You are on page 1of 13

TUGAS PRE-READING KEPERAWATAN DEWASA IX

Anatomi Sistem Reproduksi Laki-laki dan Perempuan, Siklus Ovarium dan Endometrium

OLEH FOKUS GROUP 1 Desti Ermawati Putri (0906493331) Gyanita Novelia (0906493350) Hamdana Eka putrid (0906493363) Indri Puspita Sari (0906564113) Maria LA Naibaho (0906564132) Najat (0906493376)

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA 2011/2012

Perawat dalam merencanakan, menerapkan, dan mengevaluasi asuhan keperawatan kepada pasien dalam area keperawatan maternitas sebaiknya mengetahui tentang aspek anatomi sistem reproduksi laki-laki maupun perempuan. Walaupun tampak berbeda, sistem reproduksi wanita dan pria memiliki struktur yang homolog (berasal dari bakal embrio yang sama). Setiap struktur memegang peranan yang penting untuk meneruskan spesies manusia, mengekspresikan aspek seksualitas manusia dan membentuk serta mempertahankan karakteristik seks sekunder. Sistem reproduksi wanita dan pria terdiri dari empat komponen utama, sebagai berikut : a. Genitalia eksterna b. Sepasang kelenjar seks primer (gonad) c. Saluran yang membentang dari gonad ke bagian tubuh eksterior d. Kelenjar seks sekunder (tambahan)

ANATOMI SISTEM REPRODUKSI LAKI-LAKI

Gambar 1 Sistem reproduksi pria terdiri dari genitalia eksterna dan organ-organ interna yang terletak di rongga pelvis. Sistem reproduksi pria mulai berkembang sebagai respons terhadap testosteron selama kehidupan awal janin. Pada hakikatnya, testosteron tidak diproduksi selama masa kanak-kanak. Testosteron yang diproduksi kembali pada awitan pubertas menstimulasi pertumbuhan dan maturasi struktur reproduksi dan karakteristik seks sekunder. Ukuran dan penampilan genitalia eksterna bervariasi sesuai usia, keturunan, ras dan kebudayaan. Struktur Eksterna Struktur yang menyusun genitalia eksterna pada sistem reproduksi pria adalah mons pubis, penis dan skrotum.

Pada saat dewasa, rambut pubis panjang, padat, kasar dan ikal, membentuk pola berbentuk intan dari umbilicus ke anus. Daerah di atas simfisis pubis disebut sebagai mons pubis. Penis, yang merupakan organ urinasi dan kopulasi terdiri dari batang atau badan dan glan. Badan organ reproduksi eksterna pria ini yang masuk ke vagina selama koitus, terdiri atas tiga lapisan silinder dan jaringan erektil, dua korpura kavernosa lateral dan satu korpus spongiosum yang berisi uretra. Corpora ini berakhir di bagian distal glans penis yang sensitif dan licin, merupakan organ pasangan glans klitoris wanita.

Gbr.2 Anatomi uretra dan penis

Kulit dan fasia dengan longgar membungkus penis untuk memungkinkannya membesar selama ereksi. Glans adalah ujung penis yang membesar dan mengandung banyak ujung saraf yang sensitif dan terdapat sebuah meatus uretra di ujungnya (biasanya). Prepusium (kulit luar) suatu lipatan kulit yang umumnya tidak dapat ditarik dan mungkin tidak dapat ditarik selama empat sampai enam bulan atau bahkan selama 13 tahun. Lipatan

