You are on page 1of 197

Kompilasi Kajian Pemikiran Islam 4

4/26/2012

Maktabah Jamalul Ulum

1|P ag e
Judul Penyusun Penyusunan : Kompilasi Kajian Pemikiran Islam 4 : alif fikri : April 2012

Perhatian:
E-book ini bertujuan untuk kepentingan penyebaran ilmu dan dawah semata, bukan untuk diperjualbelikan atau tujuan komersial lainnya.


5 Jumadil Akhir 1433 H/ 26 April 2012 M

2|P ag e

Daftar Isi

Perjalanan Hidup Manusia___________________________________________________4


Iman Santoso, Lc

Wasiat Imam Syafi'i Kepada Pendidik_____________________________________15


Zulhamdi M. Saad, Lc Samson Rahman, MA Ulya Fikriyati

Intelektual Sontoloyo_______________________________________________________17 Athif al-Iraqi: Telaah Filsafat Ibnu Rusyd untuk Pencerahan___________21 Salafi, Ja'far, dan Gerakan Radikal_________________________________________39
Tohir Bawazir Tri Putranto

Sebuah Agama Bernama Pluralisme________________________________________48 Islam dan Barat dalam Tinjauan Sejarah___________________________________52
Mardiatos Tanjung

Buah Ma'rifatullah___________________________________________________________89
KH. Abdullah Gymnastiar KH. Abdullah Gymnastiar Anis Matta, Lc.

Karunia Hidayah_____________________________________________________________92 Biar Kuncupnya Jadi Bunga_________________________________________________96 Kematian Hati______________________________________________________________100


KH. Rahmat Abdullah

Arti Sebuah Obrolan_______________________________________________________104


Musyaffa AbdurRahim, Lc. Ahmad Dumyathi Bashori Untung Wahono Untung Wahono M. Syamsi Ali

Belajar dari Politik Erdogan_______________________________________________109 Ragam Serangan dan Ragam Pertahanan_________________________________114 Sistem Pertahanan Semesta_______________________________________________120 Rasulullah dan Perubahan Sosial__________________________________________127 Gairah Cinta dan Kelesuan Ukhuwwah____________________________________134
KH. Rahmat 'Abdullah

3|P ag e

Hakikat Kepemimpinan____________________________________________________142
Drs. H. Ahmad Yani Thoriq

Sikap 'Ulama di Hadapan Penguasa______________________________________148 Merindukan Pemimpin yang Sederhana__________________________________153


Teuku Zulkhairi

Taujih Ustadz Mahdi 'Akif_________________________________________________158 Budidaya Malu Dikikis Habis Gerakan Syahwat Merdeka_______________166
Taufiq Ismail Suswono

Kelaparan dan Disfungsi Negara__________________________________________179 Penyebab Rusaknya Ilmu__________________________________________________184


Shohib Khoiri Rifqi Fauzi

Fundamentalisme dan Kegagalan Liberalisme___________________________188 Intermezzo: Kenapa Ayam Menyeberang Jalan?_________________________194

4|P ag e

Perjalanan Hidup Manusia


Oleh: Iman Santoso, Lc

dakwatuna.com Kehidupan manusia merupakan perjalanan panjang, melelahkan, penuh liku-liku, dan melalui tahapan demi tahapan. Berawal dari alam arwah, alam rahim, alam dunia, alam barzakh, sampai pada alam akhirat yang berujung pada tempat persinggahan terakhir bagi manusia, surga atau neraka. Al-Quran dan Sunnah telah menceritakan setiap fase dari perjalanan panjang manusia itu.

Al-Quran diturunkan Allah swt. kepada Nabi Muhammad saw. berfungsi untuk memberikan pedoman bagi umat manusia tentang perjalanan (rihlah) tersebut. Suatu rihlah panjang yang akan dilalui oleh setiap manusia, tanpa kecuali. Manusia yang diciptakan Allah swt. dari tidak ada menjadi ada akan terus mengalami proses panjang sesuai rencana yang telah ditetapkan Allah swt.

Saat ini ada dua teori yang menyesatkan orang banyak. Al-Quran dengan tegas membantah teori itu. Pertama, teori yang mengatakan manusia ada dengan

5|P ag e

sendirinya. Di bantah Al-Quran dengan hujjah yang kuat, bahwa manusia ada karena diciptakan oleh Allah swt. Kedua, teori yang mengatakan manusia ada dari proses evolusi panjang, yang bermula dari sebangsa kera kemudian berubah menjadi manusia. Teori ini pun dibantah dengan sangat pasti bahwa manusia pertama adalah Adam as. Kemudian selanjutkannya anak cucu Adam as. diciptakan Allah swt. dari jenis manusia itu sendiri yang berasal dari percampuran antara sperma lelaki dengan sel telur wanita, maka lahirlah manusia.

Rasulullah saw. semakin mengokohkan tentang kisah rihlatul insan. Disebutkan dalam beberapa haditsnya. Jadilah kamu di dunia seperti orang asing atau orang yang sedang musafir (HR Bukhari). Dalam hadits lain: Untuk apa dunia itu bagiku? Aku di dunia tidak lebih dari seorang pengendara yang berteduh di bawah pohon, kemudian pergi dan meninggalkannya (HR At-Tirmidzi).

Alam Arwah

Manusia merupakan makhluk terakhir yang diciptakan Allah swt. setelah sebelumnya Allah telah menciptakan makhluk lain seperti malaikat, jin, bumi, langit dan seisinya. Allah menciptakan manusia dengan dipersiapkan untuk menjadi makhluk yang paling sempurna. Karena, manusia diciptakan untuk menjadi khalifah (pemimpin) di muka bumi dan memakmurkannya.

Persiapan pertama, Allah mengambil perjanjian dan kesaksian dari calon manusia, yaitu ruh-ruh manusia yang berada di alam arwah. Allah mengambil sumpah kepada mereka sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran: Dan (ingatlah), ketika

Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): Bukankah Aku ini Tuhanmu? Mereka menjawab: Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:

6|P ag e

Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan). (Al Araf: 172).

Dengan kesaksian dan perjanjian ini maka seluruh manusia lahir ke dunia sudah memiliki nilai, yaitu nilai fitrah beriman kepada Allah dan agama yang lurus. Maka

hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Ar-Ruum: 30). Rasulullah saw. bersabda: Setiap anak dilahirkan
secara fitrah. Maka kedua orang tuannya yang menjadikan Yahudi atau Nashrani atau Majusi. (HR. Bukhari)

Alam Rahim

Rihlah pertama yang akan dilalui manusia adalah kehidupan di alam rahim: 40 hari
berupa nutfah, 40 hari berupa alaqah (gumpalan darah), dan 40 hari berupa

mudghah (gumpalan daging), kemudian ditiupkan ruh dan jadilah janin yang
sempurna. Setelah kurang lebih sembilan bulan, maka lahirlah manusia ke dunia.

Allah swt. berfirman: Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu

7|P ag e

dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. (Al-Hajj: 5)

Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya seseorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya 40 hari nutfah, kemudian alaqoh selama hari yang sama, kemudian mudghoh selama hari yang sama. Kemudian diutus baginya malaikat untuk meniupkan ruh dan ditetapkan 4 kalimat; ketetapan rizki, ajal, amal, dan sengsara atau bahagia. (HR Bukhari dan Muslim)

Seluruh manusia di dunia apapun kondisi sosialnya diingatkan tentang awal kejadiannya yang berasal dari benda yang hina, yaitu sperma lelaki dan sel telur wanita. Manusia sebelumnya belum dikenal, belum memiliki kemuliaan dan kehormatan. Lalu apakah manusia akan bangga, congkak, dan sombong dengan kondisi sosial yang dialami sekarang jika mengetahui asal muasal mereka?

Setelah mencapai 6 bulan sampai 9 bulan atau lebih, dan persyaratan untuk hidup normal sudah lengkap, seperti indra, akal, dan hati, maka lahirlah manusia ke dunia dalam keadaan telanjang. Belum bisa apa-apa dan tidak memiliki apa-apa.

Alam Dunia

Di dunia perjalanan manusia melalui proses panjang. Dari mulai bayi yang hanya minum air susu ibu lalu tumbuh menjadi anak-anak, remaja dan baligh. Selanjutnya menjadi dewasa, tua dan diakhiri dengan meninggal. Proses ini tidak berjalan sama antara satu orang dengan yang lainnya. Kematian akan datang kapan saja menjemput manusia dan tidak mengenal usia. Sebagian meninggal saat masih bayi, sebagian lagi saat masa anak-anak, sebagian yang lain ketika sudah remaja dan dewasa, sebagian lainnya ketika sudah tua bahkan pikun.

8|P ag e

Di dunia inilah manusia bersama dengan jin mendapat taklif (tugas) dari Allah, yaitu ibadah. Dan dalam menjalani taklifnya di dunia, manusia dibatasi oleh empat dimensi; dimensi tempat, yaitu bumi sebagai tempat beribadah; dimensi waktu, yaitu umur sebagai sebuah kesempatan atau target waktu beribadah; dimensi potensi diri sebagai modal dalam beribadah; dan dimensi pedoman hidup, yaitu ajaran Islam yang menjadi landasan amal.

Allah Taala telah melengkapi manusia dengan perangkat pedoman hidup agar dalam menjalani hidupnya di muka bumi tidak tersesat. Allah telah mengutus rasulNya, menurunkan wahyu Al-Quran dan hadits sebagai penjelas, agar manusia dapat mengaplikasikan pedoman itu secara jelas tanpa keraguan. Sayangnya, banyak yang menolak dan ingkar terhadap pedoman hidup tersebut. Banyak manusia lebih memperturutkan hawa nafsunya ketimbang menjadikan AlQuran sebagai petunjuk hidup, akhirnya mereka sesat dan menyesatkan.

Maka, orang yang bijak adalah orang yang senantiasa mengukur keterbatasanketerbatasan dirinya untuk sebuah produktifitas yang tinggi dan hasil yang membahagiakan. Orang-orang yang beriman adalah orang-orang yang senantiasa sadar bahwa detik-detik hidupnya adalah karya dan amal shalih. Kehidupannya di dunia sangat terbatas sehingga tidak menyia-nyiakannya untuk hal-hal yang sepele, remeh apalagi perbuatan yang dibenci (makruh) dan haram.

Dunia dengan segala kesenangannya merupakan tempat ujian bagi manusia. Apakah yang dimakan, dipakai, dan dinikmati sesuai dengan aturan Allah swt. atau menyimpang dari ajaran-Nya? Apakah segala fasilitas yang diperoleh manusia dimanfaatkan sesuai perintah Allah atau tidak? Dunia merupakan medan ujian bagi manusia, bukan medan untuk pemuas kesenangan sesaat. Rasulullah saw. memberikan contoh bagaimana hidup di dunia. Ibnu Masud menceritakan bahwa Rasulullah saw. tidur di atas tikar, ketika bangun ada bekasnya. Maka kami bertanya: Wahai Rasulullah saw., bagaimana kalau kami sediakan untukmu kasur. Rasululah saw. bersabda: Untuk apa (kesenangan) dunia itu? Hidup saya di dunia

9|P ag e

seperti seorang pengendara yang berteduh di bawah pohon, kemudian pergi dan meninggalkannya. (HR. At-Tirmidzi)

Perjalanan hidup manusia di dunia akan berakhir dengan kematian. Semuanya akan mati, apakah itu pahlawan ataukah selebriti, orang beriman atau kafir, pemimpin atau rakyat, kaya atau miskin, tua atau muda, lelaki atau perempuan. Mereka akan meninggalkan segala sesuatu yang telah dikumpulkannya. Semua yang dikumpulkan oleh manusia tidak akan berguna, kecuali amal shalihnya berupa sedekah yang mengalir, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang shalih. Kematian adalah penghancur kelezatan dan gemerlapnya kehidupan dunia. Kematian bukanlah akhir kesudahan manusia, bukan pula tempat istirahat yang panjang. Tetapi, kematian adalah akhir dari kehidupannya di dunia dengan segala yang telah dipersembahkannya dari amal perbuatan untuk kemudian melakukan rihlah atau perjalanan hidup berikutnya.

Bagi orang beriman, kematian merupakan salah satu fase dalam kehidupan yang panjang. Batas akhir dari kehidupan dunia yang pendek, sementara, melelahkan, dan menyusahkan untuk menuju akhirat yang panjang, kekal, menyenangkan, dan membahagiakan. Di surga penuh dengan kenikmatan yang belum pernah dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, dan belum terlintas oleh pikiran manusia. Sementara bagi orang kafir, berupaya menghindar dari kematian dan ingin hidup di dunia 1.000 tahun lagi. Tetapi, sikap itu adalah sia-sia. Utopia belaka. Karena, kematian pasti datang menjumpainya. Suka atau tidak suka.

Alam Barzakh

Fase berikutnya manusia akan memasuki alam kubur atau alam barzakh. Di sana mereka tinggal sendiri. Yang akan menemaninya adalah amal mereka sendiri. Kubur adalah taman dari taman-taman surga atau lembah dari lembah-lembah neraka. Manusia sudah akan mengetahui nasibnya ketika mereka berada di alam

10 | P a g e

barzakh. Apakah termasuk ahli surga atau ahli neraka. Jika seseorang menjadi penghuni surga, maka dibukakan baginya pintu surga setiap pagi dan sore. Hawa surga akan mereka rasakan. Sebaliknya jika menjadi penghuni neraka, pintu neraka pun akan dibukakan untuknya setiap pagi dan sore dan dia akan merasakan hawa panasnya neraka.

Al-Barra bin Azib menceritakan hadits yang panjang yang diriwayat Imam Ahmad tentang perjalanan seseorang setelah kematian. Seorang mukmin yang akan meninggal dunia disambut ceria oleh malaikat dengan membawa kafan surga. Kemudian datang malaikat maut duduk di atas kepalanya dan memerintahkan ruh yang baik untuk keluar dari jasadnya. Selanjutnya disambut oleh malaikat dan ditempatkan di kain kafan surga dan diangkat ke langit. Penduduk langit dari kalangan malaikat menyambutnya, sampai di langit terakhir bertemu Allah dan Allah memerintahkan pada malaikat: Catatlah kitab hambaku ke dalam illiyiin dan kembalikan kedunia. Maka dikembalikan lagi ruh itu ke jasadnya dan datanglah dua malaikat yang bertanya: Siapa Tuhanmu? Apa agamamu? Siapa lelaki yang diutus kepadamu? Siapa yang mengajarimu? Hamba yang beriman itu dapat menjawab dengan baik. Maka kemudian diberi alas dari surga, mendapat kenikmatan di kubur dengan selalu dibukakan baginya pintu surga, dilapangkan kuburnya, dan mendapat teman yang baik dengan wajah yang baik, pakaian yang baik, dan aroma yang baik. Lelaki itu adalah amal perbuatannya.

Alam Akhirat (Hari Akhir)

Dan rihlah berikutnya adalah kehidupan di hari akhir dengan segala rinciannya. Kehidupan hari akhir didahului dengan terjadinya Kiamat, berupa kerusakan total seluruh alam semesta. Peristiwa setelah kiamat adalah mahsyar, yaitu seluruh manusia dari mulai Nabi Adam as. sampai manusia terakhir dikumpulkan dalam satu tempat. Di sana manusia dikumpulkan dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang, dan belum dikhitan. Saat itu matahari sangat dekat jaraknya sekitar satu

11 | P a g e

mil, sehingga mengalirlah keringat dari tubuh manusia sesuai dengan amalnya. Ada yang sampai pergelangan kaki, ada yang sampai lutut, ada yang sampai pusar, ada yang sampai dada, bahkan banyak yang tenggelam dengan keringatnya.

Dalam kondisi yang berat ini manusia berbondong-bondong mendatangi para nabi untuk meminta pertolongan dari kesulitan yang maha berat itu. Tetapi semuanya tidak ada yang dapat menolong. Dan terakhir, hanya Rasulullah saw. yang dapat menolong mereka dari kesulitan mahsyar. Rasulullah saw. sujud di haribaan Allah swt. di bawah Arasy dengan memuji-muji-Nya. Kemudian Allah swt. berfirman: Tegakkan kepalamu, mintalah niscaya dikabulkan. Mintalah syafaat, pasti diberikan. Kemudian Rasululullah saw. mengangkat kepalanya dan berkata: Ya Rabb, umatku. Dan dikabulkanlah pertolongan tersebut dan selesailah mahsyar untuk kemudian melalui proses berikutnya.

Peristiwa berikutnya adalah hisab (perhitungan amal) dan mizan (timbangan amal) bagi manusia. Ada yang mendapatkan proses hisab dengan cara susah-payah karena dilakukan dengan sangat teliti dan rinci. Sebagian yang lain mendapatkan hisab yang mudah dan hanya sekadar formalitas. Bahkan sebagian kecil dari orang beriman bebas hisab.

Di antara pertanyaan yang akan diberikan pada manusia di hari Hisab terkait dengan masalah prinsip dalam hidupnya. Rasulullah saw. bersabda: Tidak akan melangkah kaki anak Adam di hari kiamat sehingga ditanya 5 hal di sisi Allah: tentang umurnya untuk apa dihabiskan, tentang masa mudanya untuk apa digunakan, tentang hartanya dari mana mencarinya, dan ke mana menginfakkannya, dan apa yang diamalkan dari ilmunya. (HR. At-Tirmidzi). Di masa ini juga dilakukan proses qishash, orang yang dizhalimi meng-qishash orang yang menzhalimi.

12 | P a g e

Kejadian selanjutnya manusia harus melalui shirath, yaitu sebuah jembatan yang sangat tipis dan mengerikan karena di bawahnya neraka jahanam. Semua manusia akan melewati jembatan ini dari mulai yang awal sampai yang akhir. Shirath ini lebih tipis dari rambut, lebih tajam dari pedang, dan terdapat banyak kalajengking. Kemampuan manusia melewati jembatan itu sesuai dengan amalnya di dunia. Ada yang lewat dengan cepat seperti kecepatan kilat, ada yang lewat seperti kecepatan angin, ada yang lewat seperti kecepatan burung, tetapi banyak juga yang berjalan merangkak, bahkan mayoritas manusia jatuh ke neraka jahanam.

Bagi orang-orang yang beriman, akan minum telaga Rasulullah saw. yang disebut al-Kautsar. Rasulullah saw. bersabda: Telagaku seluas perjalanan sebulan, airnya lebih putih dari susu, aromanya lebih wangi dari misik, dan gayungnya sebanyak bintang di langit. Siapa yang meminumnya, maka tidak akan pernah haus selamanya. (Muttafaqun alaihi)

Surga dan Neraka

Pada fase yang terakhir dari rihlah manusia di hari akhir adalah sebagian mereka masuk surga dan sebagian masuk neraka. Surga tempat orang-orang bertakwa dan neraka tempat orang-orang kafir. Kedua tempat tersebut sekarang sudah ada dan disediakan. Bahkan, surga sudah rindu pada penghuninya untuk siap menyambut dengan sebaik-baiknya sambutan. Neraka pun sudah rindu dengan penghuninya dan siap menyambut dengan hidangan neraka. Al-Quran dan Sunnah telah menceritakan surga dan neraka secara detail. Penyebutan ini agar menjadi pelajaran bagi kehidupan manusia tentang persinggahan akhir yang akan mereka diami.

Orang-orang kafir, baik dari kalangan Yahudi, Nashrani maupun orang-orang musyrik, jika meninggal dunia dan tidak bertobat, maka tempatnya adalah neraka. Neraka yang penuh dengan siksaan. Percikan apinya jika ditaruh di dunia dapat

13 | P a g e

membakar semua penghuni dunia. Minuman penghuni neraka adalah nanah dan makanannya zaqum (buah berduri). Manusia di sana tidak hidup karena penderitaan yang luar biasa, dan juga tidak mati karena jika mati akan hilang penderitaannya. Di neraka manusia itu kekal abadi.

Orang-orang beriman akan mendapatkan surga dan kain sutra karena kesabaran mereka. Dalam surga mereka duduk-duduk bersandar di atas dipan, tidak merasakan panas teriknya matahari dan dingin yang sangat. Mereka dinaungi pohon-pohon surga dan buahnya sangat mudah untuk dipetik. Mereka juga mendapatkan bejana-bejana dari perak dan piala-piala minuman yang sangat bening. Mereka akan minum minuman surga yang rasanya sangat nikmat seperti minuman jahe yang didatangkan dari mata air surga bernama Salsabila. Di surga juga ada banyak sungai yang berisi beraneka macam minuman, sungai mata air yang jernih, sungai susu, sungai khamr, dan sungai madu.

Penghuni surga akan dilayani oleh anak-anak muda yang jika dilihat sangat indah bagaikan mutiara yang bertaburan. Surga yang penuh dengan kenikmatan dan kerajaan yang besar. Orang beriman di surga memakai pakaian sutra halus berwarna hijau dan sutra tebal, juga memakai gelang terbuat dari perak dan emas. Allah swt. memberikan minuman kepada mereka minuman yang bersih.

Dan yang tidak kalah nikmatnya yaitu istri-istri dan bidadari surga. Mereka berwarna putih bersih berseri, bermata bulat, pandangannya pendek, selalu gadis sebaya belum pernah disentuh manusia dan jin. Buah dadanya montok dan segar, tidak mengalami haidh, nifas, dan buang kotoran.

Puncak dari semua kenikmatan di surga adalah melihat sang pencipta Allah yang Maha Indah, Sempurna, dan Perkasa. Sebagaimana manusia dapat melihat bulan secara serentak, begitu juga manusia akan memandang Allah secara serentak. Indah, mempesona, takzim, dan suci. Allah Akbar.

14 | P a g e

Allah akan memasukkan hambaNya ke dalam surga dengan rahmat-Nya, dan surga adalah puncak dari rahmat-Nya. Allah Taala akan memasukan hamba-Nya ke dalam rahmat (surga) berdasarkan rahmat-Nya juga. Disebutkan dalam hadits shahih: Sesungguhnya Allah Taala memiliki 100 rahmat. Diturunkan (ke dunia)

satu rahmat untuk jin, manusia, dan binatang. Dengan itu mereka saling simpati dan kasih sayang. Dengan satu rahmat itu pula binatang buas menyayangi anaknya. Dan Allah swt. menyimpan 99 rahmat bagi hamba-Nya di hari kiamat. (Muttafaqun alaihi) .

Maka, sejatinya nikmat surga itu jauh dari apa yang dibayangkan manusia. Rasulullah saw. bersabda: Allah swt. berkata, Aku telah siapkan bagi hambaKu yang shalih sesuatu yang belum dilihat mata, belum didengar telinga, dan belum terlintas pada hati manusia (Muttafaqun alaihi). Apakah akan kita hanya berpuas diri dengan mengejar satu rahmat Allah yang dibagi-bagi untuk seluruh penduduk dunia, sementara kita melalaikan 99 rahmat yang tersisa? Semoga kita termasuk dari sedikit orang yang berpikir. Amin.

15 | P a g e

Wasiat Imam Syafi'i Kepada Pendidik


Oleh: Zulhamdi M. Saad, Lc

Proses belajar mengajar sudah berlangsung beberapa minggu, guru-guru sudah menjalankan tugasnya masing-masing untuk mendidik generasi penerus. Sebuah tugas mulia yang bernilai pahala, yang akan selalu mengalir bersamaan dengan bermanfaatnya ilmu tersebut bagi orang yang menerimanya. Sebagaimana hadist dari Rosulullah yang diriwayatkan oleh Imam-Imam Hadist: Apabila anak adam meninggal dunia, maka putuslah semua amalnya kecuali tiga perkara: Shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang sholeh. (Muslim, Abu Dawud, Tirmizi, Ahmad & Nasaai)

Suatu hari imam Syafii mendatangi ruang Khalifah Harun Ar-Rasyid untuk minta izin kepadanya. Lalu beliau duduk di samping Abu Abdus Shomad seorang pendidik anak-anak Kholifah Harun Al-Rosyid. Seorang bernama Siraj berkata kepada Imam Syafii, Wahai Abu Abdullah, mereka ini adalah anak-anak Amirul mukminin, dan ia Abu Abdus Shomad adalah pendidik mereka. Kalau sekiranya engkau berkenan, berikanlah nasehat kepadanya!.

16 | P a g e

Imam Syafi lalu berkata kepada Abu Abdus Shomad, Hendaklah satu hal yang pertama dimulai dalam mendidik anak-anak Amirul Mukminin adalah memperbaiki dirimu. Mata-mata mereka bergantung pada matamu. Dan kebaikan mereka adalah kebaikan apa yang engkau lakukan. Keburukan bagi mereka adalah sesuatu yang kau benci. Ajarkanlah mereka kitabullah, janganlah engkau memaksakan mereka sehingga mereka bosan. Dan janganlah kau meninggalkan mereka dari Al-Quran lalu mereka akan meninggalkannya. Kemudian ceritakan kepada mereka dari hadits-hadits yang mulia dan pepatah nasehat. Dan janganlah kau ajarkan kepada mereka suatu ilmu kemudian pindah kepada ilmu yang lain sehingga mereka memahaminya. Maka sesungguhnya perkataan yang bertumpuk-tumpuk dalam pendengaran akan menyusahkan pemahaman. (Mauqif fii az-Zuhd wa-Roqoiq: 70)

Nasehat yang penuh hikmah dari seorang ulama besar itu, tentu bukan hanya bermanfaat untuk Abu Abdus Shomad yang mendidik anak khalifah. Namun nasehat agung itu adalah untuk semua pendidik. Tampilan guru kadang akan membuat para murid semangat belajar ataupun sebaliknya menjadi malas dan takut. Bahkan karena keteladanan sang guru tersebut, ada di antara murid-murid bercita ingin menjadi seperti guru tersebut. Seperti suatu ketika di acara kelulusan TK, anak-anak yang masih polos itu ditanya apakah cita-cita mereka nanti? Maka di antara jawaban yang keluar dari bibir mereka: Aku nanti ingin menjadi seperti ibu guru.

Bukan mustahil jawaban itu muncul karena ia senang dengan gurunya yang mengajarkan ia membaca al-Quran, Hadits dan menghapal doa-doa. Semoga nilai-nilai mulia al-Quran dan Sunah serta ilmu-ilmu yang bermanfaat selalu dapat ditransfer oleh para pendidik kepada murid-muridnya dengan pemahaman yang benar dan selalu menjadi teladan mereka.

17 | P a g e

Intelektual Sontoloyo
Oleh: Samson Rahman, MA

Menjadi intelektual itu adalah sebuah posisi terhormat dan terpandang. Dia dihargai, dihormati. Namun mana kala intelektual itu menyimpang maka dengan sangat gampang dia menjadi terjerembab, asfala safilin.

Akhir-akhir ini terjadi gelombang pemberontakan dahsyat luar biasa dan gugatan tak tanggung-tanggung untuk meloloskan agama menjadi terbuka selebarlebarnya untuk dinodai, dilecehkan, dicemari. Agama yang sakral belakangan ini ingin dijadikan bulan-bulanan oleh para pengasung dan dan para penjual asongan liberalism dalam semua tingkatan dan maqamnya. Agama yang hendaknya dilindungi, dibanggakan kini dibuka katupnya lebar-lebar untuk dilempari penghinaan, dijatuhkan martabatnya, diluluhlantakkan tiang-tiangnya dan dirontokkan pondasi dasarnya.

Orang-orang yang mengakui atau diakui sebagai intelektual berusaha dengan sekuat tenaga untuk menjadikan semua agama setara dan sama rata. Konsep setara dan sama benarnya adalah pengkaburan, konsep setara dan tidak ada bedanya adalah penistaan pada pemeluk setiap agama, setiap pemeluk agama dipaksa untuk tidak memiliki previlege dan kebanggaan apa-apa terhadap agama mereka. Mereka ditodong untuk mengakui bahwa setiap agama yang ada di dunia

18 | P a g e

ini setara dan sama-sama.

Mereka diteror oleh doktrin-doktrin yang menakutkan jika mereka tidak mau mengakui dan mendeklarasikan bahwa agama orang lain juga sama benarnya dengan apa yang mereka anut. Teror beragama ini amboynya direnda dan diaksesorisi dengan kata sakti fundamental of human rights yang menyihir dunia untuk dijadikan sebagai pengganti agama-agama lama.

Mereka yang dengan konsisten mempertahankan bahwa agama yang mereka anut adalah agama yang paling benar dianggap sebagai penganut agama yang eksklusif, lalu dinaikkan menjadi fanatik, dinaikkan maqamnya menjadi radikal dan ujung-ujungnya mencapai maqam tertinggi teroris..sebuah cara labelling dan

branding yang bukan hanya tidak benar tapi juga menyesatkan.

Seorang penganut agama yang taat beribadah dan mengatakan bahwa ibadah yang dia lakukan adalah yang paling benar menurut intelektual liberal akan dianggap sebagai penganut agama yang tertutup dan fanatik. Mereka dilabel menjadi sosok yang menakutkan karena dianggap terlalu komitmen dengan ajaran agama mereka. Tidak terbuka, terlalu tertutup, terlalu saklek dan sebutan miring berat lainnya.

Seorang yang rajin berdakwah dan diperintahkan untuk mengatakan bahwa agama mereka adalah agama yang lurus dipaksa untuk tidak mengatakan itu karena jika hal itu rajin dilakukan berarti dia sedang tidak apresiatif terhadap: inklusivisme, pluralism dan liberalisme. Jualan paling laris di dunia dan dengan dana yang melimpah. Proyek agama liberal dianut oleh para intelektual yang

inferiority complex saat mereka berhadapan dengan peradaban yang selama ini
menjadi imam peradaban dunia. Mereka yang menerima konsep agama liberal ini adalah para pecundang yang bertekuk lutut saat berada di depan guru-guru mereka yang telah lama menganut agama liberal. Mereka terpaksa cium tangan sebagai bentuk pengakuan akan kebenaran konsep-konsep yang

19 | P a g e

disorongkan dan dijajakan. Sebagai murid yang tak berdaya mereka dengan serta merta menerima apa yang diajarkan tanpa reserve karena sebelum bergurupun mereka telah dengan mentah-mentah kagum dan menerima semua doktrin yang mereka ajarkan.

Para liberalis itu tidak lagi menganggap penting simbol-simbol sakral agama. Toh agama nisbi adanya. Tak ada yang mutlak benar. Yang ada mutlak liberal. Agama yang dinodai tidak perlu dibela, tidak perlu dilindungi. Negara jangan cawe-cewe melakukan pembelaan terhadap agama tertentu. Negara harus netral, berdiri di tengah-tengah jangan bela sana bela sini. Sebab kalau ini dilakukandalam pandangan merekasama artinya dengan menjadikan Negara sebagai Negara agama yang selama ini mereka tentang keras.

Liberalisme sebenarnya bukan hanya akan membuat gama babak belur karena tidak lagi mendapat perlindungan kesakralan ajarannya dari Negara, namun ini juga akan menimbulkan huru-hara di masyarakat jika ada para pemeluk agama yang ngamuk karena sakralitas agama mereka dihinakan. Dalam pandangan pemeluk agama liberal netralitas akan melahirkan kebebasan, namun tidak disadari bahwa dengan cara pikir semacam ini mereka telah dengan sengaja akan mendorong keras pemeluk agama untuk melakukan pembelaan sendiri terhadap agamanya karena peran Negara telah dimandulkan oleh penganut agama liberal. Jika terjadi kericuhan di masyarakat siapa yang berhak menjadi hakim. Bukankah para penganut agama itu adalah warga Negara yang seharusnya bukan hanya fisiknya yang mendapat perlindungan tapi seluruh kepercayaan dan keyakinannya mendapat perlindungan oleh Negara agar Negara tidak mengalami kekacauan.

Liberalisme penuh sebenarnya hanya bisa ada di hutan di mana kebebasan mutlak tidak pernah akan digugat dan dipermasalahkan. Liberalisme mutlak akan menyeret kita pada pola hidup dengan perspektif ragunan. Di mana penghuninya bisa menghina, memakan yang lain, memojokkan yang lain, meremehkan yang lain. Telanjang bulat, berhubungan badan di depan penghuni

20 | P a g e

lainnya, dan seterusnya. Kebebasan mutlak artinya kita kembali ke zaman purba, tanpa agama.

Sumber: Eramuslim

21 | P a g e

Kajian Ilmiah Perwakilan Cabang Istimewa Muhammadiyah Mesir

Athif al-Iraqi: Telaah Filsafat Ibnu Rusyd* untuk Pencerahan


Oleh: Ulya Fikriyati

Tidak akan ada pencerahan tanpa akal rasio, karena ia menunjukkan, membuktikan dan menghukumi kebenaransebagaimana kompas yang digunakan manusia untuk menunjukkan arah
(Athif al-Iraqi, al-Aql wa al-Tanwr f al-Fikr al-Araby al-Mushir; Qadhy wa

Madzhib wa Syakhshiyyt)

I. Prolog

Filsafat Ibnu Rusyd bisa dikatakan sebagai produk pamungkas era keemasan filosof muslim. Hingga akhirnya dijadikan simbol para rasionalis Islam. Secara umum filsafat Ibnu Rusyd memang berkisar seputar logika dan rasio. Karena itu, ia lebih diminati di Barat daripada di Arab. Hal ini dapat dibuktikan dengan bagaimana para intelektual dan filosof Barat memperlakukan Ibnu Rusyd:

22 | P a g e

membuat patung-patung duplikat dan mengadakan perkumpulan- perkumpulan untuk menyaring sari pati filsafatnya.

Hal ini berefek pada perkembangan Barat yang sangat signifikan beberapa dekade terakhir setidaknya menurut Athif al-Iraqi. Sebuah perkembangan mencengangkan bagi dunia Timur-Arab-Islam. Hingga berbuntut pada pengadopsian beberapa konsep ilmu sosial, filsafat, sains, dsb asal berbau Barat. Gejala ini sebenarnya lazim terjadi pada peradaban dan kebudayaan inferior ketika berhadapan dengan budaya superior dan dominan. Saat peradaban Islam menjadi superior di Spanyol, orang-orang Eropa pun sangat gemar mengadopsi dan mengimitasi tata cara orang-orang Arab-Islam. Salah satu bukti konkret adalah bentuk-bentuk bangunan yang ada saat itu. Sampai-sampai ada ungkapan, Kalau saja orang-orang Nasrani (yang ada di Spanyol) saat itu mengetahui bagaimana bentuk bangunan-bangunan Kairo, niscaya pasti akan mereka tiru juga.[1] Budaya ini dikenal dengan mozarabic culture budaya kearabaraban.

Fenomena ini, secara tidak langsung telah mengkodifikasikan para intelektual muslim menjadi beberapa kelompok.** Bahkan, tidak cukup sampai di sana , karena setiap kelompok akan berusaha merepresentasikan dirinya sebagai sutradara tunggal peradaban. Untuk menghadapinya, Athif al-Iraqi berusaha menyelisik lebih dalam sebab perkembangan fantastis Barat yang berakhir pada kesimpulan bahwa Barat tidak pernah segan membuka dirinya dari hasil pengetahuan bangsa lain terutama filsafat Ibnu Rusyd saat itu.

Secara garis besar, tulisan ini dimaksudkan untuk mengupas solusi yang ditawarkan Athif Iraqi untuk titik tolak pencerahan Arab-Islam. Selanjutnya, untuk memudahkan pembahasan, penulis membaginya menjadi lima segmen utama sebagai berikut:

I. Prolog

23 | P a g e

II. Athif al-Iraqi dan Ibnu Rusyd; Selayang Pandang. Bagian ini membahas tentang beberapa hal sehubungan dengan biografi singkat Athif al-Iraqi dan Ibnu Rusyd. Termasuk beberapa karangan dan peristiwa-peristiwa penting seputar mereka.

III. Mengapa Harus Filsafat Ibnu Rusyd?. Sudah menjadi keharusan, untuk mengetahui sebuah aliran filsafat kita selalu dituntut untuk melihat apa yang menjadi pemicunya. Segmen ini berisi tentang di mana, bagaimana serta

background apa yang melahirkan filsafat Ibnu Rusyd. Dengan kata lain, faktorfaktor apa saja yang menjadikan Athif al-Iraqi menjatuhkan pilihan atas Filsafat Ibnu Rusyd sebagai lentera gagasan pencerahan dan rasionalitasnya dalam proyek mendulang masa depan Arab-Islam.

IV. Filsafat Ibnu Rusyd; Revolusi Kritik untuk Pencerahan Arab-Islam. Membahas tentang contoh kritik Ibnu Rusyd atas aliran ilmu kalam dan filsafat sebelumnya. Kemudian, mengalir pada korelasinya dengan pencerahan akal Arab-Islam.

V. Epilog. Berisi beberapa kesimpulan dan catatan-catatan kecil dari penulis.

Diharapkan dari tulisan singkat ini akan muncul karya-karya lanjutan yang lebih spesifik dan komprehensif dalam kajian filsafat pencerahan Arab-Islam. Akhirnya, dengan segala kesederhanaan, keterbatasan dan kerendahan hati, penulis berharap tulisan ini tetap bisa memberi manfaat bagi para pembaca. Khususnya dalam rangka gerilya kita untuk menemukan sebuah format pandangan ideal, seimbang, Islami dan sesuai dengan nilai-nilai budaya serta religi kita.

II. Athif al-Iraqi dan Ibnu Rusyd; Selayang Pandang

Athif al-Iraqi dikenal sebagai pengikut Ibnu Rusyd, bahkan bisa dikatakan sebagai pembela dan pembawa panji filsafat Ibnu Rusyd di abad 21. Baginya, kemunduran

24 | P a g e

Arab-Islam adalah konsekuensi dari penegasian filsafat Ibnu Rusyd dan pengadopsian ilmu kalam al-Ghazali secara totalitas, sebagaimana ia katakan:

Kita harus mengambil pelajaran dari sejarah. Dengan kata lain, mengkomparasikan antara kemajuan Eropa dan pemikiran Ibnu Rusyd di satu sisi serta kemunduran Timur-Arab dan pemikiran al-Ghazali di sisi lain. Benarkah kita telah belajar dari hal ini? Namun kenyataan telah membuktikan bahwa kita tidak mengambil manfaat apa-apa dari sejarah tersebut. Pemikiran Arab saat ini dari ujung timur sampai barat telah dikuasai oleh aliran-aliran irasional. Sebuah aliran yang menyelundup dari hal-hal yang bertentangan dengan akal. Maka, kita saat ini sangat perlu untuk mengingat kembali ajaran seorang filosof rasionalis: Ibnu Rusyd[2] Athif pun mendeklarasikan sebuah slogan ekstrim
tentang filsafat Ibnu Rusyd: Tidak Ada Pencerahan Tanpa Filsafat Ibnu Rusyd [3]. Namun, mengapa harus Ibnu Rusyd yang dijadikan sebagai titik tolak Athif alIraqi untuk mengusung ide dan gagasannya? Dan bukan pemikir atau filosoffilosof muslim lainnya?[4] Sejatinya, titik poin yang diadopsi oleh Athif Iraqi dari Ibnu Rusyd adalah semangat rasionalitas untuk mencapai sebuah pencerahan. Sebagaimana ungkapannya: Tidak akan ada pencerahan tanpa akal

rasio, karena ia menunjukkan, membuktikan dan menghukumi kebenaran sebagaimana kompas yang digunakan manusia untuk menunjukkan arah dalam perjalanan di tengah padang pasir. Akal rasio adalah sinar, cahaya dan keyakinan, maka tidak akan mungkin kita bisa mencapai sebuah pencerahan tanpa menggunakannya.[5]

Sampai saat ini, Athif al-Iraqi masih menjabat sebagai dosen pada mata kuliah Filsafat Arab Fakultas Adab Universitas Kairo Mesir. Beliau berdomisili di kawasan Rabah el-Adawiyah Nashr City Cairo . Buah penanya sangat banyak tersebar dan diterbitkan oleh berbagai penerbit terkenal, di antaranya adalah: Al-Aql wa al-

Tanwr, Al-Manhaj al-Naqdy f Falsafah Ibni Rusyd, Al-Failasf Ibn Rusyd wa Mustaqbal al-Tsaqfah al-Arabiyyah, Tajdd f al-Madzhib al-Falsafiyyah wa alKalmiyyah, dll.

25 | P a g e

Beralih pada Ibnu Rusyd, nama lengkapnya adalah Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Rusyd. Lahir di Cordova-Andalusia tahun 1126 M dan wafat pada 10 Desember 1198 dalam usia 72 tahun[6]. Ibnu Rusyd dikenal sebagai duplikat kakeknya yang juga dikenal dengan sebutan Ibnu Rusyd keduanya memiliki sebutan yang sama. Bisa jadi hal ini dikarenakan oleh kesamaan-kesamaan keduanya dalam hal ilmu, kemahiran dan kemampuan bakat.

Meski sebagai seorang muslim, Ibnu Rusyd menempati singgasana penting dalam hati masyarakat Yahudi saat itu. Penyebabnya adalah ia sempat diasingkan di Elissanah, sebuah negeri kecil berpenduduk mayoritas Yahudi. Bagi sebagian besar filosof Yahudi, Ibnu Rusyd sangatlah bearti. Hingga buku-bukunya banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dan bahasa Latin. Dengan demikian, mereka mempunyai peran penting dalam sejarah penjagaan beberapa buku Ibnu Rusyd sebelum sampai ke tangan kita.[7]

Ibnu Rusyd mempelajari Fiqh dari beberapa ulama besar masa itu. Sedang untuk ilmu kedokteran ia berguru pada Abu Jafar Harun. Adapun untuk Filsafat ada beberapa sejarahwan yang mengatakan ia mempelajarinya dari Ibnu Bajah.[8] Namun pendapat ini kurang bisa diterima, lantaran Ibnu Bajah meninggal tatkala Ibnu Rusyd masih berusia dua belas tahun. Padahal dalam usia dua belas tahun, kecil sekali kemungkinan bagi seseorang untuk mempelajari ilmu-ilmu Filsafat.

Sebagai seorang ahli Fiqh, filosof dan Hakim, Ibnu Rusyd memiliki banyak sekali buah karya. Di antaranya adalah[9]: Tahfut al-Tahfut, Al-Kasyf an Manhij al-

Adillah f Aqidil Millah, Fashlul Maql fm bain al-Hikmah wa al-Syarah min al-Ittishl, Al-Dharry f al-Manthiq, Syarh Kitb al-Qiys li Aristhu dalam disiplin
ilmu Filsafat dan Logika. Bidyah al-Mujtahid wa Nihyah al-Muqtashid, Al-Tahshl,

Al-Muqaddimt, Mukhtashar Kitb al-Mustashfy li al-Imm al-Ghazly dalam Fiqh


dan Theologi. Selain disiplin-disiplin ilmu tersebut, Ibnu Rusyd juga menuangkan tintanya dalam disiplin ilmu Astronomi, ilmu Alam, Kedokteran, Politik dan

26 | P a g e

Psikologi. Selain itu, Ibnu Rusyd juga dikenal sebagai Al-Syrih al-Akbar atas karyakarya monumental Aristoteles dan Plato. Gelar ini diraihnya, karena ia tidak hanya menerjemahkan karya-karya tersebut, namun lebih dari itu: menjelaskan, melengkapi bahkan mengkritisinya. Dari beberapa disiplin ilmu yang dikuasainya saat itu, bisa diterka bahwa Ibnu Rusyd mampu mengusung ide-ide cemerlang dan gagasan-gagasan brilian melampaui masanya.

