You are on page 1of 18

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI 2 GAGAL GINJAL

Disusun oleh : KELOMPOK D1 Hanif Hafiid S. N. Pramita Purbandari Sagita Savita Sari Rizky Novasari Shifaq Khairunnisa Anisa Wisdatika Retna Pancawati Perdani Adnin Maiisyah (G1F009013) (G1F009014) (G1F009015) (G1F009017) (G1F009032) (G1F009033) (G1F009035) (G1F009043)

Asisten : Noor Annisa Sugandi

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN FARMASI PURWOKERTO 2012

PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI 2 GAGAL GINJAL

A. DATA BASE PASIEN Nama : Ny. K

Usia/BB : 45 th / 45 kg MRS KRS : 24 Oktober 2008 : 30 Oktober 2008

Riwayat penyakit : HT (+), DM (-), jantung (-), maag (-), sakit kuning agustus lalu Diagnosa awal : S.CKD st IV A (GFR 29,68) + hidronefrosis sedang-berat bilateral + anemia Diagnosa akhir : HN sedang D/S e.c. DD Batu ureter D/S non opaque/stenosis ureter dan ISK Perut kemeng sebelah kanan sejak 6 bulan SMRS, Nyeri, Mual sejak 1 minggu SMRS, Kencing seperti teh sejak 1 bulan SMRS.

B. DATA KLINIK DAN LABORATORIUM 1. Data TD Nyeri Suhu Data Klinik 23/10 110/70 + 37.6 24 90/100 + 37.8 37 37.4 37.2 27 100/80 28 29

2.

Data Laboratorium Nilai normal 4500-10500/ L 37-47% 0.6 1.1 mg/dL 11-18 g/dL 3.8-5 136-144 23/10 21700 21.2 1.7 6.7 3.52 126.2 1.23 8.95 3.0 136 9.99 27 15300 28 13300 35

Parameter WBC HCT Kreatinin HB K Na

Albumin

Riwayat profil tanggal 23-10-2008 USG Abdomen

Hidronefrosis sedang-berat bilateral, liver/ gall blader/ pankreas/ lien tak tampak kelainan Foto BOF

Tak tampak gambaran massa di abdomen, tak tampak batu sepanjang traktur urinarius Hasil urinalisis

leu (+) 3 Pro (+) 2

C. PATOFISIOLOGI PENYAKIT a) Chronic keidney disease (CKD) Chronic kidney disease (CKD) atau gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner & Suddarth, 2001; 1448). Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian, nilai kreatinin clearance turun ( Long, 1996). Pada pasien nilai creatinin nya mencapai 1,23 yang otomatis membuat clearens kreatinin menjadi menurun. Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh (Brunner & Suddarth, 2001). Semakin banyak

timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat, dan akhirnya akan menyebabkan terjadinya hipoalbumin, karena albumin adalah protein terbesar yang ada di plasma darah. Nilai albumin pada pasien menurun mencapai 2,02 g/dL. Pembagian CKD berdasarkan tingkat penurunan GFR dibagi menjadi 4. Pasien di diagnose menderita CKD stadium 4: kelainan ginjal dengan GFR antara 15-29mL/menit/1,73m2. Pada data klinik, diketahui bahwa nilai GFR pasien adalah 29,68. Manifestasi klinik menurut antara lain : hipertensi dan perikarditis (akibat iriotasi pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi). (Smeltzer, 2001 : 1449). Hal ini di dukung dengan keluhan pasien yang mengalami perut kemeng sebelah kanan sejak 6 bulan SMRS dan mual sejak 1 minggu SMRS.