ini dengan mudah ditarik pada remaja dan orang dewasa. Dengan bangkitan seksual, factorfaktor neurosirkulasi menyebabkan peningkatan aliran darah yang besar ke jaringan erektil corpora sehingga timbul pembesaran dan ereksi penis. Uretra adalah jalan yang biasa dilalui oleh urin dan semen. Skrotum, suatu kantung kulit, otot dan fasia yang berkeriput pada bagian dalam dibagi oleh sebuah septum dan setiap kompartemen secara normal berisi satu testis, epididimis dan vas deferen (duktus seminalis). Sisi kiri skrotum tergantung sedikit lebih rendah (kira-kira 1 cm) daripada sis kanannya. Kulit disuplai oleh sangat banyak kelenjar sebasea dan kelenjar keringat dan jarang ditumbuhi rambut. Kontraksi dan relaksasi otot polos di bawah kulit menyebabkan retraksi testis untuk melindunginya dari trauma eksterna dan dingin. Selama (lingkungan) luar atau suhu dalam tubuh panas (demam), otot relaksasi membuat testis turun sehingga jauh dari tubuh dan sebaliknya. Tujuan mobilitas ini adalah untuk mempertahankan testis dalam rentang suhu yang optimum untuk produksi dan viabilitas sperma. Berendam di air panas, celana dalam yang ketat (celana joki) dan celana pendek serta duduk dalam waktu yang lama membuat udara di lingkungan luar terlalu panas atau menghambat gerakan testis sehingga membahayakan spermatogenesis dan sperma. Struktur Interna Struktur interna meliputi testis, duktus pada testis dan kelenjar saluran reproduksi aksesorius. Testis. Merupakan dua kelenjar lonjong kecil yang terdapat di dalam kantong skrotum, keduanya mengantung pada ikatan jaringan skrotum dan korda spermatik. Pada awalnya testis terletak di rongga abdomen kemudian turun melalui kanal inguinalis pada akhir bulan ketujuh kehidupan janin. Pada bayi yang lahir cukup bulan, satu atau kedua testis mungkin masih tetap dalam kanal inguinalis dan penurunan akhir ke dalam kantong skrotum terjadi pada masa awal pascanatal. Testis harus berada di dalam skrotum supaya spermatogenesis dapat terjadi. Asal testis sama (homolog) dengan asal ovarium pada wanita. Setiap testis berwarna keputihan, agak pipih pada sisi-sisinya dan mempunyai panjang sekitar 4 sampai 5 cm. jaringan fibrosa putih membungkus setiap testis dan membaginya menjadi beberapa lobulus. Dalam setiap lobolus terdapat satu sampai tiga tubulus dan kelompok sel interstisial (sel-sel Leydig) yang panjang kira-kira 75 cm, sempit dan berbelok-belok. Spermatid melekat pada epitel germinalis (sel-sel Sertoli) di dalam tubulus seminiferus dan berkembang menjadi

sperma. Sel-sel interstisial merupakan sel-sel jaringan penyambung dan penyokong (stroma) yang besar dan bertanggung jawab memproduksi hormone androgen testosteron. Dua fungsi utama testis adalah bertanggung jawab untuk spermatogenesis dan produksi hormone. Sel-sel seks primitif (spermatogonia) berada di tubulus seminiferus neonatus laki-laki. Spermatogenesis, proses maturasi yang menghasilkan sperma, dimulai pada masa puber dan secara normal berlangsung terus selama kehidupan seorang pria. Testis menyereksi hormon seks steroid testosteron dalam jumlah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan fungsi pria normal. Duktus (kanal) Testis. Untuk keluar dari tubuh, sperma harus melalui sistem saluran dengan lengkap secara berurutan : tubulus seminiferus (sudah disebutkan di atas), epididimis, vas deferens, duktus ejakulatorius dan uretra. Setiap testis memiliki satu tuba yang menggulung ketat dengan panjang sekitar 6 m (20 kaki). Tuba ini, epididimis, terbentang di sepanjang bagian atas dan sisi setiap testis. Epididimis adalah tempat penyimpanan untuk pematangan sperma dan menghasilkan sebagian kecil cairan seminalis (semen). Tubulus seminiferus menyambung dengan epididimis yang kemudian berhubungan dengan vas deferen. Kelenjar Sistem Reproduksi Aksesori. Kelenjar sistem reproduksi aksesori menyereksi cairan yang menyokong kehidupan dan fungsi sperma. Kelenjar aksesori ini terdiri dari sepasang vesikula seminalis yang terdapat di sepanjang permukaan posterior bawah kandung kemih, kelenjar prostat yang mengelilingi uretra protastik dan kelenjar bulbouretralis (cowper) yang terletak di bawah prostat, masing-masing satu di setiap sis uretra membrosa. Semen. Semen adalah cairan yang diejakulasi pada saat orgasme. Semen mengandung sperma dan sekresi dari vesikula seminalis, kelenjar prostat dan kelenjar bulbouretralis. Volume rata-rata setiap ejakulasi adalah 2,5 sampai 3,5 ml (rentang dari 1 sampai 10 ml) setelah beberapa hari tidak ejakulasi (kontinensia). Volume semen dan hitung sperma berkurang dengan cepat setelah ejakulasi berulang. Semen mengandung unsure pokok yang menyediakan makanan dan dukungan, meningkatkan motilitas sperma serta menyangga (buffer) lingkungan asam cairan serviks dan vagina. Semen berwarna putih sampai sampai bening dengan berat jenis 1,028. Semen mempunyai pH basa dengan rentang pH 7,35 sampai 7,5. Hitung sperma rata-rata 100 juta/ml dengan bentuk abnormal kurang dari 20 %. Sekitar 60 % cairan semen total berasal dari vesikula seminalis dan sekitar 20 % dari kelenjar prostat. Sejumlah kecil cairan disekresi oleh kelenjar bulbouretralis dan kemungkinan juga oleh kelenjar uretralis.

