You are on page 1of 13

ASUHAN KEPERAWATAN pada Ny.

Y dengan GANGGUAN RASA NYAMAN dengan DIAGNOSA MEDIS KONJUNGTIVITIS di PUSKESMAS PATIMUAN SIDAREJA

Oleh: Mislam A21100471

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG 2012

TINJAUAN TEORI 1. PENGERTIAN Pengertian dari konjungtiva itu sendiri adalah membrana mukosa yang melapisi bagian dalam kelopak mata (palpebra) dan berlanjut ke batas korneosklera permukaan anterior bola mata. Sedangkan pengertian konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva yang ditandai dengan pembengkakan dan eksudat. Pada konjungtivitis mata nampak merah, sehingga sering disebut mata merah. Konjungtivitis atau mata memerah adalah salah satu penyakit mata yang bisa mengganggu penderitanya sekaligus membuat orang lain merasa tidak nyaman ketika berkomunikasi dengan si penderita. Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva akibat suatu proses infeksi atau respon alergi. (Corwin, 2001). Konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan pembengkakan dan eksudat. Pada konjungtivis mata nampak merah, sehingga sering disebut mata merah. (Brunner & Suddarth,2001) 2. Klasifikasi dan Etiologi 1. Konjungtivitis Bakteri Terutama disebabkan oleh Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae,

Haemophilus influenzae dan Moraxella catarrhalis. Konjungtivitis bakteri sangat menular, menyebar melalui kontak langsung dengan pasien dan sekresinya atau dengan objek yang terkontaminasi. 2. Konjungtivitis Bakteri Hiperakut Neisseria gonnorrhoeae dapat menyebabkan konjungtivitis bakteri hiperakut yang berat dan mengancam penglihatan, perlu rujukan ke oftalmologis segera. 3. Konjungtivitis Viral

Jenis konjungtivitis ini adalah akibat infeksi human adenovirus (yang paling sering adalah keratokonjungtivitis epidermika) atau dari penyakit virus sistemik seperti mumps dan mononukleosis. Biasanya disertai dengan pembentukan folikel sehingga disebut juga konjungtivitis folikularis. Mata yang lain biasanya tertular dalam 24-48 jam. 4. Konjungtivitis Alergi Infeksi ini bersifat musiman dan berhubungan dengan sensitivitas terhadap serbuk, protein hewani, bulu, makanan atau zat-zat tertentu, gigitan serangga dan/atau obat ( atropin dan antibiotik golongan Mycin). Infeksi ini terjadi setelah terpapar zat kimia seperti hair spray, tata rias, asap rokok. Asma, demam kering dan ekzema juga berhubungan dengan konjungtivitis alergi. Disebabkan oleh alergen yang terdapat di udara, yang menyebabkan degranulasi sel mast dan pelepasan histamin.. Pasien dengan konjungtivitis alergi sering memiliki riwayat atopi, alergi musiman, atau alergi spesifik (misal terhadap kucing). 5. Konjungtivitis blenore, konjungtivitis purulen (bernanah pada bayi dan konjungtivitis gonore). Blenore neonatorum merupakan konjungtivitis yang terdapat pada bayi yang baru lahir. Penyebab oftalmia neonatorum adalah : Gonococ, Chlamydia (inklusion blenore), Staphylococus, Masa inkubasi bervariasi antara 36 hari, Gonore : 1 3 hari, Chlamydia : 5 12 hari.

