Professional Documents
Culture Documents
Sosok mahasiswa UGM berusia 22 tahun ini memang fenomenal. Ia baru saja meraih penghargaan Wirausaha Muda Mandiri karena prestasinya membangun
perumahan murah untuk rakyat miskin di Yogyakarta. Kemarin, Pak Didin menawari untuk menghadirkannya di TDA Forum. Pak Didin punya kontaknya. Tentu, saya pribadi senang sekali. Saya ingin belajar dari anak muda ini. Saya pernah bertemu dengannya waktu sama-sama mengisi talkshow bareng di Kampus UGM beberapa waktu lalu. Kami tidak sempat ngobrol. Sebelum menghadirkannya, ada baiknya kita baca dulu kisah Yudistira Tri .N. ini: Jumat lengang. itu, hari sore Tidak tenang kaki (28/12), ada suasana geliat Universitas proses Gajah belajar Mada (UGM), terlihat hari
aktivitas untuk
Maklum Saat
mahasiswa ke
ujian
akhir terlihat
semester sosok
Realita
melangkahkah
gedung
Rektorat,
berperawakan
tinggi kurus dari kejauhan langsung menyambut kedatangan Realita. Dialah Yudhistira Tri .N. (22), seorang wirausaha muda yang peduli dengan kaum miskin. Sambil duduk di samping gedung Rektorat, pemuda yang kerap disapa Yudhistira ini, langsung mengajak Realita ke perumahannya yang tak jauh dari kampus UGM. Untuk sampai ke perumahan tersebut hanya membutuhkan waktu 20 menit dengan menggunakan kendaraan roda empat. Kami berhenti saat melewati deretan rumah bercat meter hijau persegi tipe itu 22/60. adalah Rupanya bangunan yang yang berdiri di atas lahan 60
perumahan
didirikannya
yang
diperuntukan
khusus bagi orang-orang miskin. Setelah puas mengitari perumahan, Yudhistira mengajak Realita untuk melanjutkan obrolan di kantornya.
Yudhistira sendiri merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan H. Sumarli (55) dan Hj. Sakinah (45). Yudhistira terlahir dari keluarga yang lumayan berada, yaitu ayahnya berprofesi sebagai karyawan swasta, sedangkan ibunya hanya ibu rumah tangga biasa. Sejak kecil orang tuanya sudah mengajarkan bahwa segala sesuatu diperoleh tidak dengan gratis. Orang tuanya juga meyakinkan bahwa
rezeki itu bukan berasal dari mereka tapi dari Allah SWT. Ketika duduk di bangku Sekolah Dasar Sleman Yogyajarta, Yudhistira sudah
mengikuti berbagai perlombaan dan bahkan ia pernah mengalahkan anak SMP saat lomba cerdas cermat. Karena kepintarannya itu, Yudhistira pun menjadi anak
kesayangan guru-gurunya. Begitu pula ketika masuk SMP I Yogyakarta, SMP terfavorit di kabupaten DIY, Yudhistira selalu mendapatkan rangking. Pria kelahiran Semarang, 17 April 1986 ini mengaku kesuksesan yang ia raih saat ini bukanlah sesuatu yang instan. Butuh proses dan kesabaran untuk mendapatkan semua ini, tidak ada sesuatu yang bisa dicapai secara instan, tegasnya. Jiwa wirausaha Yudhistira sendiri
mulai terasah saat ia duduk di bangku kelas 3 SMA I Sleman, DIY. Dalam hati, Yudhis bertekad tanpa setelah lulus SMA nanti ia harus dari bisa orang membiayai tuanya. Ia
kuliahnya
sendiri
menggantungkan
biaya
kuliah
pun mempunyai target setelah lulus SMA harus mendapatkan uang Rp 15 juta untuk modal kuliahnya kelak. Berjualan berbisnis Donat. Akhirnya, tanpa cara sepengetahuan berjualan orang tuanya, Yudhis Setiap mulai ia
kecil-kecilan
dengan
donat
keliling.
