You are on page 1of 4

PENIGKATAN KUALITAS SDM SEBAGAI TITIK AWAL PERADABAN MAJU DI KAWASAN DAERAH PERBATASAN

Sebagai tugas Kewarganegaraan

Essay

Diusulkan Oleh : Siti Nurjanah 4301411108/ 2011

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


SEMARANG 2011

Penigkatan kualitas SDM sebagai Titik Awal Peradaban Maju di Kawasan Daerah Perbatasan

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) memiliki 1,86 juta km2 daratan, 3,2 juta km2 lautan, dan 17.504 pulau, dihuni oleh 237 juta penduduk (Sensus Penduduk 2010). Dari aspek luas wilayah dan jumlah penduduk termasuk kelompok negara terbesar di dunia. Sumber daya alam Indonesia sangat melimpah yang membentang dari Sabang sampai Merauke meliputi kekayaan laut, darat, dan udara. Kondisi semacam ini merupakan potensi bagi Indonesia untuk menjadi Negara yang besar. Dengan sumberdaya penduduk (SDM) dan sumber daya alam (SDA) serta luas wilayah yang dimanfaatkan secara optimal Indonesia mampu mencukupi kebutuhan nasional dan mencapai kesejahteraan sosial. Tak dapat dipungkiri bahwa pengelolaan SDA dan SDM saat ini hanya terkonsentrasi di wilayah pulau Jawa dan titik-titik tertentu di luar pulau Jawa. Banyak kawasan yang relative terlantar dan kurang perhatian dari pemerintah terutama di wilayah perbatasan. Terdapat empat propinsi di Indonesia yang daratannya berbatasan dengan negara lain, yaitu Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Papua dan Nusa Tenggara Timur (NTT), keseluruhannya meliputi 15 kabupaten. Menurut Matindas dan Sutisna (2006), masing-masing wilayah memiliki karakteristik kawasan perbatasan berbeda-beda. Demikian pula Negara tetangga yang berbatasan memiliki karakteristik yang berbeda jika dilihat dari kondisi geografis, demografis, social, politik, ekonomi dan budaya. Sedangkan wilayah laut Indonesia berbatasan dengan 10 negara, yaitu India, Thailand, Malaysia, Singapura, Vietnam, Filipina, Palau, Papua Nugini (PNG), Australia, dan Timor Leste. Selanjutnya dikemukakan, sebagian besar daerah perbatasan di Indonesia masih merupakan daerah tertinggal, dengan sarana dan prasarana social, ekonomi, pertahanan dan keamanan yang masih sangat terbatas. Pada umumnya daerah perbatasan belum mendapat perhatian secara proporsional dari pemerintah. Beberapa kondisi umum di wilayah perbatasan menunjukkan masih kurangnya perhatian pemerintah dalam segala aspek pembangunan infastruktur. Penduduk di kawasan perbatasan umumnya merasa diabaikan bahkan dirugikan karena kekayaan alam yang senantiasa dieksploitasi sedangkan pembangunan infrastruktur di wilayah tersebut tidak kunjung di tingkatkan. Selain itu masih buruknya fasilitas pelayanan dasar seperti masalah

