You are on page 1of 26

LAPORAN PRAKTIKUM GALENIKA INFUNDASI Piper bettle

oleh

kelompok 6 1. 2. 3. 4. 5. 6. Meyna Sulistyaningrum Nina Anindyawati Okky Mareta Pebri Andriyanto Pratiwi Hening P Previ Rahma A M3511037 M3511040 M3511042 M3511043 M3511044 M3511045

D3 FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2011

LAPORAN PRAKTIKUM GALENIKA INFUNDASI DAUN SIRIH


I. Tujuan
1. Mahasiswa diharapkan mampu membuat serbuk dengan derajat kehalusan

tertentu.
2. Mahasiswa diharapkan mampu memahami dan mampu melakukan

penyarian bahan alam dengan metode infundasi. 3. Mahasiswa diharapkan mampu melakukan kontrol kualitas terhadap ekstrak.
II. Dasar Teori Metode Ekstraksi

Obat tradisional bukan hal yang baru bagi masyarakat Indonesia. Sebelum obat-obat kimia berkembang secara modern, nenek moyang kitaumumnya menggunakan obat-obatan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan untuk mengatasi problem kesehatannya. Dari tumbuhan obat tersebut dapat dibuat berbagai produk yang sangat bermanfaat dalam menunjang industri obat tradisional, farmasi, makanan dan minuman. Ragam bentuk hasil olahannya, antar lain berupa simplisia. Simplisia adalah bahan baku alamiah yang digunakan untuk membuat ramuan obat tradisional yang belum mengalami pengolahan pengeringan. Proses pembuatan simplia pada prinsipnya meliputi tahap tahap pencucian, pengecilan ukuran dan pengeringan. Penyarian (ekstraksi) adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut dari bahan yang tidak larut dengan pelarut air. Simplisia yang didasari, mengandung zat aktif yang dapat larut dan zat aktif yang tidak larut seperti serat karbohidrat, protein dan lain lain. Faktor yang mempengaruhi kecepatan penyarian adalah kecepatan difusi zat yang larut melalui lapisan-lapisan batas antara penyari dengan bahan yang mengandung zat tertentu. ( Anonim, 1989 ) Zat aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam alkaloida, glikosida, flavonoid dan lain-lain. Struktur kimia yang berbeda beda dapat mempengaruhi kelarutan serta stabilitas senyawa-senyawa tersebut terhadap

pemanasan logam berat, udara, cahaya dan derajat keasaman. Dengan diketahuinya zat aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan cairan penyari dan cara penyarian yang tepat. Penyarian disamping memperhatikan sifat fisik simplisia dan sifat zat aktifnya, harus juga memperhatikan zat-zat yang sering terdapat dalam simplisia seperti protein, karbohidrat, lemak, dan gula poses penyarian dapat dipisahkan menjadi : Pembuatan serbuk, Pembahasan, Penyarian dan Pemekatan. (Anonim, 1999)

Ekstraksi Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan

bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa mlarutkan material yang lainnya. Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu bahan dari campurannya, ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Ekstraksi meggunakan pelarut didasarkan pada kelarutan komponen lain dalam campuran (Suyitno, 1989). Ekstraksi padat cair atau leaching adalah transfer difusi komponen terlarut dari padatan inert ke dalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang bersifat fisik karena komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa mengalami perubahan kimiawi. Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan jika bahan yang diinginkan dapat larut dalam solven pengekstraksi. Ekstrasi berkelanjutan diperlukan apabila padatan hanya sedikit larut dalam pelarut. Namun sering juga digunakan padatan yang larut karena efektivitasnya. (Lucas, Howard J, David Pressman. Principles and Practice In Organic Chemistry). Faktor-faktor yang mempengaruhi laju ektraksi adalah tipe persiapan sample, waktu ekstraksi, kuantitas pelarut, suhu pelarut, da tipe pelarut. Infundasi Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya unuk menyari kandungan zat aktif yang ada pada sediaan tanaman yang larut dalam air. Penyarian adalah peristiwa memindahkan massa zat aktif yang semula berada di dalam sel ditarik ole cairan penyari sehingga zat aktif larut dalam cairan penyari (Anonim, 1986). Sistem

