You are on page 1of 17

PENDAHULUAN

Gangguan tiroid pada wanita 4 5 kali lebih banyak dibandingkan pria, khususnya dalam masa subur. Sehingga tidak biasa memeriksa kelainan fungsi tiroid sebagai pemeriksaan rutin pada wanita hamil. Padahal gangguan tiroid sering terjadi pada wanita hamil, namun karena gejalanya tidak khas dan terjadi keadaan hipermetabolik pada kehamilan normal, maka hal ini menambah sulit diagnosis apabila terjadi kelainan selama kehamilan. Namun petugas kesehatan harus waspada dan harus mempertimbangkan kemungkinan adanya gangguan fungsi tiroid, kemudian membedakan antara perubahan fisologis atau patologis, karena kelainan fungsi tiroid pada ibu dapat berpengaruh langsung pada janin melalui jalur transplasenta, antara lain hormon tiroid ibu yang tidak normal, reseptor antibodi TSH atau obat anti tiroid yang diberikan pada ibu; dan tentu saja secara tidak langsung adalah perubahan fisiologis pada kehamilan ibu. Hipotiroksinemia merupakan suatu keadaan yang sering terjadi pada wanita hamil. Hal ini ditandai dengan rendahnya kadar hormon tiroid bebas (fT4) pada ibu dengan TSH masih dalam rentang normal. Keadaan ini sudah lama berjalan tanpa ada konsekuensi apapun pada ibu dan bayinya sehingga mendorong timbulnya beberapa penelitian. Berdasarkan penelitian tersebut di dapati pada ibu hamil dengan hipo maupun hipertiroidisme yang tidak terkontrol, menunjukkan bahwa bayi yang dikandung akan lahir dengan berat badan lahir rendah, dan besar kemungkinan terjadi cacat bawaan.

Page | 1

PEMBAHASAN

1.

Definisi Tiroid merupakan kelenjar kecil, dengan diameter sekitar 5 cm dan terletak di

leher, tepat dibawah jakun. Kedua bagian tiroid dihubungkan oleh ismus, sehingga bentuknya menyerupai huruf H atau dasi kupu-kupu. Dalam keadaan normal, kelenjar tiroid tidak terlihat dan hampir tidak teraba, tetapi bila membesar, dokter dapat merabanya dengan mudah dan suatu benjolan (Nodule) bisa tampak dibawah atau di samping jakun.

2.

Fungsi Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid, yang mengendalikan kecepatan

metabolisme tubuh. Hormon tiroid mempengaruhi kecepatan metabolisme tubuh melalui 2 cara: Merangsang hampir setiap jaringan tubuh untuk menghasilkan protein Meningkatkan jumlah oksigen yang digunakan oleh sel. Jenis jenis hormon Hormon tiroid terdapat dalam 2 bentuk: Tiroksin (T4), merupakan bentuk yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid, hanya memiliki efek yang ringan terhadap kecepatan metabolisme tubuh. Tiroksin dirubah di dalam hati dan organ lainnya ke dalam bentuk aktif, yaitu tri-iodo-tironin (T3). Perubahan ini menghasilkan sekitar 80% bentuk hormon aktif, sedangkan 20% sisanya dihasilkan oleh kelenjar tiroid sendiri. Perubahan dari T4 menjadi T3 di dalam hati dan organ lainnya, dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya kebutuhan tubuh dari waktu ke waktu. Sebagian besar T4 dan T3 terikat erat pada protein tertentu di dalam darah dan hanya aktif jika tidak terikat pada protein ini. Dengan cara ini, tubuh mempertahankan jumlah hormon tiroid yang sesuai dengan kebutuhan agar kecepatan metabolisme tetap stabil.

3.

