You are on page 1of 7

Percobaan 5 : Absorpsi CO2 dalam Larutan NaOH Menggunakan Analisis Larutan Cair

1. Data Hasil Pengamatan Volume sampel : 50 ml F1 (air) F2 (udara) F3 (CO2) HCl : 3 liter/menit = 0,05 liter/detik : 30 liter/menit = 0,5 liter/detik : 15 liter/menit = 0,25 liter/detik

NaOH = 0,25 M (volum = sesuai isi bak jangan terlalu banyak) ; = 0.2 M (1 liter) BaCl2 = 1 liter 5% berat buatnya hanya untuk 100 ml saja Volume BaCl2 yang ditambahkan = T2 T1 Larutan PP 10% dalam 100 ml etanol Larutan methyl orange 10% dalam 100 ml aquades Waktu (menit) 0 15 30 45 T1 21.3 19 7.9 8.9 S4 T2 28.7 33.5 44.9 75(blm pink) T3 20 7 T1 50 25.3 16.4 32.2 S5 T2 3 28.9 34.2 102(blm pink) T3 22.5 15.3 -

Dimana, T1 : volume HCl yang dibutuhkan untuk menetralisir NaOH dan mengubah karbonat menjadi bikarbonat (end point 1 dalam ml) T2 : total volume HCl yang ditambahkan hingga mencapai end point kedua atau volume HCl yang digunakan untuk menetralkan basa NaOH dan Na2CO3 (end point 2 dalam ml) T3 : volume asam yang ditambahkan untuk menetralkan NaOH yang sebelumnya telah ditambahkan dengan BaCl2 (end point 3 dalam ml)

2. Pengolahan Data Perhitungan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut, Pada Inlet (S5):
C NaOH (T3 / Vsampel ) S 5 M NaOH

T3 S 5
50ml

0,25M

C Na2CO3
Pada Outlet (S4)

(T2 - T3 ) S 5 (T - T ) M NaOH 0,5 2 3 S 5 0,125M Vsampel 50ml

C NaOH (T3 / Vsampel ) S 4 M NaOH

T3 S 4
50ml

0,25M

C Na2CO3

(T2 - T3 ) S 4 (T - T ) M NaOH 0,5 2 3 S 4 0,125M Vsampel 50ml

Jumlah NaOH yang digunakan untuk mengabsorpsi CO2 :


G A2( NaOH ) F1 0,05 [(C NaOH ) i - (C NaOH ) o ] [(C NaOH ) i - (C NaOH ) o ] 2 2

Jumlah karbonat yang terbentuk dari absorpsi CO2:


G A1( Karbonat ) F1 [(C Na 2CO3 ) 0 - (C Na 2CO3 ) i ] 0,05[(C Na 2CO3 ) 0 - (C Na 2CO3 ) i ]

Jika dibuat tabel pengolahan datanya dengan cara di atas, maka akan didapat laju absorpsi CO2 untuk setiap waktu adalah: Cinlet (M) Coutlet (M) GA2 GA1 Waktu (menit) CNaOH CNa2CO3 CNaOH CNa2CO3 gr,mol/men gr,mol/men 0 0.1 0.02175 15 0.1125 0.016 0.035 0.06625 0.0019375 0.0025125 30 0.0765 0.04725 45 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa banyak data yang tidak dapat dihitung, hanya terdapat 1 laju absorpsi CO2, yaitu pada menit ke 15, sehingga tidak bisa dibuat grafiknya. 3. Analisis Percobaan Percobaan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui laju absorpsi CO2 ke dalam air dengan menggunakan analisis larutan cair. Adapun, cairan yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah NaOH 0,25 M. Larutan NaOH ini dimasukkan ke dalam tangki sebagai pengganti air. Larutan NaOH dimasukkan hingga tangki. Lalu mengatur laju alir dari F1 (air) 3 liter/menit atau 0,05 liter/detik, F2 (udara) 30 liter/menit atau 0,5 liter/detik, dan F3 (CO2) 15 liter/menit atau 0,25 liter/detik. Setelah stabil baru mulai mengambil sampel untuk mengamati laju absorbsi CO2. Sampel diambil dari 0 45 menit dengan rentang waktu setiap 15 menit.

