You are on page 1of 2

askeb-ANC/PEMERIKSAAN KEHAMILAN Posted on April 4, 2009 by ayurai BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Keteraturan ANC 2.1.

1 Keteraturan Keteraturan adalah kesamaan keadaan, kegiatan atau proses yang terjadi beberapa kali atau lebih, keadaan atau hal teratur (Hoetomo, 2005). Dalam hal ini bagaimana ibu hamil memeriksakan kehamilannya di tempat pelayanan kehamilan. 2.1.2 Keteraturan ANC Keteraturan ANC adalah kedisiplinan / kepatuhan ibu hamil untuk melakukan pengawasan sebelum anak lahir terutama ditujukan pada anak. Kunjungan antenatal untuk pemanfaatan dan pengawasan kesejahteraan ibu dan anak minimal empat kali selama kehamilan dalam waktu sebagai berikut : 2.1.2.1 Satu kali kunjungan selama trimester satu (< 14 minggu) 2.1.2.2 Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14 28) 2.1.2.3 Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28 36 dan sesudah minggu ke 36) (Saifuddin, AB, 2002) Pada setiap kunjungan antenatal, perlu didapatkan informasi yang sangat penting. Tabel 2.1 Informasi Penting Tentang Kunjungan Antenatal Kunjungan Waktu Informasi Penting Trimester pertama Sebelum minggu ke 14 Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil. Mendeteksi masalah dan menanganinya Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia kekurangan zat besi, penggunaan praktek tradisional yang merugikan Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi Mendorong perilaku yang shat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat dan sebagainya Trimester kedua Sebelum minggu ke 28 Sama seperti diatas, ditambah kewaspadaan khusus mengenai preeklampsia (tanya ibu tentang gejala gejala preeklamsia, pantau tekanan darah, evaluasi edema, periksa untuk apakah ada kehamilan ganda Trimester ketiga Antara minggu 28-36 Sama seperti diatas, dtambah palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda Trimester ketiga Setelah 36 minggu Sama seperti diatas, ditambah deteksi letak bayi yang tidak normal, atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit. 2.2 Konsep Dasar Antenatal Care (ANC) 2.2.1 Batasan Antenatal Care (ANC) 2.2.1.1 Pemeriksaan antenatal care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil. Sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 1998). 2.2.1.2 Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan tahu dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal. Pada stiap kunjungan antenatal (ANC), petugas mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis kehamilan intrauterine, serta ada tidaknya masalah atau komplikasi (Saifudin, 2002). 2.2.1.3 Pemeriksaan kehamilan (ANC) merupakan pemeriksaan ibu hamil baik fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka post partum sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi juga mental (Prawiroharjo, 1999). 2.2.1.4 Kunjungan ibu hamil atau ANC adalah pertemuan antara bidan dengan ibu hamil dangan kegiatan mempertukarkan informasi ibu dan bidan. Serta observasi selain pemeriksaan fisik, pemeriksaan umum dan kontak sosial untuk mengkaji kesehatan dan kesejahteraan umumnya (Salmah, 2006). 2.2.1.5 Kunjungan Antental Care (ANC) adalah kontak ibu hamil dengan pemberi perawatan/asuhan dalam hal mengkaji kesehatan dan kesejahteraan bayi serta kesempatan untuk memperoleh informasi dan memberi informasi bagi ibu dan petugas kesehatan (Henderson, 2006). 2.2.2 Tujuan Tujuan dari ANC adalah sebagai berikut : 1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin. 2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, maternal dan sosial ibu dan bayi. 3. Mengenal secara dini adanya komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakti secara umum, kebidanan dan pembedahan. 4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin. 5. Mempesiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI Eksklusif. 6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal. 7. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal. Menurut Depkes RI(1994) tujuan ANC adalah untuk menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilannya, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat, serta menghasilkan bayi yang sehat. Menurut Rustam Muchtar (1998) adalah : Tujuan umum adalah menyiapkan seoptimal mungkin fisik

