You are on page 1of 25

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Perubahan fungsi tubuh seringkali tercermin pada suhu tubuh, denyut nadi, pernafasan dan tekanan darah. Setiap perubahan yang berbeda dengan keadaan normal di anggap sebagai indikasi penting mengenai kesehatan seseorang (Potter&Perry 1997). Pemeriksaan tanda-tanda vital merupakan bagian dari proses untuk mengetahui keadaan kesehatan pasien. Salah satu bagian dari pemeriksaan tanda-tanda vital adalah pemeriksaan suhu tubuh dan pernafasan (Hand Out KDPK 2010). Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh proses tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat (http://zaifbio.wordpress.com). Pernapasan (breathing) artinya menghirup dan menghembuskan napas. Oleh karena itu, bernapas diartikan sebagai proses memasukkan udara dari lingkungan luar ke dalam tubuh dan mengeluarkan udara sisa dari dalam tubuh ke lingkungan. Sementara, respirasi (respiration) berarti suatu proses pembakaran (oksidasi) senyawa organik (bahan makanan) di dalam sel sehingga diperoleh energi (http://djendohcommunity.blogspot.com). Berdasarkan pertimbangan bahwa perubahan fungsi tubuh sering kali tercermin pada perubahan tanda-tanda vital, maka penulis mengambil judul mengukur suhu serta tekanan menghitung pernafasan. Karena hasil dari perhitungan pernafasan dan pengukuran suhu dapat dijadikan sebagai acuan dalam menentukan diagnosa dan memberikan terapi. 1.2 Tujuan Penulisan Tujuan Umum Mahasiswa mampu melaksanakan pengukuran suhu tubuh dan penghitungan pernafasan secara tepat sesuai dengan langkah-langkah yang benar. Tujuan Khusus a. Mampu melakukan pengkajian data. b. Mampu mengidentifikasi diagnosa berdasarkan data - data yang ada. c. Mampu melakukan tindakan sesuai dengan langkah langkah yang benar. d. Mampu melakukan evaluasi hasil tindakan.

e. Mampu memberikan KIE. 1.3 Sistematika Penulisan Bab I : Pendahuluan 1.1.Latar Belakang 1.2.Tujuan Penulisan 1.3.Sistematika Penulisan Bab II : Tinjauan Pustaka 2.1. Suhu Tubuh 2.1.1 Definisi 2.1.2 Faktor Yang Mempengaruhi Suhu Tubuh 2.1.3 Sistem Pengaturan Suhu Tubuh 2.1.4 Mekanisme Tubuh Ketika Suhu Tubuh Berubah 2.1.5 Mekanisme Kehilangan Panas Melalui Kulit 2.1.6 Prosedur Tindakan Mengukur suhu Tubuh 2.2. Respirasi 2.2.1 Definisi 2.2.2 Struktur Pernafasan Manusia 2.2.3 Mekanisme Pertukaran Gas Oksigen (02)dan Karbondioksida (CO2) 2.2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Respirasi 2.2.4 Prosedur Tindakan Menghitung Pernafasan Bab III : Tinjauan Kasus Bab IV : Pembahasan Bab V : Penutup 5.1. Kesimpulan 5.2. Saran Daftar pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Suhu Tubuh 2.1.1 Definisi Suhu tubuh merupakan hasil keseimbangan antara produksi panas dan hilangnya panas dari tubuh ke lingkungan. Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang dapat menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh (Anas Tamsuri, 2007). Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila pusat temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set point). Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 37C (Anas Tamsuri, 2007). Apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan merangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme untuk mempertahankan suhu dengan cara menurunkan produksi panas dan meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada titik tetap (Anas Tamsuri, 2007). Upaya-upaya yang kita dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh yaitu mengenakan pakaian yang tipis, banyak minum, banyak istirahat, beri kompres, beri obat penurun panas (Harold S. Koplewich, 2005). Ada beberapa teknik dalam memberikan kompres dalam upaya menurunkan suhu tubuh antara lain kompres hangat basah, kompres hangat kering (buli-buli), kompres dingin basah, kompres dingin kering (kirbat es), bantal dan selimut listrik, lampu penyinaran, busur panas (Anas Tamsuri, 2007). Dalam postingan kali ini, kita akan berfokus pada penggunaan teknik kompres hangat dalam upaya menurunkan suhu tubuh.

2.1.2 Faktor Yang Mempengaruhi Suhu Tubuh Adapun faktor yang mempengaruhi suhu tubuh antara lain: 1. Usia Usia sangat mempengaruhi metabolisme tubuh akibat mekanisme hormonal sehingga memberi efek tidak langsung terhadap suhu tubuh. Pada neonatus dan bayi, terdapat mekanisme pembentukan panas melalui pemecahan (metabolisme) lemak coklat sehingga terjadi proses termogenesis tanpa menggigil (non-shivering thermogenesis). Secara umum, proses ini mampu meningkatkan metabolisme hingga lebih dari 100%. Pembentukan panas melalui mekanisme ini dapat terjadi karena pada neonatus banyak terdapat lemak coklat. Mekanisme ini sangat penting untuk mencegah hipotermi pada bayi. 2. Kecepatan metabolisme basal Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula. Sebagaimana disebutkan pada uraian sebelumnya, sangat terkait dengan laju metabolisme. 3. Rangsangan saraf simpatis Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan metabolisme menjadi 100% lebih cepat. Disamping itu, rangsangan saraf simpatis dapat mencegah lemak coklat yang tertimbun dalam jaringan untuk dimetabolisme. Hamper seluruh metabolisme lemak coklat adalah produksi panas. Umumnya, rangsangan saraf simpatis ini dipengaruhi stress individu yang menyebabkan peningkatan produksi epineprin dan norepineprin yang meningkatkan metabolisme. 4. Hormone pertumbuhan Hormone pertumbuhan ( growth hormone ) dapat menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas tubuh juga meningkat. 5. Hormone tiroid Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hamper semua reaksi kimia dalam tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat mempengaruhi laju metabolisme menjadi 50-100% diatas normal. 6. Hormone kelamin Hormone kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal kirakira 10-15% kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi panas. Pada perempuan, fluktuasi suhu lebih bervariasi dari pada laki-laki karena pengeluaran 4