Pada percobaan absorpsi ini, terjadi reaksi antara CO2 dan NaOH dalam kolom absorpsi sebagai berikut : 2 NaOH + CO2 Na2CO3 + H2O Untuk mengetahui jumlah CO2 yang terabsorpsi pada larutan NaOH adalah dengan mengetahui jumlah NaOH dan Na2CO3 dalam sampel. Besarnya jumlah NaOH dan Na2CO3 yang digunakan untuk mengabsorpsi CO2 dalam sampel dapat dihitung dengan metode titrasi menggunakan HCl. Sampel yang ingin diuji diambil dari bawah kolom absorpsi (S4) dan dari tangki (S5) masing-masing sebanyak 100 mL. Pengambilan sampel dari tangki dan kolom absorber ini dilakukan untuk membandingkan kandungan NaOH dan Na2CO3 yang seharusnya sama ketika keadaan telah jenuh. Dari masingmasing sampel yang diambil kemudian dibagi dua bagian, masing-masing 50 ml. Sampel (S4)1 dan (S5)1 yang akan mengalami proses titrasi pertama dan sampel (S4)2 dan (S5)2 untuk titrasi kedua.

Proses Titrasi I Pada titrasi ini digunakan sampel (S4)1 dan (S5)1 masing-masing sebanyak 50 mL. Titrasi pertama ini bertujuan untuk mengetahui berapa volume HCl yang dibutuhkan untuk menetralkan NaOH dan Na2CO3 secara keseluruhan. Reaksi yang terjadi antara CO2 dari tabung dan larutan NaOH adalah sebagai berikut : 2 NaOH + CO2 Na2CO3 + H2O Proses titrasi dilakukan untuk mengetahui kandungan NaOH yang berlebih dan Na2CO3 yang terbentuk. Titrasi yang dilakukan menggunakan HCl, karena NaOH dan Na2CO3 bersifat basa sehingga untuk menetralkannya dilakukan titrasi dengan menggunakan senyawa yang bersifat asam. Titrasi ini dilakukan dalam dua kali dengan langkah sebagai berikut : Titrasi 1 Pada tahap ini sampel (S4)1 dan (S5)1 diteteskan larutan PP sebanyak 1 tetes. Larutan yang awalnya berwarna bening berubah menjadi berwarna merah muda. Hal ini dikarena larutan sampel mengandung senyawa yang bersifat basa yang dideteksi sebagai NaOH dan Na2CO3. Setelah ditetesi larutan PP, kedua larutan tersebut dititrasi dengan HCl 0,2 M untuk dinetralkan. Larutan HCl ini diperoleh dari pengenceran HCl 12 M dengan air. Lalu larutan HCl ini dimasukkan ke kolom titrasi untuk menitrasi larutan sampel.

Larutan pp dengan trayek pH 8,6-10 (basa)

Sampel Awal

Titrasi dengan HCl

Gambar 5.1 Titrasi sampel dengan HCl Gambar di atas memperlihatkan bahwa setelah proses titrasi dilakukan larutan yang awalnya berwarna merah muda berubah menjadi bening. Hal ini mengindikasikan bahwa NaOH telah bereaksi dengan HCl menjadi NaCl dan terbentuknya NaHCO3. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut : NaOH + HCl NaCl + H2O Na2CO3 + HCl NaHCO3 + NaCl Pada titrasi ini, volume HCl yang dibutuhkan untuk menetralkan NaOH dan mengubah Na2CO3 menjadi NaHCO3 disebut dengan volume T1 atau end point pertama. Setelah titrasi tahap satu ini, larutan akhir yang berwarna bening kemudian akan diteruskan ke titrasi tahap dua. Titrasi 2 Pada titrasi kedua ini, percobaan ditujukan untuk mendeteksi terbentuknya H2CO3, oleh karena itu digunakan indikator methyl orange yang trayek pH indikatornya berada di daerah asam. Ketika diteteskan methyl orange sebanyak 1 tetes, warna sampel menjadi orange. Lalu larutan tersebut dititrasi dengan HCl hingga berubah jadi warna merah muda lagi.
Larutan Methyl Orange Indikator Asam

