You are on page 1of 50

;

3
j
3
Yoj/7
J 92, J
fYI'
BAHAN AJAR KE-3
PERPUSTAKAANIKK
FEMA -IPS
M.K. PENGANTAR ILMU KElUARGA (IKK 211)
TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL DAN
APLIKASINYA DALAM KEHIDUPAN KELUARGA
DIPERSIAPKAN OlEH:
Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc.
Departemen IImu Keluarga dan Konsumen
Fakultas Ekologi Manusia
Institut Pertanian Bogor
Agustus 2009
r, ---I-K-K--"
r T _Ag
" lJ.., ... ;.". '._ "'_.>,.... ........ "' ............. .. ",'
n
,
'l Rr:"G' IJop ""'j
"'''-" .. ' "
6 () I n_ , . -, it
I I e) I 1'/.,kM.m ,
I TGl , , .. I
! No. KL AS. ' ;
'. , t iII , ",..
........... .... .:.oIo.lo.::: __ ;.1' ........... , ........



'iii

.-.I::
d:;
d-:
d;
d;
d.:

d?

:I:


.-....
.
.,.: ,'"'
.,.13


3
PERPUSTAKAANIKK
FEMA IPS
KATA PENGANTAR
Tulisan ini digunakan sebagai pegangan untuk mahasiswa Program Sarjana
yang mengambil MK Pengantar IImu Keluarga (Tingkat S1) dan mahasiswa Program
Pasca Sarjana yang mengambil MK Teori keluarga. Dalam kesempatan ini izinkan
kami berterimakasih kepada para mahasiswa Pasca Sarjana atas kontribusi dalam
penyusunan bahan ajar ini. Mahasiswa tersebut adalah:

1. Megawati Simanjuntak
2. Salimar
3. RaniAndrianiBudiKusumo
4. Was ito
Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat bagi kita semua .
Herien Puspitawati.
F--;.
r
1

DAFTAR lSI

Halaman

DAFTAR lSI .................................................................................................... .
1-
DAFTAR T ABEL ........... .... ........ ...... .............. ......... ..... ......... .... ......... ..... .......... ii
..
DAFTAR GAMBAR ........................................... ............................................... iii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... iv

PENGERTIAN TEORI STRUKTURAl FUNGSIONAl ... ...... ................ ........... 1


TOKOH-TOKOH AHLI STRUKTURAL FUNGSIONAl ................................... 7
Auguste Comte (1798 -1857) ............................................................... 7
Asumsi ......................................................................................... 8
Herbert Spencer (1820-1903) .......... ...... .............. ....................... .......... 8
Asumsi ......................................................................................... 10
Emile Durkheim .............. .................................................................. .... 10

Asumsi ......................................................................................... 12

Oswald Spengler (1880-1936) .............................................................. 12
Bronislaw Malinowski (1884-1942) .................. ........ ...... ................. ...... 13
d.:
Alfred Reginald Radcliffe-Brown (1881-1955) ....................................... 13
Talcott Parsons (1902-1979) ................................................................ 14
d;
Asumsi ......................................................................................... 16
Robert Merton (1911-2003) .................................................................. 17
d.:
Anthony Giddens (1938-sekarang) ... ......... ................... ........... ............. 18
ASUMSI TEORI STRUKTURAl FUNGSIONAl .... ............. .................. ........... 20
d.:

APLIKASI TOERI STRUKTURAl FUNGSIONAl DAlAM KEHIDUPAN
KElUARGA .......... .......................................... ....... .............................. 23

Aspek struktural .... ......... ..... ...... ................. .... ......... ......... ..... ............... 24
Aspek Fungsional ................ ..... ............. ......... ................................ ...... 26

KRITIK ............................................................................................................. 30
TEORI SISTEM KElUARGA ............. ........... ................. ......... ............. ........... 32

Keluarga Sebagai Sebuah Sistem ...................................................... ..
Karakteristik Sistem Keluarga ............................................................. ..
33
EI3
32
1.
.. I
Batasan Eksternal ................................................................. .
34
34
2. Bata&an Internal .................................................................... .
34
3. Peran Organisasi ...................................................................
4.
5.
Peraturan Keluarga
Distribusi Kekuatan
............................................................... .
............................................................... .
35
35
d
6. Komusikasi ........................................................................... .
36
Siklus Hidup Keluarga ..........................................................................
36
PENUTUP
..................................................................................................... 39
;J:
DAFT AR PUST AKA ................................ ........................................................ 40
.J
;1;
.! 3
11

a;jj
n
ZZ ........................................... leUo!sDunJ leJnptnJls !Joal !!lIe eJed !swnSV ~ laqel
138V.L ~ V . L ~ v a
~ 3
. ~
.' ;:::::r
............... .......... ..... .............. ... walS!S 4enqas !e6eqas e6Jenl8)1 ~ J e q w e ~ 9
ueweleH
DAFTAR LAMPIRAN
:f
Halaman
Artikel Ke-1 Aplikasi Teori Sisteml Struktural Fungsional
Families and Se/f-Sacrific: Alternative Models and Meanings
i
for Famly Theory ....................................................................... 45
Artikel Ke-2 Aplikasi Teori Sisteml Struktural Fungsional
Coping with Rural Poverty: Economic Survival and Moral Capital
in Rural America .... .................................................................... 50
Artikel Ke-3 Aplikasi Teori Sisteml Struktural Fungsional

Kemiskinan dan Keberfungsian Sosial ....................................... 61
Artikel Ke-4 Aplikasi Teori Sisteml Struktural Fungsional

Family Theory as Framework for Assessment ............................ 75

Artikel Ke-5 Aplikasi Teor; Sisteml Struktural Fungsional

Studidan Teori Keluarga di Korea ............................................... 81

Artikel Ke-6 Aplikasi Teori Sisteml Strukturai Fungsional
d:
Pathways Between Social Support. Family Wellbeing. Quality of
Parenting and Conflict Resilience: What We Know..................... 101


d:
d;
d-;



;I:
E-I;


...

-
lV
,,- 3
.. II 3

PENGERTIAN TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL
Pendekatan struktura/-fungsiona/ ada/ah pendekatan teori sosi%gi yang
diterapkan da/am institusi ke/uarga. Keluarga sebagai sebuah institusi dalam
masyarakat mempunyai prinsip-prinsip serupa yang terdapat dalam kehidupan sosial
masyarakat. Pendekatan ini mempunyai warna yang jelas, yaitu mengakui adanya
segal a keragaman dalam kehidupan sosial. Dan keragaman ini merupakan sumber
utama dari adanya struktur masyarakat. Dan akhirnya keragaman dalam fungsi sesuai
dengan posisi seseorang dalam struktur sebuah sistem. Misalnya, dalam sebuah
organisasi sosial pasti ada segmen anggota yang mampu menjadi pemimpin, dan yang
menjadi sekretaris atau anggota biase!. Tentunya kedudukan seseorang dalam struktur
organisasi akan menentukan fungsinya, yang masing-masing berbeda. Namun
perbedaan fungsi ini tidak untuk memenuhi kepentingan individu yang bersangkutan,
tetapi untuk mencapai tujuan organisasi sebagai kesatuan. Tentunya, struktur dan
fungsi ini tidak akan pemah lepas dari pengaruh budaya, norma, dan nilai-nilai yang
melandasi sistem masyarakat itu (Megawangi, 2001)1.
Berbicara tentang pendekatan structural-fungsionalisme, maka kita tel iebih
dahulu memulai dari keanekaragaman yang terdapat dalam masyarakat sebagai
fungsi-fungsi tadLKeanekaragaman ini dapat dilihat dalam struktur sosial masyarakat.
O!eh sebab itu kita harus memulai dari struktur sosia/. Struktur sosia/ merupakan
sebuah isWah yang sering digunakan dalam ilmu-iimu sosial yang didefenisikan
;,
sebagai sebuah konsep yang jelas (Jary & Jary 1991, Abercrombie et al 2000). Istilah
struktur sosial digunakan sebagai pandangan umum untuk menggambarkan sebuah
...
-
entitas atau kelompok masyarakat yang berhubungan satu sama lain, yaitu pola yang
relatif dan hubungannya di dalam sistem sosial, atau kepada isntitusi sosial dan norma
...
norma menjadi penting dalam sistem sosial tersebut sebagai landasan masyarakat
untuk berperilaku dalam sistem sosial tersebut.
...
Ahli-ahli fungsiona/isme berpendapat bahwa masyarakat yang ada saat ini
mempunyai keperluan-keperluan tertentu untuk memenuhi kehendaknya. Menurut
..
Brinkerhoff dan White (1989), ada tiga asumsi utama para ahli fungsionalisme
yaitu evolusi, harmoni dan stabilitas. Diantara ketiganya stabilitas adalah yang paling
utama karena menentukan sejauhmana sebuah masyarakat dapat bertahan di alam
'"
semesta ini. Kedua evolusi, menggambarkan perubahan-perubahar. yang pada
:.
sebuah masyarakat melalui proses adaptasi struktur sosial menuju pembaharuan. la
juga akan menghapuskan segala struktur yang tidak diperlukan lagi.
;
Masyarakat yang berfungsi adalah masyarakat yang stabil , harmoni dan
sempuma dari segala segi termasuk dari segi kerjasama. persatuan. hormat
.,
menghormati dan sebagainya. Singkatnya masyarakat fungsional ia/an masyarakat
yang mempunyai sikap positif. Kehidupan masyarakat fungsional senantiasa seimbang
.,
dan disenangi oleh yang lain. Mereka mudah gaul antara satu sama lain. Sebaliknya
masyarakat tidak fungsional ialah masyarakat yang tidak berfungsi. Masyarakat tidak
.', berfungsi merujuk kepada masyarakat yang senantiasa mempunyai masalah seperti
tidak puas terhadap pemerintah, kacau balau, tidak menunjukkan sikap tidak
....
1 Megawangi. R 2001, Membiarkan befteda : Sudut Pandang Baru tentang Relasi Gender. Jakarta; Pustaka Mizen
u
.

I





f


cL
cL



d:-
3
c:I;'3

d '3







.1
II
.---

.-:}
dan selalu porak peranda, Mereka mempunyai sikap individualistik, Masyarakat juga
tidak menghormati orang tua maupun yang muda dan tidak memiliki nilai-nilai moral
yang baik, Mereka senantiasa bersikap negatif sepanjang kehidupan di alam semesta.
Pendekatan struktural-fungsional untuk menganalisis struktur sosial masyarakat
muncul bersamaan dengan semakin mapannya ilmu biologi, terutama yang berkaitan
dengan struktur biologi kehidupan. Struktur biologi organisme hidup terdiri dari elemen
elemen yang saling terkait walaupun berbeda fungsi. Perbedaan fungsi-fungsi tersebut
temyata diper1ukan, terutama untuk saling melengkapi agar suatu sistem kehidupan
yang berkesinambungan dapat terwujud. Kerusakan atau tidak berfungsinya satu
elemen dalam suatu struktur organisme hidup, dapat mempengaruhi elemen-elemen
lainnya, sehingga suatu sistem kehidupan dapat tidak berfungsi dengan baik
(Megawangi, 1999).
Pada abad ke-19 di Eropa telah terjadi proses urbanisasi dan industrialisasi
yang memberikan kontribusi terhadap ketidakstabilan tatanan masyarakat. Kritikan
kritikan terhadap paham utilitarianism juga mulai marak dipertanyakan kebenarannya
pada saat itu. Paham utilitarianism menganggap manusia sebagai mahluk rasional dan
bebas. Kalau manusia dibiarkan bersaing secara bebas dan tanpa peraturan yang
mengekang, maka manusia akan dapat menjadi wirausahawan yang berhasil. Selain
itu, paham ini juga beranggapan bahwa masyarakat yang tertib akan tercapai kalau
kompetisi antar individu dibiarkan berlangsung tanpa campur tangan pemerintah.
Ketidaksetujuan para pemikir sosial abad ke-19 terhadap paham ini timbul karena
melihat kenyataan yang sebaliknya, dimana ketertiban sosial justru semakin kacau
setelah pengaruh paham utilitarianism semakin besar mewarnai kehidupan
masyarakat. Kenyataan yang demikian telah membuka peluang timbulnya pemikiran
baru tentang bagaimana tatanan masyarakat yang tertib dan harmonis dapat
diwujudkan.
Teori Fungsional diperkenalkan oleh Comte, Spencer dan E. Durkheim.
Spencer dalam teorinya menyatakan bahawa masyarakat adalah satu. Disamping itu,
ia juga mengkategorikan keluarga sebagai satu. 8aik masyarakat maupun keluarga
memer1ukan kemudahan seperti tempat tinggal, tempat ibadah dan sebagainya.
Ringkasnya teori ini mengikut Spencer dimana masyarakat terdiri dari dua kumpulan
yaitu masyarakat berfungsi dan tidak berfungsi
2
.
Merton yang merupakan seorang ahli fungsionalisme menyatakan bahwa
terdapat perbedaan terhadap fungsi dan disfungsi. Perubahan dalam sebuah
masyarakat, jika memberikan hasil positif, dikatakan fungsional (fungsi). Jika
perubahan sosial dalam sesuatu masyarakat membuahkan hasil negatif maka
dianggap Disfungsional. Kesimpulannya, hal-hal yang mempertahankan status quo
disebut Fungsicnal, sedangkan yang tidak mempertahankan status quo disebut
disfungsional.
Pendekatan struktural-fungsional untuk menganalisis struktur sosial masyarakat
muncul bersamaan dengan semakin mapannya ilmu biologi, terutama yang berkaitan
2 Pengasingan Pelajar Dari Perspektif Teori Sruktural Fungsional
2

...;;gg?-t II!!
,...
-r:
E- .;;;;
r



dengan struktur biologi kehidupan. Struktur biologi organisme hid up terdiri dari elemen
r' elemen yang saling terkait walaupun berbeda fungsi. Perbedaan fungsi-fungsi tersebut

ternyata diperlukan, terutama untuk saling melengkapi agar suatu sistem kehidupan
yang berkesinambungan dapat terwujud. Kerusakan atau tidak belfungsinya satu

elemen dalam suatu struktur organisme hidup, dapat mempengaruhi elemen-elemen
1-
lainnya, sehingga suatu sistem kehidupan dapat tidak belfungsi dengan baik

(Megawangl, 2001).
1:-.
Pada teori sosiologi dan politik, yang menonjol adalah David Easton dan Talcott
Parsons. Parsons melahirkan Teori Sistem yang berkaitan kemudian dengan perspektif
:i'..'
"struktural fungsional". Dalam pandangan ini, sejumlah kebutuhan harus dipenuhi kalau

suatu masyarakat ingin hidup. Kebutuhan tersebut adalah untuk penyesuaian,
pencapaian tujuan. integrasi. dan pemeliharaan pola-pola. Maka itu, perlu empat

__ 1
subsistem dalam masyarakat, yaitu ekonomi, politik, kebudayaan, dan sosialisasi
(melalui keluarga dan sistem pendidikan). Masyarakat berkembang bila terjadi

. pertukaran yang kompleks di antara subsistem-subsistem. Subsistem politik
menghasilkan sumber-sumber, kekuasaan otoritas, yang kemudian melahirkan

ekonomi berdasarkan uang. Dengan otoritas yang diperoleh dari negara, ekonomi
,---'1'"
menciptakan modal, yang pada gilirannya menjalankan politik3.
..
Pemikir fungsionalis menegaskan bahwa perubahan diawali oleh tekanan
,ii'
il
tekanan kemudian terjadi integrasi dan berakhir pada titik keseimbangan yang selalu
I"
;1:
berlangsung tidak sempuma. Artinya teon ini melihat adanya ketidakseimbangan yang
Jt
abadi yang akan benangsung seperti sebuah siklus untuk mewujudkan keseimbangan
baru. Vanabel yang menjadi perhatlan teon ini adalah struktur sosial serta berbagai
dinamikanya. Penyebab perubahan dapat berasal dari dalam maupun dan luar sistem
sosia!.
J.:;,
Dalam masyarakat dipandang sebagai sebuah sistem yang saling
untuk menjaga keseimbangan (equilibrium) sistem tersebut. Oleh sebab ItU,
masyarakat dipandang sebagai keanekaan atau keberagaman baik dari sisi peranan
..
dan status yang semuanya mendukung kearah fungsi-fungsi keseimbangan $Osiar tadi.
Dengan demikian masyarakat dipandang sebagai sebuah sistem sosial atau struktur
sosial, meskipun selanjutnya sebenamya dua konsep terse but dibedakan.

Struktural-fungsianalisme yang berangkat dan struktur sosial tentunya
berpengaruh atau menyumbang besar terhadap pengembangan teari selanjutnya.
Diakui atau tidak diakui, namun struktural-fungsionalisme banyak menyumbang atau
aC:-1.


sebagai ide untuk membuat teon-teon selanjutnya. Struktur itu ada dimana-mana.
Bahkan teori Marxis juga dapat kita lihat bagaimana struktur sos;al itu menjad; penting.
Totalitas dari kelas-kelas, lapisan-Iapisan dan kelompok sosial serta sistem yang
I .'
mengatur hubungan antar mereka ini kemudian membentuk struktur sosial masyarakat.
Dalam menganalisis struktur sosial, Marxisme membuat pembagian antara kelas

fundamental dan kelas non fundamental. Kelas-kelas fundamental adalah kelas-kelas
yana dilahirkan dan corak produksi yang ber/aku, dimana kelas-kelas tersebut tidak
mungkin kita temukan di bawah corak produksi lainnya. Kontradiksi mendasar dali

3 Syahyuti. 200fi. Sistem. Pusat Analisis Sosial Ekonarni dan Kebijakan Per1anian. Bogar
.. I

.-
I

I
3
I

-

Jr.>
..........
_at
J:
......

corak produksi yang berlaku, terwujud dalam pola hubungan dan pola perjuangan antar
kelas. Seluruh corak produksi yang antagonistik ditunjukkan dengan keberadaan dua
Kelas yang secara fundamental saling bertentangan.
..J=
--uo
Dalam konteks dikotomistis ini, Parson tampil untuk menyatukan dikotomi ini
I
dengan teon fungsionalisme-struktural. la ingin memperlihatkan bagaimana posisi
--..
dari perannya dalam fungsi-fungsi struktur sosial. Namun demikian,
tujuannya untuk menjelaskan "bagaimana keteraturan masyarakat itu dimungkinkan"


justru menyeret dia untuk /ebih mementingkan sistem struktur sosial daripada individu
individu. Posisi yang sama juga telah dilakukan Herbert Mead lewat teori
"Interaksionisme-simbolis". Baginya, struktur sosial memang menyediakan
kondisi tindakan sosial, tetapi tidak menentukan.


