You are on page 1of 2

Prahara pejalan kaki

Jalan kaki adalah salah satu kegiatan yang paling sering dilakukan oleh seluruh umat manusia di dunia. Dari mulai bayi sampai kakek nenek pasti semua suka berjalan kaki. Sebenernya, jalan kaki adalah kegiatan yang menyenangkan dan menyehatkan. Waktu kita berjalan, apalagi sendirian, maka tanpa disadari saat itu di dalam otak kita akan muncul berbagai pemikiran, tugas belom beres, tempat yang kita tuju jauh banget, komentar dalam hati tentang orang-orang yang kita lihat di jalan, pokoknya waktu berjalan tanpa sadar kita pasti akan merenungkan sesuatu. Kalau dilihat dari segi kesehatan, berjalan kaki itu baik untuk kesehatan tulang dan jantung. Jadi, sudah pasti jalan kaki itu bikin tubuh sehat pikiran sehat.

Tapi, berjalan kaki di Indonesia, terutama di kota-kota besar gak semudah dan sesederhana itu. Berjalan kaki di jalanan Indonesia itu banyak sekali tantangannya. Yang paling mendasar adalah kondisi trotoar yang amat memprihatinkan dan sangat sempit, jauh dari ideal. Sudah sempit, rusak, dan hancur, trotoar yang tinggal segitu-gitunya juga harus dibagi bersama berbagai pedagang kaki lima yang membuka lapak. Walhasil, banyak pejalan kaki yang jadi gak punya tempat untuk berjalan, jadi harus berjalan di pinggir jalan. Kalo dibilang mengganggu sih, ya pasti mengganggu ya. Soalnya trotoar itu disediakan memang untuk orang berjalan, bukan untuk berdagang. Tetapi, pemerintah sepertinya sudah bosan menggusur pedagang kaki lima yang selalu berdalih mencari nafkah dan tidak punya modal untuk membeli kios, dsb. Klasik sih. Tetapi, kalo terus-terusan dibiarkan, maka lama-lama seluruh trotoar kita akan berubah jadi pasar. Macet deh dimana-mana.

Selain masalah pedagang kaki lima, pejalan kaki juga harus berbagi tempat dengan pengendara motor dan kendaraan yang parkir. Banyak sekali pengendara yang berdalih karena jalanan macet, mereka pindah ke trotoar untuk mengejar waktu. Udah salah tempat, para pengendara motor itu juga sering tidak sabaran, mengklakson pejalan kaki lah, menyuruh pejalan kaki yang minggir, padahal mereka yang salah tempat. Saya juga gak paham orang-orang yang membiarkan kendaraan mereka parkir di trotoar. Sangat menghalangi jalan. Orang-orang yang parkir juga sepertinya tidak perduli dengan kondisi tersebut, jadi mereka cuek-cuek saja kalo parkir di trotoar.

Menurut orang asing, orang Indonesia kalo jalan lambat. Kalo menurut saya sih bukan salah kita sepenuhnya. Karena kita tidak dimotivasi untuk berjalan kaki sejak kecil, karena kenyataannya, berjalan kaki di trotoar saja cukup berbahaya, seperti yang sudah saya uraikan di atas. Kita menjadi malas untuk berjalan kaki, walhasil kita pun menjadi tidak terbiasa dan ritme berjalan kita menjadi lambat. Berbeda dengan orang asing yang kondisi jalanan di negaranya sudah sangat rapi dan teratur. Berjalan kaki pun menjadi kegiatan yang menyenangkan. Ketika saya sedang di luar negeri pun, saya lebih suka berjalan kaki karena memang banyak sekali pemandangan indah yang bisa dinikmati, jalanan yang rapi dan teratur sehingga memberikan rasa nyaman.

Sebenernya ini masalah siapa sih? Dan siapa yang harus menanganinya? Mengutip perkataan Presiden John F Kennedy, Its not what your country can do for you, its what you can do for your country. Ya

kita harus bisa jadi bagian dari solusi itu. Caranya gampang kok. Tetaplah berjalan kaki, dan jadilah pejalan kaki yang taat peraturan. Waktu kita jalan kaki, jangan buang sampah sembarangan. Jangan merusak fasilitas yang kita temui saat berjalan kaki. Kalau ada pengendara motor yang mengambil lahan trotoar, ingatkanlah dengan baik-baik. Jika bertemu dengan pedagang kaki lima, ya sabar aja lah ya. Karena memang hanya otoritas yang berwenang lah yang bisa mengatur pedagang kaki lima seperti itu.

Tetap jalan kaki, tetap sehat.

You might also like