You are on page 1of 18

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANAK DENGAN VARICELLA (CACAR AIR)

Disusun Oleh :

1. Candra Dwi A.
2. M. Fuad 3. Sholeha Ismaya 4. Widiyas Ulfia R 5. Arik 6. Noffi Saputri

P27820310007 P27820310017 P27820310033 P27820310038 P27820310043 P27820310053

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SUTOPO SURABAYA2011 TAHUN AJARAN 2011-2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat-Nya sehingga makalah yang berjudul ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN VARICELLA (CACAR AIR) dapat diselesaikan tepat waktu . Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak makalah ini tidak akan terwujud, untuk itu dengan penuh kerendahan hati perkenangkannlah penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. Hilmi Yumni, MKep. Sp.Mat.. Selaku ketua prodi keperawatan Soetopo Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan kemenkes Surabaya 2. Ibu Endang Ninik selaku dosen pembimbing yang telah membimbing kami 3. PJMK (Penanggung jawab Mata Kuliah) keperawatan Anak yang telah memberikan informasi untuk kerangka makalah ini 4. Rekan-rekan mahasiswa angkatan 2010 program studi keperawatan Soetopo, senansip seperjuangan yang telah memberikan motivasi dan semangat pada penulis dalam menyelesaikan makalah ini . 5. Semua teman , sahabat dan saudara yang belum sempat tersebut diatas, terimaksih karena kalian selalu ada di hatiku selamanya .

Surabaya, Maret 2012

Penulis

BAB I KONSEP DASAR

A. Pengertian June M. Thomson mendefinisikan varisela sebagai penyakit yang disebabkan oleh virus varisela-zoster (V-Z virus) yang sangat menular bersifat akut yang umumnya menganai anak, yang ditandai oleh demam yang mendadak, malese, dan erupsi kulit berupa makulopapular untuk beberapa jam yang kemudian berubah menjadi vesikel selama 3-4 hari dan dapat meninggalkan keropeng (Thomson, 1986, p. 1483). Sedangkan menurut Adhi Djuanda varisela yang mempunyai sinonim cacar air atau chickenpox adalah infeksi akut primer oleh virus varisela-zoster yang menyerang kulit dan mukosa yang secara klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorfi terutama dibagian sentral tubuh (Djuanda, 1993). B. Epidimiologi

1. Frekuensi Di Amerika Serikat, frekuensi tergantung musim, biasanya bulan Maret dan April. Sebelum faksin diseberkan, dilaporkan terjadi 4 juta kasus Varicella. Penyakit ini responsibel pada 11.000 kasus dirumah sakitdalam setahun dan terjadi 50-100 kasus kematian. Saat ini, kurang dari 10 kematian dalam setahun menimpa mereka yang belum diiminisasi. Sedangkan yang Internasional, secara Universal varicella cenderung merata, diperkirakan terjadi 60 juta kasus dalam setahun. Varicella lebih pengaruh pada individu yang tidak mempunyai kekebalan. Mungkin ada 80 90 juta kasus diseluruh Dunia. 2. Morbilita / Morbiditas Banyak terjadi pada anak usia 1 4 tahun, diperkirakan dua kematian tiap 10.000 kasus Kebanyakan kematian di Amerika Serikat terjadi sebelum ada vaksinasi dan bersama dengan ensefalitis pneumonia, infeksi bakteri sekunder, dan syndroma Reye.

Mortalitas pada anak-anak dengan immunocompromised lebih tinggi. Penyakit ini lebih serius pada neonatus, tergantung kapan infeksi terhadap ibunya.

3. Ras Tidak ada predileksi ras tertentu. 4. Sex Tidak ada predileksi jenis kelamin. 5. Umur Incidine tertinggi varicella pada anak 1 6 tahun, Anak dengan umur lebih dari 14 tahun hanya sekitar 10% dari kasus Varicella.

