You are on page 1of 14

BAB I PENDAHULUAN

A. Pengantar Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan terlepas dengan suatu proses yang dinamakan interaksi sosial. Sebagai makhluk sosial manusia juga akan cenderung membentuk kelompok-kelompok tertentu demi mencapai tujuan yang diinginkan. Begitupun dalam kegiatan pembelajaran, manusia mempunyai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Tujuan pembelajaran yang ingin tercapai ini bisa diwujudkan melalui beberapa cara. Salah satunya yaitu demngan penggunaan metode pembelajaran yang efektif sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Tujuan pembelajaran kooperatif dan terpadu merupakan metode pembelajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut, sehingga menjadi suatu hal yang menarik untuk kami bahas dalam laporan tugas mata kuliah teori belajar dan pembelajaran ini. Model pembelajaran koopeeratif dan terpadu yang digunakan dalam pembahasan materi, kami menggunakan metode berstruktur dengan model berkirim salam dan soal untuk yang kooperatif, dan model pembelajaran keterpaduan untuk metode pembelajaran terpadu. Hal ini dikarenakan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dapat terlihata indikator kelulusannya melalui model tersebut untuk metode kooperatif dan terpadu. Jadi, model yang kami guakan ini bukan yang terbaik melainkan lebih tepat untuk digunakan pada materi yang akan dibahas.

BAB II ISI
A. Materi Sistem Politik Standar kompetensi yang terdapat dalam materi sistem politik yaitu menganalisis sistem politik di Indonesia. Dan kompetensi dasar yang ingin dicapai adalah mendeskripsikan perbedaan sistem politik di berbagai negara, dan mendeskripsikan supra struktur dan infra struktur politik di Indonesia. Sedangkan indikator kelulusan siswa dalam materi ini adalah menguraikan dinamika politik Indonesia, menunjukkan kelebihan dan kelemahan sistem politik yang di anut Indonesia, mendeskripsikan politik Indonesia dengan negara liberal dan komunis, mendeskripsikan pengertian sistim politik Indonesia, mendeskripsikan supra stuktur politik Indonesia, dan mendeskripsikan infra struktur politik. Materi pembelajaran dalam materi sistem politik ini adalah sistem politik Indonesia dan sistem politik di berbagai negara, dinamika politik Indonesia, sistem politik di negara liberal dan negara komunis, supra struktur dan infra struktur politik, pengertian sistem politik Indonesia, cara berpolitik melalui suprastruktur politik atau lembaga formal negara, dan infrastruktur kelompok kekuatan politik dalam masyarakat : (Partai politik, Kelompok kepentingan, Kelompok penekanan, dan Media komunikasi politik).

B. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative Learning merupakan istilah umum untuk sekumpulan strategi pengajaran yang dirancang untuk mendidik kerja sama kelompok dan interaksi antarsiswa. Strategi pembelajaran ini berlandaskan pada teori belajar Vygotsky (1978, 1986) yang menekankan pada interaksi sosial sebagai sebuah mekanisme untuk mendukung perkembangan kognitif. Selain itu, metode ini juga didukung oleh teori belajar information processing dan cognitive theory of learning. Dalam pelaksanaannya metode ini membantu siswa untuk lebih mudah memproses informasi yang diperoleh, karena proses encoding akan didukung dengan interaksi yang terjadi dalam

Pembelajaran Kooperatif. Pembelajaran dengan metode Pembelajaran Kooperatif dilandasakan pada teori Cognitive karena menurut teori ini interaksi bisa mendukung pembelajaran. Metode pembelajaran kooperatif learning mempunyai manfaat-manfaat yang positif apabila diterapkan di ruang kelas. Beberapa keuntungannya antara lain: mengajarkan siswa menjadi percaya pada guru, kemampuan untuk berfikir, mencari informasi dari sumber lain dan belajar dari siswa lain; mendorong siswa untuk mengungkapkan idenya secara verbal dan membandingkan dengan ide temannya; dan membantu siswa belajar menghormati siswa yang pintar dan siswa yang lemah, juga menerima perbedaan ini. Ironisnya, model pembelajaran kooperatif belum banyak diterapkan dalam pendidikan walaupun orang Indonesia sangat membanggakan sifat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat. Menurut Slavin pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru. Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan setting kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerjasama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi narasumber bagi teman yang lain. Jadi Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri: 1. untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif, 2. kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah, 3. jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap

kelompok terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula, dan 4. penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada perorangan. Dalam pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling tergantung satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan bersama. Menurut Ibrahim dkk. siswa yakin bahwa tujuan mereka akan tercapai jika dan hanya jika siswa lainnya juga mencapai tujuan tersebut. Untuk itu setiap anggota berkelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya. Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif didorong untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidaktidaknya tiga tujuan pembelajaran penting. Menurut Depdiknas tujuan pertama pembelajaran kooperatif, yaitu meningkatkan hasil akademik, dengan

meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademiknya. Siswa yang lebih mampu akan menjadi nara sumber bagi siswa yang kurang mampu, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Sedangkan tujuan yang kedua, pembelajaran kooperatif memberi peluang agar siswa dapat menerima temantemannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belajar. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial. Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud antara lain, berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya. Menurut Ibrahim, dkk. pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang positif untuk siswa yang hasil belajarnya rendah sehingga mampu memberikan peningkatan hasil belajar yang signifikan. Cooper mengungkapkan keuntungan dari metode pembelajaran kooperatif, antara lain:

1. siswa mempunyai tanggung jawab dan terlibat secara aktif dalam pembelajaran, 2. siswa dapat mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi, 3. meningkatkan ingatan siswa, dan 4. meningkatkan kepuasan siswa terhadap materi pembelajaran. Menurut Ibrahim, unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif sebagai berikut: 1. siswa dalam kelompok haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama, 2. siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu didalam kelompoknya, 3. siswa haruslah melihat bahwa semua anggota didalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama, 4. siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya, 5. siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok, 6. siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya, dan 7. siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

C. Metode Cooperative Learning yang Digunakan Metode cooperative learning yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran dalam materi Sistem Politik ini menurut kami adalah paling tepat dengan menggunakan metode berstruktur. Dan modelnya yaitu dengan menggunakan model berkirim salam dan soal. Jadi, disini siswa dipersilahkan untuk melakukan wawancara mengenai materi yang dipelajari kepada kelompok lain. Akan tetapi, ada tata caranya dalam melakukan wawancara tersebut. Yang pertama dilakukan oleh siswa adalah melakukan pembagian kelompok. Selanjutnya siswa secara bergiliran mendatangi kelompok dengan diawali melalui pemberian salam dari kelompok yang akan melakukan

wawancara atas materi dan dilanjutkan dengan melakukan wawancara. Hasil dari wawancara ini akan memberikan gambaran dari indikator yang dicapai oleh siswa pada materi tersebut.

D. Pengertian Integrated Learning


Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep merupakan pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi anak. Pembelajaran terpadu diyakini sebagai pendekatan yang berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak. Pembelajaran terpadu secara efektif akan membantu menciptakan kesempatan yang luas bagi siswa untuk melihat dan membangun konsep-konsep yang saling berkaitan. Dengan demikian, memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami masalah yang kompleks yang ada di lingkungan sekitarnya dengan pandangan yang utuh. Dengan pembelajaran terpadu ini siswa diharapkan memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi, mengumpulkan, menilai dan menggunakan informasi yang ada di sekitarnya secara bermakna. Hal itu dapat diperoleh tidak saja melalui pemberian pengetahuan baru kepada siswa melainkan juga melalui kesempatan memantapkan dan menerapkannya dalam berbagai situasi baru yang semakin beragam. Ditinjau dari cara memadukan konsep, keterampilan, topik, dan unit tematisnya, menurut seorang ahli yang bernama Robin Fogarty (1991) terdapat sepuluh cara atau model dalam merencanakan pembelajaran terpadu. Kesepuluh cara atau model tersebut adalah: (1) fragmented, (2) connected, (3) nested, (4) sequenced, (5) shared, (6) webbed, (7) threaded, (8) integrated, (9) immersed, dan (10) networked. Secara singkat kesepuluh cara atau model tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Fragmented Model fragmented ditandai oleh ciri pemaduan yang hanya terbatas pada satu mata pelajaran saja. Misalnya, dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, materi pembelajaran tentang menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dapat dipadukan dalam materi pembelajaran keterampilan berbahasa. Dalam proses pembelajarannya,