dan mental ibu dan anak selama dalam kehamilan, persalinan, dan nifas, sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat. Tujuan khusus adalah 1. Mengenali dan menangani penyulit-penyulit yang mungkin dijumpai dalam kehamilan,persalinan,dan nifas. 2. Mengenali dan mengobati penyulit-penyulit yang mungkin diderita sedini mungkin. 3. Menurunkan angka morbilitas ibu dan anak. 4. Memberikan nasihat-nasihat tentang cara hidup seharihari dan keluarga berencana, kehamilan, persalinan, nifas dan laktasi. Menurut Hanifa Wiknjosastro (1999) tujuan ANC adalah menyiapkan wanita hamil sebaik-baiknya fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan, dan masa nifas, sehingga keadaan mereka pada post partum sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi juga mental. Sedangkan menurut Manuaba (1998) secara khusus pengawasan antenatal bertujuan untuk: 1. Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit yang terdapat saat kehamilan, persalinan, dan nifas. 2. Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai hamil, persalinan, kala nifas. 3. Memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, kala nifas, laktasi, dan aspek keluarga berencana. 4. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal 2.2.3 Jadwal Pemeriksaan Kehamilan Menurut Abdul Bari Saifudin, kunjungan antenatal untuk pemantauan dan pengawasan kesejahteraan ibu dan anak minimal empat kali selama kehamilan dalam waktu sebagai berikut : sampai dengan kehamilan trimester pertama (<14 minggu) satu kali kunjungan, dan kehamilan trimester kedua (14-28 minggu) satu kali kunjungan,dan kehamilan trimester ketiga (28-36 minggu dan sesudah minggu ke-36) dua kali kunjungan. Walaupun demikian, disarankan kepada ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya dengan jadwal sebagai berikut : sampai dengan kehamilan 28 minggu periksa empat minggu sekali, kehamilan 28-36 minggu perlu pemeriksaan dua minggu sekali, kehamilan 36-40 minggu satu minggu sekali (Salmah, 2006). Sebaiknya tiap wanita hamil segera memeriksakan diri ketika haidnya terlambat sekurang-kurangnya satu bulan. Pemeriksaan dilakukan tiap 4 minggu sampai kehamilan. sesudah itu, pemeriksaan dilakukan tiap 2 minggu, dan sesudah 36 minggu (Sarwono, 1999). PUSTAKA Manuaba, IBG, 1998, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk Penelitian Bidan, Jakarta : EGC. Mochtar, R, 1998, Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi,Obstetri Patologis, Jakarta : EGC Bobak, 2004, Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Jakarta : EGC. Cunningham, F. Gary, 2005, Obstetri Williams, Jakarta : EGC C. PENGGUNAAN OBAT DALAM MASA KEHAMILAN Pada ibu hamil , ada banyak hal yang harus diperhatiakn saat pemberian obat, yaitu efek obat tersebut terhadap, ibu, janin , dan plasentanya. Pada ibu hamil maka akan tumbuh unit fetoplasental dalam uterus yaitu janin yang sedang berkembang dan plasenta yang berfungsi memberikan makan pada janin tersebut. a. Efek pada ibu Pada ibu hamil , hormone plasenta akan mempengaruhi fungsi traktus digestivus dan motilitas usus,sehingga obat akan lebih lama berada di traktus digestivus. pH pada lambung akan meningkat menyebabkan buffer asam basa terganggu rebsorpsi makanan dan obat menurun sehingga efek terpeotik obat menurun. Dengan banyaknya mual dan muntah akan mempengaruhi dosis obat yang masuk ke saluran pencernaan. Demikian pula pada filtrasiglomerolus akan meningkat 50% . ini akibat peningkatan volume plasma dara dan hormone progesterone. Dengan peningkatan ini maka ada jenis obat tertentu yang cepat diekskresikan, misalnya golongan penisilin dan derivatnya , beberapa obat jantung (digoksin) dan golongan markolid. Pada ibu hamil fungsi hati terganggu karena adanya hormon plasenta, maka pembetukan protein, terutama albumi akan menurun . beberapa obat kan lebih menurunkan fungsi hepar akibat adanay hormone plasenta terutama profesteron dan estrogen. b. Efek pada plasenta Plasenta merupakan unit yang menyalurkan nutrient dari ibu ke janin. Bila dalam plsma darah ibu terdapat obat , maka obat ini kan melewati mekanisme transfer plasenta (sawar plasenta).,yaitu membrane bioaktif sito plasmik lipoprotein sel trofoblast , endotel kapiler vili korialis, dan jarinag pengikat intersisial vili. Obat akan melaui sawar plasenta denag cara difusi aktif/pasif, transportasi aktif dan fasilitatif , dengan kemampuan tersebut maka kadar obat yang melewati palsenta akan berkurang c. Efek pada janin Dengan mengingat peran palasenta dalam memfiltrasi atau seleksi obat secar pasifmaupun aktif serta banya sedikitnya obat yang akan masuk ke janin, maka perlu dipikirakan kadr oabt yang berefek atau memberi resiko pada kesejahteraan janin. Bila obat akan member pengaruh teratogenik pada jain maka pemberian obat tersebu perlu di pertimbangkan . sangat jarang pemberian obat untuk janin melalui ibu,tapi yang paling sering terjadi adalah pembeian obat untuk ibu tepi tanpa terpikirka masuk ke dalam plasenta dan akan mempengaruhi kesejahteraan janin. Periode pertumbuhan janin yang dapat beresiko dalam pemberian obat pada pertumbuhannya yaitu: 1. Periode embrio, yaitu dua minggu pertam sejak konsepsi. Pada periode ini embrio belum terpengaruh oleh efek obat penyebab teratogenik.

