You are on page 1of 4

ANALISA PENGARUH INFLASI (REVIEW JURNAL1)

24 Okt Jurnal : Uang dan Inflasi oleh Agung Nusantara (1999) I. Latar Belakang dan Masalah Salah satu kontroversi dalam teori moneter antara golongan Klasik dan golongan Keynes adalah tentang pemahaman mereka terhadap inflasi. Perdebatan yang sangat panjang antara kedua golongan tersebut merupakan refleksi atas posisi penting yang ditempati oleh inflasi. Dan secara umum diakui bahwa di negara yang sedang berkembang, inflasi lebih merupakan penyakit ekonomi daripada stimulan ekonomi. Para pemikir Klasik menyatakan bahwa inflasi, dimanapun dan kapanpun, merupakan fenomena moneter. Pemikiran awal mereka, yang tertuang dalam The Crude Quantity Theory, menyatakan bahwa dalam kondisi full-equilibrium, perubahan moneter hanya akan berpengaruh pada tingkat harga. Sehingga perubahan jumlah uang yang beredar sebagai wujud dari kebijakan moneter, hanya akan mengubah perekonomian secara nominal. Di sisi lain, kaum Keynes menyatakan bahwa perubahan moneter dapat meningkatkan aktifitas ekonomi dan sekaligus tingkat harga melalui tingkat bunga dan inflasi. Keynes berpendapat bahwa perubahan variabel moneter, berupa perubahan jumlah uang yang beredar, akan berpengaruh terhadap tingkat bunga. Selanjutnya perubahan tingkat bunga akan berpengaruh terhadap investasi, dan melalui mekanisme perubahan harga, akan mempengaruhi pendapatan nasional, sebagai wujud perekonomian sektor riil. Mengingat studi Granger maka kasus kausalitas antara jumlah uang yang beredar, baik dalam arti sempit (M1) maupun dalam arti luas (M2), perlu diuji kointegrasinya untuk menentukan apakah model analisis kausalitas tradisional memadai untuk diterapkan. Apabila terdapat kointegrasi pada derajad nol, I(0), maka aplikasi alternatif yang ditawarkan oleh Masih and Masih (1993) tentang penggunaan Vector Error Correction Model terhadap data yang terkointegrasi perlu diperhatikan. II. Tujuan Penelitian Tujuan utama tulisan ini adalah menelusuri hubungan kausalitas Granger antara variabel uang, baik dalam konteks M1 maupun M2, dengan variabel tingkat harga dalam perekonomian Indonesia. III. Metodologi Variabel

variabel yang terkointegrasi pada derajad nol atau I(0), yaitu CPI, M1, M2, dCPI, dM1, dM2 Data Data sekunder berupa Hasil olahan MicroTSP v.7.0 dari Bank Indonesia, SEKI, beberapa terbitan. Tahapan Penelitian Pengujian Hipotesis Unit Root, Engle Granger Cointegration Test, Error Correction Causality Model Penelitian Pendekatan ECM berupa Pengujian Hipotesis Unit Root dengan rumus umum sebagai berikut : n ADF (C,n): d(Yt) = c + BYt+ d(Yt) + ut i=1 n ADF (T,n): d(Yt) = c + BYt+ d(Yt) + Trend + ut i=1 n ADF (N,n): d(Yt) = BYt+ d(Yt) + ut i=1

Pengujian Engle Granger Cointegration Test dengan rumus umum sebagai berikut : n ADF (C,n): d(RESIDt) = c + aB(RESIDt) + b d(RESIDt-i) + ut i=1 n ADF (T,n): d(RESIDt) = c + aB(RESIDt) + b d(RESIDt-i) + Trend + ut

i=1 CRDW: Yt = c + aXt + ut

dan pengujian Error Correction Causality dengan rumus umum sebagai berikut: nn dYt = c + a (ECTat-1) + b dYt-i + ddXt-i + u1t i=1 i=1 nn dXt = c + a (ECTbt-1) + b dYt-1 + ddXt-1 + u2t i=1 i=1

IV. Hasil dan Keputusan Hubungan kausalitas antara CPI-M1 dan CPI-M2 dapat memiliki dua dimensi kausalitas, yaitu kausalitas jangka pendek, dengan melihat signifikansi variabel tak bebas yang dideferensiasikan (dalam kasus ini disimbulkan dengan d yaitu diferensiasi data dasar, dalam kasus ini disimbolkan dengan d2CPI, d2M1, dan d2M2. Lihat Lampiran 5 dan Lampiran 6), dan dimensi jangka panjang dengan melihat signifikansi error correction term-nya. Hasil perhitungan dengan empat model analisis menunjukkan bahwa model 1 hanya menunjukkan kausalitas jangka panjang karena uji Wald-nya (uji terhadap variabel yang dideferensiasikan) tidak memiliki signifikansi yang memadai. Sedangkan model 2 hingga model 4 menunjukkan hubungan kausalitas, baik dalam jangka panjang maupun dalam jangka pendek. Dengan demikian, hubungan kausalitas jangka pendek antara dCPI dM1 (model I dan II) bersifat searah, karena dalam jangka pendek dCPI tidak disebabkan oleh dM1 (model I) tetapi dM1 disebabkan oleh dCPI. Namun dalam jangka panjang hubungan kausalitas antara kedua variabel tersebut bersifat dua arah. Sedangkan untuk hubungan variabel dCPI dM2, baik dalam jangka panjang maupun dalam jangka pendek hubungan kausalitasnya memiliki signifikansi yang memadai. Dalam hubungan kausalitas jangka pendek, disamping uji Wald perlu juga dilihat signifikansi untuk setiap variabel yang dideferensiasikan. Dengan menggunakan dasar hasil perhitungan

VECM (lihat Lampiran 5 dan Lampiran 6), dapat dilihat bahwa, model 1 (dCPI-dM1) hanya d2M1(-3) saja yang signifikan, itupun dalam taraf yang minimal, yaitu 25%. Sementara itu, untuk model II (dM1-dCPI), variabel bebas d2CPI(-3) dan d2CPI(-4) memberikan tingkat signifikansi yang relatif tinggi, yaitu masing-masing 1% dan 2.5%. Sementara itu, model III hanya menunjukkan bahwa dM2(-2) memiliki signifikansi 5%. Sedangkan model IV menunjukkan bahwa dCPI(-1), dCPI(-3) dan dCPI(-4) memiliki signifikansi masing-masing 25%, 0.5% dan 10%. Dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. M1 hanya dipengaruhi oleh CPI dalam jangka pendek, sedangkan hubungan kausalitas jangka panjangnya tidak teridentifikasi secara jelas. 2. CPI dipengaruhi oleh M1, baik dalam jangka panjang maupun dalam jangka pendek (CPI M1). Demikian juga halnya dengan CPI M2 maupun M2 CPI. 3. Dengan terdeteksinya kausalitas antara CPI M2, serta M2 CPI maka diktum inflasi sebagai fenomena moneter memperoleh buktinya pada perekonomian Indonesia 1991.10 1997.07 V. Saran dan Usulan Lanjutan Dari data-data tersebut perlu dapat dilihat bahwa kita perlu melakukan kajian ulang dan kajitindak untuk menentukan apakah pola perguliran yang telah dilakukan sekarang memang benar tepat-guna.

You might also like