You are on page 1of 15

ASILAH BAHTSUL MASAIL FMPP II

SE KARESIDENAN KEDIRI

Di Pon. Pes. Mambaul Hikam Mantenan Udanawu Blitar


19 20 Juni 1996 M.

1. BERMAIN SETRUM DENGAN DOA


Dalam dunia persilatan dikenal ilmu setrum. Baik dengan doa doa yang diambil
dari ayat ayat Al Quran atau mantera jawa. Dan kalau dibacakan pada seseorang
maka hilang kesadarannya.

Pertanyaan :
Bagaimana hukumnya menyetrum orang lain hingga hilang kesadarannya ?
Pon. Pes. Lirboyo
Kota Kediri

Rumusan Jawaban :
Diperbolehkan. Apabila pelakunya ( yang nyetrum ) disiplin syariat ( mutasyarri
), yang dibaca ( mantera ) tidak bertentangan dengan syarit dan tidak
menimbulkan dloror syari ( termasuk menghilangkan kesadaran, akan tetapi tidak
ada manfaat yang sebanding ).
Tidak boleh ( haram ). Apabila pelakunya tidak disiplin syarit ( fasiq ) atau yang
dibaca dilarang menurut syara atau menimbulkan dloror syari ( termasuk
hilangnya kesadaran dan tidak ada manfaat sebanding ).

Referensi :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Hamisy Fathul Wahab juz 2 hal. 151 ( Daru Ihyal Kutub Al Arobiyah )
Al Fawadul Makiyah hal. 17 18 ( Al Hidayah Surabaya )
Hasyiyatul Jamal lal Manhaj juz 5 hal. 111 ( Darul Fikr )
Hasyiyatul Bajuri juz 2 hal. 244 ( Darul Fikr )
Syarqowi juz 2 hal. 449-450 dan 451 ( Al Haromain )
Zawajir juz 1 hal 354 ( Darul Kutub Al Ilmiyah )
Ahkamul Qurn Ibnul robi juz 1 hal. 49 ( Darul Fikr )

151 :
..... ( :)


,




. .
111 :

.
354 :

237 :
*

.1

.2
.3

.4

.5
.6





.
450-449 :





.

451 :
) ( .....
.
49 :
) : (
, , ,
, , .
.
2. MEMINDAH WAKAF
Seseorang mewaqafkan sawah pada masjid. Namun oleh karena antara waqif dan
nadzir ada suatu masalah, hingga waqif tidak mau menyerahkan sawah tersebut.
Padahal telah diikrarkan.

Pertanyaan :
? Bagaimana hukum tindakan waqif tersebut
Bolehkah waqif memindahkan sawah tersebut pada masjid atau pondok

a.
b.
? lain

Pon. Pes. Mambaul Marif


Denanyar Jombang

Rumusan Jawaban :
Tindakan waqif tersebut tidak dibenarkan ( haram ).

Referensi :
) Al Muhadzab juz 1 hal. 442 ( Thoha Putra Semarang
) Al Bujairomi Alal Manhaj juz 3 hal. 210 211 ( Darul Fikr

8.

442 :





.
.7 212-211 :
) (
) (

, ,
. .
. :. ,

.
c.
Bagi waqif tidak boleh memindah mauqufnya masjid tersebut. Kecuali
jika masjid itu sudah tidak dipergunakan. Karena tidak ada yang mau sholat di situ
atau penduduk desanya sudah pindah semua.

Referensi :
) Fathul Jawad Bi Syarhil Irsyad juz 1 hal. 621-622 ( Maktabah Musthofa Al Babi
)Ianatuth Tholibin juz 3 hal. 181 & 182 ( Thoha Putra
) Al Mughni was Syarhul Kabir juz 6 hal. 253 ( Darul Fikr

9.
10.

622-621 :
) ( ) ( ) (
) (
.

.8 182 :
( , : (
) (
,
. ) (
. .
: , .
.
. ,
.9 181 :
,
. , -
) . (
. : ) (
- - :
, ,
, .