Kurang dari 5 % ejakulat mengandung sperma dan cairan dari testis dan epididimis. Vasektomi hanya mempemgaruhi produksi bagian ejakulat ini saja, sehingga tidak terlihat perubahan volume, bahkan setelah tidak ada lagi sperma untuk transport melalui sistem saluran yang tersisa. Vesikula seminalis menghasilkan prostaglandin dengan konsentrasi tinggi, namun fungsinya dalam produksi semen tidak sepenuhnya dipahami.

ANATOMI SISTEM REPRODUKSI PEREMPUAN

Struktur Eksterna a. Mons pubis atau mons veneris. Adalah jaringan lemak subkutan berbentuk lunak dan padat. Mons pubis mengandung banyak kelenjar sebasea (minyak) dan ditumbuhi rambut berwarna hitam, kasar dan ikal pada masa pubertas, yakni sekitar satu sampai dua tahun sebelum awitan haid

b. Labia mayora. Adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi lemak dan jaringan ikat yang menyatu dengan mons pubis. Sensitivitas labia mayora terhadap sentuhan, nyeri dan suhu tinggi, hal ini diakibatkan adanya jaringan saraf yang menyebar luas yang juga berfungsi selama rangsangan seksual. Merupakan kelanjutan dari mons pubis berbentuk lonjong, panjang labia mayora 7-8 cm, lebar 2-3 cm dan agak meruncing pada ujung bawah. c. Labia minora. Adalah lipatan kulit panjang, sempit dan tidak berambut yang memanjang ke arah bawah klitoris dan menyatu dengan fourchette, terdapat banyak pembuluh darah sehingga tampak kemerahan. d. Klitoris. Adalah organ pendek berbentuk silinder dan erektil, mengandung banyak pembuluh darah dan saraf sensoris sehingga sangat sensitif. Fungsi utama klitoris adalah menstimulasi dan meningkatkan ketegangan seksual. e. Vestibulum. Merupakan rongga yang berada diantara bibir kecil (labia minora) dibatasi oleh klitoris dan perinium, dalam vestibulum terdapat muara-muara dari introiuts vagina uretra, kelenjar bartolini dan kelenjar skine. f. Fourchette. Adalah lipatan jaringan tranversal yang pipih dan tipis, terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis tengah di bawah orifisium vagina. g. Perineum. Adalah daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus vagina dan anus, panjangnya kurang lebih 4 cm. h. Kelenjar Bartholin. Kelenjar penting di daerah vulva dan vagina yang bersifat rapuh dan mudah robek. Pada saat hubungan seks pengeluaran lendir meningkat. i. Himen (Selaput dara). Merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina bersifat rapuh dan mudah robek, himen ini berlubang sehingga menjadi saluran dari lendir yang dikeluarkan uterus dan darah saat menstruasi. Struktur Interna a. Ovarium. Merupakan kelenjar terletak di kanan kiri uterus, di bawah dan di belakang tuba fallopi terikat oleh ligamentum latum uterus (mesovarium dan ovari proprium). Saat ovulasi (pematangan folikel degraf dan mengeluarkan ovum), ukuran ovarium dapat menjadi 2 kali lipat untuk sementara. Sebelum menarche permukaan ovarium licin, setelah maturitas sexual timbul luka parut akibat ovulasi dan ruptur folikel yang berulang membuat permukaan nodular menjadi kasar. Fungsi ovarium adalah