Dalam perkembangan teori-teon ilmu sosial yang paling kontemporer, usaha
untuk melihat hubungan masyarakat dengan struktur sosial secara

seimbang juga sedang dilakukan. Berger, misalnya, mencoba menghindari
kecenderungan yang lebih menekankan salah satu kutub melalui teori "konstruksi
sosial". Menurut teori ini, dunia sosial dalam pola hubungan yang dialektis antara
individu dan struktur sosial melalui tiga momentum proses, yakni ekstemalisasi,

objektivisi, dan intemalisasi.
Dahrenddf, menyebutkan bahwa teon ini menganut beberapa prinsip, antara
cL
lain suatu masyarakat adalah suatu kesatuan dan berbagai bagian. Sistem sosial
senantiasa terpelihara karena mempunyai perangkat dan mekanisme kontrol,

perubahan terjadi secara berangsur-angsur dan integrasi sosial dicapai melalui
kesepakatan mayoritas anggota masyarakat terhadap seperangkat nilai (dalam
-.-,.

Undsey. 1990: 39).

Harmoni dan stabilitas suatu masyarakat, menurut teon ini sangat ditentukan
oleh efektifitas konsensus Sistem nilai senantiasa bekerja dan berfungsi
J:,;. untuk menciptakan keseimbangan (equilibrium) dalam masyarakat. Meskipun konflik
dan masalah sewaktu-waktu bisa muncul, tetapi tetap dalam batas yang wajar dan

bukan ancaman yang bakal merusak sistem sosia!. Parson dan Bates (1978: 18)
menyebutkan hubungan antara laki-Iaki dan perempuan lebih sebagai hubungan
pelestarian kehar-monisan daripada bentuk persaingan. f;! -;,
d
Dalam hal peran gender, pengikut teon ini menunjukkan masyarakat pra industri
sebagai contoh, betapa masyarakat tersebut terintegrasi dalam suatu sistem sosia!.
j
Laki-taki berperan sebagai pemburu (hunter) dan perempuan sebagai peramu

(gatherer). Sebagai pemburu, lebih banyak berada di luar rumah dan
bertanggungjawab untuk membawa makanan kepada keluarga. Peran perempuan lebih

terbatas di sekitar rumah dalam urusan reproduksi, seperti mengandung, memelihara.
dan menyusui anak. Pembagian kerja seperti ini telah berfungsi dengan baik dan
I
berhasil menciptakan kelangsungan masyarakat yang stabi!. Dalam masyarakat seperti
ini stratifikasi peran gender sang at ditentukan oleh jenis kelamin.
Salah satu aspek penting dan perspektif struktural-fungsional adalah bahwa
:.i!
setiap keluarga yang sehat terdapat pembagian peran atau fungsi yang jelas, fungsi
tersebut terpolakan dalam struktur hirarkis yang harmonis. dan komitmen terhadap

terselenggaranya peran atau fungsi itu. Peran adalah sejumlah kegiatan yang
diharapkan bisa dilakukan oleh setiap anggota keluarga sebagai subsistem keluarga
"'-;3
II
"-'3
4

II
.......

-3
iii
2WTEP - .-z:zt-:::c==

dengan baik untuk mencapai tujuan sistem. Sejumlah kegiatan atau aktivitas yang
memiliki kesamaan sifat dan tujuan dikelompokkan ke dalam sebuah fungsi.
Struktural-fungsional berpegang bahwa sebuah struktur keluarga membentuk
kemampuannya untuk berfungsi secara efektif, dan bahwa sebuah keluarga inti
tersusun dari seorang laki-Iaki pencari nafkah dan wanita ibu rumah tangga adalah
yang paling cocok untuk memenuhi kebutuhan anggota dan ekonomi industri baru
(Parsons & Bales, 1955)4.
Konsep tentang struktur sosial dalam antropologi dalam tahap awal
disampaikan oleh Radcliffe-Brown. Dalam pidatonya yang berjudul On Social Structure

ia mengemukakan ada sepuluh hal yang berkaitan dengan struktur sosial. Struktur
'-"'
..
..

sosial sebagai hubungan antara entitas yang berbeda atau pola-pola hubungan relatif
yang penekanannya pada ide bahwa masyarakat adalah kelompok yang termasuk ke
dalam struktur hubungan kelompok yang telah disetting oleh aturan-aturan dengan
3
.
,.
membedakan fungsi-fungsinya, makna serta tujuan. Sebagai contoh struktur sosial
---'-..
misalnya ide tentang tingkatan sosial (social stratification), yang mana idenya adalah

membedakan masyarakat ke dalam strata-strata, termasuk ras, kelas, dan gender.
Social treatment dari masing-masing individu dengan berbagai m;:)cam struktur sosial

akan dapat dimengerti jika dihubungkan dengan menempatkan individu-individu atau
kelompok ke dalam tingkatan (strata) sosial.

Berbicara masalah perubahan, para fungsionalis beranggapan bahwa teori
struktural-fungsional pada awal perkembangannya justru mengupas tentang perubahan

evolusionef dari suatu sistem. Akan tetapi, perubahan itu sendiri akan tetap mencari
keseimbangan baru, seperti teori yang dikemukakan oleh Durkheim. Perubahan ini

melalui proses adaptasi dan tetap menuju suatu integrasi untuk mencapai
keseimbangan baru pada sistem. Modifikasi konsep equilibrium menurut Parsons

adalah konsep moving equlibrium (keseimbangan dinamis). Menurut konsep ini,
walaupun sistem masyarakat cenderung untuk melestarikan keseimbangan, tetapi

keadaannya tidak statis. Inilah keadaan yang memberi peluang fleksibilitas agar proses
modifikasi dapat berlangsung karen a adanya interaksi perubahan dari Juar.
EI'3
Teori yang dikembangkan oleh Parsons (1964), dan Parsons dan Bales (1956)
adalah teori yang paling dominan sampai akhir tahun 1960-an dalam menganalisis
i nstitusi keluarga. Penerapan teori struktural-fungsional pada keluarga oleh Parsons
adalah sebagai reaksi dari pemikiran-pemikiran tentang meluntumya atau


berkurangnya fungsi keluarga karena adanya modemisasi. Bahkan menu rut Parsons,
fungsi keluarga pada zaman modem, terutama dalam hal sosialisasi anak dan tension
e!
management untuk masing-masing anggota keluarga, justru akan semakin terasa
penting.

Keluarga dapat dilihat sebagai salah satu dari berbagai subsistem dalam
masyarakat. Keluarga dalam subsistem masyarakat juga tidak akan Jepas dari

interaksinya dengan subsistem-subsistem lainnya yang ada dalam masyarakat,
misalnya sistem ekonomi, politik, pendidikan dan agama. Dengan interaksinya dengan

subsistem-subsistem tersebut, keluarga berfungsi untuk memelihara keseimbangan

4 Dalam Marriage among African American Women: A Gender Perspective Shirley A HI?!, Journal of Comparative Family studies.
Calgary: SllTlmer 2006. Vol. 37, Iss. 3; pg. 421,22 pgs


Er-3
t"!
II 5

\

1

:t

-I",.



d;
d.;
,.I..:
d.


1

E"



"-3
, 3

sosial dalam masyarakat (equilibrium state). Hubungan tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut :
Parson's Structural-Functional Model
Of Society Institutional Interaction
Polity
Leadership/ ! i Loyalty/
Protection I ICompliance
Morality/Comfort ITeachingfAcculturation
Religion _ - -- Family__""--=-_ Education
FaithlConfomlity Socialized Children
t I
Goodsl I ILabor/Company
Wages I Loyalty
Economy
Sumber: www.uakron.edu
6
-
-
c
l
=
;1-:




Eo!


... !::.




d;;

d
3
d3

d3
E II

f:
II
-


II.


II


TOKOH- TOKOH AHLI STRUKTURAL FUNGSIONAL
Auguste Comte (1798 -1857)
Isidore Marie Auguste Fran9Qis Xavier Comte
adalah seorang ilmuwan dari Perancis yang dijuluki
sebagai "bapak sosiologl", Dla dikenal sebagai orang
pertama yang mengaplikasikan metode ilmiah dalam
ilmu sosla!. Comte mengetahui apa yang ia harus
lakukan dengan meneliti filosofi positivisme,
Rencananya ini kemudian dipublikasikan dengan nama
Plan de travaux scientifiques necessaires pour
reorganiser la societe (1822) (Indonesia: Rencana stud;
ilmiah untuk pengaturan kembali masyarakat),
Perspektif fungsionalisme bermula dari hasil pemikiran Comte yang mempunyai
perhatian penuh pada ketertiban dan keharmonisan sosial dalam masyarakat yang
berantakan setelah Revolusi Prancis. la menyerang paham utilitarianism dan
individualisme yang sangat berpengaruh di Inggris pada zamannya. la menginginkan
sebuah prinsip "konsensus sosial" yang dapat tercipta dalam masyarakat. Dalam
mewujudkan cita-citanya, ia menerapkan kaidah-kaidah sains dalam kehidupan
masyarakat. Aplikasi metodologi sains dalam kehidupan sosial, telah melahirkan ilmu
"baru" yang disebut sosiologi. Oleh karena itu, ia dikenal sebagai "bapak ilmu 8Osiologi"
(Megawangi, 2001). Untuk melegitimasikan sosiologi dalam dunia keilmuan, Comte
banyak memakai konsep-konsep ilmu biologi yang pada waktu itu merupakan ilmu
yang cukup "bergengsi", Kesamaan antara soslologi dan biologi menurut Comte
terletak pada pematlan yang sarna tentang "tubuh organik". Kemiripan ini memberikan
inspirasi Comte untuk membagi sosiologi menjadi dua, yaitu "statis" atau merfologi, dan
"dinamis" atau "masyarakat tumbuh dan berkembang". Menurut Comte, elemen-elemen
dalam "tubuh organik" sosial masyarakat tidak berdiri sendiri, tetapi saling terkait yang
merupakan unit kesatuan, Kesatuan unit ini bersumber dari adanya solidaritas sosial
dan konsensus dalam kehidupan masyarakat.
Comte melihat satu hukum universal dalam semua ilmu pengetahuan yang
kemudian ia sebut sebagai 'hukum tiga fase', Melalui hukumnya ia mulai dikenal di
seluruh wilayah berbahasa Inggris (English-speaking world); menurutnya, masyarakat
berkembang melalui tiga fase: Teologi, Metafisika, dan tahap positif (atau sering juga
disebut Utahap Umiah
U
).
Fase Teologi dilihat dari prespektif abad ke-19 sebagai permulaan abad
pencerahan, dimana kedudukan seorang manusia dalam masyarakat dan pembatasan
norma dan nilai manusia didapatkan didasari pada perintah Tuhan. Meskipun memiliki
sebutan yang sama, fase Metafisika Comte sangat berbeda dengan teori Metafisika
yang dikemukakan oleh Aristoteles atau ilmuwan Yunani kuno lainnya; pemikiran
Comte berakar pada permasalahan masyarakat Perancis pasca-revolusi Perancis.
Seperti halnya Spencer, pemikiran Comte sangat dipengaruhi oleh pemikiran
ilmu alam. Pemikiran Comte yang dikenal dengan aliran positlvisme, memandang
bahwa masyarakat harus menjalani berbagai tahap evolus; yang pada masing-masing
7




-1 _)
















)I.
.3'
f:



.. II

J'

...
tahap tersebut dihubungkan dengan pola pemikiran tertentu. Selanjutnya Comte
menjelaskan bahwa setiap kemunculan tahap baru akan diawali dengan pertentangan
antara pemikiran tradisional dan pemikiran yang be rsifat progresif. Sebagaimana
Spencer yang menggunakan analogi perkembangan mahkluk hidup, Comte
menyatakan bahwa dengan adanya pembagian kerja, masyarakat akan menjadi
semakin kompleks, terdeferiansiasi dan terspesialisasi.
Asumsi
Kinloch (2005), menyebutkan asumsi yang dapat diringkas dari tujuan utama
teon sosiolog; menurut Comte adalah sebagai benkut :
a. Menurut Comte, alam semeste diukur oleh hukum-hukum alam yang tak terlihat
(invisible natural) sejalan dengan evolusi dan perkembangan alam pikiran atau nilai
nilai sosial yang dinamis.
b. Comte memandang seluruh pengetahuan sebagai iJmu sosial alam dalam
pengertiannya yang luas karena ia menggambarkan perkembangan konteks 5Osial.
c. Comte membagi sistem sosial menjadi dua bagian penting, yaitu statistik sosial
yang menyangkut sifat-sifat manuasi, masyarakat dan' hukum-hukum keberadaan .
manusia sebagai mahluk sosial dan yang kedua adalah dinamika sosial atau
hukum-hukum perubahan sosiat. '
Herbert Spencer (1820 -1903)
Herbert Spencer adalah seorang filsuf Inggris dan
seorang pemikir teori liberal klasik terkemuka yang
merupakan fungsionalis sosiologi pertama (Turner, 1985).
Meskipun kebanyakan karya yang ditulisnya bensi ten tang
teori poUtik dan menekankan pada "keuntungan akan
kemurahan hati", dia lebih dikenal sebagai bapak
Darwinisme sosia!. Spencer seringkali menganalisis
masyarakat sebagai sistem evolusi, ia juga menjelaskan
definisi tentang "hukum limba" dalam ilmu sosial. Dia
berkontlibusi terhadap berbagai macam subyek. termasuk etnis, metafisika, agama,
politik, retorik, biologi dan psikologi. Spencer saat ini dikritik sebagai contoh sempuma
untuk scientism atau paham ilmiah. sementara banyak orang yang kagum padanya di
saat ia masih hidup.
Menurutnya, objek sosiologi yang pokok adalah keluarga, poUtik, agama,
pengendalian sosial dan industn. Termasuk pula asosiasi, masyarakat setempat,
pembagian kerja, pelapisan sosial, 5Osioiog; pengetahuan dan ilmu pengetahuan, serta
penelitian terhadap kesenian dan keindahan. Pada tahun 1879 ia mengetengahkan
sebuah teoli tentang Evolusi Sosial yang hingga kini masih dianut walaupun di sana
sini ada perubahan. la juga menerapkan secara analog (kesamaan tungsi) dengaQ., teoti
evolusi karya Charles Darwin (yang mengatakan bahwa manusia berasal dan Rera)
terhadap masyarakat manusia. la yakin bahwa masyarakat mengalami evolusi daQ
masyarakat primitit ke masyarakat industri. Herbert Spencer memperkenalka\
\
/
8/
__c"",__


pendekatan analogi organik, yang memahami masyarakat seperti tubuh manusia,



--:J
sebagai suatu organisasi yang terdiri atas bagian-bag ian yang tergantung satu sarna
lain. Pemikiran Spencer sang at dipengaruhi oleh ahli biologi pencetus ide evolusi
sebagai proses seleksi alam, Charles Darwin, dengan menunjukkan bahwa perubahan
sosial juga adalah proses seleksL Masyarakat berkembang dengan paradigma
Darwinian: ada proses seleksi di dalam masyarakat kita atas individu-individunya,

Spencer menganalogikan masyarakat sebagai layaknya perkembangan mahkluk hidup,
Manusia dan masyarakat termasuk didalamnya kebudayaan mengalami perkembangan
secara bertahap, Mula-mula berasal dari bentuk yang sederhana kemudian

berkembang dalam bentuk yang lebih kompleks menuju tahap akhir yang sempurna
(id,wikipedia.org/wikil Herbert_Spencer).
=. Spencer melanjutkan pekerjaan yang telah dirintis oleh Comte. Analogi antara
sosiologi dan biologi oleh Spencer lebih diperjelas lagi dengan mengemukakan dua

macam analogL Analogi pertama adalah proses evolusi dari bentuk simpel ke bentuk
...- ....
kompleks. Dalam masyarakat, evolusi terjadi melalui adaptasi, sedangkan dalam
,.) organisme individu, evolusi diartikan tumbuh dan matang. Analogi kedua adaiah
membandingkan antara organisme masyarakat dan organisme individu:
1. Kedua organisme masyarakat dan individu tumbuh menjadi besar yang artinya
menjadi lebih kompleks dan terjadi diferensiasL
2. Pada keduanya, proses diferensiasi yang lebih lanjut dalam struktur organisme
dibarengi dengan proses diferensiasi dalam fungsL
... 1

Butir 1 dan 2 diatas telah menjadi ciri khas dari fungsionalisme modern.
Spencer menekankan bahwa perubahan yang dalam sebuah struktur organisme
akan menyebabkan perubahan pad a fungsinya dalam crganisme sosial. Menurutnya:

"Apabila sebuah organisme terdin dan serangkaian konstruksi yang menyatu di


mana setiap bagian hanya dapat berfungsi melalui eara saling ketergantungan
antara satu sama lainnya, maka pemisahan salah satu bagian dan kesatuan
organisasinya akan menyebabkan berubahnya fungsi dan bagian-bagian lain
secara keseluruhan".
Spencer sudah mulai membedakan antara konsep "struktur" dan konsep
yang selanjutnya kedua konsep ini dielaborasi lebih lanjut oleh pemikir-pemikir
EoJ
sosiolog setelah Spencer. Konsepsi yang menganggap masyarakat mirip dengan
organisme telah memperkenalkan tiga asumsi yang memberikan kontribusi dalam
E-I3
pencirian struktural-fungsionalisme salam sosiologL Pertama, realitas sosial dianggap
sebagai sebuah sistem. Kedua. proses sebuah sistem hanya dapat dimengerti melalui

I
konsep saling ketergantungan antarbagiannya. Ketiga, seperti halnya organisme.
sebuah sistem adalah tertutup, dengan proses-proses tertentu untuk mempertahankan
E----;"f
integritas dan batas-batasnya (Megawangi. 1999).
Secara spesifik, Spencer memperkenalkan tiga kebutuhan atau prasyarat

fungsional yang menghasilkan tekanan pemilihan: regulatori, operatif (produksi). dan
distributif. la menyatakan bahwa semua masyarakat perlu memecahkan permasalahan

kontrol dan koordinasi, produksi barang. jasa dan ide. serta akhirnya, menemukan cara
untuk mendistribusikan sumberdaya inL Pada mulanya, pada masyarakat kesukuan,

ketiga kebutuhan tersebut tidak dapat dipisahkan, dan sistem kekeluargaan merupakan
struktur dominan yang memuaskan mereka. Seperti dinyatakan oleh banyak peneliti,