b) Anemia Anemia merupakan suatu keadaan dimana terjadi berkurangnya jumlah sel darah. Penurunan ini bisa dikarenakan terjadinya kerusakan sumsum tulang yang merupakan tempat produksi sel darah merah,bahan baku yang jelek (diantaranya eritropoeitin (epo), Fe, Asam folat, vit.B12), terjadi perdarahan dan umur eritrosit pendek akibat penghancuran yang berlebihan. Pada kondisi gagal ginjal, produksi eritropoetin mengalami penurunan karena ginjal merupakan tempat produksi eritropoetin. Eritropoetin ini nantinya akan menyusun produksi sel darah merah selain besi , asam folat dan vit. B12 melalui proses yang dinamakan eritropoiesis. Anemia ini ditandai dengan hasil pemeriksaan kadar Hb dan HCT pasien yang memiliki nilai kurang dari normal yaitu Hb 6,7 g/dl (normal: 11-18 g/dl) dan HCT 21,2 (normal 37-47%). Hb atau hemoglobin merupakan salah satu komposisi utama sel darah merah sedangkan hemtaokrit (HCT) merupakan presentase volume sel darah merah , kedua parameter ini menunjukkan jumlah sel darah merah yang terkandung dalam tubuh kita (Price,Sylvia A.,2005).

c) Hidronefrosis

Hidronefrosis adalah penggembungan ginjal akibat tekanan balik terhadap ginjal karena aliran air kemih tersumbat. Dalam keadaan normal, air kemih mengalir dari ginjal dengan tekanan yang sangat rendah. Jika aliran air kemih tersumbat, air kemih akan mengalir kembali ke dalam tabung-tabung kecil di dalam ginjal (tubulus renalis) dan ke dalam daerah pusat pengumpulan air kemih (pelvis renalis). Hal ini akan menyebabkan ginjal menggembung dan menekan jaringan ginjal yang rapuh. Pada akhinya, tekanan hidronefrosis yang menetap dan berat akan merusak jaringan ginjal sehingga secara perlahan ginjal akan kehilangan fungsinya. (anonim,2012). Patofisiologi hidronerosis diawali dengan adanya hambatan aliran urin secara anatomik ataupun fisiologik. Hambatan ini dapat terjadi dimana saja sepanjang ginjal sampai meatus uretra. Peningkatan tekanan ureter menyebabkan perubahan dalam filtrasi glomerulus (GFR), fungsi tubulus, dan aliran darah ginjal. GFR menurun dalam beberapa jam setelah terjadinya hambatan. Kondisi ini dapat bertahan selama beberpa minggu. Fungsi tubulus juga terganggu. Berat dan durasi kelainan ini tergantung pada berat dan durasi hambatan aliran. Hambatan aliran yang singkat menyebabkan kelainan yang reversibel sedangkan sumbatan kronis menyebabkan atrofi tubulus dan hilangnya nefron secara permanen. Peningkatan tekanan ureter juga aliran balik pielovena dan pielolimfatik. Dalam duktus kolektivus, dilatasi dibatasi oleh parenkim ginjal. Namun komponen diluar ginjal dapat berdilatasi maksimal (anonim, 2011) Hidronefrosis biasanya terjadi akibat adanya sumbatan pada sambungan ureteropelvik (sambungan antara ureter dan pelvis renalis): 1. Kelainan struktural, misalnya jika masuknya ureter ke dalam pelvis renalis terlalu tinggi. 2. Lilitan pada sambungan ureteropelvik akibat ginjal bergeser ke bawah. 3. Batu di dalam pelvis renalis. 4. Penekanan pada ureter oleh jaringan fibrosa, arteri atau vena yang letaknya abnormal serta tumor. (anonim, 2012). Hidronefrosis juga bisa terjadi akibat adanya penyumbatan dibawah sambungan ureteropelvik atau karena arus balik air kemih dari kandung kemih: 1. Batu di dalam ureter,