hormone progesterone pada masa ovulasi meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3 0,6C di atas suhu basal. 7. Demam ( peradangan ) Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan metabolisme sebesar 120% untuk tiap peningkatan suhu 10C. 8. Status gizi Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme 20 30%. Hal ini terjadi karena di dalam sel tidak ada zat makanan yang dibutuhkan untuk mengadakan metabolisme. Dengan demikian, orang yang mengalami mal nutrisi mudah mengalami penurunan suhu tubuh (hipotermia). Selain itu, individu dengan lapisan lemak tebal cenderung tidak mudah mengalami hipotermia karena lemak merupakan isolator yang cukup baik, dalam arti lemak menyalurkan panas dengan kecepatan sepertiga kecepatan jaringan yang lain. 9. Aktivitas Aktivitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme, mengakibatkan gesekan antar komponen otot / organ yang menghasilkan energi termal. Latihan (aktivitas) dapat meningkatkan suhu tubuh hingga 38,3 40,0 C. 10. Gangguan organ Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat menyebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan. Berbagai zat pirogen yang dikeluarkan pada saai terjadi infeksi dapat merangsang peningkatan suhu tubuh. Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar keringat yang sedikit juga dapat menyebabkan mekanisme pengaturan suhu tubuh terganggu. 11. Lingkungan Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga sebaliknya, lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu antara manusia dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit. Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan melalui pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil melalui anastomosis arteriovenosa yang mengandung banyak otot. Kecepatan aliran dalam fleksus arteriovenosa yang cukup tinggi (kadang mencapai 30% total curah jantung) akan menyebabkan konduksi panas dari inti tubuh ke kulit menjadi sangat efisien.

Dengan demikian, kulit merupakan radiator panas yang efektif untuk keseimbangan suhu tubuh (http://zianarmie.wordpress.com). 2.1.3 Sistem Pengaturan Suhu Tubuh Bagian otak yang berpengaruh terhadap pengaturan suhu tubuh adalah hipotalamus anterior dan hipotalamus posterior. Hipotalamus anterior (AH/POA) berperanan meningkatkan hilangnya panas, vasodilatasi dan menimbulkan keringat. Hipotalamus posterior (PH/ POA) berfungsi meningkatkan penyimpanan panas, menurunkan aliran darah, piloerektil, menggigil, meningkatnya produksi panas, meningkatkan sekresi hormon tiroid dan mensekresi epinephrine dan norepinephrine serta meningkatkan basal metabolisme rate. Jika terjadi penurunan suhu tubuh inti, maka akan terjadi mekanisme homeostasis yang membantu memproduksi panas melalui mekanisme feed back negatif untuk dapat meningkatkan suhu tubuh ke arah normal (Tortora, 2000). Thermoreseptor di kulit dan hipotalamus mengirimkan impuls syaraf ke area preoptic dan pusat peningkata panas di hipotalamus, serta sel neurosekretory hipotalamus yang menghasilkan hormon TRH (Thyrotropin releasing hormon) sebagai tanggapan.hipotalamus menyalurkan impuls syaraf dan mensekresi TRH, yang sebaliknya merangsang Thyrotroph di kelenjar pituitary anterior untuk melepaskan TSH (Thyroid stimulating hormon). Impuls syaraf di hipotalamus dan TSH kemudian mengaktifkan beberapa organ efektor. Berbagai organ efektor akan berupaya untuk meningkatkan suhu tubuh untuk mencapai nilai normal, diantaranya adalah : sipatis yang Impuls syaraf dari pusat peningkatan panas merangsang syaraf menyebabkan pembuluh darah kulit akan mengalami

vasokonstriksi. Vasokonstriksi menurunkan aliran darah hangat, sehingga perpindahan panas dari organ internal ke kulit. Melambatnya kecepatan hilangnya panas menyebabkan temperatur tubuh internal meningkatkan reaksi metabolic melanjutkan untuk produksi panas. sebaliknya, Impuls syaraf di nervus simpatis menyebabkan medulla adrenal menghasilkan peningkatan metabolisme selular, dimana merangsang pelepasan epinephrine dan norepinephrine ke dalam darah. Hormon meningkatkan produksi panas.