II

9
Eo!

semua lembaga termasuk dalam organisasi kekeluargaan (Nolan & Lenski, 2004;
Maryanski & Tumer 1992). Namun demikian, dengan meningkatnya jumlah penduduk,
permasalahan muncul terkait dengan memberi makan setiap orang, menciptakan
bentuk baru organisasi (I.e., adanya pembagian tenaga kerja). mengkoordina- sikan
dan mengontrol berbagai unit masyarakat. dan mengembangkan sistem distribusi
sumberdaya. Pemecahannya menurut Spencer adalah pembedaan struktur untuk
memenuhi fungsi yang lebih khusus.
Asumsi
Megawangi (2005) menyatakan secara garis besar, pendekatan struktural fungsional
dalam bentuk yang ekstrem mempunyai asumsi-asumsi :
a. Masyarakat adalah sistem tertutup yang bekerja dengan sendirinya dan cenderung
homeostatis dan mencapai titik keseimbangan (equilibrium).
b. Sebagai sebuah sistem yang memelihara dirinya, masyarakat memerlukan
kebutuhan-kebutuhan dasar serta prasyarat tertentu yang harus dipenuhi agar
kelangsungan homeostatis dan titik keseimbangan dapat terus berlangsung.
c. Untuk memem.:hi kebutuhan dan prasyarat dari sebuah sistem, maka perlu
diberikan perhatian pada fungsi-fungsi dari setiap bagian sistem tersebut.
Dalam sistem-sistem yang mempunyai kebutuhan dasar untuk dapat berfungsi, maka
harus ada sebuah struktur tertentlJ untuk menjamin berlangsungnya survival I
homeostatis I titik keseimbangan.
Emile Durkheim (1858-1917)
David Emile Durkheim dikenal sebagai salah satu
pencetus sosiologi modern. Pemikiran Durkheim tentang
sistem kemasyarakatan banyak dipengaruhi oleh August
Comte. Filsafat Durkheim tentang masyarakat secara
ringkas dapat diuraikan sebagai berikut: individu adalah
ekspresi dari kolektivitas tempat individu tersebut berada.
Adalah struktur dari masyarakat itu sendiri yang
memberikan tanggung jawab kepada setiap individu.
Walaupun masyarakat mengizinkan individu untuk menjadi dirinya sendiri. namun
kesadaran akan kebersamaannya dalam kolektivitas akan tetap pada diri setiap
individu. Seperti halnya setiap organ tubuh organisme hidup. setiap individu adalah
berbeda dan mempunyai fungs! yang berbeda pula (Megawangi. 2001).
Perhatian Durkheim yang utama adalah bagaimana masyarakat dapat
mempertahankan integritas dan koherensinya di mas a modem. ketika hal-hal seperti
latar belakang keagamaan dan etnik bersama tidak ada lagi. Untuk mempelajari
kehidupan sosial di kalangan masyarakat modern, Durkheim berusaha menciptakan
salah satu pendekatan ilmiah pertama terhadap fenomena sosial. Bersama Herbert
Spencer Durkheim adalah salah satu orang pertama yang menjelaskan keberadaan
dan sifat berbagai bagian dari masyarakat dengan mengacu kepada fungsi yang
mereka lakukan dalam mempertahankan kesehatan dan keseimbangan masyarakat
suatu posisi yang kelak dikenal sebagai fungsionalisme.
10
..
..


Ej

3
,I

J


I
3

til
.1:;.

-;.
,.1 :::.
-=+
I
......






d3





I
...... 3
I
3

I
1:-
.......



e'!'

E3
....
--"

-;3
-..i. _
-- -- ., .....
-4 _
&..

\



]

]
.'.
1
:It

.:-
-)

.'

.J
-,

I


-



1
' ...
d3
..
-:7
e-i 3
e-
..
3
Durkheim juga menekankan bahwa masyarakat lebih dari sekadar jumlah dari
seluruh bagiannya. Jadi berbeda dengan rekan sezamannya, Max Weber, ia
memusatkan perhatian bukan kepada apa yang memotivasi tindakan-tindakan dari
setiap pribadi (individualisme metodologis), melainkan lebih kepada penelitian terhadap
"fakta-fakta sosial", istilah yang diciptakannya untuk menggambarkan fenomena yang
ada dengan sendirinya dan yang tidak terikat kepada tindakan individu. la berpendapat
bahwa fakta sosial mempunyai keberadaan yang independen yang lebih besar dan
lebih objektif daripada tindakan-tindakan individu yang membentuk masyarakat dan
hanya dapat dijelaskan melalui fakta-fakta sosial lainnya daripada, misalnya, melalui
adaptasi masyarakat terhadap iklim atau situasi ekologis tertentu.
Dalam bukunya "Pembagian Kerja dalam Masyarakat" (1893), Durkheim
meneliti bagaimana tatanan sosial dipertahankan dalam berbagai bentuk masyarakat.
la memusatkan perhatian pada pembagian kerja, dan meneliti bagaimana hal itu
berbeda dalarr. masyarakat tradisional dan masyarakat modern. Para penulis sebelum
dia seperti Herbert Spencer dan Ferdinand Toennies berpendapat bahwa masyarakat
berevolusi mirip dengan organisme hidup, bergerak dari sebuah keadaan yang
sederhana kepada yang lebih kompleks yang mirip dengan eara kerja mesin-mesin
yang rumit. Durkheim membalikkan rumusan ini, sambil menambahkan teorinya kepada
kumpulan teori yang terus berkembang mengenai kemajuan sosial, evolusionisme
sosial, dan darwinisme sosial. la berpendapat bahwa masyarakat-masyarakat
tradisional bersifat 'mekanis' dan dipersatukan oleh kenyataan bahwa setiap orang
lebih kurang sarna, dan karenanya mempunyai banyak kesamaan di antara
sesamanya. Dalam masyarakat tradisional, kata Durkheim, kesadaran kolektif
sepenuhnya mencakup kesadaran individual - norma-norma sosial kuat dan peritaku
sosial diatur dengan rapi.
Dalam masyarakat modern, demikian pendapatnya, pembagian kerja yang
sangat kompleks menghasilkan solidaritas 'organik'. Spesialisasi yang berbeda-beda
dalam bidang pekerjaan dan peranan sosial menciptakan ketergantungan yang
mengikat orang kepada sesamanya, karena mereka tidak tagi dapat memenuhi seluruh
kebutuhan mereka sendiri. Dalam masyarakat yang 'mekanis', misalnya, para petani
gurem hidup dalam masyarakat yang swa-sembada dan teljalin bersama oleh warisan
bersama dan pekeljaan yang sarna. Dalam masyarakat modern yang 'organik', para
pekerja memperoleh gaji dan harus mengandalkan orang lain yang mengkhususkan diri
dalam produk-produk tertentu (bahan makanan, pakaian, dll) untuk memenuhi
kebutuhan mereka. Akibat dari pembagian kerja yang sernakin rumit ini, demikian
Durkheim. ialah bahwa kesadaran individual berkembang dalam cara yang berbeda
dari kesadaran kolektif - seringkali malah berbenturan dengan kesadaran kolektif.
Durkheim menghubungkan jenis soJidaritas pada suatu masyarakat tertentu
dengan dominasi dari suatu sistem hukum. la menemukan bahwa masyarakat yang
memiliki solidaritas mekanis hukum seringkali bersifat represif: pelaku suatu kejahatan
atau perilaku menyimpang akan terkena hukuman, dan hal itu akan membalas
kesadaran kolektif yang dilanggar oleh kejahatan itu; hukuman itu bertindak lebih untuk
mempertahankan keutuhan kesadaran. Sebaliknya, dalam masyarakat yang memiliki
solidaritas organic, hukum bersifat restitutif: ia bertujuan bukan untuk menghukum
melainkan untuk memulihkan aktivitas normal dari suatu masyarakat yang kompleks.
11

--
e
-
1
e
-=
1
""'"
,.
E-j '-,
'-'

I

'!'
I


...
I
..
I
...
::;,
...I ..

d;.
d:.
I

d-3

E-'

E-I




...1
3
".13
.1
...I
Jadi, perubahan masyarakat yang cepat karena semakin meningkatnya
pembagian kerja menghasilkan suatu kebingungan tentang norma dan semakin
meningkatnya sifat yang tidak pribadi dalam kehidupan sosial, yang akhirnya
mengakibatkan runtuhnya norma-norma sosial yang mengatur perilaku. Durkheim
menamai keadaan ini anomie. Dari keadaan anomie muncullah segala bentuk perilaku
menyimpang, dan yang paling menonjol adalah bunuh diri.
Asumsi
Kinloch (2005) menyebutkan asumsi utama teori Durkheim adalah :
a. Masyarakat sebagai kesadaran kolektif mempunyai keberadaan yang independen.
Sebagaimana dijelaskan Spencer, dia pun memandang bahwa masyarakat lebih
dan sekedar kumpulan bagian-bagiannya, tetapi merupakan suatu kesatuan yang
utuh yang terkondisikan melaksanakan dan mempengaruhi struktur normatifnya.
b. Integrasi sosial ditemukan dalam pembagian kerja dalam masyarakat, yaitu
semakin sarna pembagian kerja dalam masyarakat, serna kin tinggi tingkat integrasi
sosial.
c. Lebih lanjut, dalam fakta-fakta sosial (norma-norma kolektif) adalah kenyataan,
sebagai bukti keberadaan kekuatan norma-norma dan struktur-struktur lembaga
yang saling berhubungan.
d. Kekuatan sosial didasarkan pada pandangan kolektif, yaitu berbagai bentuk
kekuasaan yang bersandar pada struktur normatif dari kelompok tertentu selama
kontrol itu diterapkan pada anggota-anggota kelompok melalui norma-norma ini.
Dalam kenyataannya secara umum, seluruh aspek sistem sosial, termasuk
lembaga-Iembaga bersandar pada sebuah sistem normatif masyarakat.
e. Durkeim berpandangan bahwa evolusi fakta atau nOima sosial didasarkan pada
kebutuhan - kebutuhan yang ada dalam masyarakat.
Oswald Spengler (1880-1936)
Berbeda dengan Spencer
menggunakan konsepsi optimisme,
cenderung ke arah pesimisme.
kehidupan manusia pada dasarnya
dan Comte yang
Oswald Spengler
Menurut Spengler,
merupakan suatu
rangkaian yang tidak pemah berakhir dengan pasang
surut. seperti halnya kehidupan organisme yang
mempunyai suatu siklus mulai dari kelahiran, masa anak
anak, dewasa, masa tua dan kematian.
Perkembangan pada masyarakat merupakan
siklus yang terus akan berulang dan tidak berart;
kumulatif. Berikut adalah dasar postulat Spengler:
1. Pandangan "linear" sejarah harus ditolak, karena merupakan siklus.
2. Siklus pergerakan sejarah tidak semata bangsa, negara, ras, atau peristiwa. namun
dari Budaya Besar.
12
e
-




I

I


I



I
;:.
:.











f:1




Eo.! 3
3. Budaya besar makhluk "hidup" - bersifat organik - dan harus melalui tahapan
kelahiran-perkembangan-pemenuhan-kerusakan-kematian.
Bronislaw Malinowski (1884 -1942)
Bronislaw Kasper Malinowski adalah seorang
antropolog Polandia yang diakui sebagai salah satu
antropolog terpenting di abad ke-20 karena jasa dan
kontribusinya yang besar dalam bidang etnografi,
reciprocity, dan penelitian tentang Melanesia.
Penelitiannya pada suku pribumi Trobrainders di
Papua menghasilkan teori Participant observation yang
menjadi salah satu kunci metodologi antropologi saat ini.
Patut diakui bahwa tanpa adanya perang dan terisolasinya Malinowski, teori yang
banyak mempengaruhi antropologi modern itu tak akan pernah ada. Functionalism
dirintis di Inggris oleh B. Malinowski yang menyatakan bahwa praktek kultural
mempunyai fungsi fisiologi dan psikologi seperti menurunnya ketakutan dan
kegelisahan serta kepuasan terhadap keinginan.
Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok functionalism :
o Sistem norma yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat
untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya
o Organisasi ekonomi
o Alat-alat dan lembaga-Iembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga
adalah lembaga pendidikan utama)
o Organisasi kekuatan (politik)
Pada tahun 1920-an, Malinowski (1930) mengeluarkan pemyataan tentang
"principle of legitimacy" sebagai basis universal dari keberadaan keluarga. Peryataan
ini menganggap bahwa untuk kepentingan masyarakat, paternalistik sosial (struktur)
harus diintemalisasi sejak individu dilahirkan. Ini merupakan suatu mekanisme sosial
agar seorang anak dapat mengetahui posisi dan kedudukannya, sehingga ia akan
mendapatkan tempat dalam masyarakat kelak setelah ia dewasa (Megawangi, 2001).
Alfred Reginald Radcliffe-Brown (1881-1955)
Selain Bronislaw Malinowski, functionalism juga
dikembangkan di Inggris oleh A. R. Radcliffe-Brown,
dimana kerangka teoritisnya menentang bahwa semua
praktek kelembagaan pada akhimya akan berkontribusi
terhadap pemeliharaan, dan karenanya menuju
keberlangsungan hidup dari keseluruhan sistem sosial.
Radcliffe Brown memfckuskan teorinya pada keluarga
yang meneliti ten tang keluarga dalam masyarakat primitif.
13
.
II



-
1-





.c:.J ,;;.





L.I =

tl:
....
._
....,

J:;.
J;








;A.-3



-

II

Radcliff-Brown adalah salah seorang pencetus ide komparatif studi dalam
antropologi. Dalam Barnard (2001). ia mengatakan bahwa pemecahan dan berbagai
masalah fundamental dalam science tergantung pada pembandingan sistematik dari
sejumlah masyarakat dan tipe-tipe yang berbeda. Lebih lanjut ia membedakan antara
struktur sosial (social structure) yaitu observasi aktual dan bentuk struktural (structural
form) yang merupakan generalisasi. Sebagai contoh apabila seorang antropolog
mengamati hubungan antara seorang kepala suku dengan masyarakatnya. hal itu
adalah pengamatan pada struktur sosial. Tetapi pada saat antropolog melakukan
generalisasi tentang peran seorang kepala suku. hal adalah penggambaran tentang
bentuk struktural. Bagi Radcliff-Brown, antropolog dapat membandingkan bentuk
struktural dari suatu masyarakat dengan masyarakat lainnya yang memungkinkan
mereka untuk kemudian menyimpulkan aturan umum (general laws) tentang
bagaimana cara masyarakat tersebut bekerja.
Talcott Parsons (1902-1979)
Talcott Parsons melahirkan teon fungsional tentang
perubahan. Seperti para pendahulunya, Parsons juga
menganalogikan perubahan sosial pada masyarakat
seperti halnya pertumbuhan pada mahkluk hidup.
Komponen utama pemikiran Parsons adalah adanya
proses diferensiasi. Parsons berasumsi bahwa setiap
masyarakat tersusun dari sekumpulan subsistem yang
berbeda berdasarkan struktumya maupun berdasarkan
makna fungsionalnya bagi masyarakat yang lebih luas.
Ketika masyarakat berubah, umumnya masyarakat tersebut akan tumbuh dengan
kemampuan yang lebih baik untuk menanggulangi permasalahan hidupnya. Dapat
dikatakan Parsons termasuk dalam golongan yang memandang optimis sebuah proses
perubahan.
Bahasan tentang struktural fungsional Parsons ini akan diawali dengan empat
fungsi yang penting untuk semua sistem tindakan. Suatu fungsi adalah kumpulan
kegiatan yang ditujukan pada pemenuhan kebutuhan tertentu atau kebutuhan sistem.
Parsons menyampaikan empat fungsi yang harus dimiliki oleh sebuah sistem agar
mampu bertahan, yaitu :
1. Adaptasi, sebuah sistem harus mampu menanggulangi situasi eksternal yang
gawat. Sistem harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan.
2. Pencapaian, sebuah sistem harus mendefinisikan dan mencapai tujuan utamanya.
3. Integrasi, sebuah sistem harus mengatur hubungan antar bagian yang menjadi
komponennya. Sistem juga harus dapat mengelola hubungan antara ketiga fungsi
penting lainnya.
4. Pemeliharaan pola, sebuah sistem harus melengkapi, memelihara dan memperbaiki
motivasi individual maupun pola-pola kultural yang menciptakan dan menopang
motivasi.
14
l ".


,

Melalui teon-teori Pareto dan Durkheim, Parsons membuat sintesis baru
mengenai pola aksi manusia yang disebut Voluntaristic Theory of Action atau "teori aksi
sukarela." la menganggap bahwa individu bertindak karena adanya proses keputusan
subjektif yang dilakukan secara sukare/a. Proses pengambilan keputusan ini
dipengaruhi oleh kondisi-kondisi tertentu, yaitu normatif dan situasional. Faktor-faktor
normatif dan situasional ini me/ekat dalam benak individu, sehingga dalam melakukan
aksinya, tidak ada faktor pemaksaan, karena seorang aktor akan melakukannya
;!;:. dengan sukarela. Eleman dasar yang membentuk "aksi sukarela" adalah :

1. Aktor atau individu
2. Aktor dianggap sebagai orang yang ingin mencapai tujuan
3. Aktor mempunyai seperangkat a/ternatif alat untuk mencapai tujuan atau sasaran
4. Aktor dihadapkan oleh beberapa macam kondisi situasional, seperti kondisi
biologis, keturunan, ekologi ekstemal yang dapat menghalangi individu, yang
semuanya mempengaruhi aktor dalam menentukan sasarannya, serta alat yang
- akan digunakannya untuk mencapai sasaran.

5. Aktor juga dipengaruhi oleh nilai-nilai, norma, dan ideologi yang semuanya

mempengaruhi pemilihan sasaran dan bagaimana mencapai sasaran tersebut.

6. Maka, sebuah aksi (perbuatan) akan melibatkan aktor yang membuat keputusan
subjektif untuk menentukan sasaran dan alat yang digunakannya, yang semuanya
dibatasi oleh nilai dan norma serta kondisi situasional dari aktor tersebut.

Norma 1 sampai 3 mirip dengan teori utilitarian dengan asas rasionalitasnya.
w.