Page | 2

Agar kelenjar tiroid berfungsi secara normal, maka berbagai faktor harus bekerjasama secara benar: - hipotalamus - kelenjar hipofisa - hormon tiroid (ikatannya dengan protein dalam darah dan perubahan T4 menjadi T3 di dalam hati serta organ lainnya). Jika sel-sel bekerja lebih keras, maka organ tubuh akan bekerja lebih cepat. Untuk menghasilkan hormon tiroid, kelenjar tiroid memerlukan yodium, yaitu suatu eleman yang terdapat di dalam makanan dan air. Kelenjar tiroid menangkap yodium dan mengolahnya menjadi hormon tiroid. Setelah hormon tiroid digunakan, beberapa yodium di dalam hormon kembali ke kelenjar tiroid dan didaur-ulang untuk kembali menghasilkan hormon tiroid. Tubuh memiliki mekanisme yang rumit untuk menyesuaikan kadar hormon tiroid. Hipotalamus (terletak tepat di atas kelenjar hipofisa di otak) menghasilkan thyrotropin-releasing hormone, yang menyebabkan kelenjar hipofisa

mengeluarkan thyroid-stimulating hormone (TSH). Sesuai dengan namanya, TSH ini merangsang kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid. Jika jumlah hormon tiroid dalam darah mencapai kadar tertentu, maka kelenjar hipofisa menghasilkan TSH dalam jumlah yang lebih sedikit; jika kadar hormon tiroid dalam darah berkurang, maka kelenjar hipofisa mengeluarkan lebih banyak TSH. Hal ini disebut mekanisme umpan balik.

Page | 3

4.

Asuhan Keperawatan pada Ibu Hamil dengan Hipotiroidisme

Definisi Hipotiroidisme merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadinya hipofungsi tiroid yang berjalan lambat dan diikuti oleh gejala-gejala kegagalan tiroid. Hipotiroidisme atau kretinisme congenital dipakai kalau kelainan kelenjar tiroidea sudah ada pada waktu lahir atau sebelumnya. hipotiroidisme adalah suatu keadaan fungsional yang disebabkan defisiensi hormone tiroid (junaidi, 1982).

Etiologi 1. Bawaan, dapat disebabkan oleh: a. Agenesia atau degenesia kelenjar tiroidea. b. Kelainan hormogenesis. 1) Kelainan bawaan enzim. 2) defisiensi yodium. 3) Pemakaian obat-obatan anti tiroid pada ibu hamil 2. Didapat Biasanya disebabkan hipotiroidisme juvenile. Pada kelainan ini atrofi kelenjar yang sebelumnya normal. Penyebabnya ialah: a. Ideopatik (autoimun) b. Tiroidektomi c. Tiroiditas d. Pemakaian obat antitiroid e. Kelainan hipofisis f. Defisiensi spesifik tsh.

Patofisiologi Kelenjar tiroid bekerja di bawah kelenjar tiroidea, tempat diproduksi hormone tirotropik. Hormon ini mengatur produksi hormone tiroid yaitu tiroksin (T4) dan tiroido tirosin (T3). Kedua hormone tersebut dibentuk dari monoido tirosin dan diido tirosin. Untuk itu, diperlukan dalam proses metabolic di dalam tubuh, lebih-lebih pada pemakaian oksigen. Selain itu ia merangsang sintesis

Page | 4

protein dan mempengaruhi metabolism KH, lemak, dan vitamin. Hormon ini juga diperlukan untuk mengolah karoten menjadi vitamin A. Untuk pertumbuhan badan, hormone ini sangat dibutuhkan tetapi harus bekerja sama dengan growth hormone.

Tanda dan Gejala 1. Ketinisme Hipotiroidisme pada bayi baru lahir biasanya dengan tanda suara serak, ikterus lebih lemah, somnolens, kesulitan dalam pemberian makanan, setelah umur 2-3 bulan mulai terlihat gangguan pertumbuhan, penderita menjadi cebol, debil, embisil, muka tampak bodoh dan lidah membesar, bibr tebal, hidung besar, pesek. Jarak antara kedua mata jauh, kulit kasar kekuningan, lengan dan tungkai relative pendek dibagian tubuh. 2. Miksudema juvenile Hipotiroidisme terjadi sebelum pubertas. Pertumbuhan tulang anak terlambat sehingga lebih pendek, integritas kulit kurang dan pematangan seksual terlambat. 3. Misudema dewasa Penderita merasa kecapaian, lelah, bicara lambat, sukar memusatkan pikiran, lekas luka. Timbul non pitting dipalpebra dan jaringan lain, kulit kering kurang keringat, dingin dan kasar, rambut rontok dan mudah dicabut. 5. 6. 7. 8. 9. Letargi Anoreksia Peningkatan BB Intoleransi terhadap cuaca Gangguan mental

