You are on page 1of 65

14

BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Tentang Kepemimpinan
1. Pengertian Kepemimpinan
Banyak pendapat yang dikemukakan oleh para ahli mengenai konsep
dasar atau pengertian kepemimpinan, dan semua itu tergantung dari sudut
mana mereka memandangnya. Menurut Marno, M.Ag. & Triyo Supriyanto,
S.Pd., M.Ag, tentang arti kepemimpinan (leadership), yaitu dapat juga berarti
to influence (mempengaruhi). Jadi leadership adalah suatu proses
mempengaruhi orang lain atau kelompok bawahan guna mencapai tujuan
secara efektif dan efisien
1
.
Veithzal Rivai mendefinisikan kepemimpinan secara luas meliputi
proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi
perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki
kelompok dan budayanya. Selain itu juga mempengaruhi interpretasi
mengenai peristiwa-peristiwa para pengikutnya, pengorganisasian dan
aktifitas-aktifitas untuk mencapai sasaran, memelihara hubungan kerjasama
dan kerja kelompok, perolehan dukungan dan kerjasama dari orang lain diluar
kelompok atau organisasi
2
.
Disebutkan juga menurut E Mulyasa bahwa kepemimpinan dapat
diartikan sebagai suatu kegiatan untuk mempengaruhi orang lain yang

1
Marno, M.Ag. & Triyo Supriyanto, S.Pd., M.Ag, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan
Islam (Bandung; PT Refika Aditama) hlm 23
2
Veithzal Rivai, Kepemimpinan Dan Perilaku Organisasi (Jakarta: PT Remaja Grafindo Persada,
2004), hlm. 2

15
diarahkan terhadap pencapaian tujuan organisasi. Sedangkan Sutisna dalam
Mulyasa merumuskan "kepemimpinan sebagai proses mempengaruhi
kegiatan seseorang atau kelompok dalam usaha ke arah pencapaian tujuan
dalam situasi tertentu". Sementara Soepardi dalam Mulyasa juga
mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan untuk menggerakkan,
mempengaruhi, memotivasi, mengajak, mengerahkan, menasehati,
membimbing, menyuruh, memerintah, melarang dan bahkan menghukum
(kalau perlu), serta membina dengan maksud agar manusia sebagai media
menejemen mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan administrasi secara
efektif dan efisien. Hal tersebut menunjukkan bahwa kepemimpinan
sedikitnya mencakup tiga hal yang saling berhubungan, yaitu adanya
pemimpin dan karakteristiknya, adanya pengikut, serta adanya situasi
kelompok tempat pemimpin dan pengikut berinteraksi
3
.
Nanang Fattah juga mengatakan bahwa "pemimpin pada hakikatnya
seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang
lain didalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan"
4

Dari berbagai definisi kepemimpinan tersebut diatas terdapat
beberapa unsur yang bersamaan yaitu :
a. Keinginan untuk mempengaruhi orang lain,
b. Mengharapkan bantuan orang lain dengan sungguh-sungguh dan tertib
c. Ada tujuan yang ingin dicapai

3
E, Mulyasa, Manajemen Berasis Sekolah ( Bandung: PT Remaja RosdaKarya, 2004), hlm. 107-
108
4
Nanang Fattah, Landasan Manajemen dan Pendidikan (Bandung: PT Remaja RosdaKarya, 2004),
hlm. 88

16
Dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
kepmimpinan itu hanya terdapat dalam situasi hubungan antara individu
dengan kelompok lain yang terjadi atau berlangsung dalam interaksi setiap
individu yang terorganisir yaitu untuk mencapai tujuan bersama yang dicita-
citakan atau diharapkan. Jedi kepemimpinan merupakan bentuk suatu
kelompok atau group yang memiliki tanggung jawab kepada pemimpinnya.
Maka tanpa adanya kelompok atau group bukan disebut kepemimpinan dan
semua itu saling ketergantungan dan tidak dapat dipisahkan.
Dari Al-Qur'an terjemah diterangkan bahwa kewajiban umat untuk
memilih seorang pemimpin yang juga disebut sebagai "Imam" atau
"Imamah" sebagai pemegang fungsi kepemimpinan. Sebagaimana telah
disebutkan dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 30 yaitu:
^O)4 4~ CG4O
gOj^UEUg O)E+)
gN~E} O) ^O-
LOEO)UE= W W-EO7~
NE^_` OgOg }4`
O^NC OgOg lgOEC4
47.4`g].- }^44
E)Ol=O+^ Eg;O4
+Eg-+^4 El W 4~
EO)E+) NU;N 4`
4pOUu> ^@
ArtinyaIngatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?"

17
Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui." (Al-Baqarah : 30)
5


Dari ayat tersebut telah jelas disebutkan bahwa memilih seorang
pemimpin sangat diwajibkan untuk mengatur, dan membimbing umat
manusia agar tidak terjerumus dalam jalan yang salah, serta untuk
mengarahkan umat manusia pada keridhoan Allah SWT
Dalam Al-Qur'an juga disebutkan juga surat lain yang menerangkan
tentang pemimpin yang baik yaitu orang yang beriman, karena memiliki dasar
moral yang baik dan akhlak yang terpelihara dari perbuatan yang dilarang,
maka dari itu dengan dasar taqwa kepada Allah SWT mereka dapat mengatur
roda organisasi yang dipimpinnya dan memegang kendali kepengurusan
dengan baik dan bertanggung jawab. Dalam hal ini sebagaimana telah
disebutkan dalam surat Al-Anbiyaa' ayat 105 yaitu:
;4 E44 O)
jOO+EO- }g` gu4
@O^g]~.- ] 4O-
E_@O4C EOg14:gN
]O)UO- ^)
Artinya :Dan sungguh Telah kami tulis didalam Zabur sesudah (Kami tulis
dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi Ini dipusakai hamba-
hambaKu yang saleh.
6


Bahwasanya ayat tersebut diatas menjelaskan bahwa pemimpin yang
sholeh dan beriman dapat diandalkan untuk memimpin muka bumi ini dengan
baik. Dan sebaliknya orang yang kafir tidaklah dapat diharapkan
kepemimpinannya dengan baik, malah akan menimbulkan kerusakan dan

5
Depag RI, Al-Qur'an Dan Terjemah (Jakarta: CV Toha Putra, 1989), hlm. 13
6
Ibid., hlm. 508

18
kehancuran dalam kehidupan. Oleh karena itu sebagai orang yang beriman
kita harus memilih pemimpin dari golongan kita sendiri, supaya terwujud
kemakmuran dan kesejahteraan dimuka bumi ini.

2. Syarat-Syarat Pemimpin
Untuk menjalankan tugas sebagai kepala sekolah yang baik
diperlukan, seseorang yang memiliki syarat-syarat tertentu, disamping
syarat ijasah yang merupakan syarat formal, juga yang perlu diperhatikan
adalah kepribadian, perjalanan kerja dan kualitas.
Sesuai dengan sabda nabi Muhammad Saw.

)(

artinya "mana kala suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya
maka tunggulah masa kehancuranya" (AL-Bukhori. Juz 2: 23).

Dan syarat-syarat minimal yang harus dimiliki oleh seorang kepala
sekolah adalah sebagai berikut.
a. memiliki ijasah yang sesuai dengan ketentuan atau peraturan yang
telah ditetapkan oleh pemerintah.
b. mempunyai pengalaman kerja yang cukup, terutama di sekolah
yang sejenis dengan sekolah yang di pimpinya.
c. mempunyai sifat kepribadian yang baik, terutama sikap dan sifat-
sifat keprobadian yang diperlukan bagi kepentingan pendidikan.
d. mempunyai keahlian dan pengetahuan yang diperlukan bagi
sekolah yang dipimpinya.

19
e. mempunyai ide dan inisiatif yang baik untuk memajukan dan
pengembangan sekolahnya.
7

Di dunia ini banyak orang menjadi pemimpin, demikian di Negara
kita, tetapi yang benar-benar yang dapat memimpin, apalagi dapat
ditokohkan sebagai pemimpin yang ideal dan sempurna masih belum dapat
kita temui, dalam kepemimpinan seorang pasti masih ada kekuarangannya,
tetapi sorang pemimpin setidaknya mempunyai acuan untuk menjadi
pemimpin yang dapat melaksanakan fungsi kepemimpinannya dengan baik,
dan dapat menjelaskan kepemimpinan dengan efektif, diantaranya harus
memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut:
Syarat-syarat yang diungkapkan oleh J. Slikboer dalam J. Winardi
yang harus dipenuhi oleh seorang organisator adalah sebagai berikut :
a. Sifat-sifat kemampuan-kemampuan dalam bidang intelektual
b. Sifat-sifat yang berhubungan dengan watak
c. Sifat-sifat temperamental
d. Sifat-sifat dan kemampuan dalam bidang-bidang khusus:
1) Sehubungan dengan pergaulan manusia
2) Sifat-sifat teknis, Vak dan kemampuan-kemampuan
8

Berdasarkan syarat-syarat kepemimpinan diatas, pada dasarnya
merupakan kumpulan dari sifat-sifat manusia yang dipersiapkan untuk
menjadi pemimpin yang efektif dan dapat melaksanakan fungsi
kepemimpinannya dengan baik bila telah memiliki kelebihan yang

7
H.M Daryanto, Administrasi Pendidikan,(Jakarta: Rineka Cipta.2001), hal. 91-92
8
J. Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi (Jakarta: PT Prenada Media, 2004), hlm. 317

20
diprioritaskan. Kelebihan itu tidak berarti harus menjadi manusia yang
sempurna, tetapi seorang yang memiliki sifat-sifat yang baik untuk dapat
diterapkan dalam menjalankan kepeimpinannya.
Dalam paradigma pendidikan yang memberikan kewenangan luas
kepada kepala sekolah dalam mengembangkan berbagai potensinya
memerlukan peningkatan kemampuan kepala sekolah dalam berbagai aspek
manajerialnya. Karena kepala sekolah merupakan salah satu komponen
pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan.
Seperti yang diungkapkan Supriadi bahwa : "Erat hubungannya antara mutu
kepala sekolah dengan berbagai aspek kehidupan sekolah seperti disiplin
sekolah, iklim budaya sekolah, dan menurunnya perilaku nakal peserta
didik". Dalam hal itu kepala sekolah bertanggung jawab atas manajemen
pendidikan secara mikro, yang secara langsung berkaitan dengan proses
pembelajaran di sekolah, sebagaimana dikemukakan dalam pasal 12 ayat 1
PP 28 tahun 1990 bahwa: " kepala sekolah bertanggung jawab atas
penyelenggaraan kegiatan pendidikan, admistrasi sekolah, pembinaan
tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana
dan prasarana
9
.





9
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Professional(dalam konteks menyukseskan MBS dan KBK),
hlm. 24-25

21
3. Tipe-Tipe Atau Gaya Pemimpin
Seorang pemimpin dalam memperjuangkan lembaga yang
dipimpinnya mencapai kesuksesan tidak lepas dari cara kerja, maupun gaya
kepemimpinan yang tepat, sehingga dapat dipertanggung jawabkan dan bisa
menggerakkan orang lain untuk turut serta mengerjakan sesuatu dalam
mencapai tujuan yang dicita-citakan. Bantuk gaya atau tipe kepemimpinan
merupakan ciri khas dari masing-masing pemimpin pendidikan. tipe atau
gaya kepemimpinan akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas hasil kerja
yang di capai oleh suatu lembaga.
Menurut E. Mulyasa, Gaya kepemimpinan adalah cara yang
dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi para pengikutnya. Menurut
Toha gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang dipergunakan
seseorang pada sasat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang
lain seperti yang ia lihat. Dalam hal ini usaha diselaraskan persepsi diantara
orang yang akan mempengaruhi perilaku dengan yang akan dipengaruhi
menjadi amat penting kedudukannya
10

Pelaksanaan kepemimpinan dari seorang pemimpin pendidikan,
antara satu dengan lainnya menunjukkan sikap, temperamen dan ciri
kepribadian yang berbeda, hal ini merupakan ciri khas dari masing-masing
pemimpin pendidikan. Perilaku pemimpin tersebut akan mempengaruhi
kualitas hasil kerja yang dapat dicapai oleh lembaga pendidikan yang
bersangkutan.