2. Tumor di dalam atau di dekat ureter, 3. Penyempitan ureter akibat cacat bawaan, cedera, infeksi, terapi penyinaran atau pembedahan, 4. Kelainan pada otot atau saraf di kandung kemih atau ureter, 5. Pembentukan jaringan fibrosa di dalam atau di sekeliling ureter akibat pembedahan, rontgen atau obat-obatan (terutama metisergid), 6. Ureterokel (penonjolan ujung bawah ureter ke dalam kandung kemih), 7. Kanker kandung kemih, leher rahim, rahim, prostat atau organ panggul lainnya, 8. Sumbatan yang menghalangi aliran air kemih dari kandung kemih ke uretra akibat pembesaran prostat, peradangan atau kanker, 9. Arus balik air kemih dari kandung kemih akibat cacat bawaan atau cedera, 10. Infeksi saluran kemih yang berat, yang untuk sementara waktu menghalangi kontraksi ureter. (anonim, 2012). Sedangkan pada kasus ini hidronefrosisnya disebabkan karena adanya infeksi saluran kemih. Diagnose dari hidronefrosis biasanya Dokter bisa merasakan adanya massa di daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggul, terutama jika ginjal sangat membesar. Selain itu dari pemeriksaan darah bisa menunjukkan adanya kadar urea yang tinggi karena ginjal tidak mampu membuang limbah metabolik ini. Beberapa prosedur digunakan utnuk mendiagnosis hidronefrosis: 1. USG, memberikan gambaran ginjal, ureter dan kandung kemih 2. Urografi intravena, bisa menunjukkan aliran air kemih melalui ginjal 3. Sistoskopi, bisa melihat kandung kemih secara langsung. (anonim, 2012). Sedangkan pada kasus ini diagnose tegak dari hasil USG abdomen yang menunjukan adanya hidronefrosis sedang-berat bilateral.

d) Hipertensi Nefropati (HN) Nefropati hipertensi adalah penyakit ginjal yang disebabkan karena terjadinya kerusakan vaskularisasi di ginjal oleh adanya peningkatan tekanan

darah. nefropati yang terjadi akibat hipertensi (nefrosklerosis hypertensive) terbagi menjadi dua yakni nefropati hipertensi benigna dan maligna. Pada nefrosklerosis benigna, pembuluh darah arteri ginjal tampak tebal, lumen menyempit, dan ada kapiler glomerular yang sklerotik dan kempis. Perubahan vascular ini dapat menyebabkan suplai darah ke ginjal berkurang. Tubulus ginjal juga mengalami atrofi. Hipertensi yang berlangsung lama dapat mengakibatkan perubahan struktur pada arteriol, ditandai dengan fibrosis dan hialinisasi dinding pembuluh darah. arteriosklerosis akibat hipertensi lama dapat menyebabkan nefrosklerosis, gangguan ini merupakan akibat langsung iskemia karena penyempitan lumen pembuluh darah intrarenal. Penyumbatan arteri dan arteriola akan menyebabkan kerusakan glomerolus atau atrofi tubulus, sehingga seluruh nefron rusak terjadilah gagal ginjal kronik (Susanto, 2010). ISK ISK merupakan gangguan pada saluran kemih yang disebabkan adanya sumbatan. Biasanya, yang menyumbat itu adalah batu berbentuk Kristal yang menghambat keluarnya air seni melalui saluran kemih, sehingga jika sedang buang air kecil terasa sulit dan sakit. Tapi, bila saat buang air seni disertai dengan darah, itu pertanda saluran kemih sudah terinfeksi. Salah satu faktor yang turut memicu terbentuknya batu di dalam ginjal dan saluran kemih bila banyak mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung asam urat seperti emping, melinjo, jeroan, bayam, maka air kemih akan lebih banyak megandung asam urat sehingga resiko terbentuknya batu asam urat dalam ginjal dan infeksi saluran kemihpun meningkat. Pada kasus ini, pasien mengalami ISK dengan gejala pinggang sakit sebelah kanan sudah 6 bulan, nyeri, mual dan kencing seperti teh. Cirri-ciri ISK bagian atas adalah sakit kepala, malaise, mual, muntah, demam menggigil, rasa tidak enak atau nyeri pinggang (Tessy, 2001). Dilihat dari data laboratorium, nilai asam urat pasien menunjukkan 7,3 (normal: 3,4-5,7) hal ini menunjukkan peningkatan. Juga WBC pasien yang meningkat yaitu >10500L.