hari
mengambil 10 boks donat masing-masing berisi 12 buah dari pabrik donat untuk kemudian dijajakan ke Sekolah Dasar di Yogyakarta. Ternyata lumayan juga. Dari hasil jualannya ini, setiap hari Yudhis bisa meraup keuntungan Rp 50 ribu. Setelah tercium Nasional), khawatir berjalan juga beberapa orang bulan, tuanya. saya rupanya Karena untuk ini kegiatan sudah sembunyi-sembunyinya dekat ujian UAN akhir, (Ujian donat. jelas ini oleh tua Akhir Mereka pria
orang kalau
menyuruh
saya
berhenti
berjualan
kegiatan
mengganggu
Dilarang berjualan donat, Yudhis justru tertantang untuk mencari uang dengan cara lain yang tidak mengganggu sekolahnya. Pada tahun 2003 ketika Fakultas Geografi UGM ini Yudhis mengikutinya mengadakan lomba Java Geographic Competion se-Jawa, dan berhasil menjuarainya. Begitu pula saat Fakultas
Geografi Universitas Indonesia (UI) menyelenggarakan kompetisi Geografi dan lingkungan , Yudhis juga berhasil menjadi juara ke-dua. Hadiah uang yang diperoleh dari setiap
perlombaan, ia kumpulkan untuk kemudian digunakan sebagai modal kuliah. Setelah lulus SMU, Elang melanjutkan kuliah di Fakultas Geografi UGM
(universitas gajag mada). Yudhis sendiri masuk UGM tanpa melalui tes SPMB (Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru, red) sebagaimana calon mahasiswa akan masuk ke Perguruan Tinggi Negeri. Ini dikarenakan Yudhis yang pernah
menjuarai kompetisi geografi yang diadakan oleh UGM sehingga bisa masuk tanpa tes. Saat awal-awal masuk kuliah, Yudhis mendapat musibah yang menyebabkan uang Rp 10 jutanya tinggal Rp 1 juta. Namun Elang enggan memberitahu apa musibah yang dialaminya tersebut. Padahal uang itu rencananya akan digunakan sebagai modal usaha. Meski hanya bermodal Rp 1 juta, Yudhis tidak patah semangat untuk memulai usaha. Uang Rp 1 juta itu ia belanjakan sepatu lalu ia jual di Asrama Mahasiswa UGM. Lewat usaha ini, dalam satu bulan Yudhis bisa mengantongi uang Rp 3,5 jutaan. Tapi setelah berjalan beberapa tahun, orang yang menyuplai sepatunya entah kenapa mulai menguranginya dengan cara menurunkan kualitas sepatunya. Satu per satu pelanggannya pun tidak mau lagi membeli sepatu Yudhis. Sejak itu, Yudhis memutuskan untuk tidak lagi berjualan sepatu. Setelah apalagi. akan ayam tidak Pada lagi berbisnis dengan sepatu, sisa Yudhis uang kebingungan bisnis ketika bisnis ketika adalah mencari bisnis ia
modal
rencanaya ke
gunakan bakar,
ayam lampu
bakar. ini
Tapi, berawal
terjun
melihat
peluang
pengadaan
lampu
kampusnya. lampu di
Peluang UGM
melihat bisnis
yang
redup.