3. Patofisiologi Konjungtiva karena lokasinya terpapar pada banyak mikroorganisme dan faktor lingkungan lain yang menganggu. Beberapa mekanisme melindungi permukaan mata dari substansi luar. Pada film air mata, unsur berairnya mengencerkan materi infeksi, mukus menangkap debris dan kerja memompa dari palpebra secara tetap menghanyutkan air mata ke duktus air mata dan air mata mengandung substansi antimikroba termasuk lisozim. Adanya agens perusak, menyebabkan cedera pada epitel konjungtiva yang diikuti edema epitel, kematian sel dan eksfoliasi, hipertrofi epitel atau granuloma. Mungkin pula terdapat edema pada stroma

konjungtiva (kemosis) dan hipertrofi lapis limfoid stroma (pembentukan folikel). Selsel radang bermigrasi dari stroma konjungtiva melalui epitel ke permukaan. Selsel ini kemudian bergabung dengan fibrin dan mukus dari sel goblet, membentuk eksudat konjungtiva yang menyebabkan perlengketan tepian palpebra saat bangun tidur. Adanya peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi pembuluhpembuluh konjungtiva posterior, menyebabkan hiperemi yang tampak paling nyata pada forniks dan mengurang ke arah limbus. Pada hiperemia konjungtiva ini biasanya didapatkan pembengkakan dan hipertrofi papila yang sering disertai sensasi benda asing dan sensasi tergores, panas, atau gatal. Sensasi ini merangsang sekresi air mata. Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh darah yang hiperemia dan menambah jumlah air mata. Jika klien mengeluh sakit pada iris atau badan silier berarti kornea terkena.

4. Manifestasi Klinik Tanda-tanda konjungtivitis, yakni: konjungtiva berwarna merah (hiperemi) dan membengkak. produksi air mata berlebihan (epifora). kelopak mata bagian atas nampak menggelantung (pseudoptosis) seolah akan menutup akibat pembengkakan konjungtiva dan peradangan sel-sel konjungtiva bagian atas. pembesaran pembuluh darah di konjungtiva dan sekitarnya sebagai reaksi nonspesifik peradangan. pembengkakan kelenjar (folikel) di konjungtiva dan sekitarnya. terbentuknya membran oleh proses koagulasi fibrin (komponen protein). dijumpai sekret dengan berbagai bentuk (kental hingga bernanah).

Penatalaksanaan Bila konjungtivitis disebabkan oleh mikroorganisme, pasien harus diajari bagaimana cara menghindari kontraminasi mata yang sehat atau mata orang lain. Perawat dapat

memberikan intruksi pada pasien untuk tidak menggosok mata yang sakit dan kemudian menyentuh mata yang sehat, mencuci tangan setelah setiap kali memegang mata yang sakit, dan menggunakan kain lap, handuk, dan sapu tangan baru yang terpisah untuk membersihkan mata yang sakit. Asuhan khusus harus dilakukan oleh personal asuhan kesehatan guna mengindari penyebaran konjungtivitis antar pasien. Pengobatan spesifik tergantung dari identifikasi penyebab. Konjungtivitis karena bakteri dapat diobati dengan sulfonamide (sulfacetamide 15 %) atau antibiotika (Gentamycine 0,3 %; chlorampenicol 0,5 %). Konjungtivitis karena jamur sangat jarang sedangkan konjungtivitis karena virus pengobatan terutama ditujukan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder, konjungtivitis karena alergi di obati dengan antihistamin (antazidine 0,5 %, rapazoline 0,05 %) atau kortikosteroid (misalnya dexametazone 0,1 %). Penanganannya dimulai dengan edukasi pasien untuk memperbaiki higiene kelopak mata. Pembersihan kelopak 2 sampai 3 kali sehari dengan artifisial tears dan salep dapat menyegarkan dan mengurangi gejala pada kasus ringan. Pada kasus yang lebih berat dibutuhkan steroid topikal atau kombinasi antibiotik-steroid. Sikloplegik hanya dibutuhkan apabila dicurigai adanya iritis. Pada banyak kasus Prednisolon asetat (Pred forte), satu tetes, QID cukup efektif, tanpa adanya kontraindikasi. Apabila etiologinya dicurigai reaksi Staphylococcus atau acne rosasea, diberikan Tetracycline oral 250 mg atau erythromycin 250 mg QID PO, bersama dengan pemberian salep antibiotik topikal seperti bacitracin atau erythromycin sebelum tidur. Metronidazole topikal (Metrogel) diberikan pada kulit TID juga efektif. Karena tetracycline dapat merusak gigi pada anak-anak, sehingga kontraindikasi untuk usia di bawah 10 tahun. Pada kasus ini, diganti dengan doxycycline 100 mg TID atau erythromycin 250 mg QID PO. Terapi dilanjutkan 2 sampai 4 minggu. Pada kasus yang dicurigai, pemeriksaan Xray dada untuk menyingkirkan tuberkulosis.

