You are on page 1of 7

MENYIASATI PARTIKULAT ASAP DISEL : SUATU UPAYA MENGURANGI KADAR PENCEMARAN UDARA

ABSTRAK Pada saat ini pencemaran udara yang berasal dari emisi gas buang kendaraan di Jakarta, sudah menjadi isu lingkungan yang begitu krusial. Menurut Lembaga Swiss Contact- yang berperan dalam Program Segar Jakartaku- menyatakan emisi gas buang kendaraan memberikan kontribusi terbesar bagi pencemaran udara di Jakarta. Hal ini sungguh memprihatinkan mengingat sektor tranportasi dekat dengan keseharian masyarakat perkotaan. Salah satu polutan pencemaran udara yang perlu mendapat perhatian serius adalah partikulat yang dihasilkan kendaraan disel berbahan bakar solar. Berdasarkan laporan EPA (Environmental Protection Agency), kendaran jenis ini menghasilkan partikulat 60-100 kali lebih banyak dibandingkan kendaraan bensin. Lebih dari itu, partikulat inipun bersifat karsinogen bagi kesehatan, meskipun terpapar pada konsentrasi rendah sekalipun. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan guna mengantisipasi keberadaan partikulat disel ini, antara lain; modifikasi mesin disel, modifikasi bahan bakar solar/alternatif pengganti solar ataupun melalui Particulate trapping menggunakan katalis.

PENDAHULUAN Ungkapan ,Alam bukanlah warisan nenek moyang tetapi pinjaman dari anak cucu kita, nampaknya perlu mendapat perhatian yang lebih seksama. Hal ini paling tidak tercermin pada kondisi kualitas udara yang ada di kota Jakarta saat ini. Udara yang seharusnya menghidupi kini berbalik menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat yang ada disekitarnya.

Bagi Kota Jakarta data angka pencemaran seakan menjadi tak bermakna. Tidak perlu lagi dikonfirmasi dengan angka-angka cukup dengan penglihatan dan penciuman sudah bisa memastikan bahwa udara di jakarta sudah tercemar berat. Tidak heran kalau UNEP (United Nation Environmental Programm) mendaulat jakarta sebagai Kota paling tercemar ketiga di dunia setelah Meksiko dan Bangkok. Dan menurut prediksi Bank Dunia bila kondisi ini terus berlanjut, Jumlah Total Suspended particulate (TSP) di Jakarta pada tahun 2000 nanti dapat mencapai 200 juta kg. Kontribusi terbesar (sekitar 70%) pencemaran udara di jakarta berasal dari emisi gas buang kendaraan. Saat ini jumlah kendaraan di jakarta sudah lebih dari 3,3 juta unit. Dan diperkirakan jumlahnya akan terus meningkat. Sebagai konsekuensinya kadar pencemaran di Jakarta tentunya akan meningkat pula. Kondisi kualitas udara di kota jakarta yang semakin menurun , akan berdampak buruk bagi kesehatan warganya. Sejumlah studi di Amerika menyebutkantingkat pencemaran kota di

Amerika yang rata-rata di bawah Jakarta- menyebabkan 64.000 kematian akibat kematian prematur yang berhubungan dengan partikel pencemaran udara.

Partkulat Emisi Gas Buang Kendaraan Disel Mesin disel yang berbahan bakar solar banyak digunakan untuk kendaraan niaga, seperti bus dan truk. Walaupun asap disel dilihat sebagai buangan knalpot tidak disukai, tetapi pabrik mobil saat ini secara sadar ataupun tidak, banyak memproduksi kendaraan pribadi bermesin disel. Dinegara maju pabrik mobil menggunakan mesin disel yang lebih efisien, sehingga bisa mengurangi emisi gas buangnya. Di Indonesia konsumen kendaraan pribadi memilih disel karena bahan bakar solar lebih murah dibandingkan bensin.

Jika dibandingkan mesin bensin, disel menghasilkan 60-100 kali lebih banyak partikel halus pada emisi gas buangnya. Para ahli menduga kontribusi terbesar jumlah TSP diperkotaan berasal dari jenis kendaraan ini. Dibawah ini disajikan jumlah partikulat yang dihasilkan kendaraan bermesin disel. Tabel 1 : Emisi partkulat dari beberapa jenis mobil disel. Jenis mobil disel berat mobil ,Kg vw Rabbit 900 Peugeot 504 300 Mercedes 300 D 1600 Oldsmobile 4.3 1 1600 Oldsmobile 5.7 1 1700 Sumber : General Motor Inc. Laju emisi partikulat, gr/km 0,14 0,18 0,52 0,45-0,63 0,53

Sifat karakteristik partikulat disel ini, sangat berpotensi sebagai senyawa yang dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan. Partikel ini terdiri dari dua bagian yakni yang berupa padatan dan cairan. Yang berbentuk padat merupakan kumpulan dari subpartikel yang sangat kecil, berbentuk sepeti bola tetapi tak beraturan, sementara itu cairannya melingkupi padatan tersebut disekitar permukaannya. Sifat karakteristik lainnya dapat dilihat dibawah ini : - Ukuran : rata-rata berdiameter 0,1-0,3 m, sedangkan subpartikelnya berukuran 10 nm

- Bulk density : 0,075 gr/cm3 - Surface area : 100 m2/gr - Komposisi kimia :

