You are on page 1of 12

PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS

I.

Tujuan Percobaan

Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk mempelajari penentuan komposisi larutan kompleks ion besi salisilat menggunakan metode job.

II. Dasar Teori 1. Senyawa Kompleks Senyawa kompleks adalah senyawa yang terdiri dari satu atom pusat atau lebih yang menerima sumbangan pasangan elektron dari atom lain, gugus atom penyumbang elektron ini disebut ligan (Pudyaatmaka, 2002). Satu ion (molekul) kompleks terdiri dari satu atom pusat dengan sejumlah ligan yang terikat erat dengan atom pusat. Atom pusat ditandai dengan bilangan koordinasi. Suatu angka bulat yang ditunjukkan dengan ligan monodentat yang dapat membentuk kompleks stabil dengan atom pusat (Svehla, 1985). Jadi semua senyawa kompleks atau senyawa koordinasi adalah senyawa yang terjadi karena adanya ikatan kovalen koordinasi antara logam transisi dengan satu atau lebih ligan (Sukardjo,1992). Senyawa kompleks sangat berhubungan dengan asam dan basa lewis dimana asam lewis adalah senyawa yang dapat bertindak sebagai penerima pasangan bebas sedangkan basa lewis adalah senyawa yang bertindak sebagai penyumbang pasangan elektron. (Shriver, D.F dkk. 1940 ). Kemampuan ion kompleks melakukan reaksi yang menghasilkan pergantian satu atau lebih ligan dalam lingkungan koordinasinya oleh yang lain disebut kelabilan. Kompleks inert adalah yang reaksi pergantian ligannya cukup lambat. Dengan cara memasukkan bersama-sama zat pereaksi di dalam wadah (Cotton, 1989).

2. Spektrofotometer UV-Vis

Spektrofotometer adalah alat yang terdiri atas spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat untuk mengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorpsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang (Khopkar, 1990). Sinar ultraviolet dan sinar tampak memberikan energi yang cukup untuk terjadinya transisi elektronik. Dengan demikian, spektra uv-visible disebut spektra elektronik. Keadaan energi yang paling rendah disebut dengan keadaan dasar (ground state). Transisi-transisi elektronik akan meningkatkan energi molekuler dari keadaan dasar ke satu atau lebih tingkat energi tereksitasi. Penentuan kadar secara spektrofotometri sinar tampak dilakukan dengan mengukur absorbansi maksimum. Apabila senyawa fisik tidak berwarna maka senyawa diubah dulu menjadi senyawa berwarna melalui reaksi kimia dan absorbansi ditentukan dalam daerah sinar tampak . Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blangko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorpsi antara sampel dan blangko ataupun pembanding (Khopkar SM,1990). Semua molekul dapat mengabsorpsi radiasi daerah UV-Vis karena mereka mengandung elektron, baik sekutu maupun menyendiri, yang dapat dieksitasikan ke tingkat energi yang lebih tinggi (Underwood, 2002). Hukum Lambert Beer digunakan untuk radiasi monokromatik, dimana absorbansi sebanding dengan tebal medium (b) dan konsentrasi (c) senyawa yang mengabsorbsi. Hal ini dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut : A = a.b.c Dimana a adalah faktor kesebandingan yang disebut absorbtivitas. Besarnya dan ukuran dari a tergantung pada satuan untuk b dan c. Untuk larutan dari senyawa yang mengabsorpsi, b sering diberikan dalam sentimeter dan c dalam gram per Liter. Maka absorbtivitas dalam satuan L.g-1.cm-1.

3. Metode Job Variasi kontinyu merupakan suatu cabang ilmu kimia yang sangat penting karena dapat menentukan dan melakukan suatu proses perubahan-perubahan secara fisika maupun kimia yang dapat kita amati melalui variasi kontinyu.

Metode variasi kontinyu yang dikemukakan oleh Job dapat menimbulkan kondisi optimum pembentukan dan konstanta kestabilan senyawa kompleks yang mengandung konsentrasi ion logam maupun konsentrasi ligan divariasikan (Ewing, 1985). Metode Job dilakukan dengan pengamatan terhadap kuantitas molar pereaksi yang berubah-ubah, namun molar totalnya sama. Sifat fisika (massa, volume, suhu, daya serap) diperiksa dan perubahannya digunakan untuk meramal stoikiometri sistem. Dari grafik aluran sifat fisik terhadap kuantitas pereaksi, akan diperoleh titik maksimal atau minimal yang sesuai dengan titik stoikiometri sistem yang menyatakan peerbandingan pereaksi dalam senyawa.