Pusat peningkatan panas merangsang bagian otak yang

meningkatkan tonus otot dan memproduksi panas. Tonus otot meningkat, dan terjadi siklus yang berulang-ulang yang disebut menggigil. Selama menggigil maksimum, produksi panas tubuh dapat meningkat 4x dari basal rate hanya dalam waktu beberapa menit Kelenjar tiroid memberikan reaksi terhadap TSH dengan melepaskan lebih hormon tiroid kedalam darah. Peningkatan kadar hormon tiroid secara perlahan-lahan meningkatkan metabolisme rate, dan peningkatan suhu tubuh. Jika suhu tubuh meningkat diatas normal maka putaran mekanisme feed back negatif berlawanan dengan yang telah disebutkan diatas. Tingginya suhu darah merangsang termoreseptor yang mengirimkan impuls syaraf ke area preoptic, dimana sebaliknya merangsang pusat penurun panas dan menghambat pusat peningkatan panas. Impuls syaraf dari pusat penurun panas menyebabkan dilatasi pembuluh darah di kulit. Kulit menjadi hangat, dan kelebihan panas hilang ke lingkungan melalui radiasi dan konduksi bersamaan dengan peningkatan volume aliran darah dari inti yang lebih hangat ke kulit yang lebih dingin. Pada waktu yang bersamaan, metabolisme rate berkurang, dan tidak terjadi menggigil. Tingginya suhu darah merangsang kelenjar keringat kulit melalui aktivasi syaraf simpatis hipotalamik. Saat air menguap melalui permukaan kulit, kulit menjadi lebih dingin. Respon ini melawan efek penghasil panas dan membantu mengembalikan suhu tubuh kembali normal (http://zianarmie.wordpress.com). 2.1.4 Mekanisme Tubuh Ketika Suhu Tubuh Berubah 2.1.4.1 Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh meningkat yaitu : a. Vasodilatasi Vasodilatasi pembuluh darah perifer hampir dilakukan pada semua area tubuh. Vasodilatasi ini disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada hipotalamus posterior yang menyebabkan vasokontriksi sehingga terjadi vasodilatasi yang kuat pada kulit, yang memungkinkan percepatan pemindahan panas dari tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak. b. Berkeringat

Pengeluaran keringat melalui kulit terjadi sebagai efek peningkatan suhu yang melewati batas kritis, yaitu 37C. pengeluaran keringat menyebabkan peningkatan pengeluaran panas melalui evaporasi. Peningkatan suhu tubuh sebesar 1C akan menyebabkan pengeluaran keringat yang cukup banyak sehingga mampu membuang panas tubuh yang dihasilkan dari metabolisme basal 10 kali lebih besar. Pengeluaran keringat merupakan salh satu mekanisme tubuh ketika suhu meningkat melampaui ambang kritis. Pengeluaran keringat dirangsang oleh pengeluaran impuls di area preoptik anterior hipotalamus melalui jaras saraf simpatis ke seluruh kulit tubuh kemudian menyebabkan rangsangan pada saraf kolinergic kelenjar keringat, yang merangsang produksi keringat. Kelenjar keringat juga dapat mengeluarkan keringat karena rangsangan dari epinefrin dan norefineprin. c. Penurunan pembentukan panas Beberapa mekanisme pembentukan panas, seperti termogenesis kimia dan menggigil dihambat dengan kuat. 2.1.4.2 Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh menurun, yaitu : a. Vasokontriksi kulit di seluruh tubuh Vasokontriksi terjadi karena rangsangan pada pusat simpatis hipotalamus posterior. b. Piloereksi Rangsangan simpatis menyebabkan otot erektor pili yang melekat pada folikel rambut berdiri. Mekanisme ini tidak penting pada manusia, tetapi pada binatang tingkat rendah, berdirinya bulu ini akan berfungsi sebagai isolator panas terhadap lingkungan. c. Peningkatan pembentukan panas Pembentukan panas oleh sistem metabolisme meningkat melalui mekanisme menggigil, pembentukan panas akibat rangsangan simpatis, serta peningkatan sekresi tiroksin. (http://zianarmie.wordpress.com) 2.1.5 Pembagian Kategori Suhu Tubuh Menurut Tamsuri Anas (2007), suhu tubuh dibagi menjadi :
a. b. c. d.

Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36C Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36 37,5C Febris / pireksia, bila suhu tubuh antara 37,5 40C Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40C 8

2.1.6 Tempat Tempat Pengukuran Suhu Tubuh Tempat-Tempat pengukuran suhu antara lain: a. Aksilla (ketiak) diukur selama 10-15 menit b. Rectal(anus) diukur selama 3-5 menit c. Oral (mulut) diukur selama 3 menit (Hand Out KDPK 2010) 2.1.7 Mekanisme Kehilangan Panas Melalui Kulit 1. Radiasi Radiasi adalah mekanisme kehilangan panas tubuh dalam bentuk gelombang panas inframerah. Gelombang inframerah yang dipancarkan dari tubuh memiliki panjang gelombang 5 20 mikrometer. Tubuh manusia memancarkan gelombang panas ke segala penjuru tubuh. Radiasi merupakan mekanisme kehilangan panas paling besar pada kulit (60%) atau 15% seluruh mekanisme kehilangan panas. Panas adalah energi kinetic pada gerakan molekul. Sebagian besar energi pada gerakan ini dapat di pindahkan ke udara bila suhu udara lebih dingin dari kulit. Sekali suhu udara bersentuhan dengan kulit, suhu udara menjadi sama dan tidak terjadi lagi pertukaran panas, yang terjadi hanya proses pergerakan udara sehingga udara baru yang suhunya lebih dingin dari suhu tubuh. 2. Konduksi Konduksi adalah perpindahan panas akibat paparan langsung kulit dengan benda-benda yang ada di sekitar tubuh. Biasanya proses kehilangan panas dengan mekanisme konduksi sangat kecil. Sentuhan dengan benda umumnya memberi dampak kehilangan suhu yang kecil karena dua mekanisme, yaitu kecenderungan tubuh untuk terpapar langsung dengan benda relative jauh lebih kecil dari pada paparan dengan udara, dan sifat isolator benda menyebabkan proses perpindahan panas tidak dapat terjadi secara efektif terus menerus. 3. Evaporasi Evaporasi ( penguapan air dari kulit ) dapat memfasilitasi perpindahan panas tubuh. Setiap satu gram air yang mengalami evaporasi akan menyebabkan kehilangan panas tubuh sebesar 0,58 kilokalori. Pada kondisi individu tidak berkeringat, mekanisme evaporasi berlangsung sekitar 450 600 ml/hari.

