You are on page 1of 13

MAKALAH GIZI MATERNAL KEK PADA IBU HAMIL

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Gizi Maternal Oleh : Kelompok 1

Anis Karomah : 109101000078 Heni Sholatia Lubis : 1091010000 Nur Najmi Laila : 109101000085 Uus Sugiana : 1091010000 Yenny Awaliyah : 109101000008

Dosen : Ibu Farihah Sulasiah

PEMINATAN GIZI KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2012 M/1433 H

BAB I PENDAHULUAN Gizi seimbang adalah pola konsumsi makanan sehari-hari yang sesuai dengan kebutuhan gizi setiap individu untuk hidup sehat dan produktif. Setiap orang harus mengkonsumsi minimal satu jenis bahan makanan dari tiap-tiap golongan bahan makanan (sumber karbohidrat, hewani, nabati, sayur, buah) dalam sehari dengan jumlah yang mencukupi . Empat masalah gizi utama di Indonesia yaitu Kekurangan Energi Protein (KEP), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), Kekurangan Vitamin A (KVA), dan Anemia Gizi Besi (AGB). Di Indonesia banyak terjadi kasus KEK (Kekurangan Energi Kronis) terutama disebabkan karena adanya ketidakseimbangan asupan gizi, sehingga zat gizi yang dibutuhkan tubuh tidak tercukupi. Angka Kecukupan Energi (AKE) adalah rata-rata tingkat konsumsi energi dari pangan yang seimbang dengan pengeluaran energi pada kelompok umur, jenis kelamin, ukuran tubuh (berat) dan tingkat kegiatan fisik agar hidup sehat dan dapat melakukan kegiatan ekonomi dan sosial yang diharapkan. Kehamilan menyebabkan banyak tuntutan gizi yang mengandung kebutuhan paling penting yang disebabkan oleh bayi yang belum lahir, untuk ibu hamil AKE termasuk kebutuhan energi untuk pertumbuhan janin dan cadangan energi . Status gizi ibu hamil merupakan salah satu indikator dalam mengukur status gizi masyarakat. Jika masukan gizi untuk ibu hamil dari makanan tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh maka akan terjadi defisiensi zat gizi. Kekurangan zat gizi dan rendahnya derajat kesehatan ibu hamil masih sangat rawan. Hal ini ditandai masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) yang disebabkan oleh perdarahan karena anemia gizi dan Kekurangan Energi Kronik (KEK) selama masa kehamilan. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII yang berlangsung di Jakarta 17-19 Mei 2004 menyebutkan bahwa salah satu masalah gizi di Indonesia adalah bahwa masih tingginya Angka Kematian bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) dan balita merupakan akibat masalah gizi kronis (Moehji, 2003 : 14). Berbagai penelitian menunjukkan bahwa status gizi ibu tidak hanya memberikan dampak negatif terhadap status kesehatan dan resiko kematian dirinya, tetapi juga terhadap kelangsungan hidup dan perkembangan janin yang dikandungnya dan lebih jauh lagi terhadap pertumbuhan janin tersebut sampai usia dewasa. Ibu hamil yang menderita KEK mempunyai risiko kematian ibu mendadak pada masa perinatal atau risiko melahirkan bayi dengan berat

lahir rendah (BBLR). Pada keadaan ini banyak ibu yang meninggal karena perdarahan, sehingga akan meningkatkan angka kematian ibu dan anak (Chinue, 2009).