Memproduksi ovum

Memproduksi hormon (estrogen dan progesteron)

b. Tuba falopi atau tuba uterin . Sepasang tuba falopi melekat pada fundus uterus memanjang ke arah lateral, panjang 10 cm dengan diameter 0,6 cm. Setiap tuba terdiri dari 3 lapisan yaitu lapisan peritonium (luar), lapisan otot tipis (tengah), lapisan mukosa (dalam). Tuba falopi terdiri 4 segmen meliputi :

Interstitialis: Bagian yang terdapat di dinding uterus Ismus: Merupakan bagian medial tuba yang sempit seluruhnya Ampularis: Bagian yang berbentuk saluran leher tempat konsepsi agak lebar

Infundibulum: Bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen dan mempunyai fimbria untuk menangkap ovum kemudian menyalurkan ke tuba Fungsi tuba falopi adalah menghantarkan ovum dari ovarium ke uterus. Perjalanan ovum dalam tuba fallopi didorong oleh gerakan peristaltik lapisan otot yang dipengaruhi oleh estrogen dan prostaglandin. Aktifitas ini terjadi saat ovulasi.

c. Uterus. Adalah organ berotot, terletak di dalam pelvis antara rektum dan vesika urinaria, panjang 7,5 cm, lebar 5 cm, tebal 2,5 cm, berat 50 gram.

Uterus terdiri dari :

Fundus uteri: Merupakan benjolan bulat dibagian atas dan terletak di atas insersi tuba falopi.

Korpus uteri: Bagian yang mengelilingi cavum uteri (rongga rahim) berfungsi sebagai tempat janin berkembang.

Ismus/servik uteri

: Ujung servik menuju puncak vagina

disebut porsio, hubungan antara kavum uteri, dan kanalis servikalis disebut ostium uteri internium

Fungsi uterus : Untuk menahan ovum yang telah dibuahi selama perkembangan, pembuahan ovum secara normal terjadi di dalam tuba uterin, endometrium disiapkan untuk menerima ovum yang telah dibuahi, dan ovum tertanam dalam endometrium. Pada waktu hamil uterus bertambah besar dindingnya menjadi tipis tetapi kuat dan besar sampai ke luar pelvis masuk ke dalam rongga abdomen pada masa

pertumbuhan janin. Pada saat melahirkan uterus berkontraksi mendorong bayi dan plasenta keluar. d. Vagina. Tabung yang dilapisi membran dari jenis epitelium bergaris khusus dialiri banyak pembuluh darah dan serabut saraf. Panjangnya dari vestibulum sampai uterus 7,5 cm. Merupakan penghubung antara introitus vagina dan uterus. Dinding depan vagina 9 cm, lebih pendek dari dinding belakang, pada puncak vagina menonjol leher rahim (servik uteri) yang disebut porsio. Bentuk vagina lapisan bagian dalam berlipatlipat disebut rugae. e. Servik (bagian paling bawah uterus). Disusun oleh jaringan ikat fibrosa, serabut otot, jaringan elastis, karakteristik servik atau kemampuannya meregang pada saat melahirkan anak pervaginaan, dipengaruhi oleh jaringan ikat yang banyak dan kandungan serabut yang elastis. Lipatan di dalam lapisan endoservik dan 10 % kandungan serabut otot. f. Kelenjar Mammae (payudara). Kelenjar mammae dimiliki oleh kedua jenis kelamin. Kelenjar
ini menjadi fungsional saat pubertas untuk merespon estrogen pada perempuan dan pada lakilaki biasanya tidak berkembang. Saat kehamilan kelenjar mammae mencapai perkembangan puncaknya dan berfungsi untuk produksi susu (laktasi) setelah kelahiran bayi. ( Sloane, 2003).