Titrasi dengan HCl

NaHCO3

H2CO3

VT2

Gambar 5.2 Titrasi sampel tahap kedua

Idealnya, setelah sampel dititrasi dengan HCl warna sampel berubah menjadi merah muda. Hal ini menunjukkan bahwa H2CO3 telah terbentuk. Dan volume HCl yang dibutuhkan untuk mengubah NaHCO3 menjadi H2CO3 disebut dengan volume T2 atau end point kedua.

Proses Titrasi II Untuk titrasi 2 ini digunakan sampel (S4)2 dan (S5)2. Pada proses ini, sebelum dititrasi dengan HCl, masing-masing sampel ditambahkan dengan BaCl2. Volume BaCl2 yang ditambahkan bervariasi, bergantung dari volume untuk titrasi tahap satu dan dua. Volume BaCl2 yang ditambahkan adalah volume T2-T1, jadi volume sampel menjadi 50 ml + volume BaCl2. Larutan akan berwarna putih, lalu larutan ditambahkan dengan PP sebanyak 1 tetes, hingga berubah jadi merah muda. Setelah itu sampel dititrasi dengan HCl hingga berubah warna jadi putih lagi.

Larutan BaCl2

Larutan pp

Sampel Awal

Titrasi dengan HCl

Gambar 5.3 Titrasi dengan tambahan BaCl2 Penambahan BaCl2 ini dimaksudkan agar terjadi pengendapan Na2CO3 ketika bereaksi dengan BaCl2 dengan reaksi sebagai berikut : Na2CO3 + BaCl2 BaCO3 + 2 NaCl Pengendapan Na2CO3 dimaksudkan agar dalam proses titrasi ini volume HCl yang dibutuhkan hanya untuk menetralkan NaOH sehingga HCl tidak bereaksi dengan Na2CO3. Setelah ditambahkan BaCl2 kemudian ditambahkan larutan pp sebagai

indikator. Kemudian NaOH dititrasi dengan menggunakan HCl menurut reaksi : NaOH + HCl NaCl + H2O Volume HCl yang dibutuhkan untuk menetralkan NaOH disebut dengan volume T3. Dari volume T3 ini dapat diperoleh konsentrasi NaOH sisa yang tidak bereaksi membentuk Na2CO3 pada reaksi : 2 NaOH + CO2 Na2CO3 + H2O

4. Analisis Hasil Percobaan Dari hasil pengolahan data yang diperoleh, praktikan tidak dapat membuat grafik hubungan laju absorpsi CO2 pada NaOH terhadap waktu absorpsi. Hal ini dikarenakan hanya terdapat 1 data laju absorpsi. Perhitungan dalam percobaan ini banyak yang tidak bisa dilakukan dikarenakan data titrasi sampel yang tidak benar. Waktu (menit) 0 15 30 45 T1 21.3 19 7.9 8.9 S4 T2 28.7 33.5 44.9 75(blm pink) sampel (S5)1, S5 T3 T1 T2 T3 20 50 3 7 25.3 28.9 22.5 16.4 34.2 15.3 102(blm 32.2 pink) volume T2 yang digunakan untuk menunjukkan