.10 253 :
) ( 4413 :
,
,
.
4. MENIKAH DENGAN TERPAKSA:
? Sah atau tidakkah akad nikah yang dipaksa oleh polisi karena berbuat zina
mengingat nikahnya tidak didasari keinginan sendiri.
Pon. Pes. Al Falah
Kedung Lurah Trenggalek

Rumusan Jawaban :
Nikah yang dipaksa polisi tidak sah menurut Assyafiiyyah, bila tidak ada dilalatul
ikhtiyar. Karena hal tersebut tergolong nikahul mukroh bi ghoiri haq. Sedangkan
yang dinamakan ikroh menurut syara adalah :

Bila dilakukan selain hakim maka harus memenuhi syarat :


1. Kemampuan pemaksa atas sesuatu yang ia ancamkan.

) (
2. Ketidak mampuan orang yang dipaksa dari menolak ancaman.

) (

3. Dugaan orang yang dipaksa bahwa bila ia menolak melakukan perbuatan yang
dipaksakan, maka pemaksa akan merealisasikan ancamannya.

) (
4. Bentuk ancamannya berupa sesuatu yang ditakuti. Seperti pukulan yang keras,
penjara atau perusakan harta benda.

) (

Bila dilakukan hakim menurut satu qoul sudah dianggap ikroh, meskipun tidak memenuhi
syarat di atas. Menurut qoul lain dikategorikan ikroh syaran bila memenuhi syarat di
atas.
CATATAN: Menurut Hanafiyah akad nikah dengan dipaksa adalah sah. Karena :


Referensi :
) Al Asybah Wannadzor hal. 137 ( Maktabah Usaha Keluarga Semarang
) Fathul Wahab juz 2 hal. 72-73 ( Daru Ihyal Kutub Al Arobiyah
) Bughyatul Mustarsyidin hal. 231 ( Darul Ihyail Kutub Al Arobiyah
) Al Iqna juz 2 hal. 157 ( Daru Ihyal Kutub Al Arobiyah
) Al Fiqhul Islami wa Adillatihi juz 7 hal. 78-79 ( Darul Fikr
)Hasyiyah Al Bajuri juz 2 hal. 100 (Thoha Putra

11.
12.
13.
14.
15.


137 :
) (
) ( ) (
) ( ) (




.11 73-72 :
) ( ) ( ) (
) ( ) (
) ( ) ( ) (
) ( ( .

.12 231 :
) (
.
.13 157:


.

.14 79-78 :
: ,
, ,
, , , :
) , : , , (
.
.15 100:



.
Latar belakang masalah:

Pada saat ini banyak didirikan TPA/TPQ. Buku pelajaran yang dipakai adalah
metode IQRO, QIROTI Annahdliyah dll. Sementara pelaksanaannya rutin setiap
hari.

Pertanyaan :
Bagaimana hukumnya membawa dan membaca buku buku di atas bagi pengajar
? wanita yang sedang haidl
Pon. Pes. Lirboyo
Kota Kediri

Rumusan Jawaban :
Hukum membawa buku buku TPA bagi wanita yang sedang haidl diperbolehkan
(Haram) .Dikarenakan penyusunan dari buku tersebut untuk belajar / mengajar Al
Qurn.
Hukum membacanya diperbolehkan apabila tidak qoshdul qiroh.

d.

Referensi :
)Bughyatul Mustarsyidin hal. 26 ( Darul Ihyail Kutub Al Arobiyah
)Al Bajuri juz 1 hal. 117 (Thoha Putra
) Asy Syarwani juz 1 hal. 149 ( Daru Shodir
At Turmusi juz 1 hal. 427-428 ( Al Mathbaah Al amiroh Asy

16.
17.
18.
) Syarofiyah
19.
) Al Buajairomi Alal Khothib juz 1 hal. 314 ( Darul Fikr

26 :
) ( .

.
.16 117 :
) ( ) (
) (

....

.17 149 :
) ( ) ( ) (



.18 -427 :428



.