10
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah (Bandung,: PT Remaja RosdaKarya, 2004), hlm. 108

22
Pendapat Bill Wood dalam Syaiful sagala mengemukakan tentang
gaya atau tipe kepemimpinan yang diperagakan ada tiga yaitu :
a. Otokrasi yaitu pemimpin membuat keputusan sendiri, karena kekuasaan
terpusatkan dalam diri satu orang, ia memikul tanggung jawab dan
wewenang penuh
Ciri-cirinya yaitu :
1) Menganggap organisasi sebagai milik pribadi
2) Tujuan pribadi sama dengan tujuan organisasi
3) Bawahan dianggap sebagai alat
4) Tidak mau menerima kritik, saran, maupun pendapat dari bawahan
5) Mengandalkan kekuasaan formal (pangkat atau jabatan)
6) Dalam menggerakkan bawahan, mempergunakan cara paksaan atau
perintah yang mengandung unsur-unsur ancaman sebagai hukuman
b. Demokrasi (partisipatif) yaitu pemimpin itu berkonsultasi dengan
kelompok mengenai masalah yang menarik perhatian mereka dimana
mereka dapat menyumbang sesuatu.
Ciri-cirinya yaitu :
1) Selalu memperhatikan dan mempertimbangkan bahwa bawahan
adalah manusia yang mempunyai hak-hak asasi yang harus
dihormati.
2) Selalu berusaha agar terdapat serasi, keseimbangan dan
keselamatan antara kepentingan organisasi dan bawahannya.

23
3) Senang menerima saran dan pendapat yang bertujuan untuk
perbaikan.
4) Mengutamakan kerja sama dengan team work dalam usaha
mencapai tujuan organisasi.
5) Bersifat mendidik dengan jalan memberi kesempatan kepada
bawahan untuk berkembang.
6) Berpendaat bahwa keberhasilan usaha adalah hasil bersama bukan
hanya dari hasil pemimpin.
7) Berusaha agar kepemimpinannya selalu berkembang guna
mengikuti kamajuan demi keberhasilan bersama berikutnya.
8) Menerima pendapat dalam musyawarah untuk memperoleh
kesepakatan bersama.

c. Kendali Bebas yaitu berpangkal tolak dari pemikiran bahwa sagala
aktivitas dalam organisaai biar berjalan lancar dan berhasil mencapai
tujuan yang telah tentukan apabila kepada bawahannya dalam
melaksanakan pekerjaan diberi kekuasaan untuk memutuskan segala apa
yang dikehendaki kemudian melaksanakan sesuai keinginannya pula.
Gaya kendali bebas ini biasanya tidak berguna, tetapi dapat menjadi
efektif dalam kelompok profesional yang bermotifasi tinggi.
Ciri-cirinya yaitu :
1) Pemimpin memberi kekuasaan pada bawahan.
2) Pengarahan tidak ada atau hanya sedikit.

24
3) Kelompok dapat mengembangkan sasarannya sendiri dan
memecahkan masalahnya sendiri.
11

Menurut beberapa kelompok sarjana (dalam Kartono, 2003); Shinta
(2002) membagi Tipe Kepemimpinan berbagai macam.
a. Tipe Kepemimpinan Kharismatis
Tipe kepemimpinan karismatis memiliki kekuatan energi, daya
tarik dan pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain,
sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan
pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Kepemimpinan kharismatik
dianggap memiliki kekuatan ghaib (supernatural power) dan kemampuan-
kemampuan yang superhuman, yang diperolehnya sebagai karunia Yang
Maha Kuasa. Kepemimpinan yang kharismatik memiliki inspirasi,
keberanian, dan berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri. Totalitas
kepemimpinan kharismatik memancarkan pengaruh dan daya tarik yang
amat besar.
b. Tipe Kepemimpinan Paternalistis/Maternalistik
Kepemimpinan Paternalistik lebih diidentikkan dengan
kepemimpinan yang kebapakan dengan sifat-sifat sebagai berikut: (1)
mereka menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum
dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan, (2) mereka bersikap

11
Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer (Bandung: Allfa Beta, 2005), hlm. 151

25
terlalu melindungi, (3) mereka jarang memberikan kesempatan kepada
bawahan untuk mengambil keputusan sendiri, (4) mereka hampir tidak
pernah memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif, (5)
mereka memberikan atau hampir tidak pernah memberikan kesempatan
pada pengikut atau bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan daya
kreativitas mereka sendiri, (6) selalu bersikap maha tahu dan maha benar.
Sedangkan tipe kepemimpinan Maternalistik tidak jauh beda
dengan tipe kepemimpinan paternalistik, yang membedakan adalah dalam
kepemimpinan maternalistik terdapat sikap over-protective atau terlalu
melindungi yang sangat menonjol disertai kasih sayang yang berlebih
lebihan.
c. Tipe Kepemimpinan Militeristik
Tipe kepemimpinan Militeristik ini sangat mirip dengan tipe
kepemimpinan otoriter. Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan
militeristik adalah: (1) lebih banyak menggunakan sistem
perintah/komando, keras dan sangat otoriter, kaku dan seringkali kurang
bijaksana, (2) menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan, (3) sangat
menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran
yang berlebihan, (4) menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari
bawahannya, (5) tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-
kritikan dari bawahannya, (6) komunikasi hanya berlangsung searah.


26
d. Tipe Kepemimpinan Otokratis (Outhoritative, Dominator)
Kepemimpinan otokratis memiliki ciri-ciri antara lain: (1)
mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan mutlak yang harus dipatuhi,
(2) pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain tunggal, (3) berambisi
untuk merajai situasi, (4) setiap perintah dan kebijakan selalu ditetapkan
sendiri, (5) bawahan tidak pernah diberi informasi yang mendetail tentang
rencana dan tindakan yang akan dilakukan, (6) semua pujian dan kritik
terhadap segenap anak buah diberikan atas pertimbangan pribadi, (7)
adanya sikap eksklusivisme, (8) selalu ingin berkuasa secara absolut, (9)
sikap dan prinsipnya sangat konservatif, kuno, ketat dan kaku, (10)
pemimpin ini akan bersikap baik pada bawahan apabila mereka patuh.
e. Tipe Kepemimpinan Laissez Faire
Pada tipe kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin,
dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semaunya sendiri.
Pemimpin tidak berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya.
Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahannya
sendiri. Pemimpin hanya berfungsi sebagai simbol, tidak memiliki
keterampilan teknis, tidak mempunyai wibawa, tidak bisa mengontrol anak
buah, tidak mampu melaksanakan koordinasi kerja, tidak mampu
menciptakan suasana kerja yang kooperatif. Kedudukan sebagai pemimpin
biasanya diperoleh dengan cara penyogokan, suapan atau karena sistem

27
nepotisme. Oleh karena itu organisasi yang dipimpinnya biasanya morat
marit dan kacau balau.
f. Tipe Kepemimpinan Populistis
Kepemimpinan populis berpegang teguh pada nilai-nilai
masyarakat yang tradisonal, tidak mempercayai dukungan kekuatan serta
bantuan hutang luar negeri. Kepemimpinan jenis ini mengutamakan
penghidupan kembali sikap nasionalisme.
g. Tipe Kepemimpinan Administratif/Eksekutif
Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan yang
mampu menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif.
Pemimpinnya biasanya terdiri dari teknokrat-teknokrat dan administratur-
administratur yang mampu menggerakkan dinamika modernisasi dan
pembangunan. Oleh karena itu dapat tercipta sistem administrasi dan
birokrasi yang efisien dalam pemerintahan. Pada tipe kepemimpinan ini
diharapkan adanya perkembangan teknis yaitu teknologi, indutri,
manajemen modern dan perkembangan sosial ditengah masyarakat.
h. Tipe Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan
memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat
koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa

28
tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan kerjasama yang baik.
kekuatan kepemimpinan demokratis tidak terletak pada pemimpinnya akan
tetapi terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga kelompok.
Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu,
mau mendengarkan nasehat dan sugesti bawahan. Bersedia mengakui
keahlian para spesialis dengan bidangnya masing-masing. Mampu
memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin pada saat-saat
dan kondisi yang tepat.
12

Dari keterangan tipe-tipe diatas dapat disimpulkan bahwa
banyak model tipe-tipe kepemimpinan yang dapat diterapkan oleh seorang
pemimpin, semua itu disesuaikan dengan kepribadian seseorang,
kebijakan, situasi, dan kondisi yang dihadapi pada saat tertentu demi
tercapainya tujuan yang diharapkan.
Pada dasarnya Tipe Kepemimpinan ini bukan suatu hal yang
mutlak untuk diterapkan, karena pada dasarnya semua jenis gaya
kepemimpinan itu memiliki keunggulan masing-masing. Pada situasi atau
keadaan tertentu dibutuhkan gaya kepemimpinan yang otoriter, walaupun
pada umumnya gaya kepemimpinan yang demokratis lebih bermanfaat.
Oleh karena itu dalam aplikasinya, tinggal bagaimana kita menyesuaikan
gaya kepemimpinan yang akan diterapkan dalam keluarga,
organisasi/perusahan sesuai dengan situasi dan kondisi yang menuntut
diterapkannnya gaya kepemimpinan tertentu untuk mendapatkan manfaat.

12
Prof. DR. Syahrizal Abbass, Manajemen Perguruan Tinggi : Beberapa Catatan
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group 2009) cek II, hal 41 - 45

29
4. Fungsi Kepemimpinan
Fungsi kepemimpinan berhubungan langsung dengan situasi sosial
dalam kehidupan kelompok atau organisasi masing-masing, yang
mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada didalam dan bukan di luar
situasi itu. Fungsi kepemimpinan merupakan gejala sosial, karena harus
diwujudkan dalam interaksi antar individu didalam situasi sosial suatu
kelompok atau organisasi. Fungsi artinya jabatan (pekerjaan) yang dilakukan
atau kegunaan suatu hal atau kerja suatu bagian tubuh.
Menurut Wahjosumidjo menyatakan bahwa "fungsi kepemimpinan
adalah memudahkan pencapaian tujuan secara koperatif diantara para
pengikut dan para saat yang sama menyediakan kesempatan bagi
pertumbuhan dan perkembangan pribadi mereka"
13

Fungsi kepemimpinan merupakan hal yang utama diprioritaskan
dalam kepemimpinan. Suatu yang harus diwujudkan dalam kelompok baik
pimpinan maupun bawahan untuk bekerja sama dan saling memberi
dukungan agar tugas-tugas pokok terealisasikan dengan baik.