BAB II PEMBAHASAN A. Definisi KEK pada ibu hamil Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan di mana seseorang mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau menahun. Risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan di mana seseorang mempunyai kecenderungan menderita KEK. Seseorang dikatakan menderita risiko KEK bilamana LILA (Lingkar Lengan Atas) <23,5 cm (Chinue, 2009). LILA adalah suatu cara untuk mengetahui risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) wanita usia subur termasuk remaja putri. Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek. Status gizi yang buruk (KEK) sebelum dan selama kehamilan akan menyebabkan ibu melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah. Di samping itu, akan mengakibatkan anemia pada bayi baru lahir, mudah terinfeksi, abortus terhambatnya pertumbuhan otak janin (Supariasa, 2002). Ibu KEK adalah ibu yang mempunyai kecenderungan menderita KEK. Untuk memastikan seorang ibu berisiko KEK, maka ibu tersebut perlu diperiksa LILA dan Indeks Masa Tubuh (IMT) sebelum hamil. Ibu yang mempunyai ukuran LILA <23,5 cm dan IMT ( Indeks Masa Tubuh) merupakan hasil pembagian berat badan dalam kg dengan kuadrat tinggi badan dalam meter < 17,0 beresiko terkena KEK. (AsAd, 2002). Ibu hamil dengan resiko KEK diperkirakan akan melahirkan bayi BBLR. Bila bayi lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) akan mempunyai resiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan, dan gangguan perkembangan anak. Untuk mencegah resiko KEK pada ibu hamil sebelum kehamilan wanita usia subur sudah harus mempunyai gizi yang baik, misalnya dengan LILA tidak kurang dari 23,5 cm. Apabila LILA ibu sebelum hamil kurang dari angka tersebut, sebaiknya kehamilan ditunda sehingga tidak beresiko melahirkan BBLR. Ibu hamil dengan KEK pada batas 23 cm mempunyai resiko 2,0087 kali untuk melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu yang mempunyai LILA lebih dari 23 cm.

B. Faktor-faktor yang menyebabkan KEK pada ibu hamil Gizi dipengaruhi oleh faktor langsung dan tidak langsung. Langsung meliputi infeksi dan asupan makanan. Sedangkan faktor tidak langsung melipti persediaan pangan keluarga, pendidikan, dan pengetahuan ibu, pendapatan, sanitasi lingkungan, dan pelayanan kesehatan ( Soekirman, 2000) a. Faktor Langsung 1. Infeksi Kekurangan Energi Kronis (KEK) merupakan akibat interaksi antara beberapa factor, tetapi yang paling utama adalah akibat konsumsi makanan yang kurang memadai, baik kualitas maupun kuantitas, dan adanya penyakit yang sedang di derita (Beck, 1995). Antara status gizi dan infeksi terdapat interaksi yang bolak balik. Infeksi dapat mengakibatkan gizi kurang melalui berbagai mekanisme. Infeksi yang akut mengakibatkan kurangnya nafsu makan dan toleransi terhadap makanan. Orang yang mengalami gizi kurang mudah terserang penyakit infeksi ( Suharjo, 1999) Menurut Pudjiadi (2000), terdapat interaksi sinergis antara malnutrisi dan infeksi. Sebab malnutrisi disertai infeksi pada umumnya mempunyai konsekuensi yang lebih besar dari pada malnutrisi sendiri. Infeksi derajat apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Malnutrisi, walaupun masih ringan mempunyai pengaruh negattif pada daya tahan terhadap infeksi.

2. Asupan Makanan Asupan makanan adalah jenis dan banyaknya makanan yang dimakan seseorang yang dapat diukur dengan jumlah bahan makanan atau energy dan zat gizi. Salah satu faktor penting yang mendasar timbulnya masalah gizi kurang adalah perilaku asupan makanan ( Suhardjo, 1999). Pada dasarnya, makanan yang dikonsumsi berfungsi untuk mempertahankan kehidupan manusia, yaitu sebagai sumber energy dan pertumbuhan, serta penggant jaringan atau sel tubuh yang rusak ( Muhtadi, 1993). Tingkat asupan makanan akan mempengaruhi keadaan gizi. Tingkat asupan ditentukan oleh kualitas dan kuantitas hidangan. Kualitas hidangan menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh di dalam susunan hidangan.