C. Patofisiologi

D. Manifestasi klinis Manifestasi Klinis varisela terdiri atas 2 stadium yaitu stadium prodormal, stadium erupsi. 1. Stadium Prodormal

timbul 10-21 hari, setelah masa inkubasi selesai. Individu akan merasakan demam yang tidak terlalu tinggi selama 1-3 hari, mengigil, nyeri kepala anoreksia, dan malaise. 2. Stadium erupsi 1-2 hari kemudian timbuh ruam-ruam kulit dew drops on rose petals tersebar pada wajah, leher, kulit kepala dan secara cepat akan terdapat badan dan ekstremitas. Ruam lebih jelas pada bagian badan yang tertutup, jarang pada telapak tangan dan telapak kaki. Penyebarannya bersifat sentrifugal (dari pusat). Total lesi yang ditemukan dapat mencapai 50-500 buah. Makula kemudian berubah menjadi papulla, vesikel, pustula, dan krusta. Erupsi ini disertai rasa gatal. Perubahan ini hanya berlangsung dalam 8-12 jam, sehingga varisella secara khas dalam perjalanan penyakitnya didapatkan bentuk papula, vesikel, dan krusta dalam waktu yang bersamaan, ini disebut polimorf. Vesikel akan berada pada lapisan sel dibawah kulit dan membentuk atap pada stratum korneum dan lusidum, sedangkan dasarnya adalah lapisan yang lebih dalam Gambaran vesikel khas, bulat, berdinding tipis, tidak umbilicated, menonjol dari permukaan kulit, dasar eritematous, terlihat seperti tetesan air mata/embun tear drops. E. Faktor Resiko 1. Neonatus pada bulan pertama memungkinkan terkena vericella yang berat, kecuali ibunya dengan seronegatif. 2. Orang dewasa 3. Pasien yang sedang mendapat terapi steroid dosis tinggi dalam pengobatan 2 minggu. 4. Pasien dengan penyakit keganasan, semua pasien anak kecil dengan kanker beresiko menderita varicella yang berat.
5. Stadium immunocompromised misal, keganasan sedang terapi antimalignansi,

HIV, dan semua kondisi imunodesiensi didapat maupun congenital.

6. Wanita yang sedang hamil beresiko tinggi varicella, terutama dengan pneumonia. F. Komplikasi 1. Infeksi bakteri sekunder.
2. Komplikasi pada SSP (ataksia cereberal post infeksi akut, ensefalitis, Sindroma

Reya, meningitis aseptik, GBS, dan poliradikulitis.) 3. Pneumonia 4. Herpes Zoster 5. Otitis Media 6. Trombositopenia 7. Hepatitis 8. Glumerulonefritis 9. Varicella Hemoragik G. Diagnosa Banding 1. Pemfigoid bulosa 2. Dermatitis Herpetiformis 3. Drug Eruption 4. Eritema Multiforme 5. Herpes Simplek 6. Impetigo 7. Insect Bite 8. Syphilis H. Pencegahan

1. Vaksinasi
a) Vaksin varicella terdiri dari virus varicella yang dilemahkan

b) Pemberian vaksin varicella telah memberikan perlindungan terhadap varicella hingga 70 100% , dan vaksin lebih efektif apabila diberikan pada anak setelah usia 1 tahun. 2. Imunoglobin Varicella Zoster (VZIG)
a) Diberikan sebagai profilaksis setelah terpapar virus, dan terutama pada

orang-orang dengan resiko tinggi. b) Dosis yang diberikan adalah125 IU / 10 kbBB. 125 IU adalah dosis minimal, sedangkan dosis maksimal adalah 625 IU dan diberikan secara intramuskular. c) VZIG hanya mengurangi komplikasi dan menurunkan angka kematian varicella sehingga pada orang-orang yang tidak mengalami gangguan imunologi lebih baik diberikan vaksin vericella. Indikasi pemberian VZIG : Bayi baru lahir dari ibu yang menderita vericella 5 hari sebelum sampai 2 hari setelah melahirkan Anak-anak dengan leukimia atau limfoma yang belum divaksinasi Penderita dengan HIV AIDS atau dengan imunodefisiensi Penderita yang mendapatkan terapi imunosupresan (steroid sistemik) Wanita hamil

Orang-orang dengan sistem imun yang lemah dan belum pernah menderita varicella. I. Penatalaksanaan 1. Penderita sebaiknya diisolasi dari penderita lain.