5. Keterampilan Kepemimpinan Pendidikan
Kepala madrasah harus mempunyai beberapa keterampilan yang
perlu diterapkan dalam kegiatan kepemimpinannya untuk mendukung
keberhasilan dalam suatu lembaga yang dipimpinnya

13
Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer (Bandung: Allfa Beta, 2005), hlm. 150

30
Pidarta dalam E. Mulyasa mengemukakan tiga macam
keterampilan yang harus dimiliki oleh kepala madrasah untuk menyukseskan
kepemimpinannya. Ketiga keterampila tersebut adalah :
a. keterampilan konseptual, yaitu keterampilan untuk memahami dan
mengoprasikan organisasi.
b. keterampilan manusiawi, yaitu keterampilan untuk bekerja sama,
memotivasi dan memipin.
c. serta keterampilan teknik ialah keterampilan menggunakan
pengetahuan, metode, teknik, serta perlengkapan untuk meyelesaikan
tugas tertentu.
Lebih lanjut dikemukakan bahwa untuk memiliki kemampuan,
terutama keterampilan konsep, para kepala madrasah diharapkan melakukan
kegiatan-kegiatan sebagai beriut :
a. Senantiasa belajar dari pekerjaan sehari-hari terutama dari kerja para
guru dan pegawai madrasah lainnya.
b. Melakukan observasi kegiatan manajemen secara terencana.
c. Membaca sebagai hal yang berkaitan dngan kegiatan-ketiatan yang
sedang dilaksanakan.
d. Memanfaatkan hasil-hasil penelitian orang lain.
e. Berpikir untuk masa yan gakan datang.
f. Merumuskan ide-ide yang dapat diuji cobakan.
14


14
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Madarasah (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2004), hlm
126

31
Dalam kepemipinan kepala madrasah harus dapat menerapkan gaya
kepemimpinan yang efektif sesuai dengan kebutuhan, situasi dan kondisi
yang ada. Selain itu pemimpin harus mempunyai syarat-syarat yang
mendukung, serta keterampilan-keterampilan yang sesuai untuk dijadikan
panutan bagi bawahannya. Sehingga dapat menerapkan fungsi dan mencapai
tujuan yang diharapkan.

6. Perang Kepala Marasah
a. Kepala Madrasah Sebagai Manager
Manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisasikan,
memimpin dan mengendalikan usaha anggota-anggota sependayagunanaan
seluruh sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan dari definisi
tersebut:
1) Proses adalah sutatu cara yang sistematis dalam mengerjakan sesuatu.
2) Sumber daya suatu sekolah
3) Mencapai tujuan organisasi yang telah di tetapkan
Menurut Stones ada delapan macam fungsi seorang manager yang
perlu dilaksanakan dalam suatu organisasi yaitu bahwa manager:
1) Belajar dengan dan melalui orang lain
2) Bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan
3) Dengan waktu dan sumber yang terbatas mampu menghadapi berbagai
persoalan

32
4) Berfikir secara sealistik dan konseptual
5) Adalah juru penenggah
6) Adalah seorang politisi
7) Adalah seorang diplomat
8) Pengambilan keputusan yang sulit
Peran kepala madarasah sebagai manager sangat memerlukan
ketiga macam keterampilan
1) Tecnikal skills. Menguasai pengetahuan tentang metode proses
prosedur dan teknik untuk melaksanakan kegiatan khusus.
Kemampuan untuk memanfaatkan serta mendayaguakan sarana
peralatan yang diperlukan dalam mendukung kegiatan yang bersifat
khusus tersebut.
2) Human skills. Kemampuan untuk memahami prilaku manusia dan
proses kerja sama. Kemampuan untuk memahami isi hati sikap dan
motif orang lain, mengapa mereka berkata dan berprilaku.
Kemampuan untuk berkomonikasi secara jelas dan efektif.
Kemampuan untuk menciptakan kerja sama yang efektif, kooperatif
praktis dan diplomatis.
3) Conceptual skills. Kemampuan analisis. Kemampuan berfikir rasional.
Ahli dan cakap dalam berbagai macam konsepsi.
15




15
Wahyosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: Grafindo Persada 2002), Hal 84-101

33
b. Kepala Madrasah Sebagai Pemimpin
Kepala madrasah adalah pemimpin pendidikan yang mempunyai
peranan yang sangat besar dalam mengembangkan mutu pendidikan di
sekolah atau madrasah. Bekembangnya semnagta kerja, kerja yang
harmonis, miat terhadap perkembangan pendidikan, suasana kerja yang
sangat menyenangkan dan perkembangan mutu profesionalisme di antara
gur banyak ditemukan oleh kualitas kepemimpinan kepala sekolah.
Sebagai peimpin penddikan kepala madrasah harus mampu menolong
stafnya untuk memahami tujuan bersama yang akan di capai. Ia harus
memberikan kesempatan kepada stafnya untuk saling tukar pendapat dan
gagasan sebelum menetapkan tujuan.
16

Kepala madrasah merupakan motor penggerak, penentu arah
kebijakan sekolah yang akan menentukan bagai mana tujuan-tujuan
sekolah dan pendidikan pada umumnya direalisasikan sehubungan dengan
MBS, kepala madrasah dalam kaitanya dengan MBS adalah segala upaya
yang dilakukan dan hasil yang dapay dicapai oleh kepala madrasah dalam
mengimplementasikan MBS disekolahnya untuk mewujudkan tujuan
pendidikan secara efektif dan efisien. Sehubungan dengan hal tersebut,
kepemimpia kepala madrasah yang efektif dalam MBS dapat dilihat
berdarkan kriteria berikut:
1) Mampu memberdayagunakan guru-guru untuk melaksanakan proses
pembelajran dengan baik lancar dan produktif

16
Soewarji lazaruth, Kepala Sekolah dan tanggung Jawabnya, (Yogyakarta: PT. Kanus, 1992)
hal 60

34
2) Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang
telah di tentukan.
3) Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat
sehingga dapat melibatkan mereka secara aktif dalam rangka
mewujudkan tujuan sekolah dan pendidikan.
4) Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan
tingkat kedewasaan guru dan pegawai sekolah.
5) Bekerja dengan tim manajemen.
6) Berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan.
17


c. Kepala Madrasah Sebagai Administrasi
Kepala madrasah sebagai administrator memiliki hubungan yang
sangat erat sekali dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang
bersifat pencatatan, penyusunan dan pendokomumenan seluruh program
kerja madrasah. Secara spesifikasi, kepala sekolah harus memiliki
kemampuan untuk mengelola kurukulum, mengelola administrasi sarana
prasarana, mengelola administrasi kearsipan, dan mengelola administrasi
keuangan. Kegiatan tersebut perlu dilaksanakn secara afektif dan efisien
agar dapat menunjang produktifitas madrasah.
18

Tugas kepala madrasah dalam bidang administrasi. Tugas ini
berhubungan dengan kegiatan-kegiatan menyediakan, mengatur,

17
Eco Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2003), hal. 23
18
E. Mulyasa, menjadi Kepala Seolah Yang Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2003) hal, 110

35
memelihara dan melengkapi fasilitas material dan tenaga-tenaga personil
sekolah. Tugas kepala madrasah dalam bidang administrasi antara lain:
pengelolaan pengajaran, pengelolaan kepegawaian, pengelolaan gedung
dan halaman, pengelolaan keuangan, pengelolaan hubungan sekolah dan
masyarakat, dan pengelolaan kesiswaan.
Selanjutnya untuk memperlancar kerja dan membina tanggung
jawab bersama dikalangan staf sekolah, maka tugas-tugas kepala sekolah
dalam bidang administrasi sebagia dipancarkan dan delegasikan
penyelengaraan dan penanggung jawab peraturannya kepada guru-guru,
staf tata usaha sekolah dan petugas-petugas sekolah lainya, sebagian lagi
diselengarakan dengan mengikut sertakan wakil-wakil murid, wakil-wakil
orang tua atau masyarakat dan pejabat setempat dan wakil kepala sekolah
sendiri. Jadi partisipasi pengikut sertakan administrasi sekolah dalam arti
luas secara keseluruhan.
Kepala madrasah sebagai yang bertanggung jawab di sekolah
mempunyai kewajiban-kewajiban menjalankan sekolahnya. Ia selalu
berusaha agar segala sesuatu di sekolahnya berjalan dengan lancar,
misalnya murid-murid dapat belajar dengan tepat waktu, guru-gurunya
siap untuk memberikan pelajaran, waktu untuk mengajarkan dan belajar
agar teratur. Dengan singkat dapat dirumuskan kepala madrasah harus
berusaha agar semua potensi yang ada di sekolahnya baik potensi yang ada
pada unsur manusia maupun yang ada pada alat, perlengkapan keuangan

36
dan sebagainya dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya, agar tujuan sekolah
dapat tercapai dengan sebaik-baiknya.
19

d. Kepala Madrasah Sebagai Supervisior
Super visi adalah aktivitas menentukan kondisi atau syarat-syarat
yang esensial yang akan menjamin tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.
Melihat definisi tersebut kepala madrasah sebagai supervisor berarti
bahwa dia hendaknya pandai meneliti, mencari, menentukan syarat-syarat
mana saja yang diperlukan bagi kemajuan madrasah sehingga tujuan
pendidikan disekolah dapat tercapai.
Sedangkan menurut Jhon Minor Gwyn yang dikutib oleh Piet A
Sahartian, ada tiga tanggung jawab utama yang harus dilaksanakan oleh
seorang kepala madrasah sebagai supervisor yaitu:
1) Bertanggung jawab untuk menolong guru-guru secara individual
2) Bertanggung jawab dalam mengkoordinir dan lebih memperbaiki
seluruh staf sekolah dalam melakukan tugas pelayanan pendidikan
dan pengajaran disekolah.
3) Bertanggung jawab dalam mendayagunakan berbagai sumber daya
manusia sebagai sumber yang membantu pertumbuhan guru dan
sekaligus penerjemahan, baik program-program sekolah kepada
sekolah-sekolah lain maupun kepada masyarakat.


19
H.M Daryanto, administrasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001) ,hal. 91-92

37
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa fungsi dan atau tugas
supervisi ialah sebagai berikut:
1) Menjalankan aktivitas untuk mengetahui situasi administrasi
pendidikan, sebagai kegiatan pendidikan disekolah dalam segala
bidang.
2) Menentukan syarat-syarat yang diperlukan untuk menciptakan situasi
pendidikan di sekolah.
3) Menjalankan aktivitas untuk mempertinggi hasil dan untuk
menghilangkan hambatan-hambatan.
4) Atau dengan singkat bahwa fungsi utama dari supervisor adalah
ditujukan kepada perbaikan pengajaran.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka sering memberikan
delapan fungsi supervisor sebagai mana berikut:
1) Mengkordinir semua usaha sekolah
2) Memperlengkapi kepemimpinan kepala sekolah
3) Memperluas pengalaman guru-guru
4) Menstimulir usaha-usaha yang kreatif
5) Memberikan fasilatas dan penilaian yang terus menerus
6) Menganalisii situasi belajar mengajar
7) Memberikan pengetahuan skill kepada setiap anggota staf.
8) Membantu meningkatkan kemampuan mengajar guru-guru.
20



20
H.M Daryanto,op cit, hal. 179-180

38
e. Kepala Madrasah Sebagai Pendidik
Pendidik adalah orang yang mendidik, sedangkan mendidik
diartikan memberikan latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhak dan
kecerdasan pikiran sehingga pendidikan dapat diartikan proses perubahan
sikap dan tata laku seorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Betapa berat dan mulia peranan seorang kepala sekolah sebagai
pendidik apabila dikaitkan denga berbagai sumber di atas. Sebagai seorang
pendidik dia harus mampu mananamkan, memajukan dan meningkatkan
paling tidak empat macam nilai, yaitu:
1) Mental, hal-ha yang berkaitan dengan sikap batin dan watak
manusia.
2) Moral, hal-hal yang berkaitan dengan baik buruk mengenai
perbuatan, sikap dan kewajiban atau moral yang diartikan sebagai
ahklak, budi pekerti dan kesusilaan.
3) Fisik, hal-hal yang berkaitan dengan kondisi jasmani atau badan,
kesehatan dan penampilan manusia secara lahiriah.
4) Artistik, hal-hal yang berkitan kepekaan manusia terhadap seni dan
keindahan.
Ada tiga kelompok sasaran utama, yaitu para guru atau fungsional
yang lain, tenaga admisnistrasi (staf) dan kelompok para siswa atau peserta
didik. Kepala madrasah sangat berperan dan menjadi sumber motivasi
yang kuat terhadap keberhasilan ketiga organisasi tersebut. Secara singkat

