You are on page 1of 8

Laporan Pendahuluan Praktikum Rentang Gerak Sendi (ROM) dan Alat Bantu Jalan Oleh Oktiviana Isti Purwandani,

0806334224 Kelas D

A. RENTANG GERAK SENDI (ROM) 1. Pengertian tindakan Rentang gerak merupakan jumlah maksimum gerakan yang mungkin dilakukan sendi pada salah satu dari tiga potongan tubuh yaitu sagital, frontal dan transversal.Latihan rentang gerak sendi adalah latihan-latihan yang diberikan untuk mempertahankan fungsi sendi dan meningkatkan fungsi sendi yang berkurang karena proses penyakit, kecelakaan, atau tidak digunakan (Ellis, Nowlis, dan Bentz, 1996 dalam Panduan Praktikum KD1). Latihan gerak sendi dapat aktif (klien menggerakkan semua sendinya dengan rentang gerak tanpa bantuan), pasif (klien tidak dapat menggerakkan dengan mandiri dan perawat yang menggerakkan sendi dengan rentang gerak) atau berada diantaranya. 2. Tujuan Tindakan a) Mempertahankan fungsi mobilisasi sendi b) Memulihkan atau meningkatkan fungsi sendi dan kekuatan otot yang berkurang karena proses penyakit, kecelakaan, atau tidak digunakan. c) Mencegah komplikasi dari immobilisasi seperti atropi otot dan kontraktur d) Memepersiapkan latihan lebih lanjut 3. Kompetensi dasar lain yang harus dimiliki untuk melakukan tindakan Kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh klien dalam melakukan tindakan ini antara lain: a) Melakukan prosedur secara berurutan dan teratur mulai dari leher sampai kaki b) Tidak memegang sendi secara langsung namun memegang ekstremitas secara lembut pada bagian distal atau proksimal. Bila perlu memegang

sendi maka membuat telapak tangan seperti mangkuk dan meletakkannya dibawah sendi. c) Tidak memegang ekstremitas pada kuku kaki atau kuku tangan d) Melakukan prosedur dengan aman dan nyaman dan tahu batasan-batasan sendi e) Dapat mengintegrasikannya dengan aktivitas keperawatan lain seperti memandikan, memberikan penkes, dll. 4. Indikasi, kontraindikasi, dan komplikasi dari tindakan Tindakan ini diindikasikan pada klien yang mengalami penurunan fungsi sendi baik karena proses penyakit, kecelakaan atau tidak digunakan. Sedangkan kntraindikasi dari tindakan ini adalah: a) Klien dengan gangguan pada system kardiovaskuler dan pernapasan b) Pembengkakan dan peradangan sendi c) Cidera pada system musculoskeletal di sekitar sendi 5. Anatomi daerah yang akan menjadi target Persendian (artikulasi) menghubungkan tulang satu dengan lainnya yang memungkinkan terjadinya gerakan. Berdasarkan gerakannya, persendian dapat diklasifikasikan menjadi: (1) Sinartrosis: sendi yang tidak dapat digerakkan, misal sendi pada tulang tengkorak (2) Amfiartrosis : sendi dengan gerakan terbatas, misal sendi pada vertebra dan simfisis pubis (3) Diartrosis: sendi yang mampu digerakkan secara bebas, misal sendi peluru pada panggul, bahu; sendi engsel pada siku, lutut; sendi pelana, misal sendi pada ibu jari dengan telapak tangan. Berdasarkan materi jaringan ikat, sendi dapat diklasifikasikan menjadi: (1) Persendian Kartilago Persendian kartilago mempunyai sedikit pergerakan, tersusun atas kartilago hialin,dan didukung oleh ligament. Tipe persendian kartilago adalah sinkrondrosis, misal persendian antara tulang rusuk dengan sternum Simfisis, misal pada simfisis pubis

(2) Persendian Fibrosa Mempunyai permukaan kaku, dihubungkan oleh jaringan ikat fibrosa, dan memberikan stabilitas; misal persendian pada tulang cranial yang berdasarkan tingkat gerakan disebut sinartrosis. (3) Persendian Synovial. Persendi ini memudahkan gerakan tubuh dengan memperkecil gesekan antar tulang. Persendian synovial terletak di kapsul artikular, yang terdiri atas lapisan fibrosa atas (kapsul fibrosa: kasar) dan lapisan dalam (membran synovial: licin dan halus).