Nomor 4 sampai 6 adalah yang menunjukkan perbedaan fundamental teori Parsons
dan tradisi utilitarian, di mana Parsons memfokuskan seluruh teorinya pada orientas;
normat;f dalam menganalisis tingkah laku sosial.
Setiap sebuah tindakan disebut "unit aksi" (unit act), yang dilakukan oleh satu

atau lebih aktor. Beberapa unit aksi ini dapat saling berhubungan menjadi satu "sistem
aksi". Hal ini karena sebuah unit aksi akan berlangsung dalam sebuah konteks sosial,
d;;.
di mana konteks tersebut memberikan norma, dan peri/aku yang diharapkan oleh setiap
aktor. Masing-masing aktor mempunyai peran sesuai dengan kondisi situasional dan
d .. norma-normanya. Unit-unit aksi yang saling berinteraksi dapat dilihat sebagai sebuah
sistem interaksi yang terdiri atas berbagai aktor yang mempunyai status dan peran
,
sosialnya masing-masing (Megawangi, 1999).
Teori yang dikembangkan oleh Parsons (1964) dan Parsons dan Bales (1956)
;},':
adalah teori yang paling dominan sampai akhir tahun 1960-an dalam menganalisis
institusi keluarga. Penerapan teori struktural-fungsional pad a keluarga oleh Parsons
f:l
adalah sebagai reaksi dari pemikiran-pemikiran tentang meluntumya atau
barkurangnya fungsi keluarga karena adanya modemisasi, bahkan menurut Parsons,
L-.I. ,.
fungsi keluarga pada zaman modem, terutama dalam hal sosialisasi anak dan tension
management untuk masing-masing anggota keluarga, justru akan semakin terasa
panting.
Keluarga dapat dilihat sebagai salah satu dari berbagai subsistem dalam
masyarakat. Keluarga dalam subsistem masyarakat juga tidak akan lepas dari
t:1

interaksinya dengan subsistem-subsistem lainnya yang ada dalam masyarakat,
misalnya sistem ekonomi, politik, pendidikan, dan agama. Dengan interaksinya dengan

subsistem-subsistem tersebut, keluarga berfungsi untuk memelihara keseimbangan
sosial dalam masyarakat (equilibrium state),
d .. '3
'3

3
15
e; .l1li\
,
e; . ~
~ ,
~ ,
;
. ~
~
3
3
3
: ~
-;.
...
-'
3
. ~
3
s:: ' ~
;J ~ ~
~ I . ~
~ . ",
d;;.
d ' ~
d'3
I
~ 3
t- ~
!'
Seperti halnya organisme hidup, keluarga menu rut Parsonian diibaratkan
sebuah hewan berdarah panas yang dapat memelihara temperatur tubuhnya agar tetap
konstan walaupun kondisi lingkungan berubah. Parsonian tidak menganggap keluarga
adalah statis atau tidak dapat berubah. Menurutnya keluarga selalu beradaptasi secara
mulus menghadapi perubahan lingkungan. Kondisi ini disebut "keseimbangan dinamis"
(dynamic equilibrium).
Sosiolog Amerika Serikat, Talcott Parsons (1902-1979), diklaim sebagai
seorang fungsionalis. Teorinya didasarkan pada mekanisme sosial dalam masyarakat
dan prinsip-prinsip organisasi di dalamnya. Pengembangan ini disebut juga struktural
fungsionalisme. Dalam pandangan ini, masyarakat tersusun atas bagian-bagian seperti
misalnya rumah sa kit, sekolah, pertanian, dan seterusnya yang terbagi berdasarkan
fungsinya.
Secara ringkas, fungsionalis melihat masyarakat ibarat sebuah organisme,
makhluk hidup yang bisa sehat atau sakit. la sehat jika bagian-bagian dari dirinya
(kelompok fungsional, individu) memiliki kebersamaan satu sarna lain. Jika ada
bagiannya yang tidak lagi menyatu secara kolektif, maka kesehatan dari masyarakat
tersebut terancam, atau sakit. Dalam hal ini hukuman/sanksi sosial terhadap penjahat
dapat dipandang sebagai cara untuk mencegah sakitnya sistem sosial.
Asumsi
Parson dalam Kinloch (2005) memuat sejumlah asumsi pokok yang berkenaan
dengan masyarakat sebagai berikut :
a. Sistem sosial diasumsikan untuk memunculkan sui generis, yaitu masyarakat
memiliki suatu realitas independen untuk melintasi eksistensi individu sebagai suatu
sistem interaksi.
b. Struktur sosial atau subsistem masyarakat menggambarkan sejumlah fungsi utama
yang mendasarinya (struktur mewakili fungsi) aau problem sosial yang
mendasarinya. Fungsi-fungsi ini terdiri atas : integrasi (sistem sosial didasarkan
pada norma-norma yang mengikat individu dengan masyarakatnya melalui integrasi
normatif), pOla pertahanan (sistem budaya, nilai-nilai dan nilai generalisasi),
pencapaian tujuan (sistem kepribadian-basis pembedaan), dan adaptasi (organisasi
perilaku-basis peran dan sistem ekonomi)
c. Parsons berasumsi bahwa fokus atau landasan sentral masyarakat adalah
kecenderungan terhadap ekuilibrium dan homeostatik. Proses-proses sentral dalam
kecenderungan ini adalah beberapa hal antarhubungan empat subsistem alsi
interpretasi, intemalisasi masyarakat, fenomena budaya ke dalam kepribadian, dan
institusionalisasi komponen-komponen normatif sebagai struktur konstitutif. Sistem
sosial ini kemudian dipandang sebagai sistem yang berorientasi integrasi dan
ekuilibrium secara kuat.
16

.!,
e
E
Robert Merton (1911-2003)

Salah seorang fungsionalis Amerika yang lain,
_ 4
Robert K. Merton (1911-2003) menggunakan terminologi
,...
fungsionalisme taraf menengah. Secara teoretis, Merton
memiliki perspektif yang sarna dengan sosiolog

-
.,
fungsionalisme pendahulunya, namun yang menjadi
sorotan utamanya adalah pengembangan teori sosial taraf

menengah. Dalam pengertian Merton, teori taraf menengah
adalah teori yang terletak di antara hipotesis kerja yang

keeil tetapi perlu, yangberkembang semakin besar dari hari
ke hari, dan usaha yang mencakup semuanya untuk
E,..... mengembangkan suatu teori terpadu yang akan
menjelaskan semua keseragaman yang diamati dalam perilaku sosial, organisasi
";'
sosial, dan perubahan sosial. Hal ini adalah responnya terhadap semangat Parsons

yang hingga akhir hidupnya ingin menyelesaikan teori tunggal tentang sistem sosial
,.:.
(grand unified social theory).

Teori ini dikemukakan oleh Robert. K. Merton dan berorientasi pada kelas.
Konsep anomi sendiri diperkenalkan oleh seorang sosiolog Perancis yaitu Emile
Durkheim (1893), yang mendefinisikan sebagai keadaan tanpa norma (deregulation) di
dalam masyarakat. Keadaan deregulation atau normlessness tersebut kemudian
menimbulkan peri/aku deviasi. O/eh Merton konsep ini selanjutnya diformulasikan untuk
menjelaskan keterkaitan antara kelas sosial dengan kecenderungan adaptasi sikap dan
J .:.
J ..
perilaku kelompok. Dalam teorinya Merton mencoba menjelaskan perilaku deviasi
dengan membagi norma sosial menjadi 2 (dua) jenis yaitu : tujuan sosial (sociate goals)
J
dan sarana yang tersedia (means). Dalam perkembangannya konsep anomi

mengalami perubahan yakni adanya pembagian antara tujuan dan sarana dalam
masyarakat yang terstruktur. Adanya perbedaan kelas sosial menimbulkan adanya
perbedaan tujuan dan sarana yang dipilih. Dengan kata lain struktur sosial yang
:3
berbeda-beda-daJam bentuk kelas menyebabkan adanya perbedaan kesempatan untuk
mencapai tujuan. Kelompok masyarakat kelas bawah (lower class) misalnya memiliki
J3

kesempatan yang lebih keeil dibandingkan dengan kelompok masyarakat kelas atas.
Keadaan tersebut yakni tidak meratanya kesempatan dan sarana serta perbedaan
struktur kesempatan selanjutnya menimbulkan frustrasi di kalangan anggota
masyarakat. Dengan demikian ketidakpuasan, frustrasi, konflik, depresi, dan
penyimpangan perilaku muneul sebagai akibat kurangnya atau tidak adanya
kesempatan untuk mencapai tujuan. Situasi ini menyebabkan suatu keadaan di mana
.J anggota masyarakat tidak lagi memiliki ikatan yang kuat terhadap tujuan dan sarana
yang telah melembaga kuat dalam masyarakat.
.J
Dalam kontaks ini selanjutnya Robert K. Merton mengemukakan 5 (lima) bentuk
kemungkinan adaptasi yang dilakukan setiap anggota kelompok masyarakat berkaitan

dengan tujuan (goals) dan tata cara yang telah membudaya (means). Pertama,
konformitas (conformity), yaitu suatu keadaan di mana anggota masyarakat tetap
menerima tujuan dan sarana yang terdapat dalam masyarakat sebab adanya tekanan
moral yang melingkupinya. Kedua, inovasi (inovation) terjadi manakala tujuan yang
terdapat dalam masyarakat diakui dan dipertahankan tetapi dilakukan perubahan
sarana yang dipergunakan sebagai alat untuk meneapai tujuan tersebut. Ketiga,


17

t:!
...
,'"'"
,'"'"

~
~
~
~
3
';.
-
ritualisme (ritualism) adalah suatu keadaan di mana warga masyarakat menolak tujuan
yang telah ditetapkan namun masih tetap memilih sarana atau tata cara yang telah
ditentukan, Keempat. penarikan diri (retreatisme) merupakan keadaan di mana warga
masyarakat menolak tujuan dan sarana yang telah tersedia dalam masyarakat.
Retreatisme ini mencerminkan mereka-mereka yang terlempar dari kehidupan
masyarakat. termasuk diantaranya adalah pengguna alkohol (alkoholik) dan
penyalahgunalpemakai narkoba. Kelima. pemberontak (rebellion). yakni suatu keadaan
di mana tujuan dan sarana yang terdapat dalam masyarakat ditolak serta berupaya
untuk mengganti dan mengubah seluruhnya
5
.
.,=.
~
Anthony Giddens (1938- sekarang)
Anthony Giddens. sosiolog Inggris mengembangkan
apa yang disebutnya sebagai sosiologl sehari-harL
Sosiologi didasarkan pada pemahamannya atas strukturasi
dalam sistem sosla!. Teori ini ditawarkan dalam kerangka
membahas pertanyaan-pertanyaan seperti apakah agen
manusia atau kekuatan sosia! yang besarkah yang
membentuk masyarakat - bagaimana interaksi mikrostruktur
dengan makrostruktumya, Teori strukturasi menunjukkan
bahwa agen manusia secara kontinu mereproduksi struktur
sosial - artinya individu dapat melakukan perubahan atas
struktur sosia!.
Kita juga melihat usaha yang sedang dirumuskan oleh Anthony Giddens lewat
teori "strukturasi", Giddens dalam konteks aktor dan struktur sosial ini menunjukkan titik
tolak hubungan tersebut dalam kesadaran subjek yang bersifat intensional. Kesadaran
itu baginya bukan sesuatu yang tertutup dan terlepas dan objek-objek yang disadari.
tapi kesadaran selalu mengarah dan melibatkan objek. Demikian pula tindakan sosial
(agency) selalu mengandalkan keterlibatan struktur sosia!. Tindakan sosial tidak pemah
terlepas dan struktur sosial, struktur dalam konteks tindakan sosial, dengan demikian.
berperan sebagai sarana (medium) dan sumber-daya (resources) bagi tindakan sosial.
yang kemudian membentuk sistem dan institusi sosia!. Bentuk pelibatan tindakan sosial
dengan struktur ini ditunjukkan Giddens dalam apa yang disebutnya sebagai "recurrent
sosial practices".
Proses strukturasi ini terjadi pada tingkat kesadaran praktis (practical
consciousness). Dan pada level kesadaran ini pula struktur dibangun dan
dilanggengkan dalam rutinisasi dan direproduksi. Ini bisa berlangsung karena pada
tindakan sosial yang berulang-ulang berakar suatu rasa aman ontologis (otological
anxiety). Proses strukturasi ini mencapai titik baliknya pada kesadaran diskursif
(discursive conciousness). Dalam kesadaran yang terakhir inilah terbentuk daya
reflexity dalam diri pelaku (agency) untuk mengambil jarak dan mensiasati secara kritis
suatu gejala. Perubahan sosial dalam konteks ini terjadi lewat aplikasi reflexity,
5 Bagong Suyatno, Memahami Remaja Dari Bemagai Perspektif Kajian Sosiologis, Univesitas Airiangga.
htlp:llhqweb01.bkkbn,go,id/hqweb/cerlaltna45memahami,h1mL Diakses 23 Desember 2007,
18
IJ.'-'
,...:-;-'

e -<
E '
Perubahan struktur-struktur so sial bisa terjadi bila ada diskontinuitas antara
E , struktur-struktur tersebut dan pelaku, semakin banyak orang mengambil jarak terhadap
praktik sosial tertentu akan mempercepat proses pengusangan struktur yang menjadi
Eo';:' aturan praktik sosial tertentu, akan mempercepat pengusangan struktur yang menjadi
aturan praktik sosial. Tumbangnya rezim Orde Baru bisa terjadi karena banyak orang
E, , mengambil jarak melalui proses dan kritik terhadap praktik-praktik kekuasaannya. Akan
tetapi, temyata perubahan rezim tidak otomatis merubah praktik-praktik sosial lama.
,
Pengambilan jarak terhadap praktik-praktik sosial lama sebagai kesadaran kolektif
1
!
ternyata lebih bersifat insidental, artinya hentakan tidak akan menjadi suatu tindakan
.
yang berfangsung lama.
... ,
s;-.l
...

1

fLl:,


if




I

EJ3

E-!
e!




19

.!


.... :iE,

ASUMSI TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL


Teori struktural-fungsional berangkat dari asumsi bahwa suatu masyarakat
terdiri dari berbagai bagian yang saling mempengaruhi. Teori ini mencari unsur-unsur
mendasar yang berpengaruh di dalam suatu masyarakat, mengklasifikasi fungsi setiap
unsur, dan menerangkan bagaimana fungsi unsur-unsur tersebut di dalam
..;.,

masyarakat. Paradigma ini didasarkan pada dua asumsi dasar: (1) masyarakat
terbentuk atas substruktur-substruktur yang dalam fungsi mereka masing-masing,
saling bergantungan, sehingga peru bah an yang dalam fungsi satu substruktur,
akan mempengaruhi pada substruktur lainnya, dan (2) setiap substruktur yang telah

mantap akan menopang aktivitas-aktivitas atau substruktur lainnya_
Teori struktural fungsional mengasumsikan bahwa masyarakat merupakan

sebuah sistem yang terdiri dari berbagai bagian atau subsistem yang saling
l
berhubungan. Bagian-bagian tersebut berfungsi dalam segala kegiatan yang dapat
fa- .:. meningkatkan kelangsungan hidup dari sistem. Fokus utama dari berbagai pemikir teori
fungsionalisme adalah untuk mendefinisikan kegiatan yang dibutuhkan untuk menjaga
J
kelangsungan hidup sistem sosial. Terdapat beberapa bagian dari sistem sosial yang

I'
perlu dijadikan fokus perhatian, antara lain ; faktor individu, proses sosialisasi, sisiem

ekonomi, pembagian dan nilai atau norma yang berlaku.
6
Masyarakat adalah
sistem sosial yang anggotanya asli dan hidup lebih lama serta digantikan melalui
reproduksi biologi, dan relatif mencukupi diri sendin. Terbentuk dari posisi dan peran
d::.
I
yang terkait dengan posisi terse but.
Asumsi dari segi pentingnya fungsi adalah : (1) kontribusi aktivitas atau item
yang dibuat untuk menjaga keseluruhan; (2) Kebutuhan fungsional tertentu harus
dipenuhi jika masyarakat ingin bertahan hidup dan (3) Subsistem fungsional tertentu
ada untuk meningkatkan keberlangsungan hidup
,3
d3
Asumsi-asumsi yang mendasari teori struktural fungsional dari dimensi
struktural adalah :
1. Untuk melakukan fungsinya secara optimal, keluarga harus mempunyai
struktur tertentu;
el,
2. Struktur ada/ah pengaturan peran da/am sistem sosia/;
e!3
3. Keluarga inti adalah struktur yang paling mampu memberikan kepuasan
fisik dan psikologi anggotanya dan juga menjaga masyarakat yang lebih

besar" (K & S in Boss, p. 196).
Asumsi dimana karakteristik diterapkan pad a keluarga adalah :

1. Anggota keluarga membedakan atau mengkhususkan peran yang
memungkinkan mereka meningkatkan fungsi keluarga; dan

I
6 Siamet Widodo. htlp:llagriwidodo-rtikel.blogspot.ccmI2007l11/perspeklif-teori-tentang-perubahan.html. Perspektif Teori Tentang

Perubahan Sosial; Slruktural Fungsional dan Psikologi Sosial. Diakses 2Desember 2007

-3
20
:3

..


;r:
.
.
e ..
E'!'
i '!'
2. Sistem diorganisir, demikian pula dengan keluarga. Pola mengatur (struktur
e
orang tua/anak) diantara anggota menentukan hak dan kewajiban (peran)
dan serta nilai dan norma yang umum dianut (sosialisasi).
e
..
.
Asumsi berdasarkan karakteristik sistem sosial yang diterapkan pada keluarga
adalah:

1. Sistem mempunyai batasan (boundaries). Keluarga mempunyai batasan
;.
yang lebih kaku diantara anggota keluarga dibandingkan sistem lainnya;
2. Sistem mempunyai kecenderungan mengarah pada homeostasis atau
-
..
keseimbangan; dan
-
3. Sistem adalah organik. Sistem terintegrasi sebagai satu kesatuan, diikat
;.
.- secara bersama-sama oleh struktur, dengan setiap bagian mempunyai
fungsi (tubuh yang berfungsi dengan baik adalah dalam kondisi seimbang)
.. -
Menurut Herbert Spencer secara garis besar pendekatan struktural-fungsional
dalam bentuk yang ekstrim mempunya: asumsi-asumsi :
...
1. Masyarakat adalah sistem tertutup yang bekerja dengan sendirinya dan
""" cenderung homeostatis dan mencapai titik keseimbangan (equilibrium),
2. Sebagai sebuah sistem yang memelihara dirinya, masyarakat memerlukan
kebutuhan-kebutuhan dasar serta prasyarat tertentu yang harus dipenuhi
agar kelangsungan homeostatis dan titik keseimbangan dapat terus
J ..
berlangsung.

3. Untuk memenuhi kebutuhan dan prasyarat dari sebuah sistem, maka perlu
diberikan perhatian pada fungsi-fungsi dari setiap bag ian sistem tersebut.

4. Dalam sistem-sistem yang mempunyai kebutuhan dasar untuk dapat
berfungsi, maka harus ada sebuah struktur tertentu untuk menjamin
berlangsungnya survivallhomeostatisltitik keseimbangan.
Pada Tabel1 disajikan asumsi dari beberapa ahli.
J.:

e;:.