39
keberadaan ketiga organisasi tersebut dirasa penting dan diperlukan dalam
rangka pembinaan sekolah yaitu: organisasi orang tua siswa, organisasi
siswa dan organisasi guru.
21

f. Kepala Madrasah Sebagai Staf
Sebagai bawahan, seorang kepala madarasah juga melakukan
tugas-tugas staf artinya seseorang yang bertugas membantu atasan dalam
roses pengelolaan organisasi.
Agar tugas-tugas kepala sekolah sebagai staf dalam mebantu
atasan, dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, maka kepala madrasah
selalu:
1) Melihat memperhatikan dan mencari cara-cara baru untuk maju
2) Memberikan informasi yang diperlukan tentang sebab-sebab dan
akibat-akibat suatu tindakan
3) Memiliki perasaan prioritas, cara berfikir tepat waktu, strategi,
perspektif dan pertimbangan-pertimbangan yang lain.
4) Menyadari kedudukan sebagai pemikir (brain trus) atau otak (brain
power), dari pemimpin bukan sebagai pengambil keputusan dan
pemberi perintah.
Memperhatikan tugas-tugas staf tersebut, memberikan indikasi
bahwa hakikat pekerjaan staf adalah:
1) merupakan bagian integral dari pada kegiatan yang harus
terselenggarakan dilingkungan organisasi

21
Wahyosumidjo, op. Cit, hal, 122-132

40
2) mendukung kegiatan manajemen dan berperan membantu atasan
atau pemimpin untuk menjadi lebih efektif
3) menungkatkan kemampuan kerja dan mewujudkan perbaikan-
perbaikan yang diperlukan.
4) Meningkatkan produktivitas organisasi sebagai satu keseluruhan.
Tugas-tugas sebagai staf kepala madrasah hanya dapat berhasil
afektif, apabila semua kepala sekolah menyadari dan memahami
perananya sebagai staf, serta mampu mewujudkan dalam perilaku
dan perbuatan.
22















22
Wahyosumidjo, op cit, hal 105-106

41
B. PENGEMBANGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
1. Pengertian Pendidikan Agam Islam
Prof. Dr. Zakiah derajat menjelaskan pengertian pedidikan agama
Islam sebagai berikut;
4) Pendidikan agama Islam adalah usaha berupa bimbingn an asuhan
terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikanya dapat
memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikanya
sebagai pandangan hidup ( wai of life).
5) Pendidikan agam Islam ialah pendidikan yang dilaksanakan
berdasarkan ajaran Islam.
6) Pendidikan agama Islam adalah pendidikan melaluai ajaran- ajaran
Islam, yaitu berupa bimbingan asuhan terhadap peserta didik agar
nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami,
menghayati dan mengamalkanajaran-ajaran agama Islam yang telah
diyakini secara menyeluruh, serta menjadikan ajaan agama Islam itu
sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamaan hidup di dunia
maupun di akhirat nanti.
23

Menurut Muhaimin "Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar,
yakni suatu kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan yang dilakukan
secara berencana dan sadar atas tujuan yang hendak dicapai
24

Menurut Abdul Majid menyatakan "Pendidikan Agama Islam adalah
uapaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal,

23
Abdul Rachman Shaleh, pendidikan agama & pembangunan watak bangsa (Jakarta. PT Raja
Grafindo Persada, 2005) Hal 6
24
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam (Bandung: PT Remaja RosdaKarya, 2002), hlm. 76

42
memahami, menghayati, hingga mengimani, ajaran agama Islam, dibarengi
dengan tuntutan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya
dengan kerukunan antara umat beragama hingga terwujud kesatuan dan
persatuan bangsa".
Dapat disimpulkan dari beberapa teori diatas, bahwa Pendidikan
Agama Islam merupakan usaha sadar dan terencana yang dilakukan pendidik
dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan
mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau
pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah disiapkan,
dan menghasilkan out put sumber daya manusia yang handal berpengetahuan
dan jauh dari kebodohan.
2. Pengembangan Pendidikan Agama Islam
Pengembangan pendidikan agama Islam pada sekolah mengacu
kepada Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (SNP) terutama pada standar isi, standar proses pembelajaran,
standar pendidik dan tenaga kependidikan, serta sarana dan prasarana
pendidikan.
25

Pengembangan pendidikan agama Islam pada sekolah juga
mengimplementasikan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang
Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan, bahwa pendidikan Islam dapat
diklasifikasikan ke dalam tiga bentuk, pertama, pendidikan agama
diselenggarakan dalam bentuk pendidikan agama Islam disatuan pendidikan

25
http://www.ispi.or.id/2010/09/19/pengembangan-pendidikan-agama-islam-di-sekolah/

43
pada semua jenjang dan jalur pendidikan. Kedua, pendidikan umum berciri
Islam pada satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi pada jalur formal dan non formal, serta
informal. Ketiga, pendidikan keagamaan Islam pada berbagai satuan
pendidikan diniyah dan pondok pesantren yang diselenggarakan pada jalur
formal, dan non formal, serta informal.
26

Pengembangan kurikulum pendidikan agama Islam pada sekolah
diarahkan pada peningkatan mutu dan relevansi pendidikan agama Islam pada
sekolah dengan perkembangan kondisi lingkungan lokal, nasional, dan global,
serta kebutuhan peserta didik. Kegiatan dalam rangka pengembangan
kurikulum adalah pembinaan atas satuan pendidikan dalam pengembangan
kurikulum pendidikan agama Islam tingkat satuan pendidikan.
27

Kurikulum yang disajikan harus senantiasa mengalami revisi-revisi
sebagian atau bahkan perombakan totalitas kurikulum yang ada untuk di
update sesuai dengan diskursus yang ada, sekaligus menyesuaikan porsi yang
wajar dalam penyebaran materi pelajaran dalam berbagai bidang di sekolah
sesuai dengan kebutuhan.
28

Langkah pertama dalam pengembangan kurikulum adalah
menganalisis dan mendiagnosis kebutuhan. Analisis kebutuhan dapat
dilakukan dengan mempelajari tiga hal, yaitu kebutuhan siswa, tuntutan
masyarakat/dunia kerja, dan harapan-harapan dari pemerintah (kebijakan
pendidikan). Kebutuhan siswa dapat dianalisis dari aspek-aspek perkembangan

26
http://www.ispi.or.id/2010/09/19/pengembangan-pendidikan-agama-islam-di-sekolah/
27
http://www.ispi.or.id/2010/09/19/pengembangan-pendidikan-agama-islam-di-sekolah/
28
Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, (Jakarta:Al-Husna Zikra, 1996), hlm. 337-339

44
psikologis siswa, tuntutan masyarakat, dan dunia kerja dapat dianalisis dari
berbagai kemajuan yang ada di masyarakat dan prediksi-prediksi kemajuan
masyarakat pada masa yang akan datang, sedangkan harapan pemerintah dapat
dianalisis dari kebijakan-kebijakan, khususnya kebijakan-kebijakan bidang
pendidikan yang dikeluarkan, baik oleh pemerintah pusat maupun daerah.
Hasil analisis dari ketiga aspek tersebut, kemudian didiagnosis untuk disusun
menjadi serangkaian kebutuhan sebagai bahan masukan bagi kegiatan
pengembangan tujuan.
29

Pendekatan yang dapat dilakukan untuk menganalisis kebutuhan ada
tiga, yaitu survei kebutuhan, studi kompetensi, dan analisis tugas. Survei
kebutuhan merupakan cara yang relatif sederhana dalam menganalisis
kebutuhan. Seorang pengembang kurikulum dapat melakukan wawancara
dengan sejumlah orang, tokoh masyarakat, pejabat pemerintah, dan para ahli
terkait tentang apa yang dibutuhkan oleh siswa, masyarakat, dan pemerintah
berkaitan dengan kurikulum sebagai suatu program pendidikan. Studi
kompetensi dilakukan dengan analisis terhadap kompetensi-kompetensi yang
dibutuhkan oleh lulusan suatu jenis dan jenjang program pendidikan.
Pendekatan analisis tuga dilakukan dengan cara menganalisis setiap jenis tugas
yang harus diselesaikan. Tugas tersebut bisa berkaitan dengan aspek kognitif,
afektif, dan atau psikomotorik.
30


29
http://www.kosmaext2010.com/pengembangan-kurikulum-pai-langkah-langkah-dalam-
pengembangan-kurikulum.php
30
http://www.kosmaext2010.com/pengembangan-kurikulum-pai-langkah-langkah-dalam-
pengembangan-kurikulum.php

45
Hasil akhir kegiatan analisis dan diagnosis kebutuhan ini adalah
deskripsi kebutuhan sebagai bahan yang akan dijadikan masukan bagi langkah
selanjutnya dalam pengembangan kurikulum yaitu perumusan tujuan.
31

Masyarakat senantiasa mendambakan suatu lemabaga pendidikan
yang berkualitas. Tantangan-tantangan pengembangan lembaga yang senakin
kompleks membutuhkan jawaban komprehensif sesuai dengan kebutuhan.
32

Untuk dapat menjawab tantangan dan mampu merespon
kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi diperlukan perombakan sistem
yang mendasar dalam suatu lemabaga pendidikan, yaitu diperlukan suatu
perencanaan terpadu dan menyeluruh untuk mengadaptasikan tujuan lembaga
dengan kebutuhan masyarakat, serta diperlukan adanya keterbukaan wawasan
dan keberanian dalam memecahkan totalitas masalah. Dan ini diperlukan
keterpaduan dan kejelasan antara cita-cita dan operasi, pemberdayaan dan
reorientasi sistem, inovasi dalam manajemen serta peningkatan sumber daya
manusia.
33


3. Gambaran Umum Tentang Mutu Pendikan Pendidikan Agama Islam Di
Sekolah
Pendidikan agama Islam di sekolah belum memenuhi harapan-harapan
dalam peningkatan kualitas pendidikan agama Islam di sekolah yang menjadi
agama sebagai benteng moral bangsa. Kondisi ini dipengaruhi sekurang-

31
http://www.kosmaext2010.com/pengembangan-kurikulum-pai-langkah-langkah-dalam-
pengembangan-kurikulum.php
32
A. Malik Fajar, Visi Pembaharuan Pendidikan Islam, (LP3NI,:Jakarta, 1998), hlm. 37-45
33
Abdurrahman Masud dkk, Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset,
2001), hlm. 110-120

46
kurangnya oleh tiga faktor, yaitu pertama sumber daya guru, kedua
pelaksanaan pendidikan agama Islam, dan ketiga terkait dengan kegiatan
evaluasi dan pengujian tentang pendidikan agama Islam di sekolah.
a) Sumber daya manusia berupa guru.
Pendidikan mutu guru sebagai pendidik dan tenaga kependikan
dilaksanakan dengan mengacu pada standar pendidik dan tenaga
kependidikan mata pelajaran dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP).
Untuk itu dilakukan kegiatan-kegiatan penyediaan guru pendidikan agama
Islam untuk satuan pendidikan peserta didik usia dini, pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi pada jalur formal dan non
formal, serta informal. Dilakukan pula pendidikan dan pelatihan metode
pembelajaran pendidikan agama Islam, pemberian bea peserta didik Strata
1 untuk guru pendidikan agama Islam, dan juga melakukan sertifikasi guru
pendidikan agama Islam.
34

Peningkatan kemampuan guru juga diberikan kepada guru-guru
yang belum mencapai gelar S 1 sesuai dengan Undang-Undang yaitu
memberikan kesempatan melanjutkan pendidikan tanpa banyak
meninggalkan tugas-tugas di sekolah.
35

b) Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam

34
http://www.ispi.or.id/2010/09/19/pengembangan-pendidikan-agama-islam-di-sekolah/
35
http://www.ispi.or.id/2010/09/19/pengembangan-pendidikan-agama-islam-di-sekolah/