.19 314 :
) : (
, ,
.
Latar belakang masalah:

Telah diketahui bersama bahwa haji dan umroh ( non pemerintah ) hanya
membutuhkan biaya Rp. 5.000.000,- Sedangkan ONH pemerintah membutuhkan
biaya Rp. 7.000.000,-

Pertanyaan :
Bagaimanakah hukumnya haji dan umroh yang tidak melalui / mendapat izin dari
? pemerintah
e.
Termasuk istithohkah mereka yang hanya memiliki uang Rp.
? 5.000.000,-
Pon. Pes. Al Anwar
Sarang Rembang Jateng

Rumusan Jawaban :

a.
Hajinya sah dan mencukupi sebagai haji Islam. Adapun tindakan tersebut
) ( ( tidak mendapat izin ) bila pemerintah mempunyai haqqul wilayah
maka hukumnya haram. Bila pemerintah tidak punya haqqul wilayah maka tafsil:
Bila larangan tersebut ada mashlahat aammah maka pelanggaran tersebut merupakan
tindakan dosa.
Dan bila tidak ada mashlahat aammah maka pelanggaran tersebut tidak dosa.
b.
Tidak termasuk istithoh. Karena uang Rp. 5.000.000,- tidak mencukupi
standar haji.

Referensi :
) Al Mizan Al Kubro juz 2 hal. 32 ( Maktabah Usaha Keluarga Semarang
)Hasyiyah Al Bajuri juz 1 hal. 309 (Thoha Putra
)Bughyatul Mustarsyidin hal.91 ( Darul Ihyail Kutub Al Arobiyah
)Al Ahkam Sulthoniyah ( Al Mawardi ) hal. 108 ( Darul Fikr
Hamisy Turmusi juz 4 hal. 372 375 ( Al Mathbaah Asy Syarofiyah Bi
) Fathul Wahab juz 1 hal. 135 ( Daru Ihyail Kutub Al Arobiyah

20.
21.
22.
23.
) Mishro
24.


32 :


.
.20 309 :


.

.21 91 :
) (





. :

108
:


.22 375-372 :
) (

.23


)
( ) (





135 :
) ( ) ( ) (
) (
.
Latar belakang masalah:

Biasanya di desa desa sering terjadi orang yang mempunyai hajat memasang terop
di jalan umum.

Pertanyaan :
? Bolehkah memasang terop tersebut
? Pemberian izin dari aparat pemerintah apakah mutabar syarn
Pon. Pes. Salafiyah Syafiiyah
Gondang Tulungagung

c.

Rumusan Jawaban :
Memasang terop tersebut diperbolehkan, apabila tidak menimbulkan bahaya dan
mendapat izin dari imam atau naibnya.
Izin dari pemerintah adalah mutabar syaran.

d.

Referensi :
) Hasyiyah Al Jamal Alal Manhaj juz 3 hal. 569 ( Darul Fikr
) Al Hawi Lil Fatawi juz 1 hal. 127-128 & 129 ( Darul Jabar Beirut

.24

.25

.26


569 :

.
.

128-127 :
) (
,
, .

.

129 :
:
.

.
.
Latar belakang masalah:

Di suatu daerah ada tokoh masyarakat yang telah banyak menerima hewan qurban
dari sebagian masyarakat. Namun kedudukan tokoh masyarakat tersebut tidak
diketahui apakah dia sebagai wakil dalam menerima hewan qurban atau bukan
( hewan qurban memang diserahkan sepenuhnya kepadanya ). Karena kebanyakan
yang menyerahkan hewan qurban tersebut adalah orang awam. Lalu tokoh

masyarakat itu mentasarrufkannya untuk kepentingan diri sendiri dan kepentingan


umum. Seperti untuk pembangunan madrasah, masjid dll.

