You are on page 1of 18

RADIOAKTIVITAS

OLEH : Komang Suardika (0913021034)

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2011

1. Pengertian dan Penemuan Radioaktivitas

Radioaktivitas merupakan suatu fenomena dimana suatu bahan mampu memancarkan radiasi. Unsur radioaktif merupakan suatu unsur atau bahan yang mampu memancarkan radiasi dan tidak dipengaruhi oleh perubahan fisika dan kimia. Adapun perubahan fisika seperti perubahan tekanan, temperature dan volume maupun bentuk unsur tersebut sedangkan perubahan kimia seperti perubahan susunan molekul-molekul atomnya. Adapun ciri-ciri radiasi yaitu: (1) memiliki daya tembus kuat, (2) dapat mengionisasi, dan (3) menunjukkan gejala apabila dilewatkan pada medan magnet dan listrik. 2. Jenis-jenis Sinar Radioaktif Dari hasil penelitian diperoleh ciri-ciri sinar radioaktif yaitu sebagai berikut. a.Daya tembus sangat kuat b.Dapat mengionisasi gas-gas yang berbeda c.Kelakuan atau sifat di bawah pengaruh medan magnet dan medan listrik Sebuah percobaan sederhana dilakukan oleh Curie untuk mengecek keberadaan tiga jenis sinar radiasi yang dipancarkan oleh bahan radioaktif seperti ditunjukkan pada gambar (1).
(1)

komponen sinar yang dibelokkan ke kanan adalah bermuatan positif merupakan partikel , komponen sinar yang dibelokkan ke kiri adalah bermuatan negatif merupakan partikel , dan komponen sinar yang tidak dibelokkan adalah tidak bermuatan merupakan partikel .
Plat foto

(2)

(3)


B (medan magnetik keluar bidang)

Kotak timbal

2
Radium

Gambar (1)

Adapun sifat-sifat ketiga sinar radioaktif tersebut adalah sebagai berikut.


a. Partikel alfa (), adapun sifat-sifat partikel alfa adalah sebagai berikut.

Daya tembus lemah yaitu hanya bisa menembus selembar kertas. Daya ionisasi tinggi Mengalami pembelokkan pada medan listrik dan medan magnet. Rasio muatan per massanya (e/m) dua kali e/m muatan hidrogen. e/m partikel alfa : 4823 emu/gm e/m partikel hidrogen : 9650 emu/gm e/m diperoleh dari hasil ekperimen dengan metode defleksi ion positif oleh medan magnet dan medan listrik (metode untuk menentukan besar e/m) Mampu menyebabkan memendarnya/berpijarnya suatu bahan, karena adanya tumbukan partikel alfa terhadap layar flourensi. Kecepatan partikel alfa antara 1,4 x 109 cm/sec sampai 2,2 x 109 cm/sec.

b. Partikel Betha ()

Daya tembusnya 100 kali lebih kuat dari partikel Daya ionisasinya lebih kecil dari partikel Mengalami pembelokan oleh medan magnetik dan medan listrik yang

mana besar sudut belok untuk partikel lebih besar dari partikel sebab massa partikel lebih kecil dari partikel .

Rasio muatan permassanya adalah (e/m) sebanding dengan 1,77 x 107 Memiliki kemampuan atau daya memendarkan atau memijarkan suatu

amu/gm. bahan yang sangat bagus dan warnanya tergantung dari bahan flourensasinya.

Partikel memiliki kecepatan sebesar 0,99 c. Daya tembusnya paling besar yaitu sebesar 100 kali partikel Memiliki daya ionisasi sangat lemah Tidak dapat dibelokkan oleh medan listrik dan medan magnet sebab Sinar merupakan gelombang elektromagnetik yang memiliki panjang

c. Partikel Gamma ()

partikel tidak bermuatan. gelombang antara 1,7 x 10-10 cm sampai 4,1 x 10-8 cm.
3