:I:
i
3

21

II-!f
l.t.I
~ ._. ~ _ ~ 1. !~ T.___ 1. 1. P. ~ "--'r r ~ 1l,,----,1tJ! if!
n l' n rn
r'f)
n In (I,
1'1 ,I' {I. fl. (1 ~
_,~ "__ 6..
, I'.
\iJ ~ ~ 1.>
l) ,il ...,i)
~ i . ' ~
\1.1 III t- o la' U
.l) i. ,- Iii Ii'
I,; III 1,1 1.1 III .,1
:II
{II
""
Tabel 1. Asumsi para ahli teori struktural fungsional
Penutis Asumsi-asumsi Thesis
Sumber
perubahan
Pola
perubahan
Talcott
Parsons
Sebuah sistem terdiri dari
beberapa bagian atau
subsistem yang saling
berhubungan.
Sistem harus mempunyai empat fungsi
(adaptasi, pencapaian tujuan, integrasi dan
pemeliharaan pola) agar dapat tetap be.iahan
hidup.
Dari luar dan
dalam sistem
sosial.
Siklus.
Francesca
Cancian
Sistem sosial merupakan
sebuah model dengan
persamaan tertentu.
Keadaan dari sebuah sistem
pada suatu waktu tertentu
merupakan fungsi dari
keadaan tersebut beberapa
waktu lampau.
Sebuah sistem fungsional terdiri dari dua tipe
variabel yaitu G's dan state coordinates.
Peru bah an di dalam sistem merupakan
perubahan yang tidak merubah struktur dari
sitem tersebut.
Perubahan pada sistem adalah segala
perubahan yang merubah struktur dari sistem
tersebut.
Dariluardan
dalam sistem
so sial.
Siklus.
Everett E.
Hagen
Perubahan sosial dapat
digambarkan dan perubahan
struktur ekonomi.
Perubahan s05ial dipengaruhi oleh faktor
kepribadian masing-masing individu.
Perubahan struktur 50sial yang tradisional
5angat diperlukan untuk mencapai
pertumbuhan ekonomi.
Dan dalam. Linear.
22
11---'
.... -


E
'
....
APLIKASI TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL DALAM
. -'
KEHIDUPAN KELUARGA
E,!3
Talcott Parsons dalam menguraikan teori ini menjadi sub-sistem yang
, 3
berkaitan menjelaskan bahwa diantara hubungan struktural-fungsional
cenderung memiliki empat tekanan yang berbeda dan terorganisir secara
i/::;;.. -

simbolis:
j
1. pencalian pemuasan psikis
.-
2. kepentingan dalam menguraikan pengertian-pengertian simbolis
E 3
3. kebutuhan untuk beradaptasi dengan lingkungan organis-fisis, dan
...
1
3
4. usaha untuk berhubungan dengan anggota-anggota makhluk manusia
lainnya.
__
Sebaliknya masing-masing sUb-sistem itu, harus memiliki empat
-i
prasyarat fungsional yang harus mereka adakan sehingga bias diklasifikasikan
.;t
sebagai suatu istem. Parsons menekankan saling ketergantungan masing
masing sistem itu ketika dia menyatakan : g secara konkrit, setiap sistem empiris
1.::.
mencakup keseiuruhan, dengan demikian tidak ada individu kongkrit yang tidak
merupakan sebuah organisme, kepribadian, anggota dan sistem sosiai, dan
peserta da/am sistem.

Walaupun fungsionalisme struktural memiliki banyak pemuka yang tidak

selalu harus merupakan ahli-ahli pemikir teori. akan tetapl paham ini benar-benar
berpendapat bahwa 5Osiologi adalah merupakan suatu studi tentang struktur
r-I
... _ .lIIII4
struktur sosial sebagai unit-unit yang terbentuk atas bagian-bagian yang saling
tergantung. I


Struktural fungsional sering menggunakan konsep sistem ketika
membahas struktur atau lembaga 5Osia/. Sistem ialah organisasi dari

keseluruhan bagian-bagian yang saling tergantung. lIustrasinya bisa dilihat dari
sistem listrik. sistem pemapasan. atau sistem sosia/. Yang mengartikan bahwa
fungionalisme struktural terdili dari bagian yang sesuai. rapi, teratur, dan saling
I
bergantung. Seperti layaknya sebuah sistem, maka struktur yang terdapat di
masyarakat akan memiliki kemungkinan untuk selalu dapat berubah. Karena
sistem cenderung ke arah keseimbangan maka perubahan terse but selalu
merupakan proses yang secara perlahan hingga mencapai posisi yang

seimbang dan hal itu akan terus berjalan seiring dengan perkembangan
kehidupan manusia.
e-!3
Penerapan teori struktural fungsional dalam konteks keluarga terlihat dari

struktur dan aturan yang ditetapkan. Dinyatakan oleh Chapman (2000) dalam
Puspitawati (2006) bahwa keluarga adalah unit universal yang memlilki

peraturan, sepertl peraturan untuk anak-anak agar dapat belajar untuk mandiri.
I
Tanpa aturan atau fungsi yang dija!anka!l oleh unit keluarga, maka unit keluarga
tersebut tidak memlliki arti (meaning) yang dapat menghasilkan suatu

kebahagiaan. Bahkan dengan tidak adanya peraturan maka akan tumbuh atau
terbentuk suatu generasi penerus yang tidak mempunyai kreasi yang lebih baik
dan akan mempunyal masalah emosioanl serta hidup tanpa arah. Ditambahkan
oleh Chapman bahwa keluarga dalam kebudayaan Barat selama tiga puluh

tahun terakhir telah mengalami perubahan yang luar biasa dan sudah kehilangan
arah. Hal in! oleh adanya kebudayaan barat yang menekankan

I

I
23


..
materialisme dengan fokus pada kepemilikan benda seperti rumah dan mobil,
d.
dan lebih mencari kebahagiaan pribadi di atas segalanya, sedangkan suara dari
-'
timur mengarah pada kesatuan dan seirama dengan alam. Dengan demikian
, ~
keluarga modern berdiri di persimpangan jalan, bingung dan ragu jalan mana
yang akan ditempuh.
~ Menurut pendukung teori ini, harmoni dalam pembagian dan
penyelenggaraan fungsi-peran, alokasi solidaritas, komitmen terhadap hak,
.
.-
.--
kewajiban, dan nilai-nilai bersama ini merupakan kondisi utama bagi
berfungsinya keluarga (Levy dalam Megawangi, 1999). Sebaliknya, keluarga
yang tidak bisa berfungsi dengan baik, karena tiadanya kondisi-kondisi tersebut,
:?
akan menjadi produsen utama anak-anak bermasalah (Vogel dan Bell dalam
,,.
Megawangi, 1999).
Untuk melaksanakan fungsinya secara optimal, yakni meningkatkan
derajat "fungsionalitas"nya (Winch, 1963), keluarga harus mempunyai struktur
tertentu. Struktur adalah 'pengaturan peran dimana sebuah sistem sosial
tersusun" (Mcintyre, 1966; p. 60). Istilah "sistem sosial" sangat krusial bagi
: I ~
fungsionalis; yang merupakan konstruk yang lebih luas di bawah struktur
sehingga terjadi pengaturan peran (Bell & Vogel, 1960). Mcintyre (1966, p. 58)
;1:
~ :
mengamati bahwa &uatu &i&tem &eperti keluarga mampunyai janis paran yang
berbeda." Pertama, sistem sosial seperti keluarga mempunyai peran "yang
dibedakan" atau khusus. Kedua, peran diorganisir di sekitar norma-norma dan
nilai-nilai bersama yang menetapkan para aktor. hak dan kewajiban satu sarna
lain, dan juga pada masyarakat. Ketiga sistem adalah menjaga batasan" sebab
para aktor internal lebih terikat kuat satu sarna lain dibanding aktor eksternal.
Akhirnya, dan paling uta rna , suatu sistem sosial mempunyai kecenderungan ke
J;.
arah homeostatis, atau keseimbangan, yang berarti mempunyai umekanisme
built-in yang berlangsung untuk menjaga kondisi yang mantap baik statis
~ :
d ~
maupun stabilitas bergerak dalam satu jangka waktu tertentu" (Mcintyre, 1966,
p.59).
d--
Aapok Struktural
I -
Keseimbangan akan menciptakan sebuah sistem soslal yang tertib (social
order), dan selanjutnya dapat mempengaruhi ketertiban dalam sistem sosial yang
~ ....
leblh besar lag I. Ketertlban sosial akan dapat tercipta kalau ada struktur atau
d ~
strata dalam keluarga, di mana masing-masing individu akan mengetahui di
I"
mana posisinya, dan patuh pada sistern nilai yang melandasi struktur terse but.
Qtruldur dalam keluaig8 dianggap dapat menjadikan institusi keluarga sebagai
e-;; ,II
sistem kesatuan. Ada tiga elemen utama dalam struktur internal keluarga yang
saling kait mengait yaitu;
I
,If e.;::
d
(1) status 8OSIai. Beraasal1<an status soslal, keluarga nuklir biasanya dlstruktur
oleh tiga struktur utama yaitu bapaklsuami, ibulisteri dan anak-anak. Struktur
ini dapat pula berupa figur-figur seperti pencari nafkah", ibu rumah tangga,
I anak balita, anak sekolah, remaja, dan lain-lain.
:i:
.of
d
(2) Fungsi sosia!. Konsep peran soslal dalam teori Ini adalah menggambar'!(Bn
peran dar! maslng-masing individu atau kelompok menurut status sosialnya
dalam sebuah sistem sosia/. Parsons dan Bales (1955) dan Rice dan Tucker
(1986) membagi dua peran orangtua dalam keluarga, yaitu peran
instrumental yang diharapkan dilakukan oleh suami atau bapak, dan peran
emosional atau ekspresif yang biasanya dipegang oleh figur istrt atau ibu.
d
I
'.:
~ - ..
~
I
24
E- ..
I ~
~ - ..
~

E-
e-
E



I _
..

..
.....
.....
-
.J::.
..."

..





d3
I






I

I
E-j
t=-
..
Peran instrumental dikaitkan dengan peran mencari nafkah untuk
kelangsungan hidup seluruh anggota keluarga. Sedangkan peran emosional
ekspresif adalah peran pemberi cinta, kelembutan dan kasih sayang. Peran
ini bertujuan untuk mengintegrasikan atau menciptakan suasana harmonis
dalam keluarga, serta meredam tekanan-tekanan yang karena adanya
interaksi sosial antaranggota keluarga atau antar individu di luar ke/uarga.
Diferensiasi peran ini diharapkan dapat menuju suatu sistem keseimbangan
(equilibrium tendency). Sejalan dengan Parson dan Bales (1955).
Fungsi instrumental secara primer berkaitan dengan hubungan keluarga
dengan situasi eksternal dan penetapan hubungan keluarga. Menurut Slater
(1974), keterkaitan fungsi ini dengan proses atau upaya adaptasi keluarga
dengan situasi eksternal menyebabkan penyebutan fungsi ini menjadi fungsi
instrumental-adaptif. Fungsi atau aktivitas ini menjadi peran utama dari ayah
atau suami, dan salah satu aspeknya adalah pencali nafkah (breadwinnet) .
Winch (Bigner, 1979) mengaitkan fungsi ini dengan fungsi kontrol, yang
didasarkan pada penerapan otontas dan tanggung jawab orangtua terhadap
kesejahteraan anaknya. Fungsi kontrol merupakan mekanisme yang
mendasari proses sosialisasi anak dengan pola perilaku, nilai-nilai, norma
sosial, dan sikap yang dianggap baik dan penting bagi anak untuk adaptasi
(child adjustmenf) dengan Iingkunga!1 ekstemal. Berdasarkan penjelasan
Winch, maka fungsi dan aktivitas instrumental-adaptif ini lebih luas. Ayah
bukan saja dominan sebagai pencari nafkah, tetapi juga sebagai agen utama
sosialisasi ini, perilaku, sikap, dan norma sosial.
Fungsi ekspresif dikaitkan terutama dengan solidaritas kelusrga,
hubungan internal antar anggota keluarga, dan pemenuhan kebutuhan
emosional-afeksional anggota keluarga. Ibu atau istri dianggap paling
dominan dalam melaksanakan fungsi ini, karena itu dia dianggap menjadi
simbol integratif keluarga. Penekanan fungsi ini pada masalah integrasi
keluarga menyebabkan ia disebut juga fungsi ekspresif-integratif (Slater,
1974).
Winch (Bigner, 1979) mengaitkan fungsi ekspresif dengan fungsi
pengasuhan (nurturance). Fungsi ini secara sempit diartikan sebagai
kegiatan atau penanganan aspek pemeliharaan (maintenance) anak
sehari-hari seperti makan, memandikan. dan mengenakan baju. Dalam
pengertian yang lebih luas pengasuhan diartikan sebagai proses
psikologis pemenuhan kebutuhan emosional-afeksional anak melalui
ucapan (termasuk bercerita, menyanyi), tindakan, dan sentuhan fisiko
Kegiatan ini sering dikaitkan dengan istilah penyediaan kehangatan untuk
anak.
Para penganut teori ini berpendapat bahwa teori struktural fungsional
tetap relevan diterapkan dalam masyarakat modern. Parson dan Bales
menilai bahwa pembagian peran secara seksual adalah wajar. Suami
ayah mengambil peran instrumental, membantu memelihara sendi-sendi
masyarakat dan keutuhan fisik keluarga dengan jalan menyediakan bahan
makanan. tempat perlindungan dan menjadi penghubung keluarga dengan
dunia luar. Sementara itu, ibu-isteri mengambil peran ekspresif
(expressive role), membantu mengentalkan hubungan, memberikan
dukungan emosional dan pembinaan kualitas yang menopang keutuhan
keluarga, serta menjamin kelancaran urusan rumah tangga. Jika terjadi
penyimpangan atau tumpang tindih fungsi antara satu dengan lainnya,
25
e-
E ..

E ...
e

E7a
-
..
-
..
..'Ift/II
-.'Ift/II
;;;
.-
,
,,,,",
,'filii
...
;1:'
...
...,





'::.



3
3

....
.......
...----
maka sistem keutuhan keluarga akan mengalami ketidak seimbangan.
Teori fungsionalisme berupaya menjelaskan bagaimana sistem itu
senantiasa berfungsi untuk mewujudkan keseimbangan di dalam suatu
masyarakat Keseimbangan itu dapat terwujud bila tradisi peran gender
senantiasa mengacu pada posisi semula. Dengan kata lain. kerancuan
peran gender menjadi unsur penting dalam suatu perceraian.
(3) Norma sosia!. Norma $Osial adalah sebuah peraturan yang menggambarkan
bagaimana sebaiknya seseorang bertingkah 'aku dalam kehidupan sosialnya.
Seperti halnya fungsi sosial, norma sosial adalah standar tingkah laku yang
diharapkan oleh setiap aktor.
Keluarga sebagai sebuah sistem (dalam hal ini sering dikaitkan dengan
keluarga inti atau nuklir) akan mempunyai tugas seperti umumnya dihadapi oleh
setiap sistem sosial: menjalankan tugas-tugas, pencapaian tujuan, integrasi dan
solidaritas, serta pola kesinambungan atau pemeliharaan keluarga. Keluarga inti
seperti sistem sosial lainnya, mempunyai karakteristik yang berupa diferensiasi
peran, dan struktur organisasi yang jeras .
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Parsons dengan Bales,
mereka membuat kesimpulan bahwa institusi keluarga serta kelompok-kelompok
kecil lainnya, dibedakan (didiferensiasikan) oleh kekuasaan atau dimensi
hierarkis. Umur dan jenis kelamin biasanya dijadikan dasar alami dari proses
diferensiasi ini. Parsons menekankan pula pentingnya diferensiasi peran dalam
kesatuan peran instrumental-ekspresif. Dalam keluarga harus ada alokasi
kewajiban tugas yang harus dilakukan agar keluarga sebagai sistem dapat tetap
ada .
Aspek Fungsional
Aspek fungsional sulit dipisahkan dengan aspek struktural karena
keduanya saling berkaitan. Seseorang dalam sebuah sistem dengan status
sosial tertentu, akan tidal< lepas dari perannya yang diharapkan karena status
sosialnya, yang semuanya ini berfungsi untuk kelangsungan hidup atau
pencapaian keseimbangan pada sistem terse but. Arti fungsi di sini dikaitkan
dengan bagaimana sebuah sistem atau subsistem dalam masyarakat dapat
saling berhubungan dan dapat menjadi sebuah kesatuan solid.
Fungsi sebuah sistem mengacu pada kegunaan sebuah sistem untuk
memelihara dirinya sendiri dan memberikan kontribusi pad a berfungsinya
subsistem-subsistem lain dari sistem tersebut. Hal ini merupakan analogi sebuah
sistem dengan tubuh organik. Misalnya, fungsi elemen paru-paru adalah penting
dalam kehidupan sebuah tubuh organik, dan kesehatan paru-paru akan
mempengaruhi fungsi-fungsi elemen lainnya. Terjadinya anomali dalam sebuah
subsistem, akan mempengaruhi berfungsinya sistem tersebut secara
keseluruhan. Sebuah keluarga yang struktumya berubah, misalnya terjadinya
perceraian antara suami isteri, masing-masing individu termasuk anak-anak
mereka yang merupakan elemen-elemen dalam sistem keluarga, akan
terpengaruhi, bahkan akan membuat sistem keseluruhan tidak dapat berfungsi
secara normal.
Levy selanjutnya mengatakan bahwa tanpa ada pembagian tugas yang
jelas pad a masing-masing aktor dengan status sosialnya, maka fungsi keluarga
akan terganggu yang selanjutnya akan mempengaruhi sistem yang lebih besar
lagi. Hal ini bisa terjadi kalau ada satu posisi yang perannya tidak dapat dipenuhi,
26
E=


E'1Il
E ".
E ,...,
E
E
E ,.

.-
"

,"!!!

