mewakili seluruh populasi umum

Deskriptif

hanya menggambarkan faktor-faktor resiko dan penyakit Analitik bila dilakukan uji hipotesis hubungan faktor2 resiko dan penyakit Keuntungan

Waktu penelitian lebih singkat, mudah dan murah Dpt menghasilkan informasi dasar sebelum melakukan penelitian yang lebih lama, sulit dan mahal Tidak dapat emnentukan hub sebab-akibat karena data mengenai faktor resiko dan penyakit diukur pada saat yang bersamaan

Keterbatasan

Yang

diidentifikasi dulua dalah kausa atau faktor resikonya, kemudian subyek diikuti secara propektif selama periode tertentu untuk mencari terjadi atau tidaknya efek.

Mereka

yang terpapar pada faktor risiko mempunyai kemungkinan relatif untuk menderita penyakit sekian kali lebih besar dibandingkan mereka yang tidak terpapar RR= incidence terpapar/ incidence tidak terpapar

Menunjukkan

adanya hubungan sebab akibat Menunjukkan besaran dari hubungan tersebut Penting dalam menetapkan adanya hubungan etiologis

Bila

RR = 1 maka risiko antara yg terpapar dan tidak terpapar untuk medapat penyakit tidak berbeda (sama) Bila RR > 1 maka yg terpapar mempunyai risiko yg lebih besar untuk mendapat penyakit daripada yg tidak terpapar Bila RR < 1 maka keterpaparan memberi- kan efek perlindungan terhadap penyakit (menguntungkan)

Bentuk pengamatan ini merupakan bentuk studi kohor yang murni sesuai dengan sifatnya. Pengamatan dimulai pada saat populasi kohor belum mengalami akibat yang diteliti dan hanya diketahui kelompok yang terpapar (berisiko) dan yang tidak terpapar. Bentuk ini ada dua macam yaitu (1) kohor prospektif dengan pembanding internal, di mana kelompok yang terpapar dan yang tidak terpapar (sebagai kelompok pembanding atau kontrol) berasal dari satu populasi yang sama; (2) kohor prospektif dengan pembanding eksternal di mana kelompok terpapar dan kelompok pembanding tidak berasal dari satu populasi yang sama

Pada bentuk pertama, populasi kohor dibagi dalam dua kelompok yakni yang terpapar dan yang tidak terpapar sebagai kelompok pembanding. Kedua kelompok tersebut diikuti secara prospektif sampai batas waktu penelitian, di mana akan muncul dari kelompok terpapar dua subkelompok yakni subkelompok yang mengalami akibat/efek (a) dan yang tidak mengalami akibat (b). Sedangkan dari kelompok yang tidak terpapar akan muncul juga dua subkelompok yakni yang mengalami akibat (c) dan yang tidak mengalami akibat (d).Dari hasil pengamatan kohor tersebut, peneliti dapat menghitung insiden kejadian dari kelompok yang terpapar dan insiden kejadian dari kelompok yang tidak terpapar dan kemudian dapat dihitung; angka resiko relatif hasil pengamatan.

Pada bentuk kedua dari kohor prospektif adalah populasi kohor terdiri dari dua populasi yang berbeda, dengan satu populasi mengalami keterpaparan (ada faktor risiko) dan populasi lainnya tanpa faktor risiko. Bentuk studi kohor dengan pembanding eksternal ini harus memperhatikan sifat kedua populasi awal (populasi yang terpapar dan pembanding) yakni sifat-sifat populasi di luar faktor keterpaparan atau faktor risiko yang diteliti. Hasil luaran terjadinya efek yang diamati pada kedua populasi ini, memberikan nilairat e insiden populasi yang terpapar danrat e insiden populasi yang tidak terpapar.

Umumnya studi kohor bersifat prospektif, di mana peneliti memulai pengamatan denganmengidentifikasi kelompok dengan faktor risiko (terpapar) dan kelompok tanpa faktor risiko (tidak terpapar), kemudian diamati akibat yang diharapkan terjadi sepanjang waktu tertentu. Namun demikian, studi kohor dapat pula dilakukan dengan menggunakan data yang telah dikumpulkan pada waktu yang lalu yang tersimpan dalam arsip atau bentuk penyimpanan data lainnya. Umpamanya seorang peneliti yang ingin menganalisis faktor-faktor risiko dari 78 orang penderita stroke yang berasal dari kelompok pegawai perusahaan tertentu yang dijumpainya dalam dua tahun terakhir, dengan menelusuri catatan kesehatan penderita tersebut sejak bekerja pada perusahan yang dimaksud.Contoh lain adalah pengamatan terhadap sejumlah pegawai bagian produksi dari suatu pabrik semen tertentu yang sedang menderita sejenis penyakit gangguan pernapasan. Peneliti mencoba mengamati faktor risiko yang berhubungan dengan penyakit tersebut dengan menelusuri data kesehatan dan faktor lingkungan tempatnya bekerja sejak pegawai tersebut mulai bekerja pada pabrik tadi.