D. KOMPOSISI TERAPI R/ Infus PZ

7 tpm PRC s.p.r.n. Cotrimoxazole s.d.d.d. 1 tab Albumin 2 ml/menit Batugin Eliksir s.ter.d.d 1 gelas

E. PEMBAHASAN TERAPI YANG DIBERIKAN a. Plan Tujuan Terapi: 1. Mengontrol hipertensi, target tekanan darah <140/90 mmHg, untuk individu beresiko tinggi (diabetes, gagal ginjal proteinuria) <130/80 mmHg. 2. Menghambat perkembangan gagal ginjalnya. 3. Menghilangkan batu , mencegah kerusakan nefron, mengendalikan infeksi, dan mengurangi obstruksi yang terjadi.

b. Terapi non farmakologi


1. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)

Merupakan tindakan non-invasif dan tanpa pembiusan, pada tindakan ini digunakan gelombang kejut eksternal yang dialirkan melalui tubuh untuk memecah batu. Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter proximal, atau menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih.
2. Endourologi

Merupakan tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan Batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukan

langsung kedalam saluran kemih. Beberapa tindakan endourologi tersebut adalah : a. PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) adalah usaha mengeluarkan batu yang berada di dalam saluran ginjal dengan cara memasukan alat endoskopi ke sistem kalies melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil. b. Litotripsi adalah memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukan alat pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli. c. Ureteroskopi atau uretero-renoskopi adalah dengan memasukan alat ureteroskopi per-uretram. Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter maupun sistem pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan ureteroskopi/ureterorenoskopi ini.
3. Ureterolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang

berada di ureter (Anonim, 2011).

c. Terapi farmakologi 1. Infuse pz (NaCl) a. Indikasi Digunakan pada orang dewasa dan pasien anak-anak sebagai sumber elektrolit dan air. 0,9% NaCl diindikasikan untuk penggantian cairan ekstraseluler. 0,9% NaCl juga digunakan dalam proses tranfusi darah dan pengencer infuse yang kompatibel (Brenhe, 2005). b. Hubungan umur dengan obat Tidak ada hubungan karena pasien termasuk dewasa. c. Hubungan pengobatan dengan data klinik dan laboratorium Berdasarkan data klinik nilai elektrolit dari K dan Na mengalami penurunan, sehingga dapat menimbulkan hipovolemi. Diberikan infuse pz untuk menjaga kestabilan elektrolit dalam tubuh dan dapat

menyeimbangkan cairan dalam tubuh pasien. d. Hubungan pengobatan dengan riwayat pasien, penyakit dan riwayat pengobatan

Pasien mengalami mual yang menandakan ketidakseimbangan elektrolit sehingga membutuhkan infuse untuk mengembalikan keseimbangan elektrolitnya. e. Interaksi obat-obat, obat-makanan, dan obat-jamu Tidak ada interaksi dengan obat lain pada terapi ini. f. Dosis obat Dewasa : 154 mEq setiap natrium dan klorida atau 100-500 mEq/24 jam untuk keseimbangan sodium dan klorida (Lacy et al., 2006). g. Efek samping NaCl berlebih dapat menyebabkan asidosis dan hipotasemia. Cairan dan zat terlarut berlebih menyebabkan overdehidrasi, edema paru akut (Brenhe, 2005). h. Aturan pemakaian Diberika melalui injeksi IV dengan bantuan peralatan yang cocok. i. Lama penggunaan Selama proses evaluasi klinis dalam pemantauan keseimbangan cairan, konsentrasi elektrolit dan asam basa. j. Harga obat Generik.

2. PRC a. Efek Terapeutik Obat / Indikasi Obat Anemia pada perdarahan akut, anemia kronis jika Hb tidak dapat ditingkatkan dengan cara lain, gangguan pembekuan darah karena defisiensi komponen. Kehilangan darah >20% dan volume lebih dari 1000 ml, serta hemoglobin < 8 gr/dl (Anonim, 2008). b. Hubungan Umur Pasien dengan Obat Tidak ada hubungan antara obat dengan umur pasien. c. Hubungan Pengobatan dengan Data Klinik dan Laboratorium Tidak ada hubungan antara data klinik dengan pengobatan. Dari data laboratorium diketahui Hb paien pada tanggal 23/10 adaah 6,7 sehingga membutuhkan transfuse PRC.