pelarut yang digunakan dalam ekstraksi harus dipilih berdasarkan kemampuannya dalam melarutkan jumlah maksimal zat aktif dan seminimal mungkin zat yang tidak digunakan. ( Ansel, 1989) Farmakope Indonesia menetapkan untuk proses penyarian sebagai cairan penyari digunakan air, etanol air, eter. Penyarian pada pembuatan obat di Indonesia masih terbatas pada penggunaan cairan penyari air, etanol atau etanol air. ( Anonim, 1979 ) Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara menyari simplisia dengan air pada suhu 900 C selama 15 menit. Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab itu, sari yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh dsimpan lebih dari 24 jam. Infusa dibuat dengan membasahi bahan bakunya, biasanya dengan air dua kali bobot bahannya. Penyaringannya dilakukan pada saat cairan masih panas dengan kain flanel, kecuali bahan yang mudah menguap ( Anonim, 1986). KONTROL KUALITAS EKSTRAK Dalam perdagangan, kita tidak selalu memperoleh simplisia yang sepenuhnya murni. Bahan asing yang tidak berbahaya dalam jumlah yang kecil yang terdapat dalam simplisia ataupun yang ditambahkan atau juga dicampurkan, pada umumnya tidak merugikan. Maka perlu dilakukan control kualitas ekstrak. 1. Kromatografi Lapis Tipis Kromatografi ditemukan oleh Michael Tsweet, seorang ahli botani di University Warsaw (Poland) pada tahun 1906. Kata kromatografi berasal dari bahasa yunani yaitu warna dan tulis. Kromatografi terbentuk apabila terdapat suatu fasa diam dan satu fasa bergerak. Fasa diam biasanya adalah padatan atau cairan, sedangkan fasa bergerak biasanya adalah cairan atau gas. Setiap molekul yang berbeda akan terserap kapada fasa pegun pada kekuatan yang berbeda. Pada masa yang sama dua molekul yang berlainan juga mempunyai keterlarutan yang berbeda dalam fasa bergerak. Kromatografi digunakan untuk memisahkan camprn dari suspensinya

menjadi komponen-komponennya. Seluruh bentuk kromatografi bekrja pada prinsip yang sama. Seluruh bentuk kromatografi mempunyai fase diam(berupa padatan atau cairan yang didukung pada padatan) dan fase gerak (cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen dari campuran bersama-sama komponen-komponen yang berbeda akan bergrak pada laju yang berbeda pula. Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu kromatografi yang berdasarkan proses adsorbsi oleh fase diam dibawah gerakan pelarut pengembang. Pada dasarnya KLT sangat mirip dengan kromatografi kertas terutama pada cara pelaksanaannya. Perbedaannya terletak pada fase diam nya atau media pemisahnya, yakni digunakan lapis tipis adsorben sebagai pengganti kertas. Bahan adsorben sebagai fase diam dapat digunakan silica gel, alumina dan serbuk selulosa. Partikel silikagel mengandung gugus hidroksil pada permukaannya yang akan membentuk ikatan hydrogen dengan molekul polar air. Fase diam untuk kromatografi lapis tipis seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat berpendarflour dalam sinar ultraviolet. Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai. Fase bergerak (fase mobil) biasanya digunakan pelarut campuran organic atau bisa juga campuran pelarut organic-organik. (Djie, 2003) Alat yang penggunaannya berdasarkan prinsip kromatografi adsoprsi yaitu : a. Kromatografi Kolom Prinsip yang mendasari kromatografi kolom adsorpsi ialah bahwa komponen komponen dalam zat sampel yang harus diperiksa mempunyai afinitas yang berbeda-beda terhadap adsorben dalam kolom. Apabila kita mengalirkan cairan ( elutor ) secara kontinyu melalui kolom yang berisi zat sampel yang telah diadsorpsikan oleh fase diam, maka yang pertama tama dielusikan elutor ialah komponen yang paling lemah terikat kepada adsorben (fase diam). Komponen komponen lainnya akan dielusi menurut urutan afinitasnya terhadap adsorben,