III. Mengapa Harus Filsafat Ibnu Rusyd?

Dari sekian tokoh-tokoh pemikir dan filosof muslim, Athif al-Iraqi menjatuhkan pilihan akhirnya pada sosok Ibnu Rusyd. Tentu saja hal ini bukan tanpa pertimbangan. Setidaknya ada tiga poin utama dalam seleksi ini, yaitu: 1. Pengaruh Ibnu Rusyd dalam perkembangan filsafat Yunani dan filsafat Islam[10] sekaligus. Paling tidak, Ibnu Rusyd telah dianugerahi beberapa kebetulan sempurna oleh Tuhan. Hidup di Cordova kota paling terkenal pada masa kejayaan Islam sebagai pusat semua ilmu pengetahuan, memiliki tingkat kegeniusan dan keuletan luar biasa serta kedekatannya dengan penguasa saat itu. Ketiga unsur tersebut telah berhasil memposisikan Ibnu Rusyd sebagai sosok yang mewarnai perkembangan dua filsafat: Barat-Yunani dan Timur-Arab-Islam. Dalam filsafat Timur-Arab-Islam, Ibnu Rusyd dikenal sebagai pengusung rasionalitas sejati. Baginya, tidak seharusnya agama menjadi penjara bagi akal. Sebaliknya ia akan selalu berjalan searah dengan akal. Sedang dalam ranah Filsafat Yunani, nama Ibnu Rusyd dikenal sebagai tokoh penerjemah, penjelas, pelengkap, komentator bahkan kritikus atas karya-karya Plato dan Aristoteles. Di antara sebab terpenting yang menarik Ibnu Rusyd untuk menilik buku-buku Aristoteles dan menjelaskannya adalah permintaan Abu Yaqub Yusuf khalifah saat itu melalui Ibnu Thufail. Penyebabnya adalah kesamaran maksud dari karya-karya tersebut, sehingga sulit

27 | P a g e

dipahami dan dipelajari oleh masyarakat. Sekali lagi penguasa dan lingkungan masyarakat menjadi salah satu faktor utama. 2. Penggunaan metode takwil dan klasifikasi strata manusia serta jenis-jenis buku.[11] Menurut Ibnu Rusyd, masalah takwil lebih merupakan aksioma dasar bagi para ahlu nazhar daripada bagi para fuqah'. Karena bagaimana pun juga, tingkatan ahlu nazhar lebih tinggi dari fuqah'. Sebab

fuqah' hanya menggunakan qiys dhanny sedang ahlu nazhar


menggunakan qiys yaqny. Keyakinan akan adanya satu hakikat kebenaran dengan seribu jalan, juga merupakan faktor pendukung untuk menjadikan takwil sebagai sebuah metodologi dan piranti dalam memahami teks-teks religi. Dalam sebuah bukunya, Ibnu Rusyd mengatakan: Kami telah memutuskan bahwa semua apa yang didapati sebagai hasil metode demontratif al-burhn dan berseberangan dengan dhahir teks, menunjukkan bahwa teks tersebut harus ditakwilkan sesuai dengan aturan pentakwilan Arab. Hal ini tidak diragukan lagi oleh semua muslim sebagaimana ia juga tidak ditolak oleh seorang mukmin pun.[12] Meski Al-Asyariyyah dan Mutazilah juga menggunakan metode takwil, namun ada satu hal yang membedakan mereka dengan Ibnu Rusyd: Ibnu Rusyd tidak megkafirkan orang-orang yang berbeda dengannya dalam mentakwilkan al-fur***. Titik inilah yang membuat Ibnu Rusyd mengklaim bahwa al-Ghazaly tidak sepenuhnya menguasai metode takwil, meski ia juga menggunakannya. Untuk klasifikasi strata manusia, Ibnu Rusyd menawarkan tiga tingkatan. Tingkatan ini didasarkan pada perbedaan jalan manusia dalam meyakini suatu kebenaran. Pertama, meyakini kebenaran karena bukti-bukti konkret; kedua, menerima kebenaran lantaran debat yang memuaskan; ketiga, mereka yang meyakini kebenaran dengan hanya mengikuti nasehat orang lain. Tingkatan ketiga ini, tidak memerlukan debat ataupun premis-premis untuk meyakini sesuatu. Bahkan bisa jadi keduanya hanya akan membuat mereka ragu, atau menolak kebenaran tersebut. Strata ke dua, berada lebih tinggi dari strata sebelumnya. Tingkat intelektual mereka lebih tinggi, sehingga segala hal tidak mereka terima

28 | P a g e

begitu saja. Walau bagi mereka, pembuktian sebuah kebenaran tidak harus melalui premis mayor dan premis minor. Dengan kata lain, cukup dengan kelihaian memoles sebuah kebenaran. Sedang tingkatan pertama, adalah mereka yang hanya mau menerima serta meyakini kebenaran berdasarkan suatu aksioma yang dibangun di atas premis-premis kebenaran. Demikian pula dengan klasifikasi buku-buku bacaan manusia. Sebab, diakui atau tidak, manusia selalu memilih bahan bacaan sesuai dengan kadar kemampuan dan kehendak akalnya. 3. Tekad Ibnu Rusyd untuk menyinkronkan antara filsafat dan syariat[13]. Jika syariat adalah sebuah kebenaran dan selalu memerintahkan menusia untuk mengobservasi alam dan apa yang di dalamnya untuk mencapai kebenaran tersebut. Sedangkan filsafat adalah disiplin ilmu yang juga bertujuan untuk mencapai sebuah kebenaran hakiki. Maka ada titik temu antara syariat dan filsafat. Sebab, kebenaran tidak akan pernah berlawanan dengan kebenaran. Sebaliknya, sebuah kebenaran akan sejalan dengan kebenaran bahkan menjadi bukti penguat atas kebenaran tersebut[14] . Hal ini mengantarkan Ibnu Rusyd pada kesimpulan: jika hasil pembuktian sama dengan dhahir teks, maka konteks yang dikandungnya tidak memerlukan takwil. Namun jika hasil pembuktian berbeda dengan dhahir teks, maka akal rasio manusia mengharuskan untuk mentakwilkan teks agar terjalin keselarasan antara keduanya. Karena sebuah teks, memang seringkali tidak melukiskan sesuatu secara utuh: ada bagian-bagian tertentu yang samar, tidak dijelaskan dan atau tidak dibahas secara mendetail namun bisa dipahami dari konteks yang melingkupinya. Ketiga poin di atas bisa dikatakan sebagai nilai plus filsafat Ibnu Rusyd dibanding tawaran pemikirpemikir lain pada masanya. Bahkan bisa dikatakan metodologi dan pirantipirantinya masih saja digunakan sampai saat ini. Oleh karena itu, sebagai penganut rasionalitas, tidak mengherankan Athif al-Iraqi menjadikan filsafat Ibnu Rusyd sebagai batu loncatan untuk pencerahan Arab-Islam.

29 | P a g e

IV. Filsafat Ibnu Rusyd; Revolusi Kritik untuk Pencerahan Arab-Islam

Filsafat Ibnu Rusyd dikenal sebagai kritik atas filsafat-filsafat sebelumnya. Walau sebenarnya, terminologi kritik bukan tidak pernah terlintas sebelum masa Ibnu Rusyd. Kritik sudah dikenal oleh para ulama ilmu kalam al-Asy'ari, al-Ghazali dan Ibnu Taimiyah dan filosof-filosof muslim Ibnu Sina, Ibnu Thufail dan Ibnu Bajah sebelum Ibnu Rusyd. Namun, sekali lagi Ibnu Rusyd memiliki keunggulan dalam hal obyektifitas kritik. Buah persinggungannya dengan ribuan literatur Yunani, di samping keadaan sosio-kultural Cordova saat itu. Lembaran sejarah mencatat bahwa dalam hal keilmuan, Cordova memiliki saingan kuat yaitu Sevilla. Kaum terpelajar di kedua kota tersebut selalu berebut untuk bisa menjadikan kotanya terbaik. Maka setiap kepala pun berlomba-lomba untuk mempelajari berbagai disiplin ilmu untuk kemudian menghasilkan inovasi-inovasi baru. Di antara sekian banyak kritik Ibnu Rusyd atas al-Ghazali, bisa disederhanakan menjadi tiga point utama, yaitu dalam:[15] 1. Problema alam. Apakah ia qadm atau muhdats, meruntut setelahnya definisi qidam dan hudts. 2. Masalah ilmu Tuhan. Apakah melingkupi al-juziyyt atau cukup pada al-

kulliyyt.
3. Hari akhir. Apakah ia mddy atau rhy.

Asumsi para filosof bahwa alam qadm, merupakan petikan dari teori NeoPlatonisme, dan di kalangan filosof muslim lebih dikenal dengan nazhariyyah al-

faidh. Yaitu sebuah teori yang mengatakan bahwa alam berasal dari wujud awal
sebagai sebuah aksioma dan bukan pilihan. Karena segala yang berwujud akan melahirkan wujud lain setelah mencapai kesempurnaan. Dengan kata lain, semua wujud yang sempurna akan selalu melahirkan wujud baru[16] dengan tingkatan lebih rendah. Dalam pengertian tersebut, diambil konklusi akhir bahwa alam

qadm. Kesimpulan akhir inilah yang mengantarkan Ghazali pada pentakfiran para
filosof muslim. Sebab, baginya tidak ada satu wujud pun di mayapada yang qadm kecuali Allah. Pendapat Ghazali ini berpedoman pada beberapa pernyataan, yaitu:

30 | P a g e

bahwa sesuatu yang hdits, tidak akan pernah lahir dari yang qadm. Kalau saja kita hipotesakan bahwa pusat wujud bersifat qadm, maka alam tidak akan muncul darinya. Karena tidak akan ada yang menentukan apakah ia akan ada, kapan atau bagaimana. Maka yang tersisa adalah opsi bahwa alam ada setelah wujud qadm baik dengan diksi penentunya selalu merenovasi diri atau sebaliknya. Jika penentunya tidak bisa merenovasi dirinya, maka alam akan tetap pada keadaannya semula mungkin ada dan mungkin tiada. Sedangkan, jika sebaliknya, maka perbincangan akan beralih pada sang penentu. Seperti mengapa ia menentukan penciptaan alam tersebut sekarang dan tidak pada waktu sebelumnya. Tapi hal ini akan terus berantai sampai ada penentu awal yang tidak ditentukan keberadaannya oleh hal atau wujud lain.

Argumen al-Ghazali ini dikritisi oleh Ibnu Rusyd dengan dalih bahwa kata mumkin memiliki kecenderungan majemuk. Baik lebih cenderung untuk ada, lebih cenderung untuk tiada atau bahkan netral, dalam arti tidak ada kecenderungan ada atau pun tiada. Dengan demikian, kebutuhan masing-masing level pada sosok penentu tidak akan sama. Belum lagi imkn yang berasal dari subyek imkn al-

fil atau dari obyek imkn al-qabl. Imkn al-qabl tidak akan setara dengan imkn al-fil dalam hal kebutuhannya akan penentu. Menelaah imkn al-qabl,
akan sampai pada kesimpulan bahwa ia tidak akan pernah bisa menentukan apa yang seharusnya terjadi pada dirinya. Dengan kata lain ia memerlukan dzat lain di luar dirinya yang berkuasa untuk menentukan apa yang akan terjadi atasnya. Sedangkan imkn al-fil, berbalik 180 derajat, ia tidak membutuhkan dzat lain di luar dirinya untuk menentukan apa yang harus dan akan terjadi padanya. Sebagai contoh, seorang insinyur tidak membutuhkan dzat di luar dirinya untuk merubah diri, dari bukan insinyur menjadi seorang insinyur. Sebab, faktor dasar dalam perubahan tersebut adalah dirinya sendiri bukan dzat lain dan luar. Ada pun perubahan itu sendiri yang seringkali ditengarai membutuhkan perubah dzat yang merubahnya sebenarnya sangat heterogen. Dari perubahan yang terjadi pada esensi, kualitas, kuantitas, letak dsb. Sebagaimana terma qadm, ada yang memiliki pengertian absolut, namun ada juga yang mempunyai pengertian relative

31 | P a g e

qadm dibandingkan dengan wujud di luar serta selain dirinya.[17] Oleh karena itu, pada hakekatnya alam semesta tidak bersifat muhdatsan haqqiyyan dan ia juga bukan qadman haqqiyyan[18].

Dari kritik yang dilontarkan Ibnu Rusyd, kita bisa menilai ada nilai-nilai logika Aristotelian yang sangat kental di sana . Di antaranya adalah statemen qidamul

lam dan aksioma rantai sebab penyebab[19] . Seperti halnya entelechy untuk
makhluk hidup, nous untuk bintang-bintang dan prima causa untuk alam semesta. Semuanya bekerja pada eter untuk kemudian pada benda-benda dan membentuk rantai sebab penyebab[20] tersebut.

Korelasi pemaparan di atas dengan pencerahan akal Arab-Islam menurut Athif al-Iraqi terletak di atas dua pijakan. Pertama, konsistensi dalam menggunakan akal rasio dan metodenya[21] . Dicontohkan dengan kenakalan Ibnu Rusyd untuk menundukkan teks al-Quran di bawah hasil observasi akal terhadap premispremis kebenaran. Karena baginya, manusia menjadi makhluk paling mulia karena dibekali akal oleh Tuhan. Manusia bisa menentukan benar dan salah karena akal, dan bisa mengontrol tipuan-tipuan indrawi juga karena akal. Maka akal adalah segalanya dan tidak terbatas. Kedua, open minded terhadap ilmu-ilmu serta semua pelantaranya[ 22]. Tawaran kedua ini disandarkan pada fenomena bangsa Arab yang saat ini terkesan menutup diri dan selalu membuat antitesa terhadap pengetahuan luar.

V. Epilog

Dari sekian banyak karya Athif al-Iraqi yang diterbitkan hingga saat ini selain topik sejarah semisal Madzhib Falsifah al-Masyriq mayoritas selalu membincang Ibnu Rusyd dan filsafatnya. Oleh sebab itu, sangat sulit ditemukan untuk tidak mengatakan semuanya karya-karyanya yang seratus persen murni dan bebas dari pembahasan tentang Ibnu Rusyd dan bersifat independen. Bahkan

32 | P a g e

secara kasar bisa dikatakan bahwa Athif al-Iraqi adalah pengikut fanatik Ibnu Rusyd.

Sebagai sebuah buah pena, pemikiran-pemikiran yang ditawarkan oleh Ibnu Rusyd memang tidak sepenuhnya harus dijauhi. Karena ada banyak kelebihan yang memang tidak bisa dipungkiri di sana . Bentuk kritik Ibnu Rusyd terhadap alGhazali sebagai contoh merupakan terobosan yang jauh melompati masanya. Bahkan bisa dikatakan sebagai media pergesekan antara logika Aristotelian dan mekanistik Newtonian. Selain itu, Ibnu Rusyd juga pengusung sempurna metode takwil atas teks-teks Islam hingga dinobatkan sebagai tokoh menumental bagi kebanyakan rasionalis muslim.

Dari tawaran takwil Ibnu Rusyd yang begitu dibanggakan oleh Athif al-Iraqi atas semua ayat-ayat al-Quran yang tidak masuk akal, kiranya juga perlu kita pertimbangkan kembali. Setidaknya sejarah telah mencatat bahwa dalam perjalanannya, ilmu pengetahuan yang melandasi keyakinan manusia akan kebenaran memiliki tiga sumber: indra, akal rasio dan intuisi. Pada tataran awal, ilmu pengetahuan hanya mengakui kebenaran empirik indrawi. Semua hal yang tidak bisa dideteksi oleh indra tidak akan diakui nilai kebenarannya. Namun dalam masa selanjutnya, manusia berpikir bahwa indra seringkali menipu dan salah. Jika pada hari yang sangat cerah seseorang akan melihat pantai yang tenang berwarna biru, maka tidak demikian dengan hari yang berangin dan badai. Karena warna biru bisa jadi berasal dari pantulan sinar matahari yang terbiaskan melalui spektrum alam pada jasad plankton-plankton di permukaan air laut. Sedangkan warna abu-abu ketika hari badai adalah hasil pantulan debu yang dibawa angin atau pun riak gelombang yang berputar terlalu cepat sehingga membawa pasir tepi pantai.

Sejak abad pertengahan, akal berhasil menggantikan indra merebut perhatian para ilmuan, filosof bahkan intelektual dunia sampai saat ini. Meski akal memiliki banyak sekali kelebihan dibanding indra, namun kelebihan paling

33 | P a g e

istimewa dari akal terletak pada kecakapan atau kemampuannya untuk menangkap kuiditas atau esensi dari sesuatu yang diamati atau dipahaminya[23]. Tapi dengan segala kelebihannya, akal pun tetap mewarisi kekurangan, di antaranya adalah ia selalu bersifat meruang apa pun yang menjadi obyeknya. Cenderung memahami sesuatu secara general atau homogen sehingga tidak mampu mengerti keunikan sebuah momen atau ruang sebagaimana yang dialami secara langsung oleh seseorang.[24] Selain itu, karena akal menggunakan bahasa dan simbol sebagai pirantinya, maka ia hanya akan bisa berputar di sekitar obyek tersebut tanpa mampu menyentuhnya secara langsung. Sebagai contoh, ketika memikirkan wujud benda kita tidak akan pernah bisa menyentuh benda tersebut secara langsung. Karena medan target akal adalah hal-hal yang berupa hakikat bukan jasad.

Dalam perjalanan selanjutnya, Islam datang**** dengan menjadikan intuisi sebagai sumber lain untuk mencapai ilmu pengetahuan. Di sadari atau tidak, intuisi memang berbeda medan targetnya dengan akal, karena ia digunakan untuk menembus alam ketidaksadaran dan kemustahilan atau semua permasalahan yang tidak dapat diselesaikan oleh akal. Akal mungkin akan kebingungan ketika ada ungkapan Two hearts, two hearts that beat as one[25], tapi tidak demikian dengan intuisi. Hal ini tentu saja bisa kita tarik ke dalam ranah religi. Ketika menemukan satu hal yang asing di akal, kita tidak harus serta merta menalarkannya. Karena kita masih punya satu alat yaitu bekal intuisi yang bersandarkan atas berita-berita langit untuk menimbangnya. Karena sesempurnasempurna nya timbangan emas, ia tidak akan pernah bisa digunakan untuk menimbang gunung. Sebab, beriman pada eksistensi Tuhan dan kitab suci-Nya bukanlah sesuatu yang harus dibuktikan secara logis dengan sebuah teori, melainkan sebuah postulat etis yang harus dibuktikan melalui praktek sehari-hari.

Perjalanan ini sebenarnya natural terjadi, karena segala hal akan mengalami proses untuk menuju sebuah kematangan. Begitu pun akal manusia, awal mula ia hanya bisa menerima hal-hal yang nyata secara fisik, kemudian merangkak naik ke

34 | P a g e

arah metafisik. Namun, yang terjadi seringkali manusia yang mengakui dirinya sebagai golongan rasionalis malah menegasikan hasil akhir dari proses yang sebenarnya sangat rasional ini.

Ide dasar untuk selalu mengkritisi apa yang sampai kepada kita, memang harus kita usung. Namun kita juga tidak boleh lupa bahwa gagasan yang membawa dan menuntun kita untuk terus mengkritisi semua hasil olah pikir juga harus turut dikritisi. Karena bagaimana pun juga, tidak ada pengetahuan, sains, apalagi pemikiran yang bebas nilai, bahkan ia akan selalu value laden. Dengan demikian akan selalu diperlukan naturalisasi ilmu, pempribumian pemikiran, adaptasi pengetahuan juga asimilasi gagasan. Sebab, untuk mendapatkan semua input yang paling mendekati titik netral untuk budaya kita, akan memerlukan waktu yang sangat panjang. Toh apa salahnya jika kita memanfaatkan sisi kebaikan siapa saja untuk membangun pertahanan yang lebih kuat, tentu saja dengan menjauhkan semua bentuk fanatistik buta. Karena kefanatikan pada sesuatu atau seseorang selain pada kebenaran itu sendiri tentunya akan menggiring kita ke lembah yang tidak jauh menyeramkan dari ketidaktahuan dan skeptisisme. Paling tidak, kita pasti meyakini bahwa kebenaran yang dilahirkan manusia akan selalu dibenturkan dengan teori relativitas relevansi waktu, namun tidak demikian dengan kebenaran hakiki. Sebab ia akan selalu konsis sebagaimana dzat yang memunculkannya.

Daftar Pustaka

Al-Ghazali, Abu Hamid, Tahfut al-Falsifah, direvisi dan dikomentari oleh Ahmad Syamsuddin, Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, Beirut , Libanon, cet. I, 2000.

Al-Iraqi, Athif, Al-Failasf Ibnu Rusyd wa Mustaqbal al-Tsaqfah al-Arabiyyah, Maktabah Usrah, Cairo , Mesir, 2004.

------------ -----, Al-Manhaj al-Naqdy f Falsafah Ibn Rusyd, Dar al-Maarif, Kairo, Mesir, cet. II, 1983.

35 | P a g e

------------ -----, Al-Aql wa al-Tanwr f al-Fikr al-Araby al-Mushir; Qadhy wa Madzhib wa

Syakhshiyyt, Dar al-Quba, Kairo, Mesir, 1998.


Bayyumy, Muhammad, Abdul Muthy, Ibnu Rusyd wa Falsafatuh, Diktat kuliah Fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar putra, Kairo, Mesir, cet. II, 1997.

Hammoudah, Abdul Aziz, Al-Mary al-Muqaarah; Nahwa Nadhariyyah Naqdiyyah Arabiyyah, Alam al-Marifah, ed. 272, Kuwait , 2001.

Ibnu Rusyd, Abul Walid, Fashlul Maql fm bain al-Hikmah wa al-Syarah min al-Ittishl, ditahqiq oleh Muhammad Imarah, Dar al-Maarif, Kairo, Mesir, cet. II, 1969.

------------ --------- -----, Tahfut al-Tahfut, ditulis dan dikomentari oleh Ahmad Syamsuddin, Dar al-Kutub al-'Ilmiyyah, Beirut , Libanon, cet. I, 2001.

Imarah, Muhammad, Al-Mddiyyah wa al-Mitsliyyah f Falsafah Ibn Rusyd , Dar al-Maarif, Kairo, Mesir, cet. II, 1983.

------------ ---------, Syakhshiyyt lah Trkh, Dar al-Salam, Kairo, Mesir, cet. I, 2004-2005.

Kartanegara, Mulyadhi, Menyibak Tirai Kejahilan; Pengantar Epistemologi Islam , Mizan, Bandung , Indonesia , cet. I, 2003.

Lopon, Gustavo, Hadhrah al-Arab, diarabkan oleh Adil Zuaitar, Maktabah Usrah, Kairo, 2000.

Murad, Said, Buhts wa Dirst Falsafiyyah, Maktabah Angelo al-Mashriyyah, Kairo, Mesir, 1990.

Catatan Kaki

[1] Gustavo Lopon, Hadhrah al-Arab, diarabkan oleh Adil Zuaitar (Judul asli tidak tertulis), Maktabah Usrah, Kairo, 2000, hal. 541

** Setidaknya ada tiga kelompok: kelompok yang menerima secara mutlak, kelompok yang menolak secara utuh serta kelompok yang menerima dan menolak secara selektif. Lebih lanjut

36 | P a g e
lihat: Abdul Aziz Hammoudah, Al-Mary al-Muqaarah; Nahwa Nadhariyyah Naqdiyyah

Arabiyyah, Alam al-Marifah, ed. 272, Kuwait , 2001, hal. 31


[2] Athif al-Iraqi, Al-Failasf Ibnu Rusyd wa Mustaqbal al-Tsaqfah al-Arabiyyah, Maktabah Usrah, Cairo , Mesir, 2004, hal. 24

[3] Ibid., hal. 30

[4] Poin ini akan dibahas pada bagian ke-III dari tulisan ini.

[5] Atihf al-Iraqy, Al-Aql wa al-Tanwr f al-Fikr al-Araby al-Mushir; Qadhy wa Madzhib wa

Syakhshiyyt, Dar al-Quba, Kairo, Mesir, 1998, hal. 37


[6] Ibnu Rusyd, Tahfut al-Tahfut, ditulis dan dikomentari oleh Ahmad Syamsuddin, Dr al-Kutub al-'Ilmiyyah, Beirut , Libanon, cet. I, 2001, hal. 3

[7] Ibid., hal. 4

[8] Ibid., hal. 6

[9] Abdul Muthy Muhammad Bayyumy, Ibnu Rusyd wa Falsafatuh, Diktat kuliah Fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar putra, Kairo, Mesir, 1997, cet. II, hal. 28 et seqq

[10] Muhammad Imarah, Al-Mddiyyah wa al-Mitsliyyah f Falsafah Ibn Rusyd, Dar al-Maarif, Kairo, Mesir, 1983, cet. II, hal. 15

[11] Muhammad Imarah, op. cit., hal. 15

[12] Ibnu Rusyd, Fashlul Maql fm bain al-Hikmah wa al-Syarah min al-Ittishl, ditahqiq oleh Muhammad Imarah, Dar al-Maarif, Kairo, Mesir, 1969, cet. II, hal. 9

*** Sebagai contoh adalah bagaimana mentakwilkan kondisi hari akhir. Apakah semua makhluk dibangkitkan dan diberi balasan dalam bentuk jasadi atau ruhi. Karena yang menjadi ushl dalam masalah ini adalah mengimani hari akhir itu sendiri. Sedangkan tentang bagaimana terjadinya serta semua proses yang berkaitan dengannya selama tidak dijelaskan oleh al-Quran adalah masalah

fur. Konsekuensinya adalah tidak ada seorang pun yang berhak untuk mengkafirkan orang lain

37 | P a g e
selama ia berbeda pendapat dalam hal fur. Dengan demikian klaim kebenaran tidak dihegemoni oleh sebagian manusia saja.

[13] Muhammad Imarah, op. cit., hal. 15

[14] Ibnu Rusyd, op. cit., hal. 32

[15] Ibid., hal. 8

[16] Abu Hamid al-Ghazaly, Tahfut al-Falsifah, direvisi dan dikomentari oleh Ahmad Syamsuddin, Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, Beirut , Libanon, cet. I, 2000, hal. 23

[17] Lihat lebih lanjut Ibnu Rusyd, Tahfut al-Tahfut, op. cit., hal. 22

[18] Muhammad Imarah, Syakhshiyyt lah Trkh, Dar al-Salam, Kairo, Mesir, cet. I, 2004-2005, hal. 116

[19] if al-Iraqi, Al-Manhaj al-Naqdy f Falsafah Ibn Rusyd, Dar al-Maarif, Kairo, Mesir, cet. II, 1983, hal. 64

[20] Mulyadhi Kartanegara, Menyibak Tirai Kejahilan; Pengantar Epistemologi Islam , Mizan, Bandung , Indonesia , cet. I, 2003, dalam pengantar Armahedi Mahzar: Menuju Islamisasi Paradigma Sains Posmodern, hal. Xviii

[21] Atihf Al-Iraqi, Al-Aql wa al-Tanwr, op. cit., hal. 71

[22] Ibid., hal. 71

[23] Mulyadhi Kartanegara, op. cit., hal. 25

[24] Ibid., hal. 27

**** Meski semua agama langit yang diturunkan pada para Nabi telah mengajarkan adanya sumber lain berupa intuisi selain indra dan akal, namun yang diakui dunia ilmiah saat ini sebagai agama yang paling berpengaruh dalam menguatkan sumber intuisi adalah Islam.

38 | P a g e
[25] Lirik lagu Endless Love yang dinyanyikan oleh Diana Ross dan Lionel Richie ini merupakan bukti bahwa seringkali manusia memiliki sisi lain dari dirinya yang hanya bisa dipahami dan diterima oleh intuisi dan bukan akal.

39 | P a g e

Opini - Hidayatullah Friday, 09 January 2009 23:30

Salafi, Ja'far, dan Gerakan Radikal


Di saat warga Palestina dibantai, Syeikh Shalih al-Luhaidan melarang umat berdemo. Ada pula yang sering menyebut khawarij saudaranya

Oleh: Tohir Bawazir* Pengamat gerakan dakwah

Cukup menghentakkan hati kita, tatkala banyak saudara kita dibantai secara biadab oleh Zionis-Israel, tiba-tiba keluar pernyataan fatwa haramnya demonstrasi membela Palestina. Pernyataan mengagetkan ini, pertama kali dikeluarkan ulama salafi asal Saudi, Syeikh Shalih al-Luhaidan. (www.hidayatullah. com, 7 Januari 2009)

Syeikh Shalih al-Luhaidan, yang tak lain Ketua Majelis al-Ala li al-Qadha Arab Saudi ini mengatakan, bahwa demonstrasi yang terjadi di jalanan Arab untuk membela warga Gaza termasuk membuat fasad fi Al Ardhi alias kerusakan di muka bumi. Tak sekedar itu, ia juga menilai, demonstrasi sebagai hal yang tidak baik dan tidak mendatangkan kebaikan.

40 | P a g e

Tentu, pernyataan Shalih al-Luhaidan ini langsung banyak disambut kritik beberapa ulama lain di dunia.

Beberapa ulama menyatakan bahwa Fatwa Luhaidan yang telah dilansir oleh koran al Hayat, hari Sabtu (3/2) itu sebagai perkataan yang amat memalukan bagi dunia Islam. Sedangkan yang lain mengatakan bahwa hal itu merupakan kriminal besar karena memerintahkan orang lain untuk tidak mengungkapkan sikap lewat demontrasi.

Beberapa ulama yang melakukan pertemuan di Kairo sepakat bahwa demontrasi mendukung warga Gaza yang sedang dibantai Israel saat ini adalah wajib, secara syari dan aqli.

Salah satu dari ulama yang hadir adalah Syeikh Dr. Wahbah Az Zuhaili, Wakil

Ketua Majma Fuqaha asy-Syariah Amerika dan profesor bidang fikih di


Universitas Damaskus.

Syeikh Wahbah merasa heran dan sangat mempertanyakan fatwa al-Luhaidan. Di

mana letak kerusakan di bumi, ketika kita melakukan demontrasi menentang kekejaman Israel atas Gaza? Mengatakan hal itu (pelarangan demonstrasi) sama dengan mengakui penjajahan. Jika demontrasi untuk menghancurkan kemungkaran maka hal itu bukan menciptakan kerusakan di bumi, ujar Syeikh
Wahbah.

Tidak tepat jika fatwa ini berlaku di dunia Islam secara umum, karena ditujukan kepada umat Islam, minimal fatwa ini adalah fatwa lokal, akan tetapi ini juga tidak tepat, karena pentingnya peran demontrasi dan wajibnya untuk situasi seperti ini,
tambah Wahbah.

41 | P a g e

Ulama yang baru mendapatkan penghargaan dari pemerintah Malaysia ini juga menyatakan, Fatwa ini tidak benar, dan ini dipengaruhi oleh situasi yang ada di

Saudi, dan mereka selalu menjaga adat, karena raja-rajanya menolak munculnya demontrasi, ujarnya.

Islam Radikal dan Salafi

Sebelum ini, kasus serupa terjadi di Indonesia. Dalam sebuah acara Todays

Dialogue di MetroTV, 2 September 2008, memunculkan dialog berjudul Islam Radikal Mau Ke mana?. Acara dialog itu sendiri diadakan dengan menghadirkan
tiga Pembicara; Ustad Jafar Umar Thalib, mantan Panglima Laskar Jihad (LJ); Abdul Moqsith Ghozali, salah tokoh JIL (Jaringan Islam Liberal) dan Nasir Abas, orang Malaysia yang dikenal sebagai mantan Anggota Jamaah Islamiah (JI) dan dianggap berkhianat oleh teman seperjuangannya.

Sebenarnya, seperti yang dituturkan oleh Meutia Hafidh selaku pembawa acara, pihak MetroTV ingin mengundang pula wakil dari Majelis Mujahidin (MMI) dan Forum Ummat Islam (FUI), namun keduanya tidak bersedia hadir.

Tema diskusi sebenarnya banyak menyoroti fenomena gerakan Islam MMI yang dianggap radikal, teristimewa terhadap kasus keluarnya Ustadz Abubukar Baasyir dari pucuk pimpinan MMI. Karena pihak MMI tidak hadir, tema jadi sedikit bergeser, menjadi lebih luas yaitu gerakan-gerakan Islam yang dianggap radikal (keras). Selain MMI, adapula FPI, FUI dan mungkin pula termasuk Hizbut Tahrir

Indonesia (HTI) dianggap sebagai gerakan Islam radikal. Kalau dari pihak
narasumber, bisa dibilang Abdul Moqsith dan Nasir Abas mewakili pihak yang berseberangan dengan gerakan-gerakan Islam. Yang oleh media selalu dikonotasikan dengan radikal. Karena yang pertama merupakan tokoh JIL, satunya mantan JI dan satu lagi, manta pendiri Laskar Jihad. Bisa dibaca, TV berharap, mereka dari sudut pandang berbeda dan yang penting siap diadu.

42 | P a g e

Tapi, nampaknya TV tak mendapatkan harapannya. Sebab, keberadaan Jafar Umar Thalib, meski mantan LJ, ke mana-mana membawa pedang, bersorban dan berjanggut, tapi dalam diskusi tak menunjukkan sikap radikal yang diharapkan TV. Sebab sebaliknya, dalam berbagai statemennya, dia justru menyerang teman seiring lebih keras dibanding oleh dua narasumber lainnya. Sangat aneh!

Ketika Jafar ditanya tentang kelompok-kelompok Islam Radikal yang ingin berjuang menegakkan syariat Islam atau negara Islam, Jafar bahkan mengatakan, kelompok-kelompok itu harus diberangus sampai ke akar-akarnya. Sampai-sampai Meutia Hafidh, sang pembawa acara bertanya keheranan, Harus diberangus? Bahkan para audience yang hadir dalam dialog tersebut seketika tertawa, karena tidak percaya mendengar statemen dari seorang ustadz salafi. Jafar mengklaim bahwa dulu Khalifah Ali bin Abi Thalib memberangus kaum Khawarij (pembangkang yang suka menumpahkan darah umat Islam). Jafar juga mengatakan kelompok-kelompok yang ingin mendirikan negara Islam sebagai

Ahlul Bughot (pemberontak) karena itu wajib diberangus sampai ke akar-akarnya.

Saya heran betul dengan pola pikir sebagian (saya harus menegaskan tidak semua salafi berpola pikir seperti ini) kaum yang mengaku salafiyyin ini, mereka sangat antipati terhadap setiap gerakan Islam di luar kelompoknya. Walaupun usahausaha ingin menegakkan syariat Islam dilakukan dengan cara-cara yang persuasif, baik melalui jalan dakwah, tarbiyah, slogan-slogan, demonstrasi, maupun melalui mekanisme politik, kaum salafi semodel Jafar Thalib, dan sebangsanya, mereka tetap tidak lapang dada. Mereka akan merasa sumpek hatinya kalau ada upayaupaya tokoh-tokoh Islam dan gerakan Islam terus menerus menyuarakan perjuangannya. Karena bagi kelompok salafi model ini, setiap perjuangan penegakan syariat Islam adalah ciri-ciri kaum Khawarij, dan kalau sudah dituduh Khawarij itu harus diwaspadai seluruh gerak-geriknya bahkan perlu diberantas sampai ke akar-akarnya.

43 | P a g e

Bagi kaum salafi ini, kedudukan pemerintah adalah identik dengan Ulil Amri. Setiap bentuk kritik, koreksi, bahkan walau sekedar bentuk demonstrasi terhadap penguasa adalah ciri-ciri Khawarij, walau kritik itu masih dalam bingkai yang wajar dan tidak melakukan pemaksaan kehendak dsb.Walau pula konstitusi negara mengakomodir adanya perbedaan partai politik, asas partai politik, ideologi politik, kebebasan berpendapat dsb, namun kelompok ini tidak. Pokoknya, tidak samina

waatona terhadap penguasa berarti khawarij. Mestinya kaum salafi harus lebih
rajin belajar sejarah Islam. Kalau yang buat ukuran adalah Pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib, yang merupakan kepemimpinan Islam yang telah menunaikan hak-hak Allah dengan benar, menjalankan syariat Islam dengan benar, berbuat adil buat rakyatnya dsb, memang tidak boleh bagi siapapun untuk memberontak. Andaikata ada perselisihan dengan khalifah, tidak boleh diselesaikan dengan kekerasan apalagi pemberontakan, tetapi dengan dialog maupun musyawarah. Bagi yang membangkang bolehlah bisa disebut Khawarij dan perlu diperangi (itupun kalau mereka mengajak perang), karena kelompok ini telah durhaka kepada penguasa/ pemerintah. Bahkan dalam sejarahnya, Khalifah Ali tidak pernah mengejar-ngejar kaum Khawarij sampai ke akar-akarnya. Yang tidak mengacungkan pedangnya tetap tidak diperangi, bahkan Khalifah Ali mengirim sahabatnya yang bernama Abdullah bin Abbas ra. yang bergelar orang yang paling mengerti tafsir al-Quran untuk berargumen dan berdebat dengan kaum Khawarij ini. Artinya, untuk menghadapi orang yang berakidah dan berpikiran Khawarij tetap dikedepankan semangat dialogis, namun kalau upaya ini tidak efektif, cukup dilemahkan saja sekedar tidak mengganggu pemerintah, namun seandainya mereka mengacungkan pedangnya barulah penguasa bertindak yang setimpal, inipun untuk sekelompok orang yang memang benar-benar berakidah Khawarij. Sangat berbeda masalahnya jika yang dituduh Khawarij ternyata bukan Khawarij. Ini fitnah keji.

Namun bagi salafi model ini, soal kepemimpinan mau islami atau tidak, mau adil ataupun dzalim, legitimate atau tidak, menipu rakyat atau tidak, yang penting

44 | P a g e

pemimpin yang sah, maka siapapun yang tidak taat apalagi sampai memberontak, mengganggu dsb adalah khawarij. Titik.

Jika ukurannya begini, perlu dijelaskan, beranikah mengatakan bahwa Gubernur Muawiyah bin Abi Sufyan adalah Khawarij, karena terang-terangan membangkang kepada khalifah yang sah yaitu Ali bin Abi Thalib, bahkan melakukan peperangan yang amat dasyat yang dikenal dengan Perang Shiffin?

Beranikah Jafar dan para ustadz salafi yang semodel dia mengatakan bahwa Husain bin Ali, cucu Rasulullah SAW adalah Khawarij karena beliaulah yang pertama-tama melakukan pemberontakan terhadap Khalifah Yazid bin Muawiyah, yang dikenang sebagai peristiwa tragis, dibunuhnya cucu Rasulullah SAW tersebut di padang Karbala?

Tragedi Karbala terjadi karena Husain bin Ali melakukan pemberontakan terhadap penguasa yang sah yang diwariskan oleh Muawiyah terhadap putranya, padahal itu menyalahi konsensus. Di mana waktu itu Khalifah Muawiyah berjanji akan menyerahkan kekuasaan sepeninggalnya kepada ummat Islam, namun justru dilanggar sendiri dan diserahkan untuk anak dan keturunannya.

Penulis ingin mendengar langsung Jafar menjelaskan ke ummat, apa tanggapan kalian terhadap pemberontakan yang dipimpin oleh Abdullah bin Zubair terhadap penguasa Bani Ummayyah, Abdul Malik bin Marwan dan gubernurnya yang terkenal haus darah, Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqofi.

Abdullah bin Zubair adalah anak sahabat utama, Zubair bin Awwam ra, salah seorang shahabat Nabi yang dijamin masuk syurga dan ibu seorang mujahidah, Asma binti Abubakar ash shiddiq, yang bergelar pemilik dua ikat pinggang. Asma adalah putri Abubakar yang membantu Nabi dan ayahnya mensuplai makanan hingga beberapa hari ketika keduanya bersembunyi di gua Tsur dari kejaran kaum

45 | P a g e

kafir Quraisy. Apakah Jafar Umar Thalib akan menyebut Abdullah bin Zubair sebagai khawarij?

Jangan lupa, di kalangan salafi, khawarij itu diidentikkan dengan teroris dan

khawarij itu termasuk golongan anjing-anjing neraka. Kemudian bagaimana pula


sikap para salafiyyun terhadap pemberontakan yang dipimpin oleh Abul Abbas As-Saffah yang berhasil membantai dan menggulingkan kekuasaan Bani Ummayyah dan menjadi Khalifah pertama dari Bani Abbasiyah?

Suka atau, tidak sepanjang perjalanan Daulah Bani Umayyah dipenuhi dengan pemberontakan demi pemberontakan, namun semuanya masih bisa dipatahkan oleh para penguasa Bani Ummayyah. Tetapi baru di tangan Abul Abbas pemberontakan mengalami kemenangan. Kalau yang kalah disebut pemberontak yang khawarij lalu bagaimana kalau menang dan berganti menjadi penguasa yang sah, apakah tetap khawarij atau jadi ulil amri yang wajib ditaati?

Kenapa salafiyin masih menaruh hormat pada dinasti Abbasiyah, padahal kekuasaannya diperoleh dengan pemberontakan bahkan pembantaian terhadap seluruh keluarga dinasti Ummayyah, sehingga banyak di antara keluarga Bani Umayyah yang kabur menyelamatkan diri ke Spanyol (Cordova) maupun ke dataran Afrika karena dikejar-kejar oleh penguasa yang baru. Atau bagaimana sikap para salafiyyin terhadap tabiin yang mulia, Said bin Jubair, murid Ibnu Abbas yang juga memberontak terhadap Bani Ummayyah? Apa beliau yang merupakan imam hadits yang terkenal juga seorang khawarij? Dan masih banyak pula pemberontakan yang dilakukan oleh ulama dan mujahid Islam terhadap penguasa yang dzalim baik di era Bani Umayyah maupun Bani Abbasiyah.

Dalam buku yang berjudul Mereka Adalah Teroris, Penerbit Qaulan Sadida Malang, Luqman Baabduh (teman seperguruan Jafar Thalib, yang kini tinggal di Jember) menulis (lebih tepatnya menuduh) elemen-elemen dakwah Islam yang sedang berjuang menghadapi tirani penguasa, bahkan perjuangan menghadapi

46 | P a g e

Yahudi di Palestina dimasukkan sebagai bagian dari khawarij dan teroris. Termasuk pula di situ tertulis nama-nama ulama Ikhwanul Muslimin, seperti Hasan Albana, Sayyid Quthub sebagai teroris, Abdullah Azzam, pejuang Islam di Afghanistan, termasuk pula tokoh-tokoh HAMAS Palestina seperti Syaikh Ahmad Yasin, Abdulaziz Ar- Rantisi dan sebagainya sebagai teroris Khawarij.

Penulis tak melihat ada penghormatan yang semestinya terhadap para ulama maupun mujahid selagi mereka bukan dari kelompoknya. Jadi kalau tiap hari ummat Islam di seluruh dunia mendoakan dan membantu perjuangan rakyat Palestina dari agresi Yahudi, kelompok salafi dengan mudah malah nyukurin para teroris. Betapa gembiranya kaum lain dengan pandangan agama yang aneh begini.

Keberadaan buku yang meresahkan seluruh komponen gerakan dakwah sebenarnya sudah dijawab dengan begitu lugasnya oleh Abduh Zulfidar Akaha dalam bukunya Siapa Teroris? Siapa Khawarij? Penerbit Pustaka Al-Kautsar, 2006.

Namun rupanya dagangan lama masih mau terus dipakai oleh Jafar untuk memojokkan gerakan-gerakan Islam lainnya , bahkan statemen, perlu diberangus ke akar-akarnya, justru menjadi modal tambahan terhadap kelompok Islam phobia untuk memberangus gerakan-gerakan Islam.

Sudah merupakan sunnatullah, manusia akan berkelompok dengan sesama komunitasnya. Para ulama pasti akan berinteraksi dengan sesama komunitasnya, para mujahid juga akan mencari habitat yang sama. Para politisi juga akan mencari rumah yang cocok dengan platform politik yang dicita-citakannya. Yang ingin memperjuangkan cita-cita Islam, mereka pasti akan memilih partai-partai berazas Islam atau minimal memperjuangkan aspirasi ummat Islam, dan bukannya pasif dan masa bodoh.

47 | P a g e

Adapula yang merasa sudah cukup berjuang di medan pendidikan, adapula yang lebih concern di bidang ekonomi yaitu dengan mengupayakan pengentasan kemiskinan di sekitarnya. Adapula yang sibuk membendung akidah ummat Islam dari pengaruh pemurtadan maupun aliran-aliran menyimpang. Orang-orang Islam memang harus sibuk. Orang-orang sekular juga akan terus berjuang agar nilai-nilai Islam jangan sampai berperan di masyarakat dan pemerintahan.

Orang-orang Liberal seperti Ulil Abshar Abdalla juga bercita-cita agar liberal akan menjadi mazhab masa depan, untuk menggantikan mazhab fikih Islam yang sudah ada. Itulah dunia. Tempat di mana manusia berjuang dan bertarung untuk mewujudkan cita-citanya masing-masing, dan di akhirat nanti manusia akan dibalas sesuai dengan amal dan cita-citanya. Yang tidak bercita-cita apapun kecuali sekedar mengenyangkan isi perutnya juga akan dibalas sesuai dengan perbuatannya. Yang sejalan dengan perintah Allah akan dijanjikan syurga dan yang menjegal di jalan Allah akan dibalas di neraka.

Jadi kalaulah ada pihak-pihak yang bercita-cita menghalangi perjuangan dakwah dan politik Islam seperti yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi, Nasrani, liberal dan sekular itu adalah hal yang wajar. Bahkan buat ummat Islam, itu merupakan ujian yang harus dilaluinya. Namun jika yang menghalangi adalah seorang yang merasa dirinya ustadz, berjanggut panjang dan memakai gamis, saya menyebutnya sebagai musibah.

Untuk itulah tulisan pendek kami hadirkan sebagai sarana untuk mengingatkan,

watawa shoibil haqqi watawa saubissobr, saling mengingatkan dalam kebaikan


dan kesabaran. Tidak ada maksud kami untuk saling mendengki sesama ummat Islam. Marilah kita sama-sama menyibukkan diri mengungkap aib dan kekurangan diri masing-masing dibanding sibuk mencela aib dan kekurangan orang lain. Ya Allah ampunilah diri kami dan para pendahulu kami, ampunilah saudara-saudara kami yang sedang menggapai dan menolong agamamu ini dari makar para musuh-musuh Islam.

48 | P a g e

Sebuah Agama Bernama Pluralisme


Oleh: Tri Putranto

Adalah LibForAll Foundation. sebuah lembaga charity yang digagas oleh Charles Holland Taylor, berpusat di Winston-Salem Carolina Utara Amerika Serikat. Yayasan ini didanai oleh F Borden Hanes JR dari perusahaan investasi Bowen Hanes and Co serta kocek Taylor sendiri. Kurang lebih 250 juta US $ telah dihibahkan untuk kegiatan LibForAll. Lembaga non profit yang gencar mempromosikan kebebasan dan toleransi beragama ini menunjuk Mustofa Bisri sebagai dewan penasihat. Eksponen yang lain di antaranya: Amin Abdullah, Abdul Munir Mulkhan, Frans Magnis Suseno, Yenny Wahid dan dedengkot Dewa 19: Ahmad Dhani.

Charles Holland Taylor CEO LibForAll mendirikan yayasan yang mempropagandakan paham kesamaan agama-agama ini pasca tragedi WTC 11 September dan meledaknya bom Bali I tahun 2002. Taylor adalah mantan petinggi Global Link, perusahaan telekomunikasi multinasional Amerika yang pernah

49 | P a g e

bekerjasama dengn Indosat. Kini ia bermukim di Indonesia dan sering menjelajahi Jawa Tengah, Jawa Timur serta Yogyakarta untuk mempelajari ajaran Sinkretisme Islam, Hindu dan Buddha. Tidak tanggung-tanggung bahkan ia sering menjalankan ritual puasa mutih dan bersemedi di Parang Kusumo, pantai selatan Yogyakarta. Taylor sangat terkesan oleh ajaran kejawen. Sudah tak perlu disangsikan lagi ia telah mengaplikasikan ajaran pluralisme agama yang diusung oleh nabinya kaum pluralis: Fritjof Schuon. Paham yang mengamalkan pluralitas ini merepresentasikan jalan kepercayaan berbeda-beda akan menuju kesempurnaan yang sama. Jadi tak ada satu agamapun yang berhak mengklaim kebenaran agamanya sendiri. Klaim kebenaran atas agama merupakan sumber konflik antar umat beragama yang melahirkan sikap anti pluralitas dan anti toleransi.