Kecepatan sinar gamma () sama dengan kecepatan cahaya sehingga

energinya paling besar. papan Daya tembus sinar alfa, beta dan gamma pada bahan Dalam bentuk tabel perbedaan ketiga sinar radioaktif tersebut dapat disajikan sebagai berikut. Tabel 1. Sifat-sifat sinar , , dan
Jenis Sinar Identik dengan inti Helium Muatan Kelajuan sampai dengan Diserap oleh selembar kertas Dalam medan magnetik dan listrik dibelokkan

aluminium

timbal

+ 2e

1 c 10 9 c 10
c

Sinar

Elektron kecepatan tinggi Radiasi elektromagnetik frekuensi tinggi

-1e

selembar aluminium setebal 3 mm selembar timbal setebal 3 cm

dibelokkan kuat

dengan

Sinar

tidak dibelokkan

3. Peluruhan Radioaktif Peluruhan radioaktif. adalah suatu proses dimana inti mengemisikan atau memancarkan partikel dan , sinar dan partikel lainnya atau suatu proses dimana inti menangkap elektron dari kulit terluarnya disebut peluruhan radioaktif. Dalam satu gram zat radioaktif terdapat miliaran atom radioaktif. Atom-atom tersebut akan memancarkan sinar radioaktif (, , atau ) untuk menjadi inti stabil maupun inti yang baru yang belum stabil. 1. Hukum Peluruhan Radioaktif Laju peluruhan radioaktif dalam suatu bahan radioaktif disebut aktivitas (dilambangkan dengan huruf A). Aktivitas hanya ditentukan oleh banyaknya inti yang meluruh per sekon. Jika peluang tiap inti untuk meluruh disebut tetapan peluruhan (Lambang ), maka aktivitas bahan bergantung pada
4

banyaknya inti radioaktif alam bahan (N) dan tetapan peluruhan (). Secara matematis dapat ditulis menjadi: A = N ............................................................................................... (1) Tetapan peluruhan memiliki harga berbeda untuk inti yang berbeda tetapi konstan terhadap waktu. Aktivitas A didefinisikan sebagai laju peluruhan sejumlah inti radioaktif terhadap waktu. Makin banyak inti yang meluruh per satuan waktu, makin besar A. Sehingga dapat dinyatakan bahwa: A= dN .......................................................................................... ( 2 ) dt

tanda negatif menyatakan bahwa N berkurang terhadap bertambahnya waktu. Berdasarkan persamaan (1) dan (2) didapatkan: A= dN = N dt

dN = N dt dN = dt N

( 3)

persamaan (3) dapat diintegralkan secara langsung dalam bentuk integral tentu dengan batas N dari No N dan t dari 0 t, maka didapatkan: dN N = dt No 0
o

[ ln N ] N N
ln

ln N ln N o = ( t 0 ) N = t No

= [ t ] 0
t

N = e t No

( 4)

t Sehingga hukum peluruhan radioaktif dapat dirumuskan N = N o e ..(5)

dengan: No = banyak inti radioaktif awal atau saat t = 0


5

N = banyaknya inti radioaktif setelah selang waktu t e = bilangan natural = 2, 718...... = tetapan peluruhan (s-1) Persamaan (5) menyatakan bahwa banyaknya inti induk berkurang secara eksponensial terhadap waktu, yang mana persamaan tersebut disebut hukum peluruhan radioaktif.
2.

Waktu Paro Waktu paro dari suatu unsur radioaktif adalah selang waktu yang

dibutuhkan agar aktivitas radiasi berkurang setengah dari aktivitas semula, (dilambangkan t). Hubungan antara konstan peluruhan dan umur paro t1 / 2 dapat ditentukan dengan mudah. Dan untuk waktu-paro akan berlaku, yaitu apabila t = t1 / 2, dan aktivitas N telah menurun menjadi N0. jadi, Pada saat t = t maka N = N0 sehingga berdasarkan persamaan (5) diperoleh:
1 2 t 1 N0 =e 2 No

N = N o e t N = e t No

1 t 1 2 =e 2 ln 2 = t 12 t 12 = ln 2

ln 2 1 = t 12

Oleh karena nilai ln 2 = 0,693 maka didapatkan: nilai waktu paro adalah t 12 = 0,693