sehingga terjadi pemisahan daripada komponen komponen tersebut (Underwood dkk, 2002). b. Kromatografi Gas Prinsip Kromatografi Gas adalah pemisahan solut-solut yang mudah menguap (stabil terhadap panas) yang akan bermigrasi melalui kolom yang mengandung fase diam dengan suatu kecepatan yang tergantung pada rasio distribusinya.Pada umumnya solute akan terelusi berdasarkan pada peningkatan titik didihnya,kecuali jika ada interaksi khusus antara solute dengan fase diam.Pemisahan yang berdasarkan pada mekanisme adsorpsi adalah yang digunakan fase diam berupa padatan atau kadang-kadang polimerik (Rohman dkk, 2010). c. Kromatografi Lempeng Tipis Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah teknik yang sangat umum digunakan dalam kimia sintetis untuk mengidentifikasi senyawa dan menentukan kemurniannya. Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu analisis kualitatif dari suatu sampel yang ingin dideteksi dengan prinsip kerjanya memisahkan komponenkomponen sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang digunakan.Teknik ini biasanya menggunakan fase diam berupa lapisan yang seragam pada bidang datar plat kaca, gelas atau aluminium dengan penjerap berupa silica atau serbuk selulosa (padatan) dan fase geraknya disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin dipisahkan, dapat dipilih dari pustaka. Larutan atau campuran larutan yang digunakan dinamakan eluen. Semakin dekat kepolaran antara sampel dengan eluen maka sampel akan semakin terbawa oleh fase gerak tersebut (Rohman dkk., 2010). Uji Organoleoptis Cara pemeriksaan dengan panca indera Meliputi bentuk, bau, rasa pada lidah dan tangan Jangan melalui pendengaran terhadap bentuk, ukuran, warna

bagian luar dan bagian dalam, retakan-retakan, gambaran susunan bahan berserat, bergumpal, dan lain-lain (Anonim, 1980). Bobot Jenis Bobot jenis suatu zat adalah hasil yang diperoleh dengan membagi bobot zat yang dengan bobot air, dalm piknometer. Kecuali dinyatakan lain dalam monografi, keduanya ditetapkan pada suhu 250C. Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, penetapan bobot jenis digunakan hanya untuk cairan, dan kecuali dinyatakan lain, didasarkan pada perbandingan bobot zat diudara pada suhu 250C terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Bila suhu ditetapkan dalam monografi, bobot jenis adalah perbandingan bobot zat di udara pada suhu yang sama. Bila pada suhu 250C zat berbentuk padat, tetapkan bobot jenis pada suhu yang telah tertera pada masing-masing monografi, dan mengacu pada air pada suhu 250C (Anonim, 1979). Penetapan susut pengeringan Susut pengeringan adalah kadar bagian yang menguap suatu zat. Kecuali dinyatakan lain, suhu penetapan adalah 1050C dan susut pengeringan ditetapkan sebagai berikut: Timbang seksama 1 gram sampai 2 gram zat dalam botol timbang dangkal bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu penetapan selama 30 menit dan telah ditara. Jika zat berupa hablur besar, sebelum ditimbang digerus dengan cepat hingga ukuran butiran lebih kurang 2mm. Ratakan zat dalam botol timbang dengan menggoyangkan botol, hingga merupakan lapisan setebal lebih kurang 5mm sampai 10mm, masukkan ke dalam ruang pengering, buka tutpnya, keringkan pada suhu penetapan hingga bobot tetap. Sebelum setiap penimbangan, biarkan botol dalam keadaan tertutup mendingin dalam eksikator hingga suhu kamar. Jika suhu lebur zat lebih rendah dari suhu penetapan, pengeringan dilakukan pada suhu antara 50 dan 100 di bawah suhu leburnya selama satu sampai dua jam kemudian pada suhu penetapan selama waktu yang ditentukan atau hingga bobot tetap (Anonim, 1980).

III. Alat dan Bahan A. Alat dan bahan Infundasi 1. Blender 2. Ayakan
3. Plastik 4. Label 5. Panci Infus 6. Alumunium Foil

Alat 7. Kompor 8. Kain Flanel 9. Kain Lap 10. Geas Ukur 11. Batang Pengaduk 12. Pengorengan

2. Air

Bahan

1. Simplisia tanaman Piper bettle

B. Alat dan Bahan Kontrol Kualitas Ekstrak Alat 10. Anak Timbang 11. Batang Pengaduk 12. Oven 13. Sudip 14. Kompor 15. Penggorengan 16. Lemari Asam 17. Beaker Glas
1. Piknometer 2. Timbangan Digital 3. Termometer 4. Wadah Es 5. Botol Timbang 6. Glass Obyak 7. Seperangkat alat uji kelengketan 8. Alat Penyemprot

9. Pipa Kapiler

Bahan

1. Ekstrak kental Piper bettle 2. Infusa Piper bettle

3. N-heksane 4. Etil asetat


5. Silika GF254

6. Lampu UV254 dan UV366


7. Reagen serium sulfat, liebermen burchad, FeCl3, amonia

8. Air 9. Es Batu / air Es IV. Cara Kerja a. Pembuatan serbuk simplia


Simplisia Piper bettle Ditimbang 20 gram

Dimasukkan
Blender

Dikeluarkan dan diayak


Ayakan

Dimasukkan
Plastik dan diberi label

b. Infundasi
Menyiapkan simplisia dengan derajat halus tertentu Ditimbang serbuk simplia sebanyak 20 gram