;:;.
..,'
;;'

"'"
...
J

,- ,.
J

J3

J:.
.J3

..
. !!



e I .
-
....
atau konflik akan terjadi karena tidak adanya kesepakatan siapa yang akan
memerankan tugas apa. Apabila ini maka keberadaan institusi keluarga
tidak akan berkesinambungan. Levy selanjutnya membuat daftar tentang
persyaratan struktural yang harus dipenuhi agar struktur keluarga sebagai sistem
dapat berfungsi:
1. Diferensiasi peran. Dari serangkaian tugas dan aktivitas yang harus
dilakukan dalam keluarga, maka harus ada alokasi peran untuk setiap aktor
dalam keluarga. Terminologi diferensiasi peran bisa mengacu pada umur,
gender, generasi, juga posisi status ekonomi dan politik dari masing-masing
aktor. Dengan menyitir sebuah ilustrasi "Seorang bapak adalah lebih kuat
daripada anak lelakinya (karena juga lebih muda), sehingga bapak akan
diberikan peran sebagai pemimpin dalam kegiatan instrumental".
2. Alokasi solidaritas. Distribusi relasi antaranggota keluarga menurut cinta,
kekuatan, dan intensitas hubungar.. Cinta atau kepuasan menggambarkan
hubungan antaranggota. Misalnya keterikatan emosional antara seorang ibu
dan anaknya. Kekuatan mengacu pada keutamaan sebuah relasi relatif
terhadap relasi lainnya. Hubungan antara bapak dan anak lelaki mungkin
lebih utarna daripada hubungan antara suami dan istri pada suatu budaya
tertentu. Sedangkan intensitas adalah kedalaman relasi antaranggota
menurut Kadar cinta, kepedulian, ataupun ketakutan.
3. Alokasi ekonomi. Distribusi barang-barang dan jasa untuk mendapatkan hasil
yang diinginkan. Diferensiasi tugas juga ada dalam hal ini terutama dalam hal
produksi, distribusi dan konsumsi dari barang dan jasa dalam keluarga.
4. Alokasi politik. Distribusi kekuasaan da/am keluarga dan siapa yang
bertanggung jawab atas setiap tindakan anggota keluarga. Agar keluarga
dapat berfungsi maka distribusi kekuasaan pada tingkat tertentu diperlukan.
5. Alokasi integrasi dan ekspresi: Distribusi teknik atau cara untuk sosialisasi,
internalisasi, dan pelestarian nilai-ililai dan perilaku yang memenuhi tuntutan
norma yang beriaku untuk setiap anggota keluarga.
Menurut Parsons syarat-syarat di atas disebut functional requisits yang
harus seJaJu ada apabila rnasyara kat ingin terus langgeng keberadaannya.
Syarat-syarat tersebut akan terpenuhi apabila setiap aktor menjalankan perannya
sesuai ketentuan dan memelihara sistem atau organisasi tempat ia berada
(Megawangi, 2001). Norma-norma, aturan, nilai serta hukum dipandang sebagai
statis. Dan ini menjadikan struktural-fungsionalisme bersifat statis, positivistic dan
sangat etik.
Supriyantini (2002) menyebutkan bahwa suami-isteri yang ikut terlibat
berperan alam urusan rumah tangga akan lebih mampu mengatasi konflik-konflik
yang dalam urusan rumah tangga tanpa merugi!<an salah satu pihak dan
mengurangi adanya stres pada pasangan Kaner ganda akibat menumpuknya
tugas-tugas dalam rumah tangga ( Rowatt dalam Supriyantini, 2002) .
Disamping peranan antara kedua pasangan tersebut, keteriibatan suami
dalam kegiatan rumah tangga terutama da!am pengasuhan anak seperti merawat
dan mendidik anak, membersihkan dan merawat rumah, menyiapkan makanan,
belanja, mencuci dan menyetrika, menyiapkar. keperluan pribadi dan lain
sebagainya sangat diharapkan. Terbukti dalam penelitian Gronseth (dalam
Supnyantini, 2002) yang meneliti 16 pasang suami-isteri yang be kerja ,
27
c-=

t: ":
menemukan bahwa dengan ayah dan ibu yang sarna-sarna mengambil bagian
E
dalam mengasuh anak, kaum ayah merasa lebih baik dan terbuka dengan anak
anaknya, sehingga anak-anak tumbuh dengan kemampuan diri yang lebih tinggi
E '':
serta keyakinan diri yang lebih besar, cenderung lebih matang dan dapat
bergaul, serta mampu menghadapi berbagai masalah. Perkembangan
...)
kemampuan berbahasa pada anak-anak ini juga menjadi lebih tinggi dan
dilaporkan bahwa anak-anak tersebut mendapat nilai pedagogis yang tinggi. Hal

ini berkaitan erat dengan rangsangan-rangsangan yang diberikan ayah dalam
membantu perkembangan kognitif anak.
E .,.
Pemyataan tersebut juga didukung oleh Sarwono (dalam Supriyantini,
2002) yang menyatakan bahwa ketiadaan tokoh ayah di mata anak lebih dahsyat
,II
darnpak buruknya. Anak yang setiap hari melihat ayahnya menyediakan waktu di
rumah, bercengkerama dengan mereka serta saling melempar senyum dan

berkomunikasi dengan ibunya akan langsung mengindentifikasi sikap cian
tingkah laku sang ayah. Hal itu akan selalu tumbuh dan terjadi dengan
sendirinya. Berbeda dengan ayah yang tidak dapat memerankan fungsinya
sebagai "tokoh ayah" maka akan membias pada masalah psikis perkembangan
,,. f: .A< anak. Anak akan menjadf mudah terjerumus dalam banyak konflik disertai
gangguan emosional. Mereka seakan-akan mendapat tekanan dari keadaan
untuk memproses berbagai maeam kebingungan dan ketidakjelasan.
:;'
Partisipasi suami dalam kegiatan rumah tangga juga dapat meningkatkan
f:;
rasa kebersamaan terutama pada keluarga muda yang mempunyai karir ganda.
Kehidupan keluarga muda karir ganda ini menimbulkan suatu pola hidup yang
f:; '';' lebih kompleks dan membutuhkan keseimbangan, penyesuaian dan pengertian
dari seluruh anggota keluaiga agar tereapai suatu kehidupan peikawinan dan
kehidupan keluarga yang memuaskan. Seeara umum dikatakan oleh Rowatt
..

(1990) bahwa para suami dan isteri yang seeara tulus mencintai pasangannya
akan mengalami suatu semangat kerja sarna yang baru. Kesediaan untuk

,

memberikan diri, akan menahan goneangan-goncangan dan perbenturan
kekuasaan serta memberi makna kembali kepada hubungan suami isteri atas
dasar keadilan.

,
.. Pentingnya paranan suami dalam kegiatan rumah tangga akan
membantu menyelamatkan isteri dari kelebinan peran yaitu peran dalam
J
keluarga dan peran dalam masyarakat, sehingga dengan demikian isteri merasa
...
dihargai dan suasana keluarga akan lebih baik. Seperti yang diungkapkan oleh
1 Sobur dan Septiawan dalam Supriyantini (2002)bahwa bila suami ikut terlibat

dalam kegiatan rumah tangga, minimal isteri akan merasa terbantu karena
pematian suami. Apalagi jika isteri adalah seorang pekerja, ada nilai kemandirian
.;.
yang harus diterima oleh suami dalam kehidupan
rumah tangga tersebut. Perkawinsn merupakan bersatunya dUB pihak atau dua
posisi dalam kesederajatan, namun dalam mekanisme tugas berbeda-beda
sesuai jenis kelamin. pembawaan, dan kemampuan masing-masing.
J ...

Supriyantini (2002) menyatakan bahwa keterlibatan suami dalam
pekerjaan rumah tangga dipengaruhi oleh faldor-faktor berikut :
1. Pandangan masyarakat yaitu pantas tidaknya seorang suami ikut terlibat
dalam kegiatan rumah tangga sesuai norma yang berlaku dalam
J-.
masyarakat tersebut dan latar belakang budaya.



28
I -

--
:.1
,....
..;:-
c::::.;.
"t;:"'" ....
::0
2. Adanya komitmen yang harus disetujui bersama oleh pasangan suami
E
isteri dengan cara kompromi dan saling terbuka antara pasangan
tersebut.

3. Adanya sikap saling menghargai antara suami dan isteri sebagai
perwujudan atas rasa cinta.
E ...q
,
Strong & De Vault (1989) menyebutkan faktor- faktor yang mempengaruhi
suami untuk terlibat dalam kegiatan rumah tangga adalah :
1. Waktu luang : suami cenderung lebih mengkontribusikan dirinya untuk
.;. tugas rumah tangga, bila suami memiliki tuntutan waktu untuk bekerja
..
yang lebih sedikit, misalnya pada permulaan karir atau setelah pensiun (
Rexroat and Shehan, 1987).

-
2. Olientasi peran gender: menurut penelitian Bird et al (1984), suami yang
....
percaya pad a peran egalitarian akan menerima lebih banyak tanggung

"I
jawab untuk pengasuhan anak, persiapan makanan dan membersihakan
rumah.
L: .... ,
_
3. Pekerjaan isteri : bila isteri memiliki orientasi karir, maka suami akan lebih
berpartisipasi dalam pekerjaan rumah tangga, terutama bila penghasilan
.-
...
isteri lebih besar.

4. Orientasi peran gender isteri : bila isteri semakin berorientasi ekspresif
dan pakar, semak!n banyak bantuan yang didapatkan dali suaminya
(Nyquist et ai, 1985).
J;.

5. Identitas peran gender suami : suami yang lebih ekspresif, lebih banyak
membantu isterinya daripada suami yang dominan, agresif dan tangguh
secara emosionaL
t] .
....
Menurut Olson & Miller (1984) berbagai peran dalam pekerjaan rumah

tangga, dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam lingkungan keluarga,
diantaranya adalah :

1. Networks : Penelitian BoH (1957) menunjukkan bahwa pada keluarga
yang dihuni anggota keluarga lain selain keluarga inti, pemisahan peran
antara suami isteri terlihat jelas.

2. Pekerjaan isteri : Isteri yang bekerja di luar rumah mendapat bantuan dar;
suami dalam pekerjaan rutin rumah tangga (Blood & Wolfe, 1960).
.J3 Menurut penelitian Berk & Berk (1979), secara umum bantuan suami
sedikit dan terbatas. Hal ini dilihat karena bantuan suami 'ebih banyak

diperoleh pada waktu sore hari ketika isteri belum pulang dari tempat
kerjanya.

3. Anak-anak: Pada keluarga dengan tiga atau lebih anak, terdapat bantuan
dari suami, tetapi pada keluarga dengan lima atau lebih anak, bantuan
yang didapat lebih sedikit (Slocum & Nye, 1976). Farkas (1976)
menambahkan bahwa bantuan suami dalam keluarga yang mempunyai
anak kecil, hanya terdapat pad a keluarga muda (isten kurang dan 35

tahun). J:.
4. Pendidikan: Farkas (1976) berpendapat bahwa pada suami-isteri yang

berpendidikan tinggi terdapat keterlibatan suami yang lebih besar, tetapi
hanya pada keluarga muda.
5. penghasilan : Ericksen et al (1979) mendapatkan bahwa penghasilan

suami yang tinggi, mengurangi keterlibatan suami dalam pekerjaan rumah

tangga.
6. Suku bangsa : suami kulit hitam lebih berpartisipasi dalam pekerjaan
rumah tangga dibandingkan suami kulit putih (Moynihan, 1965).


29

=,..
1:1
...


_
"\
--.
"= r-::"


,_ ......

I:




..
-1

.:.
I



r-.! .:;.
I
,...-.







::'




E13
e!
t:-
I

..
KRITIK
Banyak kritikan-kritikan terhadap struktur-fungsionalisme karena
perubahan yang terjadi dalam masyarakat Struktural-fungsionalisme sangat
positistik dan menempatkan kebudayaan sebagai statis dan tidak melihat proses
perubahan, serta selalu membangun generalisasi.
Dalam pendekatan konsep struktural-fungsionalisme, konsep generalisasi
merupakan satu konsep yang sangat penting. Dimana dalam pendekatan
struktural-fungsionalisme selalu berusaha ingin mencapai generalisasi. Oleh
sebab itu pendekatan-pendekatan yang dilakukan untuk mencapai generalisasi
tersebut dilakukan dengan cara pembandingan (comparativeness) secara lintas
budaya (cross-cufturalfy). yaitu dengan melihat persamaan-persamaan dari
keanekaragaman. dan menarik suatu kesimpulan dari khusus ke umum.
Salah satu kritik yang dilontarkan pada teort ini ialah bahwa teori ini terlalu
tertkat pada kenyataan masyarakat pra-industrt. Padahal. struktur dan fungsi di
dalam masyarakat kontemporer sudah banyak berubah. Keluarga dan unit rumah
tangga telah mengalami banyak perubahan dali penyesuaian. Kalau dahulu
sistem masya-rakat lebih bersifat kolektif. dan keluarga pun masih bersifat
keluarga besar. Tugas dan tanggung jawab keluarga dipikul secara bersama
sarna oleh keluarga tersebut. Masalah anak tidak hanya diurus oleh ibunya.
tetapi oleh semua anggota keluarga yang ramai tinggal di rumah tersebut. Lain
halnya dengan keadaan masyarakat sekarang ini. di mana keluarga inti sernakin
meluas di dalam masyarakat dan sudah menjadi salah satu ciri masyarakat
modem7.
Teori ini juga dikritik karena mengabaikan peranan konflik,
ketidaksepakatan. perselisihan dan evolusi dalam menganalisis masyarakat.
Pendekatan ini dianggap juga mendukung status-quo (apa yang sudah ada itu
adalah baik), dan orang kemudian menduga bahwa teort inl membenarkan dan
memajukan struktur kapitalistis demokrasi 8arat.
Sehubungan dengan perubahan struktur keluarga di atas, menarik untuk
diperhatikan penelitian Nye (1976: 16) yang membagi opini masyarakat terhadap
fungsi dan peran suami-isteri kepada lima kelompok, yaitu; 1) segalanya pada
suami; 2) suami melebihi peran istert; 3) suami dan isteri mempunyai peran yang
sarna; 4) peran isteri melebihi suami, 5) segalanya pada istert. Apa yang
dikemukakan Nye di atas, selain menunjukkan betapa besar perubahan yang
terjadi di dalam masyarakat, juga menunjukkan betapa besar tantangan teori ini
di masa mendatang. Pembagian fungsi dan peran antara suami isten dianggap
sulit dipertahankan dalam konteks masyarakat modem. Dalam era globalisasi
yang penuh dengan berbagai persaingan, peran seorang laki-Iaki banyak
mengacu pada norma-norma kebiasaan yang lebih banyak mempertimbangkan
faktor jenis kelamin, akan tetapi ditentukan oleh daya saing dan keterampilan.
Laki-Iaki dan perempuan sarna-sarna berpeluang untuk memperoleh kesempatan
dalam persaingan.
I Sahrizal. 2006. Prospek Pengembangan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan (P2tp2) 01 Provinsi
Nanggroe Aceh DlI1JSsalam Ar-Raniry state Institute of Islamic Studies Women Empowerment Bureau, Regional
Secretariat, Nanggroe Aceh Darussalam Province State Ministry d Women RI
30
.....= ....... C
Aspek lain yang dikritik dalam teori ini adalah karena adanya konsep
diferensiasi peran (role differentiation) dalam segala institusi di masyarakat.
Diferensiasi peran ini akan menyebabkan masyarakat berstrata, karena struldural
fungsional ini memang mengakui adanya segala keragaman (bakat, kapasitas.
kemampuan. biologis. dan sebagainya) dalam setiap masyarakat. Namun
diferensiasi peran ini sebetulnya memang dibutuhkan dalam kelangsungan hidup
masyarakat. Studi klasik tentang diferensiasi peran dalam kehidupan sosial
masyarakat yang dilakukan oleh Davis dan Moore pada tahun 1945, dipengaruhi
oleh kerangka konseptual struldural-fungsional. Penelitian mereka menunjukkan
bahwa sebuah sistem dengan sistem gaji yang berbeda akan memotivasi
individu untuk meningkatkan pendidikan dan meningkatkan kinerja mereka.
Pekerjaan sulit yang memerlukan kemampuan dan bakat yang tinggi. akan diberi
penghargaan lebih tinggi. Kegagalan sistem komunis yang tidak memberikan
motivasi individu untuk meningkatkan produldivitasnya. telah memberikan
konfirmasi akan kebenaran hasil penelitian tersebut. Namun hasil penelitian ini
tetap dikritik oleh para egalitis karena sistem ini secara tidak lang sung
memberikan pembenaran adanya ketidaksetaraan sosial dalam masyarakat.
Begitu pula diferensiasi peran dalam institusi keluarga. Dengan
meningkatnya pendidikan para wanita. maka peran ekspresif wanita yang
dikaitkan dengan wilayan domestik. dianggap tidak sesuai lagi. Wanita yang oleh
teori ini dianggap lebih cocok untuk memerankan peran ekspresif dan emosional,
telah dikritik sebagai upaya untuk mengecilkan kemampuan wanita dalam
berbagai aspek instrumental seperti yang dikerjakan oleh pna. Mereka yang
mengkritik teori struldural-fungsional, menganggap teori ini tidak sesuai dengan
adanya perubahan sosial karena berubahnya kondisi wan ita
Terakhir. kritik yang sering terdengar adalah keluarga bukanlah satu
satunya institusi yang mempunyai fungsi untuk tempat tumbuh dan
berkembangnya individu. Banyak fungsi yang dilakukan dalm keluarga, dapat
digantikan oleh institusi lainnya di luar keluarga. Misalnya sekolah. tempat
penitipan anak, klinik-klinik psikiater dan psikolog, dan sebagainya. Hal ini
disebut defungsionalisasi pada sistem keluarga (Megawangi, 1999).
Walaupun institusi keluarga sudah banyak mengalami perubahan fungsi,
ternyata keJuarga tetap hidup. dan keberadaan keluarga nuklir tidak pernah
berkurang. Hal ini bertolak belakang dari prediksi yang mengatakan bahwa
institusi keluarga pada zaman modern akan "mati" dan hilang. Bahkan di
beberapa negara Barat sudah sering terdengar isu-isu tentang neo-functionalism.
di mana ide-ide konservatif tentang segala bentuk kehidupan termasuk instilusi
keluarga ingin diperkukuh kembali. William Bennet dan Dan Coats mengatakan
bahwa untuk mengembalikan Amenka Serikat menjadi masyarakat madani (civil
society), sangat diperlukan kembalinya pada moral-moral konservatif.
Adanya gerakan neo-functionalism di Barat adalah suatu bukti bahwa
institusi keluarga masih dianggap instilusi normatif yang perlu direvitalisasi dalam
masyarakat Barat. Instilah "back to family values" adalah sebuah istilah yang
sudah umum di dengar masyarakat Amerika Serikat, bahkan menjadi topik utama
kampanye pemilihan Presiden periode George Bush melawan Clinton. Instilusi
keluarga masih menjadi dambaan para wanita Amerika. Berdasarkan polling
yang dilakukan oleh Gullup Poll pada tahun 1985. pola hidup yang diidealkan
oleh mayontas wanita Amerika adalah menikah dan mempunyai beberapa orang
anak.
.
31
E--;';'
E' "3
E '..
Timbulnya gerakan neo-functionalism dan neo-conservatism di Barat,

adalah sesuai dengan apa yang diharapkan oleh para pencetus teori strukturat
fungsional akan pentingnya memperkukuh institusi keluarga, apabila ingin

..
membangun masyarakat menjadi masyarakat madani (civil society). Kalau kita
berbicara tentang bagaimana memperkukuh sebuah institusi. maka ini berarti

menyangkut aspek pembenahan ke datam. atau bagaimana nilai-nilai yang dapat
mempersatukan semua individu dapat terus dipertahankan (aspek integritas).
E-:3 Semua ini tentunya menyangkut pula bagaimana struktur keluarga dengan
segala fungsinya dapat dipertahankan dan dijalankan oleh masing-masing
individu agar tujuan keluarga sebagai kesatuan unit dapat tercapai. bukan
,
semata-mata untuk kepentingan individu (Megawangi, 1999).