47
Pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan agama Islam
berorientasi pada penerapan Standar Nasional Pendidikan. Untuk itu
dilakukan kegiatan-kegiatan seperti pengembangan metode pmbelajaran
pendidikan agama Islam, pengembangan kultur budaya Islami dalam
proses pembelajaran, dan pengembangan kegiatan-kegiatan kerohanian
Islam dan ekstrakurikuler.
Pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah masih
menunjukkan keadaan yang memprihatinkan. Banyak faktor yang
menyebabkan keprihatinan itu, antara lain pertama, dari segi jam pelajaran
yang disediakan oleh sekolah secara formal, peserta didik dikalkulasikan
waktunya hanya 2 jam pelajaran per minggu untuk mendidik agama. Coba
bandingkan dengan mata pelajaran lainnya yang bisa mencapai 4 6 jam
per minggu. Implikasinya bagi peserta didik adalah hasil belajar yang
diperolehnya sangat terbatas. Sedangkan implikasi bagi guru itu sendiri
adalah guru dituntut untuk melaksanakan kewajiban menyelenggarakan
proses pembelajaran sebanyak 24 jam per minggu.
36

c) Melakukan Evaluasi
Mengenai evaluasi pendidikan agama Islam ini terkadang terjadi
hal-hal yang di luar dugaan. Misalnya ada peserta didik yang jarang
sekolah, malas dan merasa terpaksa mengikuti pelajaran agama, tetapi
ketika dievaluasi dia mendapatkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan
dengan peserta didik yang rajin belajar agama. Artinya yang salah itu

36
http://www.ispi.or.id/2010/09/19/pengembangan-pendidikan-agama-islam-di-sekolah/

48
adalah evaluasinya karena yang dilakukan hanyalah mengukur unsur
kognitifnya saja. Oleh karena itu evaluasi pendidikan agama Islam jangan
hanya mengandalkan evaluasi kemampuan kognitif saja, tetapi harus
dievaluasi juga sikap, prakteknya atau keterampilan (psikomotor) dan
sikapya (afektif). Guru melakukan pengamatan terhadap perilaku sehari-
hari peserta didik tersebut apakah peserta didik itu shalat? Kalau
dilaksanakan apakah shalatnya benar sesuai tata caranya? Evaluasi ini
sebetulnya menentukan status peserta didik tentang hasil belajarnya itu
apakah sudah mencapai tujuan yang ingin dicapai atau tidak. Kalau tujuan
agama itu adalah supaya peserta didik bisa menjalankan agama Islam
dengan baik maka evaluasinya harus sesuai, dan evaluasinya itu bukan
hanya hafal tentang kaidah-kaidah tentang kemampuan kognitif saja tetapi
juga yang bersifat praktikal. Berkaitan dengan evaluasi pendidikan agama
Islam, ada usulan yang kuat dari berbagai kalangan agar pendidikan agama
Islam sebaiknya masuk pada ujian nasional, sehingga menjadi bahan untuk
dipertimbangkan peserta didik lulus atau tidak lulus di suatu lembaga
pendidikan. Ujiannya jangan sekedar mengukur kemampuan kognitif
melainkan juga kemampuan yang bersifat psikomotor, praktek dan
perilaku, serta sikap peserta didik sebagai orang yang menganut ajaran
agama Islam.
37

\


37
http://www.ispi.or.id/2010/09/19/pengembangan-pendidikan-agama-islam-di-sekolah/

49
4. Dasar Pendidikan Agama Islam
Pelaksanaan pendidikan agama Islam di madrasah mempunyai dasar
yang kuat. Dasar tersebut menurut Zuhairini dapat ditinjau dari berbagai segi
yaitu :
a. Dasar yuridis atau hukum
Dasar pelaksanaan pendidikan agama Islam berasal dari
perundang-undangan yang secara tidak langsung dapat menjadi pegangan
dalam melaksanakan pendidikan agama Islam di madrasah secara formal.
Dasar yuridis formal tersebut terdiri dari tiga macam yaitu :
1) Dasar ideal, yaitu dasar falsafah negara pancasila, sila pertama :
ketuhanan Yang Maha Esa.
2) Dasar struktural atau konstitusional, yaitu UUD 1945 dalam Bab XI
pasal 29 ayat 1 dan 2, yang berbunyi : a) negara berdasarkan ats
ketuhanan Yang Maha Esa; b). negara menjamin kemerdekaan tiap-
tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah
menurut agama dan kepercayaannya itu.
3) Dasar oprasional, yaitu terdapat dalam Tap MPR No IV / MPR / 1973
yang kemudian dikokohkan dalam Tap MPR No. IV / MPR 1978 jo.
Ketetapan MPR No. II/MPR/1988 dan Tap. MPR No. II/MPR 1993
tentang garis-garis haluan Negara yang pada pokoknya menyatakan
bahwa pelaksaan pendidikan agama Islam secaralangsung
dimaksudkan dalam kurikulum madrasah-madrasah formal, mulai dari
madrasah dasar hingga perguruan tinggi.

50
b. Segi Religius
Yang dimaksudkan dengan dasar religius adalah dasar yang
bersumber dari ajaran Islam. Menurut ajaran Islam pendidikan agama adalah
perintah tuhan dan merupakan perwujudan ibadah kepada-Nya. Dalam Al-
Qur'an banyak ayat yang menunjukkan perintaha tersebut, antara lain:
2) Dalam Al-Qur'an surat An-Nahl : 125
7vu1- _O) O):Ec
El)4O
gOE'g4^)
gOgNOE^-4
gO4L=OO4^- W
_^gE_4
/-) "Og-
}=O;O _ Ep) El+4O
4O- OU;N }E) E=
}4N g)-O):Ec W 4O-4
OU;N
4g4-;_^)
^g)
Artinya "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang
lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.


3) Al-Qur'an surat Al-Imran : 104
}74^4 74g)` OE`q
4pONN;4C O) )OOC^-
4pNON`4C4
NOuO^)
4pOE_uL4C4 ^}4N
@O4^- _

51
Elj^q4 N-
]O)U^^- ^j

artinya " Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan
mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang
beruntung.

4) Al-Hadist yang artinya : "Sampaikanlah ajaran kepada orang lain
walaupun hanya sedikit."
c. Aspek Psikologis
Psikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan
kehidupan masyarakat. Hal ini didasarkan bahwa dalam hidupnya, manusia
baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dihadapkan pada
hal-hal yang membuat hatinya tidak tenang dan tidak tentram sehingga
memerlukan adanya pegangan hidup. Sebagaimana yang dikemukakan oleh
Zuhairini bahwa : semua manusia di dunia ini selalu membutuhkan adanya
pegangan hidup yang dsebut agama. Mereka merasakan bahwa dalam
jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya Zat Yang Maha Kuasa,
tempat mereka berlindung dan tempat mereka memohon pertolongan-Nya.
Hal yang demikian ini terjadi pada masyarakat yang masih primitif maupun
masyarakat yang yang sudah modern. Mereka merasa tenang dan tentram
hatinya kalau mereka dapat mendekat dan mengabdi kepada Zat Yang Maha
Kuasa

52
Berdasarkan uraian diatas jelaslah bahwa untuk membuat hati
tenang dan tentram ialah dengan jalan mendekatkan diri kepada Tuhan. Hal
ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Ra'ad ayat 28:
4g~-.- W-ONL4`-47
O'4;C>4 _+OU~
@O^O) *.-
@O-O) *.- O'E;C>
COU^- ^gg
artinya"..ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi
tentram"
38


Sedangkan menurut Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A, dasar
pendidikan Islam, dibagi menjadi tiga bagian bagian sebagai mana berikut
ini;
1) Dasar religius
Dasar religius adalah dasar yang diturunkan dari ajaran agama.
Adapun tujuan dari agama itu untuk memelihara manusia (hifdz al nafs),
memelihara agama (hifdz al-din), memelihara akal fikiran (hifdz al-aql),
memelihara keturunan (hifdz al-nasl), dan memeilihara harta benda (hifdz
al-mal). Dan ada juga pendapat yang lain mengatakan bahwa inti ajaran
agama ialah terbentuknya akhlak mulia yang yang bertumpu pada hubungan
yang harmonis antara manusia dan tuhan, dan antara manusia dengan
manusia. Dasar religius seperti inilah yang harus dijadikan dasar bagi
perumusan berbagai komponen pendidikan. Visi, misi, tujuan, kurikulum,
bahan ajar, sifat dan karakter pendidik, peserta didik, hubungan pendidika

38
Abdul Majid dkk, Pendidikan Agama Islam Berbasis Komptensi (Bandung: Rosda Karya, 2004)
hlm. 132

53
dan peserta didik, lingkungan pendidikan, manajemen pengelolaan, dan
lainya harus berdasarkan pada dasar religius.

2) Dasar filsafat
Dasar filsafat adalah dasar yang di gali dari hasil pemikiran
spekulatif, mendalam, sistematik, redikal, dan universal tentang berbagai hal
yang selanjutnya digunakan sebagai dasar bagi perumusan konsep ilmu
pendidikan Islam. Dalam filsafat Islam juga di jumpai pembahasan tentang
masalah ketuhanan, alam jagat raya, manusia, masyarakat, ilmu
pengetahuan dan akhlak.
3) Dasar ilmu pengetahuan
Dasar ilmu pengetahuan adalah dasar nilai guna dan manfaat yang
terdapat dalam setiap ilmu pengetahuan bagi kepentingan pendidikan dan
pengajara
39

Dalam pendidikan agama Islam memuat tiga hal dasar pokok baik
mengenai hukum bangsa, hukum agama, maupun tentang psikologi manusia
harus diperhatikan, jika dari kegiatannya saling berkesinambungan, maka
kegiatan pendidikan akan berjalan dengan lancar dan terwujud sesuai
dengan apa yang telah diharapkan.

5. Tujuan Dan Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

39
Prod. Dr.H. Abuddin Nata,M.A Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana Prenada Media Group
2010) hal 90-96

54
Pendidikan Agama Islam mempunyai tujuan yang mulia untuk
kemaslahatan kehidupan manusia baik di dunia maupun di akhirat, semua itu
untuk mencetak insan yang kamil dalam kehidupan. Manusia tidak hanya
berpengetahuan saja tetapi juga dapat mengapliksikannya dalam kehidupan
sehari-hari..
Menurut Abdul Majid,
Pendidikan agama Islam di sekolah atau madrasah bertujuan
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan
pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengalamanserta pengalaman
peserta didik tentang agama Islam menjadi manusia muslim yang harus
berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya, berbangsa dan
bernegara, serta untuk melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih
tinggi
40
.