Persoalan ini bukanlah main-main namun lebih sebagai proyek besar kaum Yahudi Zionis dalam mengimplementasikan jargon: Liberty, Egality, Fraternity: Kebebasan, Persamaan dan Persaudaraan. Filosofi ini menginspirasi bapak pluralisme agama: Nurcholis Madjid, almarhum pernah mengemukakan gagasannya: Ibarat roda, pusat roda adalah Tuhan dan jari-jarinya adalah jalan berbagai agama. Bisa diartikan satu Tuhan banyak jalan. Termaktub pula dalam endorsment buku The Great Tranformation karya Karen Armstrong, yang ditulis oleh Prof Amin Abdullah: Partikularitas-eksklusifitas agama yang bergantung pada legitimasi kitab suci yang dipahami secara tekstual tanpa disadari rupanya dapat mengantarkan seseorang atau kelompok pada sosok kesalehan yang keras, militan dan radikal. Sosok keberagamaan model ini dengan mudah menanamkan rasa tidak suka pada orang atau kelompok lain di luar diri dan kelompoknya, benci, marah, dendam, konflik, egoisme. Sedang universalitas-inklusivitas agama menekankan

compassionate ethic yang mengedepankan rasa simpati, empati, rasa hormat,


senasib sepenanggungan, suka menolong, suka beramal, murah hati, loyalitas, kerjasama dan solidaritas antar sesama umat manusia

50 | P a g e

Fenomena Pluralisme Agama Semakin Mengemuka

Paham yang getol mencari titik temu agama-agama tersebut makin gencar disebarkan oleh agen-agennya. Merunut jauh ke belakang, menguak sejarah pluralisme agama semakin menyibak tabir pemahaman, sejatinya Yahudi ada di balik falsafah keliru ini. Penulis magnum opus The Trancendent Unity Of Religions: Fritjof Schuon adalah murid Renee Guenon sang pelopor filsafat abadi, yang ternyata Guenon mendalami ilmunya di sekolah Free School Of Hermetic Scienes milik Gerard Encausse yang mendirikan The Theosophical Society di Perancis, cabang dari theosofi pusat yang dimotori Annie Bessant. Awalnya perkumpulan theosofi diprakarsai oleh para anggota Freemason: Helena Petrovna Blavatsky, George Felt dan Henry Steel Olcott

Nah! Makin terkuak jelas dalang di belakang layar yang mengembangkan doktrin sesat yang diyakini kaum pluralis sebagai sebuah pandangan hidup. Sejatinya pluralisme agama adalah faham yang gagal memahami perbedaan partikularitas dan hakikat tentang sesuatu. Jalan beragam menuju puncak yang sama. Semua agama adalah sama dan setara

Kita jangan terkesima. Dalam menyebarkan virus sesatnyaYahudi Zionis mempunyai 1001 macam cara. Gagal mengkafirkan umat Islam, mereka tebar pesona dengan strategi jitu dengan melahirkan agama baru: pluralisme agama. Umat tetap menjalankan syariat agama masing-masing namun diluluhlantakkannya aqidah yang menjadi pondasi keberagamaan. Jangan sampai kita menjadi kafir tanpa sadar! Mata umat harus tetap terbuka. Islam mempunyai prinsip tegas dalam QS. Al-Kafirun: Lakum Dinukum Wa Liyadin, Untukmu agamamu dan untukku agamaku.

Solusi menurut pandangan Islam, terletak pada identitas keagamaan, pemberdayaan hubungan antar agama serta tidak menafikan peran agama. Gazwul fikri telah dimulai! Fakta telah bicara, umat jangan ternganga dan tinggal

51 | P a g e

diam menanti runtuhnya nilai-nilai Islam dalam kehidupan kita. Umat jangan terlena, kaum pluralis mulai menancapkan kuku-kukunya menyebar virus sesat: pluralisme agama. Wahai umat, waspadalah!!!

Wallahu alam bish shawab

52 | P a g e

Kajian Ilmiah Perwakilan Cabang Istimewa Muhammadiyah Mesir

Islam dan Barat dalam Tinjauan Sejarah


Oleh: Mardiatos Tanjung

Pendahuluan

Tragedi kemanusiaan sedang terjadi di berbagai daerah di negara-negara Islam seperti: Palestina, Irak , Afghanistan , Chechnya , Kasmir, Moro (Filipina), dll. Jutaan umat Islam di berbagai negeri tersebut tewas tanpa ada dosa, jutaan anak-anak juga harus kehilangan masa depannya tanpa mengerti apa yang telah terjadi. Belum lagi jumlah janda yang semakin membengkak, kesenjangan sosial dan ekonomi yang morat-marit menambah sakitnya penderitaan umat Islam. Sebuah

blacktime (masa kegelapan) sedang dialami umat Islam dan begitu mengerikan.

Dunia tentu merasa prihatin terhadap apa yang dialami oleh umat Islam di berbagai pelosok negeri tersebut. Berbagai kecaman dan sikap menolak pun datang dari berbagai pihak untuk menentang segala penindasan yang terjadi.

53 | P a g e

Sungguh mengerikan memang seandainya kita langsung mendengarkan suara gemuruh bom dan hujan-hujan rudal. Andai saja kita bisa mendengar ratapan anak kecil di bahu ayahnya yang sudah tak bernafas, atau andai kita dapat mendengar jeritan wanita-wanita suci yang dirampas kehormatannya. Masih banyak lagi tragedi lain yang dapat meluluhlantakkan hati kecil kita terjadi di berbagai negara tersebut.

Kehidupan umat Islam yang berada dalam blacktime ini, mengajak kita untuk mulai berpikir dan bertindak. Berpikir tentang apa yang sedang terjadi, kenapa, dan harus bagaimana. Kemudian bertindak sebagai solusi untuk keluar dari

blacktime.

Untuk itulah penulis berusaha sedaya mampu mengajak pembaca untuk berpikir kenapa hubungan Islam dan Barat ternodai dalam beberapa abad ini dan bagaimanakah nantinya hubungan tersebut, harmoniskah atau tidak.

Di sini penulis akan memberikan gambaran tentang hubungan Islam dan Barat berdasarkan kronologis sejarah, motif-motif yang mengilhami segala peristiwa dan psikologis orang-orang yang terlibat langsung. Hal ini kita mulai dari masa kekuasaan Daulah Islamiyah di mana di mulainya persentuhan Islam dan Barat, hingga masa sekarang ini. Dengan metode inilah kita dapat membayangkan bagaimana nantinya hubungan di antara keduanya, apakah akan harmonis atau tidak.

I. Definisi Islam dan Barat

Islam merupakan satu agama yang lengkap. Islam berbeda dengan agama-agama lain yang terdapat di dunia. Perkataan Islam tidak mempunyai hubungan dengan individu-individu tertentu, golongan-golongan tertentu atau tempat-tempat tertentu.

54 | P a g e

Islam juga merupakan agama yang bersifat integral, yang mengatur hidup dan kehidupan manusia serta menjadi dasar akhlak mulia yang disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw. untuk seluruh umat manusia.

Secara umum, Islam merupakan asas kehidupan manusia yang meliputi semua bidang dan lapangan atau dengan kata lain Islam is the way of life.

Definisi Islam terbagi kepada 2 bagian utama yaitu definisi menurut etimologi dan definisi menurut istilah (syara). Definisi Islam menurut etimologi adalah selamat, sentosa atau kedamaian. Seperti dalam sebuah hadits Rasulullah Saw. yang artinya: "Seorang Muslim ialah seorang yang menyelamatkan muslim lainnya dari

lidah dan tangannya".

Adapun definisi Islam menurut istilah (syara) adalah patuh dan menyerahkan diri kepada Allah dengan penuh kesadaran dan kerelaan tanpa paksaan serta mematuhi segala peraturan-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

Penyerahan secara terpaksa tidak masuk dalam definisi, karena penyerahan secara paksa tidak akan mendatangkan balasan pahala, malah manusia tidak dapat membuat pilihan yang mengakibatkan mereka akan masuk surga atau neraka. Baik mereka tergolong orang yang beruntung ataupun orang yang merugi. Bahkan penyerahan secara ini tidak sesuai untuk makhluk manusia yang mempunyai akal pikiran. Firman Allah Swt.: Barang siapa mencari agama selain

agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang yang rugi. (QS. Ali Imran: 85).

Dari namanya kita sudah bisa pahami bahwa Islam merupakan nama istimewa yang diberikan oleh Allah kepada Din-Nya. Al-Qur'an sebagai kalam Allah menyebutkan Islam sebagai al-Islam (ma'rifah) yang ditujukan kepada agama suci ini. Di antara ayat-ayat tersebut adalah:

55 | P a g e

Sesungguhnya agama di sisi Allah hanya Islam. (QS. Ali Imran: 19). Barang siapa mencari agama selain Islam, maka tidaklah akan diterima (agama itu) . (QS. Ali
Imran: 85).

Adapun "Islam" dalam pembahasan kita di sini adalah negara-negara yang mayoritas berpenduduk Islam baik yang ada di Benua Afrika maupun benua Asia .

Sedangkan definisi "Barat" menurut bahasa adalah salah satu arah di mana tenggelamnya matahari. Dan adapun pengertian "Barat" dalam pembahasan kita ini ditujukan kepada negara-negara yang ada di sebelah barat yaitu negara Eropa dan Amerika Raya yang mayoritas beragama Kristen.

Jadi, Islam dan Barat dalam pembahasan ini adalah membahas sejauh mana hubungan negara-negara Islam dengan negara-negara Eropa dan Amerika Raya yang mayoritas beragama Kristen.

II. Daulah Islamiyah

Sebelum Islam datang, dunia tiada lain hanya tempat yang menakutkan. Bunyi genderang perang, perbudakan, kebejatan moral dan kebodohan ada di manamana. Tidak ada kebebasan, kedamaian dan hak azasi manusia. Dunia hidup dalam hukum rimba, yang kuat memakan yang lemah.

Pada masa itu, kerajaan yang paling berkuasa di dunia adalah kerajaan Bizantium Romawi dan kerajaan Yunani yang mewakili daerah Barat, dan kerajaan Persia yang mewakili daerah Timur. Peperangan di antara kekuatan ini terus berlangsung hingga detik-detik munculnya agama Islam.

56 | P a g e

Situasi dunia yang semakin tidak menentu ini membutuhkan cahaya kedamaian, keadilan dan pembebasan hak azasi manusia. Saat itulah datang utusan Ilahi, nabi akhir zaman, membawa risalah kebenaran bagi seluruh umat manusia. Dialah nabi Muhammad Saw..

Budi pekerti dan kelembutan yang tercermin dalam pribadi nabi Muhammad, kebenaran ajaran yang dibawanya serta metode dakwah yang toleran membuka jendela hati manusia yang rindu akan kedamaian. Sehingga perkembangan Islam pun semakin cepat sampai ke berbagai pelosok di seluruh Timur Tengah.

Muhammad Saw., sebelum menjadi Rasul sudah mendapat julukan al-Amin lantaran sifatnya yang mulia dan sangat dipercaya. Sifatnya yang santun menjadikan ia berhubungan baik dengan siapa pun, dengan keluarga, sahabat dan musuh dakwahnya sekalipun.

Dalam hal interaksi dengan kelompok ahlul kitab, ulama besar Syaikh Dr. Yusuf Qardhawi dalam Hadyul Islam Fatawa Mu'ashirah (Fatwa Kontemporer) menjelaskan betapa toleransi tampak jelas dalam pergaulan Rasulullah terhadap ahlul kitab, baik Yahudi maupun Nasrani. "Beliau mengunjungi mereka dan menghormati mereka, menjenguk mereka yang sakit, menerima dan memberi sesuatu kepada mereka".

Sebelum orang di zaman kini biasa berdialog antar agama, Nabi Muhammad sudah mendahului sejak dulu. Seperti dicatat oleh Ibnu Ishaq dalam As-Shirah, para utusan dari negeri Najran yang beragama Nasrani ketika menghadap beliau di Madinah, mereka menemuinya di masjid setelah waktu ashar. Tatkala tiba waktu shalat, mereka lantas hendak shalat di masjid beliau. Sehingga orang-orang hendak mencegahnya, tetapi Rasulullah bersabda, "Biarkanlah mereka". Lantas mereka menghadap ke timur dan melakukan sembahyang mereka.

57 | P a g e

Abu Ubaid dalam kitab Al-Amwal meriwayatkan teladan Nabi membantu kesusahan keluarga non Muslim. "Dari Sa'id ibnu Al-Musayyab bahwa Rasulullah pernah bersedekah kepada keluarga Yahudi, maka berlakulah hal itu atas mereka".

Khusus dengan kaum Kristen, sejak masih di Mekah kaum Muslimin sudah menunjukkan kedekatannya dengan memberikan dukungan kepada pasukan Romawi yang Kristen ketika mereka berperang dengan pasukan Persia yang beragama Majusi (penyembah api). Bahkan mereka turut bersedih ketika mendengar dalam satu pertempuran pasukan Romawi kalah, sebagaimana diabadikan oleh Allah dalam al-Qur'an Surat Ar-Rum.

Solidaritas orang Kristen kepada kaum Muslimin pernah terjalin dengan baik di zaman itu ketika sebagian sahabat diperintah oleh Nabi untuk hijrah ke negeri Habsyi yang penduduk dan rajanya beragama Kristen. Di negeri itu sang Raja Negus memberikan suaka kepada kaum Muslimin yang dikejar pasukan penguasa Mekah. Raja Negus sangat terkesan dengan ayat-ayat al-Qur'an yang memuliakan Nabi Isa As. dan ibunya.

Begitu pula dengan kaum Yahudi. Sebelum kaum Yahudi mengkhianati perjanjian, hubungan antara Nabi dan para sahabatnya dengan komunitas Yahudi di Madinah berjalan baik. Seperti sering diceritakan orang, di Madinah ada seorang Yahudi sering mengganggu Nabi jika beliau lewat di muka rumahnya. Suatu hari ia absen karena sakit. Mendengar itu Nabi menjenguknya. Si Yahudi itu demikian terkejut dan terharu, tak menyangka dijenguk orang yang sering diganggunya. Hingga akhirnya ia masuk Islam.

Konflik pertama hubungan dengan Yahudi mulai memburuk sejak mereka melakukan konspirasi bersama pasukan kafir Mekah, memusuhi kaum muslim di Madinah. Hingga akhirnya mereka diusir dari Madinah dan Khaibar. Peristiwa

58 | P a g e

Khaibar di kemudian hari menjadi satu peristiwa paling traumatis dan mewariskan dendam kesumat orang Yahudi hingga berabad-abad.

Sedangkan konflik pertama kali dengan kaum Nasrani terjadi pada Perang Mu'tah dan Perang Tabuk, melawan tentara Romawi (Bizantium). Perang Mu'tah terjadi karena al-Harits ibnu Umair al-Azady yang diutus Nabi untuk membawa surat kepada Raja Romawi Hiraqla (Heraklius), dibunuh oleh seorang pejabat Romawi.

Perang Tabuk adalah lanjutan dari Perang Mu'tah, karena Hiraqla penasaran pasukannya tidak berhasil mengalahkan pasukan Muslim pada Perang Mu'tah.

Maka Hiraqla menyiapkan pasukan besar-besaran untuk menyerbu Madinah. Mendengar hal itu Rasulullah juga menyiapkan pasukan besar lalu pergi menyambut mereka di Tabuk, perbatasan Jazirah Arab dengan Syam. Karena terdengar kabar oleh pasukan Romawi bahwa pasukan Muslim datang dengan kekuatan berlipat ganda, maka mereka mengurungkan niatnya, lalu mundur teratur dari perbatasan, tak jadi bertempur.

Pertempuran ketiga dengan pasukan Kristen Romawi adalah pada Perang Yarmuk, di masa kekhalifahan Abu Bakar ra. Pada perang ini pasukan Islam dipimpin oleh panglima Khalid ibnu Walid, sedangkan pasukan Romawi dipimpin oleh para pendeta dengan membawa palang salib. Atas izin Allah, pasukan Islam menang telak sehingga Hiraqla melarikan diri ke Konstantinopel ( Istanbul ) sambil berlinang air mata.

Masa setelah itu juga terdapat sejumlah peperangan sehubungan dengan perlawanan negeri-negeri di Asia Tengah, Eropa dan Afrika Utara terhadap gerakan dakwah Islam. Dalam rangkaian ini umat Islam berhasil membebaskan Baitul Maqdis ( Jerusalem ) dari kekuasaan Kristen Romawi, pada masa kekhalifahan Umar ibnu Khathab.

59 | P a g e

Maka tibalah masa pemerintahan Daulah Bani Umayyah, masa ekspansi dakwah yang lebih luas ke Barat hingga Tunisia yang berada di seberang Italia. Ekspedisi ke Bizantium pun dilakukan melalui laut, namun gagal menaklukkan Romawi. Wilayah Tunisia kemudian diperluas. Ekspedisi ini mulai dilakukan pada masa khalifah Abdul Malik

Terobosan paling monumental terjadi di Gibraltar, Spanyol, di masa khalifah Walid. Seluruh wilayah Afrika Utara termasuk Aljazair dan Maroko mereka kuasai. Pada tahun 711 Masehi, Panglima perang Thariq bin Ziyad memimpin pasukan menyeberang selat dari Maroko ke daratan Spanyol di Eropa. Ibukota Spanyol segera mereka kuasai. Demikian pula kota-kota lain seperti Seville , Elvira dan Toledo . Seluruh Spanyol pun menjadi wilayah kekuasaan Bani Umayyah.

Di masa inilah mulainya hubungan Islam dan Barat terjalin dengan harmonis di bawah kepemimpinan Daulah Islamiyah. Masyarakat Barat merasakan kedamaian yang luar biasa di masa ini. Kebebasan beragama dijamin, keadilan tanpa pandang bulu bagi setiap warga, dan kemajuan di berbagai bidang. Sehingga tidak heran banyak orang-orang Barat yang tersentuh dengan sistem yang diterapkan dalam Daulah Islamiyah ini dan masuk Islam secara suka rela.

Beberapa tahun setelah ekspansi Islam ke Barat, masa pemerintahan Daulah Umayyah pun berakhir karena tak mampu membendung pemberontakan yang terjadi dari kaum mawali di Damaskus, ibukota Daulah Umayyah. Maka mulailah kepemimpinan Daulah Abbasiyah yang disertai dengan penangkapan keluarga Umayyah dan keturunannya oleh orang-orang mawali. Namun Pemerintahan Islam di Eropa tetap berjalan seperti biasa.

Pada 755 Masehi, Abdurrahman -keturunan Keluarga Umayyah yang lolos dari kejaran penguasa Abbasiyah- melarikan diri ke Spanyol. Abdurrahman Ad-Dakhil, demikian orang-orang menjulukinya. Ia membangun Masjid Cordova, dan menjadi penguasa tunggal di Andalusia dengan gelar Emir. Keturunannya

60 | P a g e

melanjutkan kekuasaan itu sampai 912 Masehi. Kalangan Kristen sempat mengobarkan perlawanan "untuk mencari kematian" ( martyrdom). Namun Dinasti Umayyah di Andalusia ini mampu mengatasi tantangan itu.

Abdurrahman al-Aushat kemudian menjadikan Andalusia (Spanyol) sebagai pusat ilmu terpenting di daratan Eropa. Pada 912, Abdurrahman an-Nasir mendengar kabar bahwa khalifah Abbasiyah di Bagdad tewas dibunuh. Ia lalu menggunakan gelar khalifah. Ia mendirikan universitas Cordova dengan perpustakaan berisi ratusan ribu buku.

Hal demikian dilanjutkan oleh Khalifah Hakam. Pusat-pusat studi dibanjiri ribuan pelajar, Islam dan Kristen, dari berbagai wilayah. Ladang-ladang pertanian Spanyol tumbuh dengan subur mengadopsi kebun-kebun dari wilayah Islam lainnya. Sistem hidrolik untuk pengairan dikenalkan. Andalusia inilah yang mendorong era pencerahan atau renaissance yang berkembang di Italia.

Pemerintahan Islam yang penuh dengan keadilan, toleransi beragama, demokrasi, dan kedamaian membuat pengaruh yang sangat mendalam bagi masyarakat Eropa. Tidak ada diskriminasi, monopoli, dan pelanggaran hak azasi manusia. Semua masyarakat merasakan kedamaian dalam pemerintahan Daulah Islamiyah. Perkembangan di berbagai bidang seperti bidang ekonomi, sosial, dan politik maju pesat. Pemerintahan Islam yang penuh dengan keadilan menjadikan Islam tetap memimpin Eropa sampai berabad-abad lamanya. Di sinilah kita bisa melihat bagaimana kuat dan harmonisnya hubungan Islam dan Barat di bawah pemerintahan Daulah Islamiyah.

Untuk mengetahui rahasia kenapa Islam mengedepankan kedamaian, kita teliti makna dari kata 'Islam'. Kata 'Islam' berasal dari bahasa Arab yaitu 'salama' yang berarti kedamaian (al-musallamah). Jadi, Islam itu adalah kedamaian bukan permusuhan dan peperangan. Itulah sebabnya masa sebelum Islam itu dinamakan

61 | P a g e

masa kebodohan (jahiliyah) karena penuh dengan permusuhan dan kerusakan moral.

Dari makna kata Islam di atas bisa kita pahami kenapa masyarakat Barat hidup dengan aman dan bahagia dalam pemerintahan Daulah Islamiyah. Berbeda dengan pemerintahan Kerajaan Yunani dan Romawi yang tidak menghargai kebebasan manusia untuk hidup dalam kedamaian dan keadilan.

Agar lebih jelas lagi kita akan berikan gambaran bagaimana sistem ekspansi yang diajarkan oleh Islam. Sebagai bukti bahwa Islam mengedepankan nilai-nilai keadilan, kebebasan beragama dan kedamaian.

Islam mewajibkan kepada orang-orang muslim yang melakukan penaklukan terhadap sebuah negeri dua hal. Pertama mereka diwajibkan mengajak masyarakat negeri tersebut supaya masuk Islam. Caranya dengan memberikan penjelasan tentang Islam dan seluruh ajarannya secara menyeluruh ( syuml). Apabila mereka mau masuk Islam , maka hak dan kewajibannya sama seperti muslim lainnya tanpa ada diskriminasi. Kedua, jika mereka tidak mau masuk Islam, maka penduduk negeri tersebut diperintahkan supaya menyerahkan negeri mereka di bawah pemerintahan Daulah Islamiyah. Maka mereka diperbolehkan tetap dengan agama mereka tanpa ada halangan dan mereka diwajibkan membayar pajak keamanan (jizyah) sebagai jaminan atas perlindungan dan keamanan yang telah diberikan kepada mereka. Jika mereka menerima salah satu tawaran ini, maka hak mereka sama dengan hak muslim lainnya. Dan mereka berada di bawah lindungan pemerintahan Islam.

Jika mereka tidak menerima dua opsi di atas maka barulah tentara Islam diperbolehkan memerangi mereka. Memerangi orang-orang yang ingkar dan orang-orang yang bersama mereka. Adapun wanita, anak-anak, tokoh agama, orang-orang buta dan cacat, dilarang untuk membunuh mereka. Itulah sistem ekspansi yang diajarkan oleh agama Islam, penuh dengan keadilan dan

62 | P a g e

menghormati hak-hak azasi dan kebebasan manusia sehingga ekspansi Islam pada saat itu berjalan begitu cepat.

Adapun tuduhan dari orang-orang orientalis yang mengatakan bahwa Islam tidak adil karena mewajibkan pajak jizyah bagi orang-orang non-muslim adalah sesuatu hal yang perlu diperjelas. Sebab, dari segi moril, Islam juga mewajibkan setiap muslim untuk membayar zakat. Apalagi pajak yang diwajibkan oleh Islam tidak seberapa jika dibandingkan dengan perlindungan dan keamanan yang diberikan oleh pemerintah Daulah Islamiyah.

Dari bukti-bukti di atas bisa kita pahami bagaimana harmonis dan eratnya hubungan antara Islam dan Barat di bawah pemerintahan Daulah Islamiyah. Keadilan, toleransi dan kedamaian dalam Daulah Islamiyah tersebut adalah wujud dari ajaran Islam. Dan toleransi yang diajarkan oleh Islam tersebut memberi kedamaian bagi penganut agama lain untuk tetap berpegang teguh terhadap agama yang dianutnya tanpa ada diskriminasi dan intimidasi. Kedamaian itulah yang dirasakan oleh masyarakat Barat di bawah pemerintahan Daulah Islamiyah.

Allah Swt. berfirman: "Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam),

sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan salah. Karena itu barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat lagi tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui . (QS. al-Baqarah:
256).

Keharmonisan hubungan Islam dan Barat yang telah terbina akhirnya berakhir ketika pemerintahan Islam di Andalusia (Spanyol) dipimpin oleh Manshur Billah, seorang ambisius yang menghabisi teman maupun lawannya. Kebencian masyarakat, baik Islam maupun Kristen semakin mencuat. Situasi tak terkendalikan lagi setelah Manshur Billah wafat. Pada tahun 1013, Dewan menteri

63 | P a g e

menghapuskan jabatan khalifah. Andalusia terpecah-pecah menjadi sekitar 30 negara kota .

Dua kekuatan dari Maghribi sempat menyatukan kembali seluruh wilayah itu. Pertama adalah Dinasti Murabithun (1086-1143) yang berpusat di Marakesy, Maroko. Pasukan Murabithun datang buat membantu kalangan Islam melawan Kerajaan Castilla. Mereka memutuskan untuk menguasai Andalusia setelah melihat Islam terpecah-belah. Dinasti Muwahiddun, yang menggantikan kekuasaan Murabithun di Afrika Utara, kemudian juga melanjutkan kepemimpinan Islam di Andalusia (1146-1235). Pada 1238 Cordova jatuh ke tangan Kristen, lalu Seville pada 1248 dan akhirnya seluruh Spanyol.

Sejak itu, seluruh pemeluk Islam (juga Yahudi), dikejar-kejar untuk dihabisi sama sekali atau berpindah agama. Suatu bukti kekejaman penguasa Kristen yang tidak menghargai kebebasan beragama, keadilan dan kedamaian.

Kekejian penguasa Kristen terhadap pemeluk Islam itu dibawa oleh pasukan Spanyol yang beberapa tahun kemudian menjelajah dunia hingga Filipina. Kesultanan Islam di Manila mereka bumihanguskan, seluruh kerabat Sultan mereka bantai. Sedangkan daerah-daerah jajahan yang lain yang mereka kuasai, dikuras kekayaannya untuk membangun kerajaan mereka di Spanyol.

Memasuki Abad 16, tanah Andalusia -yang selama 8 Abad dalam kekuasaan Islam-- kemudian bersih sama sekali dari keberadaan Muslim. Keharmonisan yang selama ini telah dibina dalam pemerintahan Daulah Islamiyah di Andalusia berakhir dengan pembantaian habis-habisan terhadap umat Islam oleh kekejian penguasa Kristen.

Pembantaian besar-besaran umat Islam serta penghancuran hasil-hasil peradaban Islam di Andalusia oleh penguasa Kristen sudah cukup menjadi bukti bahwa tidak adanya keadilan dan kebebasan beragama dalam sistem pemerintahan Kristen.

64 | P a g e

Sungguh bertolak belakang dengan ajaran Islam yang memberikan kebebasan beragama dan keadilan bagi penganut lain seperti sebelumnya. Pembantaian tersebut juga bertentangan dengan nilai-nilai nurani manusia yang menginginkan kedamaian dan kebebasan untuk berbuat.

Apakah ini yang namanya keadilan, kedamaian dan rahmat dalam ajaran Kristen? seperti inikah penyebaran agama yang diajarkan Kristen yang tidak memberikan pilihan kecuali masuk Kristen atau mati? Dan tidak adakah cara yang lebih halus selain membantai?

Sungguh Ironis dan menyayat hati. Namun, begitulah keadaannya dan masih terus berlanjut sampai sekarang khususnya di negara-negara yang mayoritas Kristen.

Jadi, ketegangan hubungan Islam dan Barat berawal setelah runtuhnya kekhalifahan Daulah Islamiyah dan berlanjut terus dalam berbagai bentuk peristiwa dan kejadian.

III. Perang Salib (1095 1291)

Raja Inggris, Richard si Hati Singa, tengah menggigil demam di tendanya. Ambisinya untuk segera menghancurkan pasukan Islam harus ia tunda. Tentara harus ia istirahatkan. Kini ia menunggu kedatangan seorang tabib. Tabib itu ternyata adalah musuh besarnya, Salahuddin Al-Ayyubi, panglima besar pihak Islam yang dengan berani menyusup ke tenda lawan. Secara moral, Salahuddin telah memenangkan pertarungan. Kisah tersebut sering dituturkan, dan menjadi salah satu cerita paling menarik dalam peristiwa Perang Salib. Peristiwa perang antar agama ini bermula dari sukses misi kecil militer Alp Arselan -pemimpin Seljuk yang menjadi panglima perang Daulat Abbasiyah. Sekitar 15.000 tentaranya

65 | P a g e

berhasil mengalahkan pasukan gabungan Romawi, Perancis, Armenia, Ghuz, Akraj, Hajr dalam pertempuran di Manzikart 464 Hijriah (1071 Masehi).

Tentara Baghdad, sepeninggal Arselan, malah merebut Yerusalem pada 471 Hijriyah atau sekitar 1078 Masehi. Sebelum itu, Yerusalem dikuasai oleh Kekhalifahan Fathimiyah, dinasti beraliran Syi'ah yang berpusat di Kairo, Mesir. Fathimiyah memberi keleluasaan bagi orang-orang Nasrani untuk berkunjung ke kota suci Yerusalem. Abbasiyah di Bagdad membuat ketentuan baru yang mempersulit kunjungan tersebut.

Berabad-abad lamanya orang Kristen Eropa berupaya merebut kembali wilayah Jerusalem dari tangan penguasa Islam. Upaya mereka mulai menampakkan hasilnya di awal milenium kedua ketika seruan Paus Urbanus II (1088-1099) untuk merebut kembali Jerusalem berhasil menggerakkan pasukan di berbagai negara Eropa membentuk aliansi besar.

Dalam catatan sejarah, pada 27 November 1095, Paus Urbanus II memproklamasikan Perang Salib (Crusade) dalam sebuah pidato yang berapi-api di Dewan Clermont. Dalam kesempatan itu Paus mengemukakan maksudmaksudnya atas nama Kristen untuk, "Mempercepat pembasmian ras terhina dari daerah-daerah kita dan sekaligus membantu penduduk Kristen".

Untuk mengobarkan semangat perang Paus berseru, "Kristus memerintahkan hal ini". Sehingga para tentara Kristen kemudian biasa meneriakkan "Deus le volt" (Tuhan menghendaki hal ini) ketika menyerang kota-kota Muslim tanpa ampun.

Tak lupa ia mengatakan, "Siapa yang ikut serta dalam peperangan akan diampuni dan dihapus dosa-dosanya" . Uskup kemudian memberi pengampunan dosa bagi siapa saja yang mau bergabung dalam 'perang suci' ini, sehingga menambah kebengisan tentara salib.

66 | P a g e

Seruan Paus tersebut segera disambut oleh para raja. Musim semi 1095 Masehi demikian tulis Badri Yatim di "Sejarah Peradaban Islam"- 150 ribu pasukan, terutama dari Perancis dan Norman , bergerak ke Konstantinopel dan kemudian Yerusalem.

Nicea dan Edessa berhasil mereka rebut pada 18 Juni 1097 dan 1098. Mereka kemudian merebut Antiokia. Baitul Maqdis atau Yerusalem bahkan jatuh pada 15 Juli 1099. Yerusalem bahkan dijadikan ibukota kerajaan baru. Godfrey diangkat sebagai raja. Kota-kota penting di pantai Laut Tengah seperti Tyre , Tripoli dan Akka juga berhasil dikuasai Pasukan Salib.

Fucher dari Charres dalam bukunya A History of the Expedition to Jerusalem, seperti dikutip Ayoub, menceritakan bahwa pada tahap-tahap awal peperangan Salib, kota-kota yang ditaklukkan benar-benar dibumihanguskan.

Hampir setengah abad wilayah Yerusalem dan laut Tengah itu penuh dalam kekuasaan Kristen. Namun, pada 1144, ketenangan itu terusik. Penguasa Mosul dan Irak, Imaduddin Zanki dan anaknya Nuruddin Zanki merebut wilayah Aleppo dan Edessa . Pada 1151, seluruh kawasan di Edessa berhasil mereka kuasai. Ini mendorong Paus Eugenius III kembali menyerukan perang suci. Raja Perancis Louis III dan Raja Jerman Condrad III memimpin pasukan menggempur kekuatan Islam. Namun mereka kalah, dan terpaksa mundur.

Salahuddin al-Ayyubi, panglima yang memegang kendali pasukan setelah Nuruddin wafat, malah mencatat sukses besar. Ia mendirikan kekhalifahan Ayyubiyah di Mesir menggantikan kekuasan Fathimiyah. Pada 1187, ia berhasil merebut Yerusalem dan mengakhiri kekuasaan kaum Nasrani di sana selama 88 tahun. Pasukannya juga harus berhadapan dengan kekuatan paling besar yang dikomandoi Raja Inggris Richard, Raja Perancis Philip Augustus serta Raja Jerman Frederick Barbarosa.

67 | P a g e

Pada 2 Nopember 1192, Salahuddin -tokoh terbesar Kurdi (bangsa yang sekarang terbelah di tanah yang menjadi wilayah Irak , Syria , Turki dan Iran ) menandatangani perjanjian dengan musuhnya. Ia akan memberi kemudahan kaum Nasrani berkunjung ke Yerusalem. Namun pihak Kristen, yang dikomandoi Raja Jerman Frederick II, kemudian mengincar kembali Yerusalem. Mereka berhasil merebut wilayah Dimyar, pada 1219. Pengganti Salahuddin, Malik al-Kamil, kemudian menukar Dimyar dengan Yerusalem.

Kalangan Nasrani sempat menguasai kembali Baitul Maqdis sekitar seperempat abad. Namun, angin kembali berubah. Di Mesir, kekuasaan kekhalifahan Ayyubiyah diakhiri oleh dinasti Mamluk. Malik al-Shalih, pemimpin Mamluk merebut kembali Baitul Maqdis, pada 1247. Setelah itu, perang Islam-Kristen masih terus terjadi sampai kota Akka direbut lagi pihak Islam pada 1291.

Perang Salib kemudian mereda di abad ke-16. Tapi sebenarnya tak pernah berhenti benar. Karena sesudah itu ada Perang Salib gaya baru berupa ekspedisi kolonialisme bangsa Eropa ke daerah Timur yang diprakarsai Portugis dan Spanyol.

Dengan semboyan gold, glory, and gospel, mereka mencari kekayaan dari negeri-negeri di dunia Timur seraya melakukan upaya Kristenisasi dengan jalan paksa pada penduduk setempat yang dijumpai. Semboyannya adalah Katolik atau mati! Sampai abad ke-20, semangat seperti itu tak pernah padam. Bagi orang Indonesia yang dijajah 3,5 abad, kolonialisme Belanda di negeri ini tak lepas dari nuansa penaklukan orang Kristen Eropa ke dunia Islam.

Satu bukti lebih jelas adalah ketika Jenderal Gouraud memadamkan pemberontakan Siria yang melawan Perancis, 1919-1920, ia pergi ke makam Shalahudddin al-Ayyubi di Damaskus, lalu menyepaknya sambil berkata, Kami telah kembali, Hai Saladin!

68 | P a g e

Begitu pula ketika Perang Dunia I terjadi penaklukan Jerusalem oleh kekuatan Eropa yang dipimpin Jenderal Allenby, sang jenderal ini berkata, "Sekarang Perang Salib telah berakhir". Sebuah teriakan yang menunjukkan, dendam Perang Salib belum hilang benar dari benak orang Kristen.

Perang Salib telah mengantarkan orang-orang Eropa dalam jumlah besar untuk berinteraksi dengan masyarakat Islam. Interaksi tersebut membuat mereka banyak mengadopsi peradaban dari kalangan muslim. 'Bath-up' yang menjadi tempat mandi masyarakat Barat sekarang ini, kabarnya diadopsi dari bejana tempat berwudhu orang-orang Turki muslim. Namun Perang Salib juga melahirkan provokasi kebencian terhadap Islam di lingkungan masyarakat Barat.

IV. Kolonialisme Barat I

Perang Salib terjadi berkali-kali antara bangsa Barat dengan Arab dan umat Islam. Meskipun perang ini telah membawa keberhasilan Barat menguasai dunia Islam selama dua abad (abad ke 12 dan 13 M), dan misi Barbar ini juga telah membantai ratusan ribu kaum muslimin, memporakporandakan negeri dan membuat kehancuran di muka bumi. Tetapi suatu yang tidak dapat dilakukannya adalah menghapuskan pola berpikir ideologi sosiokultural berlabel Islam.

Suatu hal yang menyebabkan dominasi Barat tetap berada di luar masyarakat Islam meskipun kekuatan persenjataan mereka telah demikian jauh bergerak dalam masyarakat adalah perlawanan umat Islam yang terus menerus sehingga membuat lawan sekuat apapun dianggap tak berarti dan temporal. Perlawanan gigih tersebut dikobarkan karena Islam telah menghujam di dalam hati dan kehidupan masyarakat. Perlawanan itu semakin kuat ketika tentara Salib memperoleh kemenangan secara gemilang atas Arab, dilanjutkan oleh kemenangan Tartar dan Mongol.

69 | P a g e

Sejak abad keenam belas, Barat mulai menjajah berbagai belahan dunia. Penjajah pertama adalah bangsa Spanyol di bawah pimpinan Christopher Columbus. Menyusul Spanyol, Portugis, Belanda dan Inggris turut ambil bagian dalam memperebutkan daerah jajahan.

Semenjak itu Barat mulai membentur pagar-pagar negara Islam selama lebih dari tiga abad, namun tak berhasil menghancurkannya. Hal inilah yang menghalangi Barat untuk mendominasi dunia. Sebab, tanpa menghancurkan pagar-pagar tersebut, tak mungkin ia mengubah jalan sejarah.

Kelemahan ini bukan karena faktor militer saja, tetapi terutama karena dilema menghadapi masyarakat Arab-Islam. Inilah yang dialami Napoleon ketika mengadakan ekspansi ke Mesir, ia kesulitan menembus ke bagian dalam wilayah umat Islam. Karena itu, ia memasang strategi berpura-pura masuk Islam sehingga ia memperoleh simpati masyarakat, yang memudahkannya menguasai wilayah tersebut.

Hal ini juga menjelaskan mengapa para imperialis selalu menitikberatkan perhatian pada penghancuran masyarakat tradisional secara berlebihan. Setelah pemusnahan tersebut, mereka menggantinya dengan masyarakat baru di wilayah mereka yang berlindung pada pilar-pilar Islam serta pola kemanusiaan, ekonomi, dan sosial Islam. Meskipun pola tersebut telah menunjukkan gejala-gejala kemunduran, tradisi-tradisi, dan rasionalitas jahiliah, namun pada saat yang sama, ia tetap membawa prinsip-prinsip dasar Islam.

Ketika pasukan kolonial berhasil menginjakkan kaki di kawasan pantai negaranegara Islam, mereka segera menghadapi berbagai pemberontakan kebangsaan di bawah panji-panji Islam. Pemberontakan- pemberontakan tersebut melibatkan mereka ke dalam pertarungan sengit yang tidak seimbang. Perlawanan tersebut menggelora di Sudan, Mesir, dan seluruh pantai Arab bagian Barat, semenanjung Arab, hak, serta semua negara Arab dan Islam.

70 | P a g e

Sejarah mencatat sikap heroik para pejuang Islam seperti Abdul Qadir al-Jazairi (Aljazair), Abdul Karim al-Khitabi (Maroko), Sayid Muhammad Sanusi dan Umar Mukhtar (Libya), Muhammad Ahmad al-Mahdi (Sudan), para tokoh ulama Revolusi Dua Puluh, Ahmad Syahid (India), Sayid Hassan al-Madras (Iran), dan begitu banyak ulama -yang tak dapat ditulis nama mereka semua dalam kesempatan yang terbatas ini- di Arab, Turki, Iran, Afghanistan, India, Uzbekistan, Tajikistan, Indonesia, dan berbagai wilayah Islam lainnya.

Posisi Barat belum juga mantap dengan berbagai peperangan kecuali setelah menenggelamkan masyarakat tradisional ke dalam lautan darah dan menderita karena pembantaian. Walau demikian, kekuatan militer tidak mampu memaksa masyarakat tradisional menyerah, bahkan membuat mereka semakin gigih menahan benturan dari luar dalam rangka memelihara jati diri, kemerdekaan, pola kehidupan, sosiokultural, dan produk-produknya.

Masyarakat tradisional tetap berpegang teguh pada nilai-nilai, norma-norma, dan konsep-konsep Islam yang dipahami secara dinamis untuk menolak tuntutantuntutan kebudayaan Barat. Akan tetapi, karena terlalu kuatnya dominasi, reaksi itu menyulut peperangan yang menyeluruh di berbagai bidang. Peperangan yang dilancarkan Barat kemudian berkembang dalam bentuk propaganda sains dan kemajuan (yang dipahami hanya secara materialistik dan sekularistik) serta pemikiran-pemikiran yang memuat tujuan imperialisme, sehingga menimbulkan berbagai kesulitan di negeri-negeri Islam. Hal itu terjadi karena keterbelakangan kita dalam bidang pemikiran dan sosio-Islam.

Adapun faktor-faktor penghambat proses kemerdekaan (revolusi) terhadap kolonialisme Barat di negara-negara Islam, yaitu :

Pertama, kaum imperialis sejak semula telah membawa program memecah belah negara-negara Islam umumnya dan negara-negara Arab khususnya. Ini

71 | P a g e

disebabkan kesatuan negara-negara ini menghasilkan kekuatan ideologis-kultural yang mantap. Upaya memecah belahnya akan membuat negara-negara tersebut lemah sehingga mudah ditundukkan agar berkiblat pada jejak imperialis. Kaum imperialis menyadari bahwa memukul masyarakat tradisional di negara-negara Arab adalah tidak mungkin kecuali umat Islam khususnya dan bangsa-bangsa Arab khususnya berada dalam kondisi berpecah belah.

Kedua, para imperialis berusaha keras menghancurkan tanaman-tanaman tradisional, usaha-usaha yang telah ada, sistem pemilikan, pertukaran, produksi, dan pekerjaan umum yang dilakukan oleh masyarakat tradisional. Upaya ini merupakan salah satu strategi menghalangi kemerdekaan yang mengakibatkan negeri-negeri jajahan mengekor pada Barat.

Mereka menuntut agar pribumi berpakaian, makan-minum, membangun rumah, berproduksi, membina anak, dan lain-lainnya dengan cara Barat. Sehingga disulutlah peperangan secara umum di tengah-tengah masyarakat tradisional untuk melawan teknik-teknik pertanian, produksi, bangunan, pola berpakaian, makan, minum, pendidikan, rumah tangga, serta nilai-nilai moral dan sosial.

Kemudian mereka melancarkan perang psikologis untuk menghadapi kelompok pribumi yang menentang Eropa dalam berbagai aspek. Usaha ini dilakukan dengan mengubah konsep-konsep kebudayaan tradisional ke konsep Eropa. Misalnya konsep sains dan kemajuan yang diperkenalkan oleh kelompok modernis di negara-negara Islam. Perubahan ini akhirnya mengakibatkan tumbuhnya pemahaman dan sikap masyarakat yang baru tentang negerinya dan Barat, yaitu Barat identik dengan peradaban maju, kebebasan, dan kebesaran, sedangkan negara Islam sebaliknya.

Demikianlah proses terbentuknya masyarakat modern. Kemudian masyarakat baru ini berusaha memperkokoh eksistensinya di sisi masyarakat tradisional yang berupaya sekuatnya tetap mempertahankan jati diri.

72 | P a g e

Ketiga, kaum imperialis memfokuskan perhatiannya untuk menghancurkan peranan ilmu-ilmu keislaman dan lembaga-lembaga pendidikan tradisional yang bercorak kebangsaan dan tradisi. Mereka mengubah pola kehidupan kultural yang dihayati masyarakat tradisional serta melecehkan dan menghinanya secara berlebihan. Kemudian mereka membangun sekolah-sekolah modern dan memberi semangat pada para siswa untuk memasuki universitas- universitas Eropa.

Setiap parameter mereka dijadikan sebagai ukuran yang berlaku pada masyarakat modern, serta para pegawai, pembuat hukum, kalangan profesi, intelektual, pendidik, sastrawan, dan budayawan dijadikan sebagai pelopornya. Padahal ukuran-ukuran baru yang ditawarkan tidak relevan dengan realitas masyarakat tradisional, dan hanya relevan dengan alumni sekolah-sekolah dan universitasuniversitas mereka, serta orang-orang yang mengambil program dan metodologinya dalam bidang-bidang tersebut.