10. Konstipasi 11. Nyeri kepala 12. Kulit kering 13. kuku rapuh dan tipis 14. Alopesi 15. Turgor kulit buruk

Page | 5

16. Reflek tendon dalam yang tertunda. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan raidologi berupa pemeriksaan osifikasi tulang, pada

hipotiroidisme biasanya ada ketidaksesuaian antara bone age dan kronologi bone. 2. Elektrokardiogram menunjukan voltase rendah 3. Elektroensefalogram menunjukan voltase rendah 4. Uji terapeutik jika diagnostic sukar dibuat dan belum dapat menyingkirkan kemungkinan Hipotiroidisme, kita belum memberikan hormone tiroid. 5. Laboratorium: bmr, kolesterol serum meninggi, fosfat alkali rendah, kadar gula darah rendah, kadar karoten plasma tinggi 6. Periksaan khusus meliputi: a. Protein bound rodine (normal 4-8 mg/100ml). b. Butonol extractable iodium (normal 3,5-7 mg/100ml). c. 13 up tune test d. Radioactive tiroidotyronine test e. Scanning

Penatalaksanaan 1. Pencegahan terhadap terjadinya kretinisme dengan suplemen yodium pada ibu hamil di daerah endemic. 2. Obat khusus Yaitu hormone tiroid, pemberiannya dengan cara mulai dengan dosis kecil, lalu dinaikan sampai mendekati dosis tosik, lalu diturunkan lagi. Penilaian dosis yang tepat ialah dengan menilai gejala klinis dan hasil laboratorium. Tanda dosis berlebihan adalah tidak bisa tidur, banyak keringat, gelisah, poliuri, takikardi, hipertensi, muntah, diare. 3. Pada pituitary miksudema pemberian tiroid baru boleh dilakukan setelah pengobatan kortison, karena peninggian bmr memungkinkan timbulnya insufisiensi adrenokortikal akut. 4. Makan yang adekuat dengan cukup kalori dan protein, vitamin dan mineral.

Page | 6

Komplikasi 1. Pada hamil: a. Resiko BBLR b. Resiko abortus pada trimester pertama c. Resiko bayi mati d. Peningkatan insiden preeklamsi dan abortus plasenta. 2. Osteogenesia imperfekta 3. Akondrolasia 4. Aminotonia congenital 5. Lipodistropi 6. Penyakit penimbunan glikogen.

Asuhan Keperawatan Dengan Hipotiroidisme 1. Pengkajian a. Aktifitas/ istirahat Merasa lelah, lesu, tidak tahan dingin b. Eliminasi konstipasi c. Makanan/cairan penambahan BB dan anoreksia d. Neurosensori Lemah, bicara pelan, suara parau, gangguan daya ingat, lambat berpikir. e. Cardiovaskuler. tidak tahan dingin, tidak berkeringat, tekanan darah turun, nadi, suhu turun. f. Pernafasan sesak napas. g. integument kulit kasar, pucat, dingin, kasar, bersisik, dan rambut jarang. h. Musculoskeletal kekakuan otot, kelemahan i. Seksualitas

Page | 7

monorargie, impoten, dan kesuburan menurun.