Membran synovial kaya akan sel dan kapiler, dibentuk dari sel fagosit dan sekretori. Sel sekretori memproduksi cairan synovial yang berisi air, protein, dan glukosa untuk mensuplai nutrisi pada kartilago. Kelebihan protein akan dikembalikan ke darah melalui sistem limfatik yang ada pada area ini. Cairan synovial berfungsi sebagai pelumas sendi dan ligamen yang memperkuat kapsul sendi. Selain itu, persendian synovial juga terdapat sistem saraf sensori sebagai sensasi nyeri jika terdapat reaksi inflamasi pada jaringan synovial. 6. Aspek keamanan dan keselamatan (safety) yang harus diperhatikan Aspek keamanan dan keselamatan sangat penting dan harus benar-benar mendapat perhatian khusus. Aspek keamanan dan keselamatan tidak hanya ditujukan untuk klien saja melainkan untuk perawat juga. Sebelum dan sesudah melakukan kontak dengan klien perawat diharuskan untuk mencuci tangan terlebih dahulu untuk menghindari penyebaran infeksi nosokomial. Selain itu

selama melakukan prosedur perawat tidak terlalu memaksakan pergerakan sendi dan harus tahu batasan rentanng gerak sendinya tersebut. Penggunakan restrain untuk klien juga akan mengurangi risiko jatuh akibat gerakan yang tak terkontrol. Selain menggunakan restrain ambularm juga bisa digunakan yaitu alat yang dipasanga dikaki dan akan berbubyi apabila kaki klien terangkat 45o diatas tempat tidurnya. Privacy klien juga harus diperhatikan dengan tidak memaparkan bagian yang sedang tidak dilakukan intervensi dan selalu memasng tirai agar klien tidak merasa malu. 7. Prosedur a) Mencuci tangan untuk mengontrol infeksi b) Mengidentifikasi klien c) Mempertahankan privacy klien d) Menjelaskan tujuan dan apa saja yanga kan dilakukan serta mengajak klien untuk bekerjasama. e) Membuat posisi tempat tidur yang memudahkan untuk bekerja f) Melakukan tindakan seperti yang terlampir pada Lampiran 1

B. ALAT BANTU JALAN 1. Pengertian tindakan Gerakan untuk berjalan merupakan suatu fungsi yang perlu untuk dibantu khususnya bagi klien yangb berada pada kondisi sakit atau di tempat tidur yang mengalami immobilisasi 2. Tujuan Tindakan a) Meningkatkan kekuatan otot, pergerakan sendi dan kemampuan mobilisasi b) Menurunkan risiko komplikasi immobilisasi c) Menurunkan ketergantungan klien terhadap orang lain d) Meningkatkan rasa percaya diri 3. Kompetensi dasar lain yang harus dimiliki untuk melakukan tindakan Perawat harus memberikan dukungan pada klien dengan melakukan aktivitas sehari-hari, menjaga posisi yang bbenar dan melakukan ROM sampai

mencapai batas kemampuan maksimal dengan tetap memperhatikan pembatasan sesuai dengan penyakit dan program pemulihan. 4. Indikasi, kontraindikasi, dan komplikasi dari tindakan Tindakan ini diindikasikan untuk klien yang berada pada tempat tidur 12 hari berturut-turut , klien yang menfgalami pembedahan, klien lansia, atau klien dengan immobilisasi cukup lama 5. Alat dan bahan yang digunakan Pemilihan alat tergantunga pada umur, diagnosa, koordinasi muscular dan kemampuan klien. Terdapat beberapa tingkatan alat bantu mobilisasi yaitu a) Tongkat (canes) Merupakan alat yang ringan, mudah dipindahkan sehinggi pinggang terbuat dari kayu atau logam. Digunakan untuk membantu menjaga keseimbangan, , diberikan untuk klien hemiparesi dan untuk menurunkan ketegangan karena kumpulan beban yang berat. Dirfekkomendasikan untuk klien dengan kelemahan kaki bilateral. Terdapat tiga tipe tongkat yaitu : Tongkat standar, digunakan untuk klien yang sedikit bantuan untuk berjalan Tongkat bertangkai, terdapat gagang untuk dipegang dan digunakan pada klien dengan kelemahan tangan. Tongakat segiempat, mempunyai 3 atau 4 kaki dan berguna bagi klien dengan parsial unilateral atau paralisis penuh pada kaki. b) Tongkat Penopang (Kruk) Terbuat dari kayu atau besi sepanjang ujung mencapai aksila terdapat tiga tipe kruk yaitu Kruk aksila, digunakan oleh semua golongan umur Kruk lofstrand/Karade, mempunyai 1 pegangan tangan dan lingkaran besi. Sangat berguna pada klien yang mengalami ketidakmampuan permanen seperti paraplegia. Kruk platform, digunakan untuk klien yang tidak mampu menahan berat di pergelangan tangannya. c) Walkers