2. Antihistamin oral seperti Diphenhydramine Hydroxyzine diberikan bila pruritus

hebat. Pemberiannya sebaiknya secara topikal karena toksisitasnya. Dapat terjadi absorpsi sistemik. 3. Aceteminofen diberikan untuk mengurangi demam. 4. Acyclovir intravena direkomendasikan hanya pada penderita anak-anak yang immunocompromisid atau dengan pneumonia atau ensefelitis varicella. 5. Acyclovir oral sebaiknya diberikan pada penderita yang lebih dewasa pada saat awal sakit.
6. VZIG diberikan 96 jam setelah terpapar pada orang-orang dengan resiko tinggi.

J. Prognosis 1. Pada varicella tidak berat prognosis baik.


2. Angka kematian dari pneumonia varicella adalah 10% pada orang-orang dengan

sistem imun baik, dan 30% pada penderita yang immunocompromised 3. Bila seseorang telah terinfeksi varicella, akan memberikan ketahanan seumur hidup walaupun terinfeksi sekunder pernah dilaporkan. 4. Angak morbiditas dan mortalitas cukup tinggi terjadi pada anak-anak yang menderita varicella dengan immunocompromised
5. Bila varicella terjadi pada neonatus, angka kematian dapat mencapai hingga

30%.Pada neonatus kematian umumnya disebabkan karena gagal napas akut, sedangkan pada anak dengan degenerasi maligna dan immunodefisiensi tanpa vaksinasi atau pengobatan antivirus, kematian biasanya disebabkan oleh komplikasinya. Komplikasi tersering yang menyebabkan kematian adalah pneumonia dan ensefalitis.

K. Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratorium 2. Pencitraan

Foto thorax diindikasikan bila pada penderita menunjukkan adanya tanda-tanda gangguan pulmonal.

BAB II ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN VARICELLA (CACAR AIR)

I.

Pengkajian 1. Data subjektif Pasien merasa lemas, tidak enak badan, tidak nafsu makan dan sakit kepala. 2. Data Objektif a. Integumen : kulit hangat, pucat. adanya bintik-bintik kemerahan pda kulit yang berisi cairan jernih. Pada kulit dan membran mukosa : Lesi dalam berbagai tahap perkembangannya : mulai dari makula eritematosa yang muncul selama 4-5 hari kemudian berkembang dengan cepat menjadi vesikel dan krusta yang dimulai pada badan dan menyebar secara sentrifubal ke muka dan ekstremitas. Lesi dapat pula terjadi pada mukosa, palatum dan konjunctiva. b. Suhu : dapat terjadi demam antara 380-390 C. c. Metabolik : peningkatan suhu tubuh. d. Psikologis : menarik diri. e. GI : anoreksia. f. Penyuluhan / pembelajaran : tentang perawatan luka varicela. 3. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan leukosit biasanya mennjukkan hasil yang normal, rendah, atau meningkat sedikit. Multinucleated giant cells pada pemeriksaan Tzanck smear

dari lepuhan kulit. Hasil positif pada pemeriksaan kultur jaringan.

4.

Diagnosa Keperawatan 1) Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit. 2) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan erupsi pada kulit. 3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dnegan kurangnya intake makanan. 4) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan luka pada kulit.
5) Kurang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan.

5. Intervensi 1) Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit. Tujuan : mencapai penyembuhan luka tepat waktu dan tidak demam. Intervensi :
o

Tekankan pentingnya teknik cuci tangan yang baik untuk semua individu yang dating kontak dengan pasien R/ Mencegah kontaminasi silang, menurunkan resiko infeksi

Gunakan sarung tangan, masker dan teknik aseptic selama perawatan R/ Mencegah masuknya organism infeksius

Awasi atau batasi pengunjung bila perlu R/ Mencegah kontaminasi silang dari pengunjung

Cukur atau ikat rambut di sekitar daerah yang terdapat erupsi R/ Rambut merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri

Bersihkan jaringan nekrotik yang lepas R/ Meningkatkan penyembuhan

Awasi tanda-tanda vital R/ Indikator terjadinya infeksi.

