You are on page 1of 3

Kasus Perilaku Organisasi Ada sebuah kepanitian yang menyelenggarakan suatu acara.

Kepanitiaan tersebut dituntut harus menyiapkan suatu acara besar. Ketua sebagai pemimpin ingin acara berjalan sesuai rencana tetapi dia tidak dapat mengembangkan timnya. Pada hari H, kinerja panitia tidak terlalu baik sehingga menyebabkan acara tidak terlaksana sesuai dengan rencana. Apa yang membuat acara tersebut terlaksana sesuai dengan rencana? Apakah ada pengaruh dari kepemimpinan ketua panitia ? Mengapa tim tersebut tidak dapat bekerjasama dengan baik ? Jadi menurut saya, mengapa kinerja kepanitiaan ini tidak berjalan dengan baik dan menyebabkan acara tidak terlaksana dengan baik dapat disebabkan oleh beberapa hal : 1. Kerpribadian dan Persepsi sesama anggota tim 2. Kinerja kerja tim 3. Komunikasi di dalam tim 4. Kepemimpinan dan Power ketua panitia Orang-orang yang tergabung di dalam tim mempunyai kepribadian yang berbedabeda. Kepribadian dipengaruhi oleh hereditas, lingkungan, dan kondisi situasional. Ada orang dengan karakter kepribadian Tipe A atau Tipe B. Tidak semua orang yang tergabung dalam tim dapat bersosialisasi dengan yang lainnya. Ada yang menghalanginya seperti perbedaan karakter kepribadian dan juga Persepsi seseorang terhadap lainnya. Jika 1 orang sudah mempersepsikan teman satu timnya susah untuk diajak bergaul maka dia tidak akan mau bergaul dengannya. Jadi jangan sampai ada kekeliruan persepsi. Jangan mempersepsikan buruk seseorang sebelum kita mengenalnya dengan baik. Jika kekeliruan persepsi bisa diatasi maka orang-orang di dalam tim dapat bekerja dengan baik. Selain itu ketua harus dapat membangun kinerja tim yang baik. Seharusnya pada awal terbentuknya tim, ketua harus menetapkan Team Building yaitu bentuk aktifitas formal yang bertujuan untuk meningkatkan pengembangan dan fungsionalisasi kelompok kerja. Beberapa aktivitas Team-Building adalah membentuk kembali norma tim dan memperkuat kekompakan. Team-Building biasanya diterapkan pada grup yang baru dibentuk, karena anggota tim sedang berada di tingkat awal dalam pengembangan tim. Team-Building merupakan cara yang paling tepat ketika anggota tim telah kehilangan focus pada peran masing-masing dan tujuan tim. Walaupun tidak terlalu efektif, tetapi ini memang merupakan satu cara yang cukup efektif ketika tim baru pertama kali terbentuk untuk mengenal pribadi satu sama lain. Selain itu ketua juga bisa menerapkan Self Directed Work Teams (SDWT) dimana sifat kerjanya yang mengklasterkan anggota-anggota kelompok secara bersama-sama

mampu mendorong terbentuknya kelompok kerja yang kohesif dan saling bergantung satu sama lain dalam mencapai tugas individualnya; serta tingginya kemandirian membuat kelompok-kelompok kerja dapat merencanakan, mengorganisir, dan mengendalikan aktivitas-aktivitas kerja yang ada dengan sedikit, atau bahkan tanpa, keterlibatan langsung dari supervisor yang berstatus lebih tinggi. Bangunlah dengan cara adanya kepercayaan dalam tim (team trust). Team Trust ada tiga pondasi yaitu Calculus-based, Trust Knowlegde-based Trust, dan Identification-based Trust. Ketiga pondasi ini saling berkaitan secara hirarki. Jika sudah dalam tahap ini para anggota tim dapat saling mengerti satu sama lain dan hubungan emosional dari anggota tim. Identifikasi ini terjadi ketika seseorang merasa berpikir, merasakan dan merespon seperti anggota yang lain. Selain itu ketua juga dapat meningkatkan kreativitas dan pembuatan keputusan dengan cara konflik konstruktif, brainstorming, electronic
brainstorming, metode Delphi, dan teknik kelompok nominal. Selain itu mungkin ada

masalah dalam Komunikasi tim, ada kendala seperti filtering di dalam komunikasi kepada ketua, mungkin anggota tim ingin berbicara atau mengkritik kinerja ketua dalam hal persiapan acara akan tetapi tidak ingin menciptakan kesan buruk atau takut pada ketua. Sekarang dalam aspek Power ketua. Ketua mungkin menerapkan legitimate power sehingga menyebabkan silent authority pada anggota dan juga menggunakan coercive power dimana membuat anggota tim tidak nyaman dan berasa dalam tekanan. Seharusnya ketua mempunyai refferent power sehingga membuat ketua terlihat kharismatik dan dihormati oleh anggotanya tanpa bersikap arrogant. Di dalam kontingensi kekuataan juga ada substituabilitas, sentralitas, keleluasaan dan visibility. Menurut saya ketua tidak mempunyai substituabilitas, dimana ketika dia menyadari ada yang salah dalam pelaksanaan acara, dia seharusnya mempunyai banyak alternatif untuk menyelesaikannya, agar tidak menciptakan masalah baru. Dalam aspek Kepemimpinan, ketua harus dapat mempengaruhi, memotivasi, memungkinkan anggota lain untuk berkontribusi pada keefektifan dan kesuksesan untuk acara tersebut. Dan seharusnya adanya shared leadership agar anggota tim dapat bertanggung jawab pada tugasnya masing-masing. Dan jika ketua menerapkan SDWT, maka ketua bisa menerapkan participative leadership.

You might also like