PATHWAYS KONJUNGTIVITIS
Bakteri Proses inflamasi Konjungtivitis Epitel konjungtiva rusak Edema epital Granulasi disertai sensasi Benda asing perlengketan mata saat tidur Gangguan rasa nyaman migrasi sel dari stroma ke epitel sel bergabuang dengan fibria dan mokus eksudat konjungtiva edema stroma menekan syaraf dilatasi pembuluh darah

Hyperemia/kemerahan

rasa pedih dan panas konjungtiva menglembung dan tegang

Peningkatan produksi air mata Peningkatan intra okulen Iskemia Ulkus kornea Kebutaan menutupi kornea pandangan kabur gangguan penglihatan

resiko cidera

Gangguan persepsi sensori

Diagnose keperawatan gangguan rasa nyaman gangguan persepsi sensori resiko cidera

gangguan rasanyaman adalah pengalaman emosionaldan sensori yang tidak menyenangkan yang muncul ari kerusakan jaringan ditandai oleh Melaporkan nyeri secara verbal / non verbal Gerakan untuk melindungi Tingkah laku berhati-hati Gangguan tidur Tingkah laku ekspresif (gelisah, merintih, menangis, iritabel, nafas panjang). Respon otonon (diaporesis, perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi, dilatasi pupil)

Outcome: Klien melakukan tindakan untuk mengkontrol nyeri. Indikator: Mengenal faktor penyebab Mengenal onset nyeri Melakukan tindakan pencegahan Menggunakan tindakan non analgetik. Menggunakan analgetik yang sesuai. Mengenal dan melaporkan gejala nyeri

Klien melaporkan efek gangguan nyeri terhadap perilaku dan emosi.

Indikator: Merusak hubungan interpesonal. Merusak peran Membahayakan pekerjaan Membahayakan kenikmatan hidup Membahayakan harapan. Mengganggu tidur Merusak mobilitas fisik Kesulitan makan Kerusakan eleminasi

Klien menunjukkan tingkat nyeri: Indikator: Melaporkan nyeri Lama episode nyeri Ekspresi wajah nyeri. Posisi proteksi terhadap tubuh Gelisah Otot kencang Perubahan respirasi, denyut nadi, tensi darah. Berkeringat Kehilangan selera

Intervention: Kaji lokasi nyeri, karakteristik nyeri, kualitas dan tingkat nyeri sebelum pengobatan.

Cek program pemberian analgesik; jenis, dosis dan frekwensi. Evaluasi efektifitas analgesik dan efek sampingnya. Dokumentasikan respon klien terhadap analgesik. Ajarkan tentang penggunaan analgesik, strategi menurunkan efek samping.

Managemen nyeri

KASUS KONJUNGTIVITIS Tanggal masuk Tanggal pengkajian Pengkajin NIM : 14 februari 2012 jam 08.00 WIB : 14 februari 2012 jam 08.00 WIB : Mislam : A21100471

A. IDENTITAS 1. IDENTITAS KLIEN Nama Umur/jenis kelamin Status Pendidikan Pekerjaan Agama Alamat Dx Medis

: Ny. Y : 47 tahun/Perempuan : Kawin : SD : Tani : Islam : Ds. Patimuan 2/2 Blitar : PPOK + DM + HIPERTENSI

2. IDENTITAS PENANGGUNGJAWAB Nama : Tn. Y Umur/jenis kelamin : 70 tahun/laki-laki Hubungan dengan klien : Suami Pendidikan : SD Pekerjaan : Tani Agama : Islam Alamat : Ds. Patimuan 2/2 Blitar