Demikianlah, tugas-tugas dan posisi-posisi di dalam negara, tentara, koperasi, bank, dan lembaga-lembaga kebudayaan merupakan bagian dari proyek alumni perguruan tinggi Barat atau hasil modernisasi ala Barat. Sedangkan lapisan terdidik dari kelompok masyarakat tradisional tidak memperoleh kesempatan dalam proyek ini.

Keempat, kaum imperialis sengaja menciptakan intrik terhadap kaum minoritas (non muslim) dan pertentangan mazhab di kalangan masyarakat tradisional, padahal kaum minoritas lebih dekat dengan masyarakat tradisional. Untuk memudahkan proses pembentukan masyarakat modern, usaha tersebut harus mereka lakukan. Sebagai contoh, orang-orang Kristen Arab sebenarnya memiliki akar-akar kesejarahan dan pembentukan jati diri kultural-ideologis (sejarah, tradisi, moral, dan jalan hidup) yang lebih dekat dengan masyarakat tradisional.

73 | P a g e

Eropa merasa kesulitan ketika ingin memisahkan dua unsur tersebut karena ia harus berhadapan dengan jaringan yang kokoh di dalam negara Arab, akan tetapi, hal itu tidak menghambat keberhasilan Eropa pada kurun waktu belakangan ini, khususnya ketika sebagian pribumi (non muslim) mulai mengirim anak-anaknya ke sekolah-sekolah misionaris yang menyebarkan pengaruh modernisasi. Akibatnya, kelompok minoritas ini semakin jauh dari masyarakat tradisional dan semakin dekat dengan masyarakat modern.

Kebangkitan Islam kemudian hadir dan menjadi fenomena sejarah nasional yang menumbuhkan kembali semangat iman, stagnasi pemikiran dan fikih, serta gerakan (harakah) dan jihad. Kebangkitan ini juga membawa ujian-ujian bagi umat Islam sehingga mendorong mereka mencari sebab-sebab kejatuhan dan kehinaan yang menimpa. Beranjak dari kesadaran ini, mereka menemukan kesadaran baru, yaitu: menghidupkan iman, mengaktifkan pemikiran, dan menggairahkan gerakan Islam. Dalam hal ini, Al-Qur'an telah mengisyaratkan melalui kisah perjalanan Bani Israel (awal surat al-Isr') dan al-Hadits yang menjelaskan tentang lahirnya pembaharu setiap satu abad. Sejarah Islam pun membuktikan isyarat ini.

Kebangkitan ini semakin mengakar dalam organisasi-organisa si Islam yang membawa kesadaran baru. Berdirilah misi-misi Islam yang mengembalikan kepercayaan mengenai kebenaran Islam dan kebesaran sejarahnya. Kebangkitan Islam mengambil bentuk aktivitas sosial yang mendidik generasi muda, memakmurkan masjid, dan membersihkan sifat-sifat tercela. Selain itu, kebangkitan Islam bergerak dalam bidang politik untuk menempatkan Islam dalam politik dan jihad. Mungkin sebagian besar perhatian ditujukan kepada al-Ikhwan al-Muslimun dan Jihad Islam, namun sebenarnya kebangkitan ini digerakkan oleh banyak organisasi Islam, meskipun tidak seluruhnya menarik untuk diperbincangkan.

Bahkan, gerakan kebangkitan Islam tidak bisa hanya dihubungkan dengan pemikiran para pionir aktivis yang terorganisir, melainkan harus pula melihat

74 | P a g e

kecenderungan- kecenderungan pemikiran yang lain. Fenomena sosial yang luas dan kesadaran membaja untuk memisahkan diri dari gaya hidup Eropa dan kembali ke pangkuan Islam telah mendorong umat untuk menerapkan nilai-nilai Islam dalam realitas kehidupan.

Persoalan kebangkitan tidak terbatas pada gerakan kebangsaan, sebab disetujui atau tidak, sistem pemerintahan pun ikut memainkan peran tertentu dalam konteks kebangkitan. Peran tersebut tampak pada perilaku politik, apalagi dalam dunia pers dan pendidikan hukum, serta terutama dalam upaya menerapkan syariat Islam. Dapat ditarik suatu hipotesis bahwa kebangkitan Islam telah menjadi kekuatan sejarah yang sempurna.

Kebangkitan Islam menimbulkan berbagai pengaruh bagi Dunia Arab. Kebangkitan merupakan respon terhadap berbagai tantangan dan bekerja sama dengan kekuatan sejarah lain yang bergerak di negeri-negeri lain. Dalam pengertian, kebangkitan Islam tidak hanya bergumul dengan ideal-ideal Islam saja, melainkan juga dengan realitas serta berbagai aliran dan paham. Karenanya, kita terkadang masih perlu mengembalikan wacana tentang kebangkitan Islam kepada akar-akar pemikiran Arab secara keseluruhan. Ini karena esensi kebangkitan tidak dapat dipahami tanpa mengembalikannya kepada akar-akar ini.

Negara-negara Arab tidaklah terputus dari lingkungan sekitarnya. Demikian pula kebangkitan Islam tidak hanya mengakar di bumi Arab. Islam merupakan agama mayoritas masyarakat Arab, Afrika, dan Asia . Dalam perspektif historis, gerakangerakan Islam saling berhubungan dan mempengaruhi satu sama lain.

Dewasa ini, kebangkitan Islam merupakan fenomena internasional dengan berbagai macam topik diskursus yang menantang. Hal ini disebabkan oleh eksistensi Islam yang mencoba merespon situasi yang dihadapi dunia, yaitu: imperialisme politik, serangan kebudayaan Barat, kegagalan sistem sekular yang ditinggalkan kaum imperialis kepada negeri-negeri Islam, dan revolusi kebangkitan

75 | P a g e

Islam dalam bentuk revolusi hubungan elite. Kebangkitan Islam-Arab bekerja sama secara revolusioner dan intelektual dengan kebangkitan- kebangkitan di berbagai tempat dan situasi. Realitas Dunia Arab berhubungan dengan realitas Dunia Islam dan internasional. Berbagai kendala dan situasi kebangkitan Islam tak dapat dipahami tanpa menyinggung dimensi internasional.

Kebangkitan yang telah kita perbincangkan tersebut merupakan fase kesadaran baru yang sedang marak di Dunia Islam pasca fase kehinaan akibat kolonialisme. Kebangkitan Islam yang mulai muncul menjelang Perang Dunia II pecah, semakin kokoh pada era sesudahnya hingga mencapai momentum perkembangan yang paling spektakuler sejak akhir dasawarsa 1970-an.

V. Kolonialisme Modern

Beberapa tahun semenjak revolusi kemerdekaan di berbagai negara-negara muslim, gejolak panas yang terjadi dengan negara-negara Barat agak sedikit mereda. Semua pihak merasakan bahwa peperangan selama ini telah menghancurkan seluruh aspek kehidupan dan membutuhkan pemulihan kembali di berbagai bidang. Negara-negara muslim yang baru merdeka mulai melakukan perbaikan dan pengembangan. Di lain pihak, negara-negara Barat sudah lebih maju bila dibandingkan dengan negara-negara muslim.

Pada tanggal 11 September 2001, dua buah pesawat penumpang menabrak gedung pencakar langit kebanggaan Amerika, gedung WTC ( World Trade Center ). Sebanyak 2801 jiwa orang tewas dalam insiden tersebut sebagaimana yang diumumkan oleh pihak otoritas Amerika. Beberapa saat kemudian Presiden Amerika Georde W. Bush mengeluarkan pernyataan bahwa aksi penyerangan tersebut dilakukan oleh organisasi teroris al-Qaidah pimpinan Usamah bin Laden. Tuduhan ini bertentangan dengan etika hukum yang berlaku secara global (etika

76 | P a g e

praduga tak bersalah) sebab tidak dilakukan penyelidikan terlebih dahulu dan tanpa disertai bukti-bukti nyata.

Pasca penyerangan 11 september tersebut, Amerika mengeluarkan pernyataan yang menggembar-gemborka n terorisme sebagai suatu ancaman bagi keamanan dunia. Dan mereka mengajak seluruh negara untuk bersatu menghancurkan terorisme. Namun teroris yang dimaksudkan Amerika tersebut diidentikkan dengan umat Islam.

Reaksi negatif muncul lantaran dipicu oleh pemberitaan media-media AS dengan perspektif miring terhadap Islam. Dampaknya, perlakuan buruk terhadap ummat Islam dan simbol-simbol Islam semakin hari semakin bertambah, yang kemudian diikuti dengan berbagai reaksi rakyatnya, mulai dari sikap diskriminatif, perlakuan kekerasan, intimidasi, pelecehan seksual sampai rasa simpati yang begitu besar terhadap umat Islam.

Menurut laporan Council on American-Islamic Relation (CAIR), kekerasan dan diskriminasi yang menimpa umat Islam Amerika semenjak kasus WTC sampai bulan Februari 2002 lalu telah mencapai 1717 kasus. Bentuknya macam-macam; meliputi penyerangan fisik (289 kasus), pembunuhan (11 kasus), diskriminasi di tempat kerja (166 kasus), diskriminasi di bandara (191 kasus), perlakukan diskriminasi yang dilakukan oleh aparat baik polisi maupun FBI (224 kasus), intimidasi di sekolah (74 kasus), perlakuan kebencian yang lewat e-mail (315 kasus). Yang terbanyak adalah pelecehan seksual terhadap para Muslimah (372 kasus). Salah seorang yang menjadi korban adalah Samar Kaukab (22). Seperti diungkap Sahid edisi Februari lalu, mahasiswi Ohio State University ini dipaksa telanjang untuk digeledah oleh petugas bandara AS, hanya lantaran ia berjilbab. Mereka mencurigai setiap wanita berjilbab berpotensi memiliki hubungan dengan terorisme

77 | P a g e

Setelah itu, dengan dalih menghancurkan terorisme, Amerika mengirim ribuan pasukan ke perbatasan Afghanistan . Hal ini disertai dengan pernyataan bahwa teroris al-Qaidah pimpinan Usamah bersarang di Afghanistan dan memberikan ultimatum kepada pemerintah Afghanistan untuk menyerahkan Usamah dan pengikutnya.

Merasa kurang mendapat tanggapan yang positif dari pemerintah Afghanistan , pada tanggal 7 oktober 2001, Amerika memulai agresinya terhadap Afghanistan . Dalam agresi ini Amerika di bantu sekutu. Kami dibantu dalam operasi ini oleh teman dekat kami, Inggris Raya. Teman dekat lainnya, termasuk Kanada , Australia , Jerman dan Perancis, telah menjanjikan bantuan pasukan begitu operasi dilaksanakan, ujar Bush dalam sebuah siaran televisi nasional di Washington DC .

Serangan Amerika Serikat ke Afghanistan tersebut mendapat dukungan penuh dari Uni Eropa. Pada saat negara-negara yang bersekutu tersebut melancarkan operasi militer di Afghanistan, sebagai presiden dari Uni Eropa, kami memberikan dukungan penuh kepada Amerika Serikat, demikian juga kepada Inggris, dan negara-negara lain yang terlibat dalam operasi ini, ujar Perdana Menteri Belgia, Guy Verhofstadt di Brussel.

Rudal-rudal pun dihujankan ke berbagai daerah di Afghanistan, seluruh peralatan perang dan pasukan dikerahkan. Negara yang baru saja menderita setelah peperangan panjang dengan Uni Soviet ini terpaksa harus banting tulang lagi melawan Agresi Amerika. Tercatat sekitar ratusan ribu orang meninggal dunia dan ribuan lainnya luka-luka. Inilah wujud emosional barat terhadap umat Islam yang tak mengenal belas kasih. Sifat emosional ini mengakibatkan tersendatnya hubungan Islam dan Barat yang berusaha dipupuk oleh semua pihak.

Adapun badan yang selama ini diharapkan mampu membina keharmonisan antara negara-negara Islam dan Barat, yaitu PBB (United Nation), tidak lain hanya

78 | P a g e

boneka mainan negara-negara Barat. Hal itu terlihat dari kemandulannya dalam menghentikan agresi Amerika terhadap Afghanistan .

Setelah berhasil menaklukkan Afghanistan dan membentuk pemerintahan boneka di sana, Amerika kemudian menuduh bahwa gerakan teroris tersebar di berbagai negara-negara Islam seperti: Irak, Iran, Suriah, Arab Saudi, Yaman, Pakistan, Sudan, dll. Pernyataan ini menyusul permintaan Amerika kepada pemerintah yang berada di negara tersebut khususnya dan negara-negara di dunia secara umum supaya bekerja sama dengan Amerika dalam membasmi teroris. Tidak beberapa lama kemudian, para penguasa di berbagai negara tersebut seperti mendapatkan titah dari bapaknya, menangkapi tokoh-tokoh Islam yang mereka tuduh dengan istilah kebohongan teroris.

Penangkapan tokoh-tokoh Islam tersebut tentu saja membuat keresahan bagi umat Islam di seluruh dunia. Apalagi penangkapan tersebut tidak disertai dengan bukti-bukti yang jelas. Bahkan banyak dari kasus-kasus penangkapan tersebut tidak disidangkan melalui pengadilan. Di sini terlihat ketakutan para penguasa di negara-negara Islam terhadap Amerika.

Babak kedua dari drama kolonialisme Barat kedua dimulai. Amerika kembali mengejutkan dunia dengan opini yang mengatakan bahwa Irak menyimpan senjata kimia pemusnah Massal. Kembali media-media Barat berperan aktif dengan menakut-nakuti dunia akan bahaya senjata kimia. Tanpa ada mandat dari PBB, Amerika kembali menunjukkan kekerasannya dengan mengirim ribuan pasukan dengan persenjataan perang yang lengkap ke perbatasan Irak.

Ternyata dunia tidak yakin sepenuhnya bahwa Irak memiliki senjata kimia. Hal ini terbukti dengan dibentuknya tim inspeksi senjata ke Irak oleh PBB. Irak kemudian mengizinkan tim inspeksi ini untuk memasuki Irak. Namun tidak ditemukan buktibukti yang menunjukkan bahwa Irak memiliki senjata kimia.

79 | P a g e

Sebelum ada pernyataan resmi dari tim inspeksi senjata PBB yang bertugas di Irak, Amerika kemudian menyatakan akan menyerang Irak dan mengintruksikan kepada semua tim inspeksi PBB agar segera keluar dari wilayah Irak. Pernyataan perang ini mungkin sebagai wujud ketakutan Amerika akan terbongkarnya kebohongan tuduhan mereka terhadap Irak.

Tepatnya tanggal 20 Maret 2003, pasukan Amerika yang bergabung dengan pasukan sekutu dari Inggris, Spanyol, Italia, Portugal, Denmark dan Belanda secara membabi buta membom dan memporak-porandakan negeri seribu malam tersebut. Sungguh tragis memang penderitaan yang dialami negara seribu satu malam ini. Setelah berakhir perang saudara dengan Kuwait dan Iran, kemudian diembargo oleh Amerika yang menewaskan hampir 1,5 juta penduduk Irak (sesuai dengan laporan PBB) karena masalah kesehatan seperti kurang nutrisi. Kini harus kembali mengalami agresi Amerika. Kembali yang menjadi korban adalah rakyat sipil yang tak berdosa. Tercatat sekitar 7000-an orang tewas dalam serangan ini sebagaimana yang disebutkan John Sloboda, salah seorang pakar bagian korban agresi di Irak. Belum lagi jumlah korban luka-luka dan kerugian moril yang tak terhingga.

Terakhir, kita akan bahas perkembangan terakhir di Palestina. Negara yang telah bertahun-tahun mengalami penindasan dari negara Zionis Israel . Jumlah korban tewas sejak dimulainya intifada September 2000 menjadi 3.273 orang, termasuk 2.471 warga Palestina dan 742 warga Israel. Dan berdasarkan sumber data yang diungkap oleh Kepala negosiator Palestina, Saeb Erekat, jumlah korban yang jatuh selama agresi Israel terhadap Palestina sejak tanggal 29 Maret 2003 hingga hari ini tercatat kurang lebih 500 orang Palestina tewas di Jenin dan Nablus. Jadi total korban hingga saat ini berjumlah 2.971 orang Palestina. Sedangkan jumlah pengungsi terus mengalami peningkatan, berdasarkan data PBB sekitar 3.000 penghuni kamp pengungsi Jenin kehilangan tempat tinggal, sementara diperkirakan jumlah keseluruhan pengungsi warga Palestina hingga hari ini sekitar 3,6 juta orang.

80 | P a g e

Ternyata keberhasilan Israel tidak lebih karena mendapat dukungan dari negaranegara Barat khususnya Amerika. Amerika adalah donatur terbesar bagi Israel . Jutaan dolar Amerika dalam bentuk persenjataan diberikan oleh Amerika kepada Israel . Kembali umat Islam dicemoohkan. Walaupun demikian umat Islam Palestina tetap berjuang memperebutkan tempat suci ketiga umat Islam tersebut. Perjuangan mereka dikenal dengan nama Intifadha. Berbagai macam perundingan yang dimotori Amerika hanya menguntungkan Israel saja. Dari dukungan besar Amerika bagi Israel tersebut menjadi bukti bahwa Amerika ingin menjadikan Israel sebagai penguasa tunggal di Timur-Tengah sebagaimana yang dikatakan oleh pakar sejarah Prof. Dr. Abdul Halim Uwais.

Pelanggaran hak-hak azasi manusia Israel terhadap kaum Palestina serta pendudukannya yang tidak legal selama 25 tahun, telah memberi stimulus lahirnya kelompok keras Hamas, Hizbullah, serta militan-militan lain

Melalui jutaan penduduk Palestina yang kalah dalam berbagai perang dan intifada, Israel telah melumpuhkan harapan masyarakat Palestina untuk menentukan nasib sendiri. Berbagai peristiwa yang menyakitkan bangsa Arab dan umat Islam ini mengalami bias geografis, diskriminatif, dan terjerat dalam eufimisme modern.

Dari berbagai peristiwa yang terjadi pasca tragedi 11 September tersebut, kita bisa melihat bagaimana retaknya hubungan Islam dan barat. Kenapa tidak, Barat dengan kekuasaannya menjadikan umat Islam sebagai bulan-bulanan melalui agresi-agresi yang dikomandoi oleh Amerika, ditambah lagi tuduhan-tuduhan bohong yang dilontarkan orang-orang barat terhadap umat Islam bahwa Islam adalah teroris sudah sangat keterlaluan. Sebuah tragedi yang mendidik umat Islam untuk bangkit melawan kolonialisme barat.

81 | P a g e

VI. Masa Depan Hubungan Islam dan Barat

Dari kronologis sejarah yang telah disebutkan di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa hubungan Islam dan Barat mengalami masa keharmonisan ketika dunia berada di bawah kepemimpinan Daulah Islamiyah. Masyarakat Barat merasakan kenyamanan dan keadilan di bawah kepemimpinan Daulah Islamiyah. Tercermin dengan adanya kebebasan beragama, keadilan dan kesejahteraan. Bahkan Barat mulai mengalami kemajuan ketika berada di bawah pemerintahan Daulah Islamiyah (Daulah Andalusia), khususnya perkembangan di bidang ilmu pengetahuan dan Pertanian. Hal itu karena Daulah Islamiyah berpegang teguh terhadap ajaran-ajaran Islam yang menghormati kebebasan beragama dan berpikir, menjunjung keadilan dan menunjang kesejahteraan.

Sebaliknya, hubungan Islam dan Barat mengalami kehancuran ketika Barat menguasai kepemimpinan dunia. Hal itu terlihat semenjak berakhirnya perang salib. Banyak terjadi peperangan, penindasan dan kolonialisme terhadap Umat Islam sampai sekarang. Tidak ada lagi kebebasan beragama bagi umat Islam, melainkan pembantaian oleh para penguasa Barat. Ini semua sebagai wujud dari prinsip orang Barat yang tidak jauh dari G3 (God, Glory and Gospel) yaitu agama, kekayaan dan kekuasaan. Berdasarkan prinsip ini Barat menginginkan agar dunia di bawah agama yang satu (Kristen), kemudian kekayaan dunia berada di bawah otoritas mereka, dan terakhir mereka menginginkan kekuasaan dunia mutlak di tangan mereka. Prinsip ini sangat jauh dari kebebasan, keadilan dan kedamaian.

Hubungan antara Islam dan Barat yang memburuk akibat peristiwa serangan 11 September 2001 menjadi semakin buruk setahun setelah peristiwa itu. Makin meningkat rasa tidak percaya antara negara-negara Barat, khususnya Amerika Serikat (AS), terhadap negara-negara Muslim, dan sebaliknya negara-negara Muslim terhadap AS.

82 | P a g e

Dari pihak negara-negara Muslim, ada semacam peningkatan rasa kejengkelan terhadap AS, terutama ketika AS mengungkapkan adanya kelompok-kelompok teroris di negara-negara Muslim tertentu. Sementara itu, AS sendiri gagal memberi bukti-bukti yang meyakinkan tentang tuduhan atau sinyalemen yang dimaksud.

Pihak Barat, khususnya AS dan Inggris, bersikap setengah hati terhadap negaranegara Muslim, terutama negara Muslim yang dinilai kurang kooperatif dalam membantu AS dan sekutunya dalam perang melawan terorisme.

Ada dua masalah yang membuat hubungan negara-negara Muslim dan Barat menjadi semakin tidak menguntungkan sebagaimana yang dikatakan Din Syamsuddin, Wakil Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah dalam sebuah seminar di Jakarta. Pertama, masalah Israel dan Palestina, di mana Arafat dan Palestina berada pada posisi yang sangat sulit karena AS tampaknya hanya mengutamakan kepentingan Israel , sementara kepentingan Palestina kurang diperhatikan. Kedua, sementara masalah Israel-Palestina belum selesai, AS dan Inggris membuka front baru dalam memberantas terorisme yang ditandai dengan agresinya terhadap Afghanistan dan Irak.

Menurut Din, setelah Peristiwa 11 September 2001, muncul gejala bipolarisasi yang mengkristal menjadi dua kubu dalam kehidupan umat manusia, yakni dunia Islam dan dunia Barat. Din memandang polarisasi semacam ini sebagai suatu perkembangan yang tidak positif, bahkan akan merugikan kehidupan umat manusia dan perkembangan peradaban dunia. Karena di satu sisi, dunia Barat menjadi pemegang supremasi peradaban dunia saat ini, dengan segala kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan ekonomi. Sementara di sisi lain, dunia Islam-terdiri dari sekitar 60 negara berdaulat-juga merupakan dunia yang tidak dapat dianggap remeh, karena selain didukung oleh lebih dari satu milyar penduduk dunia, juga memiliki sumber daya alam yang kaya.

83 | P a g e

Din menambahkan, tuduhan negara-negara Barat kepada dunia Islam sebagai pangkal dan ladang terorisme sangat menyakitkan umat Islam di banyak negara. Jika pandangan ini tidak segera dihentikan, akan mendorong munculnya fundamentalisme dan radikalisme di kalangan umat Islam, sebagai bentuk perlawanan atau reaksi terhadap Barat.

"Polarisasi yang terjadi ini dikhawatirkan akan menjadi the clash of civilizations, perbenturan peradaban antara Barat dan Islam, seperti tesis Huntington . Benihbenih ke arah itu dapat ditunjukkan dengan timbulnya saling curiga dan kebencian antara negara Barat dan dunia Islam. Perkembangan ini harus segera dihentikan dan diarahkan kepada yang lebih positif, misalnya dalam bentuk kerja sama dan kemitraan untuk membangun dunia yang damai," papar Din.

Amerika Serikat sebagai "kiblat'' demokrasi dan kebebasan yang kebijakan luar negerinya oleh banyak pengamat dikatakan selalu mencampuri urusan rumah tangga negara lain, terutama yang banyak berpenduduk muslim.

Salah satu contoh adalah lontaran Noam Chomsky dalam Pirates and Emperors, yang menggambarkan standar ganda AS dalam memperlakukan terorisme internasional.

Setelah kita menelaah sejarah mulai dari sejarah perang salib, kolonialisme Barat sampai Kolonialisme Modern, dapat kita simpulkan bahwa dendam perang salib masih ada dalam diri orang-orang Barat. Dan sekarang dendam tersebut menjelma dalam bentuk yang lain, tapi tetap mempunyai tujuan yang sama yaitu menghancurkan Islam. Bentuk lain yang digunakan Barat sekarang ini adalah memerangi teroris.

Dari kronologis sejarah dan realita sekarang ini memang membawa kita untuk tidak menolak anggapan bahwa hubungan Islam dan Barat tidak akan harmonis. Namun, bukan suatu yang mustahil kalau seandainya hubungan Islam dan Barat

84 | P a g e

malah semakin membaik di masa yang akan datang. Semuanya tergantung partisipasi keduanya dalam usaha membina hubungan tersebut. Semakin besar kesungguhan keduanya dalam membina hubungan tersebut, semakin besar pula harapan akan terciptanya hubungan yang harmonis.

Penutup

Dendam perang salib ternyata belum berakhir. Perang salib dalam kemasan baru telah diproduksi oleh orang-orang Barat. Dengan rapi mereka kemas dalam bungkusan memerangi teroris yang notabene ditujukan kepada umat Islam. Banyak umat Islam terkecoh dengan bungkusan tersebut. Sedangkan orang-orang Barat tersenyum-senyum sumbing di balik layar.

Demikian juga dengan motto ekspansi mereka yang lebih dikenal dengan 3G (God, Gold and Gospel), masih sarat dalam berbagai langkah mereka. Dengan motto ini mereka menggabungkan 3 kekuatan: motivasi agama, kekayaan dan kekuatan politik, untuk mendapatkan 3 tujuan: penyebaran agama, hak monopoli kekayaan dunia dan hak otoritas kekuasaan dunia.

Pemecahan dari permasalahan sekarang ini menuntut sense of urgency (kesadaran akan situasi yang sangat mendesak) dari Umat Islam. Lalu diikuti tindakan yang tepat sasaran, dan mengutamakan prioritas. Meskipun kita menyetujui, dewasa ini bangsa dan umat mengalami krisis dekadensi moral yang akut, tetapi titik-berat prioritasnya terletak pada tiadanya pemimpin yang memiliki akhlaqul karimah, integritas moral, tidak mampu mengemban amanah, ketiadaan kepekaan yang kesemuanya terefleksi pada tiadanya keteladanan sebagai panutan. Maka langkah-langkah yang harus diambil adalah: Islam pada hakikatnya adalah agama jamaah. Menurut sabda Rasulullah Saw. kekuatan umat terletak pada kohesifnya jamaah kaum Muslimin. Karena itu pada saat ketika umat terpecah-belah ke dalam firqah-firqah, kita wajib

85 | P a g e

merapatkan shaf kembali, membangun kekuatan kejamaahan umat yang bersifat lintas organisasi, serta paham dalam keagamaan. Pembangunan kekuatan jamaah harus berbasis pada masjid, mulai dari jaringan masjid kecamatan, kabupaten, propinsi, sampai kepada jaringan masjid nasional. Jaringan yang didasarkan pada organisasi kemasyarakatan dan politik akan memecah-belah kembali ke dalam kepentingan sempit program partai atau ormas. Jaringan berdasarkan masjid tidak untuk membubarkan partai-partai atau ormas-ormas Islam. Yang dituju adalah pembangunan kekuatan ummah, ke dalam umat yang utuh dan kohesif. Keluar (boleh saja) membawa bendera partai atau ormas masing-masing. Kekuatan kejamaahan seperti yang dikehendaki itu hanya dapat dibangun dengan semangat ukhuwah. Ukhuwah atau solidaritas adalah lem perekat bagi kekuatan kejamaahan. "Tidak diterima iman seorang Muslim sebelum ia memperlakukan muslim lainnya sebagai saudaranya," demikian firman Allah Swt dalam al-Qur'an. Untuk dapat membangun semangat ukhuwah, ada empat syarat yang harus terpenuhi: o Tidak boleh ada su'udzan, berburuk sangka terhadap sesama Muslim. o Bila ada hal-hal yang dianggap salah paham yang dapat menimbulkan perbedaan atau bahkan konflik, seorang Muslim harus segera melakukan

tabayyun (klarifikasi) .
o Dalam proses tabayyun atau taushiyah itu setiap Muslim dituntut menghadapinya dengan sikap tawaddu, rendah hati, yaitu kesediaan untuk mendengarkan pendapat orang lain meski berbeda. o Bila perbedaan itu tidak berhasil mencapai kesepakatan, tidak boleh sampai memutuskan silaturrahim. Untuk itu maka orang-orang Muslim hendaknya bersikap tasmuh atau toleran yaitu bersepakat untuk tidak sepakat. Jamaah tidak akan memiliki kemampuan dan kekuatan tanpa adanya imamah. Rasulullah Saw. bersabda, "Bila ada tiga orang Muslim, maka diwajibkan seorang di antaranya menjadi pemimpin mereka." Oleh karena itu, kita harus mengembangkan mekanisme untuk menyeleksi pemimpin di lingkungan komunitas umat berdasarkan azas musyawarah terhadap tokoh-tokoh panutan

86 | P a g e

yang memang memperoleh pengakuan dari umat. Pengakuan itu tertuju kepada sifat-sifat kepemimpinannya, memiliki kewibawaan, mampu memikul amanah, dan memiliki kecakapan administrasi- manajerial sebagai pemimpin umat. Kekuatan kejamaahan umat harus mampu menjadi moral force umat untuk melakukan moral pressure kepada lapisan elit umat secara konsekuen, konsisten, dan sanksional, dalam rangka mengembangkan lapisan imamah yang berakhaqul karimah dan amanah. Mengembangkan masjid sebagai basis dan pusat kegiatan bagi pengembangan sosial-budaya, sosial ekonomi, dan penguasaan ilmu dan teknologi umat. Memulai upaya bagi pemberdayaan ekonomi umat sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam usaha pemberdayaan politik umat. Pengembangan jumlah dan mutu sumber daya manusia umat sebagai perwujudan ketaqwaan kepada Allah Swt..

Itulah langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menangkis serangan-serangan Barat terhadap umat Islam.

Sayyid Qutb berkata: "Pada dasarnya inti dari berbagai macam bentuk ma'rakah yang telah dilancarkan oleh Yahudi dan Nasrani dalam memusuhi umat Islam di segala penjuru dunia dan setiap waktu adalah bertendensikan pada AQIDAH, walaupun terkadang terjadi perbedaan dan perselisihan di antara mereka, namun mereka akan bertemu selamanya di setiap ma'rakah dalam memusuhi Islam dan muslimin. Di dalam ma'rakah ini terkadang mereka menampilkan berbagai macam panji-panji yang beraneka warna dan coraknya sebagai makar dan kamuflase, karena mereka telah mencoba bagaimana semangat orang-orang muslimin terhadap aqidah dan dinnya, manakala mereka diperangi dengan panji-panji Aqidah. Berawal dari sinilah mereka memunculkan berbagai macam slogan, lalu mereka memasukkan berbagai slogan terhadap para penjilat yang tertipu dari kita, bahwasanya cerita panjang tentang Aqidah telah menjadi legenda masa lalu yang

87 | P a g e

tiada punya arti, serta tidak boleh diangkat ke permukaan dengan berbagai syiar lainnya, dan mereka pun menyelinap di berbagai ma'rakah yang lain. Namun seandainya umat Islam tertipu dengan makar dan tipu daya mereka, janganlah menyesal dan mengeluh kecuali pada diri sendiri yang semakin jauh dari taujih Allah Swt. terhadap Rasulullah Saw. dan umat-Nya."

Umat Islam perlu disadarkan tentang bahaya yang akan ditimbulkan oleh permusuhan Yahudi dan Nasrani, karena saat ini merekalah pelaku penindasan yang terjadi di dunia Islam, pemicu berbagai macam ma'rakah yang beraneka ragam, sumber kerusakan dan kejahatan yang menimpa generasi Islam. Dan perlu diingat bahwa Barat tidak akan pernah berhenti sebelum umat Islam mengikuti agama mereka. Allah Swt. berfirman: "Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan

senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah : sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya). Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu". (QS.
Al-Baqarah: 120).

Globalisasi dunia yang transparan dan serba membingungkan membuat mereka menang dan di atas angin, hal ini menuntut kita untuk menengok berbagai peristiwa yang barangkali dapat mengingatkan umat terhadap Aqidah Islamiyah dan bangkit kembali dari tidur yang panjang, yang akhirnya akan segera terlihat para Yahudi itu bersembunyi ketakutan, dan berkatalah Sebongkah batu: "Ya Muslim ke sinilah, di belakangku ada Yahudi, bunuhlah dia.
Daftar Pustaka

1. Al-Qur'an dan Terjemahan, Semarang , Toha Putra, 1989.

2. Al-'Asqolani, Ibnu hajar, Fathul Bari, Kairo, Dar at Taqwa, 2000. 3. Katsir, Ibnu, Al-Bidyah wa an-Nihyah, Kairo, Dar 'Ilmi, 2000. 4. 'Imarah, Muhammad, Al-Gharb wal Islm, Kairo, Dar Nahdhah, 1997. 5. 'Imarah, Muhammad, Al-Shahwatul Islam fi 'Uyn Gharbiyyah, Kairo, Dar Nahdhah, 1997. 6. 'Imarah, Muhammad, At-Ta'addudiyatur Ru'yatul Islmiyyah wal-Tahdiyatul Gharbiyyah, Kairo, Dar Nahdhah, 1997 7. 'Imarah, Muhammad, Al-Ushliyyah bainal Gharb wal Islm , Kairo, Dar Syuruq, 1998. 8. 'Imarah, Muhammad, Al-Hiwariyyn bainal Islamiyyn wal 'Ilmaniyyn, Kairo, Dar Nahdhah, 2000. 9. Salim al-'Awwa, Muhammad, Al-I'lnul Islmi li Huqqil Insn, Kairo, Dar Nahdhah, 2000. 10. Nafi', Ibrahim, Infijr September baina al-'Aulamah wal Amrika, Kairo, Maktabah al-Usrah, 2002. 11. 'Abdul Fatah, Fathi, 'Alam Mutaghayyar, Kairo, Maktabah al Usrah, 1999. 12. Gaudah, Muhammad Gharib, Majuz Trikh al-'lam, Kairo, Maktabah al-Usrah, 2000. 13. Al-'Alamiyah Al-Muttahidah, al-Afaq, al-Ma'lmt, Kairo, Maktab al-Afaq al-Muttahidah, 1991.

88 | P a g e
14. Isa, Ibrahim Sulaiman, Dr, Mu'amalah Ghaira, Al-Muslimn fi Daulah al-Islm, Cairo, Dar al-Manar. 15. Al-Qardhawi, Yusuf, Dr, Ummatun baina Qarnain, Cairo , Dar al-Syuruq, 2000. 16. Sardar, Ziauddin, The Future of Muslim Civilisation, London, Croom Helm , 1997. 17. Wahyudi, Nurhasan, Kontekstualisasi Islam dalam Peradaban, Cairo, FOSGAMA, 2002.

89 | P a g e

Buah Ma'rifatullah

Oleh: KH. Abdullah Gymnastiar

Seorang ahli ibadah akan optimis dalam hidupnya. Ia optimis bahwa Allah akan menolong dan mengarahkan hidupnya.

Semua yang ada di alam ini mutlak ada dalam kekuasaan Allah. Ketika melihat fenomena alam, idealnya kita bisa ingat kepada Allah. Puncak ilmu adalah mengenal Allah (ma'rifatullah). Kita dikatakan sukses dalam belajar bila dengan belajar itu kita semakin mengenal Allah. Jadi percuma saja sekolah tinggi, luas pengetahuan, gelar prestisius, bila semua itu tidak menjadikan kita makin mengenal Allah.

Mengenal Allah adalah aset terbesar. Mengenal Allah akan membuahkan akhlak mulia. Betapa tidak, dengan mengenal Allah kita akan merasa ditatap, didengar, dan diperhatikan selalu. Inilah kenikmatan hidup sebenarnya. Bila demikian, hidup pun jadi terarah, tenang, ringan, dan bahagia. Sebaliknya, saat kita tidak mengenal Allah, hidup kita akan sengsara, terjerumus pada maksiat, tidak tenang dalam hidup, dan sebagainya.

Ciri orang yang ma'rifat adalah laa khaufun 'alaihim wa lahum yahzanuun. Ia tidak takut dan sedih dengan urusan duniawi. Karena itu, kualitas ma'rifat kita dapat

90 | P a g e

diukur. Bila kita selalu cemas dan takut kehilangan dunia, itu tandanya kita belum ma'rifat. Sebab, orang yang ma'rifat itu susah senangnya tidak diukur dari ada tidaknya dunia. Susah dan senangnya diukur dari dekat tidaknya ia dengan Allah. Maka, kita harus mulai bertanya bagaimana agar setiap aktivitas bisa membuat kita semakin kenal, dekat dan taat kepada Allah.

Salah satu ciri orang ma'rifat adalah selalu menjaga kualitas ibadahnya. Terjaganya ibadah akan mendatangkan tujuh keuntungan hidup. Pertama, hidup selalu berada di jalan yang benar (on the right track). Kedua, memiliki kekuatan menghadapi cobaan hidup. Kekuatan tersebut lahir dari terjaganya keimanan. Ketiga, Allah akan mengaruniakan ketenangan dalam hidup. Tenang itu mahal harganya. Ketenangan tidak bisa dibeli dan ia pun tidak bisa dicuri. Apa pun yang kita miliki, tidak akan pernah ternikmati bila kita selalu resah gelisah.

Keempat, seorang ahli ibadah akan selalu optimis. Ia optimis karena Allah akan menolong dan mengarahkan kehidupannya. Sikap optimis akan menggerakkan seseorang untuk berbuat. Optimis akan melahirkan harapan. Tidak berarti kekuatan fisik, kekayaan, gelar atau jabatan bila kita tidak memiliki harapan.

Kelima, seorang ahli ibadah memiliki kendali dalam hidupnya, bagaikan rem pakem dalam kendaraan. Setiap kali akan melakukan maksiat, Allah SWT akan memberi peringatan agar ia tidak terjerumus. Seorang ahli ibadah akan memiliki kemampuan untuk bertobat.

Keenam, selalu ada dalam bimbingan dan pertolongan Allah. Bila pada poin pertama Allah sudah menunjukkan jalan yang tepat, maka pada poin ini kita akan dituntun untuk melewati jalan tersebut.

Ketujuh, seorang ahli ibadah akan memiliki kekuatan ruhiyah, tak heran bila katakatanya bertenaga, penuh hikmah, berwibawa dan setiap keputusan yang diambilnya selalu tepat.

91 | P a g e

Untuk menjadi ahli ibadah kita bisa menumbuhkan ACM (Aku Cinta Masjid). Seorang Muslim dengan masjid bagikan ikan dengan air. Tidak mungkin seorang Muslim tidak betah di masjid. Diragukan keimanannya bila ia tidak akrab dengan masjid. Ikhtiar menumbuhkan kecintaan terhadap shalat dan masjid adalah dengan berusaha shalat tepat waktu, di masjid dan dilakukan secara berjamaah. Cara paling mudah untuk melaksanakannya adalah dengan datang lebih awal ke masjid untuk menunggu shalat.

Saudaraku, di tengah kondisi yang semakin sulit, tidak ada yang bisa menolong kita selain Allah SWT. Salah satu ikhtiar untuk menggapai pertolongan Allah dengan meningkatkan pengenalan kita kepada Allah. Cara menggapainya adalah dengan ibadah secara istikamah.

Wallaahu a'lam

92 | P a g e

Karunia Hidayah

Oleh: KH. Abdullah Gymnastiar

Setiap orang hanya akan menjaga sesuatu yang dianggapnya berharga dan membuang sesuatu yang dianggapnya tidak berharga. Semakin bernilai dan semakin berharga suatu benda, maka akan lebih habis-habisan pula dijaganya. Bagi seorang Muslim, hidayah dari Allah adalah harta termahal.

Ada seorang wanita yang belum lama masuk Islam (muallaf). Ternyata, keluarganya tidak bisa menerima kenyataan ini. Ibunya pun mengusirnya dari rumah. Kejadian itu terjadi menjelang pukul lima sore. Telepon berdering, suara di ujung telepon bicara dengan terbata-bata, "Aa, Aa tolong A, tolong!." Belum selesai bicara hubungan telepon terputus. Dari nadanya kelihatan darurat, sehingga jelas-jelas si penelpon sedang dalam kondisi membutuhkan bantuan. Sayangnya tidak diketahui di mana ia menelponnya? Keadaannya bagaimana?

Usai hubungan telepon terputus, saya berpikir apa yang bisa dilakukan? Karena yang terbayang di benak saat itu adalah justru si anak sedang dianiaya, teleponnya direbut atau kabelnya diputuskan. Terbayang pula andai si anak ini dipaksa kembali ke agama semula oleh orang tuanya. Tapi sejenak kemudian

93 | P a g e

ingat pula akan Kemahakuasaan Allah bahwa hanya dengan karunia-Nya saja hidayah bisa sampai kepada anak itu.

Bila Allah Yang Mahakuasa telah menghunjamkan dalam-dalam hidayah itu di kalbu, maka tak seorang pun mampu mencerabut hidayah dari diri seseorang. Kita lihat Bilal bin Rabbah, sahabat Rasulullah SAW yang mulia. Ia dijemur di bawah terik matahari, di bawahnya beralas pasir membara, badan pun dihimpit batu yang berat, tapi bibirnya yang mulia tetap mengucapkan, "Ahad, Ahad, Ahad".

Begitu pun dengan si anak dalam kejadian ini, setelah teleponnya diputus oleh ibunya, ternyata benar ia dianiaya, dijambak, dan dirobek-robek jilbabnya. Hanya kemudian dengan izin Allah, dia dapat kembali menutup auratnya dan dengan hati pilu si anak pun ikut bersama bibinya. Hanya Allah-lah yang melepaskan dari setiap kesempitan. Allah SWT berfirman, Dan orang yang dipimpin Allah, maka tiadalah orang yang akan menyesatkannya (QS. Az-Zumar: 37). Dan siapa yang disesatkan oleh Allah, maka tidak ada yang dapat menujukinya (QS. Ar-Ra'du: 33).

Saudaraku, setiap orang hanya akan menjaga sesuatu yang dianggapnya berharga dan membuang sesuatu yang dianggapnya tidak berharga. Semakin bernilai dan semakin berharga suatu benda, maka akan lebih habis-habisan pula dijaganya. Ada yang sibuk menjaga hartanya karena dia menganggap harta itu yang paling bernilai. Ada yang sibuk menjaga wajahnya agar awet muda, karena awet muda itulah yang dianggapnya paling bernilai. Ada juga yang mati-matian menjaga kedudukan dan jabatannya, karena kedudukan dan jabatan itulah yang dianggap membuatnya berharga.

Tapi ada pula orang yang mati-matian menjaga hidayah dan taufik dari Allah SWT karena dia yakin bahwa hidup tidak akan selamat mencapai akhirat kecuali dengan hidayah dan taufik dari-Nya. Inilah sebenarnya harta benda paling mahal yang perlu kita jaga mati-matian. Nikmat iman yang bersemayam di dalam kalbu nilainya melampaui apapun yang ada di dunia ini.

94 | P a g e

Karena itu, sudah sepantasnya dalam mencari apapun di dunia ini, kita tetap dalam rambu-rambu supaya hidayah itu tidak hilang. Misal, ketika mencari uang untuk nafkah keluarga, kita sibuk dengan berkuah peluh bermandi keringat mencarinya, tapi tetap berupaya agar dalam mencari uang tersebut, hidayah dan taufik tidak sampai sirna.

Begitu pula ketika menuntut ilmu, kita kejar ilmu setinggi-tingginya tetapi tetap dalam rambu-rambu Allah agar hidayah tidak sampai sirna. Bahkan, mencari nafkah, mencari ilmu, atau mencari dunia bisa lebih mendekatkan dengan hidayah dari Allah SWT.

Ada sebuah doa yang Allah SWT ajarkan kepada kita melalui firman-Nya, Ya Tuhan kami, jangan jadikan hati ini condong kepada kesesatan sesudah engkau beri petunjuk, dan karuniakan kepada kami rahmat dari sisimu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi Karunia (QS. Ali Imran: 8).

Demikianlah Allah Azza wa Jalla, Dzat Maha Pemberi karunia hidayah, mengajarkan kepada kita agar senantiasa bermohon kepada-Nya sehingga selalu tertuntun dengan cahaya hidayah dari-Nya. Betapa tidak, hidayah adalah karunia terindah yang diberikan Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya.

Imam Ibnu Athoillah dalam kitab Al-Hikam mengungkapkan, "Nur (cahaya-cahaya) iman, keyakinan, dan zikir adalah kendaraan yang dapat mengantarkan hati manusia ke hadirat Allah serta menerima segala rahasia daripada-Nya. Nur (cahaya terang) itu sebagai tentara yang membantu hati, sebagaimana gelap itu tentara yang membantu hawa nafsu. Maka apabila Allah akan menolong seorang hamba-Nya, dibantu dengan tentara nur Illahi dan dihentikan bantuan kegelapan dan kepalsuan".

95 | P a g e

Nur cahaya terang berupa tauhid, iman, dan keyakinan itu berfungsi sebagai tentara pembela pembantu hati. Sebaliknya kegelapan, syirik, dan ragu itu sebagai tentara\ pembantu hawa nafsu. Di antara keduanya selalu terjadi peperangan yang tak kunjung berhenti, dan selalu menang dan kalah.

Lebih lanjut beliau berujar, "Nur itulah yang menerangi (membuka) dan bashirah (mata hati) itulah yang menentukan hukum, dan hati yang melaksanakan atau meninggalkan nur itulah yang menerangi baik dan buruk. Lalu dengan mata hatinya ditetapkan hukum, dan setelah itu maka mata hatinya yang melaksanakan atau menggagalkannya".

Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan kepada kita penuntun yang membawa cahaya hidayah sehingga menjadi terang jalan hidup kita.

Wallahu a'lam bish-shawab.

96 | P a g e

Biar Kuncupnya Jadi Bunga

Oleh: Anis Matta, Lc.

Ternyata obrolan kita tentang cinta belum selesai. Saya telah menyatakan sebelumnya betapa penting peranan kata itu dalam mengekspresikan kata cinta. Tapi itu bukan satu-satunya bentuk ekspresi cinta. Cinta merupakan sebentuk emosi manusiawi. Karena itu ia bersifat fluktuatif naik turun mengikuti semua anasir di dalam dan di luar di diri manusia yang mempengaruhinya. Itulah sebabnya saya juga mengatakan, mempertahankan dan merawat rasa cinta sesungguhnya jauh lebih sulit dari sekedar menumbuhkannya. Jadi obrolan kita belum selesai. Walaupun begitu, saya juga tidak merasakan adanya urgensi utk menjawab pertanyaan ini: apa itu cinta? Itu terlalu filosofis. Saya lebih suka menjawab pertanyaan ini: bagaimana seharusnya anda mencintai? Pertanyaan ini melekat erat dalam kehidupan individu kita.

Cinta itu bunga; bunga yang tumbuh mekar dalam taman hati kita. Taman itu adalah kebenaran. Apa yg dengan kuat menumbuhkan, mengembangkan, dan memekarkan bunga-bunga adalah air dan matahari. Air dan matahari adalah kebaikan. Air memberinya kesejukan dan ketenangan, tapi matahari memberinya

97 | P a g e

gelora kehidupan. Cinta, dengan begitu, merupakan dinamika yang bergulir secara sadar di atas latar wadah perasaan kita.

Maka begitulah seharusnya anda mencintai; menyejukkan, menenangkan, namun juga menggelorakan. Dan semua makna itu terangkum dalam kata ini: menghidupkan. Anda mungkin dekat dengan peristiwa ini; bagaimana istri anda melahirkan seorang bayi, lalu merawatnya, dan menumbuhkannya, mengembangkannya serta menjaganya. Ia dengan tulus berusaha memberinya kehidupan.

Bila anda ingin mencintai dengan kuat, maka anda harus mampu memperhatikan dengan baik, menerimanya apa adanya dengan tulus, lalu berusaha mengembangkannya semaksimal mungkin, kemudian merawatnya..menjaganya dengan sabar. Itulah rangkaian kerja besar para pecinta; pengenalan, penerimaan, pengembangan dan perawatan.

Apakah anda telah mengenal istri anda dengan seksama?

Apakah anda mengetahui dengan baik titik kekuatan dan kelemahannya?

Apakah anda mengenal kecenderungan-kecenderungannya?

Apakah anda mengenal pola-pola ungkapannya; melalui pemaknaan khusus dalam penggunaan kata, melalui gerak motorik refleksinya, melalui isyarat rona wajahnya, melalui tatapannya, melalui sudut matanya?

Apakah anda dapat merasakan getaran jiwanya, saat ia suka dan saat ia benci, saat ia takut dan begitu membutuhkan perlindungan?

Apakah anda dapat melihat gelombang-gelombang mimpi-mimpinya,harapanharapannya?

98 | P a g e

Sekarang perhatikanlah bagaimana tingkat pengenalan Rosululloh sawterhadap istrinya, Aisyah. Suatu waktu beliau berkata, "Wahai Aisyah, aku tahu kapan saatnya kamu ridha dan kapan saatnya kamu marah padaku. Jika kamuridha, maka kamu akan memanggilku dengan sebutan: Ya Rosulullah! Tapi jika kamu marah padaku, kamu akan memanggilku dengan sebutan "Ya Muhammad". Apakah beda antara Rasululloh dan Muhammad kalau toh obyeknya itu-itu saja? Tapi Aisyah telah memberikan pemaknaan khusus ketika ia menggunakan kata yang satu pada situasi jiwa yang lain. Pengenalan yang baik harus disertai penerimaan yang utuh. Anda harus mampu menerimanya apa adanya. Apa yang sering menghambat dlm proses penerimaan total itu adalah pengenalan yang tidak utuh atau "obsesi" yang berlebihan terhadap fisik.

Anda tidak akan pernah dapat mencintai seseorang secara kuat dan dalam kecuali jika anda dapat menerima apa adanya. Dan ini tidak selalu berarti bahwa anda menyukai kekurangan dan kelemahannya. Ini lebih berarti bahwa kelemahan dan kekurangan bukanlah kondisi akhir kepribadiannya, dan selalu ada peluang untuk berubah dan berkembang. Dengan perasaan itulah seorang ibu melihat bayinya. Apakah yg ia harap dari bayi kecil itu ketika ia merawatnya, menjaganya, dan menumbuhkannya? Apakah ia yakin bahwa kelak anak itu akan membalas kebaikannya? Tidak. Semua yang ada dlm jiwanya adalah keyakinan bahwa bayi ini punya peluang utk berubah dan berkembang. Dan karenanya ia menyimpan harapan besar dlm hatinya bahwa kelak hari-hari jugalah yg akan menjadikan segalanya lebih baik. Penerimaan positif itulah yang mengantar kita pada kerja mencintai selanjutnya; pengembangan.

Pada mulanya seorang wanita adalah kuncup yg tertutup. Ketika ia memasuki rumah anda, memasuki wilayah kekuasaan anda, menjadi istri anda, menjadi ibu anak-anak anda; Andalah yg bertugas membuka kelopak kuncup itu, meniupnya perlahan, agar ia mekar menjadi bunga. Andalah yg harus menyirami bunga itu dengan air kebaikan, membuka semua pintu hati anda baginya, agar ia dapat

99 | P a g e

menikmati cahaya matahari yg akan memberinya gelora kehidupan. Hanya dengan kebaikanlah bunga-bunga cinta bersemi.

Dan ungkapan "Aku Cinta Kamu" boleh jadi akan kehilangan makna ketika ia dikelilingi perlakuan yang tidak simpatik dan mengembangkan. Apa yg harus anda berikan kepada istri anda adalah peluang untuk berkembang, keberanian menyaksikan perkembangannya tanpa harus merasa superioritas anda terganggu. Ini tidak berarti anda harus memberi semua yang ia senangi, tapi berikanlah apa yg ia butuhkan.

Tetapi setiap perkembangan harus tetap berjalan dlm keseimbangan. Dan inilah fungsi perawatan dari rasa cinta. Tidak boleh ada perkembangan yang mengganggu posisi dan komunikasi. Itulah sebabnya terkadang anda perlu memotong sejumlah yg sudah kepanjangan agar tetap terlihat serasi dan harmoni. Hidup adalah simponi yg kita mainkan dengan indah.

Maka, duduklah sejenak bersama dengan istri anda, tatap matanya lamat-lamat, dengarkan suara batinnya, getaran nuraninya, dan diam-diam bertanyalah pada diri sendiri: Apakah ia telah menjadi lebih baik sejak hidup bersama dengan anda?

Mungkinkah suatu saat ia akan mengucapkan puisi Iqbal tentang gurunya: DAN NAFAS CINTANYA MENIUP KUNCUPKU... MAKA IA MEKAR MENJADI BUNGA...

Wallohu a'lam bish showab

100 | P a g e

Kematian Hati

Oleh: KH. Rahmat Abdullah

Aldakwah.org--Banyak orang tertawa tanpa (mau) menyadari sang maut sedang mengintainya. Banyak orang cepat datang ke shaf shalat laiknya orang yang amat merindukan kekasih. Sayang ternyata ia dating tergesa-gesa hanya agar dapat segera pergi. Seperti penagih hutang yang kejam ia perlakukan Tuhannya.

Ada yang datang sekedar memenuhi tugas rutin mesin agama. Dingin, kering dan hampa,tanpa penghayatan. Hilang tak dicari, ada tak disyukuri. Dari jahil engkau disuruh berilmu dan tak ada izin untuk berhenti hanya pada ilmu.Engkau dituntut beramal dengan ilmu yang ALLAH berikan. Tanpa itu alangkah besar kemurkaan ALLAH atasmu.

Tersanjungkah engkau yang pandai bercakap tentang keheningan senyap ditingkah rintih istighfar, kecupak air wudlu di dingin malam, lapar perut karena shiam atau kedalaman munajat dalam rakaat-rakaat panjang.

Tersanjungkah engkau dengan licin lidahmu bertutur, sementara dalam hatimu tak ada apa-apa. Kau kunyah mitos pemberian masyarakat dan sangka baik orang-

101 | P a g e

orang berhati jernih, bahwa engkau adalah seorang saleh, alim, abid lagi mujahid, lalu puas meyakini itu tanpa rasa ngeri.

Ash Shiddiq Abu Bakar Ra. Selalu gemetar saat dipuji orang. "Ya ALLAH, jadikan diriku lebih baik dari pada sangkaan mereka, janganlah Engkau hukum aku karena ucapan mereka dan ampunilah daku lantaran ketidaktahuan mereka", ucapnya lirih.

Ada orang bekerja keras dengan mengorbankan begitu banyak harta dan dana,lalu ia lupakan semua itu dan tak pernah mengenangnya lagi. Ada orang beramal besar dan selalu mengingat-ingatnya, bahkan sebagian menyebutnyebutnya. Ada orang beramal sedikit dan mengklaim amalnya sangat banyak. Dan ada orang yang sama sekali tak pernah beramal, lalu merasa banyak amal dan menyalahkan orang yang beramal, karena kekurangan atau ketidak-sesuaian amal mereka dengan lamunan pribadinya, atau tidak mau kalah dan tertinggal di belakang para pejuang.

Mereka telah menukar kerja dengan kata. Di mana kau letakkan dirimu?

Saat kecil, engkau begitu takut gelap, suara dan segala yang asing. Begitu kerap engkau bergetar dan takut. Sesudah pengalaman dan ilmu makin bertambah, engkaupun berani tampil di depan seorang kaisar tanpa rasa gentar. Semua sudah jadi biasa, tanpa rasa.

Telah berapa hari engkau hidup dalam lumpur yang membunuh hatimu sehingga getarannya tak terasa lagi saat maksiat menggodamu dan engkau menikmatinya?

Malam-malam berharga berlalu tanpa satu rakaatpun kau kerjakan. Usia berkurang banyak tanpa jenjang kedewasaan ruhani meninggi. Rasa malu kepada ALLAH, dimana kau kubur dia?

102 | P a g e

Di luar sana rasa malu tak punya harga. Mereka jual diri secara terbuka lewat layar kaca, sampul majalah atau bahkan melalui penawaran langsung. Ini potret negerimu: 228.000 remaja mengidap putau. Dari 1500 responden usia SMP & SMU, 25 % mengaku telah berzina dan hampir separuhnya setuju remaja berhubungan seks di luar nikah asal jangan dengan perkosaan.

Mungkin engkau mulai berfikir "Jamaklah, bila aku main mata dengan aktifis perempuan bila engkau laki-laki atau sebaliknya di celah-celah rapat atau berdialog dalam jarak sangat dekat atau bertelepon dengan menambah waktu yang tak kauperlukan sekedar melepas kejenuhan dengan canda jarak jauh". Betapa jamaknya 'dosa kecil' itu dalam hatimu. Ke mana getarannya yang gelisah dan terluka dulu, saat "TV Thaghut" menyiarkan segala "kesombongan jahiliyah dan maksiat?" Saat engkau muntah melihat laki-laki (banci) berpakaian perempuan, karena kau sangat mendukung ustadzmu yang mengatakan: "Jika ALLAH melaknat laki-laki berbusana perempuan dan perempuan berpakaian lakilaki, apa tertawa riang menonton akting mereka tidak dilaknat?" Ataukah taqwa berlaku saat berkumpul bersama, lalu yang berteriak paling lantang "Ini tidak Islami" berarti ia paling islami, sesudah itu urusan tinggallah antara engkau dengan dirimu, tak ada ALLAH di sana?

Sekarang kau telah jadi kader hebat. Tidak lagi malu-malu tampil. Justru engkau akan dihadang tantangan: sangat malu untuk menahan tanganmu dari jabatan tangan lembut lawan jenismu yang muda dan segar. Hati yang berbunga-bunga di depan ribuan massa. Semua gerak harus ditakar dan jadilah pertimbanganmu tergadai pada kesukaan atau kebencian orang, walaupun harus mengorbankan nilai terbaik yang kau miliki.

Lupakah engkau, jika bidikanmu ke sasaran tembak meleset 1 milimeter, maka pada jarak 300 meter dia tidak melenceng 1 milimeter lagi? Begitu jauhnya inhiraf di kalangan awam, sedikit banyak karena para elitenya telah salah melangkah lebih dulu.

103 | P a g e

Siapa yang mau menghormati ummat yang "kiayi"nya membayar beberapa ratus ribu kepada seorang perempuan yang beberapa menit sebelumnya ia setubuhi di sebuah kamar hotel berbintang, lalu dengan enteng mengatakan: "Itu maharku, ALLAH waliku dan malaikat itu saksiku" dan sesudah itu segalanya selesai, berlalu tanpa rasa bersalah?

Siapa yang akan memandang ummat yang da'inya berpose lekat dengan seorang perempuan muda artis penyanyi lalu mengatakan: "Ini anakku, karena kedudukan guru dalam Islam adalah ayah, bahkan lebih dekat dari pada ayah kandung dan ayah mertua?"

Akankah engkau juga menambah barisan kebingungan ummat lalu mendaftar diri sebagai 'alimullisan (alim di lidah)? Apa kau fikir sesudah semua kedangkalan ini kau masih aman dari kemungkinan jatuh ke lembah yang sama?

Apa beda seorang remaja yang menzinai teman sekolahnya dengan seorang alim yang merayu rekan perempuan dalam aktifitas da'wahnya? Akankah kau andalkan penghormatan masyarakat awam karena statusmu lalu kau serang maksiat mereka yang semakin tersudut oleh retorikamu yang menyihir? Bila demikian, koruptor macam apa engkau ini? Pernah kau lihat sepasang mami dan papi dengan anak remaja mereka. Tengoklah langkah mereka di mal. Betapa besar sumbangan mereka kepada modernisasi dengan banyak-banyak mengkonsumsi produk junk food, semata-mata karena nuansa "westernnya". Engkau akan menjadi faqih pendebat yang tangguh saat engkau tenggak minuman halal itu, dengan perasaan "lihatlah, betapa Amerikanya aku". Memang, soalnya bukan Amerika atau bukan Amerika, melainkan apakah engkau punya harga diri.

104 | P a g e

Arti Sebuah Obrolan

Oleh: Musyaffa AbdurRahim, Lc.

Tersebutlah dalam buku-buku sejarah bahwa khalifah Umar bin Abdul Aziz, yang terkenal juga sebagai khalifah ar-Rasyid yang kelima, telah berhasil merubah gaya obrolan masyarakatnya.

Pada masa khalifah sebelumnya, obrolan masyarakat tidak pernah keluar dari materi dan dunia, di manapun mereka berada; di rumah, di pasar, di tempat bekerja dan bahkan di masjid-masjid.

Dalam obrolan mereka terdengarlah pertanyaan-pertanyaan berikut:

"Berapa rumah yang sudah engkau bangun? Kamu sudah mempunyai istana atau belum? Budak perempuan yang ada di rumahmu berapa? Berapa yang cantik? Hari ini engkau untung berapa dalam berbisnis? Dan semacamnya."

Pada zaman khalifah Umar bin Abdul Aziz menjadi pemimpin, dan setelah dia melakukan tajdid (pembaharuan) dan ishlah (reformasi), dimulai dari meng-ishlah

105 | P a g e

dirinya sendiri, lalu istrinya, lalu kerabat dekatnya dan seterusnya kepada seluruh rakyatnya, berubahlah pola obrolan masyarakat yang menjadi rakyatnya.

Dalam obrolan mereka, terdengarlah pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

"Hari ini engkau sudah membaca Al Quran berapa juz? Bagaimana tahajjud-mu tadi malam? Berapa hari engkau berpuasa pada bulan ini? Dan semacamnya."

Mungkin di antara kita ada yang mempertanyakan, apa arti sebuah obrolan? Dan bukankah obrolan semacam itu sah-sah saja? Ia kan belum masuk kategori makruh? Apalagi haram? Lalu, kenapa mesti diperbincangkan dan diperbandingkan? Bukankah perbandingan semacam ini merupakan sebuah kekeliruan, kalau memang hal itu masuk dalam kategori mubah?

Dari aspek hukum syar'i, obrolan yang terjadi pada masa khalifah sebelum Umar bin Abdul Aziz memang masuk kategori hal-hal yang sah-sah saja, artinya, mubah, alias tidak ada larangan dalam syari'at.

Akan tetapi, bila hal itu kita tinjau dari sisi lain, misalnya dari tinjauan tarbawi da'awi misalnya, maka hal itu menujukkan bahwa telah terjadi perubahan feeling pada masyarakat, atau bisa juga kita katakan, telah terjadi obsesi pada ummat.

Pada masa Sahabat (Ridhwanullah 'alaihim), obsesi orang -dengan segala tuntutannya, baik yang berupa feeling ataupun 'azam, bahkan 'amal- selalu terfokus pada bagaimana menyebarluaskan Islam ke seluruh penjuru negeri, dengan harga berapapun, dan apapun, sehingga, pada masa mereka Islam telah membentang begitu luas di atas bumi ini. Namun, pada masa-masa menjelang khalifah Umar bin Abdul Aziz, obsesi itu telah berubah.

Dampak dari adanya perubahan ini adalah melemahnya semangat jihad, semangat da'wah ilallah, semangat men-tarbiyah dan men-takwin masyarakat

106 | P a g e

agar mereka memahami Islam, menerapkannya dan menjadikannya sebagai gaya hidup. Alhamdulillah, Allah memunculkan dari hamba-Nya ini orang yang bernama Umar bin Abdul Aziz, yang mampu memutar kembali "gaya" dan "pola" obrolan masyarakatnya, sehingga, kita semua mengetahui bahwa pada masa khalifah yang hanya memerintah 2,5 tahun itu, Islam kembali jaya dan menjadi gaya hidup masyarakat.

Tersebut pula dalam sejarah bahwa beberapa saat setelah kaum muslimin menguasai Spanyol, ada seorang utusan Barat Kristen yang memasuki negeri Islam Isbania (Nama Spanyol saat dikuasai kaum muslimin).

Tujuan dia memasuki wilayah Islam adalah untuk mendengar dan menyaksikan bagaimana kaum muslimin mengobrol, ya, "hanya" untuk mengetahui bagaimana kaum muslimin mengobrol. Sebab dari obrolan inilah dia akan menarik kesimpulan, bagaimana obsesi kaum muslimin saat itu.

Selagi dia berjalan-jalan untuk mendapatkan informasi tentang gaya kaum muslimin, tertumbuklah pandangannya kepada seorang bocah yang sedang menangis, maka dihampirilah bocah itu dan ditanya kenapa dia menangis? Sang bocah itu menjelaskan bahwa biasanya setiap kali dia melepaskan satu biji anak panah, maka dia bisa mendapatkan dua burung sekaligus, namun, pada hari itu, sekali dia melepaskan satu biji anak panah, dia hanya mendapatkan seekor burung.

Mendengar jawaban seperti itu, sang utusan itu mengambil kesimpulan bahwa obsesi kaum muslimin Isbania (Spanyol) saat itu masihlah terfokus pada jihad fi sabilillah, buktinya, sang bocah yang masih polos itu, bocah yang tidak bisa direkayasa itu, masih melatih diri untuk memanah dengan baik, hal ini menunjukkan bahwa orang tua mereka masih terobsesi untuk berjihad fi sabilillah, sehingga terpengaruhlah sang bocah itu tadi.

107 | P a g e

Antara obrolan orang tua dan tangis bocah yang polos itu ada kesamaan, terutama dalam hal: keduanya sama-sama meluncur secara polos dan tanpa rekayasa, namun merupakan cermin yang nyata dari sebuah obsesi.

Setelah masa berlalu berabad-abad, datang lagi mata-mata dari Barat, untuk melihat secara dekat bagaimana kaum muslimin mengobrol, ia datangi tempattempat berkumpulnya mereka, ia datangi pasar, tempat kerja, tempat-tempat umum dan tidak terlupakan, ia datangi pula masjid.

Ternyata, ada kesamaan pada semua tempat itu dalam hal obrolan, semuanya sedang memperbincangkan: Budak perempuan saya yang bernama si fulanah, sudah orangnya cantik, suara nyanyiannya merdu dan indah sekali, rumah saya yang di tempat anu itu, betul-betul indah memang, pemandangannya bagus, desainnya canggih, luas dan sangat menyenangkan, dan semacamnya.

Merasa yakin bahwa gaya obrolan kaum muslimin sudah sedemikian rupa, pulanglah sang mata-mata itu dengan penuh semangat, dan sesampainya di negerinya, mulailah disusun berbagai rencana untuk menaklukkan negeri yang sudah delapan abad di bawah kekuasaan Islam itu. Dan kita semua mengetahui bahwa, semenjak saat itu, sampai sekarang, negeri itu bukan lagi negeri Muslim.

Saudara-saudaraku yang dimulyakan Allah... Betapa seringnya kita mengobrol, sadarkah kita, model manakah gaya obrolan kita sekarang ini?

Sadarkah kita bahwa obrolan adalah cerminan dari obsesi kita? Sadarkah kita bahwa obrolan kita lebih hebat pengaruhnya daripada sebuah ceramah yang telah kita persiapkan sedemikian rupa?

Bila tidak, cobalah anda reka, pengaruh apa yang akan terjadi bila anda adalah seorang ustadz atau da'i, yang baru saja turun dari mimbar khutbah, khutbah

108 | P a g e

Jum'at dengan tema: "Kezuhudan salafush-Shalih dan pengaruhnya dalam efektifitas da'wah".

Sehabis shalat Jum'at, anda mengobrol dengan beberapa orang yang masih ada di situ, dalam obrolan itu, anda dan mereka memperbincangkan. Bagaimana mobil Merci anda yang hendak anda tukar dengan BMW dalam waktu dekat ini, dan bagaimana mobil Pajero puteri anda yang sebentar lagi akan anda tukar dengan Land Cruiser, dan bagaimana rumah anda yang di Pondok Indah yang akan segera anda rehab, yang anggarannya kira-kira menghabiskan lima milyar rupiah dan semacamnya.

Cobalah anda menerka, pengaruh apakah yang akan terjadi pada orang-orang yang anda ajak mengobrol itu? Mereka akan mengikuti materi yang anda sampaikan lewat khutbah Jum'at atau materi yang anda sampaikan lewat obrolan?

Sekali lagi, memang obrolan semacam itu bukanlah masuk kategori "terlarang" secara syar'i, akan tetapi, saya hanya hendak mengajak anda memikirkan apa dampaknya bagi da'wah ilallah.

Saudara-saudaraku yang dimulyakan Allah... Sadarkah kita bahwa telah terjadi perubahan besar dalam gaya obrolan kita antara era 80-an dengan 90-an dan dengan 2000-an, obrolan yang terjadi saat kita bertemu dengan saudara seaqidah kita, obrolan yang terjadi antar sesama aktifis Rohis di kampus dan sekolah masing-masing kita.

Saat itu, obrolan kita tidak pernah keluar dari da'wah, da'wah, tarbiyah dan tarbiyah, namun sekarang?

Silahkan masing-masing kita menjawabnya, lalu kaitkan antara gegap gempita da'wah dan tarbiyah saat itu dengan seringnya kita mendengar adanya dha'fun tarbawi di sana sini.

109 | P a g e

Belajar dari Politik Erdogan

Oleh: Ahmad Dumyathi Bashori Koordinator Forum for Strategic and Future Studies (FSFS), Jakarta

Partisipasi politik Islam di Turki tergolong masih belia karena secara riil memulai debutnya di era 1970-an. Ketika itu Prof. Necmettin Erbakan memutuskan banting setir dari seorang arsitek perusahaan mesin diesel "Motor Perak" yang beroperasi mulai 1960 menjadi arsitek kebangkitan partai Islam. Dari tangannya pada tahun 1970 lahir National Order Party (NOP) sebagai kendaraan politik kaum Islamis. Karena dianggap melanggar konstitusi yang menganut sekularisme, NOP terus bermetamorfosis dan gonta-ganti baju menjadi National Salvation Party (19721981), Welfare Party (1983-1998), Virtue Party (1997-2001), dan akhirnya lahir Sa'adah Party (2001), dan Justice and Development Party (2001).

Keberhasilan generasi kedua gerakan politik Islam di Turki -- yang dimotori Receb Thayeb Erdogan dengan meraih 34 persen suara di parlemen -- adalah prestasi gemilang yang patut dicontoh bagi partai-partai Islam di Indonesia. Mengapa partai Islamis ini dapat menang mayoritas di parlemen? Apa faktor dan strategi yang digunakan mereka saat pemilu dan pasca-pemilu?

Politik Non-Konfrontatif

Secara historis, Justice and Development Party (JDP) tidak terpisahkan dari empat "kakak"-nya yang dimotori oleh Erbakan. Fungsionaris JDP merupakan "murid-

110 | P a g e

murid" Erbakan yang secara kasat mata mulai mencari kendaraan politik saat pemilihan ketua umum Virtue Party (VP) pada tahun 2000. Friksi kelompok mudareformis dan tua tradisionalis di VP akhirnya dimenangkan oleh tua-tradisionalis dengan selisih 101 suara.

Ketika Mahkamah Konstitusi Turki juga melikuidasi Virtue Party (sebagaimana partai partai sebelumnya), "pisah ranjang" antara dua kelompok di atas semakin mengkristal. Kelompok muda-reformis sepakat mendirikan JDP, sementara faksi tua-tradisionalis mendirikan Sa'adah Party (SP) yang sama-sama berpartisipasi dalam pemilu 2002 lalu. Namun sayang SP ternyata gagal mencapai 10 persen suara dalam pemilu yang diikuti 18 parpol.

Secara garis besar, fundamen sikap politik JDP tidak berbeda dari pendahulunya, sejak National Order Party (1970-1971) hingga Virtue Party (1997-2001) -semuanya kental dengan aroma keislaman. Namun perbedaan yang menonjol pada faksi muda-reformis adalah politik non-konfrontatifnya.

Erdogan paham betul bahwa ada tiga aspek dalam sistem sosio-politik di Turki yang menyebabkan constant tension antara kelompok sekularis-Kemalis (dengan motor militer) versus Islamis. Pertama, ideologi modernisasi yang tak terbantahkan di Turki menghindari terjadinya debat terbuka yang dapat menggiring lahirnya kontrak sosial baru dan inklusif yang mengakui diversitas kultural Turki. Kedua, ideologi ini tidak mentolerir artikulasi identitas dan lifestyle yang berbeda di tengah publik guna mewujudkan "al-madinah al-fadhilah" versi Kemalis. Ketiga, politik dianggap sebagai sebuah proses guided development and engineering of a new society.

Dengan demikian, para Kemalis memandang perbedaan politis bukan bagian integral dari demokrasi, namun sebagai sumber instabilitas dan ancaman kesatuan nasional (Karem M. Kamel, Turkey's Turbulent Times, vol 10/12/2002).

111 | P a g e

Untuk itu Erdogan harus dapat menjauhkan diri dari identitas Islamis yang dianggap anti sekularisme Kemalis. Maka ia kerap menegaskan jatidirinya dalam banyak kesempatan: "I have said that we are not a party based on religion. No one can call us a religious party or a party based on religion." Dan bahkan Erdogan "bersumpah" untuk tidak mengusik lifestyle-nya orang-orang Turki, sebagaimana ditakutkan banyak pihak. Kondisi ini yang membuat para jenderal baik di markas besar militer atau yang berada di National Security Council (NSC) berprasangka baik bahwa Erdogan memang bukan Erbakan yang kena sanksi tidak boleh terlibat politik praktis seumur hidup. Bahkan George W Bush dan petinggi-petinggi Uni Eropa antre mengundang Erdogan cs, hal yang tidak terjadi terhadap gurunya, Erbakan di tahun 1996.

Politik keteladanan dan prestasi

Kemenangan telak JDP dengan 368 kursi dari 550 kursi di parlemen tidak cukup hanya karena bermodal politik non-konfrontatif ala Erdogan. Namun lebih dari itu politik keteladanan yang dicontohkan dan prestasi yang dicapai saat menjadi walikota Istanbul (1995-1999) -- diakui banyak pihak secara riil menarik simpati masyarakat Turki. Mereka sudah "muak" dengan modernisasi dan perpolitikan sosialis-sekularis-Kemalis selama ini yang elitis, state driven, dan terasing dari masyarakat secara umum khususnya di pedesaan. Kondisi ekonomi rakyat Turki tidak pernah beranjak dari kelumpuhannya.

Ada beberapa faktor yang membuat popularitas Erdogan meroket: Pertama, ia merupakan politisi pertama yang memelihara dan menyantuni orang-orang cacat di saat pemerintah tak memiliki kepedulian (careless). Ia berikan keistimewaan-keistimewaan bagi orang cacat berupa mobil-mobil khusus, pembagian kursi-kursi roda, dan ia menjadi ketua partai pertama dalam sejarah Turki yang mencalonkan orang cacat (Lukman Ayo) duduk di parlemen.

112 | P a g e

Kedua, Erdogan orang yang paling sering memberi bantuan sosial berupa pakaian, makanan, dan uang kepada para fakir miskin saat menjadi walikota. Pemberian ini langsung dikontrol sendiri di lapangan dengan seragam pekerja guna memastikan sampainya pemberian dan memotivasi para pekerja. Ketiga, kota Istanbul menjadi kota yang bersih dan indah karena operasi bersih serius digalakkan dengan menaikkan gaji pembersih jalan, memberi mereka fasilitas-fasilitas kesehatan dan sosial, serta menanam sejuta pohon yang benarbenar terbukti. Keempat, Erdogan sangat menghormati semua orang. Hampir dalam setiap pertemuan, ia berusaha menyalami para hadirin satu per satu, dan bahkan Erdogan tidak pernah absen melayat kematian siapa saja orang Turki yang ia dengar beritanya. Kelima, Erdogan adalah seorang yang jujur dan berkomitmen pada maslahat rakyat. Kota Istanbul yang saat ia menjabat memiliki hutang 2 miliar dolar AS dan hampir bangkrut dapat berubah meraih keuntungan besar dan melompat dengan investasi 12 miliar dolar AS. Dan lebih dari itu, Erdogan dapat mengubah Istanbul yang selama ini mengeluhkan sulitnya air bersih dengan membangun pipa-pipa air dari daerah-daerah sekitar yang dialirkan ke kota dan menyediakan penjualan air bersih di berbagai jalan dengan harga yang sangat murah.

Politik non-konfrontatif Erdogan sekilas terkesan keluar dari "khittah" Erbakan, namun hal inilah yang melunakkan sikap antipati-agresif militer terhadap ideologi non-sekuler JDP. Ruang ini kemudian dimanfaatkan mayoritas anggota parlemen JDP untuk mengeliminasi medan politik NSC dan para jenderal melalui amandemen konstitusi yang terbukti memberikan privileges berlebihan kepada militer.

Kesempatan ini pun dapat memfasilitasi pemerintahan Erdogan untuk bekerja lebih baik sehingga dapat menaikkan nilai mata uang Lira sampai 30 persen, menurunkan suku bunga hingga 40 persen, menaikkan nilai ekspor 34 persen, dan

113 | P a g e

inflasi ditekan sampai 20 persen. Ia juga melakukan terobosan melelang ribuan mobil pemerintah, meminimalisasi jumlah kementerian, menjual vila-vila anggota parlemen dan membentuk badan independen mengusut para koruptor-koruptor serta mengaudit keuangan militer "the untouchable bastion of secularism".

Kondisi ini yang membuat rakyat Turki semakin percaya pada JDP yang tidak sekadar mengobral janji di saat kampanye pemilu. Menurut data statistik dan hasil polling terbaru bahwa dukungan rakyat terhadap JDP naik menjadi 42 persen dari 33,8 persen pada 2002, sementara oposisi utama Partai Republik Rakyat turun menjadi 11,8 persen dari 19 persen.

Politik non-konfrontasi, konsolidasi, networking, educated counter-elite, keteladanan, prestasi, dan cinta yang dilakoni Erdogan dan JDP secara konsisten merupakan modal utama dalam meraih kemenangan besar, tidak saja saat pemilu tapi juga pasca-pemilu. Dapatkah partai-partai Islam Indonesia belajar dari Erdogan?

114 | P a g e

Ragam Serangan dan Ragam Pertahanan

Serangan opini maupun serangan intelijen dan militer selalu bisa dimentahkan

Oleh: Untung Wahono Kontributor Majalah Hidayatullah

Keragaman cara Rasulullah SAW dalam menghadapi serangan-serangan ditentukan oleh jenis tahapan da'wah yang sedang dijalani kaum Muslimin. Allah SWT langsung yang menuntun tahapan-tahapan tersebut, sehingga Rasulullah SAW tak hendak melakukan tindakan apapun di luar yang diperkenankan Allah SWT. Meskipun dalam beberapa kesempatan beberapa sahabat mendesak beliau melakukan sesuatu yang menurut perhitungan mereka berada dalam batas-batas kemampuan mereka.

Serangan Periode Makkah

Periode Makkah dapat dikatakan sebagai periode argumentasi (marhalatul hujjah) karena apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW terhadap orang-orang kafir Quraisy pada umumnya sebatas pada argumentasi. Serangan-serangan opini gencar dilakukan orang-orang kafir dan pada umumnya mentargetkan pada ajaran Islam dan Al-Quran yang baru mulai diturunkan saat itu. Sedangkan

115 | P a g e

terhadap diri Nabi Muhammad SAW mereka berusaha melumpuhkan dan bahkan melenyapkannya.

Mereka menuduh Nabi Muhammad SAW membuat-buat agama demi kepentingan pribadinya. Karena itu mereka menawarkan berbagai jabatan sosial politik, sampai raja sekalipun, kepada beliau asalkan mau berhenti berda'wah. Mereka juga menuduh al-Quran bukanlah wahyu yang diturunkan, tetapi hanyalah tiruan dari ajaran-ajaran orang-orang terdahulu (nenek moyang) belaka (Al-Anfal: 31).

Secara keseluruhan mereka menuduh Muhammad tidak waras dan sudah pasti juga ajarannya juga adalah produk kegilaan (Al-Hijr: 6). Peringatan yang disampaikan Rasulullah SAW, meskipun mengagumkan hati mereka, tetap saja dikatakan sebagai sihir dan kedustaan (Ash-Shaad: 4).

Mukjizat dan argumentasi Rasulullah SAW yang cerdas dan soliditas kaum Muslimin dalam kesatuan aqidah, pemikiran dan tingkah laku mematahkan semua argumen itu. Bagaimana bisa ajaran Islam dikatakan menjiplak, jika isinya justeru mengkritik dan meluruskan ajaran lama yang berkembang pada agama-agama masa itu, terutama dalam konsep ketuhanan yang sangat fundamental itu?

Tuduhan Muhammad gila juga tidak berdampak karena kenyataannya mereka sendiri telah bergaul dengan beliau selama puluhan tahun. Bahkan sampai saat disebut gila, Rasulullah SAW masih mendapat amanah-amanah sosial dari kalangan Quraisy.

Serangan opini terbesar di periode ini terjadi saat tersiar berita Isra dan Mi'raj. Mereka menuduh Rasulullah SAW menyiarkan kedustaan besar. Kisah ini dioptimalkan orang-orang Quraisy untuk memecah kesatuan jama'ah kaum Muslimin. Meski terdapat satu dua orang yang berbalik kafir (menurut riwayat Ahmad dan Nasaaiy) namun sebagian besar sahabat justru bertambah

116 | P a g e

keimanannya. Peristiwa Isra Mi'raj merupakan suatu mekanisme konsolidasi keimanan dan pemikiran keislaman para sahabat untuk menghadapi seranganserangan opini yang bertubi-tubi.

Upaya Rasulullah Saw dalam menghadapi serangan opini tersebut juga dilakukan dengan memberi keyakinan alamiah kepada orang-orang kafir yang masih mau berfikir sedikit obyektif meski mereka belum mau masuk Islam. Kafir Quraisy membujuk paman Rasulullah Saw, Abu Thalib, agar mau menghentikan da'wah beliau. Tetapi Abu Thalib berkata: "Kemenakanku sama sekali tidak pernah berdusta. Pulanglah kalian, mudah-mudahan kalian mau mengerti." (HR Abu Ya'la)

Tatkala serangan-serangan argumentasi, opini dan fitnah gagal, akhirnya serangan serangan fisik mulai dilakukan. Mula-mula mereka menyiksa para sahabat yang lemah --karena status sosial dikalangan masyarakat kafir Quraisy-- seperti Bilal dan Ammar bin Yasir sebagai tekanan psikologis. Tetapi ketika upaya ini pun gagal, maka fisik Rasulullah SAW jadi sasaran berikutnya.

"Dan (ingatlah) ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik pembuat tipu daya." (Al-Anfal 30).

Serangan Periode Madinah

Setelah hijrahnya Muslimin --ke Habasyah dan akhirnya ke Madinahpola serangan kaum kafir berubah total. Mereka tidak lagi melakukan serangan opini yang bersifat individual kepada pribadi Nabi dan ajarannya. Serangan opini kini diarahkan kepada komunitas Muslim sebagai sebuah bangsa dan negara dengan membuat pencitraan negatif di kalangan kabilah dan negara di sekitar Madinah dan Jazirah Arabia.

117 | P a g e

Serangan fisik berupa penangkapan, penyiksaan atau pembunuhan individu juga tidak dilakukan lagi tetapi berganti dengan operasi dan agresi militer besarbesaran dengan persenjataan lengkap dan canggih.

Citra buruk kaum Muslimin dibangun di alam pikiran Raja Habasyah yang memberi suaka politik itu. Tatkala terjadi insiden Abdullah bin Jahsy yang menewasakan salah seorang dari mereka, orang-orang kafir Quraisy menebarkan fitnah "kaum Muslimin melanggar perjanjian internasional: mengobarkan perang di bulan-bulan haram". Abu Sofyan juga berusaha menanamkan menjelekjelekkan citra Rasulullah SAW dan kaum Muslimin ketika ia dipanggil Raja Heraklius di Syam. Waktu itu Heraklius belum mengenal Muhammad SAW tetapi telah menerima surat da'wah beliau.

Serangan dari pihak eksternal terjadi kemudian tidak saja dari kalangan Quraisy, tetapi juga dari raja-raja di sekitar Jazirah Arabia, seperti Heraklius dari Romawi, Raja Ghassan dari Arab Utara, Khosru Parvis dari Persia, para penguasa Yaman, dan lain-lain. Rata-rata mereka merasa khawatir akan kekuasaan dan pengaruh Muhammad SAW yang semakin besar itu. Serangan itu tidak saja bersifat militer, tetapi juga serangan intelijen yang menyusup ke Madinah dengan berpura-pura sebagai pedagang. Mereka mengamati segala perkembangan masyarakat Madinah dan mengambil kesempatan untuk menghancurkan tatkala peluang terbuka.

Konsolidasi Jama'ah Muslimin menjadi dasar pertahanan tangguh pada saat itu. Ajaran kehidupan berjama'ah yang mengedepankan pemeliharaan hidup bekerjasama, bantu membantu dan saling melengkapi merupakan kuncinya. Serangan militer dibalas Rasulullah Saw dengan kekuatan militer tangguh dari para sahabat yang terus mempersiapkan diri menghadapi risiko-risiko berdirinya sebuah negara baru. Kaum muslimin banyak mendapat pelajaran dari Perang

118 | P a g e

Uhud dan Perang Badar dalam dua tahun hijrah. Hasilnya lahirlah sebuah bangsa yang memiliki kekuatan militer yang solid.

Soliditas jama'ah bukan dibangun semata-mata dalam rangka menghadapi serangan militer tetapi juga diperlukan agar tidak terjadi penggembosan dari dalam. Ketika Ka'ab bin Malik mendapat sanksi diisolasi dari pergaulan selama 40 hari intelijen Romawi melalui satelitnya Raja Ghassan segera beraksi. Mereka menawarkan suaka politik kepada Ka'ab bin Malik dengan maksud memecah kekuatan kaum Muslimin. Tetapi Ka'ab justru membakar surat penawaran suaka dari Raja Ghassan tersebut.

Guna menghindari incaran intelijen kaum kafir, Rasulullah SAW tidak pernah mengumumkan secara terbuka ekspedisi-ekspedisi militer yang dilakukannya kecuali pada Perang Tabuk. Rasulullah SAW juga tidak mau menghukum bunuh pengkhianatan sang Munafiq Abdullah bin Ubay untuk menghindari provokasi orang-orang kafir yang akan menyebarkan isu telah terjadi perpecahan yang parah di kalangan kaum Muslimin.

Urwah bin Mas'ud, utusan kafir Makkah pada peristiwa Hudaibiyah, melaporkan pengalamannya bertemu dengan kaum Muslimin yang tak mempan diprovokasi oleh Khalid bin Walid untuk berbenturan dengan mereka. Urwah berkata: "Demi Allah aku belum pernah melihat seorang raja yang dimuliakan oleh rakyatnya seperti kemuliaan Muhammad yang diterima dari para sahabatnya. Aku sungguh melihat sendiri betapa gigihnya mereka membela Muhammad. Terserah pada kalian, apa yang akan kalian lakukan." (Dikisahkan oleh Ibnu Ishaq dan juga alBukhary)

Soliditas itu memang modal utama kaum Muslimin menghadapi gempuran eksternal apapun: opini, fitnah dan operasi intelijen serta militer sekalipun.*

Sumber:

119 | P a g e

http://www.hidayatullah.com/majalah/data.php?id=468 Edisi 07/XVI Nopember 2003 - Kajian Utama

120 | P a g e

Sistem Pertahanan Semesta


Jihad merupakan sistem pertahanan hak-hak kemanusiaan, bukan sekadar pertahanan jama'ah kaum Muslimin semata

Oleh: Untung Wahono Kontributor Majalah Hidayatullah

Keperluan jihad pada diri seorang Muslim muncul seiring dengan ucapan syahadat yang diikrarkannya. Jihad adalah bagian integral dari da'wah Islam. Segala kesungguhan upaya untuk mempertahankan eksistensi da'wah dan jama'ah da'wah adalah jihad. Oleh karenanya perintah jihad adalah perintah pada masa Makkiyah dan Madaniyah, hanya bentuknya saja yang berbeda-beda.

Dalam surat al-Ankabut, sebuah surat Makkiyah, ayat 6 Allah SWT berfirman: "Dan barang siapa yang berjihad maka sesungguhnya jihadnya adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak membutuhkan sesuatu) dari semesta alam."

Riwayat Ibnu Abi Hatim menghubungkan awal-awal surat Al Ankabut dengan gentarnya sebagian warga Makkah yang masuk untuk melaksanakan hijrah.

121 | P a g e

Namun kemudian, dengan tekad kuat mereka maju hijrah pantang mundur menentang hambatan dan rintangan dari kaum musyrikin sehingga sebagian mereka gugur di jalan Allah.

Riwayat Ibnu Sa'ad menyatakan, awal ayat Surat Al Ankabut itu terkait dengan penderitaan yang dihadapi oleh Ammar bin Yasir yang disiksa karena mengikuti seruan Muhammad SAW.

Setidaknya ada dua pengertian dari firman Allah SWT yang menyatakan: "sesungguhnya jihadnya adalah untuk dirinya sendiri".

Pertama, pahala yang didapatkan oleh orang-orang yang sungguh-sungguh memperjuangkan agama Allah pada hakikatnya terpulang kepada dirinya. Kelak pada Hari Pembalasan ia akan memperoleh balasan pahala itu dalam bentuk kebahagiaan akhirat yang kekal abadi.

Kedua, keberhasilan jihad akan meneguhkan posisi kaum Muslimin sendiri di muka bumi. Kehormatan dan kemuliaan akan dipetik oleh mereka yang mati dalam berjihad dan mereka yang hidup, bertahan atau menang akan disegani oleh musuh-musuh Islam.

Semangat pembelaan seorang Muslim sejati digambarkan dalam hadits Rasulullah Saw. Beliau bersabda: "Seorang penghuni surga diberi (anugerah) lalu Allah Yang Maha Mulia dan Maha Besar berfirman: 'Wahai anak Adam bagaimana kamu dapati rumahmu?' Ia menjawab: 'Wahai Tuhanku, ini sebaik-baik rumah.' Allah berfirman: 'Bermohonlah dan bercita-citalah." Ia menjawab: "Saya mohon untuk dikembalikan ke dunia, lalu saya terbunuh di jalan-Mu sepuluh kali". (Keinginan itu) karena ia melihat keutamaan syahid di jalan Allah." (HR An-Nasaaiy)

Jihad Makkiyah

122 | P a g e

Jihad Makkiyah adalah segala upaya kaum Muslimin mempertahankan eksistensi jama'ah da'wah mereka dari gangguan kaum kafir Quraisy yang berusaha untuk menghancurkan kekuatan yang baru muncul ini.

Tekanan-tekanan terhadap kaum Muslimin umumnya dilakukan terhadap merekamereka yang lemah, sementara perintah perang (jihad qitaliy) untuk melawan mereka belum lagi turun. Oleh karena itu jihad Makkiyah lebih besar penekanannya pada kesabaran menerima cobaan-cobaan da'wah sambil terusmenerus membesarkan gerakan da'wah itu sendiri.