III. Prosedur Percobaan

III.1 Alat dan Bahan Bahan-bahan kimia yang diperlukan pada praktikum kali ini antara lain: Larutan ammonium besi(III) sulfat (Fe(NH4)(SO4)2) 0,002M, Larutan asam salisilat 0,002M, dan Akuades.

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum kali ini antara lain: 1 set Spektrofotometer UV-Vis, 1 buah gelas beker 500 mL, 2 buah gelas beker 150 mL, 1 buah pipet ukur 10 mL, 10 buah labu ukur 10 mL, 1 buah propipet, 1 buah rak tabung reaksi, 1 buah corong gelas, 2 buah pipet tetes, dan 11 buah kuvet

Gambar. Spektrofotometer UV-Vis

III.2 Cara Kerja Disiapkan larutan Fe3+ dan asam salisilat yang konsentrasinya masing-masing 0,002 M dan disiapkan pula 10 buah labu ukur 10 mL. Labu ukur pertama diisi dengan larutan Fe3+, kemudian dengan labu takar yang lain dibuat larutan campuran Fe3+ dan asam salisilat sehingga diperoleh fraksi mol ASA (x) sebesar : 0,1 ; 0,2 ; 0,3 ; 0,4 ; 0,5 ; 0,6 ; 0,7 ; 0,8 ; dan 0,9. Kemudian diukur absorbansi setiap larutan pada panjang gelombang 490-570 nm dan dicari maks dari setiap larutan tersebut. Diukur serapan dari larutan Fe3+ pada maks yang diperoleh.

IV. Hasil Percobaan

1. Penentuan maks 0,1 0,2 0,315 0,340 0,361 0,372 0,376 0,381 0,379 0,369 0,354 0,3 0,494 0,528 0,550 0,568 0,569 0,572 0,561 0,541 0,521 0,4 0,597 0,640 0,678 0,699 0,710 0,705 0,695 0,667 0,632 0,5 0,647 0,686 0,716 0,731 0,733 0,730 0,711 0,684 0,646 0,6 0,535 0,568 0,597 0,613 0,622 0,613 0,604 0,576 0,549 0,7 0,417 0,440 0,463 0,462 0,465 0,474 0,466 0,445 0,427 0,8 0,427 0,447 0,465 0,487 0,485 0,484 0,468 0,453 0,434 0,9 0,136 0,147 0,155 0,161 0,165 0,163 0,152 0,150 0,140

490 0,159 500 0,171 510 0,186 520 0,194 530 0,198 540 0,200 550 0,188 560 0,182 570 0,175

2. Absorbansi pada maks maks 520 530 540 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,731 0,733 0,730 0,6 0,613 0,622 0,613 0,7 0,462 0,465 0,474 0,8 0,487 0,485 0,484 0,9 0,161 0,165 0,163 Fe3+ 0,049 0,044 0,043

0,194 0,372 0,568 0,699 0,198 0,376 0,569 0,710 0,200 0,381 0,572 0,705

V. Pembahasan

Pada praktikum kali ini praktikan melakukan percobaan yang berjudul Penentuan Komposisi Ion Kompleks, dimana percobaan ini bertujuan untuk mempelajari penentuan komposisi larutan kompleks ion besi salisilat menggunakan metode job. Percobaan diawali dengan membuatan campuran antara larutan Fe3+ dengan asam salisilat. Dalam percobaan ini digunakan logam Fe3+ dari larutan (Fe(NH4)(SO4)2) sebagai atom pusat dan asa (asam saisilat) sebagai ligannya. Untuk menentukan variasi Fe3+ dan asa maka dibuat perbandingan terhadap variasi volume Fe3+ : asa akan tetapi dengan kosentrasi Fe3+ dan asa sama yaitu 0,002 M dan volume total dari semua variasi larutan adalah sama yaitu 10 mL. Baik atom pusatnya (Fe3+ ) maupun ligannya (asa) digunakan konsentrasi yang sama dengan tujuan agar jumlah molar logam dan ligan tetap sama sehingga yang berbeda hanyalah komposisi antara jumlah Fe3+ dan asa. Jika