....
,.,.
.,
TEORI SISTEM KELUARGA
,

........
1
,..
Keluarga Sebagai Sebuah Sistem

1"';
,,.. Manusia tidak hidup dalam keadaan yang statis, yang menjadi
karakteristik yang membedakan manusia dengan mahluk lainnya adalah manusia
merupakan mahluk sosial. Sebagai mahluk sosial manusia perlu hidup, bekerja.
J
dan bersosialisasi dengan sesamanya. Salah satu bentuk kelompok sosial yang
paling universal adalah keluarga. Bagi para pekerja sosial, konselor dan psikolog,
.
.......
menumbuhkembangkan kesadaran akan dampak krusial dari keluarga pad a klien
mereka, merupakan awal mula dari adanya teori sistem keluarga.
J ..
Pendekatan keluarga sebagai sebuah sistem didasari oJeh beberapa
asumsi dasar berikut :


a. Setiap keluarga adalah unik. baik karena beranekaragamnya karakteristik
personal. maupun keanekaragaman budaya dan ideologi.
b. Keluarga adalah suatu sislem interaksi. yang mana tiap komponennya
memiliKi batasan yang selalu berubah dan derajat ketahanan untuk berubah
yang bervariasi.
c. Setiap anggota keluarga memiliki variasi fungsi maupun individual, jika setiap
tJ

anggotanya tumbuh dan berkembang.

d. Keluarga melalui suatu proses perubahan yang, menghasilkan tekanan
terhadap seluruh anggotanya.

Teori sistem keluarga merupakan filosofi yang mencari penyebab dari
perilaku tertentu, bukan hanya perilaku individu itu sendiri, tetapi juga interaksi
mereka dalam kelompok. Sebagai 2nggota kelompok, seorang individu saling
berhubungan sstu sarna lainnya. Untuk mengenal sebuah keluarga sebagai
sebuah sistem dapat dilakukan dengan melihat pola hubungan dan interaksi

antara sesama anggotanya.

Sistem oleh Webster (1979) didefinisikan sebagai interaksi yang teratur

atau saling kelergantungan antara seluruh bagiannya sebagai satu kesatuan .
Keluarga sebagai sebuah sistem dianalogikan sebagai sislem pemanas dalam

sebuah rumah. mesin perapian merespon sinyal yang diberikan oleh thermostat,
yang merespon suhu di dalam rumah. Masing-masing elemen menjalankan
fungsi dari sistem pemanas secara keseluruhan, elemen-elemen tersebut saling
bergantung. Contohnya. ketika suhu di dalam rumah menjadi ter1alu dingin,

thermostat memberikan sinyal kepada mesin perapian untuk mengeluarkan
..
32
.-3
I
0-
'_ .,,1 :;::;:;:;::;:::""
E:- ....

f!o
panas, dan ketika suhu dirasakan cukup hangat, thermostat memberikan sinyal

kepada mesin perapian untuk berhenti. Hasilnya suhu di dalam ruangan
berfiuktuasi dengan rentang yang terbatas ketika sistem pemanas ini diaktifkan.

Analogi tersebut memberikan gambaran mengenai keluarga sebagai
Eo
sebuah sistem, dimana tiap elemen, yaitu anggota keluarga saling bergantung
satu sarna lain, Dengan cara yang serupa, keluarga juga mengembangkan
Eo sebuah sistem keseimbangan dalam pola hubungan mereka. Perbuatan dari
salah seorang anggota keluarga (misal A) mempengaruhi anggota lainya, dan
II
perbuatan A juga dipengaruhi reaksi dari anggota lainnya, Hal ini dapat terlihat
ketika kestabilan sebuah sistem terancam, Perubahan dalam keluarga berarti
penyesuaian kembali dari seluruh sistem dan dapat menyebabkan masalah,
serta merupakan tantangan bagi setiap anggotanya.
'
';'
Ketika seorang individu hidup bersama dalam sebuah lingkungan yang
intim, seperti keluarga, mereka mulai membuat batasan bagi yang lainnya. Hal ini
,..
merupakan batasan dari perilaku yang dapat diterima dan sampai sejauh mana
penyimpangan yang terjadi dapat ditolerir. Ketika perilaku salah seorang individu
';'
melanggar batas yang telah disepakati bersama, anggota yang lain merespon
dengan mencoba mempertahankan batas tersebut dan menjaga kestabilan dari
sistem keluarga, Setiap anggota dari sistem keluarga turut berpartisipasi dalam
'!t
menjaga kestabilan, Ketika sistem keluarga berusaha untuk menjaga
kestabilannya, bukan berarti batas yang mereka tetapkan harus kaku dan tidak
c:.: :;,
,
bisa dirubah. Keluarga harus mempersiapkan diri untuk merespon perubahan
kebutuhan anggotanya dari waktu ke waktu, bersiap untuk kejadian yang tidak
,
..
direncanakan yang melibatkan anggotanga, dan bersiap menghadapi tekanan
yang berasal dari luar sistem,
J
Karakteristlk darl Sistem Keluarga
J;.
Masing-masing keluarga memiliki karakteristik yang berbeda, dan
memiliki manajemen yang berbeda pula sesuai dengan karakteristik yang

dimilikinya, Kita perlu memahami karakteristik masing-masing dengan melihat
aspek-aspek berikut dalam keluarga sebagai sebuah sistem :
d -
,.
d.:

J
d:;.

J




J
33
J



1


E:
1. Batasan Ektemal
Eo
Hartman (1979) mendefinisikan batasan eksternal dari sebuah keluarga

sebagai garis yang tidak nyata yang memisahkan apa yang termasuk 'di dalam
dan di luar'sebuah keluarga. Yang dimaksud luar keluarga maksudnya adalah

hubungan anggotanya dengan sistem yang lain, seperti sekolah, tempat kerja,
keluarga lain, dan individu lain di luar keluarga.

Meskipun batasan inj tidak tampak secara fisik, namun dapat dirasakan
oleh anggota keluarga. Keluarga dapat menganggap batasan ini seperti pagar,

dinding ataupun bendungan yang memisahkan apa yang menjadi milik
keluarganya. Keluarga juga dapat membuat batasan itu menjadi mudah atau sufit

diakses dengan menggunakan gerbang, bel pintu, atau sistem interkom.
Keluarga dapat membuat pemyataan mengenai seperti apa batasan yang
';'
, -' dimilikinya, seperti privasi dan aksesibilitas, dengan analogi fisik tersebut.

Untuk menggunakan batasan yang dimilikinya, keluarga memiliki banyak
.
pola sikap, aturan dan juga komunikasi yang membantu mendefinisikan batasan
tersebut, seperti siapa saja yang termasuk. dan dapat mengakses keluarga,

-' ..
contohnya kaluarga besar, ipar, teman atau keluarga. Berdasarkan

karakteristiknya, keluarga memiliki struktur yang berbeda-beda dalam

menciptakan batasan luar inj, yang dapat dikelompokkan menjadi :
a. Keluarga tipe tertutup

........
b. Keluarga tipe terbuka
c. Atau gabungan diantara keduanya.

Derajat keterbukaan atau ketertutupan tersebut sangat bervariasi sesuai
dengan gaya, keinginan, dan kebudayaan dari sebuah keluarga. Hampir semua
keluarga memiliki tipe campuran antara terbuka dan tertutup, yang dapat
berubah bergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi, amat jarang
J


ditemukan sebuah keluarga yang benar-benar menganut tipe terbuka atau
tertutup.


Mempertimbangkan dampak dari batasan keluarga tersebut adalah
penting, sehingga keluarga dan anak-anak dapat menghadapi kemungkinan
tekanan yang datang secara bersama-sama. Satu hal yang paling penting dalam
menentukan batasan ekstemal ini adalah perfunya sikap yang fJeksibel untuk
.J
membuka akses keluarga terhadap sumber daya dari dunia luar untuk
memperoleh kebutuhan dan keinginan mereka dengan memuaskan.

2. Batasan Internal
.J ';.
Sistem keluarga terdiri dari beberapa subsistem, yang menciptakan
batasan intemal. Pembagian subsistem inl dapat dldasarkan pada generasi
(mlsal anak-anak), jenis kelamin, kepentingan atau fungsi yang sama dan
sebagainya. Seorang individu mungkin saja termasuk ke dalam lebih dari satu

subsistem. Seiring berjalannya waktu, perlu dibuat peraturan mengenai
bagaimana subsistem-subsistem tersebut saling berinteraksi satu sama lainnya,
siapa saja yang termasuk dalam subsistem tertentu dan bagaimana setiap
anggota berpartisipasi. Dengan kata lain batasan ini ada untuk membatasi

hubungan antara semua subsistem dalam keluarga.
. I


34
.- ....

I

...I
..



E'3

E-

E-: '!9

c-;;
'it


,
..- ...
rl,,
'-.

J
';'
J ',;;
J '3
J -..,
#1 '..
-,j


f...;
J -;.
I -




...!

.J

:.I
Batasan dibuat misalnya dalam pembagian tugas, untuk menunjukkan
kebutuhan emosional dan sebagainya. Batasan ini dapat berubah sewaktu
waktu, tetapi kebanyakan keluarga hal tersebut dapat diprediksi, sesuai dengan
pola hubungan antara anggotanya. Batasan ini juga bervasiasi antara keluarga
yang satu dengan lainnya, bergantung pada latar belakang budaya, tradisi
keluarga dan nilai-nilai yang dianut.
3. Peran Orga nisasi
Selain batasan ekstemal dan internal, sebuah keluarga diatur dalam
sebuah peran.Setiap anggota memiliki fungsi dan tugasnya masing-masing,
seperti siapa yang merawat anak-anak, siapa yang mengurus rumah, siapa yang
membuat keputusan dan siapa yang mengurus keuangan. Agar fungsi tersebut
dapa
t berjalan dengan balk, keluarga harus memiliki kejelasan dan kesepakatan
mengerlai pembagian aturan int Namun, pembagian peran ini tidak perlu terlalu
kaku dan terbatas hingga tidak dapat diubah. Dalam prakteknya, tidak mudah
untuk menjalankan sebuah tipe ideal dalam penerapan aturan ini. Aturan yang
berlaku dalam sebuah keluarga belum tentu dapat berjalan baik apabila
diterapkan dalam keluarga lainnya.
4. Peraturan Keluarga
Dari waktu ke waktu, anggota keluarga mengembangkan aturan
mengenai bagaimana mereka berhubungan satu sama lain dan lingkungan luar.
Aturan-aturan ini dapat bersifat eksplisit, namun ada juga yang bersifat implisit,
tidak dapat dikenali secara nyata, contohnya aturan yang menegaskan bahwa
orang tua jangan pemah cekcok di hadapan anaknya. Aturan-aturan tersebut
dijalankan secara berulang-ulang, dapat diprediksi dan tetap, meskipun seperti
beberapa tradisi, bagaimana dan mengapa aturan tersebut dibuat dapat saja
hilang atau dilupakan. Untuk memahami keluarga, sangatlah penting untuk
memepelajari bagaimana suatu aturan dijalankan dan bagaimana pola perilaku
dalam menjalankan aturan tersebut. Suatu aturan dibuat untuk menjamin suatu
sistem keluarga berjalan stabil, mempertahankan keutuhan sebuah keluarga,
serta membangun identitas sebuah keluarga yang membedakan keluarga
tersebut dengan keluarga lainnya.
Aturan ini dapat menjadi masalah yang serius, ketika aturan tersebut
bertentangan dengan kepentingan salah seorang anggota keluarga, dan
keluarga terse but tidak mampu untuk mendiskusikan aturan yang mungkin harus
diuban tersebut seiring dengan berjalannya waktu dan situasi.
5. Distribusi Kekuatan
Semua keluarga harus memiliki cara untuk membuat keputusan dan
menyelesaikan konflik. Hampir dalam semua keluarga, seluruh anggota memiliki
dan perlu untuk memiliki sejumlah kekuatan dan pengaruh di daerah tertentu.
Aponte (1976) mengatakan bahwa anggota keluarga harus memiiiki cukup
kekuatan dalam keluarga agar dapat melindungi kepentingan pribadinya dari
anggota isin maupun seluruh keluarga. Normalnya, pemikiran seseorang
mengenai kekuatan dan pengambilan keputusan menjadi sesuatu yang penting
bagi anggota keluarga yang sudah dewasa. Namun seberapa besar kekuatan itu
terdistribusikan dan digunakan sangat bervariasi tergantung dari keadaan
keluarganya.
35
...I

E:=

E ..
8atasan dibuat misalnya dalam pembagian tugas, untuk menunjukkan

,.
kebutuhan emosional dan sebagainya. 8atasan ini dapat berubah sewaktu

waktu, tetapi kebanyakan keluarga hal tersebut dapat diprediksi, sesuai dengan
pola hubungan antara anggotanya. 8atasan ini juga bervasiasi antara keluarga
yang satu dengan lainnya, bergantung pada latar belakang budaya, tradisi
keluarga dan nilai-nilai yang dianut.
UI
3. Peran Organisasi
,.
Selain batasan ekstemal dan internal, sebuah keluarga diatur dalam
sebuah peran.Setiap anggota memiliki fungsi dan tugasnya masing-masing,
',11
seperti siapa yang merawat anak-anak, siapa yang mengurus rumah, siapa yang
membuat keputusan dan siapa yang mengurus keuangan. Agar fungsi terse but
dapat berjalan dengan baik, keluarga harus memiliki kejelasan dan kesepakatan
..
mengellai pembagian aturan ini. Namun, pembagian peran ini tidak perlu terlalu
kaku dan terbatas hingga tidak dapat diubah. Dalam prakteknya, tidak mudah
..
untuk menjalankan sebuah tipe ideal dalam penerapan aturan ini. Aturan yang
berlaku dalam sebuah keluarga belum tentu dapat berjalan baik apabila

diterapkan dalam keluarga lainnya.

4. Peraturan Keluarga

Dari waktu ke waktu, anggota kaluarga mengembangkan aturan

mengenai bagaimana mereka berhubungan satu sama lain dan lingkungan luar.
Aturan-aturan ini dapat bersifat eksplisit, namun ada juga yang bersifat implisit,

tidak dapat dikenali secara nyata, contohnya aturan yang menegaskan bahwa
orang tua jangan pernah cekcok di hadapan anaknya. Aturan-aturan tersebut
dijalankan secara berulang-ulang, dapat diprediksi dan tetap, meskipun seperti


beberapa tradisi, bagaimana dan mengapa aturan tersebut dibuat dapat saja
hilang atau dilupakan. Untuk memahami keluarga, sangatlah penting untuk
memepelajari bagaimana suatu aturan dijalankan dan bagaimana pola perilaku
dalam menjalankan aturan tersebut. Suatu aturan dibuat untuk menjamin suatu

sistem keluarga stabil, mempertahankan keutuhan sebuah keluarga,
serta membangun identitas sebuah keluarga yang membedakan keluarga
tersebut dengan keluarga lainnya.

Aturan ini dapat menjadi masalah yang serius, ketika aturan tersebut
bertentangan dengan kepentingan salah seorang anggota keluarga, dan
keluarga terse but tidak mampu untuk mendiskusikan aturan yang mungkin harus

diuban tersebut seiring dengan berjalannya waktu dan situasi.
5. Distribusi Kekuatan

Semua keluarga harus memiliki cara untuk membuat keputusan dan
menyelesaikan konflik. Hampir dalam semua keluarga, seluruh anggota memiliki

dan per1u untuk memiliki sejumlah kekuatan dan pengaruh di daerah tertentu.
Aponte (1976) mengatakan bahwa anggota keluarga harus memiliki cukup

kekuatan dalam keluarga agar dapat melindungi kepentingan pribadinya dari
anggota lain maupun seluruh keluarga. Normalnya, pemikiran seseorang
mengenai kekuatan dan pengambilan keputusan menjadi sesuatu yang penting
.. bagi anggota keluarga yang sudah dewasa. Namun seberapa besar kekuatan itu
terdistribusikan dan digunakan sangat bervariasi tergantung dari keadaan
..,
keluarganya.
f. .,
35
.!
EI
c ,.
E .
f: .'"!
E .
Eo

E:
Eo ..
E-3

f'o.'- ,

c:.;3

..




;J

JiJ
...