2. Diagnosa Keperawatan a. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan, penurunan proses kognitif. b. Hipotermi berhubungan dengan tidak tahan dingin. c. konstipasi berhubungan dengan fungsi gastro intestinal. d. kurang pengetahuan tentang pengobatan berhubungan dengan penerimaan yang adekuat, deficit sumber informasi. e. pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi. 3. Intervensi Diagnosa Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan, penurunan proses kognitif. Intervensi a. Atur interval waktu antar aktifitas untuk menigkatkan istirahat dan latihan yang dapat tertolerir. b. bantu aktifitas perawatan mandiri ketika pasien berada dalam keadaan lelah. c. beri stimulasi melalui percakapan dan aktifitas yang tidak dapat menimbulkan stress. d. Pantau respon pasien terhadap penigkatan aktifitas.

Diagnosa Hipotermi berhubungan dengan tidak tahan dingin. Intervensi a. Beri tambahan lapisan pakaian/selimut. b. Rangsang penggunaan panas dari luar tubuh. c. Pantau suhu tubuh pasien dan laporkan penurunannya dari nilai dasar normal. d. Lindungi terhadap pemajanan hawa dingin dan hembusan dingin.

Page | 8

Diagnosa Konstipasi berhubungan dengan penurunan fungsi gastrointestinal

Intervensi a. Dorong pemasukan asupan cairan dalam batas retrikasi cairan. b. Beri makanan yang kaya akan serat. c. Ajarkan kepada pasien tentang jenis fungsi makanan yang banyak mengandung serat. d. Pantau fungsi usus.

Diagnosa Kurang pengetahuan tentang pengobatan berhubungan dengan penerimaan yang inadekuat. Intervensi a. Jelaskan dasar pemikiran untuk terapi penggantian hormone tiroid. b. Uraikan efek pengobatan yang dikehendaki pasien. c. Bantu pasien menyusun jadwal memastikan pelaksanaan sendiri terapi penggantian hormone tiroid. d. Uraikan tanda tanda dan gejala pemberian obat dengan dosis yang berlebihan dan kurang.

Diagnosa Pola nafas tidak efektif berhubungan denga depresi ventillasi Intervensi a. Pantau frekuensi, kedalaman pola nafas, oksimetri denyut nadi dan gas darah arterial. b. Dorong pasien untuk nafas dalam dan batuk efektif. c. Beri obat hiponotik dan sedative dengan hati-hati sesuai program terapi. d. Pelihara saluran nafas pasien dengan melakukan pengisapan dan dukungan ventilasi jika dipelukan. 4. Implementasi Implementasi disesuaikan dengan intervensi

Page | 9

5. Evaluasi a. Aktifitas toleransi b. suhu tubuh normal c. konstipasi tidak terjadi d. pengetahuan meningkat e. pola nafas efektif.

6.

Asuhan Keperawatan pada Ibu Hamil dengan Hipertiroidisme

A. Definisi Hipertiroidisme adalah suatu sindrom klinis atau lebih tepat dikatakan suatu kelompok sindrom yang disebabkan oleh peninggian hormon tiroksin yang tidak terikat dalam sirkulasi darah (IPD, 2992). Hipertiroid pada kehamilan (morbus basodowi) adalah hiperfungsi kelenjar tiroid ditandai dengan naiknya metabolisme basal 15-20%, kadang kala disertai pembesaran ringan kelenjar tiroid. Penderita

hipertiroid biasanya mengalami gangguan haid ataupun kemandulan. Kadang juga terjadi kehamilan atau timbul penyakit baru, timbul dalam masa kehamilan.(Wilson, 2005). Hipertiroidisme adalah tirotoksitosis sebagai akibat produksi tiroid itu sendiri (mansjoer, 2001:594). Hipertiroidisme adalah kehamilan dengan penyakit grave, merupakan penyakit autoimun dimana sejenis

immunoglobbulin yang terikat dengan reseptor hormone pemicu tiroid akan menyebabkan biosintesis dan sekresi tiroid secara berlebihan.

B. Etiologi Lebih dari 95% kasus hipertiroid disebabkan oleh penyakit graves, suatu penyakit tiroid autoimun yang antibodinya merangsang sel-sel untuk menghasilkan hormone yang berlebihan.

