Professional Documents
Culture Documents
Investasi emas selalu menarik. Hanya saja investasi di logam mulia ini hanya menarik juga untuk investasi jangka panjang. Rully Kustandar menemukan cara berinvestasi emas yang bisa dilakukan dengan efisien. Polanya ini sedang populer sekarang. Emas selalu punya daya tarik besar. Dibuat aneka bentuk perhiasan laku dijual dan jadi dambaan banyak orang. Tak diapa-apalan pun tetap dicari orang karena emas adalah produk investasi yang dibilang abadi dan harganya cenderung menggiurkan. Banyak ibu-ibu rumah tangga menyimpan hartanya dalam bentuk emas. Ketika masa paceklik tiba emas simpanan jadi penyelamat keluarga. Dalam ukuran yang lebih besar banyak orang yang membeli emas batangan sebagai tabungan. Rully Kustandar, 41 tahun, punya cara berbeda memperlakukan emas sebagai produk investasi. Awalnya ia mengutak-atik satu rumusan baru untuk investasi di logam mulia emas beberapa tahun yang lalu. Rumusan itu ia coba sejak tahun 2007 dan sejauh ini hasilnya tokcer. Tapi ini bukan untuk para spekulan. Investasi di emas dengan konsep saya ini harus dilakukan dengan menggunakan uang yang benar-benar uang lebih. Artinya bukan uang yang dialokasikan untuk kebutuhan dasar sehari-hari, paparnya mengingatkan rambu-rambunya. Nilai Emas Tak Berubah Menurut dia, sejak lama ia mengandalkan properti sebagai tempat investasinya. Namnun investasi di properti likuiditasnya kurang. Jika ada kebutuhan mendadak akan perlu butuh waktu lama untuk mencairkannya. Karena itu ia butuh investasi lain yang mudah pencairannya untuk mengantisipasi kebutuhan mendadak. Emas tiba-tiba saja menjadi incarannya ketika ia mendengar kisah Sahabat Nabi Muhammad SAW. Pada suat ketika seorang sahabat Rasul diminta membeli seekor kambing oleh Rasulullah SAW dengan dibekali uang satu dinar. Ia membeli kambing dipasar. Ketika akan pulang kambing yang dibelinya itu ada yang menawar. Lalu ia jual dengan harga 2 dinar. Sahat itu kembali lagi ke pasar dan membeli satu ekor kambing dan menyerahkannya ke Rasulullah beserta uang satu dinar. Harga kambing yang dijual sahabat Rasulullah dua dinar itu, kata Rully, karena kepintaran sahabat menjual kambingnya. Yang menarik soal harga seekor kambing saat itu yang satu dinar. Uang satu dinaradalah satu koin emas 22 karat seberat 4.25 gram yang sampai kini beratnya tidak berubah. Ia coba menghitung harga emas saat ini. Harga emas 22 karat seberat 4.25 gram saat ini dalam rupiah berarti sekitar Rp. 1.4 jutaan. Ternyata harga kambing saat kurban kemarin sekitar Rp. 1.4 jutaan juga. Bayangkan berarti setelah 1400 tahun nilai tukar emas tak berubah. Jika kita membeli kambing dengan uang dinar saat ini akan membutuhkan satu dinar juga, kata Rully. Tetapi jika konversinya kurs lain maka h arga emas akan mengalami kenaikan yang cukup signifikan karena faktor devaluasi mata uang yang jadi penukarnya. Ia punya illustrasi lain mengenai hubungan ini. Seorang kawannya menanamkan investasi sebesar Rp. 25 juta pada suatu instrumen keuangan tahun 1990. Nilai investasi itu pada tahun 2015 dijanjikan akan berkembang menjadi Rp. 175 juta. Nah, jika pada tahun 1990 uang sebanyak itu dibelikan emas, hasilnya akan menjadi 1kg emas. Jika emas 1kg itu dicairkan saat ini maka nilainya akan mencapai sekitar Rp. 370 juta karena dalam kurs rupiah harga emas telah meningkat beberapa kali. Dari situlah ia berpikir, bagaimana memanfaatkan emas sebagai lahan untuk investasi jangka panjang. Kebetulan pada tahun 2007 ada bank yang meluncurkan layanan gadai emas batangan. Lalu ia mengutak-atik perhitungannya untuk menemukan pola yang kompetitif. Dari sinilah lahir pola investasi yang ia sebut Berkebun Emas