Merupakan alat yang memiliki dasar yang lebar dan terdiri dari tangkai besi dengan pegangan tangan , 4 kaki yang kuat dan satu permukaan terbuka. 6. Anatomi daerah yang akan menjadi target

7. Aspek keamanan dan keselamatan (safety) yang harus diperhatikan Aspek ini harus diperhatikan dengan benar untuk menghindari kejadiankejadian yang tidak diinginkan seperti terjatuh ketika berlatih berjalan sehingga kontrol perawat mutlak diperlukan dalam latihan ini. Latihan yang rutin dapat membantu klien untuk segera menguasai pengguanaan alat bantu jalan. Aktivitas ini dilakukan secara bertahapm sehingga klien tidak merasa kaget begitu melatih otot-ototnya klembali. Selain itu hal yang utama dan merupakn perlindungan bagi perawat adalah cuci tangan serta dalam membantu klien dalam ambulasi perawat memperhatikan aspek posisi tubuhnya untuk menghindari posisi yang salah yang akan berisiko terjadinya cidera pada klien misalnya cidera punggung, dll.

8. Prosedur a) Mencuci tangan untuk mengurangi infeksi b) Menjelaskan alas an tindakan, mendemonstrasikan secara spesifik teknik berjalan kepada klien dan keluarga c) Menetapkan jarak ambulasi klien d) Merencanakan kisaran ambulasi dan aktivitas lain klien e) Menempatkan tempat tidur pada posisi rendah dan perlahan-lahan membentu klien bangun f) Mengecek BB dan TB sebelum memulai membantu ambulasi klien g) Meyakinkan ketinggian alat bantu sudah tepat dengan klien h) Membantu klien dengan menggunakan kruk dan memilih langkah yang tepat baik menggunakan teknik 4 langkah , 3 langkah, 2 langkah, langkah mengayun maupun mengayun berlebih.

i) Membantu klien dalam menaiki tangga dengan menggunakan kruk yaitu dengan: a. Memulai dengan posis tripod b. Memindahkan berat badan pada kedua kruk c. Memajukan kaki yang tidak cidera ke tangga d. Memposisika kedua kruk dan kaki yang tidak cidera pada tangga e. Mengulangi gerakan hingga klien mencapai tangga tertinggi. j) Memb klien menuruni tangga dengan menggunakan kruk dengan cara: a. Memulai pada posisi tripod b. Meminta klien memindahkan berat badan pada tungkai yang tidak mengalami cidera c. Menggerakkan kruk ke tangga dan menginstruksikan klien untuk memulai memindahkan beban berat badan ke kruk dan menggerakkan tungkai yang mengalami cidera ke depan d. Menggerakkan tungkai yang tidak cidera ke tangga dan memposisikan sejajar dengan kruk e. Mengurangi gerakkan sampai tangga terakhir k) Membantu klien dalam ambulasi dengan walker dengan cara: a. Berdiri di tengah-tengah walker dan memegang grips (pegangan pada batang yang lebih atas) b. Melangkah kedepan denngan walker c. Menggerakkan walker sekitar 15 cm dan menjaga berat badan pada kedua tungkai yang lain d. Mengulangi langkah-langkah

l) Membantu klien dalam ambulasi menggunakan tongkat yaitu dengan cara : a. Memulai dengan menempatkan tongkat pada sisi yang lemah. b. Menempatkan tongkat ke depan 15-25 cm dan menjaga berat badan pada kedua tungkai c. Menggerakkan sisi yang lemah untuk maju d. Memajukan tungkai melewati tongkat dengan kuat

e. Menggerakkan tungkai yang lemah ke depan rata dengan tungkai yang kuat f. Mengulangi langkah

You might also like