komposisi ligan semakin banyak maka komposisi logam semakin sedikit dan jika komposisi ligan semakin sedikit maka komposisi logam semakin besar. Adapun reaksi yang terjadi antara larutan Fe3+ dan asam salisilat tersebut adalah : Fe3+ + asa- [Fe(asa)]3+ Fe3+ + asa- [Fe(asa)2]2+ Fe3+ + asa- [Fe(asa)3]+ Pada percobaan ini, digunakan variasi fraksi mol asam salisilat (x) yaitu 0,1 ; 0,2 ; 0,3 ; 0,4 ; 0,5 ; 0,6 ; 0,7 ; 0,8 ; dan 0,9. Campuran asam salisilat dengan larutan Fe3+ , menghasilkan larutan yang berwarna ungu. Warna ini disebabkan oleh adanya transisi elektronik dari kompleks tersebut. Dimana kompleks ini menunjukkan warna komplementernya kerena atom pusatnya memiliki orbital d yang masih belum terisi penuh elektron. Adanya orbital d yang belum terisi penuh ini menyebabkan kemungkinan terjadinya transisi elektronik dari orbital d yang tingkat energinya lebih rendah ke orbital d yang tingkat energinya tinggi. Struktur kompleks ini adalah oktahedral sehingga transisi yang terjadi adalah dari orbital t2g ke orbital eg. Campuran asam salisilat dengan larutan Fe3+ dengan berbagai perbandingan komposisi ini selanjutnya dianalisis dengan menggunakan spektrometer UV-Vis. Analisis dengan spektrofotometri UV-Vis diawali dengan penentuan panjang gelombang maksimum (max). Hal ini sangat penting dilakukan dalam analisis secara spektrofotometri UV-Vis karena pada panjang gelombang maksimum dihasilkan absorbansi tertinggi yang menunjukkan kepekaan suatu pengukuran sehingga dapat digunakan untuk analisis suatu larutan dengan konsentrasi rendah. Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan pada range panjang gelombang 490 570 nm dengan interval 10 nm. Dari hasil analisis menggunakan spektrofotometer UV-Vis tersebut, dapat diketahu bahwa semakin besar fraksi mol asam salisilat, maka semakin besar pula absorbansinya (pada panjang gelombang yang sama). Akan tetapi pada konsentrasi tertentu, besarnya absorbansi semakin kecil. Sehingga hubungan fraksi mol dan absorbansi dapat dinyatakan sebagai kurva normal. Selain itu, pada panjang gelombang yang semakin panjang juga terjadi peningkatan besarnya absorbansi (pada fraksi mol yang sama). Akan tetapi pada panjang gelombang tertentu, absorbansinya semakin menurun. Panjang gelombang dimana absorbansinya mencapai absorbansi tertinggi inilah yang merupakn panjang gelombang maksimum. Atau dalam kurva juga disebut sebagai titik balik maksimum. Besarnya absorbansi yang tidak selalu naik atau tidak selalu turun melainkan naik dulu setelah itu mengalami penurunan ini diakibatkan karena reaksi pada campuran yang sudah melampaui kesetimbangan. Pada percobaan ini

panjang gelombang maksimum yang diperoleh sebanyak 1 panjang gelombang maksimum yaitu 530 nm. Secara teoritis, panjang gelombang maksimum untuk kompleks besi(III) salisilat adalah 520 nm. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada penentuan panjang gelombang maksimum terjadi pergeseran ke panjang gelombang yang lebih panjang (bathokromik). Hal ini disebabkan oleh adanya perpanjangan konjugasi atau ikatan jenuh berselang-seling dengan ikatan tunggal yang berpengaruh pada penyerapan sinar. Selain itu dapat juga disebabkan karena kompleks ini menyerap warna dari warna koplementer ungu yaitu kuning. Namun munculnya panjang gelombang maksimum pada daerah UV disebabkan adanya trasisi elektronik yang disebabkan adanya gugus kromofor yakni cincin benzena yang terdapat pada kompleks tersebut. Pada panjang gelombang maksimum tersebut, diperoleh absorbansi larutan Fe3+ sebesar 0,009 nm. Pada percobaan ini, penentuan komposisi ion kompleks dilakukan dengan metode job atau metode variasi kontinyu. Dalam metode variasi kontinyu, larutan kation dan ligan dicampur sesuai dengan komposisi yang diinginkan dengan volume total yang sama. Kemudian absorbansi dari tiap komposisi larutan diukur pada panjang gelombang maksimum. Besarnya absorbansi pada panjang gelombang maksimum dari semua larutan tersebut diplotkan dalam grafik. Dari grafik yang diperoleh ini maka didapatkan besarnya xmaks yang kemudian digunakan untuk menghitung n (jumlah ion asa-) dalam senyawa kompleks yang terbentuk. Pada percobaan ini diperoleh besarnya n = 0,78571 ; karena n adalah bilangan bulat maka nilai n tersebut dibulatkan menjadi 1. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada percobaan ini, komposisi ion asa- dalam kompleks yang terbentuk adalah sebanyak 1. Sehingga rumus senyawa dari kompleks besi(III) salisilat yang terbentuk adalah : Fe3+ + asa- [Fe(asa)]3+