Ammar bin Yassir contoh terpenting dalam jihad periode ini. Ia seorang penduduk Makkah tanpa kelas sosial yang tinggi sehingga menjadi bulan-bulanan teror orang-orang kafir. Berbagai siksaan ditimpakan kepadanya dalam beberapa saat yang berbeda. Ia pernah dipukuli dan bahkan tubuhnya dibakar sehingga ia pernah berkata kepada Rasulullah Saw, "Ya Rasulullah azab yang kami derita telah sampai ke puncak." Rasulullah SAW bersabda, "Sabarlah wahai Abu Yaqdhan! Sabarlah wahai keluarga Yasir! Tempat yang dijanjikan bagi kalian adalah surga!"

Tetapi puncak terbesar dari penyiksaan itu adalah ketika kedua orang tuanya disandera dengan siksaan keji guna memaksa Ammar mengucapkan pengakuan kepada berhala-berhala orang-orang Quraisy. Malangnya, ketika akhirnya Ammar menuruti keinginan musuh-musuhnya itu, kedua orang tuanya tetap dibunuh juga. Penyesalan Ammar atas kejadian ini sungguh luar biasa sehingga ia menangis tak henti-henti.

Rasulullah SAW menasihati Ammar agar tidak bersedih, seraya bersabda: "Jika mereka memaksamu lagi, tidak apa, ucapkanlah seperti yang kamu katakan tadi."

Abu Dzar al-Ghiffari telah melakukan perjalanan dari kampungnya ke Makkah untuk menemui seorang yang didengarnya telah menda'wahkan agama baru. Ia

123 | P a g e

tahu, Muhammad SAW melakukan da'wah dengan sembunyi-sembunyi karenanya ia tidak sembarangan mencari informasi. Tiga hari lamanya ia tinggal di sekitar Ka'bah sampai akhirnya Ali bin Abi Thalib mendekatinya dan bertanya apa keperluan orang asing yang telah tiga hari berada di tempat itu.

"Aku akan mengatakan maksudku ke sini jika engkau bersedia merahasiakannya," kata Abu Dzar.

Ternyata Abu Dzar bertemu dengan orang yang tepat karena kemudian Ali segera membawanya ke tempat Rasulullah SAW melakukan pembinaan kepada kaderkadernya. Dalam perjalanan Ali membawa girbah (tempat) air dan Abu Dzar mengikuti dari belakang. "Jika aku tumpahkan air berarti keadaan tidak aman, sebaiknya Anda pergi menjauh dari aku," kata Ali kepada Abu Dzar.

Akhirnya Abu Dzar menyatakan keislamannya di hadapan Rasulullah SAW dan ia mendapatkan pengajaran-pengajaran awal tentang agama yang baru dipeluknya itu.

Mendengar isi ajaran Islam semangat membara tumbuh di dada Abu Dzar, kemudian ia berseru, "Sungguh sekeluar aku dari tempat ini akan kuteriakkan ajaran ini kepada orang-orang Quraisy."

Rasulullah SAW melarang Abu Dzar bertindak demikian, sebaliknya menyuruh Abu Dzar untuk segera kembali ke kampungnya dan mengajarkan agama yang dipeluknya itu kepada kaumnya.

Tetapi, ketika akhirnya ia berada di sekitar Ka'bah tak kuat juga ia menahan gejolak jiwanya untuk menyerukan Islam di hadapan orang-orang Quraisy. Orangorang kafir terkejut dan marah kemudian memukuli Abu Dzar hingga pingsan.

124 | P a g e

Inilah jihad awal dari generasi pertama kaum Muslimin. Jihad untuk mengokohkan eksistensi da'wah Islam dengan memelihara komunitas kaum Muslimin dalam komitmen mereka untuk terus berada dalam barisan da'wah yang penuh risiko.

Tercatat dalam sejarah, kebanyakan mereka yang masuk Islam pada masa-masa awal da'wah adalah yang memiliki pemahaman dan komitmen tinggi terhadap ajaran Islam. Dapat dikatakan, hampir seratus persen mereka bertahan dalam perjuangan ini meskipun penderitaan luar biasa mereka terima: pemboikotan, penyiksaan, bahkan pembunuhan.

Jihad Madaniyah

Pada periode Madinah, jihad tak sekadar untuk mempertahankan eksistensi jama'ah. Tujuannya lebih untuk mempertahankan dan mengokohkan negara yang telah terbentuk sebagai akibat kuatnya pengaruh da'wah Islam di Madinah. Gangguan-gangguan pun meningkat skalanya, mulai dari munculnya komunitas orang-orang munafiq sampai dengan bergeraknya negara-negara di sekitar Madinah untuk menghambat laju perkembangan Islam melalui intrik, infiltrasi, intervensi dan serangan politik dan militer.

Jika pada periode Makkah Rasulullah SAW meminta kepada seluruh shahabat untuk bersabar menahan siksaan dan amarah untuk melawan, maka pada periode Madinah seluruh sahabat pada dasarnya memiliki kewajiban untuk berjihad menurut kepentingan da'wah Islam saat itu.

Bahkan demikian antusiasnya para sahabat menyambut seruan jihad sampaisampai seringkali negara tak sanggup memfasilitasi mereka dengan layak. Masyarakat miskin memang tak mampu membiayai sendiri keperluan jihad, sebagaimana dilakukan sebagian besar sahabat, sehingga mereka akhirnya berharap mendapat fasilitas dari negara.

125 | P a g e

Kaum Muslimin tidak dapat membiarkan kezhaliman berkuasa di bumi. Keteraturan sosial tidak dapat ditegakkan dengan adil. Pelanggaran hak asasi atas seorang diri manusia pada hakikatnya merupakan pelanggaran atas kemanusiaan keseluruhannya.

Kezhaliman atas rakyat Romawi atau Persia pada dasarnya menjadi tanggung jawab kaum Muslimin untuk menghilangkannya. Jika dibiarkan, tidak saja rakyat di negeri-negeri itu menderita tetapi kezhaliman itu akan menjalar ke negeri kaum Muslimin. Jihad merupakan sistem pertahanan hak-hak kemanusiaan, bukan sekadar pertahanan jama'ah kaum Muslimin semata.

Kaum Muslimin dilarang semena-mena dalam peperangan, apalagi berubah niatnya dari niat universalitas jihad kemanusiaan yang luhur menjadi niat rendahan sekadar mencari harta dunia.

Dalam sejarah terjadi beberapa kasus di mana seorang musuh yang telah menyatakan syahadat tetap dibunuh oleh para shahabat. Rasulullah SAW murka sekali atas kejadian-kejadian tersebut dan tetap menyalahkan sahabat apapun alasan mereka.

Universalitas jihad kaum Muslimin sesungguhnya meliputi diri mereka sendiri. Jika mereka menentang kezhaliman yang dilakukan manusia atas manusia lainnya, maka mereka tak akan membiarkan diri mereka sendiri melakukan kezhaliman.

"Hendaklah kamu menolong saudaramu yang dizhalimi ataupun yang menzhalimi," sabda Rasulullah SAW diriwayatkan Imam Bukhari. Salah seorang sahabat protes, katanya, "Ya Rasul, aku tolong orang yang tengah dizhalimi. Lalu kenapa harus aku tolong orang yang menzhalimi?" Rasulullah SAW menjawab, "Engkau cegah perbuatan zhalimnya, maka engkau telah berusaha menolong dia."

126 | P a g e

Inilah jihad dakhily (jihad internal) kaum Muslimin pada periode Madinah. Rasulullah SAW pernah menghukum sahabat yang lari meninggalkan medan perang atau bermalas-malasan menuju medan perang. Rasulullah pernah menghukum sahabat yang melakukan perbuatan zina dengan hukuman rajam yang disaksikan banyak orang. Rasulullah pernah menghukum koruptor, pemungut zakat dari Yaman yang berusaha menyisihkan sebagian harta bukan haknya ke dalam bagian miliknya. Bahkan Rasulullah SAW pernah menolak permintaan seorang shahabat yang meminta dispensasi pembebasan atas seorang yang terhukum. Beliau mengatakan, "Demi Allah jika Fathimah binti Muhammad mencuri, niscaya akan saya potong tangannya."

Semua bagian dari sistem jihad di atas, baik pada masa Makkah maupun Madinah, saling menunjang dalam mengokohkan sistem pertahanan jama'ah dari berbagai macam ancaman kerusakan baik yang berasal dari eksternal jama'ah maupun dari kalangan internal sendiri.

Wallahu'alam

Sumber:

http://www.hidayatullah.com/majalah/data.php?id=529 Edisi 09/XVI 2004 - Kajian Utama

127 | P a g e

Rasulullah dan Perubahan Sosial


Oleh: M. Syamsi Ali

Merupakan tujuan utama diutusnya para Rasul Allah untuk melakukan perubahan atau perombakan tatanan kehidupan masyarakat, dari alam yang lazimnya disebut "kegelapan" ke alam yang lazim disebut "terang benderang" (minazzulumati ilannur). Sebab memang kedatangan seorang Rasul ke suatu kaum, dan dalam hal ini Rasulullah kepada seluruh umat manusia, disebabkan terjadinya kejumudan msayarakat atau manusia dalam alam kejahiliyahan. Maka kedatangan Rasul adalah bertujuan mendobrak kejahiliyahan tersebut, sehingga mengalirlah air kehidupan segar yang menyehatkan kehidupan manusia.

Muhammad, Rasulullah SAW, datang ketika kota Mekah dalam keadaan jahiliyah. Berbagai kekerasan sosial; perbudakan, kezaliman, peperangan antar kabilah, kezaliman gender, dll, menjadi sebuah praktek lumrah di kalangan Arab ketika itu. Prejudisme menjadi praktek biasa di kalangan mereka. Perbudakan merupakan komoditas dan kebanggaan. Kaum wanita tidak lebih dari barang-barang objek keperluan sesaat kaum pria.

Dalam situasi seperti ini, datanglah seorang Rasul. Muhammad bin Abdullah, lahir dari kalangan keluarga yang terhormat. Kakek beliau, Abdul Muthallib, adalah

128 | P a g e

pemegang amanah "Baitullah" (Ka'bah) yang disegani dan dihormati oleh seluruh kabilah Arab di Mekah. Muhammad SAW datang dengan dobrakan-dobrakan sosial yang mencengangkan sekaligus membingunkan dan membangkitkan amarah pembesar Arabia. Bahkan ketakutan mereka pada da'wah Rasulullah, sebenarnya lebih terkait dengan kekhawatiran akan status sosial itu.

Perubahan Mentalitas

Mentalitas manusia adalah mesin prilakunya. Hitam putihnya prilaku manusia banyak ditentukan oleh bentuk mentalitas yang dimilikinya. Mentalitas adalah gambaran jiwa manusia yang disebut "nafs", yang boleh berbentuk "fujuur" (jahat) dan juga sebaliknya bisa berbentuk "taqwa" (baik). Kejahatan (fujuur) atau kebaikan (taqwa) mentalitas juga tergantung kepada kesucian atau kotornya hati manusia. Untuk itu, mentalitas sebagai mesin prilaku manusia dibentuk oleh suasana hati manusia itu sendiri.

Untuk itu, sangat wajar jika hati (qalbun) manusia menjadi perhatian utama alQuran. Manusia kemudian menjadi "unik" karena hatinya. Bahkan ketika hati tidak berfungsi lagi, maka manusia yang mulia itu menjadi hewani biasa. al-Quran menggambarkan bahwa betapa "banyak manusia yang akan masuk ke dalam neraka jahannam dikarenakan mereka punya telinga tapi tidak mendengar, mata tapi tidak melihat, dan punya hati tapi tidak mengerti. Mereka ini adalah seperti hewan, bahkan lebih jahat dari hewan".

Maka, keunikan manusia di dunia ini ditentukan oleh hatinya. Keunikan inilah yang menjadikannya bersikap unik, lain dari sikap-sikap hewani yang lain. Sehingga sangat wajar jika di akhirat nanti, kesuksesannya atau kegagalannya untuk meraih ridha Allah ditentukan oleh hatinya. Allah menegaskan: "Pada hari di mana harta dan anak-anak tidak lagi bermanfaat, kecuali yang datang ke hadirat Allah dengan hati yang bersih (qalbun saliim)". Kwantitas dan format amalan bukan menjadi

129 | P a g e

penentu keselamatan, tapi bagaimana landasan amal tersebut dilakukan. Dan landasan amal adalah "hati yang saliim" atau hati yang bersih, yang merupakan taman "keikhlasan".

Saking pentingnya kedudukan hati ini, Al-Quran secara khusus mengajarkan doa: "Ya Allah janganlah kiranya Engkau melencengkan hati-hati kami setelah Engkau memberikan petunjuk kepada kami" (Rabbanaa laa tuzigh quluubunaa ba'da idzhadaetanaa). Bahkan lebih lanjut Rasulullah mengajarkan doa "Wahai Engkau yang membolak balik hati, teguhkan hatiku dalam agama-Mu" (Ya Muqallibal quluubi tsabbit qalbi 'alaa diiniKa).

Fakta ini pula yang digambarkan oleh Rasulullah SAW bahwa "pada diri setiap manusia ada segumpal daging, yang jika baik semua anggota tubuh akan baik. Sebaliknya, juga segumpal daging itu buruk, maka semua anggota tubuh akan menjadi buruk pula. Dan itulah dia hati" (alaa wahial qalbu). Maka, sekali lagi, hati sebagai wadah mentalitas adalah mesin dan penentuk prilaku manusia. Sehingga wajar pula jika perubahan utama dan pertama Rasulullah adalah perubahan mentalitas.

Perubahan Persepsi

Setelah melakukan gebrakan-gebrakan yang melicinkan perubahan mentalitas (suasana hati) pengikutnya, Rasulullah kemudian membangun persepsi yang utuh. Mentalitas yang utuh, sehat dan bersih, akan melahirkan persepsi yang utuh, sehat dan bersih pula. Sebaliknya, persepsi yang melenceng dan keluar dari nilai-nilai yang diyakini, seringkali disebabkan oleh mentalitas yang memang demikian.

Dari sini, bukan kejutan sama sekali ketika al-Quran menyebutkan bahwa keinginan mereka yang tidak senang dengan kita bukan untuk mengganti formalitas agama yang kita anut, memeluk agama lain misalnya, tapi mengganti

130 | P a g e

persepsi akan agama yang kita anut. Sebab tergantinya persepsi merupakan indicator besar akan pergeseran "nilai iman" yang dimiliki seseorang. Lihat ayat AlQuran: "Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela degan kamu sehingga kamu mengikuti "millat" mereka". Millah oleh sebagian penafsir bermakna "persepsi" atau cara pandang terhadap keyakinan.

Indikator hubungan antara iman dan persepsi ini dicontohkan secara gamblang dalam QS. Al-Hujurat: "Dan ketahuilah, sesungguhnya Rasul Allah ada di antara kalian. Seandainya dia mengikuti kamu dalam banyak urusan, niscaya kamu akan keras kepala. Tapi Allah menjadikan iman dicintai olehmu, dan menjadikannya indah dalam hati-hati kamu, serta menjadikan kekufuran, kefasikan dan dosa-dosa dibenci olehmu. Yang demikian itu adalah keutamaan dan kenikmatan dari Allah. Sungguh Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana".

Allah pada ayat ini memberitahukan bahwa kecintaan kita kepada iman akan melahirkan persepsi yang memandang segala hal-hal yang bersifat imani sebagai indah. Shalat itu indah dan bukan beban. Puasa itu indah dan bukan siksaan. Zakat itu indah dan bukan membangkrutkan. Haji itu indah dan tidak melelahkan. Jujur itu indah dan bukan ketidakmampuan berdiplomasi. Tegas dengan kebenaran itu indah dan bukan kekakuan. Dan seterusnya.

Rasulullah telah mampu merombak persepsi sahabat ke arah persepsi yang dihiasi oleh hiasan-hiasan iman. Iman menjadi selimut pikiran dan akal dalam melihat semua permasalahan hidup. Inilah yang tereflesikan dalam sikap-sikap yang diambil oleh para sahabat, seperti Abu bakar yang mendonasikan seluruh hartanya untuk perjuangan. Bilal yang memilih tersiksa dan siap mati demi keyakinan. Sumayya dan suaminya, Yasir, rela menghembuskan nafas terakhir demi kebenaran yang diyakini. Sahabat-sahabat agung itu telah tereformasi secara fundamental, sehingga mereka berubah menjadi pribadi-pribadi yang unggul.

131 | P a g e

Perubahan Akhlaq dan Prilaku

Akhlaq adalah buah keimanan. Para ulama berkata: "Iman tanpa akhlaq ibarat pohon tanpa buah". Dari sinilah, Rasulullah menegaskan: "Sungguh saya diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia". Dan sangat wajar pula ketika Rasulullah menegaskan: "Yang paling berpengaruh dalam menentukan seseorang untuk masuk ke dalam syurga atau neraka adalah husnul khuluq dan suu al khuluq".

Allah sendiri secara khusus memuji ketinggian akhlaq Rasul-Nya. "Sungguh engkau berada di atas akhlaq yang mulia".

Akhlaq yang diajarkan Rasulullah mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Akhlaq dalam hubungan manusia dengan Rabnya. Akhlaq kepada dirinya sendiri sebagai Rasul Allah. Akhlaq kepada diri sendiri, keluarga, sesama Muslim, manusia sekitar, dan bahkan kepada makhluk-makhluk Allah yang lain.

Terbangunnya akhlakul karimah pada tataran individu, inilah yang kemudian terbangun dalam sebuah pembentukan komunitas Muslim yang beradab. Peradaban tidak saja ditentukan oleh megahnya gedung-gedung pencakar langit, tapi lebih banyak ditentukan oleh kemuliaan prilaku manusianya. Untuk itu, pembenahan manusia dalam upaya Rasulullah melakukan perubahan menjadi dasar dari semua bentuk perubahan di kemudian hari.

Perubahan Sosial

Sejarah mengakui bahwa perubahan yang dibawah oleh Rasulullah memiliki dampak yang sangat dahsyat dalam merombak tatanan sosial masyarakat Arabia. Bahkan seringkali dianggap jika penentangan para pembesar Quraisy kepada da'wah beliau lebih banyak didasari oleh kekhawatiran terhadap perubahan

132 | P a g e

tatanan sosial masyarakat ini. Mereka khawatir jika para pembesar itu mengalami penurunan kekuasaan absolut di atas para wong cilik dan budak-budak. Perubahan mendasar yang beliau lakukan adalah merombak persepsi akan "nilai" manusia dari penilaian lahiriyah, seperti warna kulit, status ekonomi, keluarga, dll, ke penilaian yang didasarkan kepada nilai-nilai "kebajikan". Bahwa manusia, dengan segala perbedaan lahiriyahnya adalah sama. Latar belakang suku, bangsa, warna kulit, ataupun bahasa bukanlah ukuran superioritas atau inferioritas seseorang.

"Semua kamu adalah keturunan Adam, dan Adam diciptakan dari tanah" (hadits). "Tiada kelebihan bangsa Arab di atas bangsa non Arab dan tiada kelebihan non Arab di atas bangsa Arab kecuali dengan ketakwaan" (hadits). Bahkan ketika seorang sahabat memanggil sahabatnya, Bilal bin Rabah, dengan panggilan "Anak Ibu yang hitam". Beliau menegurnya dengan mengatakan: "Sungguh engkau seorang pria yang jahil" (hadits).

Semua ini disimpulkan dalam ayat Allah: "Wahai manusia, sungguh Kami telah menjadikan kamu dari seorang ayah dan ibu, lalu menjadikan kamu berbangsabangsa dan bersuku-suku. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian adalah yang paling bertakwa. Sungguh Allah Maha Ahli lagi Maha Tahu" (Al Hujurat:13).

Dalam permasalahan gender, beliau melakukan perombakan radikal. Wanita yang sebelumnya tidak memiliki hak apapun, diangkat ke permukaan dengan lompatan yang mengejutkan banyak kalangan. Bahkan dalam beberapa teks ayat ataupun hadits, jelas wanita tidak saja sederajat dengan kaum pria, tapi juga memiliki beberapa "kelebihan" yang tidak dimiliki oleh kaum pria.

Status ekonomi bukanlah alasan untuk merasa rendah diri. Untuk itu, beliau mendeklarasikan bahwa beliau mencintai orang-orang yang miskin. Bahkan menasehati istrinya: "Wahai Aisyah, cintailah orang-orang miskin niscaya Allah

133 | P a g e

akan mencintai engkau" (hadits). Lebih dari itu, beliau berdoa: "Ya Allah, masukkanlah saya ke dalam golongan orang-orang miskin" (hadits).

Dalam membangun masyarakatnya, beliau menjadikan "tawazun" atau keseimbangan sebagai fondasi kehidupan masyarakat. Tawazun di antara kebutuhan pribadi dan sosial, tawazun di antara kebutuhan dunia dan akhirat. Kehidupan tawazun inilah yang kemudian melahirkan peradaban sejati yang membawa kepada kehidupan yang beradab. Kehidupan yang tidak imbang boleh jadi menghasilkan peradaban, yang boleh jadi tidak beradab.

Maka, tidak sia-sia jika kota Yatsrib segera diubah menjadi Madinah setibanya beliau di kota tersebut pertama kali. Tentu penamaan ini bukanlah sia-sia, melainkan didorong oleh visi beliau yang jauh ke depan. Yaitu menjadikan Yatsrib sebagai pusat peradaban dunia yang sejati. Karena memang, kata Madinah yang seringkali diartikan "kota" berasal dari kata "tamaddun" atau peradaban. Maka, Madinah adalah tempat di mana orang-orang yang beradab bermukim.

Semoga suatu ketika dunia Islam dapat berubah menjadi madinah-madinah abad modern. Amin!

134 | P a g e

Gairah Cinta dan Kelesuan Ukhuwwah


Oleh: KH. Rahmat 'Abdullah Ketua Yayasan IQRO Bekasi

Mungkin terjadi seseorang yang dahulunya saling mencintai akhirnya saling memusuhi dan sebaliknya yang sebelumnya saling bermusuhan akhirnya saling berkasih sayang. Sangat dalam pesan yang disampaikan Kanjeng Nabi SAW: "Cintailah saudaramu secara proporsional, mungkin suatu masa ia akan menjadi orang yang kau benci. Bencilah orang yang kau benci secara proporsional, mungkin suatu masa ia akan menjadi kekasih yang kau cintai." (HR. Tirmidzi, Baihaqi, Thabrani, Daruquthni, Ibn Adi, Bukhari). Ini dalam kaitan interpersonal. Dalam hubungan kejamaahan, jangan ada reserve kecuali reserve syar'i yang menggariskan aqidah "La thaata limakhluqin fi mashiatil Khaliq". Tidak boleh ada ketaatan kepada makhluq dalam berma'siat kepada Al Khaliq. (HR Bukhari, Muslim, Ahmad dan Hakim).

Doktrin ukhuwah dengan bingkai yang jelas telah menjadikan dirinya pengikat dalam senang dan susah, dalam rela dan marah. Bingkai itu adalah : "Level terendah ukhuwah (lower), jangan sampai merosot ke bawah garis rahabatus

135 | P a g e

shadr (lapang hati) dan batas tertinggi tidak (upper) tidak melampaui batas itsar (memprioritaskan saudara diatas kepentingan diri).

Bagi kesejatian ukhuwah berlaku pesan mulia yang tak asing di telinga dan hati setiap ikhwah : "Innahu in lam takun bihim falan yakuna bighoirihim, wa in lam yakunu bihi fasayakununa bighoirihi" (Jika ia tidak bersama mereka, ia tak akan bersama selain mereka. Dan mereka bila tidak bersamanya, akan bersama selain dia). Karenanya itu semua akan terpenuhi bila hati saling bertaut dalam ikatan aqidah, ikatan yang paling kokoh dan mahal. Dan ukhuwah adalah saudara iman sedang perpecahan adalah saudara kekafiran (Risalah Ta'lim, rukun Ukhuwah).

Gairah Cinta dan Kelesuan Ukhuwah

Karena bersaudara di jalan ALLAH telah menjadi kepentingan dakwah-Nya, maka "kerugian apapun" yang diderita saudara-saudara dalam iman dan da'wah, yang ditimbulkan oleh kelesuan, permusuhan ataupun pengkhianatan oleh mereka yang tak tahan beramal jama'i, akan mendapatkan ganti yang lebih baik. "Dan jika kamu berpaling, maka ALLAH akan gantikan dengan kaum yang lain dan mereka tidak akan jadi seperti kamu" (Qs. 47: 38).

Masing-masing kita punya pengalaman pribadi dalam da'wah ini. Ada yang sejak 20 tahun terakhir dalam kesibukan yang tinggi, tidak pernah terganggu oleh kunjungan yang berbenturan dengan jadwal da'wah atau oleh urusan yang merugikan da'wah. Mengapa? Karena sejak awal yang bersangkutan telah tegar dalam mengutamakan kepentingan da'wah dan menepiskan kepentingan lainnya. Ini jauh dari fikiran nekad yang membuat seorang melarikan diri dari tanggung jawab keluarga.

Ada seorang ikhwah sekarang sudah masuk jajaran masyaikh. Dia bercerita, ketika menikah langsung berpisah dari kedua orang tua masing-masing, untuk belajar

136 | P a g e

hidup mandiri atau alasan lain, seperti mencari suasana yang kondusif bagi pemeliharaan iman menurut persepsi mereka waktu itu. Mereka mengontrak rumah petak sederhana. "Begitu harus berangkat (berdakwah-red) mendung menggantung di wajah pengantinku tercinta", tuturnya. Dia tidak keluar melepas sang suami tetapi menangis sedih dan bingung, seakan doktrin dawah telah mengelupas. Kala itu jarang dai dan murabbi yang pulang malam apalagi petang hari, karena mereka biasa pulang pagi hari. Perangpun mulai berkecamuk dihati, seperti Juraij sang abid yang kebingungan karena kekhususan ibadah (sunnah)nya terusik panggilan ibu. "Ummi au shalati: Ibuku atau shalatku?" Sekarang yang membingungkan justru "Zauji au dawati": Isteriku atau dawahku ?".

Dia mulai gundah, kalau berangkat istri cemberut, padahal sudah tahu nikah dengannya risikonya tidak dapat pulang malam tapi biasanya pulang pagi, menurut bahasa Indonesia kontemporer untuk jam di atas 24.00. Dia katakana pada istrinya: "Kita ini dipertemukan oleh Allah dan kita menemukan cinta dalam dawah. Apa pantas sesudah dawah mempertemukan kita lalu kita meninggalkan dawah. Saya cinta kamu dan kamu cinta saya tapi kita pun cinta Allah". Dia pergi menerobos segala hambatan dan pulang masih menemukan sang permaisuri dengan wajah masih mendung, namun membaik setelah beberapa hari. Beberapa tahun kemudian setelah beranak tiga atau empat, saat kelesuan menerpanya, justru istri dan anak-anaknyalah yang mengingatkan, mengapa tidak berangkat dan tetap tinggal dirumah? Sekarang ini keluarga dawah tersebut sudah menikmati berkah dawah.

Lain lagi kisah sepasang suami istri yang juga dari masyarakat dawah. Kisahnya mirip, penyikapannya yang berbeda. Pengantinnya tidak siap ditinggalkan untuk dawah. Perang bathin terjadi dan malam itu ia absent dalam pertemuan kader (liqa). Dilakukan muhasabah terhadapnya sampai menangis-menangis, ia sudah kalah oleh penyakit "syaghalatna amwaluna waahluna: kami telah dilalaikan oleh harta dan keluarga" (Qs. 48:11). Ia berjanji pada dirinya: "Meskipun terjadi hujan, petir dan gempa saya harus hadir dalam tugas-tugas dawah". Pada giliran

137 | P a g e

berangkat keesokan harinya ada ketukan kecil dipintu, ternyata mertua datang. "Wah ia yang sudah memberikan putrinya kepadaku, bagaimana mungkin kutinggalkan?". Maka ia pun absen lagi dan dimuhasabah lagi dan menangisnangis lagi. Saat tugas da'wah besok apapun yang terjadi, mau hujan, badai, mertua dating, dll pokoknya saya harus datang. Dan begitu pula ketika harus berangkat ternyata ujian dan cobaan datang kembali dan iapun tak hadir lagi dalam tugas-tugas dak-wah. Sampai hari ini pun saya melihat jenis akh tersebut belum memiliki komitmen dan disiplin yang baik. Tidak pernah merasakan memiliki kelezatan duduk cukup lama dalam forum dawah, baik halaqah ataupun musyawarah yang keseluruhannya penuh berkah. Sebenarnya adakah pertemuanpertemuan yang lebih lezat selain pertemuan-pertemuan yang dihadiri oleh ikhwah berwajah jernih berhati ikhlas? Saya tak tahu apakah mereka menemukan sesuatu yang lain, "in lam takun bihim falan takuna bighoirihim".

Di Titik Lemah Ujian Datang

Akhirnya dari beberapa kisah ini saya temukan jawabannya dalam satu simpul. Simpul ini ada dalam kajian tematik ayat QS. Al-Araf Ayat 163: "Tanyakan pada mereka tentang negeri di tepi pantai, ketika mereka melampaui batas aturan Allah di (tentang) hari Sabtu, ketika ikan-ikan buruan mereka dating melimpah-limpah pada Sabtu dan di hari mereka tidak bersabtu ikan-ikan itu tiada datang. Demikianlah kami uji mereka karena kefasikan mereka". Secara langsung tema ayat tentang sikap dan kewajiban amar maruf nahi munkar. Tetapi ada nuansa lain yang menambah kekayaan wawasan kita. Ini terkait dengan ujian.

Waktu ujian itu tidak pernah lebih panjang dari pada waktu hari belajar, tetapi banyak orang tak sabar menghadapi ujian, seakan sepanjang hanya ujian dan sedikit hari untuk belajar. Ujian kesabaran, keikhlasan, keteguhan dalam berdawah lebih sedikit waktunya disbanding berbagai kenikmatan hidup yang kita rasakan. Kalau ada sekolah yang waktu ujiannya lebih banyak dari hari belajarnya, maka

138 | P a g e

sekolah tersebut dianggap sekolah gila. Selebih dari ujian-ujian kesulitan, kenikmatan itu sendiri adalah ujian. Bahkan, alhamdulillah rata-rata kader dawah sekarang secara ekonomi semakin lebih baik. Ini tidak menafikan (sedikit) mereka yang roda ekonominya sedang di bawah.

Seorang masyaikh dawah ketika selesai menamatkan pendidikannya di Madinah, mengajak rekannya untuk mulai aktif berdawah. Di ajak menolak, dengan alasan ingin kaya dulu, karena orang kaya suaranya didengar orang dan kalau berdawah, dawahnya diterima. Beberapa tahun kemudian mereka bertemu. Ternyata kayanya kaya begitu saja", ujar Syaikh tersebut.

Ternyata kita temukan kuncinya, "Demikianlah kami uji mereka karena sebab kefasikan mereka". Nampaknya Allah hanya menguji kita mulai pada titik yang paling lemah. Mereka malas karena pada hari Sabtu yang seharusnya dipakai ibadah justru ikan datang, pada hari Jumat jam 11.50 datang pelanggan ke toko. Pada saat-saat jam dawah datang orang menyibukkan mereka dengan berbagai cara. Tapi kalau mereka bisa melewatinya dengan azam yang kuat, akan seperti kapal pemecah es. Bila diam salju itu tak akan menyingkir, tetapi ketika kapal itu maju, sang salju membiarkannya berlalu. Kita harus menerobos segala hal yang pahit seperti anak kecil yang belajar puasa, mau minum tahan dulu sampai maghrib. Kelezatan, kesenangan dan kepuasan yang tiada tara, karena sudah berhasil melewati ujian dan cobaan sepanjang hari.

Iman dan Pengendalian Kesadaran Maiyatullah

Aqidah kita mengajarkan, tak satupun terjadi di langit dan di bumi tanpa kehendak ALLAH. ALLAH berkuasa menahan keinginan datangnya tamu-tamu yang akan menghalangi kewajiban dawah. Apa mereka fakir orang-orang itu bergerak sendiri dan ALLAH lemah untuk mencegah mereka dan mengalihkan mereka ke waktu lain yang tidak menghalangi aktifitas utama dalam dawah? Tanyakan

139 | P a g e

kepada pakarnya, aqidah macam apa yang dianut seseorang yang tidak meyakini ALLAH menguasai segalanya? Mengapa mereka yang melalaikan tugas dawahnya tidak berpikir perasaan sang isteri yang keberatan ditinggalkan beberapa saat, juga sebenarnya batu ujian yang dikirim ALLAH, apakah ia akan mengutamakan tugas dawahnya atau keluarganya yang sudah punya alokasi waktu? Yang ia beri mereka makanan dari kekayaan ALLAH?

Karena itu mari melihat di mana titik lemah kita. Yang lemah dalam berukhuwwah, yang gerah dan segera ingin pergi meninggalkan kewajiban liqa, syuro atau jaulah. Bila mereka bersabar melawan rasa gerah itu, pertarungan mungkin hanya satu dua kali, sesudah itu tinggal hari-hari kenikmatan yang luar biasa yang tak tergantikan. Bahkan orang-orang salih di masa dahulu mengatakan "Seandainya para raja dan anak-anak raja mengetahui kelezatan yang kita rasakan dalam dzikir dan majlis ilmu, niscaya mereka akan merampasnya dan memerangi kita dengan pedang". Sayang hal ini tidak bisa dirampas, melainkan diikuti, dihayati dan diperjuangkan. Berdawah adalah nikmat, berukhuwwah adalah nikmat, saling menopang dan memecahkan problematika dawah bersama ikhwah adalah nikmat, andai saja bisa dikhayalkan oleh mereka menelantarkan modal usia yang ALLAH berikan dalam kemilau dunia yang menipu dan impian yang tak kunjung putus.

Ayat ini mengajarkan kita, ujian datang di titik lemah. Siapa yang lemah dibidang lawan jenis, seks dan segala yang sensual tidak diuji dibidang keuangan, kecuali ia juga lemah disitu. Yang lemah dibidang keuangan, jangan berani-berani memegang amanah keuangan kalau kamu lemah diuang hati-hati dengan uang. Yang lemah dalam gengsi, hobi popularitas, riya mungkin -di masa ujian akan menemukan orang yang terkesan tidak menghormatinya. Yang lidahnya tajam dan berbisa mungkin diuji dengan jebakan-jebakan berkomentar sebelum tabayun.Yang lemah dalam kejujuran mungkin selalu terjebak perkara yang membuat dia hanya selamat dengan berdusta lagi. Dan itu arti pembesaran bencana.

140 | P a g e

Kalau saja Abdullah bin Ubay bin Salul, nominator pemimpin Madinah (d/h Yatsrib) ikhlas menerima Islam sepenuh hati dan realistis bahwa dia tidak sekaliber Rasulullah SAW, niscaya tidak semalang itu nasibnya. Bukankah tokoh-tokoh Madinah makin tinggi dan terhormat, dunia dan akhirat dengan meletakkan diri mereka di bawah kepemimpinan Rasulullah SAW? Ternyata banyak orang yang bukan hanya bakhil dengan harta yang ALLAH berikan, tetapi juga bakhil dengan ilmu, waktu, gagasan dan kesehatan yang seluruhnya akan menjadi beban tanggungjawab dan penyesalan.

Seni Membuat Alasan

Perlu kehati-hatian sesudah syukur karena kita hidup dimasyarakat dawah dengan tingkat husnuz zhan yang sangat tinggi. Mereka yang cerdas tidak akan membodohi diri mereka sendiri dengan percaya kepada sangkaan baik orang kepada dirinya, sementara sang diri sangat faham bahwa ia tak berhak atas kemuliaan itu. Gemetar tubuh Abu Bakar RA bila disanjung. "Ya ALLAH, jadikan daku lebih baik dari yang mereka sangka, jangan hukum daku lantaran ucapan mereka dan ampuni daku karena ketidaktahuan mereka", demikian ujarnya lirih. Di mana posisi kita dari kebajikan Abu Bakar Ash Shiddiq RA? "Alangkah bodoh kamu, percaya kepada sangka baik orang kepadamu, padahal engkau tahu betapa diri jauh dari kebaikan itu", demikian kecaman Syaikh Harits Almuhasibi dan Ibnu Athai'Llah.

Di antara nikmat ALLAH ialah sitr (penutup)yang ALLAH berikan pada para hamba-Nya, sehingga aibnya tak dilihat orang. Namun pelamun selalu mengkhayal tanpa mau merubah diri. Demikian mereka yang memanfaatkan lapang hati komunitas dawah tumbuh dan menjadi tua sebagai seniman maaf, "Afwan ya Akhi".

141 | P a g e

Tetapi ALLAH-lah Yang Memberi Mereka Karunia Besar

Kelengkapan amal jamai tempat kita menyumbangkan karya kecil kita, memberikan arti bagi eksistensi ini. Kebersamaan ini telah melahirkan kebesaran bersama. Jangan kecilkan makna kesertaan amal jamai kita, tanpa harus mengklaim telah berjasa kepada Islam dan dawah. "Mereka membangkitbangkitkan (jasa) keislaman mereka kepadamu. Katakan: Janganlah bangkitbangkitkan keislamanmu (sebagai sumbangan bagi kekuatan Islam, (sebaliknya hayatilah) bahwa ALLAH telah memberi kamu karunia besar dengan membimbing kamu ke arah iman, jika kamu memang jujur" (QS. 49;17).

ALLAH telah menggiring kita kepada keimanan dan dawah. Ini adalah karunia besar. Sebaliknya, mereka yang merasa telah berjasa, lalu karena ketidakpuasan yang lahir dari konsekwensi bergaul dengan manusia yang tidak maksum dan sempurna menunggu musibah dan kegagalan, untuk kemudian mengatakan: "Nah, rasain!" Sepantasnya bayangkan, bagaimana rasanya bila saya tidak bersama kafilah kebahagiaan ini?.

Saling mendoakan sesama ikhwah telah menjadi ciri kemuliaan pribadi mereka, terlebih doa dari jauh. Selain ikhlas dan cinta tak nampak motivasi lain bagi saudara yang berdoa itu. ALLAH akan mengabulkannya dan malaikat akan mengamininya, seraya berkata: "Untukmu pun hak seperti itu", seperti pesan Rasulullah SAW. Cukuplah kemuliaan ukhuwwah dan jamaah bahwa para nabi dan syuhada iri kepada mereka yang saling mencintai, bukan didasari hubungan kekerabatan, semata-mata iman dan cinta fi'Llah.

Ya ALLAH, kami memohon cinta-Mu, cinta orang-orang yang mencintai-Mu dan cinta kepada segala yang akan mendekatkan kami kepada cinta-Mu.

142 | P a g e

Hakikat Kepemimpinan
Oleh: Drs. H. Ahmad Yani

Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat selalu membutuhkan adanya pemimpin. Di dalam kehidupan rumah tangga diperlukan adanya pemimpin atau kepala keluarga, begitu pula halnya di masjid sehingga shalat berjamaah bisa dilaksanakan dengan adanya orang yang bertindak sebagai imam, bahkan perjalanan yang dilakukan oleh tiga orang muslim, harus mengangkat salah seorang di antara mereka sebagai pemimpin perjalanan. Ini semua menunjukkan betapa penting kedudukan pemimpin dalam suatu masyarakat, baik dalam skala yang kecil apalagi skala yang besar. Untuk tujuan memperbaiki kehidupan yang lebih baik, seorang muslim tidak boleh mengelak dari tugas kepemimpinan, Rasulullah SAW bersabda: Barangsiapa yang diserahi kekuasaan urusan manusia lalu menghindar (mengelak) melayani kaum lemah dan orang-orang yang membutuhkannya, maka Allah tidak akan mengindahkannya pada hari kiamat (HR. Ahmad).

Di dalam Islam, pemimpin kadangkala disebut imam tapi juga khalifah. Dalam shalat berjamaah, imam berarti orang yang di depan. Secara harfiyah, imam berasal dari kata amma, ya'ummu yang artinya menuju, menumpu dan meneladani. Ini berarti seorang imam atau pemimpin harus selalu di depan guna

143 | P a g e

memberi keteladanan atau kepeloporan dalam segala bentuk kebaikan. Di samping itu, pemimpin disebut juga dengan khalifah yang berasal dari kata khalafa yang berarti di belakang, karenanya khalifah dinyatakan sebagai pengganti karena memang pengganti itu di belakang atau datang sesudah yang digantikan. Kalau pemimpin itu disebut khalifah, itu artinya ia harus bisa berada di belakang untuk menjadi pendorong diri dan orang yang dipimpinnya untuk maju dalam menjalani kehidupan yang baik dan benar sekaligus mengikuti kehendak dan arah yang dituju oleh orang yang dipimpinnya ke arah kebenaran.

Dari pengantar di atas, terasa dan terbayang sekali betapa dalam pandangan Islam, pemimpin memiliki kedudukan yang sangat penting, karenanya siapa saja yang menjadi pemimpin tidak boleh dan jangan sampai menyalahgunakan kepemimpinannya untuk hal-hal yang tidak benar. Karena itu, para pemimpin dan orang-orang yang dipimpin harus memahami hakikat kepemimpinan dalam pandangan Islam yang secara garis besar dalam lima lingkup.

Tangung Jawab, Bukan Keistimewaan.

Ketika seseorang diangkat atau ditunjuk untuk memimpin suatu lembaga atau institusi, maka ia sebenarnya mengemban tanggung jawab yang besar sebagai seorang pemimpin yang harus mampu mempertanggungjawabkannya. Bukan hanya di hadapan manusia tapi juga dihadapan Allah SWT. Oleh karena itu, jabatan dalam semua level atau tingkatan bukanlah suatu keistimewaan sehingga seorang pemimpin atau pejabat tidak boleh merasa menjadi manusia yang istimewa sehingga ia merasa harus diistimewakan dan ia sangat marah bila orang lain tidak mengistimewakan dirinya.

Oleh karena itu, ketika Umar bin Abdul Aziz, seorang khalifah yang cemerlang datang ke sebuah pasar untuk mengetahui langsung keadaan pasar, maka ia datang sendirian dengan penampilan biasa, bahkan sangat sederhana sehingga

144 | P a g e

ada yang menduga kalau ia seorang kuli panggul lalu orang itupun menyuruhnya untuk membawakan barang yang tak mampu dibawanya. Umar membawakan barang orang itu dengan maksud menolongnya, bukan untuk mendapatkan upah. Namun di tengah jalan, ada orang memanggilnya dengan panggilan yang mulia sehingga pemilik barang yang tidak begitu memperhatikannya menjadi memperhatikan siapa orang yang telah disuruhnya membawa barangnya. Setelah ia tahu bahwa Umar sang khalifah yang disuruhnya, ia pun meminta maaf, namun Umar merasa hal itu bukanlah suatu kesalahan. Karena kepemimpinan itu tanggung jawab atau amanah yang tidak boleh disalahgunakan, maka pertanggungjawaban menjadi suatu kepastian, Rasulullah SAW bersabda: Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinan kamu (HR. Bukhari dan Muslim)

Pengorbanan, Bukan Fasilitas

Menjadi pemimpin atau pejabat bukanlah untuk menikmati kemewahan atau kesenangan hidup dengan berbagai fasilitas duniawi yang menyenangkan, tapi justru ia harus mau berkorban dan menunjukkan pengorbanan, apalagi ketika masyarakat yang dipimpinnya berada dalam kondisi sulit dan sangat sulit. Karenanya dalam suatu riwayat diceritakan bahwa Umar bin Abdul Aziz sebelum menjadi khalifah menghabiskan dana untuk membeli pakaian yang harganya 400 dirham, tapi ketika ia menjadi khalifah ia hanya membeli pakaian yang harganya 10 dirham, hal ini ia lakukan karena kehidupan yang sederhana tidak hanya harus dihimbau, tapi harus dicontohkan langsung kepada masyarakatnya. Karena itu menjadi terasa aneh bila dalam anggaran belanja negara atau propinsi dan tingkatan yang di bawahnya terdapat anggaran dalam puluhan bahkan ratusan juta untuk membeli pakaian bagi para pejabat, padahal ia sudah mampu membeli pakaian dengan harga yang mahal sekalipun dengan uangnya sendiri sebelum ia menjadi pemimpin atau pejabat.

145 | P a g e

Kerja Keras, Bukan Santai.

Para pemimpin mendapat tanggung jawab yang besar untuk menghadapi dan mengatasi berbagai persoalan yang menghantui masyarakat yang dipimpinnya untuk selanjutnya mengarahkan kehidupan masyarakat untuk bisa menjalani kehidupan yang baik dan benar serta mencapai kemajuan dan kesejahteraan. Untuk itu, para pemimpin dituntut bekerja keras dengan penuh kesungguhan dan optimisme.

Saat menghadapi krisis ekonomi, Khalifah Umar bin Khattab membagikan sembako (bahan pangan) kepada rakyatnya. Meskipun sore hari ia sudah menerima laporan tentang pembagian yang merata, pada malam hari, saat masyarakat sudah mulai tidur, Umar mengecek langsung dengan mendatangi lorong-lorong kampung, Umar mendapati masih ada rakyatnya yang masak batu sekedar untuk memberi harapan kepada anaknya yang menangis karena lapar akan kemungkinan mendapatkan makanan. Meskipun malam sudah semakin larut, Umar pulang ke rumahnya dan ternyata ia memanggul sendiri satu karung bahan makanan untuk diberikan kepada rakyatnya yang belum memperolehnya.