Kuantitas menunjukkan jumlah masing-masing zat gizi terhadap kebutuhan yang rusak( Sediaotema, 1996 ). Asupan makan seseorang dipengaruhi oleh kebiasaan makan dan ketersediaan pangan dalam keluarga. Kebiasaan makan adalah kegiatan yang berkaitan dengan makanan menurut tradisi setempat. Kegiatan itu melipti hal-hal seperti : bagaimanan pangan diperoleh, apa yang dipilih, bagaimana menyiapkannya, siapa yang memakan, dan berapa banyak yang dimakannya ( Suhardjo, 1999) b. Faktor Tidak Langsung 1. Ketersediaan Pangan Keluarga Ketersediaan pangan keluarga adalah kemampuan untk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup, baik jumlah mapun mtu gizinya (depkes, 2000). Ketahanan pangan keluarga terkait dengan ketersediaan pangan (baik dari hasil produksi sendiri, dari pasar, atau sumber lain), harga pangan dan daya beli keluarga, serta pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan. 2. Pendidikan Pendidikan ibu memberi pengaruh terhadap perilaku kepercayaan diri dan tanggung jawab dalam memilih makanan. Seseorang yang berpendidikan tinggi tidak memperhatikan tentang pantangan atau makanan tabu terhadap konsumsi bahan makanan yang ada ( Singarimbun, 1998). Tingkat pendidikan yang rendah mempengaruhi penerimaan informasi, sehingga pengetahuan terbatas. Pada masyarakat dengan pendidikan rendah akan lebih kuat mempertahakan tradisi- tradisi yang berhubungan dengan makanan, sehingga sulit untuk menerima pembaharuan di bidang gizi( singarimbun,1998). 3. Pengetahuan Tingkat pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku sebagai hasil karya menengah dari pendidikan kesehatan selanjutnya. Perilaku kesehatan akan berpengaruh keadaan meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai kelaran pendidikan kesehatan (Notoatmojo,1993). Pengetahuan dibagi menjadi dua, yait penegtahuan yang didapat dari pengalaman dan pengetahuan yang di dapat dari keterangan. Pengetahuan yang didapat dari pengalaman disebut pengetahuan pengalaman (knowledge). Sedangkan pengetahuan yang didapat dari keteragan disebt ilmu pengetahuan (Notoatmodjo,1993).

Pengetahuan juga di pengaruhi oleh kebudayaan. Karena kebudayaan plalah yang member corak pengalaman individu-individu yang menjadi anggota kelompok masyarakat asuhannya (Answar, 1997). Sedangkan media massa adalah sarana komunikasi, mempunyai pengaruh besar dalam penentuan opini seseorang. Adanya informasi akan mempengaruhi sesuatu hal memberikan landasan kognitif beru bagi terbentuknya sikap hal tersebut (Answar,1997). 4. Pendapatan Keluarga Tingkat pendapatan keluarga menentukan bahan makaan yang dikonsumsi oleh keluarga tersebut. Semakin rendah pendapatan, semakin besar persentase yang digunakan untuk membeli bahan makanan, dan semakin tinggi pendapatan, maka persentase yang dignakkan untuk membeli bahan makanan semakin keci ( Berg, 1986). Pola pembelanjaan makanan antara kelompok miskin dan kaya tercemin dalam kebiasaan pengeluaran. Di Negara miskin, sebagian besar pebelanjaan di alokasikan untuk makanan. Pendapatan merupakan factor yang paling menentukan kualitas dan kuantitas makanan (Berg, 1986). 5. Santasi Lingkungan dan Sarana Kesehatan Sanitasi lingkungan dan pelayanan kesehatan adalah tersedianya air bersih dan saranan kesehatan yang terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan (Soekiman,2000). Makin dekat jangkauan keluarga terhadap pelayanan dan sarana kesehatan, ditambah dengan pemahaman ibu tentang kesehatan, makan makin kecil resiko anak terkena penyakit dan kekurangan gizi. Semakin tinggi pengetahuan masyarakt tentang pentingnya sanitasi lingkungan, akan meningkatkan usaha masyarakat untk menjaga kesehatan individ, keluarga, dan lingkngan. Apabila sanitasi lingkungan terjaga dengan baik, maka kemungkinan timbulnya penyakit infeksi dapat berkurang (Soekiman,2000). Tabel angka kebutuhan gizi ibu hamil dibandingkan dengan wanita dewasa.

C. Angka kecukupan gizi yang dianjurkan (per orang per hari)

Sumber: Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VIII Tahun 2004 D. Penilaian status gizi ibu hamil Status gizi ibu hamil dapat diketahui melalui pengukuran secara antropometri yaitu dengan mengukur Lingkar Lengan Atas (LILA) ibu sebelah kiri. Pengukurann LILA adalah suatu cara untuk mengetahui risiko kekurangan energi protein (KEP) wanita usia subur (WUS). Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek. Pengukuran LILA digunakan karena pengukurannya sangat mudah dan dapat dilakukan oleh siapa saja. Ambang Batas LILA WUS dengan risiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm atau di bagian merah pita LILA, artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK dan diperkirakan akan melahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR). BBLR mempunyai risiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan dan gangguan perkembangan anak.