d. Dosis Obat PRC (mL) = BB (kg) x Hb (g/dL) x 4 Setiap 5-10 mL/kgBB akan menaikkan Hb sekitar 2-4 g/dL Kecepatan transfuse 1-2 mL/menit (Anonim, 2008). e. Hubungan Pengobatan, Riwayat Pasien, Penyakit dan Riwayat Pengobatan Salah satu diagnosa awal pasien adalah anemia yang disebabkan oleh gangguan pada ginjal, apabila fungsi ginjal menurun makan hormone eritropoetin yang terbentuk akan menurun dan berpengaruh pada penurunan produksi eritrosit sehingga HB pasien mengalami penurunan. f. Interaksi Obat-Obat, Obat-Makanan dan Obat-Jamu Obat tidak boleh dimasukkan/diberikan ke dalam kantung PRC. g. Efek Samping Obat Masih cukup banyak plasma, leikosit, dan trombosit yang tertinggal sehingga masih bisa terjadi sensitisasi yang dapat memicu timbulnya pembentukan antibody terhadap darah donor. h. Aturan Pemakaian Obat 1x transfusi 2-4 jam. i. Lama Penggunaan Obat untuk Terapi Selama dibutuhkan. j. Harga Obat Generik.

3. Albumin a. Indikasi Albumin dipakai sebagai terapi suplemen pada kejadian hipoproteinemia (yang disebabkan oleh penurunan produksi maupun oleh peningkatan dekstruksi / kehilangan albumin, yang membahayakan jiwa penderita akibat terjadinya gangguan cairan / tekanan onkotik dan rangkaian penyakit / kelainan yang ditimbulkannya. b. Dosis Obat yang digunakan albumin 20% terdiri dari 20 gram /100 ml. Untuk mencapai kadar albumin 3g/dl dibutuhkan 1 x unit albumin 20 % per hari.

Pada transfusi albumin 20% kecepatan maksimal 1 ml / menit untuk meminimalkan kemungkinan overload sirkulasi dan odema paru. c. Hubungan umur dan pengobatan Albumin dapat diberikan untuk pasien dewasa, sesuai data pasien berumur 45 tahun. d. Hubungan pengobatan, data klinik, dan data laboratorium Berdasarkan data laboratorium pasien, kadar albumin pasien kurang dari 3,8-5,4 g/dL yaitu 2,02 (tgl 23) dan 2,8 (tgl 28), sehingga pasien diberikan albumin untuk mengatasi hipoalbumin yang diderita pasien. e. Hubungan pengobatan dengan riwayat pasien, penyakit dan riwayat pengobatan Tidak ada hubungan antara pengobatan dengan riwayat penyakit pasien. f. Interaksi obat-obat, obat-makanan, obat-jamu Tidak ada interaksi dengan obat-obatan lain yang digunakan dalam terapi. g. Aturan pemakaian obat Transfusi albumin diberikan secara IV, diberikan jika kadar albumin < 2,5 g/dL, kecepatan maksimal transfuse albumin 20% 1 ml / menit. h. Lama penggunaan obat Digunakan sampai mencapai kadar albumin yang diharapkan yaitu 3 g/dL. i. Efek samping obat Efek samping dari albumin jarang terjadi. Reaksi merugikan yang mugkin disebabkan oleh kelebihan alergi atau protein yang dihasilkan dari dosis tinggi atau pemberian berulang, termasuk menggigil, demam, mual, muntah, air liur meningkat, urtikaria dan efek variabel pada tekanan dara, denyut jantung dan pernafasan (Mc Evoy, 2007) j. Harga Obat Generik