B. RIWAYAT KESEHATAN 1. Keluhan Utama Gatal dimata 2. Riwayat Kesehatan Sekarang Mata terasa pegal,klien mengatakan mata merah sudah 1 malam,tekanan darah 100/70mmHg, mata merah 3. Riwayat Kesehatan Dahulu

Klien tidak menderita DM dan Hipertensi. 4. Riwayat Kesehatan Keluarga Ada anggota keluarga yang menderita DM C. PEMERIKSAAN KEBUTUHAN DASAR (VIRGINIA HENDERSON) Personal Hygiene Klien mampu mandi di seka di tempat tidur 2 x sehari, gosok gigi 2 x sehari, ganti pakaian 2 x sehari. Klien tampak kusut, rambut acak-acakan, penampilan tidak rapi. Psikososial Spiritual Klien dapat menjalankan sholat. D. PEMERIKSAAN FISIK Keadaan umum : Baik Kesadaran : Composmentis TTV : TD : 100/70 mmHg; Suhu : 370 ; Nadi : 80 x/menit; RR : 18 x/menit Pemeriksaan Fisik (menggunakan IPPA) : Sistem pernafasan pola nafas, irama nafas dalam batas normal dan baik. Sistem kardiovaskular bunyi jantung, irama jantung dalam batas normal.

Sistem pencernaan (IAPePa) Mulut bersih, makan teratur 3X sehari. Dalam batas normal Sistem perkemihan BAK dan BAK dalam batas nrmal sistem endokrin Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid sistem genetalia Belum terkaji Sistem musculoskeletal Pergerakan sendi, otot, tulang dalam batas normal Sistem integumen Turgor kulit normal Sistem persarafan Dalam batas normal E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan lab, pemeriksaan radiologi, EKG, CT- scan, dsb (yang ditulis adalah hasil pemeriksaan sebelum tanggal pengkajian s/d tanggal pengkajian) F. THERAPHY Amoxicillin 500mg Antalgin 3X1 Dexamethasone 3X1 Tm sulfa 2X3tts per hari

G. ANALISA DATA NO

DATA FOKUS

ETIOLOGI

MASALAH KEPERAWATAN rasa

SUBJEKTIF : klien mengatakan mata Konjungtivitis Gangguan gatal dan mata merah nyaman OBJEKTIF : mata merah Granulasi disertai sensasi benda asing Tidak nyaman H. PRIORITAS DIAGNOSA Gangguan rasanyaman berhubungan dengan sensasi benda asing I. INTERVENSI KEPERAWATAN NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI KEPERAWATAN KRITERIA HASIL 1. Gangguan Setelah dilakukan Prioritas intervensi : rasa tindakan 1. Mandiri (keperawatan) nyaman tentang keperawatan selama 2. Ajarkan penggunaan analgesik, 30 menit diharapkan strategi menurunkan klien dapat efek samping. merasanyaman dan 3. Menejemen nyeri menggunakan analgetik yang sesuai.

RASIONALISASI

Klien mematuhi pengobatan sehingga dapat mengurangi rasa nyeri

J. IMPLEMENTASI NO DIAGNOSA KEPERAWATAN 1

TANGGAL/JAM

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

RESPON HASIL

TTD PERAWAT

14 februari 2012 jam 08.00 WIB

Klien Mengacarkan cara pemakaian mengatakan saya paham obat Mengajarkan cara mengurangi nyeri dengan menganjurkan relaksasi

K. CATATAN PERKEMBANGAN NO DIAGNOSA HARI/TANGGAL/JAM CATATAN PERKEMBANGAN KEPERAWATAN 1 14 februari 2012 jam S : klien mengatakan agak 08.30 WIB nyaman O : klien tidak kelihatan menahan rasa sakit A : Assesment (pengkajian kembali, catatan : bisa ditemukan data baru dan diagnose keperawatan baru-pun bisa muncul) P : Anjurkan klien untuk mematuhi pengobatan

TTD PERAWAT

You might also like