2. Periode organogenesis, yaitu sejak 17 hari sampai lebih kurang 70 hari pascakonsepsi, sangat rentan terhadap efek obat , terutama obat-obat tertebtu yang memberi efek negative atau cacat bawaan pada pertumbyhan janin . 3. Setelah 70 hari pascakonsepsi, dimana organogenesis masih berlangsung walau belum sempurna , obat yang berpengaruh jenis obatnya tidak terlalu banyak , bahkan ada yang mengatakan tida berpengaruh. Namun , periode trimester dua awaln sampai trimester tiga masih ada obat-obat tertentu yang dapat berpengaruh terhadap fungsi organ-organ vital janin. Pemberian obat untuk ibu s akan berpengaruh besar tehadap janinnya. Sebab kemampuan janin dalam memetabolisasi obat sangat terbatas, albumin janin belum mampu mengikat obat , amka akan terjadi keseimbangan kadar obta yang terdapati dalam janin lebih tinggi dibandingkan kadar obat yang terdapat dalam plasma ibu. Dalam periode 17 hari pascakonsepsi organ janin yang telah tebentuk dapat mengadakan detoksikasi atatu metebolisme obat tapi belum sempuna dengan demikian obat akn tersimpan lebih lam dalam sirkulasi janin. Oleh karena itu keseimbanaga obat dalam plasma ibu dan plasma janin sangat penting. Pernah terjadi musibah bayi talidomit pada tahun 1993 dimana bayi-bayi itu mengalami kelainan cacat bawaan tanpa ekstremitas akibat ibu mengomsums talidomid, untuk mengatasi morning sicks yang dialami oleh ibunya. Untuk menghindari hal ini maka dibuat daftar kategori obat badan pengawas obat Australia (TGA- Teraupetik Good Administration) Sumber: pemakaian obat pada ibu hamil dan menyasui. Contoh Kategori Penggunaan Obat Pada Masa Kehamilan (FDA) Nama Obat Parasetamol Asetosal Pada Kehamilan B C ( D jika dosis penuh diberikan pada trimester ketiga) C(D pada trimester ketiga) B B Tidak ada data

Bismuth Kafein CTM Konroitin sulfatglukosamin Klotrimazol Kodein

B (topika) , C (troches) C ( D jika digunakan dalam waktu lam atau pada dosis tinggi) B B C B

