You are on page 1of 10

Sujud sahwi adalah sujud yang dilakukan sebanyak dua kali dilakukan ketika sesudah tasyahud akhir dan

sebelum salam ke kiri dan ke kanan yang disebabkan karena lupa tidak mengerjakan sholat sunat muakkad atau ragu atas jumlah rakaat yang telah dikerjakan. Hukum sujud sahwi adalah sunah / sunat dengan jumlah sujud sebanyak dua kali sama seperti sujud biasa dalam shalat wajib. Pada setiap sujud hendaknya membaca : "Subhaana malaa yanaamu walaa yashuu" yang artinya : "Maha suci Allah yang tidak pernah tidur dan tidak pernah lupa". B. Alasan / Penyebab / Sebab-Sebab Dilaksanakan Sujud Sahwi 1. Melakukan sujud, ruku, dan rakaat dengan jumlah yang lebih sebdikit atau lebih banyak. 2. Merasa ragu pada jumlah rokaat yang telah dikerjakan. Bila ragu antara jumlah 2 dan 3 maka pilih yang paling kecil yaitu 2. 3. Tertinggal tasyahud awal atau doa qunut (jika membacanya). 4. Jumlah roka'at kurang yang yang seharusnya dijalankan.

Sujud sahwi ialah sujud yang dilakukan orang yang shalat sebanyak dua kali untuk menutup kekurangan yang terjadi dalam pelaksanaan shalat yang disebabkan karena lupa. Sebab-sebab sujud sahwi ada tiga; Karena kelebihan, karena kurang, dan karena ragu-ragu. Keterangannya sebagai berikut: Sujud Sahwi Karena Kelebihan Barangsiapa kelupaan dalam shalatnya kemudian dia menambah ruku', atau sujud, maka dia harus sujud dua kali sesudah menyelesaikan shalatnya dan salamnya. Hal ini berdasarkan hadits dari Ibnu Mas'ud Radhiyallahu 'anhu ia berkata : " " : :" ", . "Bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi Wa sallam shalat Zhuhur lima rakaat, kemudian beliau ditanya, "Apakah shalat Zhuhur ditambah rakaatnya?", beliau balik bertanya: "Apa itu?" Para sahabat menjelaskan, "Anda shalat lima rakaat." Kemudian beliau pun sujud dua kali setelah salam. (Muttafaqun 'Alaihi) Salam sebelum shalat selesai berarti termasuk kelebihan dalam shalat, sebab ia telah menambah salam di pertengahan pelaksanaan shalat. Barangsiapa mengalami hal itu dalam keadaan lupa, lalu dia ingat beberapa saat setelahnya, maka dia harus menyempurnakan shalatnya kemudian salam, setelah itu dia sujud sahwi, kemudian salam lagi. Dalilnya adalah hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, ia berkata :

... " , ... " :" :" ", ,

, ,

, :" " ...

..." : .

"Nabi Shallallahu 'alaihi Wa sallam pernah shalat Zhuhur atau Ashar bersama para sahabat. Beliau salam setelah shalat dua rakaat, Nabi pun berdiri untuk bersandar pada sebuah kayu, sepertinya beliau marah....kemudian orang-orang yang bergegas keluar dari pintu masjid berkata: "Shalat telah diqashar (dikurangi)?'....dan dalam jama'ah terdapat salah seorang yang kedua tangannya panjang yang dikenal dengan "Dzul Yadain" maka ia berkata: "Wahai Rasulullah, apakah anda lupa atau memang shalat telah diqashar?.' Nabi berkata, 'Aku tidak lupa dan shalat pun tidak diqashar.' (lalu ia kembali berkata: "Kalau begitu Anda memang lupa wahai Rasulullah") Nabi Shallallahu 'alaihi Wa sallam bertanya kepada para sahabat, "Benarkah apa yang dikatakan Dzul Yadain"?'. Mereka pun mengatakan: "Benar", Maka majulah Nabi Shallallahu 'alaihi Wa sallam, selanjutnya beliau shalat untuk melengkapi raka'at yang tertinggal tadi, kemudian takbir dan sujud seperti sujudnya (dalam shalat) atau lebih panjang, kemudian mengangkat kepalanya lalu bertakbir, kemudian bertakbir dan sujud seperti sujudnya (dalam shalat) atau lebih panjang kemudian mengangkat kepalanya dan bertakbir ....kemudian salam" (Muttafaq 'alaih) Dari hadits ini juga menunjukkan bahwa disunnahkannya ketika sujud sahwi untuk bertakbir pada tiap-tiap sujud dan tiap kali bangkit dari padanya. Sujud Sahwi Karena Kekurangan Barangsiapa kelupaan dalam shalatnya, kemudian ia meninggalkan salah satu sunnah muakkadah (yaitu yang termasuk katagori hal-hal wajib dalam shalat), maka ia harus sujud sahwi sebelum salam, seperti misalnya kelupaan melakukan tasyahhud awal dan dia tidak ingat sama sekali, atau dia ingat setelah berdiri tegak dengan sempurna, maka dia tidak perlu duduk kembali, cukup baginya sujud sahwi sebelum salam. Dalilnya ialah hadits dari Abdullah bin Buhainah Radhiyallahu 'anhu, ia berkata : , , , :

"Bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wa sallam shalat Zhuhur bersama mereka (para shahabat (), beliau langsung berdiri setelah dua rakaat pertama dan tidak duduk. Para jama'ah pun tetap mengikuti beliau sampai beliau selesai menyempurnakan shalat, orang-orang pun menunggu salam beliau, akan tetapi beliau malah bertakbir padahal beliau dalam keadaan duduk (tasyahhud akhir), kemudian beliau sujud dua kali sebelum salam, lalu salam." (Muttafaq 'alaih) Sujud Sahwi Karena Ragu-ragu Sujud sahwi karena ragu-ragu yaitu ragu-ragu antara dua hal, yang mana yang terjadi, kelebihan atau kekurangan. Umpamanya seseorang ragu apakah dia sudah shalat tiga rakaat atau empat rakaat. Keraguan ini ada dua macam:

1. Seseorang lebih cenderung kepada satu hal, baik kelebihan atau kurang, maka dia harus menurutkan mengambil sikap kepada yang lebih ia yakini, kemudian dia melakukan sujud sahwi setelah salam. Diriwayatkan dari Abdullah Ibnu Mas'ud Radhiyallahu 'anhu, bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi Wa sallam bersabda:

"Apabila salah seorang dari kamu ada yang ragu-ragu dalam shalatnya, maka hendaklah lebih memilih kepada yang paling mendekati kebenaran, kemudian menyempurnakan shalatnya, lalu melakukan salam, selanjutnya sujud dua kali'." (Muttafaq 'alaih) 2. Ragu-ragu antara dua hal, dan tidak condong pada salah satunya, tidak kepada kelebihan dalam pelaksanaan shalat dan tidak pula pada kekurangan. Maka dia harus mengambil sikap kepada hal yang sudah pasti akan kebenarannya, yaitu jumlah rakaat yang lebih sedikit. Kemudian menutupi kekurangan tersebut, lalu sujud dua kali sebelum salam, ini berdasarkan hadits dari Abu Sa'id Al-Khudri Radhiyallahu 'anhu, bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi Wa sallam bersabda: .

"Apabila salah seorang di antara kamu ragu-ragu dalam shalatnya, dia tidak tahu berapa rakaat yang sudah ia lakukan, tigakah atau empat? Maka hendaknya ia meninggalkan keraguan itu dan mengambil apa yang ia yakini, kemudian ia sujud dua kali sebelum salam." (HR. Muslim). Kesimpulannya, bahwa sujud sahwi itu adakalanya sebelum salam dan adakalanya sesudah salam. Adapun sujud sahwi yang dilakukan setelah salam ialah pada dua kondisi: Apabila karena kelebihan (dalam pelaksanaan shalat) atau apabila ragu antara dua kemungkinan, tapi ada kecondongan pada salah satunya. Sedangkan sujud sahwi yang dilakukan sebelum salam, juga pada dua kondisi: Apabila dikarenakan kurang (dalam pelaksanaan shalat). atau apabila ragu antara dua kemungkinan dan tidak merasa lebih berat kepada salah satunya. Do'a sujud sahwi Tidak ada satu hadits pun atau riwayat shahih yang menentukan do'a yang harus dibaca dalam sujud sahwi, dengan demikian hendaklah kita kembali kepada keumuman hadits yakni membaca do'a-do'a sujud seperti biasa karena kedudukan sujud sahwi itu sama dengan sujud-sujud lainnya, diantaranya sebagaimana yang dikatakan oleh Aisyah : " "

"Adalah Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wa sallam membaca dalam ruku'nya dan sujudnya "Subhanaka allahumma rabbana wa bihamdika Allahummaghfirli" (HR. Bukhari dan Muslim) Diriwayat lain Hudzaifah Radhiyallahu 'anhu berkata :

...