Menurut Abuddin Nata tujuan pendidikan Islam dapat dikemukakan
sebagai berikut ini;
1. Melakukan pembuktian terhadap teori-teori kependidikan Islam yang
merangkum aspirasi atau cita-cita Islam yang harus diihktiarkan agar
menjadi kenyataan.
2. Memberikan bahan-bahan informasi tentang pelaksanaan pendidikan
dalam segala aspeknya bagi pengembangan ilmu pendidikan Islam. Ia
memberikan bahan masukan kepada ilmu ini.
3. Menjadi korektor terhadap kekurangan teori-teori yang dipegangi oleh
ilmu pendidikan Islam sehingga kemungkinan pertemuan antara teori dan

40
Ibid., hlm. 135

55
praktek semakin dekat dan hubungan antara keduanya bersifat interaktif
(saling mempengaruhi).
41

Sedangkan Prof.H.M Arifin,M.Ed. menyebutkan bahwa tujuan akhir
pendidikan agama Islam itu pada hakikatnya adalah realisasi dari cita-cita
ajaran Islam itu sendiri, yang membawa misi bagi kesejahteraan umat manusia
di dunia dan akhirat.
42

Untuk mencapai tujuan dan kemampuan-kemampuan, maka ruang
lingkup pendidikan agama Islam meliputi keserasian, keselarasan, dan
keseimbangan antara lain:
a. Hubungan manusia dengan Allah SWT.
b. Hubungan manusia dengan sesama manusia.
c. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri.
d. Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya.
Menurut abuddin Nata mangatakan ruang lingkup ilmu pendidikan
Islam dapat di kemukakan sebagai berikut ini;
1. teori-teori dan konsep-konsepyang diperlukan bagi perumusan desain
pendidikan Islam dengan berbagai aspeknya; visi, misi, tujuan,
kurikulum, proses belajar mengajar, dan sebagainya. Teori-teori dan
konsep-konsep tersebut di bangun dari hasil kajian yang ilmiah dan
mendalam terhadap sumber ajaran Islam yang terdapat dalam Al Qur an

41
Prod. Dr.H. Abuddin Nata,M.A Ilmu Pendidikan Islam dengan pendekatan multidisipliner
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2009) Hal 21-22
42
Prof.H.M Arifin,M.Ed. Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoretis dan Praktis Berdsarkan
pendekatan Interdisipliner (Jakarta: PT Bumi Aksara 2003) hal 28

56
dAN Al Hadits, serta dari berbagai disiplin ilmu yang relevan: sejarah,
filsafat, psikologi,sosiologi dan lain-lain sebagainya.
2. Teori dan konsep yang diperlukan untuk kepentingan praktek
pendidikan, yaitu mempengaruhi peserta didik agar mengalami
perubahan, peningkatan, dan kemajuan, baik dari segi wawasan,
keterampilan, mantal spiritual, sikap, pola pikir, dan kepribadianya.
Berbagai komponen keterampilan terapan yang di perlukan dalam
praktek pendidikan, berupa praktek pedagogis, didaktik, dan metodik
didasarkan pada teori-terori dan konsep-konse yag terdapat dalam ilmu
pendidikan Islam.
43


6. Fungsi Pendidikan Islam
Menurut DR. Abdul Mujib, M.Ag & Dr. Jusuf Mudzakkir,M.Si.
fungsi pendidikan Islam adalah menyediakan segala fasilitas yang dapat
memungkinkan tugas-tugas pendidikan Islam tersebut tercapai dan berjalan
dengan lancar.
44

Kurikulum pendidikan agama Islam untuk sekolah / madrasah
mempunyai beberapa fungsi. Fungsi tersebut adalah garis-garis besar
penjabaran dari fungsi pendidikan agama Islam. Adapun fungsi tersebut
diantaranya adalah sebagai berikut:

43
Prod. Dr.H. Abuddin Nata,M.A Ilmu Pendidikan Islam dengan pendekatan multidisipliner
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2009) Hal 22-23
44
DR. Abdul Mujib, M.Ag & Dr. Jusuf Mudzakkir,M.Si. Ilmu pendidikan Islam (Jakarta:
Kencana Prenada Media 2006)Hal 68

57
1. Fungsi Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
peserta didik kepada Allah SWT. yang telah ditanamkan dalam lingkungan
keluarga. Pada dasarnya dan pertama tama kewajiban menanamkan
keimanan dan ketaqwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga.
Sekolah berfungsi untuk menumbuh kembangkan lebih lanjut dalam diri
anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan
ketaqwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan
tingkat perkembangannya.
2. Fungsi Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
3. Fungsi Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat
mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam.
4. Fungsi Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,
kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam
keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-
hari.
5. Fungsi Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari
lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya
dan menghambat perkembangannya menuju manusia seutuhnya.
6. Fungsi Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum
(alam nyata dan nir-nyata), sistem dan fungsionalnya.

58
7. Fungsi Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki
bakat khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang
secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi
orang lain.
45


7. Kualitas Pendidikan Agama Islam
Masa depan umat manusia di abad 21 sangat ditentukan seberapa jauh
manusia yang dapat merubah tantangan menjadi peluang dan dapat mengisi
peluang secara produktif. Sementara faktor kepribadian atau moralitas yang
baik akan menjadi salah satu daya tarik dalam berkomunikasi dengan sesama
manusia. Masa depan membutuhkan manusia-manusia kreatif, inovatif,
dinamis, bermoral baik dan mampu berkomunikasi.
Para orang tua murid selain menginginkan anak-anaknya menjadi
orang yang berguna bagi diri sendiri, Negara dan bangsa tetapi juga menjadi
anak yang berakhlak mulia dan berjiwa Islami. Hal ini mereka pertaruhkan
harapannya pada lembaga-lembaga pendidikan Islam yang berkualitas. Adapun
kriteria pendidikan Agama Islam yang berkualitas adalah sebagai berikut:
a. Mampu memberi pengaruh yang positif sehingga dapat menambah dan
merubah pengetahuan, sikap, nilai dan tingkah laku menjadi manusia
(anak didik) yang beriman dan berakhlaqul karimah;
b. Mampu menyadarkan manusia (anak didik) sebagai hamba Allah.
Manusia sebagai makhluk yang berketuhanan, sikap dan watak

45
http://kafeilmu.com/2011/05/fungsi-pendidikan-agama-Islam.html#ixzz1rbwVwiPi


59
religiusitasnya perlu dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu
menjiwai dan mewarnai kehidupannya;
c. Mampu membentuk manusia (anak didik) beriman yang meyakini suatu
kebenaran dan berusaha mengimplementasikan ajaran Islam dalam
kehidupn sehari-sehari.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pengelola lembaga
pendidikan Islam untuk meningkatkan kualitasnya, yaitu:
a. Profesionalisme Setiap lembaga pendidikan Islam tidak boleh lagi dikelola
sekadarnya. Karena itu, semuanya harus berbenah secara serius menuju
area professionalisme. Pendidikan Islam sangat butuh orang-orang yang
dapat menahan diri untuk tidak membawa masalah luar ke dalam
organisasi. Jangan lagi ada orang yang hanya menjadikan lembaga sebagai
kendaraan ambisi pribadinya, mendapat kedudukan, kekayaan atau
mendongkrak prestasi. Tentu saja semua tenaga professional diberi
imbalan yang sesuai prestasi. Tentu saja semua tenaga professional itu
diberi imbalan yang sesuai.
b. Kemandirian Ketergantungan yang besar terhadap pihak tertentu, terutama
masalah finansial, membuat pendidikan Islam sulit berkembang. Apalagi
jika harapan satu-satunya sumber finansial itu adalah siswa atau orang tua.
Pengelola harus lebih kreatif dan gigih menyongsong kemandirian
finansial. Hal tersebut bisa dilakukan dengan menggali lebih serius potensi
internal lembaga atau membangun kerjasama dengan berbagai pihak. Saat
ini, sangat banyak lembaga pendidikan lain yang eksis hanya karena bisa

60
bekerjasama dengan orang atau lembaga donor, nasional dan internasinal,
tanpa mengorbankan jati diri mereka. Jangan alergi dulu dengan lembaga
internasional, apalagi kalau alasan ini hanya untuk menutupi
ketidakmampuan pengelolanya.
c. Menggairahkan ke-Islaman Tidak dapat dipungkiri bahwa sepinya peminat
pendidikan Islam karenaadanya anggapan, yang banyak benarnya, bahwa
pendidikan Islam hanyaberorientasi akhirat. Mereka memburu pendidikan
umum karena butuh ilmu untuk sukses dalam kehidupan di dunia, atau
dunia akhirat. Para pelajar dan orang tua lebih berminat memasuki
program studi umum karena dianggap lebih menjamin masa depan. Trend
ini harus dihadapi dengan menggairahkan studi Islam. Materi
pembelajaran tidak boleh lagi dibiarkan terus-menerus menjauh dari
realitas dunia, tapi harus ada upaya pembumian. Orang yang mendalami
ilmu-ilmu Islam tidak boleh lagi merasa di awang-awang, tapi menginjak
bumi karena hasil studinya akan dapat dinikmati dalam kehidupan dunia
dan akhirat.
46


C. Usaha Kepemimpinan Kepala Madrasah Dalam Pengembangan
Lembaga Pendidikan Islam

46
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2173998-kualitas-pendidikan-agama-
Islam/#ixzz1rc0SKvnQ



61
Madrasah memiliki peranan yang cukup besar dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, karena madrasah lahir dari prakarsa dan
partisipasi masyarakat melalui niat suci lillahita'ala.
Kelahiran madrasah dilatar belakangi oleh keinginan untuk
menyeimbangkan antara ilmu agama dan ilmu umum. Eksistensi madrasah
dalam kancah Dunia pendidikan semakin terjaga, hal ini terbukti dengan
semakin berkembangnya madrasah baik segi kualitas maupun kuantitas
peningkatan kualitas baik dari segi input pendidikan, proses pendidikan
maupun output pendidikan merupakan suatu keharusan bagi madrasah. Maka
dari itu lembaga-lembaga pendidikan yang berciri khas Islam harus selalu
meningkatkan kualitas pendidikanya, sehingga lembaga-lembaga tersebut
dapat menghasilkan manusia-manusia unggulan yang dapat bersaing dengan
bangsa lain.
Adapun sebagai usaha kepala madrasah dalam pengembangan lembaga
pendidikan Islam diantaranya buat pembaharuan pendidikan di madrasah;
1. Pengembangan Administrasi kurikulum
Kurikulum adalah serangkaian kegiatan dan pengalaman belajar
yang direncanakan, diorganisasikan dan diprogramkan untuk mencapai
tujuan pendidikan.
Penyusunan suatu program pendidikan di sekolah bergantung
kepada nilai-nilai, teori, yang bertalian pada tujuan, sifat dan pengajaran
pengetahuan serta konsep tentang belajar, dimana ketiga komponen ini
saling berhubungan.
59
Kegiatan administrasi sekolah diarahkan kepada

59
Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan Dasar Teori Untuk Praktek Profesional, (Bandung:
Angkasa, 1987), hlm. 47

62
pencapaian tujuan pendidikan yaitu tujuan pendidikan yang tergambar
dalam kurikulum sekolah masing-masing, lebih jelas sebagaimana yang
telah diungkapkan oleh Ngalim Purwanto sebagai berikut:
Administrasi kurikulum mencakup penyususnan kurikulum
pembinaan kurikulum, pelaksanaan kurikulum, seperti antara lain
pembagian tugas mengajar pada guru, penyusunan silabus atau rencana
pengajaran harian dan mingguan

Kegiatan administrasi kurikulum secara rinci dapat dikerjakan dalam
kegiatan sebagai berikut:
a. Kegiatan yang berhubungan dengan tugas guru, meliputi:
1. Pembagian tugas mengajar
2. Pembagian atau tanggung jawab dalam membina ekstrakurikuler
3. Koordinasi penyusunan persiapan mengajar
b. Kegiatan yang berkaitan dengan proses belajar mengajar, meliputi:
1. Penyusunan jadwal mengajar
2. Penyusunan program berdasarkan satuan waktu (catur wulan,
semester, tahunan)
3. Penyusunan daftar kemajuan murid
4. Penyelenggaraan evaluasi belajar
5. Laporan evaluasi
6. Kegiatan bimbingan dan penyuluhan.
60

Dengan demikian kurikulum suatu sekolah pada dasarnya
merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Apabila tujuan
pendidikan tidak atau kurang berhasil orang akan cenderung untuk