Karena t1 / 2 adalah waktu, maka adalah peluang per satuan waktu (det-1). Selain kita dapat menghitung waktu paro dari suatu unsur radioaktif, dapat juga ditentukan waktu hidup rata-rata (disimbolkan ) suatu unsur radioaktif. Waktu hidup rata-rata dari suatu unsur radioaktif dapat ditentukan dengan menjumlahkan waktu hidup total inti dibagi dengan jumlah total inti. Bila inti dN1 memiliki waktu hidup t1, dN2 memiliki waktu hidup t2, dN3 memiliki waktu hidup t3, demikian seterusnya maka waktu hidup rata-ratanya adalah:

t1 dN 1 + t 2 dN 2 + t 3 dN 3 + ..... dN 1 + dN 2 + dN 3 + .....

( 6)

Bila persamaan (6) ditulis kembali dalam bentuk integral maka diperoleh:
N0

t dN
0 No

N0

t dN
0

dN
0

No

( 7)

dengan N 0 = dN 1 + dN 2 + dN 3 + ..... Substitusikan persamaan (5) ke persamaan (7) maka diperoleh:


N0

t dN
0

N0

No
0

t ( N t )
0

No

t N o e t dt

No

= t e t dt =
0

Sehingga dieroleh =

1 (8)

Berdasarkan persamaan (8) maka dapat dinyatakan bahwa besarnya waktu hidup rata-rata suatu unsur radioaktif berbanding terbalik dengan nilai tetapan peluruhannya. 3. Satuan Radioaktivitas Dalam satuan Internasional satuan aktivitas radiasi dinyatakan dalam becquerel (disingkat Bq), sesuai dengan nama penemu radioaktivitas untuk pertama kalinya, dimana: 1 Bq = 1 peluruhan s

Satuan yang paling sering digunakan oleh alat pengukur aktivitas radiasi adalah curie (disingkat Ci). Satu curie didefinisikan sebagai banyaknya peluruhan yang dilakukan oleh satu gram radium alam waktu satu sekon.
7

Berdasarkan hasil percobaan didapatkan waktu paro radium 1620 tahun sehingga tetapan peluruhannya adalah:

radium =

0,693 =13,8 x 10 12 s 1 3 1,62 x 10 tahun

Massa radium adalah 226 amu dan terdapat 6,02 x 1023 atom di dalam satu gram atom radium, Sehingga satu gram radium mengandung: 6,02 x 10 23 = 2,66 x 10 21 atom 226 Oleh karena itu, peluruhan rata-ratanya aalah: dN dt = N = 13,8 x 10 12 2,66 x 10 21

)(

N 3,7 x 1010 peluruhan s


Dengan menggunakan nilai t untuk bahan radium yang diberikan oleh berbagai ilmuwan maka diperoleh nilai peluruhan tiap sekonnya bervariasi ari 3,4 x 1010 sampai 3,7 x 1010 peluruhan dalam satu sekon, tetapi untuk satu curie diambil 3,7 x 1010 peluruhan s , sehingga di dapat hubungan: 1 Ci = 3,7 x 1010 peluruhan s = 3,7 x 1010 Bq

Satu curie merupakan satuan aktivitas yang cukup besa, sehingga di dalam prakteknya sering igunakan satuan milicurie (mCi) dan mikrocurie (Ci) yang mana penyetaraannya adalah sebagai berikut. 1 mCi = 10 3 Ci 1 Ci = 10 6 Ci Karena masih adanya kebingungan untuk mendefinisikan satu curie maka American National Bureau of Standards menetapkan satuan baru untuk