2)

Gangguan integritas kulit berhubungan dengan erupsi pada kulit. Tujuan : mencapai penyembuhan tepat waktu dan adanya regenerasi jaringan Intervensi :

Pertahankan jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka R/ Mengetahui keadaan integritas kulit

Berikan perawatan kulit R/ Menghindari gangguan integritas kulit 3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dnegan kurangnya intake makanan. Tujuan : terpenuhinya kebutuhan nutrisi sesuai dengan kebutuhan Intervensi :

Berikan makanan sedikit tapi sering

R/ Membantu mencegah ketidaknyamanan dan meningkatkan pemasukan


o

Pastikan makanan yang disukai/tidak disukai. Dorong orang terdekat R/ untuk membawa partisipasi makanan dalam dari dan rumah dapat

Meningkatkan

perawatan

memperbaiki pemasukan 4) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan luka pada kulit. Tujuan : pasien dapat menerima keadaan tubuh

Intervensi :
o

Bantu memaksimalkan kemampuan yang dimiliki pasien saatini R/ Memanfaatkan kemampuan dan menutupi kekurangan

Eksplorasi aktivitas baru yang dapat dilakukan R/ Memfasilitasi dengan memanfaatkan keletihan. 5) Kurang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan. Tujuan : adanyan pemahaman kondisi dan kebutuhan pengobatan Intervensi :
o

Diskusikan perawatan erupsi pada kulit R/ Meningkatkan kemampuan perawatan diri dan meningkatkan kemandirian.

6. Implementasi

1) Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan

kulit.Menekankan pentingnya teknik cuci tangan yang baik untuk semua individu yang datang kontak dengan pasien.
a. Menggunakan skort,masker, sarung tangan dan teknik aseptik selama

perawatan luka.
b. Mengawasi atau membatasi pengunjung bila perlu. c. Mencukur atau mengikat rambut disekitar daerah yang terdapat erupsi. d. Membersihkan jaringan mefrotik.yang lepas (termasuk pecahnya lepuh).

e. Mengawasi tanda vital.


2)

Gangguan integritas kulit berhubungan dengan erupsi pada kulit

a. Memperhatikan jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka.

b. Memberikan perawatan kulit.


3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dnegan

kurangnya intake makanan.


a.

Memberikan makanan sedikit tapi sering.


b. Memastikan makanan yang disukai/tidak disukai , dorong orang te4)

dekat untuk membawa makanan dari rumah yang tepat.


4)

Gangguan citra tubuh berhubungan dengan luka pada kulit.


a. Memberikan makanan sedikit tapi sering.

b. Memastikan makanan yang disukai/tidak disukai , dorong orang terdekat

untuk membawa makanan dari rumah yang tepat.


5)

Kurang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan.


a. Mendiskusikan perawatan erupsi pada kulit 7. Evaluasi

Masalah gangguan intebritas kulit dikatakan teratasi apabila :


a. Fungsi kulit dan membran mukosa baik dengan parut minimal.

b. Krusta berkurang
c. Suhu kulit, kelembaban dan warna kulit serta membran mukosa normal

alami
d. Tidak terjadi komplikasi dan infeksi sekunder e. Tidak terdapat kelainan neurologic f. Tidak terjadi kelainan respiratorik.

g. Suhu tubuh normal.

DAFTAR PUSTAKA

Adhi Djuanda (1993). Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin, Edisi Kedua, FK Universitas Indonesia, Jakarta, 1993. Arief, M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, ED : 3 jilid : 1. Jakarta : Media Aesculapius FKUI. Closkey, Mc, et all. 2007. Diagnosa Keperawatan NOC-NIC. St-Louis. June M. Thomson, et. al. (1986). Clinical Nursing Practice, The C.V. Mosby Company, Toronto. Santosa, Budi. 2005-2006. Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima Medikal.

You might also like