Dimasukkan
Aquades

ditambahkan

Panci A

Dimasukkan Ditambahkan Panci B


Panci B

Air Ledeng

Dipanaskan 15 menit dihitung mulai suhu dalam panci A 900 dan 0 Dipanaskan 15 menit dihitung mulai suhu dalam panci A 900 dan sesekali diaduk diaduk sesekali Infus diserkai saat dingin dengan kain Infus diserkai saat dingin dengan kain flanel flanel

Diperoleh
Filtrat cairan infus Diukur volume infus yang Diukur volume infus yang didapat didapat Ekstrak cair dipekatkan ad Ekstrak cair dipekatkan ad kental kental

Diuji
Kontrol Kontrol kualitas kualitas

c. Ekstraksi
Cairan infus Penggoreng Penggoreng an an

Dimasukkan

Dipanaskan ad mengental sambil Dipanaskan ad mengental sambil diaduk - aduk diaduk - aduk

Diperoleh
Ekstrak kental Ekstrak kental simplisia simplisia

KONTROL KUALITAS a. Uji Susut Pengeringan


Botol timbang

Dioven/dipanaskan
Oven pada suhu 1050 selama Oven pada suhu 1050 selama 30 menit 30 menit Botol dikeluarkan dan Botol dikeluarkan dan didinginkan didinginkan ditimbang ditimbang Ekstrak kental Ekstrak kental

Botol kosong Botol kosong

dimasukkan

2 g esktrak 2 g esktrak kental kental

Ditimbang Ditimbang Dioven pada suhu 1050 selama 15 Dioven pada suhu 1050 selama 15 menit menit Botol dikeluarkan dan Botol dikeluarkan dan didinginkan didinginkan Ditimbang Ditimbang

Dicatat beratnya Dicatat beratnya

Perlakuan diatas diulangi sampai Perlakuan diatas diulangi sampai bobot tetap bobot tetap

b. Uji Parameter Bobot Jenis


Piknometer Kosong Perlakuan diatas diulangi sebanyak 3x Cairan infus Cairan infus dikeluarkan dikeluarkan ditimban ditimban g g Diisi dengan cairan infus Diisi dengan cairan infus pada suhu kamar selama pada suhu kamar selama 5 menit 5 menit Cairan infus Cairan infus dikeluarkan dikeluarkan ditimbang Diganti dengan diisi Diganti dengan diisi cairan infus ad suhu cairan infus ad suhu 180C 180C 100 mg ekstrak 100 mg ekstrak kental kental Obyek glas

Ditimbang Diisi air diletakkan ad suhu Diisi air diletakkan ad suhu 180C 180C Ditimba Ditimba ng ng Air dikeluarkan Air dikeluarkan

Diisi air diletakkan pada suhu kamar selama 5 menit Ditimbang

Air dikeluarkan

c. Uji Kelengketan

Diletakkan Diberi

Beban 1 kg selama 5 Beban 1 kg selama 5 menit menit Dipisahkan Ditarik dengan sistem Ditarik dengan sistem katrol dengan berat ttt katrol dengan berat ttt dibantu penjepit dibantu penjepit Dicatat waktunya ad Dicatat waktunya ad terlepas terlepas Percobaan diatas dilakukan sebanyak 3x

d. Uji Kromatografi Lapis Tipis

Membuat garis dengan pensil Membuat garis pada kedua ujung dengan pensil Dilarutkan plat Megencerkan ekstrak Megencerkan ekstrak dengan pelarut yang dengansesuai yang pelarut

Ditotolkan

Plat Silika GF254 nnhekasane hekasane 1 ml 1 ml

Dimasukkan Ditambahkan
Bejana Bejana Pengembang Pengembang Tunggu hingga Tunggu samapai eluen naikhingga eluen naik ad 7 cm tanda batassamapai Diambil dan dikeringkan di oven selama Diambil dan dikeringkan di oven selama 5 menit 5 menit

Ditambahkan

Etil Etil asetat 3 asetat 3 ml ml

Diperiksa

Lampu UV254 dan Lampu UV254 dan UV366 UV366 Dengan serium Dengan serium (IV) sulfat (IV) sulfat Dengan cairan Dengan cairan deteksi deteksi Diamati dan Diamati dan dicatat dicatat

Disemprot

Dilanjutkan disemprot

V.