60
Suryo Subroto, Dimensi-dimensi Administrasi Pendidikan Di Sekolah, (Jakarta: Bina aksara,
1984), hlm. 31

63
meninjau kembali kurikulum. Karena kurikulumnyalah yang berkaitan
dengan tujuan pendidikan, kualitas pendidikan dan relevansi hasil
pendidikan dengan masyarakat yang ada. Kurikulum yang tidak sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tidak sesuai
dengan tuntutan masyarakat serta tenaga kerja perlu ditinjau dan
direnovasi.
Dalam melaksanakan kurikulum yang begitu luas ini, kepala
madrasah sebagai supervisor harus mampu mendelegasikan wewenang dan
tanggung jawab kepada guru dan mengawasinya serta dapat menciptakan
iklim kerjasama yang harmonis dan saling bertanggung jawab atas tugas
masing-masing.
2. Pengembangan sarana prasarana
Suatu proses mungkin tidak akan berhasil dengan mengabaikan
adanya sarana dan prasarana. Kalaupun ada bukanlah keberhasilan yang
sempurna. Dengan kenyataan inilah dapat dikatakan bahwa sarana dan
prasarananya mempunyai kedudukan yang sangat penting.
Sarana sekolah adalah semua peralatan dan perlengkapan yang
langsung di gunakan dalam proses atau kegiatan pendidikan misalnya
gedung sekolah, ruangan, meja, kursi, alat peraga dan lain sebagainya.
Sedangkan prasarana adalah merupakan bagian dari semua
komponen yang secara tidak langsung menunjang proses belajar mengajar
atau proses pendidikan sekolah misalnya tata tertib sekolah, jalan menuju
kesekolah dan lain sebagainya.
Sarana dan prasarana merupakan bagian dari alat pendidikan yang
sangat penting guna menunjang keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu

64
perlu sekali adanya pengelolaan pendidikan yang baik, sebagaimana
dikatakan bahwa suatu sekolah dapat berhasil atau berjalan dengan baik
dan lancar apabila pengelolaan sarana dan prasarana itu baik.
61

Kemudian agar sekolah itu agar dapat melaksanakan kegiatan-
kegiatan dalam rangka menunjang proses belajar dan mengajar pendidikan
dengan baik, di harapkan adanya sarana dan prasarana sebagai berikut;
1. Ruang belajar
2. Ruang perpustakaan
3. Ruang laboratorium
4. Ruang ketrampilan
5. Ruang kesenian
6. Ruang usaha kesehatan sekolah (UKS)
7. Fasilitas olah raga
8. Ruang bimbingan dan penyuluhan (BP)
9. Ruang kepala sekolah
10. Ruang administrasi
11. Ruang guru
12. Ruang koperasi, kafetaria, serta
13. Ruang-ruang lain sesuai dengan kebutuhan.
62

3. Pengembangan Sumber Daya Manusia
a. Pendidik
Dalam dunia pendidikan Islam, pendidikan adalah orang-orang
yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan

61
Oteng Sutrisno, Op.Cit , hlm. 77
62
Tim Dosen IKIP jurusan Administrasi Pendidikan, FIP, IKIP, Malang, hlm. 138-139

65
mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi
afektif, potensi kognitif, maupun potensi psikomotorik.
Pendidik sebagai salah satu faktor yang sangat penting dalam
pendidikan perlu ditingkatkan kualitasnya, yang dapat dilakukan melalui
antara lain:
1) Mengaktifkan pendidik. Keaktifan pendidik atau guru ini sangatlah
penting, sebab berjalan atau tidaknya program pendidikan
dimadrasah berada dalam tangan guru atau pendidik.
2) Meningkatkan pengetahuan dalam hal yang ada hubungannya
dengan profesi, bersamaan dengan berkembang pesatnya ilmu
pengetahuan dan teknologi serta pola kehidupan masyarakat.
Pendidik dituntut untuk selalu bisa mengikuti perkembangan
pengetahuan yang ada, yang dapat dijadikan bekal untuk mendidik
siswa-siswi yang kelak akan hidup pada zamannya sendiri.
3) Mengadakan musyawarah atau rapat
Musyawarah atau rapat merupakan forum bagi para guru
untuk menyelesaikan problem-problem yang dihadapi dalam
kaitannya dengan program pendidikan dan pengajaran. Sehingga
forum ini pun turut menunjang usaha untuk meningkatkan kualitas
lulusan yang dilakukan oleh pihak madrasah.
4) Mengadakan studi komperatif
Studi ini dilaksanakan degan mengadakan lawatan atau
kunjungan ke madrasah lain yang lebih maju dan kompeten baik
dalam bidang akademik maupun bidang administrasi madrasah.

66
Selain dari itu, yang harus dilakukan oleh seorang
pendidik untuk mendapatkan hasil yang berkualitas dalam
mengajar seorang pendidik harus mempunyai cita-cita tertentu.
Seperti memiliki kepribadian yang matang dan berkembang,
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, mengembangkan
profesionalisme, dan selalu membangkitkan minat siswa untuk
belajar.
b. Siswa
Dalam mengembangkan lembaga pendidikan Islam, maka tidak
lepas dari peserta didik. Peserta didik merupakan individu yang selalu
bertumpu dan berkembang. Untuk itu agar proses belajar mengajar dapat
berjalan secara aktif maka pendidik perlu memiliki pengetahuan yang
mendalam tentang hakikat peserta didik sehingga dalam melaksanakan
pendidikan tidak mengalami kesulitan. Sehingga usaha-usaha yang akan
dilakukan adalah seperti mengaktifkan peserta didik, membentuk
kelompok belajar, mengadakan ekstra kurikuler, mengadakan
pengalaman langsung.
c. Pegawai
Dalam lembaga pedidikan, tenaga kerja aaupegawai dapat
dibedakan menjadi dua kelompok sebagai berikut:
1. Tenaga teknis atau tenaga profesional atau tenaga edukatif, yakni
personal pelaksana proses belajar mengajar dan kegiatan
kependidikan lainnya.
2. Tenaga administrativ atau tenaga non edukatif, yakni personel yang
tidak langsung bertugas mewujudkan proses belajar mengajar,

67
antara lain meliputi pegwai tata usaha, pegawai laboratorium,
keuangan, sopir, psuru, jaga malam, pegawai perpustakaan dan
lain-lain.
63

dalam rangka meningkatkan efisien kerja, masalah pembinaan
pegawai menempati kedudukan yang penting, program pembinaan
pegawai meliputi aspek yang cukup luas antara lain mengenai
peningkatan kemmpuan kerjanya, peningkatan dedikasi, moral dan
disiplin kerja pengarahan dan pembentukan motif kerja yang objektif.
Peningkatan kemampuan dan kemahiran kerja dapat ditempuh dengan
jalan menambah pengetahuan dan laihan-latihan bagi para personal
melalui penataran/ up-grading, tugas belajar, latihan kerja (job training)
dilingkungan sendiri atau lingkungan lain dan didalam atau diluar negeri.
Program peningkatan kemampuan kerja harus diarahkan untuk:
a) Memungkinkan tenaga kerja yang tersedia dipergunakan secara
berdaya gunan dan berhasil guna
b) Menciptakan hubungan kerja yang menyenangkan dan produktif
dalam rangka mencapai tujuan
c) Meningkatkan perkembangan tenaga kerja sampai batas
kemampuan maksimal masing-masing dan sesuai pula dengan
perkembangan cara dan peralatan kerja yang terbaru dan terbaik.
64

4. Pengembangan Peran Serta Masyarakat
suatu lembaga pendidikan tidak akan berhasil dalam pendidikan
tanpa dukungan masyarakat. Demikian pula masyarakat, memerlukan

63
Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, (Jakarta:Gunung Agung), hlm. 165
64
Ibid. , hlm. 67

68
lemabga pendidikan guna mewriskan nilai-nilai yang ada dimasyarakat.
Hubungan madrasah dan masyarakat adalah suatu proses komunikasi antara
madrasah dan masyarakat dengan maksud meningkatkan pengertian warga
masyarakat tentang kebutuhan dan praktek pendidikan serta mendorong
minat dan kerja sama dalam usaha memperbaiki madrasah. Madrasah
didirikan oleh masyarakat untuk meneladani kepentingan masyarakat.
Madrasah berfungsi konservatif, inovatif dan selektif.
Mengingat begitu pentingnya hubungan antara madrasah dengan
masyarakat, maka penting direalisir berbagai bentuk dan cara
pelaksnaannya. Beberapa bentuk atau cara yang telah dikenal adalah: Open
door politics, atau pembinaan kesempatan pada orang tua murid berkunjung
ke madrasah untukmembicarakan madrasah khususnya yang terjadi pada
anaknya, home visiting atau kunjungan madrasah ke rumah murid,
penggunaan resources persons, dan pengadaan serta mengefektifkan Badan
Pembantu Penyelenggaraan Pendidikan yang disingkat dengan BP3.
Adapun tujuan dari hubungan madrasah dengan masyarakat anyak
sekali, tetapi tujuan pokoknya:
a. Mengembangkan kualitas belajar dan pertumbuhan anak-anak
b. Meningkatkan tujuan dan kualitas kehidupan masyarakat
c. Mengembangkan pengertian, antusiasme masyarakat dalam membantu
pendidikan yng diselenggarakan oleh pemerintah.
65



65
Ngalim Purwanto, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Mutiara, 1984), hlm. 46


69
D. Faktor Pendukung Dan Penghambat Kepala Madrasah Dalam
Pengembangan Lembaga Pendidikan Islam
Disetiap organisasi posisi dan peran pimpinan selalu sangat sentral.
Maju dan mundurnya organisasi sangat tergantung pada sejauh mana
pimpinan mampu berimajinasi memajukan organisasinya. Demikian pula
dalam konteks madrsah sebagai organisasi, maka posisi kepala madrasah juga
sangat dalam memajukan lembaga yang dipimpinnya.
66

Madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam perlu ditangani secara
prifesional, karena pada umunya masih banyak kelemahan-kelemahan tetapi
kelemahan itu dapat diatasi jika semua yang terliat dalam pengembangan
menanganinya secara sungguh-sungguh, sistematis, tearah dan profesional.
Dan dalam mengembangkan kualitas lembaga pendidikan Islam sedikitnya
ada dua sisi yang harus dipenuhi sekaligus. Pertama: perhatian terhadap daya
dukung, baik meliputi ketenagaan, kurikulum, sarana dan prasarana,
pendanaan dan manajemen yang tangguh. Kedua: harus adanya cita-cita, etos,
semangat yang tinggi dari semua pihak yang terlibat didalamnya. Oleh karena
itu, ada beberapa faktor yang dapat menunjang dan menghambat dalam
pengembangan lembaga pendidikan Islam.

E. Faktor Pendukung Kepala Madrasah Dalam Pengembangan Lembaga
Pendidikan Islam
a. Sumber Daya Manusia

66
Imam Suprayogo, Pendidikan Berparadigma Al-Quran, (Malang: Aditya Media Bekerja Sama
dengan UIN Malang Press, CetI, 2004), hlm:.211

70
Sumber daya manusia sangatlah berpengaruh pada keberhasilan suatu
lembaga pendidikan. Hal ini dikarenakan dunia pendidikan berintekasi
langsung untuk membentuk manusia menjadi insan kamil. Adapun sumber
daya yang dimaksud adalah guru, siswa, dan karyawan yang bertugas
membantu mewujudkan terlaksananya pendidikan.
b. Manajemen Pendidikan
administrasi pendidikan tidak hanya administrasi madrasah (tata
usaha, madrasah), tetapi menyangkut semua kegiatan madrasah, baik yang
mengenai materi pelajaran, personal, perencanaan, kerjasama,
kepemimpinan, kurikulum dan sebagainya. Yang harus diatur sehingga
menciptakan suasana yang memungkinkan terselenggaranya kondisi-kondisi
belajar mengajar yang baik sehingga mencapai tujuan pendidikan.
Untuk melaksanakan tugas yang sedemikian kompleks dan banyak,
diperlukan orang yang cakap dan memiliki pengertian yang luas tentang
pelaksanaan dan tujuan pendidikan. Untuk itu sangat diperlukan adanya
pemimpin yang dapat mengatur da mengelola pendidikan dengan baik.
Dengan adanya manajemen yang efektif dan efesien sangat
menunjang dalam pengembangan lembaga pendidikan yang dapat tercapai
secara optimal, efektif dan efisien.
c. Pengelolaan Kurikulum dan Proses Belajar Mengajar.
Pembuatan keputusan dalam pembinaan kurikulum bukan saja
menjadi tanggung jawab para perencana kurikulum perlu membuat
keputusan yang tepat, rasional, dan sistematis. Pembuatan keputusan itu