Pada 0 menit di

bahwa H2CO3 telah terbentuk hanya sedikit. Sangat berbeda jauh dengan volume T1 nya, padahal untuk titrasi (S5)2 diperlukan volume BaCl2 yang didapat dari T2-T1, karena T2 < T1, maka T3 tidak bisa dilakukan. Hal ini mungkin terjadi karena NaHCO3 yang ada pada larutan sangat banyak sehingga langsung terbentuk H2CO3 hanya dengan penambahan sedikit HCl. Pada menit ke 30 dan 45, titrasi pertama pada (S4)1 hanya membutuhkan sedikit larutan HCl untuk berubah menjadi bening, hal ini mungkin terjadi karena NaOH telah banyak mengabsorb CO2 di menit-menit awal, sehingga saat telah melebihi 30 menit, NaOH yang diabsorbsi semakin lama semakin sedikit sebab larutan sudah semakin jenuh dengan Na2CO3. Jadi saat dititrasi dengan HCl hanya memerlukan sedikit HCl. Pada titrasi ke II untuk menit 30, tidak bisa dicari T3 nya karena BaCl2 yang ditambahkan terlalu banyak (T2 T1 = 27 ml) sehingga saat ditambahkan PP, larutan tidak berubah menjadi merah mudah, maka larutan tersebut tidak bisa dititrasi dengan HCl. Pada menit ke 45, saat dititrasi dengan indikator methyl orange, larutan sampel tidak berubah warna menjadi merah muda walaupun sudah banyak dimasukkan HCl, sehingga titrasi dihentikan. Hal ini mungkin karena tidak terbentuk H2CO3 pada larutan. Mungkin pada larutan sampel di titrasi 1 hanya terbentuk NaCl dan tidak terbentuk NaHCO3 yang mengakibatkan tidak terbentuknya H2CO3. Oleh karena itu, pada menit ke 45 ini juga tidak dilakukan titrasi untuk T3 karena tidak diketahui volume T2 untuk titrasi. Maka pengolahan data yang didapat hanya 1 laju alir absorpsi CO2 yaitu pada menit ke 15, seperti ditunjukan pada tabel

Cinlet (M) Waktu (menit) CNaOH CNa2CO3 0 15 0.1125 0.016 30 0.0765 0.04725 45 -

Coutlet (M) CNaOH CNa2CO3 0.1 0.02175 0.035 0.06625 -

GA2 GA1 gr,mol/men gr,mol/men 0.0019375 0.0025125 -

Perhitungan GA1 dan GA2 banyak yang tidak dapat dilakukan karena sesuai dengan rumusnya diperlukan data konsentrasi inlet dan outlet, namun berdasarkan data yang didapat ada yang tidak dapat dihitung konsentrasinya. Untuk laju Na2CO3 (GA1) lebih besar dari laju NaOH (GA2), hal ini menunjukan bahwa pada menit ke 15, terbentuk banyak Na2CO3 dengan jumlah NaOH untuk mengabsorpsi CO2 yang sedikit. Berarti CO2 banyak terabsorpsi oleh NaOH banyak yang berubah jadi Na2CO3. Bila percobaan ini berhasil, seharusnya di menit-menit selanjutnya laju pembentukan Na2CO3 menurun karena kadar CO2 di dalam NaOH sudah jenuh sehingga reaksi yang terjadi semakin sedikit. Dan sesuai dengan reaksi NaOH dan CO2, laju pemakaian NaOH sama dengan laju pembentukan Na2CO3, yaitu keduanya semakin menurun, sehingga grafik yang terbentuk seharusnya berhimpitan di akhir.

5. Analisis Kesalahan Dalam pengolahan data banyak perhitungan yang tidak dapat dilakukan dikarenakan data titrasi yang tidak benar dan akurat, hal ini dapat disebabkan oleh: Laju alir CO2 dan NaOH tidak sesuai (tidak stabil) dengan pengaturan awal sehingga hasil yang diperoleh tidak maksimal Kebocoran CO2 pada alat absorber sehingga tidak banyak CO2 yang terabsorpsi, jadi data T2 menjadi salah Alat absorber yang sudah tua sehingga mungkin proses absorpsi yang terjadi sudah tidak maksimal lagi Pengambilan data yang sedikit karena terbatasnya waktu, mungkin jika lebih banyak lagi data yang diambil, hasil laju absorpsi bisa diketahui, atau dengan memperkecil rentang pengambilan sampel menjadi 5 menit.

You might also like