Hal ini menyebabkan kehilangan panas terus menerus dengan kecepatan 12 16 kalori per jam. Evaporasi ini tidak dapat dikendalikan karena evaporasi terjadi akibat difusi molekul air secara terus menerus melalui kulit dan system pernafasan. Selama suhu kulit lebih tinggi dari pada suhu lingkungan, panas hilang melalui radiasi dan .konduksi. Namun ketika suuhu lingkungan lebih tinggi dari suhu tubuh, tubuh memperoleh suhu dari lingkungan melalui radiasi dan konduksi. Pada keadaan ini, satu-satunya cara tubuh melepaskan panas adalah melalui evaporasi. Memperhatikan pengaruh lingkungan terhadap suhu tubuh, sebenarnya suhu tubuh actual ( yang dapat diukur ) merupakan suhu yang dihasilkan dari keseimbangan antara produksi panas oleh tubuh dan proses kehilangan panas tubuh dari lingkungan. Konveksi Konveksi adalah transfer dari energi panas oleh arus udara maupun air. Saat tubuh kehilangan panas melalui konduksi dengan udara sekitar yang lebih dingin, udara yang bersentuhan dengan kulit menjadi hangat. Karena udara panas lebih ringan dibandngkan udara dingin, udara panas berpindah ketika udara dingin bergerak ke kulit untuk menggantikan udara panas. Pergerakan udara ini disebut arus konveksi, membantu membawa panas dari tubuh. Kombinasi dari proses konveksi dan konduksi guna membawa pergi panas dari tubuh dibantu oleh pergerakan paksa udara melintasi permukaan tubuh, seperti kipas angin, angin, pergeraka tubuh saat menaiki sepeda dan lain-lain. (http://zianarmie.wordpress.com) 2.2 Respirasi (Pernafasan) 2.2.1 Definisi Istilah bernapas, seringkali diartikan dengan respirasi, walaupun secara harfiah sebenarnya kedua istilah tersebut berbeda. Pernapasan (breathing) artinya menghirup dan menghembuskan napas. Oleh karena itu, bernapas diartikan sebagai proses memasukkan udara dari lingkungan luar ke dalam tubuh dan mengeluarkan udara sisa dari dalam tubuh ke lingkungan. Sementara, respirasi (respiration) berarti suatu proses pembakaran (oksidasi) senyawa organik (bahan makanan) di dalam sel sehingga diperoleh energi. Energi yang dihasilkan dari respirasi sangat menunjang sekali untuk melakukan beberapa aktifitas. Misalnya saja, mengatur suhu tubuh, pergerakan, pertumbuhan dan

10

reproduksi. Oleh karena itu, kegiatan pernapasan dan respirasi sebenarnya saling berhubungan. 2.2.2 Struktur Pernafasan Manusia a. Hidung Hidung merupakan alat pernapasan yang terletak di luar dan tersusun atas tulang rawan. Pada bagian ujung dan pangkal hidung ditunjang oleh tulang nasalis. Rongga hidung dibagi menjadi dua bagian oleh septum nasalis, yaitu bagian kiri dan kanan. Bagian depan septum ditunjang oleh tulang rawan, sedangkan bagian belakang ditunjang oleh tulang vomer dan tonjolan tulang ethmoid. Bagian bawah rongga hidung dibatasi oleh tulang palatum, dan maksila. Bagian atas dibatasi oleh ethmoid, bagian samping oleh tulang maksila, konka nasalis inferior, dan ethomoid sedangkan bagian tengah dibatasi oleh septum nasalis. Pada dinding lateral terdapat tiga tonjolan yang disebut konka nasalis superior, konka media dan konka inferior. Melalui celah-celah pada ketiga tonjolan ini udara inspirasi akan dipanaskan oleh darah di dalam kapiler dan dilembapkan oleh lendir yang disekresikan oleh sel goblet. Lendir juga dapat membersihkan udara pernapasan dari debu. Bagian atas dari rongga hidung terdapat daerah olfaktorius, yang mengandung sel-sel pembau. Sel-sel ini berhubungan dengan saraf otak pertama (nervus olfaktorius). Panjangnya sekitar 10 cm. Udara yang akan masuk ke dalam paru-paru pertama kali akan masuk melalui hidung terlebih dahulu. Sekitar 15.000 liter udara setiap hari akan melewati hidung. b. Faring Faring merupakan percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofaring) pada bagian depan dan saluran pencernaan (orofaring) pada bagian belakang. Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring berbentuk seperti tabung corong, terletak di belakang rongga hidung dan mulut, dan tersusun dari otot rangka. Faring berfungsi sebagai jalannya udara dan makanan. Faring merupakan percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofaring) pada bagian depan dan saluran pencernaan (orofaring) pada bagian belakang. c. Laring Dari faring, udara pernapasan akan menuju pangkal tenggorokan atau disebut juga laring. Laring tersusun atas kepingan tulang rawan yang membentuk jakun. Jakun