pendidikan dan kesehatan serta peningkatan kualitas sumber daya manusia yang tak kunjung membaik. Hal ini menjadikan penduduk merasa kecewa terhadap pemerintah. Salah satu contohnya adalah dalam aspek pendidikan. Pendidikan memiliki peranan penting bagi kemakmuran Negara. Negara yang besar dapat dilihat dari kualitas pendidikan yang baik dan output individu-individu yang memiliki keterampilan serta moral yang baik sehingga mampu bersaing di kancah internasional. Pendidikan juga merupakan pilar utama untuk menciptakan generasi selanjutnya yang berkualitas dan berkompeten untuk mewujudkan tujuan nasional. Pendidikan di Indonesia saat ini belum sesuai harapan. Pemerataan pendidikan, materi pendidikan, fasilitas pendidikan, dan tenaga pendidikan yang masih terbatas merupakan beberapa faktor penyebab masih rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia. Apalagi di daerah perbatasan, masalah terkait aspek pendidikan ini lebih kompleks. Di kawasan kepulauan Sangihe misalnya, pendidikan dasar yang jadi kewajiban Negara tidak terpenuhi. Di wilayah ini pendidikan hanya sampai tingkat sekolah dasar karena belum adanya SMP. Selain masalah tersebut keterbatasan jumlah guru juga menjadi masalah di wilayah ini. Kondisi pendidikan yang terbatas juga dirasakan anak-anak di Distrik Sota, Merauke, Papua. Di daerah yang berbatasan dengan Papua Nugini ini tidak ada sinyal telepon seluler dan sering terjadi gangguan aliran listrik sehingga mengakibatkan terhambatnya proses akses informasi. Kondisi gedung sekolah yang masih memprihatinkan, kondisi demografi dan geografis wilayah yang sulit dijangkau juga menjadi masalah penduduk di kawasan daerah perbatasan. Faktor ini juga menjadi penyebab kurangnya tenaga pengajar karena alasan sulitnya menjangkau wilayah tersebut. Sulitnya akses informasi juga menjadi hambatan dalam proses penyampaian ilmu. Terbatasnya materi dan buku-buku mengakibatkan ilmu yang disampaikan kepada siswa sangat terbatas. Kondisi ini tentu sangat berbeda dengan kondisi pendidikan di wilayah pulau Jawa yang fasilitas pendidikan terpenuhi dengan baik. Tak heran jika penduduk di wilayah perbatasan ini merasa diabaikan dan dipandang sebelah mata oleh pemerintah Indonesia. Melihat kondisi ini pemerintah seharusnya dapat mengambil sikap dengan membuat suatu kebijakan untuk wilayah perbatasan. Sehingga masyarakat di wilayah perbatasan ini merasa bagian dari NKRI. Untuk meningkatkan kualitas SDM di wilayah perbatasan dapat dimulai dengan memperbaiki aspek pendidikan di wilayah tersebut. Dengan kualitas SDM yang baik maka peradaban dan kebudayaan serta tingkat ekonomi di wilayah perbatasan dapat meningkat.

Membutuhkan program jangka panjang untuk mewujudkan hal ini, karena kompleksitas masalah membutuhkan pemecahan yang kompleks juga. Langkah yang perlu dilakukan dalam upaya peningkatan kualitas SDM adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikan. Hal ini dapat diwujudkan dengan penanaman pemahaman kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk bersama-sama meningkatkan kualitas pendidikan di seluruh wilayah Indonesia tidak hanya di pulau Jawa. Langkah selanjutnya adalah perbaikan fasilitas pendidikan meliputi gedung sekolah, fasilitas penunjang kegiatan belajar mengajar seperti listrik, buku dan bahan ajar, akses informasi melalui internet, serta tenaga pengajar yang kompeten. Untuk mewujudkan hal ini pemerintah telah membuat beberapa program seperti program 3T yang bertujuan untuk pemerataan tenaga pengajar di kawasan terpencil, terjauh., termasuk di kawasan perbatasan. Selain itu dengan menjadikan negeri beberapa universitas milik swasta dan pemerintah daerah diharapkan semakin meningkatkan kualitas penduduk. Beberapa universitas tersebut adalah Universitas Borneo di Tarakan, Kalimantan Timur, dan Universitas Bangka Belitung. Menyusul Universitas Maritim Raja Ali Haji di Kepulauan Riau. Untuk politeknik negeri baru di wilayah perbatasan, yakni Politeknik Bangka Belitung, Politeknik Batam, serta Politeknik Negeri Nusa Utara di Kepulauan Sangihe. Dengan status sebagai perguruan tinggi negeri (PTN), pemerintah lebih mudah mengintervensi kampus-kampus itu. Untuk memecahkan kendala jarak dan jangkauan diperlukan sekolah terpadu yang terdiri dari sd, smp, sma, asrama siswa wisma guru serta layanan kesehatan. Dengan penyediaan wisma guru maka akan meningkatkan minat guru untuk mengajar di kawasan perbatasan karena selama ini kendala kurangnya guru disebabkan tidak adanya tempat tinggal. Selain itu pemerintahharus dapat menjamin tunjangan dan prospek karir yang tidak kalah dengan kota. Solusi ini tentu saja harus diimbangi dengan pembangunan infrastruktur yang cepat sehinnga kendala akses transportasi dan informasi dapat segera teratasi. Kendala jarak menyulitkan koordinasi, pemantauan, dan evaluasi antarsekolah yang dilakukan oleh pemerintah melalui dinas pendidikan setempat. Oleh karena itu, dalam menyusun anggaran dan program, Kemdiknas harus lebih banyak mendengar masukan dari daerah perbatasan tentang masalah dan kebutuhan mereka. Perlu evaluasi secara jujur dan terbuka terhadap kebijakan nasional. Misalnya, penentuan dana BOS tidak bisa disamaratakan karena faktor kemahalan. Demikian juga standar penghitungan dana alokasi khusus untuk pembangunan sekolah. Dengan kerjasama yang baik antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah serta seluruh masyarakat maka peningkatan SDM Indonesia dapat diwujudkan.

You might also like