aktivitas radiasi yaitu rutherford (disingkat rd). satu rutherford didefinisikan sama dengan 106 peluruhan s , adapun penyetaraannya adalah sebagai berikut. 1 mrd = 10 3 peluruhan 1 rd = 1 peluruhan 4. Peluruhan Radioaktif Berurutan Peluruhan radioaktif berurutan dapat menghasilkan inti anak yang sama dengan unsur radioaktif alami maupun buatan. Peluruhan radioaktif berurutan dapat diibaratkan sebagai berikut: suatu inti induk dari unsur radioaktif meluruh menghasilkan inti anak kemudian inti anak tersebut meluruh lagi menghasilkan inti cucunya dan begitu seterusnya berlangsung hingga dihasilkan inti anak yang stabil maupun belum stabil tergantung dari proses peluruhan yang dialaminya. Namun yang menjadi permasalahan adalah bagaimana dengan jumlah atom pada masing-masing inti selama proses peluruhan berlangsung. Adapun untuk mencapai solusinya dapat dilakukan melalui perhitungan berikut ini. Contoh skema peluruhan:
1 2

menyatakan peluang kejadian per satuan waktu.

N1

N2

N3 (stabil)

Atau diagram di atas apat digambar sebagai berikut.

N1 1 N2 2

Berdasarkan persamaan (2) dinyatakan bahwa: N (stabil)


3

Gambar (2) 9

dN = dt N

dN = dN dt

Dengan: dN menyatakan jumlah atom yang meluruh dalam waktu yang sangat singkat (dt) sedangkan dN merupakan laju peluruhan inti. dt

Dari diagram yang ditunjukkan pada gambar (2), dapat dibuatkan persamaan peluruhannya yaitu sebagai berikut. Untuk peluruhan berurutan: Jika pada t = 0 N1 = N10 dan N2 = N3 = 0 maka N1 bisa dicari:

dN 1 = 1 dt N1

ln N 1 = t + ln C Syarat t = 0, N1 =N10: ln N10 = 0 + ln C C = N1 Sehingga: ln N 1 = t + ln N 10 ln N 1 ln N 10 = t N ln 1 N 10 = t

N 1 = N 10 e 1t ...................................................................................(9)
1t Jumlah inti induk yang meluruh: N 10 N 1 = N 10 1 e

Jumlah N2 pada saat t adalah sebagai berikut: dN 2 = 1 N 1 2 N 2 dt

10

dN 2 + 2 N 2 = 1 N 1 dt dN 2 + 2 N 2 = 1 N 10 e 1t dt .................................................................(10)
2 t Kalikan persamaan (10) dengan e , diperoleh:

e 2 t atau

dN 2 + 2 N 2 e 2t = 1 N 10 e 1t .e 2t dt

d N 2 e 2t = 1 N 10 e ( 2 1 ) t dt ...............................................................(11) Integralkan persamaan (11), diperoleh: N 2 e 2 t =

1 N 10 e ( 2 1 ) t + C 2 1 ......................................................(12)

2t Dimana C adalah konstanta integrasi, dengan mengalikan e menghasilkan persamaan:

N 2( t ) =

1 N 10 e 1t + C.e 2t 2 1 ......................................................(13)

Nilai dari konstanta integrasi ditentukan dengan cacatan bahwa, apabila t = 0 dan N2 = N20 = 0, sehingga diperoleh: C=

1 N 10 2 1

2 t Substitusi nilai C ke persamaan (12), dan membagi kedua sisi dengan e , diperoleh:

N2 =

1 N 10 ( e 1t e 2t ) 2 1 .........................................................(14)

Dengan cara yang sama, dengan kondisi N3 = N30 = 0 pada t = 0, diperoleh: 1 2 2 t N 3 = N 10 1 + e 1t e 2 1 2 1 .......................................(15)
11

Karena persamaan (9), (12), dan (15) secara lengkap menguraikan jumlah atom pada keadaan t. Penyamaan dapat dilakukan untuk keadaan khusus di mana N1 = N10, dan N20 = N30 = 0, pada t = 0. Persamaannya menjadi: N 1 = N 10 e 1t .................................................................................(16.a) N2 =

1 N 10 ( e 1t e 2t ) + N 20 e 2t 2 1 ...............................................(16.b)

1 2 N 3 = N 30 + N 20 1 e 2t + N 10 1 + e 2 t e 1t 2 1 2 1 ...........(16c)