Dimenhidrinat Difenhidramin Efedrin Famotidin

CONTOH OBAT KATEGORI A (nama generik): Ascorbic acid (vitamin C) (masuk kategori C jika dosisnya melebihi US RD), Doxylamine, Ergocalciferol( masuk kategori D jika dosisnya melebihi US RD), Folic acid(masuk kategori C jika dosisnya melebihi 0,8 mg per hari), Hydroxocobalamine (masuk kategori C jika dosisnya melebihi US RDA), Liothyronine, Nystatin vaginal sup (masuk kategori C jika digunakan per oral dan topikal), Pantothenic acid (masuk kategori C jika dosisnya melebihi US RDA), Potassium chloride, Potassium citrate, Potassium gluconate, Pyridoxine (vitamin B6), Riboflavin (masuk kategori C jika dosisnya melebihi US RDA), Thiamine (vitamin B1) (masuk kategori C jika dosisnya melebihi US RDA), Thyroglobulin, Thyroid hormones, Vitamin D (masuk kategori D jika dosisnya melebihi US RDA), Vitamin E (masuk kategori C jika dosisnya melebihi US RDA). CONTOH OBAT KATEGORI B (nama generik): Acetylcysteine, Acyclovir, Amiloride (masuk kategori D jika digunakan untuk hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan) Ammonium chloride, Ammonium lactate (topical), Amoxicillin, Amphotericin B, Ampicillin, Atazanavir, Azatadine, Azelaic acid, Benzylpenicillin, Bisacodyl, Budesonide (inhalasi, nasal), Buspiron, Caffeine, Carbenicillin, Camitine, Cefaclor, Cefadroxil, Cefalexin, Cefalotin, Cefamandole, Cefapirin, Cefatrizine, Cefazolin, Cefdinir, Cefditoren, Cefepime, Cefixime, Cefmetazole, Cefonicid, Cefoperazone, Ceforanide, Cefotaxime, Cefotetan disodium, Cefoxitin, Cefpodoxime, Cefprozil, Cefradine, Ceftazidime, Ceftibuten, Ceftizoxime, Ceftriaxone, Cefuroxime, Cetirizine, Chlorhexidine (mulut dan tenggorokan), Chlorpenamine, Chlortalidone ( masuk kategori D jika

digunakan untuk hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan), Ciclacillin, Ciclipirox, Cimetidine, Clemastine, Clindamycin, Clotrimazole, Cloxacillin, Clozapine, Colestyramine. CONTOH OBAT KATEGORI C (nama generik): Acetazolamide, Acetylcholine chloride, Adenosine, Albendazole, Albumin, Alclometasone, Allopurinol, Aluminium hydrochloride, Aminophylline, Amitriptyline, Amlodipine, Antazoline, Astemizole, Atropin, Bacitracin, Beclometasone, Belladonna, Benzatropine mesilate, Benzocaine, Buclizine, Butoconazole, Calcitonin, Calcium acetate, Calcium ascorbate, Calcium carbonate, Calcium chloride, Calcium citrate, Calcium folinate, Calcium glucoheptonade, Calcium gluconate, Calcium lactate, Calcium phosphate, Calcium polystyrene sulfonate, Capreomycin, Captopril, Carbachol, Carbidopa, Carbinoxamine, Chloral hydrate, Chloramphenicol, Chloroquine, Chlorothiazide, Chlorpromazine, Choline theophyllinate, Cidofovir, Cilastatin, Cinnarizine. CONTOH OBAT KATEGORI D (nama generik): Amikacin, Amobarbital, Atenolol, Carbamazepine, Carbimazole, Chlordizepoxide, Cilazapril, Clonazepam, Diazepam, Doxycycline, Imipramine, Kanamycin, Lorazepam, Lynestrenol, Meprobamate, Methimazole, Minocycline, Oxazepam, Oxytetracycline, Tamoxifen, Tetracycline, Uracil, Voriconazole dll X (nama generik): Acitretin, Alprotadil (parenteral), Atorvastatin, Bicalutamide, Bosentan, Cerivastatin disodium, Cetrorelix, Chenodeoxycholic acid, Chlorotrianisene, Chorionic gonadotrophin, Clomifen, Coumarin, Danazol, Desogestrel, Dienestrol, Diethylstilbestrol, Dihydro ergotamin, Dutasteride, Ergometrin, Ergotamin, Estazolam, Etradiol, Estramustine, Estriol succinate, Estrone, Estropipate, Ethinyl estradiol, Etretinate, Finasteride, Fluorescein (parenteral), Flurouracil, Fluoxymesterone, Flurazepam, Fluvastatin, Floritropin, Ganirelix, Gestodene, Goserelin, Human menopausal gonadotrophin, Iodinated glycerol, Isotretinoin, Leflunomide, Leuprorelin, Levonorgestrel, Lovastatin, Medrogestrone, Medroxyprogesterone, Menotrophin, Mestranol, Methotrexate, Methyl testosterone, Mifeprestone, Miglustat, Misoprostol, Nafarelin, nandrolone, Nicotine (po). Pada suatu saat bila diberikan pengobatan pada janin dengansengaja obat diberikan melalui ibu misalnya antibiotika , antiaritma vitamin K , deksametason, dan beta metason dapat melalui sawar [plasenta dan masuk melalui sirkulasi janin dengan baik oleh karena detoksikasi atau metabolisme pada plasenta hanya sedikit. Kedua obat, deksametason dan betametason sering digunakan sebagai perangsang pematanagn paru-paru janin. Ada beberapa obat yang masuk dalam sirkulasi janin yang seimbang dengan obat dalam sirkulasi ibu dan diekskresikan dengan baik oleh janin dan masuk ke dalam amnion , misalnya