butir-butir materi tersebut dilaksanakan secara terpisah-pisah pada jam yang berbedabeda. 2. Connected Model connected dilandasi oleh anggapan bahwa butir-butir pembelajaran dapat dipayungkan pada induk mata pelajaran tertentu. Butir-butir pembelajaran kosakata, struktur, membaca dan mengarang misalnya, dapat dipayungkan pada mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Penguasaan butir-butir pembelajaran tersebut merupakan keutuhan dalam membentuk kemampuan berbahasa dan bersastra. Hanya saja pembentukan pemahaman, keterampilan dan pengalaman secara utuh tersebut tidak berlangsung secara otomatis. Karena itu, guru harus menata butir-butir pembelajaran dan proses pembelajarannya secara terpadu. 3. Nested Model nested merupakan pemaduan berbagai bentuk penguasaan konsep keterampilan melalui sebuah kegiatan pembelajaran. Misalnya, pada satuan jam tertentu seorang guru memfokuskan kegiatan pembelajaran pada pemahaman tata bentuk kata, makna kata, dan ungkapan dengan saran pembuahan keterampilan dalam mengembangkan daya imajinasi, daya berpikir logis, menentukan ciri bentuk dan makna kata-kata dalam puisi, membuat ungkapan dan menulis puisi. Pembelajaran berbagai bentuk penguasaan konsep dan keterampilan tersebut keseluruhannya tidak harus dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Keterampilan dalam mengembangkan daya imajinasi dan berpikir logis dalam hal ini disikapi sebagai bentuk keterampilan yang tergarap saat siswa memakai kata-kata, membuat ungkapan dan mengarang puisi. Penanda terkuasainya keterampilan tersebut dalam hal ini ditunjukkan oleh kemampuan mereka dalam membuat ungkapan dan mengarang puisi. 4. Sequenced Model sequenced merupakan model pemaduan topik-topik antarmata pelajaran yang berbeda secara paralel. Isi cerita dalam roman sejarah misalnya, topik pembahasannya secara paralel atau dalam jam yang sama dapat dipadukan dengan ikhwal sejarah perjuangan bangsa, karakteristik kehidupan sosial masyarakat pada periode tertentu maupun topik yang menyangkut perubahan makna kata. Topik-topik tersebut dapat dipadukan pembelajarannya pada alokasi jam yang sama.

5. Shared Model shared merupakan bentuk pemaduan pembelajaran akibat adanya overlapping konsep atau ide pada dua mata pelajaran atau lebih. Butir-butir pembelajaran tentang kewarganegaraan dalam PPKN misalnya, dapat bertumpang tindih dengan butir pembelajaran dalam Tata Negara, PSPB, dan sebagainya. 6. Webbed Selanjutnya, model yang paling populer adalah model webbed. Model ini bertolak dari pendekatan tematis sebagai pemadu bahan dan kegiatan pembelajaran. Dalam hubungan ini tema dapat mengikat kegiatan pembelajaran baik dalam mata pelajaran tertentu maupun lintas mata pelajaran. 7. Threaded Model threaded merupakan model pemaduan bentuk keterampilan misalnya, melakukan prediksi dan estimasi dalam matematika, ramalan terhadap kejadiankejadian, antisipasi terhadap cerita dalam novel, dan sebagainya. Bentuk threaded ini berfokus pada apa yang diesbut meta-curriculum. 8. Integrated Model integrated merupakan pemaduan sejumlah topik dari mata pelajaran yang berbeda, tetapi esensinya sama dalam sebuah topik tertentu. Topik evidensi yang semula terdapat dalam mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, Pengetahuan Alam, dan Pengetahuan Sosial, agar tidak membuat muatan kurikulum berlebihan cukup diletakkan dalam mata pelajaran tertentu, misalnya Pengetahuan Alam. Contoh lain, dalam teks membaca yang merupakan bagian mata pelajaran Bahasa Indonesia, dapat dimasukkan butir pembelajaran yang dapat dihubungkan dengan Matematika, Pengetahuan Alam, dan sebagainya. Dalam hal ini diperlukan penataan area isi bacaan yang lengkap sehingga dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan berbagai butir pembelajaran dari berbagai mata pelajaran yang berbeda tersebut. Ditinjau dari penerapannya, model ini sangat baik dikembangkan di SD. 9. Immersed Model immersed dirancang untuk membantu siswa dalam menyaring dan memadukan berbagai pengalaman dan pengetahuan dihubungkan dengan medan