Saya
fikir
ini
peluang
strategi Ario Winarsis, yaitu bisnis tanpa menggunakan modal. Ario Winarsis sendiri Winarsis Amerika. awalnya adalah ada seorang seorang pemuda miskin dari Amerika yang rumah, Latin, raya Ario di
pengusaha itu
tembakau keluar
kaya Ario
ketika
pengusaha
Winarsis
selalu melambaikan tangan ke pengusaha itu. Pada awalnya pengusaha itu tidak memperdulikannya. Tapi karena Ario selalu melambaikan tangan setiap hari, pengusaha tembakau itu menemuinya dan mengatakan, Hai pemuda, kenapa kamu selalu melambaikan tangan setiap saya ke luar rumah? Pemuda miskin itu lalu menjawab, Saya punya tembakau kualitas bagus. Bapak tidak usah membayar dulu, yang penting saya dapat PO dulu dari Bapak. Setelah mendengar jawaban dari pemuda itu, pengusaha kaya itu lalu membuatkan tanda tangan dan stempel kepada pemuda tersebut. Dengan modal stempel dan tanda tangan dari pengusaha Amerika itu, pemuda tersebut pulang dan mengumpulkan hasil tembakau di
kampungnya untuk di jual ke Amerika lewat si pengusaha kaya raya itu. Maka, jadilah pemuda itu orang kaya raya tanpa modal. Begitupula Yudhis, dengan modal surat dari kampus, ia melobi ke perusahaan lampu proposal Philips saya pusat gol, untuk dan menyetok lampu saya di kampusnya. Alhamdulillah Rp 15
setiap
penjualan
mendapat
keuntungan
juta, ucapnya bangga. Tapi, karena bisnis lampu ini musiman dan perputaran uangnya lambat, Yudhis mulai bisnis berfikir minyak untuk goreng, mencari Elang pagi bisnis mulai yang lain. Setelah jualan melihat minyak celah goreng di ke
menekuni berangkat
sebelum diisi
membersihkan dikirim ke
kemudian
minyak
goreng
warung-warung Pasar Malioboro, serta Klaten, kuliah. Sepulang kuliah, Yudhis kembali mengambil jerigen-jerigen di warung untuk diisi kembali keesokan
harinya. Tapi, karena bisnis minyak ini 80 persen menggunakan otot, sehingga mengganggu kuliahnya. Elang pun memutuskan untuk berhenti berjualan. Saya sering ketiduran di kelas karena kecapain, kisahnya. Yudhis mengaku selama ini ia berbisnis lebih banyak menggunakan otot dari pada otak. Yudhis berkonsultasi ke beberapa para pengusaha dan dosennya untuk minta wejangan. Dari hasil konsultasi, Yudhis mendapat pencerahan bahwa
berbisnis tidak harus selalu memakai otot, dan banyak peluang-peluang bisnis yang tidak menggunakan otot. Setelah Bahasa kita mendapat Inggris di untuk berbagai masukan, Yudhis bahasa mulai merintis ini bisnis sangat Lembaga prospektif ia itu
kampusnya. bisa
Bisnis
Inggris
apalagi di kampus, karena ke depan dunia semakin global dan mau tidak mau dituntut bahasa Inggris, Sebenarnya jualan lembaga dari jelasnya. ia bisa Adapun modalnya, usaha
bersama tapi
kawan-kawannya. pegalaman
membiayai ia
karena
saat
minyak,
Karena pengajar
lulusan
Geografi mempercayakan lembaganya itu menjadi mitra. Karena dalam bisnis lembaga bahasa Inggris Yudhis tidak terlibat langsung dan hanya mengawasi saja, ia Saya manfaatkan di waktu luangnya untuk gaji bekerja sebagai saya marketing perumahan. marketing tidak mendapat bulanan,
hanya mendapatkan komisi setiap mendapat konsumen, ujarnya. Bangun Rumah Orang Miskin. Di usianya yang relatif muda, pemuda yang tak suka merokok ini sudah menuai berbagai keberhasilan. Dari hasil usahanya itu Yudhis sudah mempunyai rumah dan mobil mewah sendiri. Namun di balik keberhasilannya itu, Yudhis merasa ada sesuatu yang kurang. Sejak saat itu ia mulai merenungi kondisinya. Kenapa kondisi saya begini, padahal saya di UGM hanya tinggal satu setengah tahun lagi. Semuanya saya sudah punya, apalagi yang saya cari di dunia ini? batinnya. Setelah lama merenungi ketidaktenangannya itu, akhirnya Yudhis mendapatkan
jawaban. Ternyata selama ini ia kurang bersyukur kepada Tuhan. Sejak saat itulah Yudhis mulai mensyukuri segala kenikmatan dan kemudahan yang diberikan oleh Tuhan. Karena bingung mau jalan. bisnis Setelah yang apalagi, shalat sangat akhirnya istikharah, megah sih Yudhis dalam dan yang shalat tidur di
istikharah saya
minta
bermimpi City,
bangunan
indah
Manhattan
bertanya
kepada
orang,
siapa
membuat
bangunan megah ini? Lalu orang itu menjawab, Bukannya kamu yang membuat?
Setelah itu Yudhis terbangun dan merenungi maksud mimpi tersebut. Saya pun kemudian memberanikan diri untuk masuk ke dunia properti, ujarnya. Pengalaman bekerja di marketing perumahan membuatnya mempunyai pengetahuan di dunia properti. Sejak mimpi yang ia itu ia mulai Rp mencoba-coba 162 juta di ikut berbagai yaitu
tender.