Kewenangan Melayani, Bukan Sewenang-Wenang

Pemimpin adalah pelayan bagi orang yang dipimpinnya, karena itu menjadi pemimpin atau pejabat berarti mendapatkan kewenangan yang besar untuk bisa melayani masyarakat dengan pelayanan yang lebih baik dari pemimpin sebelumnya. Rasulullah SAW bersabda: Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka (HR. Abu Na'im)

Oleh karena itu, setiap pemimpin harus memiliki visi dan misi pelayanan terhadap orang-orang yang dipimpinnya guna meningkatkan kesejahteraan hidup, ini

146 | P a g e

berarti tidak ada keinginan sedikitpun untuk menzalimi rakyatnya apalagi menjual rakyat, berbicara atas nama rakyat atau kepentingan rakyat padahal sebenarnya untuk kepentingan diri, keluarga atau golongannya. Bila pemimpin seperti ini terdapat dalam kehidupan kita, maka ini adalah pengkhianat yang paling besar. Rasulullah SAW bersabda: Khianat yang paling besar adalah bila seorang penguasa memperdagangkan rakyatnya (HR. Thabrani).

Keteladanan dan Kepeloporan, Bukan Pengekor

Dalam segala bentuk kebaikan, seorang pemimpin seharusnya menjadi teladan dan pelopor, bukan malah menjadi pengekor yang tidak memiliki sikap terhadap nilai-nilai kebenaran dan kebaikan. Ketika seorang pemimpin menyerukan kejujuran kepada rakyat yang dipimpinnya, maka ia telah menunjukkan kejujuran itu. Ketika ia menyerukan hidup sederhana dalam soal materi, maka ia tunjukkan kesederhanaan bukan malah kemewahan. Masyarakat sangat menuntut adanya pemimpin yang bisa menjadi pelopor dan teladan dalam kebaikan dan kebenaran.

Sebagai seorang pemimpin, Rasulullah SAW tunjukkan keteladanan dan kepeloporan dalam banyak peristiwa. Ketika Rasulullah SAW membangun Masjid Nabawi di Madinah bersama para sahabatnya, beliau tidak hanya menyuruh dan mengatur atau tunjuk sana tunjuk sini, tapi beliau turun langsung mengerjakan hal-hal yang bersifat teknis sekalipun. Beliau membawa batu bata dari tempatnya ke lokasi pembangunan sehingga ketika para sahabat yang lebih muda dari beliau sudah mulai lelah dan beristirahat, Rasul masih terus saja membawanya meskipun ia juga nampak lelah. Karena itu seorang sahabat bermaksud mengambil batu yang dibawa oleh Nabi agar ia yang membawanya, tapi Nabi justru menyatakan: "Kalau kamu mau membawa batu bata, di sana masih banyak batu yang bisa engkau bawa, yang ini biar tetap aku yang membawanya". Karenanya para sahabat tetap dan terus bersemangat dalam proses penyelesaian pembangunan Masjid Nabawi.

147 | P a g e

Dari penjelasan di atas, kita bisa menyadari betapa penting kedudukan pemimpin bagi suatu masyarakat, karenanya jangan sampai kita salah memilih pemimpin, baik dalam tingkatan yang paling rendah seperti kepala rumah tangga, ketua RT, pengurus masjid, lurah dan camat apalagi sampai tingkat tinggi seperti anggota parlemen, bupati atau walikota, gubernur, menteri dan presiden. Karena itu, orang-orang yang sudah terbukti tidak mampu memimpin, menyalahgunakan kepemimpinan untuk misi yang tidak benar dan orang-orang yang kita ragukan untuk bisa memimpin dengan baik dan ke arah kebaikan, tidak layak untuk kita percayakan menjadi pemimpin.

148 | P a g e

Sikap 'Ulama di Hadapan Penguasa


Oleh: Thoriq

Imam Malik (179 H) diminta Khalifah Harun ar-Rasyid untuk berkunjung ke istana dan mengajar Hadits kepadanya. Tidak hanya menolak datang, ulama yang bergelar Imam Dar al-Hijrah itu malah meminta agar Khalifah yang datang ke rumahnya untuk belajar, Wahai Amiul Mukminin, ilmu itu didatangi, tidak mendatangi.

Akhirnya, mau tidak mau, Harun ar-Rasyid-lah yang datang kepada Imam Malik untuk belajar. Demikianlah sikap Imam Malik ketika berhadapan dengan penguasa yang adil, semisal ar-Rasyid. Ia diperlakukan sama dengan para pencari ilmu lainnya, dari kalangan rakyat jelata. Selain itu, para ulama menilai, kedekatan dengan penguasa bisa menimbulkan banyak fitnah. Kisah ini termaktub dalam Adab asy-Syariiyah (2/52).

Tidak hanya Imam Malik yang memperlakukan ar-Rasyid demikian. Para ulama lainnya pun memiliki sikap yang sama. Suatu saat, ar-Rasyid pernah meminta kepada Abu Yusuf, qadhi negara waktu itu, untuk mengundang para ulama Hadits agar mengajar Hadits di istananya.

149 | P a g e

Tidak ada yang merespon undangan itu, kecuali dua ulama, yakni Abdullah bin Idris (92 H) dan Isa bin Yunus (86 H). Mereka bersedia mengajarkan Hadits, tapi dengan syarat: belajarnya harus dilaksanakan di rumah mereka, tidak di istana. Akhirnya, kedua putra ar-Rasyid, al-Amin dan al-Makmun mendatangi rumah Abdullah bin Idris. Di sana, mereka berdua mendapatkan seratus Hadits. Setelah itu, mereka berangkat menuju rumah Isa bin Yunus. Sebagai ucapan terima kasih, Al Makmun memberikan 10 ribu dirham. Tapi, Isa bin Yunus menolak. Hadits Rasulullah Shallallahu `alaihi wa sallam (SAW), tidak untuk mendapatkan apa-apa, walau hanya segelas air untuk minum.

Sedangkan Abu Hazim (140 H), ulama di masa tabiin, menyatakan bahwa di masa sebelum dirinya, jika umara mengundang ulama, ulama tidak mendatanginya. Jika umara memberi, ulama tidak menerima. Jika mereka memohonnya, mereka tidak menuruti. Akhirnya, para penguasa yang mendatangi ulama di rumah-rumah mereka untuk bertanya. (Riwayat Abu Nuaim).

Kedekatan ulama dengan penguasa dianggap sebagai aib oleh para ulama saat itu. Bahkan Abu Hazim mengatakan, Sebaik-baik umara, adalah mereka yang mendatangi ulama dan seburuk-buruk ulama adalah mereka yang mencintai penguasa.

Selain Abu Hazim, Wahab bin Munabih (110 H), ulama dari kalangan tabiin juga pernah menyatakan agar para ulama menghindari pintu-pintu para penguasa, karena di pintu-pintu mereka itu ada fitnah, Kau tidak akan memperoleh dunia mereka, kecuali setelah mereka membuat musibah pada agamamu. (Riwayat Abu Nuaim).

Para ulama bersikap demikian, karena keakraban dengan penguasa bisa menyebabkan sang ulama kehilangan keikhlasan. Pasalnya, ketika mereka mendapatkan imbalan dari apa yang mereka berikan kepada penguasa, maka hal

150 | P a g e

itu bisa menimbulkan perasaan ujub, atau kehilangan wibawa di hadapan penguasa. Ujung-ujungnya, mereka tak mampu lagi melakukan amar maruf nahi munkar, jika para penguasa melakukan kesalahan.

Inilah yang sejak awal sudah diperingatkan oleh Rasulullah SAW. Beliau bersabda, Barang siapa tinggal di padang pasir, ia kekeringan. Barang siapa mengikuti buruan ia lalai. Dan barang siapa yang mendatangi pintu-pintu penguasa, maka ia terkena fitnah. (Riwayat Ahmad).

Menolak Pemberian Penguasa

Suatu saat, Muhammad bin Rafi An Naisaburi (245 H), ulama Hadits semasa Imam Bukhari menerima seorang utusan dari Amir Thahir bin Abdullah Al Khuzai, penguasa waktu itu. Utusan itu menemui Muhammad bin Rafi yang sedang makan roti dengan menyodorkan uang 5 ribu dirham.

Utusan itu menjelaskan, Amir Thahir mengirimkan uang ini untuk belanja keluarga Muhammad. Ambil, ambillah harta itu untukmu. Saya tidak membutuhkan. Saya telah berumur 80 tahun, sampai kapan saya akan terus hidup? jawab Muhammad.

Akhirnya, utusan itu pergi dengan sekantong uang dirham. Namun, setelah utusan itu pergi, putra Muhammad muncul dari dalam rumah, Wahai Ayah, malam ini kita tidak memiliki roti! serunya, sebagaimana dikisahkan Adz Dzahabi dalam Thabaqat Al Huffadz (2/510).

Ada pula sebuah kisah menarik lainnya, tentang Imam Al Auzai (157 H). Setelah memberi nasihat kepada Khalifah Al Manshur, beliau meminta izin kepada Khalifah untuk pergi meninggalkannya demi menjenguk anaknya di negeri lain. Al Manshur merasa bahwa Al Auzai telah berjasa kepadanya, karena nasehat-nasehat yang

151 | P a g e

telah disampaikan kepadanya. Akhirnya, ia ingin memberi bekal perjalanan untuk ulama ini. Namun, apa yang terjadi? Sebagaimana disebutkan dalam Al Mashabih Al Mudzi` (2/133,134), Imam al-Auzai menolak. Saya tidak membutuhkan itu semua. Saya tidak sedang menjual nasehat, walau untuk seluruh dunia dan seisinya, ucap beliau tegas.

Ada beberapa ulama lain, yang juga tegas menolak pemberian para penguasa. Adalah Kamal al-Anbari (513 H), dalam Thabaqat asy-Syafiiyah al-Kubra (7/155), disebutkan bahwa beliau ulama nahwu yang memiliki harta pas-pasan. Hidupnya hanya mengandalkan sewa kedai, yang dalam sebulan cuma menghasilkan setengah dinar. Namun, keadaan itu tidak mempengaruhi sikap beliau. Suatu saat Khalifah al-Mustadhi mengirimkan utusan kepadanya, dengan membawa uang 500 dinar, untuk diberikan kepadanya. Akan tetapi, Al Anbari menolak. Sehingga utusan tersebut mengatakan, Kalau engkau tidak mau, berikanlah harta ini kepada anakmu. Al-Anbari menjawab, Jika aku yang menciptakannya, maka akulah yang memberinya rezeki.

Perkataan al-Anbari menunjukkan bahwa Allah Subhanahu wa Taala (SWT) telah mengatur rezeki anaknya, hingga ia tidak perlu menerima dan memberikan hadiah itu kepada anaknya.

Tidak hanya menjauhi penguasa atau menolak hadiah dari mereka. Orang atau bahkan ulama yang dekat dengan penguasa akan dijauhi oleh ulama lain. Ini tercermin dari sikap al-Karkhi. Beliau menjauhi sahabatnya dekatnya, setelah dia mendadak kaya, karena dekat dengan penguasa. Sahabatnya itu bernama Abu alQasim at-Tanukhi. Diketahui, setelah ia menjabat hakim negara, tiba-tiba kehidupannya berubah. Sekarang tiap hari yang dimakan berdinar-dinar, dan saya belum mengetahui kalau ia mendapat warisan atau sukses dalam berdagang. Tidak tahu dari mana asalnya harta itu, ucap al-Karkhi. Mulai saat itu, beliau tidak pernah satu majelis dengan at-Tanukhi, sebagaimana dicatat al-Kautsari dalam alMaqalat (386).

152 | P a g e

Menolak Makanan Penguasa

Adalah Syaikh Jamaluddin al-Hashiri (636 H), ulama madzhab Hanafi di Mesir. Di saat Ramadhan, beliau mengunjungi istana untuk menemui Sultan Malik Adil. Datang ke istana bukan karena undangan, akan tetapi beliau ingin mengetahui alasan Malik Adil melarang Syaikhul Islam Izzuddin bin Abdissalam untuk berfatwa. Padahal, beliau adalah orang yang pantas untuk berfatwa, menurut pandangan para ulama.

Disebutkan dalam Thabaqat asy-Syafiiyah (8/237) bahwa saat adzan Maghrib berkumandang, pelayan istana membawa minuman, Sultan meminumnya dan menawarkan juga kepada al-Hashiri. Saya datang ke sini bukan untuk menikmati makan dan minum dari Anda, jawabnya. Al-Hashiri tidak menyentuh cawan itu.

153 | P a g e

Merindukan Pemimpin yang Sederhana


Bahkan para politisi sekelas PKS sebagai partai Islam, belum konsisten untuk hidup dalam kesederhanaan

Oleh: Teuku Zulkhairi

Mahasiswa Pascasarjana IAIN ar-Raniry, Banda

Posisi sebagai penguasa memang hal yang selalu menggiurkan banyak kalangan, terlepas apakah mereka memiliki kapasitas dan kapabilitas untuk mengembannya ataupun tidak. Terlepas apakah model kehidupan pribadi, keluarga dan kelompok mereka dengan pemikirannya bisa diteladani oleh masyarakat banyak. Syahwat politik memang tidak jarang menenggelamkan akal sehat manusia dalam sejarahnya.

Kebanyakan para pencari dan penggila kekuasaan di Negeri ini cenderung berpikir pragmatis, janji berbuat banyak untuk rakyat hanya terucap dan diikrarkan saat berusaha meraih simpati rakyat agar memilihnya saat pesta pemilihan umum.

154 | P a g e

Bahkan para politisi sekelas PKS sebagai partai Islam terbesar saja tidak konsisten untuk hidup dalam kesederhanaan, rapat di tempat-tempat mewah dengan alasan untuk kepentingan dakwah dan umat, belum lagi dengan parpol lainnya yang lebih dulu mengurangi optimisme kita untuk menyaksikan peragaan hidup sederhana oleh para politisi mereka.

Kita pantas tersayat mendengar berita yang sangat mengiris hati. Anggaran untuk baju dan furniture presiden serta anggaran untuk Keppres dan Pidato Presiden yang mencapai angka miliaran. Belum termasuk tradisi plesiran anggota dewan kita ke luar negeri dengan alasan studi banding di saat negeri ini sedang ditimpa oleh berbagai musibah dan sebagainya.

Lihat saja buktinya, setiap menjelang Pemilihan Umum untuk memilih anggota legislative dan eksekutif, jendela-jendela mobil mewah para kandidat dipastikan akan banyak yang terbuka, kacamata hitam mereka dipastikan akan disimpan sejenak, para kandidat akan menari dari kampung ke kampung sambil mengiba kepada rakyat agar meraih simpatinya, dan selepas itu, mereka yang menang akan kembali jarang terdengar sebagaimana populernya mereka saat menjelang pemilihan umum, mereka demikian sibuk sebagai alasan untuk menjauh dari rakyat. Itulah fakta yang selalu kita saksikan dan mungkin akan kembali kita saksikan. Dan tentunya, ini adalah hal yang ironis dan memiriskan hati kita sebagai rakyat.

Jika kita kaji lebih lanjut, ternyata fakor kesederhaan merupakan perkara yang sangat sulit kita jumpai. Berbagai penyelewengan yang terjadi merupakan indikasi kuat tentang ketidaksiapan mereka untuk hidup dalam kesederhanaan.

Bukankah kasus-kasus korupsi, kolusi dan nepotisme yang terjadi selama ini adalah jelas merupakan upaya-upaya untuk memperkaya diri dan kelompoknya? Apa sebab berbagai kasus itu terjadi setiap saat? karena mereka tidak siap hidup dalam kesederhaan. Kepentingan materialisme dan pragmatism lebih mendomisi ubun-

155 | P a g e

ubun mereka daripada keinginan untuk hidup sederhana dan menghadirkan perubahan untuk negeri ini.

Kita tidak tahu seberapa besar pengetahuan para penguasa kita tentang konsep kesederhanaan serta seberapa besar pula tekad mereka untuk hidup dalam kesederhaan, baik mereka yang dipercayai oleh rakyat untuk mengemban amanah rakyat di lembaga eksekutif, legislative maupun jabatan-jabatan lainnya. Mungkin butuh sebuah penelitian untuk mengukur sejauh mana pengetahuan mereka tentang konsep hidup sederhana, seberapa besar keinginan mereka untuk hidup sederhana ketika ia telah menjadi penguasa, berapa banyak contoh-contoh pemimpin sederhana yang telah mereka pelajari dan ingin mereka ikuti.

Sejujurnya, kesederhanaan pada diri pemimpin dan pejabat di negeri ini disemua levelnya merupakan kerinduan terbesar bagi rakyat di negeri ini. Saya tidak percaya kesederhanaan bagi seorang pemimpin itu adalah hal yang tidak mungkin (mustahil), karena faktanya, saat ini kita sedang menyaksikan tampilan penuh kharisma seorang pemimpin sekelas Mahmud Ahmadinejad, seorang presiden Iran yang saat ini begitu populer dengan kesederhanaannya di samping karena konsistensinya menentang arogansi Amerika Serikat dan negera-negara Barat yang hegemonik.

Belajar dari Ahmadinejad

Pola hidup Ahmadinejad saat ini menjadi inspirasi bagi banyak kalangan, khususnya para pemuda-pemudi yang merindukan pemimpin sederhana. Membaca status-status di jejaring sosial Facebook serta di miling list, terlihat sekali bagaimana kerinduan mereka yang memiliki semangat baru untuk hidup dalam naungan seorang pemimpin yang sederhana. Setiap kali mereka berbicara tentang Ahmadinejad yang begitu popular, kesederhanaannya-lah yang selalu mereka bicarakan dan menjadi alasan utama mereka yang menggandrungi sosok

156 | P a g e

Ahmadinejad selain karena keseriusannya untuk membawa Iran ke puncak kemajuan dan menentang semua pihak yang menghalangi kebangkitan negeri itu.

Kapasitas dan tekad seorang pemimpin untuk membangun negeri memang perlu, tapi faktor kesederhanaan tetaplah alasan utama rakyat mencintai para pemimpinnya. Karena pemimpin atau pejabat yang sederhana akan dipandang dekat dengan rakyat, dianggap turut merasakan kepedihan rakyatnya meski ia belum sanggup membantu rakyat di semua level untuk keluar dari kepapaannya. Rakyat memang butuh materialisme, tapi jangan lupa, materialisme tidak selamanya menjadi alasan kecintaan dan kebersamaan rakyat kepada pemimpinnya.

Beberapa waktu lalu, Ahmadinejad melelang mobil pribadinya untuk membantu rakyat miskin di negerinya, berbanding lurus dengan sikap para politisi kita, mengeruk untung di atas derita rakyatnya, lihatlah berapa banyak orang kaya baru pasca kehancuran yang menimpa rakyat Indonesia oleh tragedi tsunami dan konflik, bandingkan dengan realitas kondisi rakyat yang hingga kini masih memprihatinkan. Ahmadinejad seperti yang ditulis oleh banyak sumber suatu ketika di wawancara oleh TV Fox (AS) soal kehidupan pribadinya:

"Saat Anda melihat di cermin setiap pagi, apa yang Anda katakan pada diri Anda?" Jawabnya: "Saya melihat orang di cermin itu dan mengatakan padanya, "Ingat, kau tak lebih dari seorang pelayan, hari di depanmu penuh dengan tanggung jawab yang berat, yaitu melayani bangsa Iran," demikian jawabnya pada si wartawan.

Meski dia seorang Syiah, ulama dipandang sebagai posisi yang paling tinggi bagi Ahmedinajad. Pertama kali ia menduduki kantor kepresidenan ia menyumbangkan seluruh karpet Iran Istana yang sangat tinggi nilai maupun harganya itu kepada masjid-masjid di Teheran dan menggantikannya dengan karpet biasa yang mudah dibersihkan.

157 | P a g e

Ia mengamati bahwa ada ruangan yang sangat besar untuk menerima dan menghormati tamu VIP, lalu ia memerintahkan untuk menutup ruang tersebut dan menanyakan pada protokoler untuk menggantinya dengan ruangan biasa dengan 2 kursi kayu, meski sederhana tetap terlihat impresive. Di banyak kesempatan ia bercengkerama dengan petugas kebersihan di sekitar rumah dan kantor kepresidenannya, ia mengumumkan kekayaan dan propertinya yang terdiri dari Peugeot 504 tahun 1977, sebuah rumah sederhana warisan ayahnya 40 tahun yang lalu di sebuah daerah kumuh di Teheran. Rekening banknya bersaldo minimum, dan satu-satunya uang masuk adalah uang gaji bulanannya. Gajinya sebagai dosen di sebuah universitas hanya senilai US$ 250. Sebagai tambahan informasi, Presiden masih tinggal di rumahnya. Hanya itulah yang dimilikinya seorang presiden dari negara yang penting baik secara strategis, ekonomis, politis, belum lagi secara minyak dan pertahanan. Bahkan ia tidak mengambil gajinya, alasannya adalah bahwa semua kesejahteraan adalah milik negara dan ia bertugas untuk menjaganya. Satu hal yang membuat kagum staf kepresidenan adalah tas yang selalu dibawa sang presiden tiap hari selalu berisikan sarapan; roti isi atau roti keju yang disiapkan istrinya dan memakannya dengan gembira, ia juga menghentikan kebiasaan menyediakan makanan yang dikhususkan untuk presiden. Begitu juga banyak kesederhanaannya lainnya yang diperlihatkan oleh Ahmadinejad.

Apakah perilaku tersebut merendahkan posisi presiden? Buktinya tidak! Sekali-kali tidak.

Adakah pemimpin atau calon pemimpin kita di Indonesia yang siap hidup sederhana yang tak gila jabatan? Atau yang tak malu atas kesederhanaannya? Silahkan pembaca melihatnya sendiri.

158 | P a g e

Taujih Ustadz Mahdi 'Akif (Mursyid 'Aam Ikhwanul Muslimin)

Dengan nama Allah, Segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam bagi Rasulullah dan orang-orang yang mengikutinya, amma badu.

Tidak diragukan lagi bahwa kejadian besar yang menimpa umat Islam mendorong kita untuk selalu merenung tentang keadaan dan apa yang menimpa mereka dari pergantian hari dan tipu daya malam. Dulu, mereka berpegang teguh pada agamanya. Merekalah umat yang luhur, di mana tentara mereka dapat berdiri tegak di hadapan pasukan musuh yang melampaui batas, yang terbesar pada masa itu.

Mereka mengatakan Sesungguhnya Allah mengutus kami untuk mengeluarkan umat ini dari penyembahan kepada hamba sahaya menuju penyembahan kepada Allah Taala yang satu. Mengeluarkan manusia dari kezaliman berbagai agama kepada keadilan Islam. Membebaskan manusia dari sempitnya dunia menuju luasnya dunia dan akhirat.

Begitupun para penggantinya, pernah menyampaikan dengan penuh percaya diri kepada awan yang berhembus di udara, Turunkanlah hujan sekehendakmu, maka

159 | P a g e

pastilah curahanmu akan menimpaku. Salah satu pemimpinnya menceburkan kudanya ke lepas pantai, di mana berakhirlah satu bidang bumi di hadapan matanya, lalu ia berkata, Demi Allah, seandainya aku tahu bahwa di belakangmu ada daratan di mana orang mengkafirkan Allah, pastilah aku akan memeranginya di jalan Allah.

Maka (seolah-olah) bumi dilipatkan untuk mereka, semua kesulitan dimudahkan, dan tegaklah hukum keadilan di mana mereka berada. Dan (saat itu) tidak ada orang merdeka yang diperbudak di tanah mereka, juga tidak ada orang yang dizalimi. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam (pernah) berdiri untuk jenazah orang Yahudi yang lewat di depan mereka seraya berkata, Bukankan ia juga manusia?

Dan khalifah mereka, al-Faruq, pernah menyuruh seorang Nashrani dari mesir untuk meng-qishash anak dari gubernur mereka seraya berkata, Sesungguhnya, seorang anak tidak memukul kecuali dengan kekuasaan ayahnya. Kemudian beliau mengatakan sesuatu yang kekal (dalam ingatan) hingga sekarang, Ya Amr, sejak kapan kamu memperbudak manusia, sedangkan ibu-ibu mereka telah melahirkan mereka dalam keadaan merdeka?

Peradaban yang Manusiawi

Hampir berlalu satu atau dua generasi, hingga Islam menjadi sebuah butik peradaban yang memiliki bangunan canggih. Di dalamnya menyatu berbagai penghasilan alam. Maka muncullah dari golongan ahli hadits Imam Bukhari, Muslim an-Nsbr, Abu Dawud as-Sajastan, dan an-Nasai.

Begitu juga Ibnu Hambali al-Arabi asy-Syibani. Dan dari golongan ahli tafsir di antaranya Ath-Thabari dan Qurthubi. Begitu juga Ibnu Katsir, al-Arabi al-

160 | P a g e

Qurasyiyyi. Kemudian dari ilmu kedokteran dan filsafat di antaranya ar-Raazi, ashShaby, Ibnu Rusyd al-Andalusy.

Mereka mengangkat syiar: Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu adalah yang paling bertaqwa. (QS. Al-Hujurat: 13).

Mereka juga mempunyai seruan: Tidak ada keutamaan orang Arab atas orang asing kecuali dengan ketaqwaan.

Zaman silih berganti, dan setiap sesuatu kalau tidak sempurna pasti ada kekurangan. Faktor kelemahan menghinggapi umat Islam dari sisi internal, juga faktor tekanan yang terus menerus dari sisi eksternal. Dan bergoncanglah martabat Islam dalam diri umat ini dan pimpinannya. Tentaranya rapuh dan perlawanannya luluh serta musuh-musuh punya pengaruh dari segala sisi. Benarlah apa yang difirmankan Allah Taala: Sesungguhnya jika mereka dapat mengetahui tempatmu, niscaya mereka akan melempar kamu dengan batu, atau memaksamu kembali kepada agama mereka, dan jika demikian niscaya kamu tidak akan beruntung selama-lamanya" (QS. Al-Kahfi: 20).

Perang Salib

Penjajah bangsa barat kemudian menancapkan cakarnya, dari Turkistan timur, Filiphina dan Indonesia dari sisi sebelah timur sampai negeri Spanyol dari sisi barat. Dan dari Eropa tengah di sisi utara sampai Afrika di sisi selatan.

Semuanya dalam satu serangan yang dilancarkan kepada mereka dan menewaskan jutaan kaum muslimin. Hasil-hasil bumi mereka dirampas secara rapi dan budi pekerti anak bangsa mereka dihancurkan dengan sengaja. Di antara mereka terdapat jarak antara sebab-sebab munculnya kekuatan dan faktor-faktor kebangkitan.

161 | P a g e

Orang-orang dari pasukan Italia meneriakkan seruan yang bergemuruh setelah menggempur Libia: Wahai ibu, janganlah engkau menangis, tapi tertawalah dan berharaplah, sungguh aku akan pergi ke Tripoli dengan perasaan riang gembira. Aku akan tumpahkan darahku untuk membinasakan umat! Untuk memerangi Islam dan aku akan memerangi dengan sepenuh kekuatanku untuk menghancurkan al-Quran.

Orang-orang dari pasukan Inggris meneriakkan seruan seniornya, Gladiston yang mengatakan dengan penuh congkak: Wajib untuk menghilangkan al-Quran. Mereka juga melihat pimpinannya, Lord Lamby memasuki Al-Quds pada perang dunia pertama seraya berseru: Hari ini Perang Salib telah usai. Jenderal Prancis, Ghoro menendang makam Shalahuddin di Syiria, lalu mengatakan, Kami datang kembali, wahai Shalahuddin.

Setelah itu, warga dunia dikejutkan dengan kejadian yang dilakukan Serbia dan Kroasia terhadap muslim Bosnialima puluh ribu muslimah telah ternodai kehormatannya di hadapan mata dan telinga orang-orang Eropa dan Amerika dan juga pasukan PBB. Mereka dihamili oleh janin-janin anjing yang terlaknat! Sungguh tidak hanya mereka yang dicela dan dibenci, seharusnya kita mencela diri kita sendiri dan kelemahan kita.

Bobroknya Peradaban Barat

Kita tidak bersikap apriori dengan semua peradaban barat. Bahkan, kita mengakui apa-apa yang telah mereka persembahkan untuk kemajuan dunia dalam hal sains dan teknologi serta kebangkitan dalam ilmu pengetahuan, seni, politik dan sosial.

Bagaimana kita memungkiri itu semua, padahal kita adalah anak dari sebuah peradaban di mana al-Quran mengatakan: Dan janganlah sekali-kali

162 | P a g e

kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. (QS. Al-Maidah: 8)

Akan tetapi, pada waktu yang bersamaan kita membenci kelalaian, karena hal itu akan membuat kemurkaan Allah. Allah berfirman: Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai (QS. Al-Araf: 179). Kita benci, Allah melihat kita termasuk bagian dari orang-orang yang lalai di mana mereka tidak mengenal musuh daripada teman.

Sungguh kita telah melihat benih-benih permusuhan atas diri umat Islam berdiri tegak di atas pondasi yang kokoh. Kita juga melihat hati-hati mereka terbakar oleh kedengkian, yang digerakkan oleh dongeng-dongeng sesat. Mereka jadikan dongeng itu sebagai agama hingga salah seorang senior mereka mengatakan, sesungguhnya Tuhan telah menurunkan wahyu untuk menggempur Irak dan merobohkan sistem peradilannya. Mereka mengatakan dengan lantang bahwa perang terhadap umat Islam adalah perang salib.

Kita telah mengetahui dengan sebenar-benarnya bahwa peradaban Eropa dan Amerika tidak ada kaitannya dengan agama masehi yang dibawa oleh Utusan Allah, Nabi Isa Alaihis Salam. Agama ini berdiri atas dasar toleransi dan cinta kasih. Kita sepakat apa yang pernah dikatakan Welez, pengarang kitab Maalim fi Tarikh al-Insaniyyah (Petunjuk-petunjuk dalam Sejarah Manusia), penulis mengatakan:

Sesungguhnya bangsa Eropa telah terbiasa sejak lama menjadikan ajaran-ajaran Yesus Sang Penyelamat sebagai penghalang yang kuat. Sejak Eropa masuk ke dalam era kebangkitan, mereka memutuskan untuk menjadikan agama dan gereja

163 | P a g e

dalam kehidupan mereka tempat yang sejauh-jauhnya. Mereka memisahkan agama dari kehidupan dunia. Akan tetapi kita mendapatkan sekarang, agama menjadi tunduk kepada hawa nafsu mereka dalam kecongkakan dan keterpaksaan, seperti yang kita lihat. Mereka jadikan agama palsu itu lebih buruk dari apa yang diperkirakan yaitu kefanatikan yang terkutuk, di mana mereka tidak mengindahkan ajaran-ajaran langit lagi. Kita mengetahui bahwa di barat banyak cendikiawan. Mereka tidak rela apa-apa yang berubah dari alam ini karena pengaruh peradaban mereka. Permusuhan ini membuat perasaan mereka tidak dapat tidur di alam ini, karena ulah siasat mereka. Sesungguhnya 94 persen penghasilan dunia datang dari negara industri mereka dan 75 persen investasi dunia mengarah ke negara-negara mereka. Kekayaan alam berada pada segelintir orang-orang kaya. Dua ratus orang di negara mereka memiliki harta sebanyak 1 Milyar Dollar, sedangkan 582 juta orang di 43 negara-negara berkembang hanya memiliki 146 juta Dollar.

Satu juta orang yang hidup di negara-negara berkembang tidak memiliki cadangan air minum yang baik dan 43 juta manusia mengidap penyakit aids, buah dari eksperimen mereka.

Mereka mengeluarkan kekayaan alam untuk pembuatan senjata dan hal-hal lain yang berlebihan. Di samping itu, terdapat 73 juta penduduk arab hidup berada di bawah garis kemiskinan dan 15 juta orang pengangguran. Apakah ini semua hasil dari peradaban mereka yang sekarang memimpin dunia, yang bisa membuat hidup ini abadi? Atau hal tersebut merupakan peringatan akan sebuah kehancuran bila tidak mengikuti pendapat para cendikiawan? Perhatikanlah, kehancuran Barat sudah di depan mata.

Makna Kemajuan Peradaban

Peradaban bukan sekadar kemajuan dari segi materi saja, akan tetapi ia adalah

164 | P a g e

kemajuan dari segi materi yang berdiri berlandaskan asas-asas keruhanian dan akhlak yang luhur, serta nilai kemanusiaan yang agung.

Peradaban bukan terbatas pada perkembangan kota saja, akan tetapi merupakan sebuah anugerah umat dari segala sisi, baik materi maupun etika. Dan nilainya dilihat dari kebaikan manusia yang ada.

Benar apa yang difirmankan Allah Taala kepada umat Islam: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia (QS. Ali Imran: 110) dan firman Allah: Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi" (QS. Ar-Radu: 17).

Wahai Umat Islam!

Sesungguhnya putra-putri kalian dituntut untuk memikirkan masalah ini lebih dari yang pernah dilakukan pada masa lalu. Mereka harus mengetahui kebutuhan manusia dan urgensi misi dakwah yang mereka emban serta peradaban yang mereka agungkan. Sesungguhnya semangat tinggi yang digelorakan pemudapemuda kita di hadapan agresi Barat dan Zionis-AS akan membangkitkan umat ini dari tidur panjangnya dan memperingatkan mereka dari tipu daya dan bualannya.

Sesungguhnya kita berada pada puncak sejarah yang dapat melumpuhkan peradaban yang penuh paksaan, perbudakan, kezaliman dan kecongkakan untuk memberikan tempat bagi peradaban yang lebih adil dan manusiawi.

Allah Taala berfirman: Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya". (QS. Yusuf: 21)

165 | P a g e

Shalawat dan salam Allah serta keberkahan atas diri Nabi Muhammad dan keluarganya serta sahabatnya. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.

166 | P a g e

Budidaya Malu Dikikis Habis Gerakan Syahwat Merdeka1


Oleh: Taufiq Ismail2

Sederetan gelombang besar menggebu-gebu menyerbu pantai Indonesia, naik ke daratan, masuk ke pedalaman. Gelombang demi gelombang ini datang susunbersusun dengan suatu keteraturan, mulai 1998 ketika reformasi meruntuhkan represi 39 tahun gabungan zaman Demokrasi Terpimpin dan Demokrasi Pembangunan, dan membuka lebar pintu dan jendela Indonesia. Hawa ruangan yang sumpek dalam dua zaman itu berganti dengan kesegaran baru. Tapi tidak terlalu lama, kini digantikan angin yang semakin kencang dan arus menderu-deru.

Kebebasan berbicara, berpendapat, dan mengeritik, berdiri-menjamurnya partaipartai politik baru, keleluasaan berdemonstrasi, ditiadakannya SIUPP (izin penerbitan pers), dilepaskannya tahanan politik, diselenggarakannya pemilihan umum bebas dan langsung, dan seterusnya, dinikmati belum sampai sewindu, tapi sementara itu silih berganti beruntun-runtun belum terpecahkan krisis yang tak habis-habis. Tagihan rekening reformasi ternyata mahal sekali.

Bahana yang datang terlambat dari benua-benua lain itu menumbuh dan

1 2

Pidato Kebudayaan Taufik Ismail di depan dosen-dosen IPB, 9 Januari 2007. Di penghujung pidatonya, beliau mengusap airmatanya, keprihatinan yang dalam atas sastra dan kondisi masyarakat yang ada.

167 | P a g e

menyuburkan kelompok permissif dan addiktif negeri kita, yang sejak 1998 naik daun. Arus besar yang menderu-deru menyerbu kepulauan kita adalah gelombang sebuah gerakan syahwat merdeka. Gerakan tak bersosok organisasi resmi ini tidak berdiri sendiri, tapi bekerjasama bahu-membahu melalui jaringan mendunia, dengan kapital raksasa mendanainya, ideologi gabungan yang melandasinya, dan banyak media massa cetak dan elektronik jadi pengeras suaranya.

Siapakah komponen gerakan syahwat merdeka ini?

PERTAMA adalah praktisi sehari-hari kehidupan pribadi dan kelompok dalam perilaku seks bebas hetero dan homo, terang-terangan dan sembunyi-sembunyi. Sebagian berjelas-jelas anti kehidupan berkeluarga normal, sebagian lebih besar, tak mau menampakkan diri.

KEDUA, penerbit majalah dan tabloid mesum, yang telah menikmati tiada perlunya SIUPP. Mereka menjual wajah dan kulit perempuan muda, lalu menawarkan jasa hubungan kelamin pada pembaca pria dan wanita lewat nomor telepon genggam, serta mengiklankan berbagai alat kelamin tiruan (kue pancong berkumis dan lemper berbaterai) dan boneka karet perempuan yang bisa dibawa bobok bersama.

KETIGA, produser, penulis skrip dan pengiklan acara televisi syahwat. Seks siswa dengan guru, ayah dengan anak, siswa dengan siswa, siswa dengan pria paruh baya, siswa dengan pekerja seks komersial --ditayangkan pada jam prime time, kalau pemainnya terkenal. Remaja berseragam OSIS memang menjadi sasaran segmen pasar penting tahun-tahun ini. Beberapa guru SMA menyampaikan keluhan pada saya. Citra kami guru-guru SMA di sinetron adalah citra guru tidak

cerdas, kurang pergaulan dan memalukan. Mari kita ingat ekstensifnya pengaruh
tayangan layar kaca ini. Setiap tayangan televisi, rata-rata 170.000.000 yang memirsa. Seratus tujuh puluh juta pemirsanya.

168 | P a g e

KEEMPAT, 4.200.000 (empat koma dua juta) situs porno dunia, 100.000 (seratus ribu) situs porno Indonesia di internet. Dengan empat kali klik di komputer, anatomi tubuh perempuan dan laki-laki, sekaligus fisiologinya, dapat diakses tanpa biaya, sama mudahnya dilakukan baik dari San Francisco, Timbuktu, Rotterdam mau pun Klaten. Pornografi gratis di internet luarbiasa besar jumlahnya. Seorang sosiolog Amerika Serikat mengumpamakan serbuan kecabulan itu di negaranya bagaikan gelombang tsunami setinggi 30 meter, dan kami melawannya dengan dua telapak tangan. Di Singapura, Malaysia, Korea Selatan situs porno diblokir pemerintah untuk terutama melindungi anak-anak dan remaja. Pemerintah kita tidak melakukan hal yang sama.

KELIMA, penulis, penerbit dan propagandis buku syahwat sastra dan sastra. Di Malaysia, penulis yang mencabul-cabulkan karyanya penulis pria. Di Indonesia, penulis yang asyik dengan wilayah selangkang dan sekitarnya mayoritas penulis perempuan. Ada kritikus sastra Malaysia berkata: Wah, pak Taufiq, pengarang

wanita Indonesia berani-berani. Kok mereka tidak malu, ya?. Memang begitulah,
RASA MALU ITU YANG SUDAH TERKIKIS, bukan saja pada penulis-penulis perempuan aliran s.m.s. (sastra mazhab selangkang) itu, bahkan lebih-lebih lagi pada banyak bagian dari bangsa.

KEENAM, penerbit dan pengedar komik cabul. Komik yang kebanyakan terbitan Jepang dengan teks dialog diterjemahkan ke bahasa kita itu tampak dari kulit luar biasa-biasa saja, tapi di dalamnya banyak gambar hubungan badannya, misalnya (bukan main) antara siswa dengan Bu Guru. Harganya Rp 2.000,-. Sebagian komik-komik itu tidak semata lucah saja, tapi ada pula kadar ideologinya. Ideologinya adalah anjuran perlawanan pada otoritas orangtua dan guru, yang banyak aturan ini-itu, termasuk terhadap seks bebas. Dalam salah satu komik itu saya baca kecaman yang paling sengit adalah pada Menteri Pendidikan Jepang. Tentu saja dalam teks terjemahan berubah, yang dikecam jadinya Menteri Pendidikan Nasional kita.

169 | P a g e

KETUJUH, produsen, pengganda, pembajak, pengecer dan penonton VCD/DVD biru. Indonesia kini jadi surga besar pornografi paling murah di dunia, diukur dari kwantitas dan harganya. Angka resmi produksi dan bajakan tidak saya ketahui, tapi literatur menyebut antara 2 juta-20 juta keping setahun. Harga yang dulu Rp 30.000,- sekeping, kini turun menjadi Rp 3.000,- bahkan lebih murah lagi. Dengan biaya 3 batang rokok kretek yang diisap 15 menit, orang bisa menonton sekeping VCD/DVD biru dengan pelaku kulit putih dalam 6 posisi selama 60 menit. Luarbiasa murah. Anak SD kita bisa membelinya tanpa risi tanpa larangan peraturan pemerintah. Seorang peneliti mengabarkan bahwa di Jakarta Pusat ada murid-murid laki-laki yang kumpul dua sore seminggu di rumah salah seorang dari mereka, lalu menayangkan VCD-DVD porno. Sesudah selesai mereka onani bersama-sama. Siswa sekolah apa, dan kelas berapa? Siswa SD, kelas lima. Tak diceritakan apa ekses selanjutnya.

KEDELAPAN, pabrikan dan konsumen alkohol. Minuman keras dari berbagai merek dengan mudah bisa diperoleh di pasaran. Kemasan botol kecil diproduksi, mudah masuk kantong celana, harga murah, dijual di kios tukang rokok di depan sekolah, remaja dengan bebas bisa membelinya. Di Amerika dan Eropa batas umur larangan di bawah 18 tahun. Negeri kita pasar besar minuman keras, jualannya sampai ke desa-desa.

KESEMBILAN, produsen, pengedar dan pengguna narkoba. Tingkat keterlibatan Indonesia bukan pada pengedar dan pengguna saja, bahkan kini sampai pada derajat produsen dunia. Enam juta anak muda Indonesia terperangkap sebagai pengguna, ratusan ribu menjadi korbannya.

KESEPULUH, pabrikan, pengiklan dan pengisap nikotin. Korban racun nikotin 57.000 orang/tahun, maknanya setiap hari 156 orang mati, atau setiap 9 menit seorang pecandu rokok meninggal dunia. Pemasukan pajak 15 trilyun (1996), tapi ongkos pengobatan berbagai penyakit akibatnya 30 trilyun rupiah. Mengapa

170 | P a g e

alkohol, narkoba dan nikotin termasuk dalam kategori kontributor arus syahwat merdeka ini? Karena sifat addiktifnya, kecanduannya, yang sangat mirip, begitu pula proses pembentukan ketiga addiksi tersebut dalam susunan syaraf pusat manusia. Dalam masyarakat permissif, interaksi antara seks dengan alkohol, narkoba dan nikotin, akrab sekali, sukar dipisahkan. Interaksi ini kemudian dilengkapi dengan tindak kriminalitas berikutnya, seperti pemerasan, perampokan sampai pembunuhan. Setiap hari berita semacam ini dapat dibaca di koran-koran.

KESEBELAS, pengiklan perempuan dan laki-laki panggilan. Dalam masyarakat permissif, iklan semacam ini menjadi jembatan komunikasi yang diperlukan.

KEDUABELAS, germo dan pelanggan prostitusi. Apabila hubungan syahwat sukasama-suka yang gratis tidak tersedia, hubungan dalam bentuk perjanjian bayaran merupakan jalan keluarnya. Dalam hal ini prostitusi berfungsi.

KETIGABELAS, dokter dan dukun praktisi aborsi. Akibat tujuh unsur pertama di atas, kasus perkosaan dan kehamilan di luar pernikahan meningkat drastis. Setiap hari dapat kita baca kasus siswa SMP/SMA memperkosa anak SD, satu-satu atau rame-rame, ketika papi-mami tak ada di rumah dan pembantu pergi ke pasar berbelanja. Setiap ditanyakan apa sebab dia/mereka memperkosa, selalu dijawab Karena terangsang sesudah menonton VCD/DVD biru dan ingin

mencobakannya. Praktisi aborsi gelap menjadi tempat pelarian, bila kehamilan


terjadi. Seorang peneliti dari sebuah universitas di Jakarta menyebutkan bahwa angka aborsi di Indonesia 2,2 juta setahunnya. Maknanya setiap 15 detik seorang calon bayi di suatu tempat di negeri kita meninggal akibat dari salah satu atau gabungan ketujuh faktor di atas. Inilah produk akhirnya. Luar biasa destruksi sosial yang diakibatkannya.

Dalam gemuruh gelombang gerakan syahwat merdeka ini, pornografi dan pornoaksi menjadi bintang panggungnya, melalui gemuruh kontroversi pro-kontra RUU APP. Karena satu-dua-atau beberapa kekurangan dalam RUU itu, yang total

171 | P a g e

kontra menolaknya, tanpa sadar terbawa dalam gelombang gerakan syahwat merdeka ini. Tetapi bisa juga dengan sadar memang mau terbawa di dalamnya.

Salah satu kekurangan RUU itu, yang perlu ditambah-sempurnakan adalah perlindungan bagi anak-cucu kita, jumlahnya 60 juta, terhadap kekerasan pornografi. Dalam hiruk pikuk di sekitar RUU ini, terlupakan betapa dalam usia sekecil itu 80% anak-anak 9-12 tahun terpapar pornografi, situs porno di internet naik lebih sepuluh kali lipat, lalu 40% anak-anak kita yang lebih dewasa sudah melakukan hubungan seks pra-nikah. Sementara anak-anak di Amerika Serikat dilindungi oleh 6 Undang-undang, anak-anak kita belum, karena undangundangnya belum ada. KUHP yang ada tidak melindungi mereka karena kunonya. Gelombang Syahwat Merdeka yang menolak total RUU ini berarti menolak melindungi anak-cucu kita sendiri.

Gerakan tak bernama tak bersosok organisasi ini terkoordinasi bahu-membahu menumpang gelombang masa reformasi mendestruksi moralitas dan tatanan sosial. Ideologinya neo-liberalisme, pandangannya materialistik, disokong kapitalisme jagat raya.