pemakaiannya. Dalam hal ini tukar pengalaman dan pemanfaatan pengalaman sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran 10. Networke

Terakhir, model networked merupakan model pemaduan pembelajaran yang mengandaikan kemungkinan pengubahan konsepsi, bentuk pemecahan masalah, maupun tuntutan bentuk keterampilan baru setelah siswa mengadakan studi lapangan dalam situasi, kondisi, maupun konteks yang berbeda-beda. Belajar disikapi sebagai proses yang berlangsung secara terus-menerus karena adanya hubungan timbal balik antara pemahaman dan kenyataan yang dihadapi siswa. Selain pandangan Robin Fogarty di atas, Jacobs (1989) mengemukakan lima pilihan bentuk keterpaduan dalam kegiatan pembelajaran, yaitu: (a) discipline based, (b) parallel, (c) multidisciplinary, (d) interdisciplinary, dan (e) integrated. Secara ringkas kelima model tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Bentuk discipline based adalah bentuk keterpaduan yang bertolak dari mata pelajaran tertentu. Sebuah topik ekonomi misalnya dapat dihubungkan dengan masalah sosial politik dan ilmiah. 2. Bentuk parallel memadukan tema-tema yang sama dalam beberapa mata pelajaran. Bentuk ini mengondisikan tingkat keterpaduan yang kurang mendalam. 3. Bentuk multidisciplinary adalah bentuk pembelajaran sejumlah mata pelajaran secara terpisah melalui sebuah tema. 4. Bentuk interdisciplinary adalah bentuk pembelajaran yang

menggabungkan sejumlah mata pelajaran dalam sebuah tema. Kegiatan pembelajaran berlangsung dalam waktu yang bersamaan.
5. Bentuk integrated merupakan bentuk pembelajaran yang memadukan sebuah konsep dari sejumlah mata pelajaran melalui hubungan tujuan-tujuan, isi, keterampilan, aktivitas dan sikap. Dengan kata lain, bentuk pembelajaran integrated merupakan pembelajaran antar mata pelajaran yang ditandai oleh adanya pemaduan tujuan, kemampuan, sikap dari pelbagai mata pelajaran dalam topik tertentu secara utuh

E. Metode Integrated Learning yang Digunakan Model pembelajaran yang digunakan untuk membahas materi sistem politik berdasarkan metode pembelajaran terpadu, menurut kami sangat tepat dengan menggunakan model keterpaduan. Jadi, integrated merupakan pemaduan
sejumlah topik dari mata pelajaran yang berbeda, tetapi esensinya sama dalam sebuah topik tertentu. Topik evidensi yang semula terdapat dalam mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, Pengetahuan Alam, dan Pengetahuan Sosial, agar tidak membuat muatan kurikulum berlebihan cukup diletakkan dalam mata pelajaran tertentu, misalnya Pengetahuan Alam. Contoh lain, dalam teks membaca yang merupakan bagian mata pelajaran Bahasa Indonesia, dapat dimasukkan butir pembelajaran yang dapat dihubungkan dengan Matematika, Pengetahuan Alam, dan sebagainya. Dalam hal ini diperlukan penataan area isi bacaan yang lengkap sehingga dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan berbagai butir pembelajaran. Dengan menggunakan medel keterpaduan, dapat dilihat apakah siswa sudah mancapai indikator kelulusan atau belum. Jadi, model keterpaduan ini menurut kami sangat cocok dalam materi sistem politik.