Pertanyaan :
? Bolehkah tasarruf tokoh masyarakat tersebut
e.
Kalau tidak boleh, bagaimana yang semestinya yang harus dilakukan oleh
? tokoh tersebut
f.
Sudah mencukupikah menyerahkan hewan qurban kepada satu orang saja
?
Pon. Pes. Al Khozini
Buduran Sidoarjo

Rumusan Jawaban :
Diperbolehkan, kalau untuk dirinya sendiri dan sekadar izin dan ridlo mudlohi ( orang
yang qurban ) baik nutqon atau urfan. Karena tokoh tersebut statusnya sebagai wakil.
Adapun tasarruf untuk kepentingan umum semisal masjid dll. tidak diperbolehkan
karena tidak termasuk mashrofil udlhiyah.
g.
Semestinya udlhiyah tersebut diberikan dulu kepada mustahiq. Kemudian
mustahiq diminta untuk mentasarrufkan ke masjid atau yang lain.
h.
Sudah mencukupi untuk udlhiyah mandubah.

Referensi :
)Hamisy Ianatuth Tholibin juz 3 hal. 87 (Thoha Putra
25.
Busyrol Karim juz 2 hal. 641 ( Maktabah Asy Syaqofah / Sulaiman
) Mara Singapura
26.
)Hasyihatul Bajuri juz 2 hal. 296 (Thoha Putra
27.
) Al Fatawi Kubro juz 4 hal. 193 ( Darul Fikr
28.
) Hamis Al Bujairomi Alal Khothib juz 4 hal. 289 ( Darul Fikr
29.
) Al Muhadzab juz 1 hal. 350 ( Thoha Putra Semarang


87 :
) (
) : ( , , ,
.
.27 641 :
: , , , :
, : ,
.
.28 296 :

.

.29 116 :
) (
) (

.
.30 289:
) (

.

.31 350 :
) (






.
Latar belakang masalah:

Sebidang sawah diwaqofkan pada masjid atau pondok. Kemudian oleh nadzirnya
dengan seizin waqif, sawah tadi dijual untuk pembangunan yang ada hubungannya
dengan masjid atau pondok tersebut.

Pertanyaan :
? Bagaimanakah hukum tindakan nadzir tersebut
Pon. Pes. Mambaul Maarif
Denanyar Jombang

Rumusan Jawaban :
Hukum tindakan nadzir tersebut tidak diperbolehkan sekalipun taqlid kepada Imam
Hanafi. Karena waqaf boleh dijual / ditukar, menurut Imam Hanafi itu deangan
syarat:
Ada keputusan hakim.
Mauquf sudah tidak bisa dimanfaatkan lagi.
Diganti dengan yang lebih baik.

Referensi :
)Ianatuth Tholibin juz 3 hal. 169 & 179-180 ( Thoha Putra
) Asy Syarqowi juz 2 hal. 9 ( Al Haromain

30.

169 :
, : .
:
:
.
.32 180-179 :
: ,
- ,
, , ,
- :
: - - .
) (

.

.33 9 :
) ( ) (
) (


.
Latar belakang masalah:

Adat seringkali menjadi kebiasaan yang sulit ditinggalkan. Seperti yang terjadi di
suatu daerah, apabila ada mayit hendak dikubur, terlebih dahulu dimasukkan
sebuah kelapa dengan alasan agar tidak menjadi pocongan.

Pertanyaan :
? Bagaimana hukumnya
? Bagaimana hukum adat yang sudah menjadi suatu keyakinan

i.

Pon. Pes. HM
Lirboyo Kota Kediri

Rumusan Jawaban :
Haram. Karena termasuk menyia nyiakan harta dengan tujuan yang tidak dibenarkan
syara.

Catatan :
Memasukkan kelapa ke dalam kuburan mayit agar si mayit tidak menjadi pocongan
) bahkan termasuk menghina mayit ( tidak termasuk ghorodl shohih
). (

Referensi :
) Al Jamal Alal Manhaj juz 2 hal. 200 ( Darul Fikr
)Bugyatul Mustarsyidin hal. 93 ( Thoha Putrra

.1

.2

31.


200 :
) ( ) ( ) (
) (

.