4. Cotrimoxazole a. Indikasi

Infeksi saluran kemih dan kelamin yang disebabkan oleh E. coli. Klebsiella sp, Enterobacter sp, Morganella morganii, Proteus mirabilis, Proteus vulgaris. b. Hubungan umur dengan obat Tidak ada hubungan karena pasien termasuk dewasa. c. Hubungan pengobatan dengan data klinik dan laboratorium Berdasarkan data Laboratorium,Nilai WBC pasien naik yaitu pada tgl 23/10 , 27/10 dan 28/10 masing masing 21700 , 15300 dan 13300 dimana nilai normal WBC adalah 4500 10500 / L . Hal tersebut mengindikasikan adany infeksi bakteri pada pasien. Berdasarkan data klinik pasien pada kasus ini mengalami ISK,dilihat dari gejala pasien yang mengeluhkan pinggang sakit sebelah kanan sudah 6 bulan,nyeri,mual dan kencing seperti the maka dapat disimpulkan pasien mengalami ISK bagian atas.karena ciri2 ISK bagian atas adalah dapat ditemukan gejala sakit kepala, malaise, mual, muntah, demam, menggigil, rasa tidak enak, atau nyeri di pinggang (Tessy,2001). d. Hubungan pengobatan dengan riwayat pasien, penyakit dan riwayat pengobatan Tidak ada hubungan. e. Interaksi obat-obat, obat-makanan, dan obat-jamu Tidak ada interaksi dengan obat lain pada terapi ini. f. Dosis obat Dosis yang diberikan pada pasien ISK dengan kelainan fungsi ginjal haruslah lebih rendah. Pada pasien dengan creatine clearance 15 hingga 30 ml/menit, dosis yang diberikan adalah setengahnya yaitu Trimethoprim 80 mg + Sulfamethoxazole 400 mg yang diberikan tiap 12 jam. pemberiannya (Katzung,2005). Penghitungan creatine clearance: TKK = (140 umur) x berat badan kreatinin serum. Nilai creatine clearance dari pasien sesuai dengan perhitungan diatas dengan umur 45 tahun,BB 45 kg dan kreatinin serum 1,7 adalah 34,92. dapat dilakukan secara oral maupun Cara

intravena

Sehingga dosis trimetropim 80 mg + sulfamethoxazole 400 mg masih diperbolehkan. g. Efek samping Mual, diare; sakit kepala; hiperkalemia; ruam (sangat jarang termasuk sindrom s teven Johnson, nekrolisis epidermal toksik, fotosensitif)-

hentikan pengobatan segera h. Aturan pemakaian Diberikan setiap 12 jam dapat secara IV atau PO i. Lama penggunaan Sampai nilai WBC mencapai normal atau sampai didapat nilai negative kultur bakteri j. Harga obat Generik.

5. Batugin Eliksir Batugin Eliksir 120 Ml Batugin eliksir mengandung ekstrak Sonchus arvensis folia dan ekstrak Strobilanthus crispus folia sebagai tanaman berkhasiat dalam larutan spesifik yang optimal. Komposisi : Tiap 30 mL eliksir (= 1 gelas takar) mengandung : Ekstrak daun tempuyung (Sonchi Folium) Setara dengan bubuk daun kering Ekstrak daun kejibeling (Strobilanthi Folium) Setara dengan bubuk daun kering 0,3 gram 3 gram

a. Indikasi Membantu meluruhkan batu urin dan batu saluran kemih serta memperlancar keluarnya air kemih. b. Dosis

Dosis yang diberikan selama pengobatan adalah 3- 4 kali sehari 1 gelas takar penuh (= 30 Ml). Setelah batunya keluar, sebagai pencegahan diberikan 1 kali sehari 1 gelas takar penuh. c. Hubungan pengobatan dengan umur Tidak ada hubungan antara umur dengan pengobatan d. Hubungan riwayat penyakit dengan obat Pasien didiagnose mengidap batu ureter, sehingga digunakan batugin untuk membantu meluruhkan batu ureter tersebut. e. Hubungan pengobatan dengan data klinik dan data laboratorium Tidak ada hubungan antara pengobatan dengan data klinik dan data laboratorium pasien. f. Interaksi obat Tidak ada interaksi dengan obat lain yang digunakan dalam terapi g. Efek samping Relatif tidak ada bila diberikan sesuai dengan takaran yang dianjurkan. h. Aturan pemakaian Selama pengobatan : 3- 4 kali sehari 1 gelas takar penuh (= 30 Ml). Setelah batunya keluar, sebagai pencegahan : 1 kali sehari 1 gelas takar penuh. Dianjurkan untuk banyak minum air selama pengobatan. i. Lama penggunaan Digunakan selama pengobatan dan disarankan untuk melanjutkan