Hasil dan Pembahasan

A. Hasil Metode Ekstraksi

Metode Ekstraksi : 40 gram : 480 mL : 364 mL : Infundasi : 40 gram : air/aquades : 364 mL : Diuapkan dengan : 9 gram

Berat Sampel Volume cairan yang digunakan Volume infus yang diperoleh Metode ekstraksi yang digunakan Berat sampel yang digunakan Cairan penyari Volume sari yang diperoleh Cara penguapan penggorengan Berat ekstrak kental yang diperoleh

Volume cairan penyari yang digunakan : 480 mL

B. Pembahasan Metode Infundasi

Infundasi adalah proses penyarian untuk kandungan zat aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia dengan air ada suhu 900 selama 15 menit. Pada proses infundasi kali ini menggunakan simplisia kering Piper betle (daun sirih). Zat yang terkandung dalam daun ini adalah tanin, alkaloid, saponin, flavonoid, estragot, dll. Morfologi dari atau ciri dari simplisia Piper betle ini adalah bentuk padat, keriting, kering, hijau coklat agak tua, rasa pahit, bau khas, dan bagian yang digunaka dalam hal ini adalah daunnya yang berbentuk simplisia. Sebelum dilakukan proses perebusan, sampel simplisia diserbuk dahulu. Caranya simplisia dimasukkan ke dalam blender diserbuk hingga derajat halus tertentu kemudian diayak dengan pengayak sampai lolos semua partikel partikelnya jika belum lolos bisa kembali diserbuk dengan cara digerus dahulu di dalam mortir atau kembali dimasukkan ke dalam blender. Tujuan dilakukannya penyerbukan ini adalah untuk memperkecil ukuran partikel sehingga luas permukaan lebih besar dan zat aktif yang tersari lebih banyak karena kontak dengan

cairan penyari lebih besar. Kemudian serbuk simplisia ditimbang sebanyak 40 gram. Setelah dilakukan penyerbukan dan ditimbang pada proses penyarian dengan metode infundasi ini serbuk Piper bettle dimasukkan ke dalam panci A yaitu panci yang kecil ditambah dengan cairan penyari yaitu air. Digunakan pelarut air karena memang sesuai literatur yang ada bahwa metode infundasi ini dilakukan dengan menyari kandungan zat aktif yang larut dalam air. Selain itu air dipertimbangkan sebagai penyari karena murah dan mudah diperoleh, stabil, tidak mudah terbakar, tidak beracun, serta alamiah. Tetapi meskipun air memliki keunggulan sebagai penyari, air juga memiliki kelemahan diantaranya yaitu tidak selektif, sari dapat ditumbuhi kapang dan kuman sehinga cairan infusa cepat rusak dan untuk proses pengeringan dipela waktu yang lama. Dari beberpa kelemahan kelemahan air sebagai penyari tersebut maka sari yang diperoleh tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam sebab penyarian dengan metode infundasi menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang karena media yang digunakan adalah air yang sifatnya tidak selektif dan mudah ditumbuhi kuman. Air yang digunakan untuk melarutkan simplisia ini adalah harus dengan perbandingan 1 : 10 sesuai dengan literatur (Van Duin, 1990). Dan karena yang digunakan ini adalah simplisia kering maka masa air ditambah 2x bobot simplisia keringnya karena simplisia kering ini menyerap air , penambahan ini bertujuan untuk mengganti bobot air yang terserap oleh simplisia kering. Sehingga diperoleh berat cairan penyari atau airnya adalah 480 mL. Panci A dimasukkan ke dalam panci B yang diisi dengan air ledeng secukupnya terhitung suhu yang berada dalam panci A mencapai 900C. Pada percobaan kali ini tidak ada termometer maka caranya untuk mengetahui bahwa dalam panci A sudah mencapai suhu 900C yaitu dengan 2 cara. Yang pertama apabila panci A langsung dimasukkan ke dalam panci B maka otomatis setelah 10 menit suhu di dalam panci A adalah 900C. Yang kedua apabila air di dalam panci B didihkan dahulu baru panci A dimasukkan otomatis setelah 25 menit suhu di dalam panci A adalah 900C hal ini sesuai dengan literatur(Van Duin, 1990).