SIKLUS MENSTRUASI Menstruasi adalah perdarahan periodik dari uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus (Bobak, 2004). Menstruasi biasanya terjadi secara bulanan selama periode reproduktif, kecuali selama kehamilan dan laktasi. Panjang siklus menstruasi adalah jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan mulainya menstruasi yang baru. Hari mulainya perdarahan dinamakan hari pertama siklus. Lamanya siklus menstruasi yang normal (dianggap sebagai siklus klasik) adalah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas. Siklus menstruasi wanita ini dipengaruhi oleh siklus ovarium dan siklus endometrium. Siklus menstruasi wanita meliputi dua komponen, yaitu siklus ovarium dan siklus endometrium. Siklus ovarium terdiri dari fase follicular, fase ovulasi, dan fase luteal. Siklus endometrium terdiri dari fase menstruasi, proliferasi, fase sekresi, dan fase iskemi/premenstruasi. Kedua siklus ini sama-sama dipengaruhi oleh hormon seperti estrogen dan progesteron.

Siklus Ovarium Folikel primer primitif berisi oosit yang tidak matur (sel primordial). Sebelum ovulasi, satu sampai 30 folikel mulai matur didalam ovarium dibawah pengaruh FSH dan estrogen. Lonjakan LH sebelum terjadi ovulasi mempengaruhi folikel yang terpilih. Di dalam folikel yang terpilih, oosit matur dan terjadi ovulasi,foli kel yang kosong memulai berformasi menjadi korpus luteum. Korpus luteum mencapai puncak aktivitas fungsional 8 hari setelah ovulasi, mensekresi baik hormon estrogen maupun progesteron. Apabila tidak terjadi implantasi, korpus luteum berkurang dan kadar hormon menurun. Sehingga lapisan fungsional endometrium tidak dapat bertahan dan akhirnya luruh (Bobak, 2004)

a. Fase folikular. Pada fase ini hormon reproduksi bekerja mematangkan sel telur yang berasal dari 1 folikel kemudian matang pada pertengahan siklus dan siap untuk proses ovulasi (pengeluaran sel telur dari indung telur). Waktu rata-rata fase folikular pada manusia berkisar 10-14 hari, dan variabilitasnya mempengaruhi panjang siklus menstruasi keseluruhan b. Fase luteal. Fase luteal adalah fase dari ovulasi hingga menstruasi dengan jangka waktu rata-rata 14 hari. Siklus hormonal dan hubungannya dengan siklus ovarium serta uterus di dalam siklus menstruasi normal:

1. Setiap permulaan siklus menstruasi, kadar hormon gonadotropin (FSH, LH) berada pada level yang rendah dan sudah menurun sejak akhir dari fase luteal siklus sebelumnya 2. Hormon FSH dari hipotalamus perlahan mengalami peningkatan setelah akhir dari korpus luteum dan pertumbuhan folikel dimulai pada fase folikular. Hal ini merupakan pemicu untuk pertumbuhan lapisan endometrium 3. Peningkatan level estrogen menyebabkan feedback negatif pada pengeluaran FSH hipofisis. Hormon LH kemudian menurun sebagai akibat dari peningkatan level estradiol, tetapi pada akhir dari fase folikular level hormon LH meningkat drastis (respon bifasik) 4. Pada akhir fase folikular, hormon FSH merangsang reseptor (penerima) hormon LH yang terdapat pada sel granulosa, dan dengan rangsangan dari hormon LH, keluarlah hormon progesterone 5. Setelah perangsangan oleh hormon estrogen, hipofisis LH terpicu yang menyebabkan terjadinya ovulasi yang muncul 24-36 jam kemudian. Ovulasi adalah penanda fase transisi dari fase proliferasi ke sekresi, dari folikular ke luteal 6. Kedar estrogen menurun pada awal fase luteal dari sesaat sebelum ovulasi sampai fase pertengahan, dan kemudian meningkat kembali karena sekresi dari korpus luteum 7. Progesteron meningkat setelah ovulasi dan dapat merupakan penanda bahwa sudah terjadi ovulasi 8. Kedua hormon estrogen dan progesteron meningkat selama masa hidup korpus luteum dan kemuadian menurun untuk mempersiapkan siklus berikutnya Siklus Endometrium 1. Fase menstruasi Pada fase ini, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai pendarahan dan lapisan yang masih utuh hanya stratum basale. Rata-rata fase ini berlangsung selama lima hari (rentang tiga sampai enam hari). Pada awal fase menstruasi kadar estrogen, progesteron, LH (Luteinizing Hormon) menurun atau pada kadar terendahnya selama siklus dan kadar FSH (Folikel Stimulating Hormon) baru mulai meningkat. 2. Fase proliferasi Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang berlangsung sejak sekitar hari kelima ovulasi, misalnya hari ke-10 siklus 24 hari, hari ke-15 siklus 28 hari, hari ke-18 siklus 32 hari. Permukaan endometrium secara lengkap kembali

normal dalam sekitar empat hari atau menjelang perdarahan berhenti. Sejak saat ini, terjadi penebalan 8-10 kali lipat, yang berakhir saat ovulasi. Fase proliferasi tergantung pada stimulasi estrogen yang berasal dari folikel ovarium. 3. Fase sekresi/luteal Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari sebelum periode menstruasi berikutnya. Pada akhir fase sekresi, endometrium sekretorius yang matang dengan sempurna mencapai ketebalan seperti beludru yang tebal dan halus. Endometrium menjadi kaya dengan darah dan sekresi kelenjar. 4. Fase iskemi / premenstrual Implantasi atau nidasi ovum yang dibuahi terjadi sekitar 7 sampai 10 hari setelah ovulasi. Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus luteum yang mensekresi estrogen dan progesteron menyusut . Seiring penyusutan kadar estrogen dan progesteron yang cepat, arteri spiral menjadi spasme, sehingga suplai darah ke endometrium fungsional terhenti dan terjadi nekrosis. Lapisan fungsional terpisah dari lapisan basal dan perdarahan menstruasi dimulai.

DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Loudermik, Jensen, 2004, Buku Ajar Keperawatan Maternitas (terjemahan), Edisi 4, EGC, Jakarta Danforth DR. Principles of Human Physiology: Male and Female Reproduction. Dikutip dari http://www-obgyn.med.ohiostate.edu/Physiology%20312%20Handouts%202004.doc pada tanggal 10 Februari 2012. Dewi, V.N.L. & Sunarsih, T. (2011). Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika. Mansjoer,A., dkk, 2005. Kapita Selekta Kedokteran .Edisi ketiga Jilid 1 Cetakan Keenam., Jakarta : Media Aesculapius Fakultas kedokteran UI. Hal 261, 265-266, 375-376, 379.
Pearce, E. (2004). Anatomi dan Fisiologi untuk ParaMedis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Sheerwood, L. (2001). Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem, Edisi 2. Jakarta: EGC.
Sloane, E. (2003). Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/4/jtptunimus-gdl-s1-2008-aguswidian-183-3-05.babi.pdf http://www.scribd.com/document_downloads/direct/67222984?extension=doc&ft=13290671 09&lt=1329070719&uahk=2gCP0xsdMYwpJ43E8VPAqiUqk74 http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2010/05/morfologi_dan_fungsi_ovarium.pdf pada tanggal 10 Februari 2012.

You might also like