BAB III ANALISIS


A. Analisis Metode Cooperative Learning yang Digunakan Model pembelajaran kooperatif yang digunakan yaitu struktural dan dilakukan melalui berkirim salam dan soal mampu memperlihatkan apakah siswa telah mencapai indikator kelulusan atau belum. Dengan menggunakan model berkirim salam dan soal, siswa diberikan kesempatan untuk menanyakan materi kepada temannya dan mampu melatih kemampuan verbal mereka. Dengan hasil bertanya melalui wawancara ini siswa dapat memahami secara bersama atas matri sistem politik. Jadi, tidak hanya menguntungkan satu pihak melainkan kedua belah pihak. Dan keberhasilan dari model inilah yang nantinya akan memperlihatkan indikator kelulusan siswa.

B. Analisis Metode Integrated Learning yang Digunakan Model yang digunakan untuk membahas materi sistem politik ini adalah metode pembelajaran terpadu yang menggunakan model keterpaduan. Hal ini dikarenakan model ini merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan
pendekatan antar mata pelajaran. Model ini diusahakan dengan cara menggabungkan mata pelajaran dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan menentukan keterampilan, konsep, dan sikap yang saling tumpang tindih di dalam beberapa mata pelajaran. Berbeda dengan model jaring laba-laba yang menuntut pemilihan tema dan pengembangannya sebagai langkah awal, maka dalam model keterpaduan tema yang terkait dan bertumpang tindih merupakan hal yang terakhir yang ingin dicari dan dipilih oleh guru dalam tahap perencanaan program. Pertama guru menyeleksi konsep-konsep, keterampilan dan sikap yang diajarkan dalan satu semester dari beberapa mata pelajaran, selanjutnya dipilih beberapa konsep, keterampilan dan sikap yang memiliki keterhubungan yang erat dan tumpang tindih di antara berbagai mata pelajaran.

Model keterpaduan ini memiliki kekuatan yang antara lain:

1. Memudahkan siswa untuk mengarahkan keterkaitan dan keterhubungan di antara berbagai mata pelajaran. 2. Memungkinkan pemahaman antar mata pelajaran dan memberikan penghargaan terhadap pengetahuan dan keahlian. 3. Mampuh membangun motivasi. Akan tetapi, model ini memiliki kelemahan model pula, yaitu sebagai berikut: 1. Model ini model yang sangat sulit diterapkan secara penuh. 2. Model ini menghendaki guru yang trampil, percaya diri dan menguasai konsep, sikap dan keterampilan yang sangat diprioritaskan. 3. Model ini menghendaki tim antar Mata pelajaran yang terkadang sulit
dilakukan, baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan.

BAB IV PENUTUP
Berdasarkan pembahasan yang menarik mengenai metode pembelajaran kooperatif dan terpadu dalam materi sistem politik, maka kami berkesimpulan sebagai berikut : 1. Pelaksanaan dan pemilihan metode pembelajaran kooperatif dan terpadu harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. 2. Aturan main atau rencana dalam pelaksanaan metodenya harus jelas. 3. Diperlukan keseriusan dari seorang guru dalam menyiapkan segala kebutuhan untuk pelaksanaan metode tersebut. 4. Dibutuhkan kerja sama antara siswa beserta guru demi tercapainya tujuan pembelajaran.

LAPORAN TUGAS MATA KULIAH TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

Oleh : Anissa Dian Fairus (411509) Muhamad Dadang Nurfalah (4115092360)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN JURUSAN ILMU SOSIAL POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

You might also like