Tender
pertama
menangi di
Jakarta
membangun
sebuah
Sekolah
Dasar
daerah
Yogyakarta.
Sukses
menangani
sekolah membuat Yudhis percaya diri untuk mengikuti tender-tender yang lebih besar. Sudah berbagai proyek perumahan ia bangun. Selama ini bisnis properti kebanyakan ditujukan hanya untuk orang-orang kaya atau berduit saja. Sedangkan perumahan yang sederhana dan murah yang
terjangkau untuk orang miskin jarang sekali pengembang yang peduli. Padahal di Indonesia ada 70 juta rakyat yang masih belum memiliki rumah. Apalagi rumah juga merupakan kebutuhan yang sangat primer. Sebagai tempat berteduh dan membangun keluarga. Banyak orang di Indonesia terutama yang tinggal di kota belum punya rumah, padahal mereka sudah berumur 60 tahun, biasanya kendala mereka karena DP yang kemahalan, cicilan kemahalan, jadi sampai sekarang mereka belum berani untuk memiliki rumah, jelasnya. Dalam hidupnya, Yudhis ingin memiliki keseimbangan dalam hidup. Bagi Yudhis, kalau mau kenal orang maka kenalilah 10 orang terkaya di Indonesia dan juga kenal 10 orang termiskin di Indonesia. Dengan kenal 10 orang termiskin dan terkaya, akan mempunyai keseimbangan dalam hidup, dan pasti akan melakukan sesuatu untuk mereka. Melihat realitas sosial seperti itu, Yudhis terdorong
untuk mendirikan perumahan khusus untuk orang-orang ekonomi ke bawah. Maka ketika Sleman, ada peluang mengakuisisi satu tanah di itu. desa Tapi, Sukamaju karena kecamatan tidak
Yudhis
langsung
mengambil
peluang
Yudhis
punya banyak modal, ia mengajak teman-temannya yang berjumlah 5 orang untuk patungan. Dengan modal patungan Rp 340 juta, pada tahun 2007 Yudhis mulai membangun rumah sehat sederhana (RSS) yang difokuskan sedikit untuk demi si miskin itu.
berpenghasilan
rendah.
Dari
penjualan
rumah
yang
sedikit
Modalnya Yudhis putar kembali untuk membebaskan lahan di sekitarnya. Rumah bercat hijau pun satu demi satu mulai berdiri.
Yudhis membangun rumah dengan berbagai tipe, ada tipe 22/60 dan juga tipe 36/72. Rumah-rumah yang berdiri di atas lahan 60 meter persegi tersebut ditawarkan hanya seharga Rp 25 juta dan Rp 37 juta per unitnya. Jadi, hanya dengan DP Rp 1,25 juta dan cicilan Rp 90.000 ribu per bulan selama 15 tahun, mereka sudah bisa memiliki rumah, ungkapnya. Karena modalnya pas-pasan, untuk media promosinya sendiri, Yudhis hanya
mengiklankan di koran lokal. Karena harganya yang relatif murah, pada tahap awal fasilitas pembangunan pendukung langsung di terjual habis. Meski harganya seperti murah, 24 tapi jam,
dalamnya
sangat
komplit,
Klinik
angkot 24 jam, rumah ibadah, sekolah, lapangan olah raga, dan juga dekat dengan pasar. Karena rumah itu diperuntukkan bagi kalangan ekonomi bawah, kebanyakan para profesi konsumennya adalah buruh pabrik, staf tata usaha
(TU) Ugm, bahkan ada juga para pemulung. Sisihkan 10 Persen. Dengan berbagai kesuksesan di usia muda itu, Yudhis tidak lupa diri dengan hidup bermewah-mewahan, justru Yudhis semakin mendekatkan diri kepada Tuhan. Salah satu wujud rasa syukur atas nikmatnya itu, dalam setiap proyeknya, ia selalu menyisihkan 10 persen untuk kegiatan amal. Uang yang 10 persen itu saya masukkan ke BMT (Baitul Mal Wa Tanwil/tabungan) pribadi, dan saya alokasikan untuk membantu orang-orang miskin dan orang yang kurang modal, bebernya. Bagi Yudhis, materi yang saat ini ia miliki ada hak orang miskin di dalamnya yang musti dibagi. Selain menyisihkan 10 persen dari hasil proyeknya, Yudhis juga memberikan sedekah mingguan, bulanan, dan bahkan tahunan kepada fakir miskin.
