You are on page 1of 5

Ratih Dyah Puspitasari 09612003

SOLID STATE REACTION Reaksi Kimia Padat-Padat

Solid state reaksi atau reaksi padatan disebut juga reaksi media kering merupakan reaksi kimia yang tidak menggunakan pelarut. Dalam reaksi normal reaktan ditempatkan dalam pelarut sebelum reaksi berlangsung , dan bereaksi membentuk suatu zat baru, setelah reaksi selesai maka produk akan dipisahkan dari pelarut. Pada reaksi solid-state tanpa menggunakan pelarut labih ramah lingkungan karena tidak ada limbah pelarut dalam pembentukan produk. Sumber : http://www.wisegeek.com/what-is-a-solid-state-reaction.htm Metode Reaksi kimia padat adalah cara yang dilakukan dengan mereaksikan padatan dengan padatan tertentu pada suhu tinggi. Metode ini merupakan metode yang paling banyak digunakan untuk sintesis bahan anorganik dengan mengikuti rute yang hampir universal, yakni melibatkan pemanasan berbagai komponen pada temperatur tinggi selama periode yang relatif lama. Reaksi ini melibatkan pemanasan campuran dua atau lebih padatan untuk membentuk produk yang juga berupa padatan. Tidak seperti pada fasa cairan atau gas, faktor pembatas dalam reaksi kimia padat biasanya adalah difusi (Ismunandar, 2006). Laju reaksi pada metode ini ditentukan oleh tiga faktor yang dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Intensitas kontak padatan pereaksi Untuk memaksimalkan reaksi harus digunakan pereaksi yang memiliki luas permukaan besar. Selain itu, memaksimalkan intensitas kontak dapat dilakukan dengan membuat pelet dari campuran berbagai reaksi. 2. Laju difusi Untuk meningkatkan laju difusi dapat dilakukan dengan menaikkan temperatur reaksi dan memasukkan defek. Defek dapat dimasukkan dengan memulai reaksi dengan reagen yang terdekomposisi dulu sebelum atau selama bereaksi, misalnya nitrat atau karbonat. 3. Laju nukleasi fasa produk Untuk meningkatkan laju nukleasi produk dapat digunakan reaktan yang memiliki struktur kristal mirip dengan struktur kristal produk. Bahan anorganik yang penting dan sedang menjadi topik penelitian saat ini adalah jenis oksida yang rumit, yakni bahan yang mengandung lebih dari satu logam selain oksigen. Senyawa ini mencakup fasa terner, seperti CuRh2O4, dan oksida kuartener,

misalnya YBa2Cu3O7-x. Dalam kasus seperti ini, sintesis langsung pada temperatur tinggi dari komponen-komponen oksidanya sering menghasilkan oksida rumit yang diinginkan. Dalam sintesis CaTiO3, CaCO3, dan TiO2 dicampur dengan perbandingan

stoikiometrik yang cocok (perbandingan molar 1 : 1) dan digerus dengan mortar dan pastel. Penimbangan yang akurat merupakan langkah yang sangat kritis, sebab sekali produk terbentuk, pemurnian sering merupakan hal yang hampir tidak mungkin. Oleh karena itu, perbandingan stoikiometri yang tepat sangat penting. Selanjutnya, pengepresan campuran menjadi pelet, memasukkan pelet tersebut ke dalam krus, dan menempatkannya dalam tungku pada suhu yang tinggi, misalnya 900 oC. Langkah-langkah detail dalam sintesis kimia padatan sebagi berikut (Ismunandar, 2006): 1. Memilih pereaksi yang tepat dengan ciri-ciri: a) Serbuk yang berbutir kecil untuk memaksimalkan luas permukaan. b) Reaktif untuk mempercepat reaksi. c) Komposisi terdefenisi baik. 2. Menimbang pereaksi dengan cara analitik. 3. Mencampurkan berbagai pereaksi dengan menggunakan a) Agate mortar dan pastel b) Dengan Ball Mill 4. Mengubah campuran reaksi menjadi pelet dengan maksud: a) Meningkatkan kontak antarpartikel b) Meminimalkan kontak dengan krusibelnya 5. Memilih wadah reaksi, dalam memilih wadah reaksi, perlu dipertimbangkan faktor kereaktifan, kekuatan, harga dan kerapuhan wadah, misalnya Al2O3 dengan temperatur maksimal 1950 oC, ZrO2/Y2O3 dengan temperatur maksimal 2000 oC, Pt dengan temperatur maksimal 1770 oC, Au dengan temperatur maksimal 1063 oC, Ag dengan temperatur maksimal 960 oC dan Ir dengan temperatur maksimal 2450 oC 6. Memanaskan campuran yang telah terbentuk, untuk mencegah terjadinya penguapan dan kemungkinan penghamburan pereaksi dari wadah reaksi, dapat dilakukan dengan memanaskan campuran pada temperatur yang lebih rendah pada saat reaksi dimulai. Untuk mensintesis suatu oksida diperlukan pengoksidasi dengan menggunakan udara (O2) atau pada temperatur rendah. Sementara itu, untuk mereduksi suatu zat diperlukan pereduksi dengan menggunakan gas hidrogen(H2) dan Argon (Ar) atau pada temperatur tinggi. Untuk