VI. Kesimpulan Berdasarkan hasil percobaan, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Metode job atau metode variasi kontinyu dapat digunakan untuk menentukan komposisi larutan kompleks ion besi salisilat. 2. Panjang gelombang maksimum untuk kompleks besi(III) salisilat yang diperoleh adalah 520, 530 dan 540 nm.

3. Kompleks yang terbentuk adalah Fe3+ + asa- [Fe(asa)]3+

VII. Daftar Pustaka Cotton F.A, Wilkinson, G., 1989, Kimia Anorganik Dasar, UI Press, Jakarta Ewing, G. W., 1985, Instrument Method of Chemical Analysis, New York: Mc Graw-Hill Khopkar, 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI Press, Jakarta Pudyaatmaka, A,Hadyana., 2002, Kamus Kimia, Balai Pustaka, Jakarta Shriver,D.F and P. W., 2001, Atkins Inorganic Chemistry, 3
rd

edition, Oxford

University Press, Pages: 227-236 Sukardjo,1992, Kimia Koordinasi, Rineka Cipta, Jakarta Svehla, 1985, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro, PT. Kalman Media Pustaka, Jakarta

VIII. Lembar Pengesahan Telah dikerjakan laporan dengan judul Penentuan Komposisi Ion Kompleks. Laporan ini telah disahkan:

Mengetahui, Asisten Praktikum

Yogyakarta, 15 Mei 2012 Praktikan

Mustika Yuniarti IX. Lampiran

Dame Sari V. Silalahi

Perhitungan 1. Penentuan maks

0,1

0,2 0,315 0,340 0,361 0,372 0,376 0,381 0,379 0,369 0,354

0,3 0,494 0,528 0,550 0,568 0,569 0,572 0,561 0,541 0,521

0,4 0,597 0,640 0,678 0,699 0,710 0,705 0,695 0,667 0,632

0,5 0,647 0,686 0,716 0,731 0,733 0,730 0,711 0,684 0,646

0,6 0,535 0,568 0,597 0,613 0,622 0,613 0,604 0,576 0,549

0,7 0,417 0,440 0,463 0,462 0,465 0,474 0,466 0,445 0,427

0,8 0,427 0,447 0,465 0,487 0,485 0,484 0,468 0,453 0,434

0,9 0,136 0,147 0,155 0,161 0,165 0,163 0,152 0,150 0,140

490 0,159 500 0,171 510 0,186 520 0,194 530 0,198 540 0,200 550 0,188 560 0,182 570 0,175

maks = 520, 530, dan 540 nm

2. Perhitungan nilai y pada panjang gelombang 520 nm

0.1

0.2
0.3328

0.3
0.5337

0.4
0.6696

0.5
0.7065

0.6
0.6424

0.7
0.4473

0.8
0.4772

0.9
0.1561

y 0.1499

Xmax1 = 0,5

Perhitungan nilai y pada panjang gelombang 530 nm

0.1

0.2
0.3408

0.3
0.5382

0.4
0.6836

0.5
0.711

0.6
0.6044

0.7
0.4518

0.8
0.4762

0.9
0.1606

y 0.1584

Xmax2 = 0,5

Perhitungan nilai y pada panjang gelombang 540 nm

0.1

0.2
0.3466

0.3
0.5419

0.4
0.6792

0.5
0.7085

0.6
0.5958

0.7
0.4611

0.8
0.4754

0.9
0.1587

y 0.1613

Xmax3 = 0,5

Xmax = Xmax 1+Xmax 2+Xmax 33

= 0,5+0,5+0,53

= 0,5

n = Xmax1-Xmax = 0,51-0,5 = 0,50,5

=1

[Fe(asa)]3+

You might also like