Bagi Yudhis, sedekah itu tidak perlu banyak tapi yang paling penting adalah kontinuitas dari sedekah tersebut. Meski jumlahnya kecil, tapi jika
dilakukan secara rutin, itu lebih baik daripada banyak tapi tidak rutin.
Yudhis sendiri terbilang sebagai salah satu sosok pengusaha muda yang sukses dalam merintis bisnis di tanah air. Prestasinya patut diapresiasi dan
dijadikan suri tauladan bagi anak-anak muda yang lain. Bagi Yudhis, semua anak muda Indonesia bisa menjadi orang yang sukses, karena kelebihan manusia dengan ciptaan mahkluk Tuhan yang lain adalah karena manusia diberi akal. Dan, ketika manusia lahir ke dunia dan sudah bisa mulai berfikir, manusia itu seharusnya sudah bisa mengarahkan hidupnya mau dibawa kemana. Kita hidup catatan sesuatu ibarat hidup yang diberi ini. diary Mau kosong. bagi Lalu, Atau yang tergantung mau lain, kitanya mau ini mengisi dengan Ketika
hura-hurakah?
mengisi ucapnya
hidup
bermanfaat
berfilosof.
seseorang sudah bisa menetapkan arah hidupnya mau dibawa kemana, tinggal orang itu mencari kunci-kunci kesuksesannya, seperti ilmu dan lain
sebagainya.
Menjaga Masjid. Adapun kunci kesuksesan Yudhis sendiri berawal dari perubahan gaya hidupnya saat kuliah semester enam. Pada siang hari, Yudhis bak singa padang pasir. Selain kuliah, ia juga melobi, menjalankan dan sebagainya. bisnis Namun mencari ketika
peluang-peluang bisnis
baru,
negosiasi,
malam tiba, ia harus menjadi pelayan Tuhan, dengan menjadi penjaga Masjid. Setiap malam dari semester lima sampai sekarang saya tinggal di Masjid yang berada dekat terminal Yogyakarta. Dari mulai untuk membersihkan orang-orang Masjid, sampai
mengunci,
Shubuh, semua saya lakukan, ujarnya merendah. Yudhis mengaku ketika menjadi penjaga Masjid ia mendapat kekuatan pemikiran yang luar biasa. Bagi Yudhis, Masjid selain sebagai sarana ibadah, juga tempat yang sangat mustajab untuk merenung dan memasang strategi. Dalam halaman masjid itu juga ada pohon pisang dan di sampingnya gundukan tanah. Saya anggap itu adalah kuburan saya. Ketika saya punya masalah saya merenung kembali dan kata Nabi, orang yang paling cerdas adalah orang yang mengingat mati, ujarnya.
Ikut
Lomba
Wirausaha
Muda
Mandiri
Karena
Tukang
Koran
Ghaib
Yudhis semakin dikenal khalayak luas ketika berhasil menjadi juara pertama di ajang lomba wirausaha muda mandiri yang diadakan oleh sebuah bank belum lama ini. dari sebab Keikutsertaan koran Elang dalam lomba tersebut koran itu sebenarnya ghaib. tidak berkat Kenapa informasi ghaib?, lagi yang ia dapatkan koran, lewat tukang tukang koran
setelah
memberi
pernah
kembali
padahal sebelumnya ia berjanji untuk kembali lagi. Peristiwa aneh itu terjadi saat ia sedang mencuci mobil di depan rumahnya. Tiba-tiba langganan mengatakan saja ada tukang koran pun yang menawarkan tawaran koran. koran. Karena itu musti sudah dengan sudah
koran, kalau
Yudhis ia
menolak
tukang Tapi
koran
sudah
berlangganan
anehnya
mengatakan demikian, si tukang koran itu tetap memaksa untuk membelinya, karena Yudhis tidak mau elang akhirnya dan si tukang akan koran kembali itu lagi memberikan keesokan dengan harinya.