Tetapi pada praktikum kali ini kami memilih cara kedua dengan mendidihan air di dalam panci B terlebih dahulu. Setelah mencapai suhu 900C panci yang berisi larutan simplisia direndam dengan air dingin selama beberapa menit agar larutan didalamnya cepat dingin. Karena infusa ini diserkai saat dingin untuk menghindari penguapan yang berlebihan dimana infusa Piper bettle mengandung minyak atsiri yang tinggi. Setelah dingin diserkai melalui kain flanel dan didapatkan volume infus yang diperoleh yaitu 364 mL. Apabila volume infus belum memenuhi maka ditambahkan air mendidih melalui ampasnya dan kemudian diserkai lagi dengan kain flanel begitu seterusnya samapi volume yang dikehendaki. Setelah diperoleh cairan infus 364 mL, dilakukan penguapan pertama yaitu dengan cara diuapkan atau dipanaskan di atas penggorengan sambil sesekali diaduk. Penguapan pertama ini bertujuan untuk mengurangi kadar air yang tekandung dalam cairan infus. Sehinnga pada tahap kontrol kualitas. Kemudian cairan infus dipekatkan lagi atau dikentalkan lagi dengan cara diuapkan atau dipanaskan diatas penggorengan ad mengental sampai bentuknya ekstrak kental. Setelah mengental hasil yang d dapat ditimbang sehingga diperoleh berat ekstrak kental seberat 9 gram. Ekstrak kental ini digunakan untuk melakukan uji kontrol kualitas yang meliputi susut pengeringan, uj kelengketan, dan uji kromatografi lapis tipis. Parameter bobot jenisnya tidak digunakan ekstrak kental tetapi menggunakan ekstrak cair karena ekstrak kental yang di dapat tidak mencukupi untuk melakukan uji parameter bobot jenis. A. Hasil Kontrol Kualitas Ekstrak Persen rendemen yang dihasilkan : % = = = 22,5 % Susut Pengeringan x 100% x 100% diperoleh ekstrak cair yang digunakan untuk menghitung parameter bobot jenis sebagai kontrol kualitas yang akan dijelaskan

Susut Pengeringan = = 7% -

x 100%

Perhitungan Bobot Jenis ( ekstrak cair )


a. Pada Suhu 180C

mair
air

= 6,38 gram = 1 ml/gram = 7,01 gram = = = 6, 38 mL


infus

minfus vair

= = 1,1 gram/mL

b. Pada Suhu kamar selama 5 menit mair


Air

= 6,32 gram = 1 mL/gram = 6,96 gram = =

minfus vair

infus

= = 6,32 mL

= = 1,1 gram/mL

Organoleptis a. Bentuk b. Warna c. Bau d. Rasa e. Konsistensi : Massa kental atau ekstrak kental : Coklat tua kehitaman : Khas daun sirih : Pahit : Cairan kental

Uji kelengketan a. Pengujian I: 0,55 detik

b. Pengujian II c. Pengujian III

: 0,75 detk : 0,58 detik

Rata-rata waktu yang dibutuhkan = = = 0,63 detik Uji Kandungan Kimia dena KLT
a. Dengan dragendorff tidak terdapat kandungan organik.

b. Dengan serum 4 Sulfat tidak terdapat kandungan alkaloid. B. Pembahasan Kontrol Kualitas Setelah diperoleh hasil yang berupa ekstrak kental selanjutnya dilakukan uji kontrol kualitas ekstrak yang bertujuan untuk mengetahui mutu ekstrak yang dihasilkan. Cara yang digunakan untuk uji kontrol kualitas ekstrak yaitu ada beberapa pengujian diantanya : a. Menghitung Rendemen yang dihasilkan Caranya yaitu bobot hasil simplisia ektrak kental dibagi dengan bobot simplisia dikalikan dengan 100%. Dan diperoleh rendemen sebesar 22,5 %.

b. Uji Susut Pengeringan Pengujian ini dilakukan dengan tujuan untuk memberikan batas maksimal tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan. Pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada temperatur 1050C selama 30 menit atau samapai berat konstan, yang dinyatakan sebagai nilai persen. Dalam hal khusus (jika bahan tidak mengandung minyak menguap/atsiri dan sisa pelarut organik menguap) identik dengan kadar air, yaitu kandungan air karena berada di atmosfir/lingkungan udara terbuka. Cara pengujian ini adalah 1 gram ekstrak kental ditimbang dan dimasukkan ke dalam botol timbang bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu

1050C selama 30 menit dan ditara. Pemanasan botol timbang ini bertujuan untuk menstabilkan botol timbang agar dalam pengovenan beratnya konstan. Sebelum ditimbang ekstrak diratakan dalam botol timbang dengan menggoyangkan botol hingga merupakan lapisan setebal 5 10 mm jika yang diuji berupa ekstrak kental diratakan dengan bantuan pengaduk. Tujuan perataan ekstrak dalam botol timbang ini adalah supaya pengeringannya cepat dan merata ke semua ekstrak. Kemudian dimasukkan ke dalam oven dengan tutup yang dibuka keringkan pada suhu 1050C hingga bobotnya tetap. Pada percobaan kali ini dilakukan pengeringan sebanyak 5x dengan sekali pengeringan 15 menit. Hal ini dikarenakan ekstrak yang dikeringkan mengandung air sehingga untuk mencapai kering membutuhkan waktu yang cukup lama. Diperoleh hasil uji susut pengeringan ekstrak kental simplisia Piper bettle adalah 7%. c. Uji Parameter Bobot Jenis Bobot jenis adalah massa per satuan volume pada suhu kamar tertentu 250C yang ditentukan dengan alat khusus piknometer atau alat lainnya. Tujuaannya yaitu memberikan batasan tentang besarnaya massa per satuan volume yang merupakan parameter khusus ekstrak cair sampai kental yang masih bisa dituang dan memberikan gambaran kandungan kimia terlarut. Caranya yaitu menggunakan piknometer bersih, kering dan telah dikalibrasi dengan menetapkan bobot piknometer dan bobot air. Diatur hingga suhu ekstrak 180C lalu dimasukkan ke dalam piknometer dan ditimbang. Kurangkan botol piknometer kosong dari piknometer yang telah diisi. Bobot jenis ekstrak cair adalah hasil yang diperoleh dengan membagi bobot ekstrak dengan botol air, dalam piknometer pada suhu 180C. Selain itu juga dilakukan pengujian bobot jenis pada suhu kamar yang didiamkan selama 5 menit dengan cara yang sama seperti diatas. Tujuannya dilakukan pengujian pada 2 suhu yang berbeda adalah untuk mengetahui apakah suhu mempengaruhi bobot jenis atau tidak. Dari percobaan diatas didapatkan parameter bobot jenis ekstrak kental pada suhu 180C adalah 1,1

gram/mL dan pada suhu kamar selama 5 menit adalah 1,1 gram/mL. Dari hasil tersebut dapat dibuktikan bahwa suhu tidak berpengaruh pada bobot jenis. d. Uji Organoleptis Pada uji organoleptis ini adalah pendeskripsian secara organoleptis dari ekstrak yang telah diperoleh. Yaitu dihasilkan bentuk massa kental atau ekstrak kental berwarna coklat tua kehitaman , baunya khas daun sirih, rasanya dan berkonsistensi cairan kental. e. Uji Kelengketan Uji kelengketan merupakan uji untuk mengetahui konsistensi ekstrak seberapa kekentalannya. Semakin tidak lengket menandakan penyarinya masih tertinggal. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengtahui absorbsi bahan ekstrak terhadap suatu obat. Karena ekstrak ini nantinya akan dibuat sebagai bahan obat. Pada prinsipnya percobaan ini adalah adalah sistem katrol. Caranya yaitu meletakkan 0,1 gram ekstrak kental ke obyek glas kemudian ditutup dengan obyek glass yang lain lalu diberi beban 1kg selama 5 menit. Setelah itu dipisahkan dengan menarik sistem katrol dengan berat tertentu dengan bantuan penjepit, diamati dan dicata waktunya hingga kedua obyek glass terlepas. Sehingga diperoleh rata-rata dari uji kelengketan ini adalah 0,63 detik. Waktu yang dihasilkan dari uji kelengketan ini sangat cepat itu tandanya ekstrak yang dihasilkan kurang kental karena pada proses pemekatan tidak tersari sempurna dan cairan penyarinya masih terkandung dalam ekstrak kental. Juga disebabkan pemekatan dilakukan dengan dipanasakan di atas penggorengan sehingga zat aktifnya ikut menguap. pahit,

f. Uji Kandungan Kimia dengan Kromtografi Lapis Tipis (KLT) KLT merupakan metode analisa kuantitatif pendeteksi golongan beberapa senyawa kimia yang terkandung dalam suatu tanaman dengan menggunakan plat