Tabel 1 Senyawa kimia yang teridentifikasi di partikulat disel


No 1 2 3 Senyawa Parafin Oktana n-Tetradekana n-Heksadekana Senyawa Aromatik Etil Naptalena Penantrena Flourantena* Senyawa Asam Kresol Penilpenol Naptol Senyawa Utama Benzokridin Metil anilin o-Toluedena Senyawa Transisional 1-Nitropirena Flouronona 2-Metil-9 Antrona Senyawa Oksigenat 9,10Antraquinon Hidroquinon Benzantrona

4 5 6

n- Eikosana Sikloheksana Metil Sikloheksana

Benzo- a -Pirena* Metil penantrena* Dibenzantrena

Asam Naptoat Asam Benzoat

Dibenzo(c.g)Car bazol

1,8 Naptalik As.Anhidrid

Dinitro-okresol

*Bersifat karsinogen

Menyiasati Partikulat asap disel Upaya menurunkan kadar partikulat asap disel guna mengurangi pencemaran udara merupakan persoalan mendesak untuk dipecahkan. Karena seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan sarana transportasi, jumlah kendaraan yang ada dikota-kota akan meningkat pula. Hal ini tentunya, potensi pencemaran udara yang ditimbulkan akan semakin mengkhawatirkan. Beberapa cara ataupun metoda riset yang dapat dilakukan atau paling tidak perlu diketahui dalam mengantisipasi keberadaan partikulat disel, antara lain adalah : I. Modifikasi Bahan bakar II. Particulat trapping/catalist III. Modifikasi Mesin disel

I. Modifikasi Bahan Bakar Metoda ini terdiri dari : I.1. Fuel Blends Cara ini dimaksudkan untuk mencari bahan bakar alternatif pengganti solar ataupun mecampur solar tersebut dengan senyawa hidrokarbon lainnya, dengan maksud menemukan formulasi bahan bakar solar yang rendah polusi.

Bahan bakar alternatif pengganti solar misalnya :Pembuatan bahan bakar biodisel dari CPO (Crude Palm Oil), bahkan dibeberapa negara maju pembuatan solar dapat dilakukan dari limbah plastik . Untuk formulasi solar dapat dilakukan misalnya dengan penambahan kerosin, kombinasi

kerosin dan Heptan, Kerosin dengan Benzen dan senyawa lainnya. Namun yang perlu diperhatikan dan merupakan faktor yang mempengaruhi pada pembuatan solar yang ramah lingkungan adalah kandungan senyawa aromatik dan volatilitas dari bahan bakar alternatif tersebut. Berdasarkan penelitian General Motor corp., yang paling berperan dalam pembentukan partikulat dalam bahan bakar solar adalah senyawa aromatik dan

volatilitas senyawa yang ada dalam bahan bakar solar tersebut- dalam hal ini digambarkan sebagai senyawa pada 90% volume Destilasi ASTM. Artinya, semakin banyak kandungan senyawa aromatik dan senyawa pada 90% volume Destilasi ASTM, semakin besar kemungkinan terbentuknya emisi partikulat disel. I.2 . Fuel Additives Yang dimaksud dengan aditif disini adalah senyawa yang digunakan sebagai campuran bahan bakar solar untuk mengurangi emisi gas buang disel. Beberapa jenis aditif solar ini antara lain : Ignition Improvers (meningkatkan panyalaan bahan bakar) ,Catalyze Carbon (Aditif sekaligus katalis) dan Spray Dispersion improvers (Meningkatkan daya pancar bahan bakar). Menurut General Motor sejauh ini belum ada aditif yang dapat mengurangi partikulat disel secara signifikan. I.3. Emulsi Pembuatan emulsi untuk mendapatkan bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan, merupakan salah satu metoda yang paling menarik dari beberapa metoda yang ada. Yang dimaksud emulsi disini adalah pencampuran bahan bakar yang ada dengan air dan surfaktan

-yang berfungsi sebagai emulsifier. Pembuatan emulsi ini selain dimaksudkan sebagai bahan bakar yang ramah lingkungan juga diharapkan dapat mengurangi penggunaan bahan bakar yang berasal dari minyak bumi, yang saat ini dirasakan sudah sangat menipis persediaannya. Dinegara maju seperti Jepang dan Amerika, emulsi sudah dapat dapat dibuat dengan kandungan airnya mencapai 80%. Namun ada satu kelemahan mendasar dari emulsi bahan bakar ini yakni kalor pembakarannya relatif lebih rendah dibandingkan bahan bakar tersebut sebelum diemulsikan. I.4. Heated Fuel Cara ini dimaksudkan meningkatkan kinerja dari solar tersebut. Caranya dengan memanaskan saluran bahan bakar yang menuju ke ruang bakar menggunakan pemanas listrik Namun cara ini dianggap kurang efektif , karena dapat mengakibatkan kerusakan pada injektor.

Untuk lebih jelasnya mengenai keefektifan metoda-metoda diatas ini terhadap emisi partikulat disel dapat dilihat pada Tabel berikut ini :

Tabel 3 Pengaruh penggunaan beberapa metoda terhadap emisi partikulat disel Metoda Fuel Blend Aditif Emulsi- Air penurunan Mesin Dinamometer 16-70% 4-30% 34% Partikulat Mesin FTP 27% 17% 7% Efek lain Emisi HC meningkat

-Metanol Heated Fuel

31% 11%

100%, Nox turun 40% Nox turun 15% injektor tak berfungsi diatas suhu 260oF

- Menggunakan mesin 5,7 lt V-8 - Kecepatan Dinamometer 25,45,55 mph - FTP : Federal Test Procedure II. Particulate Trapping(filter) dan Oksidasi Katalitik

You might also like