menghasilkan nitrida dapat digunakan NH3atau gas-gas inert, seperti N2 dan Ar, dan untuk menghasilkan sulfida dapat digunakan H2S dalam tabung tertutup. 7. Menggerus dan menganalisis dengan difraksi sinar-X serbuk. Tahap ini merupakan tahap untuk mengecek apakah produk telah terbentuk dan reaksi telah selesai atau belum.

8. Bila reaksi belum lengkap, kembali ke langkah 4 dan diulangi lagi.

METODA REAKSI PADAT-PADAT a. Metoda keramik (Shake and Bake)

dasarnya reaksi ini tidak melibatkan dekomposisi bahan. Laju reaksi padatan dipengaruhi oleh:

ion-ion pada pembentukan produ

Pembentukan produk melalui nukleasi pada antarmuka pereaksi.

mbat

Luas permukaan suatu padatan dapat ditingkatkan dengan memperkecil ukuran partikel melalui proses penggerusan dalam ball mill Luas permukaan ditingkatkan melalui crushing atau milling

permukaan 6000 cm2

Contoh reaksi padatan

CaCO3(s) CaO(s) + CO2(g)

YBa2Cu3O5(s) + O2(g) YBa2Cu3O7(s)

MnO2(s) + CO(g) MnO(s) + CO2(g)

BaO(s) + TiO2(s) BaTiO3(g)

Metode Formation of Perovskite Kestabilan perovskite dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu termodinamika dan kinetika. Secara termodinamika ada 2 hal yang mempengaruhi kestabilan perovskite yaitu elektronegativitas dan Goldsmith. Struktur perovskite adalah susunan kristal ion secara alami dan akan stabil bila ada ikatan kuat diantara ion-ion danbila jari-jari ion pembentuk tersebut pada daerah yang sesuai (TR. Shrout and A.Halliyal) Contoh metode Perovskite : Sintesis barium titanite Reaksi pembentukan BaTiO3 BaCO3(s) + TiO2(s) BaTiO3(s) + CO2(g) (M.Valdivieso and M.Soustell: Chem. Eng. Sci., 1996, 51, 2535.)

Fig.1 SEM micrographs showing intermediate stages of the reaction between as received BaCO3 and TiO2: (a) starting TiO2 and BaCO3 equi-molar mixture just after milling, (b) powder calcined at 800C. Consumption of rod like BaCO3 and increase in smaller TiO2 particle size is clearly visible, (c) powder calcined at 9000C and difficult to distinguish between BaCO3, TiO2 and BaTiO3 particles, (d) single phase BaTiO3 particles calcined at 1300 0C. (J. Mater. Sci. Technol., Vol.23 No.5, 2007)

Metode spinel intesis Pewarna Keramik melalui Metode Spinel dari Campuran Oksida MgO-Fe2O3 dengan cara dicampurkan oksida MgO oksida Fe2O3. Campuran oksida dengan perbandingan tertentu digeruslalu dikalsinasi dalam tungku pembakaran pada suhu 12000C selama 24 jam. Selanjutnya 1 gramcampuran oksida hasil pembakaran dicampur dengan glasir transparan sebesar 7 dan 10 gram. Hasilcampurannya kemudian diaplikasikan pada body dan dikalsinasi pada suhu 1200 C selama 24 jam. Oksida Fe2O3 merupakan oksida transisi yang dapat menimbulkan warna didalam pembentukanoksida spinel Mg Fe2O4 . Spinel Mg Fe2O4 dapat diperoleh pada saat perbandingan berat oksida yangd ipergunakan adalah MgO: Fe2O3 (1:4gram), yakni pada saat perbandinganmol MgO dan Fe2O3 sama. Proses pembentukan oksida spinel ditunjukkan pada persamaan reaksi : KxOy+ LmOn K xLmOy+n, (Ismunandar, 2006). Dengan cara yang sama, reaksi pembentukan spinel Mg Fe2O4 adalah: MgO + Fe2O3 Mg Fe2O4 (Ismunandar. 2006. Padatan Oksida Logam, Struktur, Sintesis dan Sifat-sifatnya. Bandung: InstitutTeknologi Bandung)

You might also like