silika GF254 dan pereaksi semprot srium (IV) sulfat dan pereaksi khusus. KLT ini terdiri dari fase diam dan fase gerak. Yang menjadi fase diamnya adalah plat silika GF 254 dan yang menjadi fase gerak adalah n-heksane dan etil asetat. Digunakan fase gerak tersebut adalah karena n-hekasane bersifat nonpolar dan etil asetat bersifat semipolar sehingga dapat melarutkan seyawa yang terkandung dalam tanaman baik yang bersifat polar maupaun non polar karena telah terdapat pelarut semi polar yaitu etil asetat. Tahapan dari uji ini yaitu ekstrak diambil 5mg dan dilarutkan pada pelarut yang sesuai kemudian ditotolkan pada plat silika GF254 yang telah digaris 1cm pada kedua ujung kemudian ditotolkan dengan pipa kapiler. Lalu dimasukkan ke dalam bejana pengembang yang berisi fase gerak yang sesuia yaitu n-heksane dan etil asetat. Plat dikembangkan pada bejana pengembang hingga jarak pengembangan 7 cm. Lalu dikeringkan di dalam oven selama 5 menit. Diperiksa dibawah lampu UV254 dan UV366 setelah itu disemprot dengan serium (IV) sulfat dan semprot dengan deteksi semprot spesifik. Hasilnya diamati dan dicatat. Pada percobaan KLT ini tidak menunjukkan hasil reaksi yang positif. Hal ini tidak sesuai literatur yang menunjukkan bahwa Piper bettle mengandung beberapa senyawa diantaranya yaitu tanin, alkaloid, saponin, flavonoid, estragot, dll. Hal ini dikarenakan cairan infus Piper betle sudah tercemar oleh bakteri, kapang, kuman, dan mikroba lainnya karena ekstrak ini disimpan lebih dar 24 jam yaitu selama 3 minggu lebih. Sehingga menyebabkan zat-zat aktif yang terkandung di dalamnya sudah rusak oleh bakteri dan menyebabkan reaksi yang negatif pada setiap pengujian kandungan senyawa kimia.
VI.

Kesimpulan larut dalam air dari bahan bahan nabati yaitu berupa sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia dengan air pada suhu 900C selama 15 menit

1. Infundasi adalah proses penyarian untuk menyari kandungan zat aktif yang

2. Dari percobaan diperoleh hasil rendemen ekstrak yaitu 22,5 %.

3. Pengujian susut pengeringan bertujuan untuk memberikan batas maksimal

tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan dan diperoleh hasil uji susut pengeringan ekstrak kental simplisia Piper bettle adalah 7%. 4. Uji parameter bobot jenis memberikan batasan tentang besarnaya massa per satuan volume yang merupakan parameter khusus ekstrak cair sampai kental yang masih bisa dituang dan memberikan gambaran kandungan kimia terlarut dengan diperoleh bobot jenis infus yaitu 1,1 gram/mL. 5. Pada uji organoleptis dihasilkan bentuk massa kental atau ekstrak kental berwarna coklat tua kehitaman , baunya khas daun sirih, rasanya dan berkonsistensi cairan kental.
6. Uji kelengketan ini bertujuan untuk mengetahui absorbsi bahan ekstrak

pahit,

terhadap suatu obat, dan diperlukan waktu 0,63 detik untuk kelengketannya. 7. Pada uji kandungan kimia dengan Kromatografi Lapis Tipis tidak menunjukkan adanya reaksi yang positif artinya tidak terdapat bercak yang menunjukkan kandungan senyawa kimia, karena ekstrak sudah tercemar oleh bakteri. VII. Daftar Pustaka

Anonim. 1986. Sediaan Galenik, 9-10. Direktorat Jenderal POM. Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta. Anonim. 1979. Farmakope Edisi III, 12. Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta. Ansel, H. C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan farmasi, 605 612. University Indonesia Press : Jakarta. Anonim, 1977, Farmakope Indonesia KesehatanRepublik Indonesia Edisi IV : Departemen

Anonim, 1980, Materia Medika Indonesia : Departemen Kesehatan Republik Indonesia Anonim, 1999. Sediaan Galenika, Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia Anonim, 1989. Ekstrak farmakope Indonesia, Materia Medika Indonesia, Jakarta: Departemen Kesehatan ReblublikIndonesia A.N.S., Thomas.1989.Tanaman Obat Tradisional 1.Yogyakarta: Kanisius Anonim, 1989. Farmakope Indonesia Edisi IV, Jakarta : DEpertemen KEsehatan Republik Indonesia Rohman A.,dan Gandjar, I.G.2010. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Rahmawati, Rita, 2001. Kuliah Pengantar Galenika, Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Mengetahui, Asisten Pembimbing

Surakarta,11 April 2012 Praktikan,

(KELOMPOK 6)

LAMPIRAN

You might also like