"Saya pernah shalat bersama Nabi Shallallahu 'alaihi Wa sallam maka beliau membaca .... di dalam sujudnya "Subhana Rabbiyal A'la" (HR. Muslim) Hadits-hadits ini tidak membedakan antara do'a sujud shalat dengan do'a sujud sahwi. Namun bagi yang menganggap bahwa riwayat-riwayat tersebut khusus untuk sujud shalat (bukan sujud sahwi) maka hendaknya ia tidak membaca apa-apa dalam sujud sahwi, hanya tinggal diam saja. -Wallahu A'lam-

Sujud tilawah dilakukan satu kali baik dalam shalat maupun luar shalat, barang siapa yang membaca atau mendengar ayat sajadah, disunatkan bertakbir lalu sujud dan membaca doa sujud Tilawah. Nabi bersabda : Dari Ibnu Umar ra. Berkata : Sesungguhnya Nabi SAW pernah membaca Alquran di depan kami ketika beliau melalui (membaca) ayat sajadah beluai takbir, lalu sujud kamipun sujud pula bersama-sama beliau. (HR. Turmudzi). Bagi orang yang tidak shalat tapi dia mendengarkan bacaan ayat sajadah maka dia pun disunatkan sujud tilawah semata-mata ikut imam yang melakukan shalat tilawah. Selanjutnya apabila ia mengikuti imam sujud atau makmum melakukan sujud tilawa tetapi imam tidak melakukannya maka batallah shalatnya kecuali makmum masbuk yang tidak tahu bahwa sujud yang dilakukan imam itu adlah sujud tilawah. Rukun Sujud Tilawah : - Niat Sujud Tilawah - Takbiratul Ihram - Memberi salam sesudah sujud Bacaan sujud tilawah adalah Subhaanallah Walhamdulillah Walaa Ilaaha Illallah Allahu Akbar 3x. Diantara ayat alquran sebagai ayat sajadah antara lain : - Surat Al-Araf : 206 - Surat Maryam : 58 - Surah An-Najm : 62 - Surah Al-Alaq : 19 - Surah Insyiqaaf : 21 Dan banyak lagi surah yang lain.

b. Cara Melakukan Sujud Tilawah - Sehabis membaca ayat sajadah posisi sebaiknya menghadp kiblat - Bertakbir sambil berniat dalam hati (niat sujud tilawah) - Bersujud satu kali sambil membaca bacan sujud tilawah - Bangun dari sujud (duduk diantara dua sujud) kemudian salam Dan apabila sujud tilawah dilakukan dalam shalat maka cara melakukannya adalah : sehabis membaca surah yang didalamnya ayat sajadah (pad waktu berdiri dirakaat pertama atau kedua)o langsung bertabir untuk sujud dan sujudnya satu kali dan bacaan sujudnya, setelah itu, takbir lagi untuk bangun/berdiri lalau rukuk seperti biasa sampai shalat selesai.

1.Sujud Tilawah Sujud tilawah mempunyai kedudukan yang tinggi dalam sunnah. S e b a g a i m a n a dijelaskan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam dalam hadits yang shahih yaitu :

D a r i A b u H u r a i r a h r a d h i a l l a h u ' a n h u b a h w a s a n ya R a s u l u l l a h S h a l l a l l a h u ' A l a i h i W a Sallam bersabda : Jika Bani Adam membaca ayat sajdah maka setan menyingkir danm e n a n g i s l a l u b e r k a t a : W a h a i c e l a k a a k u , B a n i A d a m d i p e r i n t a h k a n u n t u k s u j u d , maka dia sujud, dan baginya Surga, sedangkan aku diperintahkan untuk sujud, tetapi a k u m e n g a b a i k a n n ya , m a k a n e r a k a b a g i k u . (Dikeluarkan oleh Muslim, lihat Fiqhul Islam halaman 23 karya Syaikh Abdul Qadir Syaibatul Hamdi) Dengan hadits di atas jelas bagi kita bahwa sujud tilawah mempunyai arti yang agungbagi siapa saja yang mau mengamalkannya. Tentunya hal itu dilakukan dengan niaty a n g i k h l a s h a n y a m e n c a r i w a j a h A l l a h

Taala d a n s e s u a i d e n g a n c o n t o h N a b i k i t a , Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam . Karena amal tanpa kedua syarat tersebuta k a n t e r t o l a k , s e b a g a i m a n a s a b d a Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam , d a r i Ummul Mukminin, Aisyah radhiallahu 'anha : Barangsiapa mengamalkan suatu amal yang tidak ada perintahnya dari kami, makaamal tersebut tertolak. (HR. Muslim)

You might also like