Prinsip studi kohor retrospektif tetap sama dengan kohor biasa, namun pada bentuk ini, pengamatan dimulai pada saat akibat (efek) sudah terjadi. Yang terpenting dalam bentuk ini adalah populasi yang diamati tetap memenuhi syarat populasi kohort dan yang diamati adalah faktor risiko masa lalu yang diperoleh melalui pencatatan data yang lengkap.Dengan demikian, bentuk penelitian retrospektif kohor hanya dapat dilakukan bila data tentang faktor risiko tercatat dengan baik sejak terjadinya keterpaparan pada populasi yang sama dengan efek yang ditemukan pada awal pengamatan. Pada dasarnya keunggulan studi kohor prospektif dijumpai pula pada kohor retrospektif, namun kohor retrospektif membutuhkan biaya yang lebih rendah. Kelemahannya terletak pada kualitas pengukuran dan pencatatan faktor risiko yang telah berlalu sehingga sangat ditentukan oleh kualitas data yang telah dikumpulkan pada waktu yang lalu.

Desain penelitian yang tepat : case-control Waktu & tempat penelitian : Puskesmas kelurahan mawar, Juni 2011. Populasi penelitian : perempuan berusia 18-60 tahun. Sampel penelitian :perempuan berusia 18-60 tahun, tidak hamil dan tidak menggunakan kateter. Teknik pengambilan sampel : consecutive random sampling.

Besar Sampel : Digunakan rumus besar sampel uji hipotesis terhadap OR untuk studi case-control tidak berpasangan. n1 = n2 = (Z 2PQ + Z PQ + P Q2) (P - P) Untuk itu, diperlukan informasi : OR = P(1-P2) OR = odds ratio (besar risiko penyakit pada kelompok kasus P2(1-P1) dibandingkan besar risiko penyakit pada pengelola P1 = OR x P2 P1 = proporsi yang terpapar pada kelompok kasus (1-P2) + (OR x P2) (perempuan penderita ISK dengan kebiasaan kurang minum) P2 = P1 P2 = proporsi yang terpapar pada kelompok kontrol 2 OR (1-P1) + P1 (perempuan penderita ISK tanpa kebiasaan kurang minum)

Dari 3 parameter yang diperlukan, cukup tentukan 2 Parameter. Nilai ditentukan dari kepustakaan atau bila tidak ditemukan, maka peneliti dapat melakukan Clinical judgement. Alat ukur yang digunakan : kuesioner, urine dipstick, accutest urinescreen. Cara pengumpulan data : 1. Kuesioner : menanyakan responden informasi mengenai gejala klinis ISK selama 2 minggu terakhir dan kebiasaan minum responden antara 6 bulan sampai 2 minggu sebelumnya. 2. Urine dipstick : mengumpulkan sampel urin dari perempuan usia 18-60 tahun 3. Accutest urinescreen : mengumpulkan sampel urin dari perempuan usia 18-60 thn

Teknik pengumpulan data : a. Data diolah secara manual atau menggunakan program statistik untuk menghitung Odds Ratio (OR) guna mengetahui perbandingan besar risiko ISK pada wanita yang memiliki kebiasaan kurang minum terhadap besar risiko ISK pada wanita tanpa kebiasaan kurang minum. b. Dilakukan uji statistik Pearson Chi Square dengan batas kemaknaan 5% untuk mengetahui adakah hubungan statistik yang bermakna antara kebiasaan kurang minum dan ISK.

ISK +
Kurang minum 68

ISK 42

Total
110

Banyak minum
Total

13
81

43
85

56
166

OR = 68 x 43 = 1,62 42 x 13 Interpretasi :risiko ISK pada perempuan kurang minum 1,62 kali lebih besar dibandingkan dengan perempuan yang banyak minum.

Uji Statistik Pearson Chi-square


x = (ad-bc)(a+b+c+d) (a+b)(c+d)(b+d)(a+c) = (68x43)-(42x13)](68+42+13+43) (68+42)(13+43)(42+43)(68+13) = 22,13

KEKURANGAN PENELITIAN

Bias seleksi : kemungkinan dapat terjadi, karena pengambilan sampel tidak dilakukan secara random, yang mana kesempatan setiap subjek untuk terpilih menjadi sampel dari populasi sumber tidak sama. Akibatnya, penerapan langsung hasil penelitian dari sampel ke populasi harus dilakukan dengan hati-hati. Mengingat populasi sumber kemungkinan tidak sama, sehingga hubungan antara faktor risiko & efek pada sampel mungkin berbeda dengan fenomena sesungguhnya yang ada di populasi sumber.

Bias informasi : karena desain penelitian ini casecontrol dan pengumpulan data dilakukan oleh 1 peneliti, maka kemungkinan bias informasi yg terjadi adalah interviewer bias, yang mana peneliti mengukur status keterpaparan dengan mengetahui status penyakit subjek. Bias perancu : kemungkinan dapat terjadi dari faktorfaktor risiko lain ISK yang tidak diteliti efeknya terhadap hubungan antara ISK dengan kebiasaan kurang minum pada penelitian ini.

KESIMPULAN

1. Perempuan yang menderita ISK dengan kebiasaan kurang minum sebanyak 68 orang. 2. Perempuan yang menderita ISK tanpa kebiasaan kurang minum sebanyak 13 orang. 3. Perempuan yang tidak menderita ISK dengan kebiasaan kurang minum sebanyak 42 orang. 4. Perempuan yang tidak menderita ISK tanpa kebiasaan kurang minum sebanyak 43 orang.

SARAN

Penyuluhan kelompok dan konseling perorangan pada perempuan usia 18-60 tahun untuk membiasakan meminum air putih minimal 8 gelas sehari dan menjaga kebersihan alat genital.

You might also like