11

tersebut tersusun oleh tulang lidah, katup tulang rawan, perisai tulang rawan, piala tulang rawan, dan gelang tulang rawan. Pangkal tenggorokan dapat ditutup oleh katup pangkal tenggorokan (epiglotis). Jika udara menuju tenggorokan, anak tekak melipat ke bawah, dan ketemu dengan katup pangkal tenggorokan sehingga membuka jalan udara ke tenggorokan. Saat menelan makanan, katup tersebut menutupi pangkal tenggorokan dan saat bernapas katup tersebut akan membuka. Pada pangkal tenggorokan terdapat pita suara yang bergetar bila ada udara melaluinya. Misalnya saja saat kita berbicara. d. Trakea Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya 10 cm, terletak sebagian di leher dan sebagian di rongga dada. Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk ke saluran pernapasan. e. Bronkus Bronkus tersusun atas percabangan, yaitu bronkus kanan dan kiri. Letak bronkus kanan dan kiri agak berbeda. Bronkus kanan lebih vertikal daripada kiri. Karena strukturnya ini, sehingga bronkus kanan akan mudah kemasukan benda asing. Itulah sebabnya paru-paru kanan seseorang lebih mudah terserang penyakit bronkhitis. Pada seseorang yang menderita asma bagian otot-otot bronkus ini berkontraksi sehingga akan menyempit. Hal ini dilakukan untuk mencegah masuknya lebih banyak benda asing yang menimbulkan reaksi alergi. Akibatnya penderita akan mengalami sesak napas. Sedangkan pada penderita bronkitis, bagian bronkus ini akan tersumbat oleh lendir. Bronkus kemudian bercabang lagi sebanyak 2025 kali percabangan membentuk bronkiolus. Pada ujung bronkiolus inilah tersusun alveolus yang berbentuk seperti buah anggur. f. Paru-paru Organ yang berperan penting dalam proses pernapasan adalah paru-paru. Paruparu merupakan organ tubuh yang terletak pada rongga dada, tepatnya di atas sekat diafragma. Diafragma adalah sekat rongga badan yang membatasi rongga dada dan rongga perut. Paru-paru terdiri atas dua bagian, paru-paru kanan dan paru-paru kiri. Paru-paru kanan memiliki tiga gelambir yang berukuran lebih besar daripada paru-paru sebelah kiri yang memiliki dua gelambir.

12

Paru-paru dibungkus oleh dua lapis selaput paru-paru yang disebut pleura. Semakin ke dalam, di dalam paru-paru akan ditemui gelembung halus kecil yang disebut alveolus. Jumlah alveolus pada paru-paru kurang lebih 300 juta buah. Adanya alveolus ini menjadikan permukaan paru-paru lebih luas. Diperkirakan, luas permukaan paruparu sekitar 160 m2. Dengan kata lain, paru-paru memiliki luas permukaan sekitar 100 kali lebih luas daripada luas permukaan tubuh. Dinding alveolus mengandung kapiler darah. Oksigen yang terdapat pada alveolus berdifusi menembus dinding alveolus, lalu menem bus dinding kapiler darah yang mengelilingi alveolus. Setelah itu, masuk ke dalam pembuluh darah dan diikat oleh hemoglobin yang terdapat di dalam sel darah merah sehingga terbentuk oksihemoglobin (HbO2). Akhirnya, oksigen diedarkan oleh darah ke seluruh tubuh. Setelah sampai ke dalam sel-sel tubuh, oksigen dilepaskan sehingga oksihemoglobin kembali menjadi hemoglobin. Oksigen ini digunakan untuk oksidasi. Karbon dioksida yang dihasilkan dari respirasi sel diangkut oleh plasma darah melalui pembuluh darah menuju ke paru-paru. Sesampai di alveolus, CO2 menembus dinding pembuluh darah dan dinding lveolus. Dari alveolus, karbondioksida akan disalurkan menuju hidung untuk dikeluarkan. Jadi proses pertukaran gas sebenarnya berlangsung di alveolus. 2.2.3 Mekanisme Pertukaran Gas Oksigen (02)dan Karbondioksida (CO2) Udara lingkungan dapat dihirup masuk ke dalam tubuh makhluk hidup melalui dua cara, yakni pernapasan secara langsung dan pernapasan tak langsung. Pengambilan udara secara langsung dapat dilakukan oleh permukaan tubuh lewat proses difusi. Sementara udara yang dimasukan ke dalam tubuh melalui saluran pernapasan dinamakan pernapasan tidak langsung. Saat kita bernapas, udara diambil dan dikeluarkan melalui paruparu. Dengan lain kata, kita melakukan pernapasan secara tidak langsung lewat paru-paru. Walaupun begitu, proses difusi pada pernapasan langsung tetap terjadi pada paru-paru. Bagian paru-paru yang meng alami proses difusi dengan udara yaitu gelembung halus kecil atau alveolus. Oleh karena itu, berdasarkan proses terjadinya pernapasan, manusia mempunyai dua tahap mekanisme pertukaran gas. Pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida yang dimaksud yakni mekanisme pernapasan eksternal dan internal. a. Pernafasan Eksternal 13