Page | 10

Menurut F. Gary Cunningham, 2004, ada penyebab hipertiroid lainnya yang jarang selain penyakit graves adalah: - Toksisitas pada strauma multinudular - Adenoma folikular fungsional ,atau karsinoma (jarang) - Edema hipofisis penyekresi-torotropin (hipertiroid hipofisis)

C. Patofisiologi Hypotyroidisme dapat terjadi akibat pengangkatan kelenjar tyroid infeksi kronis, atrofi kelenjar tyroid yg bersifat idiopatik, jika produksi hormon tidak adekuat maka kelenjar tyroid akan berkompensasi untuk meningkatkan sekresi sebagai respon terhadap rangsangan hormon TSH, penurunan sekresi akan menurunkan laju metabolisme basal yang akan mempengaruhi semua sistem tubuh seperti penurunan produksi asam lambung, penurunan metabolisme usus, penurunan detak jantung, gangguan sistem neurologi dan penurunan produksi panas.

D. Manifestasi Klinis - Penurunan berat badan - Kelemahan dan keletihan - Apatis - Gugup - Lemah otot - Palpitasi - Pembesaran tiroid - An ovulasi - Amenorea - Keringat berlebihan - Tremor otot - Takikardi - Hipertensi sistolik - Limfadenopati - Splenomegali

Page | 11

- Pembengkakan pada ujung jari tangan

E. Pemeriksaan Penunjang 1. Basal metabolisme rate 2. EKG: melihat takikardia, mungkin fibrilasi atrium 3. Scaning: memperlihatkan konsentrasi yodium radioaktif yang ditahan tiroid bertambah

F. Penatalaksanaan 1. Makanan diet tinggi kalori protein dan vitamin 2. Pemberian obat propiltiourasil 100 mg 3 x sehari 3. Obat anti-tiroid: pengobatan untuk wanita hamil trimester ke dua yang memerlukan anti-tiroid doses tinggi. 4. Tirah baring dilakukan untuk mengurangi aktivitas yang berlebihan dan kestabilan emosi 5. Lakukan terapi imunoasay kadar hormon tiroid untuk diagnosis dan penatalaksanaan 6. Rawat inap untuk pilihan medikamentosa dan dosis, kemudian lakukan rawat jalan secara terjadwal untuk memelihara kondisi 7. Atasi komplikasi terhadap kehamilan maupun metabolic 8. Penanganan abortus, janin mati, persalinan preterm lakukan di RS

G. Komplikasi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Krisis tiroid Abortus Janin mati dalam kandungan Premature Kerusakan sistem saraf pusat BBLR Penurunan libido Hipokalsemia Hiperkalsemia

Page | 12

10. Fibrilasi atrium

H.

Asuhan Keperawatan Hipertiroid

1. Pengkajian a. Aktifitas/Istirahat Insomnia, sensitive meningkat, otot lemah, kelelahan berat, letih, ma;aise b. Sirkulasi Palpitasi, nyeri dada, disritmia, penigkatan tekanan darah, takikardi saat istirahat c. Eliminasi Output berlebihan, perubahan dalam fases, diare d. Integritas Ego Mengalami stres yang berat baik, emosi labil, depresi e. Makanan/cairan Kehilangan BB yang mendadak, nafsu makan meningkat, makan banyak, kehausan, mual muntah. f. Neurosensori Bicara cepat dan parau, gangguan status mental, prilaku seperti beingung, disorientasi, gelisah, tremor, halus pada tangan, hiperaktif reflek tendon dalam g. Nyeri/kenyamanan Nyeri orbital, fotopobia h. Pernapasan Frekwensi pernapasan menigkat, takipnoe, dispnoe, edema i. Keamanan Intoleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan, suhu menigkat diatas 37,4 derajat celsius, lesi uretema, iritasi pada konjungtiva j. Seksualitas Penurunan libido, amenore, impotensi.