4. Keseimbangan Radioaktivitas Pada keseimbangan radioaktif, akan diterapkan peluruhan berurutan untuk beberapa kasus khusus. Ada dua kasus yang penting yaitu (a) dimana 1 2 dan (b) dimana 1 2 . Untuk kasus yang pertama disebut dengan keseimbangan transien dan yang kedua disebut dengan keseimbangan sekuler atau permanen. a. Keseimbangan Transien Keseimbangan transien tercapai apabila inti induk meluruh dengan konstanta peluruhan mendekati konstanta peluruhan inti anak. Jika 1 2 maka umur rata-rata inti induk besarnya pada orde yang sama ( 1 2 ). Kondisi inti anak dapat dilihat dari dua sisi setelah mencapai nilai N2 maksimal yaitu sebagai berikut. 1. 1 2 Ketika inti induk memiliki konstanta peluruhan lebih kecil dari konstanta peluruhan inti anak, dimulai dari persamaan (14) yaitu: N2 =

1 N 10 ( e 1t e 2t ) .....................................................(14) 2 1

Persamaan jumlah inti anak pada keadaan t akan mencapai maksimum. Untuk mencapai maksimum diferensialkan persamaan (14) dan samakan dengan nol, persamaan menjadi: dN 2 1 =0= N 10 1e 1t m + 2 e 2t dt 2 1

)
12

tm =

1 log 2 ......................................................................(17) 2 1 1

Jika 1 2 maka 1 > 2, hal ini menandakan bahwa e 2t pada persamaan (14) akan mendekati nol lebih cepat dari e 1t dan diabaikan. Maka diperoleh: N2 =

1 ( N10 e 1t ) 2 1 ....................................................................(18a) 1 ( N1 ) ............................................................................(18b) 2 1

N2 1 = ..............................................................................(19) N 1 2 1 Rasio aktivitas konstan inti anak dengan inti induk dinyatakan sebagai berikut. dN 2 / dt 2 N 2 2 = = .................................................(20) dN 1 / dt 1 N 1 2 1 Berdasarkan persamaan (18a) menyatakan bahwa peluruhan inti anak bergantung juga dengan nilai konstanta peluruhan inti induk ( 1 ) . Sedangkan persamaan (19) menyatakan bahwa perbandingan N 2 N 1 adalah konstan. Sedangkan persamaan (20) menyatakan aktivitas inti anak lebih besar daripada aktivitas inti induknya dengan adanya faktor

1 . Pada kasus seperti ini, 2 1

inti induk dan inti anaknya dikatakan mengalami keseimbangan transien. 2. 2 1 Jika 1 2 , maka 1 lebih cepat mencapai nol sehingga e 1t menjadi hilang. Persamaan (13) menjadi: N2 =

1 N 10 e 2t .........................................................(21) 2 1

Keseimbangan Sekuler/Permanen
13

Keseimbangan permanen akan terjadi jika inti induk meluruh dengan konstanta peluruhan yang jauh lebih kecil dibandingkan konstanta peluruhan inti anak. jika 1 2 , berarti semakin kecil konstanta peluruhannya maka semakin lama meluruh atau sebaliknya. Dari persamaan (14): N2 =

1 N 10 ( e 1t e 2t ) .....................................................(14) 2 1 1 N 10 (1 e 2t ) .................................................................(22) 2

Direduksi menjadi: N2 =

karena 2 1 2 dan e 1t 1. Lagipula, jika t sangat besar dibandingkan waktu paruh inti anak (t >> 1/2), maka e 2t menjadi sangat kecil dari 1, dan persamaan (22) direduksi menjadi: N2 = 1 2 N 10 ............................................................................(23)

Sehingga N10 cenderung mendekati N1 (N10 = N1) sehingga: N 2 = 1 N1 2

2 N 2 = 1 N 1 .............................................................................(24.a)
N 2 1 = ...................................................................................(24.b) N1 2 Contoh kesetimbangan radiokativitas:
1 . 0 N o m o r R e l a ti f, N Slow recovery 0 Waktu dalam unit satuan 1 2 3 4 5 6 7 peluruhan lambat Kesetimbangan Sekular Net recovery recovery peluruhan 0 . 5