Hasil pengukuran LILA ada dua kemungkinan yaitu kurang dari 23,5 cm dan lebih dari 23,5 cm. Apabila hasil pengukuran < 23,5 cm berarti risiko KEK dan anjuran atau tindakan yang perlu dilakukan adalah dengan makan cukup dengan pedoman umum gizi seimbang, hidup sehat, tunda kehamilan, bila hamil segera dirujuk sedini mungkin. Apabila hasil pengukuran >23,5 cm maka anjuran yang diberikan adalah pertahankan kondisi kesehatan, hidup sehat, bila hamil periksa kehamilan kepada petugas kesehatan. Skema tindak lanjut pengukuran LILA

Sumber: Supariasa, 2001

E. Akibat kekurangan gizi pada ibu hamil Menurut Lubis (2003), bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan menimbulkan masalah, baik pada ibu, janin dan terhadap proses persalinan yaitu: 1) Terhadap ibu Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan risiko dan komplikasi pada ibu antara lain: anemia, perdarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal dan mudah terkena infeksi. 2) Terhadap persalinan Pengaruh gizi terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan 16 sebelum waktunya (prematur), perdarahan setelah persalinan, serta persalinan dengan operasi cenderung meningkat. 3) Terhadap Janin Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus pada bayi, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam kandungan), bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR). F. Dampak KEK pada ibu hamil Berat lahir bayi salah satunya ditentukan oleh keadaan gizi ibu hamil yang dapat terlihat dari ukuran tubuh ibu hamil yang berat badannya kecil diantara ibu-ibu

dengan tinggi badan yang sama cenderung akan melahirkan bayi yang besar (Johana, 1990). Ibu hamil yang mempunyai status gizi baik sebelum dan selama kehamilannya mempunyai peranan yang sangat penting terhadap pertumbuhan janin yang berada di dalam kandungannya. Selain itu konsumsi makanan ibu hamil pada trimester terakhir

kehamilannya sangat mempengaruhi pertumbuhan janin dengan cepat (Husaini dan Husaini, 1987). Status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Menurut Nasution (1988) yang dikutip oleh Zulhaida Lubis (2003), kebutuhan energi untuk kehamilan yang normal perlu tambahan kira-kira 80.000 kalori selama masa kurang lebih 280 hari. Hal ini berarti perlu tambahan ekstra sebanyak kurang lebih 300 kalori setiap hari selama hamil.

Salah satu masalah gizi yang dialami oleh ibu hamil adalah Kurang Energi Kronis (KEK), ibu hamil yang KEK kemungkinan akan berdampak melahirkan bayi berat lahir rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil yang menderita KEK mempunyai risiko sebesar 2,32 kali lebih besar untuk melahirkan bayi BBLR dibandingkan ibu yang mempunyai status gizi normal1, selain BBLR dampak ibu hamil yang menderita KEK adalah pertumbuhan dan perkembangan otak janin yang terhambat sehingga mempengaruhi kecerdasan anak di kemudian hari dan kemungkinan premature2, selain itu ibu yang mengalami KEK akan beresiko keguguran dan gangguan kekuatan rahim mengeluarkan anak dan perdarahan postpartum3. Ibu hamil yang menderita KEK mempunyai risiko mengalami kesakitan yang lebih besar terutama pada trimester ketiga kehamilannya. Di samping itu, ibu hamil yang KEK juga akan mengalami kesulitan persalinan dan apabila mampu selamat akan melalui masa pasca persalinan yang sulit karena lemah dan mudah mengalami gangguan kesehatan4. Selain itu wanita yang menderita malnutrisi sebelum hamil atau selama minggu pertama kehamilan cenderung melahirkan bayi yang menderita kerusakan otak dan sumsum tulang, karena system saraf pusat sangat peka pada 2-5 minggu pertama. ibu penderita malnutrisi sepanjang minggu terakhir kehamilan akan melahirkan bayi yang berat badan rendah (<2500 g) karena jaringan lemak banyak ditimbun selama trimester III5.