Ketika kita menghirup udara dari lingkungan luar, udara tersebut akan masuk ke dalam paru-paru. Udara masuk yang mengandung oksigen tersebut akan diikat darah lewat difusi. Pada saat yang sama, darah yang mengandung karbondioksida akan dilepaskan. Proses pertukaran oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2) antara udara dan darah dalam paru-paru dinamakan Pernapasan Eksternal. Saat sel darah merah (eritrosit) masuk ke dalam kapiler paru-paru, sebagian besar CO2 yang diangkut berbentuk ion bikarbonat (HCO- 3) . Dengan bantuan enzim karbonat anhidrase, karbondioksida (CO2) air (H2O) yang tinggal sedikit dalam darah akan segera berdifusi keluar. Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut. Seketika itu juga, hemoglobin tereduksi (yang disimbolkan HHb) melepaskan ionion hidrogen (H+) sehingga hemoglobin (Hb)-nya juga ikut terlepas. Kemudian, hemoglobin akan berikatan dengan oksigen (O2) menjadi oksihemoglobin (disingkat HbO2). Proses difusi dapat terjadi pada paru-paru (alveolus), karena adaperbedaan tekanan parsial antara udara dan darah dalam alveolus. Tekanan parsial membuat konsentrasi oksigen dan karbondioksida pada darah dan udara berbeda. Tekanan parsial oksigen yang kita hirup akan lebih besar dibandingkan tekanan parsial oksigen pada alveolus paru-paru. Dengan kata lain, konsentrasi oksigen pada udara lebih tinggi daripada konsentrasi oksigen pada darah. Oleh karena itu, oksigen dari udara akan berdifusi menuju darah pada alveolus paru-paru. Sementara itu, tekanan parsial karbondioksida dalam darah lebih besar dibandingkan tekanan parsial karbondioksida pada udara. Sehingga, konsentrasi karbondioksida pada darah akan lebih kecil di bandingkan konsentrasi karbondioksida pada udara. Akibatnya, karbondioksida pada darah berdifusi menuju udara dan akan dibawa keluar tubuh lewat hidung. b. Pernafasan Internal Berbeda dengan pernapasan eksternal, proses terjadinya pertukaran gas pada pernapasan internal berlangsung di dalam jaringan tubuh. Proses pertukaran oksigen dalam darah dan karbondioksida tersebut berlangsung dalam respirasi seluler. Setelah oksihemoglobin (HbO2) dalam paru-paru terbentuk, oksigen akan lepas, dan selanjutnya menuju cairan jaringan tubuh. Oksigen tersebut akan digunakan dalam proses metabolisme sel. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut. Proses masuknya oksigen ke dalam cairan jaringan tubuh juga melalui proses difusi. Proses difusi ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan parsial oksigen dan 14

karbondioksida antara darah dan cairan jaringan. Tekanan parsial oksigen dalam cairan jaringan, lebih rendah dibandingkan oksigen yang berada dalam darah. Artinya konsentrasi oksigen dalam cairan jaringan lebih rendah. Oleh karena itu, oksigen dalam darah mengalir menuju cairan jaringan. Sementara itu, tekanan karbondioksida pada darah lebih rendah daripada cairan jaringan. Akibatnya, karbondioksida yang terkandung dalam sel-sel tubuh berdifusi ke dalam darah. Karbondioksida yang diangkut oleh darah, sebagian kecilnya akan berikatan bersama hemoglobin membentuk karboksi hemoglobin (HbCO2) (http://zaifbio.wordpress.com). 2.2.4 Faktor yang mempengaruhi respirasi 1. Usia Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang sebelumnya berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan jalan nafas yang pendek. Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa kanak-kanak, diameter dari depan ke belakang berkurang dengan proporsi terhadap diameter transversal. Pada orang dewasa thorak diasumsikan berbentuk oval. Pada lanjut usia juga terjadi perubahan pada bentuk thorak dan pola napas. 2. Suhu Sebagai respon terhadap panas, pembuluh darah perifer akan berdilatasi, sehingga darah akan mengalir ke kulit. Meningkatnya jumlah panas yang hilang dari permukaan tubuh akan mengakibatkan curah jantung meningkat sehingga kebutuhan oksigen juga akan meningkat. Pada lingkungan yang dingin sebaliknya terjadi kontriksi pembuluh darah perifer, akibatnya meningkatkan tekanan darah yang akan menurunkan kegiatankegiatan jantung sehingga mengurangi kebutuhan akan oksigen. 3. Gaya Hidup Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan denyut jantung, demikian juga suplay oksigen dalam tubuh. Merokok dan pekerjaan tertentu pada tempat yang berdebu dapat menjadi predisposisi penyakit paru. 4. Status Kesehatan Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat menyediakan oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi penyakit pada sistem kardiovaskuler kadang berakibat pada terganggunya pengiriman oksigen ke sel-sel tubuh. Selain itu penyakit-penyakit pada sistem pernapasan dapat 15

mempunyai efek sebaliknya terhadap oksigen darah. Salah satu contoh kondisi kardiovaskuler yang mempengaruhi oksigen adalah anemia, karena hemoglobin berfungsi membawa oksigen dan karbondioksida maka anemia dapat mempengaruhi transportasi gas-gas tersebut ke dan dari sel. 5. Narkotika Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam pernapasan ketika depresi pusat pernapasan dimedula. Oleh karena itu bila memberikan obat-obat narkotik analgetik, perawat harus memantau laju dan kedalaman pernapasan. 6. Jenis kelamin Belalang betina dan belalang jantan memiliki kecepatan respirasi yang berbeda. 7. Ketinggian Ketinggian mempengaruhi pernapasan. Makin tinggi daratan, makin rendah O2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup belalang. Sebagai akibatnya belalang pada daerah ketinggian memiliki laju pernapasan yang meningkat, juga kedalaman pernapasan yang meningkat. 8. Polusi udara Dengan adanya polusi udara, kecepatan pernapasan kita terganggu. Bernapas menjadi lebih menyesakkan sehingga kecepatan pernapasan menurun, jumlah oksigen yang dihisap menurun, kita pun menjadi lemas. (http://zaifbio.wordpress.com) 2.2.5 Jumlah Pernafasan Normal Pada Manusia Jumlah pernafasan normal pada manusia yaitu: Age Newborn 05 months 612 months 13 years 35 years 610 years 1114 years Normal respiratory rate (breaths per minute) 30-50 25-40 20-30 20-30 20-30 15-30 12-20