Dalam bulan terakhir kehamilan, serviks menjadi matang (pengaruh PGE2) yg meningkatkan produksi enzim yg memecah dan melonggarkan kolagen serviks Ada 4 tipe prostaglandin yg mempunyai peranan penting dlm proses melahirkan

Sumbu jalan lahir yang perlu ditempuh janin untuk bisa keluar jadi lebih pendek. Suplai oksigen dari ibu ke janin pun juga dapat berlangsung secara maksimal. Kelemahan: Posisi dapat menimbulkan rasa lelah dan keluhan punggung pegal. Apalagi jika proses persalinan tersebut berlangsung lama.

PGE1 : Mematangkan serviks

PGE2 : Meningkatkan kontraksi uterus dan mematangkan serviks PGI2 : Aliran darah darah dari ibu ke janin PGI2a : Menimbulkan kontraksi uterus segala waktu PROSTAGLANDIN SINTETIK Obat :Dinoproston (PGE2) pervaginal Sediaan :Tablet dan jelly Indikasi :Pematangan serviks dan induksi persalinan Aksi :10 menit setelah dimasukkan ke dalam vagina Absorpsi :Dinding vagina Obat :Misoprostol (PGE1) pervaginal Sediaan :Tablet Indikasi :Induksi dan penguatan persalinan serta penatalaksanaan kala tiga persalinan Efek samping prostaglandin :Pireksia (demam) Vasodilatasi dan hipotensi Inflamasi Sensitasi terhadap nyeri Duresis dan kehilangan elektrolit Pelepasan hormon hipofise, renin dan steroid adrenal Kontraindikasi :Terdapat ruptura membran amnion , Adanya riwayat sikatris Ada berapa posisi melahirkan? Ada 4 posisi melahirkan. Masing-masing memiliki kelebihan maupun kekurangan sendiri. POSISI BERBARING atau LITOTOMI Ibu terlentang di tempat tidur bersalin dengan menggantung kedua pahanya pada penopang kursi khusus untuk bersalin. Kelebihan: Dokter bisa lebih leluasa membantu proses persalinan. Jalan lahir pun menghadap ke depan, sehingga dokter dapat lebih mudah mengukur perkembangan pembukaan dan waktu persalinan pun bisa diprediksi secara lebih akurat. Kepala bayi lebih mudah dipegang dan diarahkan. Sehingga apabila terjadi perubahan posisi kepala bayi, maka dokter langsung bisa mengarahkan pada posisi yang seharusnya. Kelemahan: Posisi berbaring membuat ibu sulit untuk mengejan. Hal ini karena gaya berat tubuh ibu yang berada di bawah dan sejajar dengan posisi bayi. Posisi ini pun diduga bisa mengakibatkan perineum (daerah di antara anus dan vagina) meregang sedemikian rupa sehingga menyulitkan persalinan. Pengiriman oksigen melalui darah yang mengalir dari si ibu ke janin melalui plasenta pun jadi relatif berkurang. Hal ini karena letak pembuluh besar berada di bawah posisi bayi dan tertekan oleh massa/berat badan bayi. Apalagi jika letak ari-ari juga berada di bawah si bayi. Akibatnya, tekanan pada pembuluh darah bisa meninggi dan menimbulkan perlambatan peredarandarah balik ibu. POSISI MIRING atau LATERAL Ibu berbaring miring ke kiri atau ke kanan dengan salah satu kaki diangkat, sedangkan kaki lainnya dalam keadaan lurus. Posisi ini umumnya dilakukan bila posisi kepala bayi belum tepat. Kelebihan: Selain peredaran darah balik ibu bisa mengalir lancar, pengiriman oksigen dalam darah dari ibu ke janin melalui plasenta juga tidak terganggu. Sehingga proses pembukaan akan berlangsung secara perlahan-lahan sehingga persalinan berlangsung lebih nyaman. Kelemahan: Posisi miring ini menyulitkan dokter untuk membantu proses persalinan karena letal kepala bayi susah dimonitor, dipegang, maupun diarahkan. Dokter pun akan mengalami kesulitan saat melakukan tindakan episiotomi POSISI JONGKOK Biasanya ibu berjongkok di atas bantalan empuk yang berguna menahan kepala dan tubuh bayi. Kelebihan: Merupakan posisi melahirkan yang alami karena memanfaatkan gaya gravitasi bumi, sehingga ibu tidak usah terlalu kuat mengejan. Kekurangan: Selain berpeluang membuat cedera kepala bayi, posisi ini dinilai kurang menguntungkan karena menyulitkan pemantauan perkembangan pembukaan dan tindakan-tindakan persalinan lainnya, semisal episiotomi. POSISI SETENGAH DUDUK Pada posisi ini, ibu duduk dengan punggung bersandar bantal, kaki ditekuk dan paha dibuka ke arah samping. Posisi ini cukup membuat ibu nyaman. Kelebihannya:

FLEKAINID.

D. PENGGUANAAN OBAT DALAM MASA PERSALINAN Persalinan adalah pengeluaran bayi pada akhir kehamilan, dimana proses terjadinya karena adanya kontraksi otot polos uterus sehingga serviks melunak dan terbuka untuk memungkinkan pengeluaran bayi . Rasio estrogen (merangsang otot polos uterus) dan progesteron (relaksasi otot polos uterus) serta pelepasan hormon hipofisis posterior yaitu oksitosin dan prostaglandin juga sangat berperan dalam kontraksi otot polos uterus. Hormon oksitosin semakin meningkat produksinya menjelang akhir kehamilan, disertai makin banyaknya reseptor hormon di uterus. Pada saat yang tepat hormon dan reseptor berinteraksi sehingga memicu kontraksi. OKSITOSIK adalah golongan obat yang digunakan untuk merangsang kontraksi otot polos uterus dalam membantu proses persalinan, pencegahan perdarahan pasca persalinan (P3) serta penguatan persalinan Obat :Oxytocin (Pitocin, Syntocinon) 10 Unit/ampl Mekanisme kerja : Merangsang kontraksi otot polos uterus untuk mempercepat persalinan, induksi pengeluarkan ASI Absorpsi : Melalui mukosa hidung Distribusi :Distribusi luas ke cairan ekstraseluler Metabolisme : t1/2 1-9 menit, dimetabolisme di hati, lama kerja 2-3 jam Eliminasi : Ginjal Efek samping : Konstipasi, mual, muntah, ruam kulit, anoreksia Interaksi obat : Dengan obat Vasopresor dpt mengakibatkan hipertensi dan dg anastesi siklopropan menyebabkan hipertensi PROSTAGLANDIN merupakan senyawa yg dibuat dari fosfolipid pada membran sel dlm jaringan tubuh. Senyawa tersebut merupakan substansi yg penting sebagai hormon lokal Prostaglandin di dlm tubuh sangat penting dlm membantu proses melahirkan :

Pematangan serviks

Kontraksi uterus (oksitosin + prostaglandin) Pembentukan prostaglandin oleh amnion akan meningkat pd saat menjelang akhir kehamilan sehingga menaikkan kadar prostaglandin. Sensitivitas uterus thdp prostaglandin akan meningkat secara progresif sepanjang kehamilan.

You might also like