Lilik Hidayanti dan Fitriyah Zulfa. Perbedaan berat lahir bayi berdasarkan status gizi dan status anemia ibu hamil trimester III (studi kasus di puskesmas cihideung kota tasikmalaya. 2 Sri Mulyaningrum. Faktor-faktor yang berhubungan dengan risiko kurang energi kronis (KEK) pada ibu hamil di Provinsi DKI Jakart. 3 Eva Elya Sibagariang. 2010. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta : Trans info media. hal 145 4 Lilik Hidayanti dan Fitriyah Zulfa. Perbedaan berat lahir bayi berdasarkan status gizi dan status anemia ibu hamil trimester III (studi kasus di puskesmas cihideung kota tasikmalaya. 5 Arisman. 2004. Buku Ajar Ilmu Gizi Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC. hal 12

BAB III KESIMPULAN Kekurangan Enregi Kronis (KEK) adalah keadaan ibu hamil dan wanita usia subur (WUS) yang kurang gizi diakibatkan kekurangan asupan energy dan protein yang berlangsung terus menerus yang dapat mengakibatkan timbulnya gangguan penyakit tertentu. Penderita KEK mempunyai resiko melahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR) lebih tinggi dibandingkan dengan WUS normal dan menurut Depkes 2002 sekitar 50,9% ibu hamil KEK menderita anemia gizi sebagai salah satu penyebab tingginya kematian ibu. Untuk mengetahui apakah ibu hamil atau WUS berisiko terkena KEK maka bisa dilihat dari ukuran lingkar lengan atas (LILA) yakni jika < 23,5 cm maka berisiko menderita KEK. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan KEK yaitu seperti halnya faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi seseorang yaitu terdapat faktor langsung dan faktor tidak langsung. Faktor langsung yakni faktor yang mempengaruhi langsung terhadap status gizi seseorang diantaranya fakor penyakit infeksi dan asupan makanan sedangkan faktor tidak langsung yakni faktor yang tidak langsung mempengaruhi status gizi seseorang namun memiliki pengaruh yang signifikan diantaranya ketersediaan pangan keluarga, pendidikan,

pengetahuan, pendapatan keluarga dan santasi lingkungan dan sarana kesehatan. Kebutuhan gizi ibu hamil sangat berbeda dengan kebutuhan gizi orang normal karena ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang lebih banyak dari kebutuhan normal. Selain untuk memenuhi kebutuhan si ibu juga untuk memenuhi kebutuhan janin sehingga membutuhkan zat gizi yang lebih dari kebutuhan normal. Janin memperoleh makanan dari asupan si ibu sehingga ibu harus mengkonsumsi makanan yang bergizi dan tidak boleh kurang dari kebutuhan. Jika asupan zat gizi ibu sudah cukup dan seimbang maka janin akan memperoleh apa yang ia butuhkan. Hal ini dapat menghindari ibu dari resiko terkena KEK sehingga akan terhindar pula dari resiko melahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR).

DAFTAR PUSTAKA Supariasa, 2001 Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VIII Tahun 2004, Angka Kecukupan Gizi Mulyaningrum, Sri. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kekurangan Enegi Kronik pada Ibu Hamil 2009:Universitas Indonesia. Nur Agustian, Efrinita. Hubungan antara Asupan Protein dengan Kekurangan Enegi Kronik pada Ibu Hamil di Kecamatan Jebres Surakarta diakses dari

http://eprints.uns.ac.id/130/1/167080309201010381.pdf pada tanggal 12 April 2012 http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/21/jtptunimus-gdl-s1-2008-sriharsini-1012-2bab2.pdf Hidayanti , Lilik dan Fitriyah Zulfa. Perbedaan berat lahir bayi berdasarkan status gizi dan status anemia ibu hamil trimester III (studi kasus di puskesmas cihideung kota tasikmalaya Sibagariang, Eva Elya. 2010. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta : Trans info media. hal 145 Arisman. 2004. Buku Ajar Ilmu Gizi Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC. hal 12

You might also like