71
tidak dapat dibuat secara acak-acakan, melainkan harus berdasarkan
informasi dan data yang objektif. Untuk itu terlebih dahulu perlu diadakan
evaluasi yang obyektif terhadap kurikulum yang sedang berlaku. Evaluasi
memegang peranan yang penting dalam membuat keputusan-kepitusan
kurikuler, sehingga dapat diketahui hasil-hasil kurikulum yang telah
dilaksanakan, apakah kelemahan dan kekuatannya dan selanjutnya dapat
dipikirkan mengenai perbaikan-perbaikan yang diperlukan (Thorndika dan
Hagen, 1977).
67

Kurikulum yang dibuat oleh pemerintah pusat adalah kurikulum
standar yang beralku secara nasional. Padahal kondisi madrasah pada
umumnya sangat beragam. Oleh karena itu, dalam implementasinya
madrasah dapat mengembangkan (memperdalam, memperkaya,
memodifikasi). Namun, tidak boleh mengurangi isi kurikulum yang berlaku
secara nasional. Madrasah dibolehkan memperdalam kurikulum, artinya apa
yang diajarkan boleh dipertajam dengan aplikasi yang bervariasi. Madrasah
juga dibolehkan memperkaya apa yang diajarkan, artinya apa yang diajarkan
boleh diperluas dari yang seharusnya, dan yang dapat diajarkan. Demikian
juga, madrasah dibolehkan memodifikasi kurikulum, apa yang diajarkan
boleh dikembangkan agar lebih kontektual dan selaras dengan kebebasan
untuk mengembangkan kurikulum muatan lokal.
Kurikulum sangat berkaitan dengan proses belajar mengajar, untuk
itu dalam proses belajar menagjar hendaknya madrasah memilih strategi,

67
Thorndika dan Hagen yang dikutib oleh Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan
Pendekatan Kompetensi, (Jakarta:Bumi Aksara, 2002), hlm.20


72
metode, dan tehnik-tehnik pembelajaran dan pengajaran yang paling efektif,
sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, karakteristik siswa, karakteristik
guru dan kondisi ntaya sumber daya yang tersedia di sekolah dan lebih
mengaktfkan siswa (student centered).
Dengan menerapkan kurikulum yang sesuai dengan perkemangan
zaman dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, seperti menerapkan
kurikulum baru yaitu kerikulum berbasis kompetensi.
d. Sarana dan prasarana
Sarana dan prasarana dalam pendidikan sangatlah diperlukan untuk
kelancaran proses belajar mengajar. Dengan kelengkapan sarana dan
prasarana pembelajaran dapat mendukung prestasi siswa. Dan madrasah
dituntut untuk mengelola sarana yng telah tersedia dan melengkapi sarana
yang dianggap masih kurang.
Alat-alat yang digunakan sebagai sarana belajar harus lengkap dan
memadai karena alat-alat media pengajaran sebagai penunjang keberhasilan
prestasi belajar siswa. Dengan prestasi belajar siswa yang baik maka upaya
dalam mengembangkan lembaga pendidika Islam akan tercapai secara
optimal.
e. Peran Serta Masyarakat
Faktor-faktor social yang mempengaruhi kemajuan adalah sumber-
sumber dana yang tersedia dalam masyarakat dan sering disediakan
pemerintah daerah. Lingkungan madrasah yang variatif keadaan sosial dan
ekonominya baik dengan pemerintah daerah yang memiliki sumber-sumber

73
alam dan pajak yang baik pasti suatu akan berpengaruh pada kemajuan
pendidikan di madrasah. Maka madrasah sebagai lembaga yang senantiasa
ingin maju perlu mengadakan pendekatan kepada semua pihak yang
berkompetensi bagi madrsasah.
Degan menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan masyarakat
maka pendidikan akan berjalan dengan lancar dan tujuan akan dapat tercapai
secara optimal dalam pengemabngan lembaga pendidikan Islam. Peran serta
masyarakat berpengaruh terhadap proses pendidikan yang sedang berjalan.
Bantuan dan kesadaran masyarakat lebih bersifat material, immaterial,
bantuan moral, perlengkapan inventaris, tenaga pendidik dan lain-lain.


F. Faktor penghambat kepala madrasah dalam pengembangan lembaga
pendidikan Islam
a. Siswa atau Anak didik
Sebagai pendidikan tingkat pertama, Madrasah Tsanawiyah (MTs)
memegang peranan penting dalam proses pembentukan kepribadian siswa.
Karena yang hendak dikembangkan adalah siswa, maka prinsip dasar yang
mesti dikembangkan adalah bahwa setiap siswa merupakan makhluk
manusia, yang sudah tentu tidak terlepas dari kecenderungan manusiawinya.
68

Siswa merupakan subyek pendidikan, yang meneruskan cita-cita
Bangsa dalam mengembangkan nilai-nilai ajaran Islam. Dalam setiap
individu siswa yang menjadi permasalahan disini adalah perbedaan

68
Imam Bawani, Segi-Segi Pendidikan Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1987), hlm.191

74
kemampuan siswa dalam menerima materi pelajaran tidak sama. Sehingga hal
ini sangat mempengaruhi kualitas lulusan.
Oleh sebab itu guru dituntut untuk bagaimana caranya agar siswa bisa
menerima materi dengan baik. Tugas guru adalah memberikan motivasi
kepada siswa untuk selalu belajar.
b. Pendidik
Madrasah merupakan lembaga kependidikan Islam yang menjadi
cermin sebagai umat Islam. Fungsi dan tugasnya adalah merealisasikan cita-
cita umat Islam yang menginginkan agar anak-anak didiknya menjadi
manusia yang beriman dan berilmu pengetahuan. Dalam rangka upaya meraih
hidup sejatera duniawi dan kebahagiaan hidup diakhirat. Untuk mencapai
tujuan itu diperlukan profesionalisme.
69

Dalam dunia pendidikan perlu senantiasa dikembangkan sikap dan
kemampuan profesional. Sebagaimana yang dikemukakn oleh E. Mulyasa
sebagai berikut:
1) Yang berkaitan dengan diri sendiri
a) Pengetahuan
b) Ketrampilan
c) Disiplin
d) Upaya pribadi
e) Kerukunan kerja
2) Yang berkaitan dalam pekerjaan
a) manajemen dan cara kerja yang baik
b) penghematan biaya

69
Muzayyin Arifin, Op.Cit , hlm. 159

75
c) ketepatan waktu.
70

Jadi dapat disimpulkan bahwa faktor dari diri sendiri dan pekerjaan
pendidik akan menjadi hambatan bagi pengemangan madrasah.
Dengan demikian kepala madrasah sebagai pemegang pemimpin
tertinggi bersama-sama dengan komite untuk meningkatkan profesionalisme
pendidik. Dari segi diri sendiri diperlukan adanya seminar, pelatihan-
pelatihan ataupun workshop. Sedangkan yang berkaitan dalam pekerjaan
perlu dengan melengkapi sarana dan prasarana dalam menunjang proses
belajar mengajar, tunjangan gaji, uang transpor dan lain-lain.
c. Dana
Dana (uang) memainkan peran dalam pendidikan. Keuangan merupkan
masalah yang cukup mendasar di madrasah. Karena tanpa adanya dana akan
mempengaruhi secara langsung terhadap kualitas madrasah, terutama
berkaitan dengan sarana, prasarana dan sumber belajar.
Pengeluaran dana sekolah brdasarkan SKB Mendikbud dan Menkeu
No. 0585/k/1997 dan No. 590/kmk.03/03/1987, tanggal 24 September 1987
tentang peraturan SPP dan DPP meliputi: pelaksanaan pelajaran, pengadaan
prasarana atau sarana, pemeliharaan sarana dan prasarana, kesejahteraan
pegawai, kegiatan belajar, penyelenggaraan ujian dan pengiriman aau
penulisan STTB/NEM, perjalanan dinas supervisi, pengelolaan pelaksanaan
pendidikan dan pendapatan.
71

Dari uraian diatas dpat disimpulkan bahwa dana adalah aspek yang
penting dalam usaha mengembangkan madrasah. Untuk itu kepala madrasah

70
E. Mulyasa, Kepala Sekolah Profesional Dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK,
(Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2003), hlm.131
71
Ibid. , hlm. 203

76
serta staf-stafnya hendaknya menjalankan peranannya membantu seklah
dalam anggaran dana.
Maka, suatu keharusan bagi madrasah untuk mengembangkan berbagai
aneka sumber dana dengan menjalin kerjasama dengan para pengusaha,
industri, perdagangan dan sebagainya untuk mendapatkan dana pendidikan
yang lebih banyak agar madrasah dapat melayani kebutuhan masyarakat.
d. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan bagian dari alat pendidikan yang
sangat penting guna menunjang keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu
perlu sekali adanya pengelolaan pendidikan yang baik, sebagaimana
dikatakan bahwa suatu madrasah dapat berhasil atau berjalan dengan baik dan
lancar apabila pengelolaan sarana dan prasarana itu baik.
72
Karena faktor
penting yang mempengaruhi kemajuan madrasah adalah sarana dan
prasarana. Alat-alat pelajaran sangat penting dalam menunjang kegiatan
belajar mengajar. Namun, masih banyak kekurangan-kekurangan yang
dihadapi madrasah untuk meningkatkan mutu. Terbatasnya sarana pendidikan
yang kurang memadai menghambat minat dan bakat siswa sekaligus
menghambat maju dan berkembangnya madrasah itu sendiri.
Untuk melengkapai fasilitas madrasah yang masih kurang dan dana
yang tidak mencukkupi ST. Vembrianto mengemukakan bahwa: kekurangan
gedung madrasah, mobiler, teks books, alat-alat peraga, buku-buku untuk
perpustakaan, alat praktikum, ruang laboratorium dan biaya semuanya adalah
problem yang sangat sulit.
73


72
Oteng Sutrisno, Op.Cit, hlm. 77
73
ST. Vembrianto, Kapita selekta Pendidikan I, (Yogyakarta: Paramita, 1984), hlm. 35

77
Sebagai alternatif lain yang bisa dilakukan madrasah adalah dengan
meningkatkan hubungan dan kerjasama dengan masyarakat yaitu dengan
membentuk donatur-donatur tetap.
e. Peran serta masyarakat
Partisipasi masyarakat mengacu pada adanya keikutsertaan masyarakat
secara nyata dalam suatu kegiatan. Masyarakat harus menjadi partner
madrasah dalam melaksanakan pendidikan dan pembelajaran, karena
kerjasama diantara keduanya sangat penting dalam membentuk pribadi siswa.
Mulyasa mengungkapkan bahwa madrasah dan masyarakat
merupakan parnership dalam berbagai aktivitas yang berkaitan dengan aspek-
aspek pendidikan diantaranya:
b. Sekolah dengan masyarakat merupakan satu kesatuan dalam
menyelenggarakan pndidikan dan pembinaan pribadi peserta didik.
c. Sekolah dengan tenaga kependidikan menyadari pentingnya
kerjasama dengan masyarakat, bukan saja dalam melakukan
pembaharuan tetapi juga dalam menerima berbagai konsekuensi
dan dampaknya, seta mencari alternatif pemecahannya.
d. Sekolah dengan masyarakat sekitar memiliki andil dan mengambil
bagian serta bantuan dalam pendidikan dimadrasah, untuk
mengembangkan berbagai potensi secara optimal sesuai harapan
peserta didik.
74

Melihat pentingnya peranan masyarakat dalam pengelolaan dan
pengembangan pendidikan, masyarakat diharapkan berperan serta dalam ikut

74
Mulyasa, Op-Cit. , hlm. 172

78
memikirkan dan memberikan masukan terhadap madrasah demi kemajuan
pendidikan.

You might also like