5. Deret Radioaktivitas Alami


14

Kebanyakan unsur radioaktif yang didapatkan di dalam alam merupakan anggota dari empat deret radioaktif, masing-masing deret terdiri dari urutan produk inti anak yang semuanya dapat diturunkan dari inti-induk tunggal. Dalam proses peluruhan radioaktif, nomor massa A inti induk akan berubah dengan 4 satuan (peluruhan ) atau A tidak berubah (peluruhan ). Karena itu harga nomor massa A dari isotop-isotop anggota suatu pelurhan berantai berbeda dengan kelipatan 4. Dengan demikian dapat diharapkan ada empat deret radioaktif yang mungkin dengan nomor massa A, semua isotop-isotop radioaktif dari Z=81 sampai Z=92 yang terjadi secara alamiah, yang diklasifikasikan ke dalam empat jenis deret yaitu sebagai berikut. A = 4n A = 4n+1 A = 4n+2 A = 4n+3 Deret Thorium Deret Neptunium Deret Uranium Deret Aktinium

Dengan n adalah bilangan bulat. Deret di atas menyatakan penggolongan inti anak dari inti induk ke dalam deret-deret radioaktif berdasarkan pengurangan nomor massa setelah peluruhan berangsung. Masing-masing deret radioaktf diberi nama sesuai dengan inti induknya. Keempat deret radioaktif ini dirangkum pada tabel (2). Tabel 2. Empat Deret Radioaktif
Waktu Paro (tahun) 4,47 x 109 7,04 x 108 1,41 x 1010 2,14 x 106 Rumus Deret 4n+2 4n+3 4n 4n+1 Inti stabil Akhir
206 82 207 82 208 82 209 83

Deret

Inti Induk

Uranium Aktinium Thorium Neptunium

238 92 235 92 232 90 237 93

U U

Pb Pb Pb Bi

Th

Np

Catatan: Ketiga deret pertama yang terjadi secara alamiah berakhir pada inti stabil timbal (Pb).

15

Delapan isotop pertama yang merupakan anggota dari deret uranium disajikan dalam tabel (3). Tabel 3. Delapan Isotop Pertama Anggota dari Deret Uranium
Unsur Uranium Thorium Protactinium Uranium Thorium Radium Radon Polonium Nuklida
238 92 234 90 234 91

Waktu Paro 4,77 x 109 tahun 24,1 hari 6,75 jam 2,47 x 105 tahun 8,0 x 104 tahun 1.620 tahun 3,82 hari 3,05 menit

Radiasi , , , , , ,

Energi atau dalam MeV 4,2 0,19 2,3 4,77 4,68 4,78 5,49 6,0

Th Pa U

234 92 230 90 226 88 222 86 218 84

Th Ra Rn Po

Kecuali deret Neptunium, ketiga deret lainnya mengikuti empat kaedah umum yaitu: a. Semua unsur radioaktif dari ketiga deret tersebut memiliki waktu paro sangat lama sebagai contohnya:

90 92 92

Th232 U238 U235

t1/2 = 1,39 x 1010 tahun t1/2 = 4,5 x 109 tahun t1/2 = 7,15 x 108 tahun

b. Ketiga deret tersebut yang terjadi secara alamiah berakhir pada inti

akhir stabil timbal yaitu Aktinium) dan


208 82

206 82

Pb (deret Uranium),

207 82

Pb (deret

Pb (deret Thorium).

16

c. Masing-masing berupa gas pada Z = 86. Adapun nama unsur-

unsurnya Thoron (

220 86

Rn ) untuk deret Thorium, Radon ( 222 Rn ) 86


219 86

untuk deret Uranium, dan Aktinon (

Rn ) untuk deret Aktinium.

d. Dalam semua deret, sebuah isotop c mengalami peluruhan berantai

berbentuk segiempat dengan memancarkan partikel dan , dan menghasilkan dua buah inti anak dengan memancarkan partikel yang berbeda dimana inti anak meluruh lagi menghasilkan inti anak yang sama dengan memancarkan partikel yang berbeda pula.

17

18

You might also like