Menguji Rasa Malu Diri Sendiri

Seorang pengarang muda meminta pendapat saya tentang cerita pendeknya yang dimuat di sebuah media. Dia berkata, Kalau cerpen saya itu dianggap

pornografis, wah, sedihlah saya. Saya waktu itu belum sempat membacanya. Tapi
saya kirimkan padanya pendapat saya mengenai pornografi. Begini. Misalkan saya menulis sebuah cerpen. Saya akan mengetes, menguji karya saya itu lewat dua tahap. Pertama, bila tokoh-tokoh di dalam karya saya itu saya ganti dengan ayah, ibu, mertua, isteri, anak, kakak atau adik saya; lalu kedua, karya itu saya bacakan di depan ayah, ibu, mertua, isteri, anak, kakak, adik, siswa di kelas sekolah, anggota pengajian masjid, jamaah gereja; kemudian saya tidak merasa malu, tiada

172 | P a g e

dipermalukan, tak canggung, tak risi, tak muak dan tidak jijik karenanya, maka karya saya itu bukan karya pornografi. Tapi kalau ketika saya membacakannya di depan orang-orang itu saya merasa malu, dipermalukan, tak patut, tak pantas, canggung, risi, muak dan jijik, maka karya saya itu pornografis.

Hal ini berlaku pula bila karya itu bukan karya saya, ketika saya menilai karya orang lain. Sebaliknya dipakai tolok ukur yang sama juga, yaitu bila orang lain menilai karya saya. Setiap pembaca bisa melakukan tes tersebut dengan cara yang serupa. Pendekatan saya adalah pengujian rasa malu itu. Rasa malu itu yang kini luntur dalam warna tekstil kehidupan bangsa kita, dalam terlalu banyak hal. Sebuah majalah mesum dunia dengan selaput artistik, Playboy, menumpang taufan reformasi dan gelombang liberalisme akhirnya terbit juga di Indonesia. Majalah ini diam-diam jadi tempat pelatihan awal onani pembaca Amerika, dan kini, beberapa puluh tahun kemudian, dikalahkan internet, sehingga jadilah publik pembaca Playboy dan publik langganan situs porno internet Amerika masturbator terbesar di dunia. Majalah pabrik pengeruk keuntungan dari kulit tubuh perempuan ini, mencoba menjajakan bentuk eksploitasi kaum Hawa di negeri kita yang pangsa pasarnya luar biasa besar ini. Bila mereka berhasil, maka bakal berderet antri masuk lagi majalah anti-tekstil di tubuh perempuan dan fundamentalis-syahwat-merdeka seperti Penthouse, Hustler, Celebrity Skin, Cheri, Swank, Velvet, Cherry Pop, XXX Teens dan seterusnya.

Untuk mengukur sendiri rasa malu penerbit dan redaktur Playboy Indonesia, saya sarankan kepada mereka melakukan sebuah percobaan, yaitu mengganti model 4/5 telanjang majalah itu dengan ibu kandung, ibu mertua, kakak, adik, isteri dan anak perempuan mereka sendiri. Saran ini belum berlaku sekarang, tapi kelak suatu hari ketika Playboy Indonesia keluar perilaku aslinya dalam masalah ketelanjangan model yang dipotret. Sekarang mereka masih malu-malu kucing. Sesudah dibuat dalam edisi dummy, promosikan foto-foto itu di 10 saluran televisi dan 25 suratkabar. Bagaimana? Berani? Malu atau tidak?

173 | P a g e

Pendekatan lain yang dapat dipakai juga adalah menduga-memperkirakanmengingat akibat yang mungkin terjadi sesudah orang membaca karya pornografis itu. Sesudah seseorang membaca, katakan cerpen yang memberi sugesti secara samar-samar terjadinya hubungan kelamin, apalagi kalau dengan jelas mendeskripsikan adegannya, apakah dengan kata-kata indah yang dianggap sastrawi atau kalimat-kalimat brutal, maka pembaca akan terangsang.

Sesudah terangsang yang paling penakut akan onani dan yang paling nekat akan memperkosa. Memperkosa perempuan dewasa tidak mudah, karena itu anak kecil jadi sasaran. Perkosaan banyak terjadi terhadap anak-anak kecil masih bau susu bubuk belum haid yang di rumah sendirian karena papi-mami pergi kerja, pembantu pergi ke pasar, jam 9-10 pagi.

Anak-anak tanggung pemerkosa itu, ketika diinterogasi dan ditanya kenapa, umumnya bilang karena sesudah menonton VCD porno mereka terangsang ingin mencoba sendiri. Merayu orang dewasa takut, mendekati perempuan-bayaran tidak ada uang. Kalau diteliti lebih jauh kasus yang sangat banyak ini (peneliti yang rajin akan bisa mendapat S-3 lewat tumpukan guntingan koran), mungkin saja anak itu juga pernah membaca cerita pendek, puisi, novel atau komik cabul.

Akibat selanjutnya, merebak-meluaslah aborsi, prostitusi, penularan penyakit kelamin gonorrhoea, syphilis, HIV-AIDS, yang meruyak di kota-kota besar Indonesia berbarengan dengan akibat penggunaan alkohol dan narkoba yang tak kalah destruktifnya.

Akibat Sosial Ini Tak Pernah Dipikirkan Penulis

Semua rangkaian musibah sosial ini tidak pernah difikirkan oleh penulis cerpenpuisi-novelis erotis yang umumnya asyik berdandan dengan dirinya sendiri, mabuk posisi selebriti, ke sana disanjung ke sini dipuji, tidak pernah bersedia

174 | P a g e

merenungkan akibat yang mungkin ditimbulkan oleh tulisannya. Sejumlah cerpen dan novel pasca reformasi sudah dikatakan orang mendekati VCD/DVD porno tertulis. Maukah mereka membayangkan, bahwa sesudah sebuah cerpen atau novel dengan rangsangan syahwat terbit, maka beberapa ratus atau ribu pembaca yang terangsang itu akan mencontoh melakukan apa yang disebutkan dalam alinea-alinea di atas tadi, dengan segala rentetan kemungkinan yang bisa terjadi selanjutnya?

Destruksi sosial yang dilakukan penulis cerpen-novel syahwat itu, beradik-kakak dengan destruksi yang dilakukan produsen-pengedar-pembajak-pengecer VCD/DVD porno, beredar (diperkirakan) sebanyak 20 juta keping, yang telah meruyak di masyarakat kita, masyarakat konsumen pornografi terbesar dan termurah di dunia. Dulu harganya Rp. 30.000,- sekeping, kini Rp. 3.000,- sama murahnya dengan 3 batang rokok kretek. Mengisap rokok kretek 15 menit sama biayanya dengan memiliki dan menonton sekeping VCD/DVD syahwat sepanjang 60 menit itu. Bersama dengan produsen alkohol, narkoba dan nikotin, mereka tidak sadar telah menjadi unsur penting pengukuhan masyarakat permissif-addiktif serba-boleh-apa-saja-genjot, yang dengan bersemangat melabrak apa yang mereka anggap tabu selama ini, berpartisipasi meluluh-lantakkan moralitas anak bangsa.

Perzinaan yang Hakekatnya Pencurian adalah Ciri Sastra Selangkang

Akhirnya sesudah mendapatkan korannya, saya membaca cerpen karya penulis yang disebut di atas. Dalam segi teknik penulisan, cerpen itu lancar dibaca. Dalam segi isi sederhana saja, dan secara klise sering ditulis pengarang Indonesia yang pertama kali pergi ke luar negeri, yaitu pertemuan seorang laki-laki di negeri asing dengan perempuan asing negeri itu. Kedua-duanya kesepian. Si laki-laki Indonesia lupa isteri di kampung. Di akhir cerita mereka berpelukan dan berciuman. Begitu saja. Dalam interaksi yang kelihatan iseng itu, cerpenis tidak menyatakan sikap

175 | P a g e

yang jelas terhadap hubungan kedua orang itu. Akan ke mana hubungan itu berlanjut, juga tak eksplisit. Apakah akan sampai pada hubungan pernikahan atau perzinaan, kabur adanya.

Perzinaan adalah sebuah pencurian. Yang melakukan zina, mencuri hak orang lain, yaitu hak penggunaan alat kelamin orang lain itu secara tidak sah. Pezina melakukan intervensi terhadap ruang privat alat kelamin yang dizinai. Dia tak punya hak untuk itu. Yang dizinai bersekongkol dengan yang melakukan penetrasi, dia juga tak punya hak mengizinkannya. Pemerkosa adalah perampok penggunaan alat kelamin orang yang diperkosa. Penggunaan alat kelamin seseorang diatur dalam lembaga pernikahan yang suci adanya.

Para pengarang yang terang-terangan tidak setuju pada lembaga pernikahan, dan/ atau melakukan hubungan kelamin semaunya, yang tokoh-tokoh dalam karyanya diberi peran syahwat merdeka, adalah rombongan pencuri bersuluh sinar rembulan dan matahari. Mereka maling tersamar. Mereka celakanya, tidak merasa jadi maling, karena (herannya) ada propagandis sastra menghadiahi mereka glorifikasi, dan penerbit menyediakan gratifikasi. Propagandis dan penerbit sastra semacam ini, dalam istilah kriminologi, berkomplot dengan maling.

Hal ini berlaku bukan saja untuk karya (yang dianggap) sastra, tapi juga untuk bacaan turisme, rujukan tempat hiburan malam, dan direktori semacam itu. Buku petunjuk yang begitu langsung tak langsung menunjukkan cara berzina, lengkap dengan nama dan alamat tempat berkumpulnya alat-alat kelamin yang dapat dicuri haknya dengan cara membayar tunai atau dengan kartu kredit gesekan.

Sastra selangkang adalah sastra yang asyik dengan berbagai masalah wilayah selangkang dan sekitarnya. Kalau di Malaysia pengarang-pengarang yang mencabul-cabulkan karya kebanyakan pria, maka di Indonesia pengarang sastra selangkang mayoritas perempuan. Beberapa di antaranya mungkin memang nymphomania atau gila syahwat, hingga ada kritikus sastra sampai hati

176 | P a g e

menyebutnya vagina yang haus sperma. Mestinya ini sudah menjadi kasus psikiatri yang baik disigi, tentang kemungkinannya jadi epidemi, dan harus dikasihani.

Bila dua abad yang lalu sejumlah perempuan Aceh, Jawa dan Sulawesi Selatan naik takhta sebagai penguasa tertinggi kerajaan, Sultanah atau Ratu dengan kenegarawanan dan reputasi terpuji, maka di abad 21 ini sejumlah perempuan Indonesia mencari dan memburu tepuk tangan kelompok permissif dan addiktif sebagai penulis sastra selangkang, yang aromanya jauh dari wangi, menyiarkan bau amis-bacin kelamin tersendiri, yang bagi mereka parfum sehari-hari. Dengan Ringan Nama Tuhan Dipermainkan

Di tahun 1971-1972, ketika saya jadi penyair tamu di Iowa Writing Program, Universitas Iowa, di benua itu sedang heboh-hebohnya gelombang gerakan perempuan. Kini, 34-an tahun kemudian, arus riaknya sampai ke Indonesia. Kaum feminis Amerika waktu itu sedang gencar-gencarnya mengumumkan pembebasan kaum perempuan, terutama liberasi kopulasi, kebebasan berkelamin, di koran, majalah, buku dan televisi.

Menyaksikan penampilan para maling hak penggunaan alat kelamin orang lain itu di layar kaca, yang cengengesan dan mringas-mringis seperti Gloria Steinem dan semacamnya, banyak orang mual dan jijik karenanya. Mereka tidak peduli terhadap epidemi penyakit kelamin HIV-AIDS yang meruyak menyebar seantero Amerika Serikat waktu itu, menimpa baik orang laki-laki maupun perempuan, hetero dan homoseksual, akibat kebebasan yang bablas itu.

Di setasiun kereta api bawah tanah New York, seorang laki-laki korban HIV-AIDS menadahkan topi mengemis. Belum pernah saya melihat kerangka manusia berbalut kulit tanpa daging dan lemak sekurus dia itu. Sinar matanya kosong, suaranya parau.

177 | P a g e

Kematian banyak anggota kelompok ini, terutama di kalangan seniman di tahun 1970-an, tulis seorang esais, bagaikan kematian di medan perang Vietnam. Sebuah orkestra simfoni di New York, anggota-anggotanya bergiliran mati saban minggu karena kejangkitan HIV-AIDS dan narkoba, akibat kebebasan bablas itu. Para pembebas kaum perempuan itu tak acuh pada bencana menimpa bangsa karena asyik mendandani penampilan selebriti diri sendiri. Saya sangat heran. Sungguh memuakkan.

Kalimat bersayap mereka adalah, This is my body. Ill do whatever I like with my

body. Ini tubuhku. Aku akan lakukan apa saja yang aku suka dengan tubuhku ini. Congkaknya luar biasa, seolah-olah tubuh mereka itu ciptaan mereka sendiri,
padahal tubuh itu pinjaman kredit mencicil dari Tuhan, cuma satu tingkat di atas sepeda motor Jepang dan Cina yang diobral di iklan koran-koran.

Mereka tak ada urusan dengan Maha Produser Tubuh itu. Penganjur masyarakat permissif di mana pun juga, tidak suka Tuhan dilibatkan dalam urusan. Percuma bicara tentang moral dengan mereka. Dengan ringan nama Tuhan dipermainkan dalam karya. Situasi kita kini merupakan riak-riak gelombang dari jauh itu, dari abad 20 ke awal abad 21 ini, advokatornya dengan semangat dan stamina mirip anak-anak remaja bertopi bisbol yang selalu meniru membeo apa saja yang berasal dari Amerika Utara itu.

Penutup

Ciri kolektif seluruh komponen Gerakan Syahwat Merdeka ini adalah budaya malu yang telah kikis nyaris habis dari susunan syaraf pusat dan rohani mereka, dan tak adanya lagi penghormatan terhadap hak penggunaan kelamin orang lain yang disabet-dicopet-dikorupsi dengan entengnya. Tanpa memiliki hak penggunaan kelamin orang lain, maka sesungguhnya Gerakan Syahwat Merdeka adalah maling dan garong genitalia, berserikat dengan alkohol, nikotin dan narkoba, menjadi

178 | P a g e

perantara kejahatan, mencecerkan HIV-AIDS, prostitusi dan aborsi, bersuluh bulan dan matahari.***

[IPB, 9 Januari 2007]

179 | P a g e

Opini - Republika

Selasa, 01 April 2008

Kelaparan dan Disfungsi Negara


Oleh: Suswono Wakil Ketua Komisi IV DPR RI dari Fraksi PK Sejahtera

Berita media tentang kematian seorang ibu hamil serta seorang anaknya karena kelaparan di Makassar sungguh sangat memilukan dan menghentak nurani bangsa ini. Fakta tersebut ternyata masih belum selesai.

Selanjutnya, muncul tayangan dan berita tentang fenomena anak-anak meregang nyawa karena busung lapar di Trenggalek dan NTT. Bahkan, daerah yang dekat dengan pusat pemerintahan, yaitu Kota Bekasi juga tidak luput dari kasus balita yang menderita busung lapar.

Fakta penderitaan balita yang mengalami busung lapar dan sejumlah fenomena dampak kemiskinan lainnya layak membuat kita bertanya ulang tentang fungsi negara. Untuk apa negara ini didirikan kalau tidak untuk menjamin kebutuhan pokok warga negaranya? Apa fungsi negara ini kalau tidak untuk mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh warga negaranya?

180 | P a g e

Busung lapar dan kelaparan menurut pakar gizi adalah bentuk ekstrem kemiskinan. Para pakar juga mengatakan bahwa fenomena busung lapar dan kelaparan adalah fenomena puncak gunung es. Artinya, ada sejumlah besar kasus kelaparan yang tidak terungkap ke permukaan karena publik tidak dapat mengaksesnya akibat pihak yang mengalami masalah tersebut menyimpan dalamdalam masalahnya atas alasan malu, kehilangan harapan akan adanya bantuan, dan sekian banyak alasan lainnya.

Kelaparan vs Korporasi

Sehubungan dengan fenomena kelaparan dan busung lapar yang terjadi pada bangsa Indonesia, pertanyaan yang layak kita ajukan adalah mengapa bisa terjadi hal yang sedemikian ini? Ironis ketika bangsa ini berhasil membuat segelintir perusahaan multinasional menjadi raksasa dunia ekonomi, tetapi di sisi lain gagal hanya untuk memberikan kebutuhan karbohidrat bagi rakyatnya.

Dalam laporan pendapatannya pada 2007, pihak Exxon Mobil memperoleh keuntungan yang fantastis, yaitu sebesar 40,6 miliar dolar AS atau setara dengan Rp 3.723,02 triliun (dengan kurs Rp 9.170). Nilai penjualan Exxon Mobil mencapai 404 miliar dolar AS, melebihi Gross Domestic Product (GDP) dari 120 negara di dunia.

Setiap detiknya Exxon Mobil berpendapatan Rp 11.801.790, sedangkan perusahaan minyak AS lainnya, Chevron, melaporkan keuntungan yang diperolehnya selama tahun 2007 mencapai 18,7 miliar dolar AS atau setara dengan nilai Rp. 171,479 triliun. Hal ini juga didapatkan oleh Royal Ducth Shell yang menyebutkan nilai profit yang mereka dapatkan selama setahun mencapai 31 miliar dolar AS atau setara dengan Rp 284,27 triliun.

181 | P a g e

Di tengah kemakmuran yang berlebihan yang didapat para perusahaan multinasional dalam menikmati sumberdaya alam Indonesia, kita terpuruk dengan angka kemiskinan yang tinggi. Terserah kita ingin menggunakan angka kemiskinan yang mana. Yang sangat moderat ala BPS yang jumlahnya 37,17 juta jiwa (16,58 persen) penduduk Indonesia atau angka yang lebih mengejutkan seperti yang disampaikan Bank Dunia, yakni 49,5 persen rakyat Indonesia berpendapatan di bawah dua dolar AS/hari alias miskin. Kedua angka itu menunjukkan jumlah puluhan juta anak bangsa ini miskin dan pada saat yang bersamaan puluhan bahkan ratusan triliun sumberdaya alam republik ini dinikmati oleh perusahaan asing.

Cermin Disfungsi Negara

Gap yang dalam antara idealita konstitusi tentang pemanfaatan sumberdaya alam untuk sepenuhnya bagi kesejahteraan rakyat dan realita puluhan juta rakyat yang masih bergelut dengan kemiskinan merefleksikan disfungsi negara dalam menyejahterakan rakyat. Disfungsi yang pertama tampak dalam hal fungsi distributif negara, yakni bagaimana negara mengalokasi sumberdaya, anggaran, kesempatan ekonomi secara adil. Adalah suatu keniscayaan dalam kehidupan ekonomi akan ada pihak-pihak yang termarjinalkan oleh mekanisme pasar.

Mereka-mereka ini harus ditolong dan itu menjadi peran negara yang bisa membantu mereka melalui fungsi distributifnya. Busung lapar dan kelaparan adalah bentuk kemiskinan yang absolut dan itu adalah parameter kegagalan yang telak tentang peran negara mewujudkan fungsi distributifnya.

Fenomena kemiskinan ekstrem dalam bentuk busung lapar dan kelaparan juga mencerminkan kegagalan negara dalam mewujudkan fungsi stabilitatifnya. Fungsi ini menurut para pakar ekonomi publik lahir karena bertolak pada kenyataan bahwa para pelaku ekonomi pada keadaan-keadaan tertentu tidak berdaya

182 | P a g e

mengatasi masalah ekonomi yang mereka hadapi sehingga kalau dibiarkan begitu saja akan menimbulkan instabilitas perekonomian secara keseluruhan.

Masalah pengangguran adalah contoh masalah yang akan menimbulkan instabilitas perekonomian. Dari mazhab Keynesian kita mengetahui bahwa ketika pengangguran hadir dan tidak bisa diatasi hanya dari investasi swasta maka investasi negara harus hadir untuk menyerap tenaga kerja yang ada. Peran ini dikatakan peran stabilitatif karena dengan masifnya pengangguran bukan saja berimbas pada shock perekonomian, tetapi juga bisa merembet pada shock sosial-politik lainnya yang bisa menimbulkan kerugian besar negara. Shock sosial politik sebagai dampak pengangguran akan terjadi ketika pengangguran itu berlanjut menjadi kemiskinan, apalagi ketika kemiskinan absolut menjadi eksis.

Kebijakan Solutif

Solusi mengatasi masalah kemiskinan dan kelaparan ini terletak pada dua bentuk kebijakan, yakni proteksi dan subsidi. Hanya dalam konteks kekinian kita, ada pertanyaan klasik yang selalu layak untuk dimunculkan tentang kebijakan proteksi dan subsidi di negara kita, yakni apakah kebijakan itu telah mencapai targetnya. Target yang kita maksud adalah target orang maupun target filosofisnya.

Target orang adalah subsidi, dinikmati oleh masyarakat marjinal yang membutuhkannya. Target filosofi, subsidi berhasil membantu masyarakat marjinal dan miskin tersebut keluar dari kemiskinan dan kemarjinalannya. Permasalahan yang terjadi adalah ketidakefektifannya subsidi dan proteksi. Mengapa hal ini bisa terjadi? Jawaban singkatnya karena terjadi goverment failure, suatu terminologi yang merujuk bahwa gagalnya intervensi pemerintah dalam mencapai target kebijakan yang ditetapkannya karena masalah-masalah yang inheren ada dalam tubuh pemerintah itu sendiri.

183 | P a g e

Di era reformasi, untuk mengatasi masalah government failure tentulah tidak cukup dengan kebijakan semata (political will). Artinya, para elite negara ketika memutuskan suatu political will dalam bentuk pemberian subsidi dan proteksi kepada masyarakat miskin dan marjinal, tidak cukup hanya dicanangkan, dideklarasikan, atau bahkan ditulis dalam perundang-undangan. Namun, semua kebijakan tersebut harus dikawal dengan ketat di lapangan, dipantau, dan dievaluasi sendiri oleh pejabat yang mengeluarkannya dari hari ke hari implementasinya.

184 | P a g e

Penyebab Rusaknya Ilmu


Oleh: Shohib Khoiri Mahasiswa tingkat akhir Universitas al-Azhar Kairo

Sudah empat belas abad yang lalu Rasulullah mewanti-wanti kita akan adanya ulama suu' (buruk), mereka tidak mengajak kita kepada surga, akan tetapi justru mengajak kita kepada neraka. "Gelar" cendekiawan sering kali melenakan kita dan menipu kita, sehingga kita terkagum-kagum dan membenarkan segala perkataannya tanpa memperhatikan maksudnya. Saya teringat dengan nasehat kyai saya dahulu ketika masih di pesantren tentang bahaya penyakit ini, beliau berkata kurang lebih "Sebesar apa pun kecintaan kita pada seorang ulama atau orang-orang yang benar, maka janganlah hal tersebut melebihi cinta kita kepada kebenaran, karena orang benar tidak akan selamanya benar, sedangkan kebenaran selamanya akan benar". Mungkin ini sesuai dengan pepatah arab "undzur maa qaala wa laa tandzur man qaala", lihatlah apa yang dikatakan tetapi janganlah engkau melihat siapa yang mengatakannya.

Kalaulah kepada orang-orang yang 'alim dan pintar kita tidak boleh terkagumkagum dan taqlid buta, maka apalah jadinya jika seandainya kita terkagum-kagum kepada al-Muta'aalim (bukan al-muta'allim) yaitu orang-orang memperlihatkan diri seakan-akan berilmu, padahal tidak. Ulama-ulama terdahulu sudah mewantiwanti akan hadirnya golongan al-muta'aalim ini, mereka banyak berkata-kata

185 | P a g e

tentang agama dan ijtihad padahal mereka belum sampai pada derajat mujtahid, merekalah yang merusak ilmu dan agama. Maka tidak heran jika Ibnu Abidil Barr al-Qurthuby berkata dalam Jami'nya dan al-Ghazali dalam Ihyanya "Lau sakata man lam ya'lam saqatha al-khilaf" (jika orang-orang yang tidak tahu diam niscaya tidak akan terjadi perselisihan) .

Islam adalah agama yang mengenal istilah otoritas, Islam melarang kita untuk berbicara tentang dien semau mulut kita, Islam mengajarkan kepada kita untuk bertanya tentang agama kepada mereka yang tahu atau ahli dalam bidangnya, fas-aluu ahla adz-dzikr in kuntum laa ta'lamun. Lalu siapakan para ulama itu? Allah berfirman: Innama yakhsyaLLaha min 'ibaadihi al-ulama.. (Sesungguhnya yang paling takut kepada Allah dari hamba-hamba- Nya adalah Ulama). Imam Ibnu Katsir dalam Tafsir al-Quran al-A'dzimnya mengutip perkataan Ibnu Abbas mengenai pengertian kata ulama dalam ayat ini, beliau berkata: al'aalim bi arRahman man lam yusyrik bihi syai-an wa ahalla halaalahu wa harrama haraamahu wa hafidza washiyyatahu wa aiqana annahu mulaaqiihi wa muhaasab bi'ilmihi (orang yang mengenal ar-Rahman dengan tidak mempersekutukannya, menghalalkan apa-apa yang dihalalkannya, mengharamkan apa yang diharamkan oleh-Nya, menjaga segala wasiat-Nya/ perintah-Nya dan yakin bahwa ia akan bertemu dengan-Nya serta akan dimintai pertanggungjawaban atas ilmu yang dimilikinya). Dari perkataan beliau sudah sangat jelas bahwa ulama adalah mereka yang mempunyai karakter di atas, yang dapat menyatukan antara ilmu dan amal dan yakin bahwa ilmu mereka akan dipertanggungjawabk an di akhirat kelak, maka dari itu ulama bukanlah mereka yang menghalalkan homoseksual/ lesbian, menghalalkan pernikahan muslimah dengan nonmuslim, menginjak lembaranlembaran al-Quran atau mengatakan tidak ada hukum Allah di muka bumi walaupun mereka bergelar "cendekiawan" . Benarlah apa yang dikatakan oleh Sufyan ats-Tsauriy: Ta'awwadzu billah min fitnatil 'aabid al-jaahil wa min fitnati al'aalim al-faajir, fa-inna fitnatahuma fitnatun likulli maftuun (Berlindunglah kepada Allah dari fitnah seorang ahli ibadah yang jahil dan dari fitnah seorang 'alim yang gemar maksiat, karena fitnah keduanya ibarat sihir bagi orang-orang yang tersihir)

186 | P a g e

Menurut Syeikh Bakr Abu Zaid Rahimahullah, seorang ulama yang tidak diragukan lagi keilmuan dan kesholehannya, salah satu faktor penyebab rusaknya ilmu sehingga terjadi berbagai macam perselisihan adalah: An ya'taqida al-insan fii nafsihi aw yu'taqada bihi annahu min ahli al-'ilm wa al-ijthaad fii ad-diin wa lam yablugh tilka ad-darajah fa ya'mal 'alaa dzaalika ( jika seseorang yakin atau diyakini bahwa ia termasuk ahli ilmu padahal ia belum sampai pada derajat tersebut kemudian ia beramal sesuai dengan ilmu yang ia yakini).. Mereka berkata-kata tentang agama berdasarkan akal mereka atau mungkin mereka belajar kepada orang-orang men"tuhan"kan akal mereka..

Inilah apa yang disabdakan oleh Nabi Shallallah 'alaihi wa sallam: Laa yaqbidhuLLah intizaa'an yantazi'uhu min an-naas, wa laakin yaqbidhu al-'ilma biqabdhi al-'ulama, hataa idzaa lam yabqa 'aalimun ittakhadza an-naas ru'asaa juhaalan fa su-iluu fa aftuu bi ghairi 'ilm fa dhallu wa adhallu (Tidaklah Allah mencabut ilmu dengan cara melepaskannya dari manusia, akan tetapi Dia mencabutnya dengan cara mencabut ruh para ulama, sehingga jika tidak tersisa seorang 'alim diambillah oleh manusia orang-orang yang bodoh sebagai panutan, mereka ditanya dengan berbagai macam pertanyaan dan mereka pun berfatwa tanpa ilmu, maka mereka sesat dan menyesatkan).

Inilah salah satu penyakit yang sering kali menyerang para "ulama", yaitu malu untuk berkata tidak tahu atau ada keinginan untuk mengshowkan diri agar dapat disebut sebagai 'alim atau cendekiawan. Mereka senang untuk ditanya padahal tidak tahu, tidak memperhatikan atau bahkan tidak segan-segan melanggar apaapa yang sudah jelas dalam agama.. Mereka seperti apa yang dikatakan oleh Bisyr al-Hafy: Man ahabba an yus-al fa laisa bi ahlin an yus-al (Barang siapa yang senang untuk ditanya maka dia bukanlah orang yang tepat untuk ditanya).

Perhatikanlah contoh mulia ketawadhuan dan kehati-hatian terhadap ilmu dari seorang ulama yang telah lama mendahului kita, yaitu al-Imam asy-Sya'biy, suatu

187 | P a g e

ketika dikatakan kepada beliau: Kami malu atas sikapmu ketika engkau ditanya engkau mengatakan aku tidak tahu. Beliau berkata: Mengapa kita mesti malu, sedangkan malaikat saja tidak malu ketika ditanyakan kepada mereka perkara yang mereka tidak ketahui seraya berkata "Maha Suci Engkau tidaklah kami mengetahui kecuali apa-apa yang Engkau ajarkan kepada Kami". (al-Baqarah: 32)

Selain itu perhatikanlah contoh-contoh ketawadhuan dan kehati-hatian para ulama kita terdahulu:

Imam Malik: Ketika ditanya puluhan pertanyaan kepadanya beliau tidak menjawabnya kecuali hanya sedikit, akan tetapi hal tersebut tidak membuat harga diri beliau turun atau jatuh.

Imam Ibnu Hibban: Ketika beliau mengarang bukunya (ats-Tsiqat) beliau sering terganjal ketika menulis biografi para rijal hadits dan berkata: Aku tidak tahu siapa dia dan aku pun tidak mengetahui siapakah ayahnya.

Imam Adz-Dzahabiy: Berhenti ketika membandingkan keutamaan antara Ummul Mu'minin Khadijah dan Ummul Mu'minin 'Aisya Radhiyallah 'anhuma.

Kalaulah para ulama di atas begitu tawadhu dan hati-hati terhadap ilmu, maka siapalah kita yang baru belajar agama kemarin sore. Mungkinkah kita berkata-kata tentang agama semau akal kita dengan keilmuan kita yang serba pas-pasan. Apakah melalui mulut kita umat ini mendapat hidayah ataukah sebaliknya justru karena mulut kitalah umat ini menjadi sesat.. Na'udzubillah.

Jika sekiranya seekor keledai memakai sehelai sutra Maka tetaplah orang-orang akan memanggilnya: wahai keledai

188 | P a g e

Fundamentalisme dan Kegagalan Liberalisme


Dalam bahasa Arab, fundamentalisme diartikan ushuliyyah (dasar, pokok, pondasi) yang merujuk Al-Quran, as-Sunnah. Tapi mengapa tiba-tiba diartikan menjadi negatif?

Oleh: Rifqi Fauzi Mahasiswa Jurusan Hadits Universitas al-Azhar, Kairo, Mesir Ketua Association for Research and Islamic Studies (ARIS) Perwakilan PERSIS Mesir

Pasca kejadian 11 september di Amerika, istilah terorisme selalu diidentikkan dengan Islam fundamentalis. Setidaknya jika terjadi pengeboman, maka Islam (AS menyebunya Islam fundamentalis akan selalu dibawa-bawa sebagai salah satu pelakunya) walaupun bukti akurat belum ditemukan.

Istilah fundamentalis tidak saja disebut sebagai teroris dan pembuat kekerasan atas nama agama, namun fundamentalis juga diidentikan dengan orang yang tidak toleran, jumud dan terbelakang.

Bahkan, tak kalah naifnya, ilmuan dan cendekiawan Muslim ikut memasarkan istilah itu dengan mengatakan bahwa keterpurukan umat Islam sekarang adalah

189 | P a g e

dikarenakan faham fundamentalisme. Lalu diagungkanlah liberalisme, sebagai suatu faham yang diyakini sebagai sumber kemaslahatan dan kemajuan dunia. Benarkah bahwa liberalisme merupakan sumber kedamaian di dunia ini dan benarkah fundamentalisme sebagai biang keladi ketidakharmonisan dan anti kedamaian?

Fundamentalisme dan Akar Kristen

Fundamentalisme secara terminologi berasal dari kata fundamental yang mempunyai makna basic and important ( mendasar dan pokok) seperti pada kalimat There is a fundamental difference between your opinion and mine. (Miranda Steel: 2002). Sehingga fundamentalisme merupakan usaha untuk mempertahankan dan mengamalkan ajaran-ajaran pokok suatu agama.

Kata ini pada mulanya muncul dalam agama Kristen, dalam sebuah rapat Nothern Baptist Convention tahun 1920, Curtis Lee Laws mendefinisikan fundamentalis sebagai seorang yang siap untuk merebut kembali wilayah yang jatuh ke Antikristus dan melakukan pertempuran agung untuk membela dasar-dasar agama (Karen Armstrong: 2002) Bulan Agustus 1917, William Bell Riley berunding dengan A.C. Dixon (1854-1925 M) salah seorang editor buku The Fundamentals, dan Revivalis Reuben Torrey (1856-1928 M), memutuskan untuk membuat World Christian Fundamentals Association (WCFA) yang bertujuan untuk menyebarluaskan intrerpretasi injil.

Dalam bahasa Arab kata fundamentalisme diartikan ushuliyyah yang berasal dari kata ashlun, yang mempunyai arti tidak jauh berbeda dengan kata Inggrisnya, yaitu dasar, pokok, pondasi. Seperti dalam ushul fikih, kita mengenal pengertian

ashlun sebagai ma bunia alaihi ghairuhu (pondasi). Islam mempunyai ushul


sebagai landasan ajarannya, seperti Al-Quran, as-Sunnah, ilmu tafsir, ilmu hadits, fikih dan ushul fikih-nya. Jadi ushuliyyah adalah orang-orang yang memegang

190 | P a g e

teguh pokok-pokok ajaran suatu agama. Sehingga penulis berkesimpulan bahwa kata fundamentalisme ataupun ushuliyyah tidak mempunyai konotasi negatif meski penulis tidak setuju jika terorisme, radikalisme, bom bunuh diri yang dilakukan bukan pada wilayah perang, dan pemikiran jumud dinamakan fundamentalisme atau ushuliyyah, karena hal tersebut bertentangan dengan ushul Islam.

Bagi penulis kata ushuliyyah lebih tepat ditempatkan bagi orang-orang yang benar-benar memegang teguh ajaran Islam yang sesuai dengan Al-Quran, sunnah, atsar sahabat dan mashadir Islam lainnya. Meminjam ungkapan Yusuf Qardhawi, kalaulah sejak dulu Islam mengajarkan dan disebarluaskan dengan cara perang dan kekerasan, maka tidak mungkin Islam diterima begitu luas oleh masyarakat dunia (Yusuf Qardhawi: Khatbu as-Syaikh al-Qaradhawi). Adapun mengenai Fatwa sesat MUI terhadap aliran-aliran sesat tentunya hal ini bukanlah sikap radikal atau ekstrim, karena menurut fitrah dan akal manusiapun merupakan suatu hal yang wajar, di mana seorang manusia ataupun budaya tidak akan ada yang mau, jika ada yang merubah dan mencela identitas aslinya.

Kegagalan Liberalisme

John Stuart Mal (1806-1873 M) dalam bukunya On Liberty, sebagaimana yang dikutip oleh Abdu ar-Rahim bin Somail as-Silmy dalam bukunya, al-Libraliyah;

Nasyatuha Wa Majalatuha, memberi pengertian bahwa liberalisme bukan hanya


dalam masalah politik dan ekonomi, sebagaimana yang diusung oleh John Lock dan Smith, akan tetapi liberalisme adalah kebebasan yang mencakup seluruh aspek kehidupan. Selanjutnya dia mengomentari masalah agama, bahwa komunitas beragama tidak termasuk liberal sebab mereka dikekang oleh kesewenangan agama itu sendiri, dia juga mengkritik kepada seluruh agama dan kepada masyarakat yang fundamental dalam menjalankan ajarannya. Sehingga bisa disimpulkan bahwa inti dari liberalisme adalah menghilangkan ajaran agama

191 | P a g e

dari muka bumi ini. Dan konsekwensi dari hilangnya agama tentunya tidak ada lagi yang namanya kebenaran hakiki, semua orang bebas berbuat dan bebas berpikir untuk mengeluarkan pendapat atau menerima dan memegang suatu pendapat. Sampai walaupun pendapat itu dapat menghancurkan kehidupan dunia. Benar dan salah hanya milik orang atau suatu Negara yang kuat atau dengan istilah lain siapa yang kuat dia yang dapat (huku rimba). Dengan kekuatannya yang benar menjadi salah dan yang salah menjadi benar dan itulah yang terjadi di dunia sekarang ini.

Salah satu bukti bahwa liberalisme berakibat dapat memegang suatu pemikiran yang walaupun pemikiran itu berbahaya, adalah teori-teori Darwinisme yang banyak diagung-agungkan oleh dunia Barat (sebagai pengagum liberalisme) . Darwinisme mengajarkan tentang seleksi alam dan rasisme, sehingga teorinya telah melahirkan berbagai pemikiran dan gerakan terorisme seperti Nazi, Zionisme dengan rasisme Yahudinya, Marxisme dengan teorinya bahwa sejarah manusia adalah sejarah peperangan antar kelas masyarakat, kolonialisme dan kapitalisme.

Robert Wright dalam bukunya The Moral Animal sebagaimana dikutip oleh Harun Yahya mengatakan: Tidak dapat dipungkiri, teori evolusi memiliki sejarah panjang yang kelam dalam penerapannya pada hubungan antar manusia. Setelah bercampur dengan filsafat politik di sekitar peralihan abad ini, untuk membentuk ideologi yang tidak jelas, yang dikenal dengan Darwinisme Sosial, ideologi ini digunakan oleh kaum rasis, fasis dan kapitalis yang tidak memiliki hati nurani (Harun Yahya, The Disasters Darwinism Brought to Humanity , 2001)

William Jennings Bryan (1860-1952 M), seorang politisi dari kubu demokrat yang juga seorang Presbiterian (gerakan Calvinisme yang didirikan di Scotlandia) pada tahun 1920, dia melancarkan kampanye menentang diajarkannya teori evolusi di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi. Menurut pandangannya, bahwa darwinismelah yang bertanggung jawab terhadap kekejaman Perang Dunia I (Karen Armstrong:2002) . Aksi penjajahan yang sekarang banyak dilakukan Israel,

192 | P a g e

Amerika dan sekutunya telah melahirkan gerakan bom bunuh diri sebagai langkah pembalasan terhadap kejahatan mereka. Hal ini tentunya tidak mungkin terjadi, kalaulah mereka tidak lebih awal melakukan penjajahan. Jadi inti dari serangkaian terorisme baik penjajahan yang dilakukan amerika dan sekutunya ataupun serangkaian bom bunuh diri sebagai balasan yang ditujukan kepada mereka-yang terjadi selama ini adalah mereka sendiri yang menciptakan.

Bukti lain kegagalan liberalisme adalah kejadian rentetan pembantaian di dunia pendidikan Barat yang selama ini mendengung-dengungk an kebebasan. Pembantaian plus bunuh diri itu dilakukan tanpa alasan yang kongkrit, atau bisa dikatakan semuanya terjadi dikarenakan kekosongan jiwa dari ruh agama sehingga mengakibatkan frustasi dan hilangnya tujuan hidup. Belum lagi hal ini dilakukan oleh pelajar atau mahasiswa yang seharusnya ilmu yang didapat memberikan pencerahan dan cahaya bagi hidupnya, dengan ini menunjukan kegagalan pendidikan Barat. Di antara rentetan pembantaian yang terbesar adalah, di Amerika sampai sekarang telah terjadi sedikitnya delapan kali, 1989 terjadi di sekolah Stockton California, 5 orang tewas, 1998 di sekolah yang berada di Jonesboro Arkansas, korban 6 orang, 1999 di sekolah Colombine Colorado, 13 orang tewas, 2005 remaja 16 tahun membunuh 5 orang disekolahnya, tahun 2006 seorang remaja menembaki 11 remaja putri, 5 orang tewas, 2007 32 orang tewas dibantai di Universitas Virginia Tech. Tahun 2008 seorang siswi membunuh rekannya sebelum bunuh diri dan yang terakhir kemarin 14 Pebruari 2008 18 orang tertembak di Universitas Northern Illinois, 5 orang tewas. Belum lagi yang terjadi di Negara barat lainnya seperti, 1989 di Universitas Montreal Kanada 14 orang tertembak oleh seorang pria termasuk pelakunya bunuh diri, 1996 di Dublane Skotlandia 16 anak dan seorang guru dibantai dan tahun 2002 di Jerman, seorang siswa marah dan menembak 16 orang termasuk 12 guru dan 2 siswa (detik.com, 15/02/2008).

Atas nama kebebasan juga telah melahirkan pemikiran yang belakangan ini menjamur di Indonesia yakni kebebasan berekspresi sehingga tidak ada lagi

193 | P a g e

batasan antara yang layak dan tidak layak dipertontonkan di khalayak umum.

Undang-undang pornografi dan pornoaksi pun banyak ditentang karena melanggar hak kebebasan, padahal semuanya itu yang telah menimbulkan kejahatan yang sama bahayanya dengan terorisme, seperti menjamurnya kasus aborsi, pembunuhan bayi, perdagangan manusia, kejahatan seksual terhadap anak dibawah umur, pemerkosaan, anak-anak terlantar, homoseks, seks bebas dan lain sebagainya.

Semua itu yang pada mulanya merupakan hal yang tabu dan sangat jarang terjadi namun dengan adanya kebebasan berekspresi hal itu menjadi suatu yang lumrah dan mungkin lama-lama kelamaan akan dianggap wajar, padahal hal itu jika terus terjadi akan menghancurkan kehidupan manusia sendiri.

Jadi akankah umat Islam terus disudutkan sebagai manusia pembuat kekacauan dan ketidakharmonisan? Ataukah atas nama kebebasan itu sendiri yang telah menghantarkan dunia menjadi kacau dan tidak harmonis?

Dan kita harus memilih mana? Memilih Islam yang liberal yang membolehkan melakukan apa saja tanpa aturan atau Islam yang fundamental ( ashlun) yang dalam kata aslinya merujuk pada landasan ajarannya, seperti Al-Quran, asSunnah, ilmu tafsir, ilmu hadits dan fikih? [www.hidayatullah. com]

194 | P a g e

Intermezzo: Kenapa Ayam Menyeberang Jalan?


Guru TK: Supaya sampai ke ujung jalan

Plato: Untuk mencari kebaikan yang lebih baik

Paus: Hanya Tuhan yang tahu

Polisi: Beri saya lima menit dengan ayam itu, saya akan tahu kenapa

Aristoteles: Karena merupakan sifat alami dari ayam

Capt. James T. Kirk: Karena dia ingin pergi ke tempat yang belum pernah ia datangi

Matin Luther King, Jr.:

195 | P a g e

Saya memimpikan suatu dunia yang membebaskan semua ayam menyebrang jalan tanpa mempertanyakan kenapa

Machiavelli: Poin pentingnya adalah ayam menyebrang jalan! Siapa yang peduli kenapa! Akhir dari penyebrangan akan menentukan motivasi ayam itu.

Freud: Fakta bahwa kalian semua begitu peduli pada alasan ayam itu menunjukkan ketidaknyaman seksual kalian yang tersembunyi.

George W. Bush: Kami tidak peduli kenapa ayam itu menyeberang! Kami cuma ingin tau apakah ayam itu ada di pihak kami atau tidak, apa dia bersama kami atau melawan kami. Tidak ada pihak tengah di sini!

Darwin: Ayam telah melalui periode waktu yang luar biasa, telah melalui seleksi alam dengan cara tertentu dan secara alami tereliminasi dengan menyebrang jalan.

Einstein: Apakah ayam itu meyebrang jalan atau jalan yang bergerak dibawah ayam itu, itu semua tergantung pada sudut pandang kita sendiri

Nelson Mandela: Tidak akan pernah lagi ayam ditanyai kenapa menyebrang jalan! Dia adalah panutan yang akan saya bela sampai mati.

Thabo Mbeki: Kita harus mencari tau apakah memang benar ada kolerasi antara ayam dan jalan.

196 | P a g e

Mugabe: Setelah sekian lama jalan dikuasai petani kulit putih, ayam miskin yang tertindas telah menanti terlalu lama agar jalan itu diberikan kepadanya dan sekarang dia menyebranginya dengan dorongan ayam-ayam veteran perang. Kami bertekad mengambil alih jalan tersebut dan memberikannya pada ayam, sehingga dia bisa menyebranginya tanpa ketakutan yang diberikan oleh pemerintahan inggris yang berjanji akan mereformasi jalan itu. Kami tidak akan berhenti sampai ayam yang tidak punya jalan itu punya jalan untuk diseberangi dan punya kemerdekaan untuk menyeberanginya!

Isaac Newton: Semua ayam dibumi ini akan menyebrang jalan secra tegak lurus dalam garis lurus yang tidak terbatas dalam kecepatan yang seragam, terkecuali jika ayam berhenti karena ada reaksi yan tidak seimbang dari arah berlawanan.

Gus Dur: Biarin aja, yang mau nyebrang kan dia. Gitu aja ko repot.

Tukul: Silen Plis, kita coba dengerin dulu dia mau ngomong apa. Ehm, Mas/Mbak Ayam Arwana, kenapa sih, kamu kok menyeberang jalan?

Pejabat Korup: Ndak ada itu. Siapa yang bilang ayam itu menyebrang jalan. Harus dibuktikan dulu dong, jangan asal bicara.

Your Answer: ...?

You might also like