16

14+ years

12-20

Sumber : (http://en.wikipedia.org/wiki/Vital_signs) 2.3 Prosedur Tindakan Mengukur Suhu Tubuh dan Menghitung Pernafasan 1. Persiapan Alat: - thermometer axilla dalam tempatnya - jam tangan yang ada jarum detiknya - bengkok - buku catatan dan alat tulis - air dekontaminasi, air sabun, air bersih dalam tempatnya - tissue - persiapan untuk cuci tangan : sabun dan handuk kecil - tempat sampah medis dan non medis 2. Persiapan Pasien - memberi salam - mengenalkan diri pada klien dan keluarga - menjelaskan tujuan dilakukannya tindakan - memberitahu prosedur tindakan yang akan dilakukan 3. Langkah langkah - perawat mencuci tangan dan mengeringkannya - memperhatikan lingkungan pasien - membawa alat alat ke dekat pasien - membuka pakaian atas pasien, kalau perlu mengeringkan dengan menggunakan tissue - memeriksa thermometer dan menurunkan air raksa sampai 35C - memeriksa thermometer sehingga bagian reservoir tepat ditengah ketiak - tidak memasang thermometer pada: ketiak yang baru dikompres ketiak yang luka

- memastikan thermometer menempel di permukaan kulit - menyilangkan lengan pasien di atas perut -sambil menunggu thermometer selama 10 menit kita melakukan penghitungan pernafasan - menghitung pernafasan waktu inspirasi pada dada atau perut selama satu menit - pasien tidak diajak bicara

17

- mengamati keadaan pernafasan - mengamati irama pernafasan - mengamati bunyi pernafasan - mengangkat thermometer setelah 10 menit - membaca hasil dengan teliti dan tepat - menginformasikan hasil pada pasien - membersihkan thermometer ( rendam di air desinfektan, air sabun, dan air bersih, kemudian dilap dengan tissue dari arah kea rah reservoir di atas bengkok) - menempatkan thermometer pada tempatnya - membereskan alat - merapikan pasien - perawat mencuci tangan - mencatat hasil pada buku catatan 4. Sikap - Komunikasi terapiutik - teliti dan hati-hati dalam melakukan tindakan ( Sumber : check list brawijaya husada-2011 )

BAB III TINJAUAN KASUS


1. Biodata Pasien Nama Umur : An. R : 1 tahun

18

Pekerjaan Penghasilan Agama Alamat

::: Islam : Jatimulyo 7/1 Malang

2. Keluhan Utama Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya sudah 3 hari demam dan 1 hari batuk pilek 3. Diagnosa Medis An. R Usia 13 bulan dengan batuk pilek 4. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Hari/Tanggal Jam Tempat Oleh a. Persiapan alat Thermometer axilla digital Jam tangan yang ada detikannya Buku dokumentasi R/ tidak terjadi tertinggalnya alat yang dibutuhkan, yang dapat menghambat jalannya pemeriksaan. b. Persiapan pasien Memberi salam Menjekaskan tujuan dilakukannya tindakan Memberi tahu prosedur tindakan yang akan dilakukan R/ mempererat hubungan antara pasien dan perawat. R/ mengetahui tujuan dari tindakan yang akan dilakukan serta langkahlangkahnya c. handuk R/ menghindari terjadinya infeksi silang atau masuknya kuman penyakit dari perawat ke pasien atau sebaliknya. 19 Langkah-langkah Perawat mencuci tangan dan mengeringkan dengan menggunakan : Selasa, 26 Juli 2011 : 10.00WIB : Ruang KIA Puskesmas Kendalsari : Novia Dewi Anggraini

Pembimbing lapangan : Ibu Sugih Arti, Amd.Keb 5. Langkah-langkah tindakan dan hasilnya

- membawa alat alat ke dekat pasien R/ mempermudah perawat dalam melakukan tindakan - membuka pakaian atas pasien R/ untuk mempermudah perawat dalam memasangkan thermometer pada ketiak pasien - menghidupkan thermometer digital R/ sebelum menggunakan thermometer digital, kita harus ditengah menyalakannya terlebih dahulu - memeriksa thermometer sehingga bagian reservoir tepat ketiak R/ memastikan bahwa reservoir tepat pada ketiak sehingga hasil yang diperoleh akurat - tidak memasang thermometer pada: ketiak yang baru dikompres ketiak yang luka

R/ dapat mempengaruhi suhu - menyilangkan lengan pasien di atas perut R/ thermometer tidak jatuh dan hasil yang diperoleh akurat - Sambil menunggu thermometer berbunyi, kita melakukan penghitungan pernafasan R/ efisiensi waktu - menghitung pernafasan waktu inspirasi pada dada atau perut selama satu menit R/ memudahkan perawat dalam menghitung respirasi - pasien tidak diajak bicara R/ agar hasil yang diperoleh akurat dan tepat - mengangkat thermometer setelah thermometer berbunyi R/ jika thermometer berbunyi, maka suhu menunjukkan skala yang tepat - membaca hasil dengan teliti dan tepat R/ menghindari terjadinya kekeliruan data - menginformasikan hasil pada pasien R/ pasien mengerti tentang kondisi tubuhnya - menempatkan thermometer pada tempatnya