J.3
I

,J.,



J
8eberapa keluarga berusaha agar semua anggora keluarga dapat
berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan; dalam keluarga lain sistem
yang berjalan mungkin lebih kaku, dimana ada salah satu anggota yang
mengendalikan kekuatan. Distribusi kekuatan dapat berubah seiring tumbuhnya
anak-anak dan untuk melatih mereka agar memiliki rasa tanggung jawab.
6. Komunikasi
Semua hal dapat dikomunikasikan, adalah tidak mungkin untuk tidak
berkomunikasi. Keluarga berjalan dalam perannya masing-masing, dan hal
tersebut dapat melalui proses komunikasi. Pola komunikasi
mencerminkan apa yang terjadi dalam bentuk hubungan dalam sebuah keluarga.
Keluarga memiliki aturan mengenai komunikasi, yang dapat dikaterorikan terbuka
hingga tertutup. Seperti halnya pembagian peran, dalam komunikasi juga tidak
ada tipe idel, setiap keluarga memiliki ciri khasnya sendin.
Siklus Hidup Keluarga
Keluarga dengan pola' batasan. aturan. peran dan distribusi kekuatan
yang bervariasi , akan melewati suatu siklus hid up dengan tahapan tertentu.
Setiap tahapnya menuntut keluarga untuk menjalankan tugas-tugas baru.
Transisi dari satu tahap ke tahap lainnya kemungkinan dapat dilalui dengan
normal, dan terkadang menjadi bagian yang penuh tekanan, tergantung pada
banyak faktor, seperti perbedaan budaya. Adapun siklus hidup yang harus dilalui
setiap keluarga adalah sebagai berikut :
1 Tahap untuk berkomitmen
2. Tahap mengembangkan peran baru sebagai orang tua
3. Tahap menerima kepribadian baru
4. Tahap memperkenalkan anak kepada institusi di luar keluarga
5. Tahap menerima kedewasaan
6. Tahap mencoba kebebasan
7. Tahap persiapan untuk melepas anak
8. Tahap melepas anak
9. Tahap usia tua
KeJuarga merupakan sistem multi generasi. Daur hidup keJuarga
bukanlah satu-satunya cara dimana dimensi waktu dianggap penting dalam
memahami keluarga. Sebuah keluarga mungkin terlihat konsisten dalam dua
atau tiga generasi. Hal tersebut dipengaruhi oleh generasi yang laku, oleh karena
itu penting untuk mengetahui keterkaitan ataupun perbedaan dengan mereka.
Sistem nilai, harapan, kepercayaan, rahasia dan masalah yang belum
terselesaikan penting untuk diketahui, sebelum hal-hal tersebut diteruskan ke
generasi mendatang. Hal ini akan memberikan pengaruh yang besar bagi
keluarga masa kini dan para anggotanya. Semua orang, baik secara sadar
maupun tidak sadar terperangkap dalam sebuah sistem keluarga. Hal ini
mempengaruhi pandangan seseorang akan siapa dirinya, bagaimana mereka
berpikir, dan berkomunikasi, serta bagaimana mereka memandang dirinya dan
orang lain. Hal tesebebut berpengaruh terhadap apa yang sedang dan akan
mereka kerjakan, dengan siapa mereka akan hid up, jatuh cinta dan menikah. dan
pada akhimya akan mempengaruhi bagaimana mereka memilih struktur keluarga
yang baru.
36

=====..;;;.,.",.....

t:- "3
t:- ;
E-

E--3


Eo-"!t

E--3









I









Eo!"
I
a"
___ J
Untuk menjaga kesinambungan sebuah keluarga, Levy dalam Megawangi
(2005) membuat daftar tentang persyaratan struktural yang harus dipenuhi agar
struktur keluarga sebagai sistem dapat berfungsi, yaitu :
1. Diferensiasi peran. Untuk menjalankan serangkaian tugas dan
aktivitas yang harus dilakukan dalam keluarga, maka harus ada
alokasi peran untuk setiap aktor dalam keluarga. Terminologi
diferensiasi peran dapat mengacu pada umur, gender, generasi,
juga posisi status ekonomi dan politik dari masing-masing aktor.
2. Allokasi solidaritas. Merupakan distribusi relasi antar anggota
keluarga menurut cinta, kekuatan dan intensitas hubungan. Cinta
atau kepuasan menggambarkan hubungan antar anggota, misalnya
keterikatan emosional antara seorang ibu dan anaknya. Kekuatan
mengacu pada keutamaan sebuah relasi relatif terhadap relasi
lainnya. HUbungan antara bapak dan anak lelaki mungkin lebih
utama daripada hubungan antara suami dan istri pada suatu budaya
tertentu. Sedangkan intensitas adalah kedalaman relasi antar
ang90ta menurut kadar cinta, kepedulian ataupun ketakutan.
3. Alokasi ekonomi. Merupakan distribusi barang-barang dan
jasa untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Diferensiasi tugas
juga ada dalam hal ini, terutama dalam hal produksi, distribusi dan
konsumsi dari barang dan jasa dalam keluarga.
4. Alokasi politik. Merupakan distribusi kekuasaan dalam keluarga
dan siapa yang bertanggung jawab atas tindakan anggota keluarga.
Agar keluarga dapat berfungsi maka distribusi kekuasaan pada
tingkat tertentu diperlukan.
5. Alokasi integrttas dan ekspresi. Merupakan distribusi teknik atau
cara untuk sosialisasi, intemalisasi dan pelestarian nilai-nilai dan
perilaku yang memenuhi tuntutan norma yang berlaku untuk setiap
anggota keluarga.
Menurut Parsons, syarat-syarat di atas disebut functional requisits yang
harus selalu ada apabila masyarakat ingin terus langgeng keberadaannya.
Syarat-syarat tersebut akan terpenuhi apabila setipa aktor menjalankan perannya
sesuai ketentuan dan memelihara sistem atau organisasi (dalam hal ini keluarga)
tempat ia berada.
37
'ill
e
eo
.:
e
e
..:
E'


e-3


I


.



1

,





J.,





EoJ
I
...
J
INPUT
!
SISTEM
!
CHANGE
{STRESS
OUTPUT
Gambar 1. Keluarga Sebagai Sebuah Sistem
38
-,-g:gg=:t" _5.;:g
t'3
"3
e

PENUTUP
e
3
1 . Pendekatan struktural-fungsional adalah pendekatan teon soSiologi yang
diterapkan dalam institusi keluarga. Keluarga sebagai sebuah institusi dalam
e ,3 masyarakat mempunyai prinsip-prinsip serupa yang terdapat dalam
kehidupl!ln &o&ial ma&yarakat. Pendekatan ini mempunyai warna yang jelas,
yaitu mengakui adanya segala keragaman dalam kehidupan sosia!.
e"'3
2. Tokoh-tokoh struktural fungsional diantaranya adalah Auguste Comte (1798
- 1857), Herbert Spencer (1820 -1903), Emile Durkheim (1858-1917),
Eo3
Oswald Spengler (1880-1936), Bronislaw Malinowski (1884 -1942), Alfred
Reginald Radcliffe Brown (1881-1955), Talcott Parsons (1902-1979),

Anthony Giddens (1938- sekarang) dan Robert Merton (1911-2003).
3. Asumsi teori struktural-fungsional adalah suatu masyarakat terdiri dari
Eo'
berbagai bagian yang saling mempengaruhi, yakni : (1) masyarakat terber.tuk
atas substruktur-substruktur yang dalam fungsi mereka masing-masing,
..
saling bergantungan. sehingga perubahan yang terjadi dalam fungsi satu
substruktur, akan mempengaruhi pada substruktur lainnya. dan (2) setiap

.....-; -' :5ubstruktur yang telah mantap akan menopang aktivitas-aktivitas atau
I substruktur lainnya.

4. Salah satu aspek penting dari perspektif struktural-fungsional adalah bahwa
setiap keluarga yang sehat terdapat pembagian peran atau fungsi yang jelas,
J 'A

fungsi tersebut terpolakan dalam struktur hirarkis yang harmonis, dan
komitmen terhadap terselenggaranya peran atau fungsi itu.

5. Struktural-fungsional berpegang bahwa sebuah struktur keluarga
membentuk kemampuannya untuk berfungsi secara efektif. dan bahwa
sebuah keluarga inti tersusun dari seorang laki-Iaki pencari nafkah dan
wanita ibu rumah tangga adalah yang paling cocak untuk memenuhi
kebutuhan anggota dan ekonomi industri baru.
J
6. Harmoni dalam pembagian dan penyelenggaraan fungsi-peran, alokasi

solidaritas, komitmen terhadap hak, kewajiban, dan nilai-nilai bersama ini
merupakan kondisi utama bagi berfungsinya keluarga
7. Teori dikritik karena. mengabaikan peranan kontlik, ketidaksepakatan.
]
persellslhan dan evoluSI dalam menganalisis masyarakat. Pendekatan in;
dianggap juga mendukung status-quo (apa yang sudah ada itu adalah baik),

dan orang kemudian menduga bahwa teon ini membenarkan dan memajukan
struktur kapitalistis demokrasi Barat.




J ,3




39
E-J
.,.1

t: "3
to
DAFTAR PUSTAKA
t:'
Eo
E'"
Amri Jasda. Dampak Pemberian ASI temadap status Gizi dan Emotional
e Bonding Ibu-Anak pada Ibu Bekerja dan Tidak Bekerja.2001. Skripsi.
Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga.
E Anonim. Pengasingan Pelajar Dari Perspektif Teori Sruktural- Fungsional
Azzachrawani. Kontribusi Perempuan temadap Pendapatan Keluarga dan
Dampaknya temadap Kepuasan Keluarga (Kasus Perempuan Pedagang
Pasar Tradisional di Kabupaten Aceh Besar dan Kabupaten Pidie,

Nanggroe Aceh Daruss3Iam). 2004. Tesis.Bogor : IPB
Bagong Suyatno. Memahami Remaja Dari Berbagai Perspektif Kajian
Eo- -.. Sosiologis. Univesitas Airlangga.
http://hqweb01.bkkbn.go.idlhqweb/cerialma45memahamLhtml. Diakses
23 Desember 2007.

Bannard, A (200i) History and Theory in Anthropolgy. Cambridge: University
Press.
..
Barnard, A, and Good, A 1984. Research Practices in the Study of Kinship.
London: Academic Press.

Barnes, J. 1971. Three Styles in the Study of Kinship. London: Butler & Tanner.
..
Bell & Vogel (i960)

Bigner, JJ. 1979. Parents-Child Relation: An Introduction to Parenting. Inc. New
York: Macmillan Publishing Co.

Boroffsky, Robert (1994) Assessing Cultural Anthropology. New York: McGraw
Hill, Inc.

Brinkemoff dan WMe (1989)

Cohen, Myron (i970) "Developmental Process in the Chinese Domestic Group."

In Maurice Freedman, ed., Family and Kinship in Chinese Society.
Stamford, California: Satmford University Press.
Corbetta, Piergiorgio (2003) Social Research: theory, methods and techniques,
London UK: SAGE Publication .
.
Dalam Marriage among African American Women: A Gender Perspective Shirley
A Hill. Journal of Comparative Family Studies. Calgary: Summer 2006 .
,-
.....
Vol. 37, Iss. 3; pg. 421,22 pgs
Durkheim, Professional Ethics and Civic Morals, (1955) English translation by
J;.
Cornelia Brookfield 1992, ISBN 0-415-06225-X
Durkheim, Rules of SoCiological Method, (1895) The Free Press 1982, ISBN
J-
...
0029079403
Durkheim, Suicide, (1897), The Free Press reprint 1997, ISBN 0684836327

Durkheim, The Division of Labor in Society, (1893) The Free Press reprint 1997,
ISBN 0684836386
-:- ..

I Durkheim, The Division of Labor in Society, (1893) The Free Press reprint 1997,

ISBN 0684836386

.
-
.,
-.,
40


r
f
4

J
....

c-.

e ..
Durkheim, The Elementary Forms of the Religious Life, (1912, English translation
E:'
by Joseph Swain: 1915) The Free Press, 1965. ISBN 0-02-9080 1 O-X,
new translation by Karen E. Fields 1995, ISBN 0029079373
Eo'
Ember,C. R., dan Melvin Ember (1990) Anthropology, New Jersey: Prentice Hall,
E:.
Englewood Cliffs.
Etzioni, A. & Halevy, Eva Etzioni- (eds). 1973. Social Changes: Sources, Pattems

and Consequences. Basic Books, New York.
Everett E. Hagen. 1962. On The Tneory of Social Change; How Economic
E Growth Begins. illinoiS. The Dorsey Press.
Frazier, 1957 [19391;

Gayuh Tri Upayani. Pola Pengasuhan Anak, Persepsi Gender dan Tumbuh
Kembang Anak berdasarkan Kasta dan Status Kerja Ibu (Kasus di

Kelurahan Pedungan, Kecamatan Denpasar Selatan, Kotamdya
Denpasar Provinsi Bali). 1998. Skripsi. Bogor : Jurusan Gizi Masyarakat

dan Sumberdaya Keluarga.
Gidden, Anthony The New Rules of Sociology Method, Polity Press.

Glazer,M; Bohannan,P. (1988) High Points in Anthropology, USA:
McGraw Hill.

Goodman. Douglas J. 2004. Teon Sosiologi Modem. Jakarta. Prenada Media.

Haris, Marvin (1971) Culture, People, Nature, an Introduction to General
IJ
Anthropology. USA: Harper International Edition.

Holy, l. 1996. Anthropological Perspectives on Kinship. London: Pluto Press.
http://www.psikologi-untar.com/psikologi/skrtpsiltampil.php?id=34 . Diakses 19
Desember 2007.
Ihromi, T.O. ed. (1981) Pokok-Pokok Antropologi Budaya, Jakarta: Gramedia.
,..


Jary and Jary (1991).

.. Kinloch, Graham. 2005. Perkembangan dan Paradigma utama Teori Sosi%gi.
1 :7
Pustaka Setia. Bandung.
Kuper, A. 1996. Anthropology and Anthropologists. London: Routledge.
1 ..,

Kusdiana Ika Marita Susanti. Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap
..
Pengambilan Keputusan Istert dalam Keluarga pada Suku Jawa. 2000.

.> Skripsi. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga.

"
Layton, R. 1997. An Introduction to Theory in Anthropology. Cambridge: CUP.

..

Leach, E. 1966. Rethinking Anthropology. Northampton: Dickens.
\l1li
Levi-Strauss, C. 1969. The Elementary Structures of Kinship. London: Eyre and
1
Spottis-woode.

:.I
Mafriana, 2003. Sandra Bhakti. Fungsi Ekspresif-Instrumental Orangtua dan
Kecerdasan Emosional Anak : Studi Komparatif Lintas-Budaya Antara
.;.
Etnik Banjar dan Etnik Madura. 2003. Tesis. Bogor : IPB.
Malinowski, B. (1934) Argonauts of the Western Pacific, New York: E.P. Dutton &
J;.
I
Co.
I
Megawangi, R. 1999. Membiarkan Berbeda: Sudut Pandang Baru tentang Relasi
J.
I Gender. Mizan. Bandung.
Megawangi. Ratna. 2005. Membiarkan Berbeda ? PT. Mizan Pustaka. Bandung.
. ,

41


;II
!!I
,
C:-'
..
3

E
Monty P. Satiadarma, dan Henny E. Wirawan. 2004. Departement of Psychology
Tarumanagara University
Murdock, G.P. (1949) Social Structure Chicago: University of Chicago Press.
Murdock, G.P. (1959) Its people and Their Culture History.

E Ni Wayan Putu Sriwati. Persepsi dan Peran Ayah dalam Pengasuhan Anak dan

Pengaruhnya terhadap Perkembangan Anak Balita pad a Keluarga Ibu
E ;.
Bekerja dan tidak Bekerja. studi Kasus pada Suku Sasak di Kelurahan
-'
Pagesangan, Kec. Mataram. Kodya Mataram, NTB. 1998. Skripsi. Bogor
: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga.
,It
Nolan & Lenski (2004)
..
...
Nye IF, 1976, Role Structure and Analysis of the Family, California: Sage Library
of Social Research.
Olson, D.H. and Miller, B.C. 1984. Family Studies Review Year Book vol. II. Sage

- Publication: Beverly Hills/London/New Delhi.
Pals, Daniel L. (2001) Seven Theories of Religion (terj. Ali Noer Zaman)

Yogyakarta: Qalam.
Pelto, P. dan G.H. Pelto (1984) Anthropological Research. The Structure Inquiry.

Cambridge: Cambridge University Press.

Poloma, M. Margaret. 2003. Sosiologi Kontemporer ( terj ). RajaGrafindo
Persada. Jakarta.
-
,fI

Puspitawati H & , Sari EPM. 2006. Strategi Penyeimbangan Antara Aktivitas

Pekerjaan Dan Keluarga Pada Wanita Bekerja di Bogor .

Puspitawati, H. 2006. Pengaruh Faktor Keluarga, Lingkungan Ternan dan

Sekolah terhadap Kenakalan Pelajar di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

(SL T A) di Kota Bogor. Disertasi. Bogor : Sekolah Pascasarjana IPB.

, Qoriah Saleha. Manajemen Sumberdaya Keluarga: Suatu Analisis Gender
dalam Kehidupa Keluarga Nelayan di Pesisir Bontang Kuala, Kalimantan

I
Timur. 2003. Tesis. Bogor : IPB.
j Queen dan Habenstein, 1967
.!IIl
, -
Radcliffe-Brown, AR. (1952) Structure and Function in Primitive Society, New
York: The Free Press-McMillan Publication .
...
Rice, AS & S.M. Tucker. 1986. Family Life Management. Macmillan Publishing
Company. New York.

Rini. JF. 2002. Wanita Bekerja. Team e-psikologL http://www.e

pSikologi.comfkeluarga!280502.htm. Diakses 19 Desember 2007.
Rowatt Jr, G. Wade dan Rowatt Mary Jo. 1990. Bila Suami Istri Bekerja.
Kanisius. Yogyakarta.
Sahrizal. 2006. Prospek Pengembangan Pusat Pelayanan Terpadu
Pemberdayaan Perempuan (P2tp2) 01 Provinsi Nanggroe Aceh

Darussalam Ar-Raniry state Institute of Islamic Studies Women
Empowerment Bureau, Regional Secretariat, Nanggroe Aceh Darussalam

Province State Ministry of Women Empowerment, RI
J
Saifuddin, A F. (2005) Antropologi Kontemporer : Suatu Pengantar Kritis

Mengenai Paradigma. Prenada Media. Jakarta.
J.
Seymour-Smith, Charlotte (1990) Macmillan Dictionary of Anthropology, London
and Basingstoke: Macmillan Press.
- ]

J
- I
42

.J
....
E: ' ~
t::
I.
..

,.
E
E
-
I.
-'
I.
~
t:
-"" ,.
~ '.
~ ,t(
~ ,;.
~ .
J ~
J ' ~
J
J ~
J ~
J;.
~ ~
J ~
J ~
~ ~
J ~
J :;.
d ~
~ ~
t_
~ ~
~ . . ! .,
I
~ i ..,
~ i ~
t-- . ~
Siamet Widodo. http://agriwidodo-nikel.blogspot.coml2007111/perspektif-teori
tentang-perubahan.html. Perspektif Teori Tentang Perubahan Sosial;
Struktural Fungsional dan Psikologi Sosial. Diakses 2 Desember 2007
Slater (1974),
Soetomo. 1995. Masalah Sosial dan Pembangunan. Pustaka Jaya. Jakarta,
Steven Lukes: Emile Durkheim: His Life and Work, a Historical and Critical Study.
Stanford University Press, 1985.
Strong, Bryan and Christine De Vault. 1989. The Marriage and Family
Experience. West Publishing Company. St. Paul.
Supriyantini, Sri. 2002. Hubungan Antara Pandangan Peran Gender dengan
Keterlibatan Suami da/am Kegiatan Rumah Tangga. Fakultas Kedokteran
Program Studi Psikologi. Universitas Sumatera Utara.
Syahyuti. 2006. Sistem. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.
Bogor
Turner, Bryan, 1985. Teori Teori Sosilogi Modernitas Posmodernitas, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta
Tylor, E.B. (1889) "On a Method of Investigating the Development of Institution;
Applied to the Laws of Marriage and Descent" da!am Journal of the Royal
lanthropologicallnstitute of Great Britain and Ireland, XVIII, hal. 245-277.
Undsey, 1990: 39).
Wellman, Barry and S.D. Berkowitz. ed. (1988) Social Structure. Australia:
Cambridge University Press.
Winch,1963
Zamralita dan Aswini. 2005. Departement of Psychology Tarumanagara
University
43

You might also like