93 :
: . .

. .
j.

( Haram. Dan bahkan kufur bila mempunyai keyakinan ada talazum aqli
) antara kelapa dan menjadi pocongan, tanpa melihat bahwa yang
memberikan pengaruh adalah Allah.

Referensi :
) Tijan Durori hal. 5-6 ( Syirkah Maarif Bandung
) Ghoyatu Talhishil Murod hal. 206 ( Darul Fikr

32.


6-5 :







.

.3 206 :
) (
.

.
.


.
Latar belakang masalah:

Seseorang membeli barang. Karena belum diambil, maka si pembeli memberi


persekot Rp. 100.000,- agar tidak dijual kepada orang lain. Kemudian pada waktu
pelunasan, pembeli menurunkan harga yang telah disepakati. Sedang penjual tidak
mau.

Pertanyaan :
Bolehkah penjual memiliki persekot tanpa si pembeli mengambil barang tersebut
? sedikitpun
Pon. Pes. Hidayatuth Thulab
Kamulan Trenggalek

Rumusan Jawaban :
Penjual boleh memiliki persekot tersebut jika janji itu dilaksanakan di luar aqad
( bahwa uang persekot itu dihibahkan apabila jual beli tidak jadi ).
Persekot ialah uang yang diberikan musytari kepada bai dengan perjanjian apabila
bai jadi, maka menjadi sebagian dari tsaman. Apabila bai tidak jadi, maka menjadi
hibah. Di dalam kitab fiqih disebut bai urbun.

Referensi :
) At-Tuhfah juz 4 hal 321-322 ( Daru Shodir
) Nihayatul Muhtaj juz 3 hal 476-477 ( Maktabah Mushthofa Al Baby Al Halaby
) Al-Majmu Syarah Muhadzhab juz 9 hal 335 ( Al Maktabah As Salafiyah

322-321 :

.4

.5

) (

) (
) (

477-476 :
) (
,
) ( ) (
) (


335 :
) ( .




.

.
.
Latar belakang mas-alah :

Seseorang menyewa tanah. Kemudian tanah itu disewakan lagi demi mendapatkan
keuntungan. Sebelum disewakan, tanah itu telah ditanami dan hasilnya mencapai
batas Nishob Zakat serta telah sampai satu tahun ( haul ).

Pon. Pes. Al Falah


Kedunglurah Trenggalek

Pertanyaan :

Apakah ia berkewajiban mengeluarkan zakat hasil bumi dan dagangannya /


? atau cukup salah satu saja

Rumusan Jawaban :

Wajib zakat kedua duanya jika pada waktu tamalluk ( menyewa ) ada
/ tujuan berdagang.

Referensi :
) Atturmusi juz 04 hal 27-28 ( Al Mathbaah Al Amiroh As Syarofiyah
) Hasyiyatul Jamal juz 2 hal 264-265 ( Darul Fikr
) Roudlotut Tholibin juz 02 hal 280 ( Maktabah Al Islamy

33.
34.


28-27 :
) ( ) (
) (
) (
....


.

.6 265-264 :
) ( ) ( ) (
) ( ) (





.

.7 280 :

.
Latar belakang mas-alah :

Pada tahun 1994 si A menyewakan sawahnya pada si B selama 7 garapan dengan


ongkos Rp. 75.000,00 setiap garapan. Belum sempat digarap oleh si B, si A telah
menambahkan lagi masa sewanya kepada si B selama 5 garapan dengan onhkos
Rp.80.000,00 tiap garapan. Kemudian pada tahun 1995 si A menjual sawah yang
telah disewakan tersebut pada orang lain. Padahal si B baru menggarap dua kali.
Karena merasa dirugikan, si B meminta kepada si A untuk menyewakan tanah lain
sebagai ganti sawah yang telah dijual. Atau kalau tidak bisa, maka si A harus
menganti ongkos sewa yang belum dipenuhi, sewanya sesuai dengan harga sewa
sekarang, yaitu Rp. 150.000,00 tiap garapan.