cuma-cuma
kepada
berjanji
Karena diberi secara cuma-cuma, akhirnya Yudhis pun mau menerimanya. Setelah selesai mencuci mobil, Yudhis langsung menyambar koran pemberian
tukang koran tadi. Setelah membaca beberapa lembar, Yudhis menemukan satu pengumuman lomba wirausaha muda mandiri. Merasa sebagai anak muda, ia
tertantang untuk mengikuti lomba tersebut. Yudhis pun membawa misi bahwa wirausaha bukan teori melainkan ilmu aplikatif. Saat lolos penjaringan dan
dikumpulkan di Hotel Nikko Jakarta, Yudhis bertemu dengan seorang Bapak yang anaknya sedang sakit keras di pinggir jalan bundaran Hotel Indonesia. Yudhis merasa ada dua dunia yang sangat kontras, di satu sisi ada orang tinggal di hotel mewah dan makan di restoran, tapi di sisi lain ada orang yang tinggal di jalanan. yang Akhirnya, menjadi pada malam penganugerahan, Padahal kalau tim diukur juri memutuskan omset,
Yudhis
juaranya.
secara
pendapatannya berbeda jauh dengan para pengusaha lainnya. Dari Juara I Wirausaha kuliah itu, S2 Yudhis di membawa hadiah Indonesia. sebesar Melalui Rp 20 juta, itu,
ditambah
tawaran
Universitas
lomba
terbukalah jalan cerah bagi Yudhis untuk menapaki dunia wirausaha yang lebih luas.
Ingin Membawahi Perusahaan yang Mempekerjakan 100 Ribu Orang Perjalanan mulus. Elang dalam merintis merintis bisnis bisnis properti, ini, ia tidak banyak selamanya sekali berjalan mengalami
Pada
awal-awal
hambatan, terutama ketika akan meminjam modal dari Bank. Sebagai mahasiswa biasa, prospek rumah. tentunya bisnis perbankan properti jadi bank merasa nasib bilang enggan untuk memberikan orang orang ke modal. percaya. tukang Padahal, Apalagi gorengan
sangat
setiap susah
pasti
membutuhkan
Beginilah Orang
perbankan.
memberikan
daripada ke mahasiswa, ungkapnya. Meski sering ditolak bank pada awal-awal usahanya, Yudhis tidak pernah patah semangat untuk berbisnis. Baginya, kalau bank tidak mau memberi pinjaman, masih banyak orang yang percaya dengan anak muda yang mau memberi pinjaman. Terbukti dengan hasil jerih payahnya selama ini sehingga bisa berjalan. Ada banyak impian yang ingin diraih Yudhis, di antaranya membentuk organisasi Maestro Muda Indonesia dan membawahi perusahaan yang mempekerjakan karyawan 100 ribu orang. Motivasi terbesar Yudhis dalam meraih impian tersebut adalah ingin menjadi tauladan bagi generasi muda, membantu masyarakat sekitar, dan meraih kemuliaan dunia serta akhirat. Lulus dari S2 Universitas Indonesia Yudhistira mendapatkan banyak kemudahan untuk meneruskan usahanya yang belum ia mulai. Setelah mendapatkan pinjaman modal dari bank yang ada di Yogyakarta Yudhistira langsung memulai usahanya dengan membeli tanah seluas 100 ha dengan harga 1 kavling 300.000. dengan semangat yang terbarukan untuk menolong orang-orang atau rakyat miskin yang tidak punya rumah dan masih tinggal di perkampungan kumuh, Yudhistira pun berniat memulai usahanya dengan bismillah. Setelah beberapa tahun membangun perumahan untuk orang-orang yang tidak punya. Yudhis telah membangun sebuah organisasi Maestro Muda Indonesia yang mempekerjakan karyawan 100 ribu orang. Organisasi ini terbentuk memberikan semangat kepada generasi muda di Indonesia yang ingin menjadi pengusaha muda yang smart, mandiri, dan bercita-cita
10
ingin membangun Indonesia di sector ekonomi dengan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan perekonomian yang kuat. Dengan kesuksesan yang ia peroleh di usia yang sangat muda ini, Yudhis berharap untuk selalu bersyukur
11