Page | 13

2. Diagnosa Keperawatan 1) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kurangnya masukan dibandingkan kebutuhan metabolisme terhadap laju metabolism yang meningkat 2) Resiko terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan terjadi komplikasi 3) Resiko cidera berhubungan dengan tremor, stimulasi SSP yang berlebihan 4) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan keletihan terhadap akibat laju metabolisme yang berlebihan.

3. Intervensi Diagnosa 1: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kurangnya masukan dibandingkan kebutuhan metabolisme terhadap laju metabolisme yang meningkat. Intervensi: - auskultasi bising usus - catat adanya anoreeksi, kelemahan umum, mual, muntah - pantau masukan makanan setiap hari dan timbang BB - dorong pasien untuk makan dan meningkatkan peristaltic usus.

Diagnosa 2:

Resiko terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan terjadi komplikasi

Intervensi: - Pantau tekanan darah - Pantau CPV jika pasien menggunakannya - Pantau adanya nyeri dada - Kaji nadi saat pasien tidur - Pantau EKG

Diagnosa 3:

Resiko cidera berhubungan dengan tremor, stimulasi SSP yang berlebihan.

Intervensi:

Page | 14

- pantau tanda vital - Pertahankan penghalang tempat tidur terpasang - Pantau kadar kalsium darah - Beri obat sesuai indikasi

Diagnosa 4:

Intoleransi aktifitas berhubungan dengan keletihan sekunder terhadap akibat laju metabolisme yang berlebihan.

Intervensi: - Kaji tanda vital - Catat perkembangan takipnoe, dispnoe, pucat dan sianosis - Ciptakan lingkungan yang nyaman - Sarankan pasien untuk mengurangi aktifitas dan meningkatkan istirahat.

4. Implementasi Implementasi disesuaikan dengan intervensi

5. Evaluasi a. Nutrisi adekuat b. Penurunan curah jantung tidak terjadi c. Cidera tidak terjadi d. Aktifitas adekuat

Page | 15

KESIMPULAN

Hipotiroksinemia merupakan suatu keadaan yang sering terjadi pada wanita hamil, ditandai dengan rendahnya kadar hormon tiroid bebas (fT4) pada ibu dengan kadar TSH masih dalam rentang normal. Walaupun keadaan ini tidak berpengaruh pada keadaan klinis ibu, namun dapat berakibat kurang baik pada janin yang dikandungnya, walaupun hanya bersifat transient. Demikian juga bila jelas terdapat hipotiroidisme pada ibu hamil, akan berakibat jelek pada janin yang dikandungnya terutama untuk perkembangan otaknya. Pada ibu hamil dengan hipertiroidisme yang tidak terkontrol, bayi yang dikandung akan lahir dengan hipertiroidisme neonatal, berat badan lahir rendah, kraniosinostosis dan besar kemungkinan terjadi cacat bawaan yang tidak ada hubungannya dengan pengobatan tionamid. Penting untuk memeriksa fungsi tiroid pada ibu hamil terutama pada awal kehamilan bila didapatkan kecurigaan gangguan tiroid. Agar outcome untuk ibu dan anak yang dikandungnya baik, sebaiknya pengelolaan penyakitnya selama kehamilan, tidak hanya oleh ahli obstetri tetapi juga oleh ahli endokrin yang berpengalaman.

Page | 16

DAFTAR PUSTAKA

Wahyu Purwaningsih dan Siti Fatmawati. 2010, Asuhan Keperawatan Maternitas, Nuha Medika:Yogyakarta Gatut Semiardji. 2008, Penyakit Kelenjar Tiroid: Gejala Diagnosa dan Pengobatan, Balai Penerbit FKUI: Jakarta http://yayansrisuryani09157.blogspot.com/2011/06/asuhan-keperawatanklien-dengan_26.html. Tanggal akses: 24 -04 - 2012 jam 9.40. http://www.docstoc.com/docs/85269077/HIPOTIROIDISME. akses : 24 04 2012 jam 10:05. http://medicastore.com/penyakit/131/Kelenjar_Tiroid.html. Tanggal akses: 24 04 2012 jam 10:55. Tanggal

Page | 17

You might also like