Pertanyaan :
? Betulkah tindakan si B tersebut
Kalau tidak, apakah yang harus dilakukan si B untuk mendapatkan
Pon. Pes. Al Falah
Ploso Mojo Kedir

k.
? Haknya

Rumusan Jawaban :
Tindakan si B tidak dibenarkan.
l.
Yang harus dilakukan oleh si B adalah meneruskan menggarap sawah
) bahkan bila si A ( sampai habis masa sewanya.Meneruskan aqod ijarohnya
tidak memperbolehkan maka si B berhak lapor kepada Hakim, dan Hakim harus
memaksa si A untuk menyerahkan sawah.

Referensi :
) Bughyatul Mustarsyidin hal 286 287 ( Darul Fikr

1.


287 286 :
) (





.
Latar belakang mas-alah :

10

Dalam proses peradilan di Indonesia, tugas pembela adalah meringankan hukuman


terdakwa atas tuduhan jaksa atau bahkan membebaskan, yang menjadi
permasalahan disini adalah manakala terdakwa tersebut memang benar-benar
orang yang bersalah.

Pertanyaan :
? Bagaimana hukumnya membela terdakwa yang jelas-jelas bersalah
Pon. Pes. Tarbiyatun Nasyiin
Pacul Gowang Jombang

Rumusan Jawaban :
Membela terdakwa yang jelas-jelas bersalah tidak boleh karena menghalanghalangi orang yang mengambil Hak. Kecuali meluruskan hukuman yang
semestinya, seperti ancaman hukuman tidak sesuai dengan perbuatan dan
orangnya.

Referensi :
) Isadur Rofiq juz 02 hal 138 ( Daru Ihyail Kutub Al Arobiyyah
) Faidlul Qodir juz 01 hal 525 ( Darul Marifat

2.

138 :
) ( ( , :
.
" :
,
, , :
, , " :
:
,
,
"
" .
, : ,
.
, .

.8


525 :
1069 ) ( 1070
, ) ( 3 ) (.
) ( ) (
, ,
. :
, .


.
Latar belakang mas-alah :

11

Sudah menjadi tradisi dan kebiasaan masyarakat awam dalam menyambut Hari
Raya menyediakan masakan yang istimewa. Untuk persiapan ini ada 50orang
mengumpulkan uang masing-masing Rp. 20.000.00 pada bulan Syawal, sehingga
terkumpul dana sebesar Rp. 1.000.000,00. Kemudian uang tersebut dipinjamkan
pada anggota yang membutuhkan dengan bunga 15 % perbulan. Lalu setelah
kembali,uang tersebut digunakan membeli seekor sapi berikut biaya
penyembelihannya yang kemudian dibagikan pada seluruh anggota .Dan bagi
anggota yang terlambat menyetorkan uang pada bulan Syawal, maka ia wajib
membayar uang iuran plus bunganya sebesar 15 % perbulan.

Pertanyaan :
Bagaimana hikumnya praktek tersebut, baik pengumpulan uang, peminjaman
? pembelanjaan dan pembagian daging
Pon. Pes. Al Falah
Ploso Mojo Kediri

Rumusan Jawaban :
Jika semua itu dikumpulkan satu akad maka tidak boleh. Karena akad Fasid. Jika
dipisah-pisahkan maka boleh, kecuali hutang yang mengandung bunga tersebut
dimasukkan dalam Aqod.

Referensi :
) Al Qulyubi juz 02 hal 258 ( Daru Ihyail Kutub Al Arobiyyah
) Ianatut Tholibin juz 03 hal 64 - 65( Darul Fikr
) Rowaiul Bayan juz 02 hal 229 ( Darul Fikr

3.
4.


258 :
) (



.
.9 65-64 :
) ( ) ( ,
) ( ,
" " , .
, , .
.10 65 :
: " "
: .
. ,
, , ) (
, ) ( :
: , ,

.11

: . :
: .
66 :
) ( :
.
, , .

You might also like