20

R/ agar thermometer tidak jatuh ataupun rusak - membereskan alat R/ agar ruang pemeriksaan tetap terlihat rapi - merapikan pasien R/ agar pasien terlihat rapi seperti semula - perawat mencuci tangan R/ menghindari terjadinya infeksi silang atau masuknya mikroorganisme ke tubuh perawat serta menghindari terjadinya penularan penyakit - mencatat hasil pada buku catatan R/ sebagai dokumentasi dan data penunjang untuk menentukan terapi yang akan diberikan 6. Terapi Cotrym syrup 2 x 1 sdt sehari R/ mengobati infeksi saluran nafas hari R/ Pamol untuk penurun panas, CTM untuk mengobati alergi, Gliseril Gualacolat untuk meringankan batuk dan pilek 7. Hasil Tindakan Temperatur tubuh = 36,2C Respiratory Rate=36x/mnt 8. KIE Menganjurkan keluarga pasien untuk melakukan kompres air hangat jika pasien demam Menganjurkan keluarga agar pasien diberikan pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringat jika pasien demam Menganjurkan keluarga untuk membersihkan hidung pasien dengan menggunakan sapu tangan bersih jika hidungnya kotor Menganjurkan pada keluarga agar pasien istirahat yang cukup Menganjurkan pada keluarga untuk membantu pasien minum obat secara teratur Menganjurkan pada keluarga untuk membantu pasien makan secara teratur Menganjurkan pada keluarga untuk membawa pasien control kembali jika obat habis dan pasien belum sembuh 21 Pamol, CTM, Gliseril Gualacolat, B kompleks diberikan 3x1

BAB IV PEMBAHASAN
Ada beberapa kesenjangan dari teori dan praktik di lapangan yaitu : a. Dalam hal persiapan alat yaitu dari teori perbedaannya dengan praktik adalah tidak adanya bengkok dan tissue yang digunakan untuk membersihkan ketiak pasien.

22

b. Pada persiapan pasien tidak ada memperkenalkan diri pada pasien. Yang kita lakukan adalah memastikan bahwa pasien yang kita periksa benar serta meminta persetujuan pasien atau keluarganya akan dilakukan tindakan pengukuran suhu tubuh dan pernafasan. c. Pada tahap langkah langkah kesenjangan terhadap teori antara lain :
1)

Petugas hanya melakukan cuci tangan sekali saja, setiap berganti pasien

petugas tidak melakukan cuci tangan. Hal itu dikarenakan banyaknya pasien yang menunggu untuk diperiksa. Padahal cuci tangan pada saat sebelum dan selesai melakukan tindakan memiliki manfaat yang sangat besar, yaitu menghindari terjadinya infeksi silang dari tenaga medis ke pasien dan sebaliknya.
2)

Termometer yang telah digunakan, tidak direndam dalam air

desinfektan, air sabun dan air bersih. Tetapi langsung digunakan pada pasien yang lain. Hal itu dikarenakan banyaknya pasien yang menunggu untuk diperiksa. Padahal perendaman thermometer pada air desinfektan, air sabun dan air bersih berguna untuk membunuh kuman yang berada pada thermometer serta menghindari terjadinya penularan penyakit dari pasien satu ke pasien lain.
3)

Dalam melakukan pemeriksaan, pasien tidak dalam kadaan tidur Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa suhu tubuh pasien dalam batas

terlentang, melainkan duduk.


4)

normal, tetapi jumlah pernafasan pasien dalam satu menit cenderung lebih cepat. Hal itu dapat terjadi dikarenakan adanya infeksi pada saluran pernafasan pasien, sehingga jumlah pernafasan dalam satu menit cenderung lebih cepat.

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan a. Pasien yang di periksa adalah An. R usia 1 tahun b. Diagnosa medis An. R usia 1 tahun dengan batuk pilek.

23

c. Dalam melakukan tindakan pengukuran tekanan darah tersebut ada beberapa kesenjangan antara teori yang di dapat dengan kenyataan pada praktik di lapangan.
d. KIE yang dapat diberikan pada pasien adalah menganjurkan pasien untuk

mengompres dengan air hangat dan menggunakan pakaian tipis yang dapat menyerap keringat jika pasien demam, membersihkan hidung pasien jika kotor dengan menggunakan sapu tangan bersih serta minum obat yang telah diberikan secara teratur. 5.2 Saran a. Lahan praktek Penulis mengharapkan Puskesmas Kendalsari tetap memberikan pelayanan yang baik pada masyarakat seperti sekarang ini. Serta dapat meningkatkan pelayanan secara maksimal dan lebih baik lagi. b. Masyarakat Penulis mengharapkan agar masyarakat lebih berperan aktif dalam mencegah timbulnya suatu penyakit serta memiliki kesadaran yang penuh akan pentingnya memeriksakan kesehatan secara rutin. c. Mahasiswa Diharapkan mahasiswa dapat mengukur suhu dan menghitung respirasi secara tepat dan akurat. Serta tetap belajar untuk mendapatkan ilmu dan pengalaman yang baru. d. Institusi Penulis mengharapkan agar dari pihak institusi tetap memberikan teori secara tepat dan benar, serta lebih meningkatkan kualitas dari pendidikan terhadap mahasiswa. Serta segera mendatangi fasilisas kesehatan bila terdapat keluhan atau gangguan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA
Check list Akbid Brawijaya Husada, mengukur suhu tubuh ,2011. Check list Akbid Brawijaya Husada, menghitung pernafasan,2011. http://djendohcommunity.blogspot.com/2009/08/pemeriksaan-pernafasan.htmlS/ diakses tanggal 29 Juli 2011

24

http://zaifbio.wordpress.com/2010/01/13/sistem-respirasi-manusia/ diakses tanggal 29 Juli 2011 http://zianarmie.wordpress.com/2010/10/16/suhu-tubuh/ diakses tanggal 29 Juli 2011 Potter, Perry. Ganiswara. 2005. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : Famakologi, FKUI

25

You might also like