pengobatan secara teratur, untuk menghindari pembentukan kembali batu urin atau batu saluran kemih yang baru. j. Harga obat Brandname Mekanisme : khasiat Sonchus arvensis sebagai antikalkulus urinaria mungkin berdasarkan kemampuannya mengadakan relaksasi otot polos (spasmolitik) dan tingginya kadar kalium dalam daun tersebut.selanjutnya juga ternyata, bahwa ekstrak tempuyung dapat memecahkan atau menghancurkan batu urin ata batu saluran kemih sehingga mempermudah pengeluarannya dari dalam tubuh. Strobilanthus crispus folia (daun kejibeling) memiliki kadar kalium yang juga tinggi menyebabkan daun ini memiliki sifat diuretik,

sehingga oleh arus air kemih yang deras, batu-batu yang menyumbat saluran dapat terdorong keluar. Batugin elixir memiliki kombinasi sifat-sifat dari kedua macam ekstrak ini, yakni meluruhkan batu urin (nefrolitiasis) dan batu saluran kemih (uretrolitiasis), serta sekaligus mendorongnya keluar akibat arus air kemih yang deras.

F. MONITORING dan INFORMASI Monitoring 1. Mempertahankan tekanan darah normal 2. Mempertahankan keenceran volume urine 3. Monitoring data pemeriksaan fisik, tanda-tanda vital, data laboratorium dan pemeriksaan penunjang lain apakah dalam keadaan normal atau tidak Informasi Modifikasi gaya hidup Pengaturan diet hipertensi, mengurangi makanan asin dan daging Olahraga teratur Penggunaan obat antihipertensi secara rasional dan patuh terhadap pengobatan Minum air putih 2 liter/hari Tidak merokok Menghilangkan kebiasaan menahan buang air

G. KESIMPULAN Pasien pada kasus ini diagnosa awal mengalami CKD, hidronefrosis dan anemia sehingga kami memberikan terapi batugin eliksir untuk meluruhkan sumbatan penyebab CKD dan PRC serta albumin untuk mengatasi anemia dan hipoalbumin. Diagnosa akhir mengalami kerusakan ginjal, adanya hipertensi nefropati dan ISK. Melihat tekanan dara pasien normal, kami tidak memberikan terapi untuk hipertensi tetapi memberikan terapi untuk ISK yaitu cotrimoxazole untuk membunuh bakteri.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Indikasi transfuse darah. http://www.jevuska.com/2008/04/03/indikasi-transfusi-darah diakses tanggal 29 Mei 2012 Anonim. 2009. Batugin elixir 120 ml.

http://www.farmasiku.com/index.php?target=products&product_id=29925 diakses tanggal 28 Mei 2012 Anonim. 2011. Batu saluran kemih.

repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30750/.../Chapter%20II.pdf. diakses pada tanggal 29 mei 2012. Anonim, 2011, Hydronephrosis and Hydroureter.

http://www.emedicine.com/med/topic1055.htm diakses tanggal 28 Mei 2012 Anonim, 2012, Hidronefrosis, http://indonesiaindonesia.com/f/10899-

hidronefrosis/ diakses tanggal 29 Mei 2012 Ario Susanto. 2010. Hubungan hipertensi dan diabetes dengan gagal ginjal kronik. http://www.scribd.com. Diaksespada tanggal 23 Mei 2012 Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Katzung Bertram. 2002. Farmakologi dasar dan klinik. Edisi 8. Jakarta : Salemba Medika. Ketut Suwitra. 2006. Penyakit ginjal kronik dalam buku Ilmu Penyakit Dalam. FKUI: Jakarta. Lacy, C.F., et al. 2003. Drug Information Handbook. Lexi-Comp Inc. Canada. McEvoy. 2007. AHFS Drug Information. USA: American Society of HealthSystem Pharmacy. Price,Sylvia A.,2005.Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC Kedokteran. Smeltzer, S. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddarth. Volume 2 Edisi 8. Jakarta : EGC.

Tessy A, Ardayo, Suwanto. 2001. Infeksi salauran kemih dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 3. Edisi 3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

You might also like