You are on page 1of 81

ANALISA PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL PADA INDUSTRI PAKAIAN JADI PT LESTARI DINI TUNGGUL

Oleh PUTRI FEBIAN H24087017

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

RINGKASAN PUTRI FEBIAN, H24087017. Analisa Perencanaan Kebutuhan Material Pada Industri Pakaian Jadi PT. Lestari Dini Tunggul. Di bawah bimbingan PRAMONO D FEWIDARTO .

Perencanaan produksi yang baik dalam sebuah perusahaan akan menghasilkan efektivitas dan efisiensi produksi, termasuk didalamnya adalah perencanaan kebutuhan material atau bahan baku yang digunakan perusahaan. Pentingnya perencanaan terhadap pemenuhan kebutuhan material pada perusahaan diharapkan dapat menghasilkan sistem yang tepat untuk diterapkan, sehingga dapat menjamin kelancaran proses produksi. Adapun tujuan penelitian adalah (1) Mengidentifikasi sistem pengendalian persediaan bahan dan sistem perencanaan bahan baku di PT. Lestari Dini Tunggul, (2) Menyusun MPS (Master Production Schedulle) untuk produk utama di PT. Lestari Dini Tunggul, (3) Membuat rencana kebutuhan material dengan menggunakan metode MRP (Material Requirement Planning) dan jadwal pengadaan barang secara optimal. Metode peramalan permintaan yang digunakan menggunakan data historis perusahaan 2 (dua) tahun terakhir dan ramalan permintaan dibuat dengan menggunakan metode WMA (Weight Moving Average), metode ini terpilih karena memilki tingkat akurasi yang paling baik diantara metode MA (Moving Average) dan ES (Exponential Smoothing). Dikarenakan keterbatasan data historis perusahaan yang tersedia hanya 2 (dua) tahun terakhir yakni tahun 2009 dan 2010, maka peramalan hanya dapat dibuat untuk enam bulan saja. Diperoleh perkiraan permintaan untuk 6 (enam) bulan sebanyak 3.277 OPG WR dan 3.518 Cries Cross Scrub Shirt & Pants. Pembuatan MPS menghasilkan perkiraan jumlah bahan baku untuk setiap bulannya selama enam bulan. bulan pertama di butuhkan 3.192 m kain dan 809.177 m benang, bulan kedua 3.245 m kain dan 823.078 m benang, bulan ketiga 3.288 m kain dan 835.392 m benang, bulan keempat 3.314 m kain dan 840.190 m benang, bulan kelima 3.323 m kain dan 843.185 m benang serta bulan keenam membutuhkan 3.321 m kain dan 843.784 m benang. Hasil dari metode MRP ini diperkirakan perusahaan akan merencanakan pemesanan pembelian bahan baku kembali sebanyak empat kali, sedangkan dengan metode perusahaan sebanyak tiga kali. Namun karena sudah di hitung jumlah pemesanan optimum (Q*), maka pembelian sebanyak empat kali akan lebih efektif serta efisien bagi kondisi perusahaan.

ANALISA PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL PADA INDUSTRI PAKAIAN JADI PT LESTARI DINI TUNGGUL

SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI Pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Oleh : PUTRI FEBIAN H24087017

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

Judul skripsi : Analisa Perencanaan Kebutuhan Material Pada Industri Pakaian Jadi di PT. Lestari Dini Tunggul. Nama NIM : Putri Febian. : H24087017

Menyetujui, Pembimbing

Ir. Pramono D Fewidarto, M.Sc. NIP 195802021984031003

Mengetahui : Ketua Departemen,

Dr. Ir Jono M. Munandar, M.Sc. NIP 19610123986011002

Tanggal lulus :

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Depok pada tanggal 26 Februari 1988. Penulis merupakan anak dari pasangan Bapak Eddy Darmawan, SE dan Ibu Dina Sri Muryati. Penulis anak ke dua dari lima bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri VII Depok II Tengah pada tahun 1999. Pendidikan tingkat menengah pertama diselesaikan penulis pada tahun 2002 di SLTP Negeri 1 Bojonggede. Pendidikan tingkat atas diselesaikan penulis pada tahun 2005 di SMA Negeri 1 Bojonggede. Pada tahun 2005, penulis diterima di Akademi Pimpinan Perusahaan, Jagakarsa-Jakarta Selatan pada Program Diploma III, dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun yang sama pula penulis melanjutkan kuliah di Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirabbilalamin puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta pertolongan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi berjudul Analisa Perencanaan Kebutuhan Material Pada Industri Pakaian Jadi PT. Lestari Dini Tunggul sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana manajemen Alih Jenis, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Intitut Pertanian Bogor. Sebagai manusia biasa, penulis sadar benar bahwa dalam Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan dan data yang penulis miliki. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran guna lebih terciptanya kesempurnaan dari Skripsi ini. Akhirnya sebagai penutup penulis mengharapkan semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak dan semoga kebaikan yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Amin.

Bogor, Agustus 2011

Penulis

UCAPAN TERIMAKASIH

Penyusunan Skripsi ini telah banyak dibantu oleh berbagai pihak secara moril maupun materil oleh karena itu pada kesempatan ini pula penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: 1. Ir. Pramono D. Fewidarto, M.Sc. sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, ilmu, motivasi, saran dan pengarahan kepada penulis dalam penyempurnaan skripsi ini. 2. Dr. Ir. Abdul Kohar, M.Sc dan Dr. Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc. sebagai dosen penguji yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan masukan kepada penulis. 3. Segenap dosen dan staf kependidikan Ekstensi Manajemen 4. Orang tua penulis yang senantiasa mencurahkan segenap pengorbanan dan doanya, Eddy Darmawan, SE (papa) dan Dina Sri Muryati (mama) serta kelurarga keluargaku tercinta Firmansyah Darmawan (kakak), Fachriansyah Darmawan (adik), Priska Anastasia Darmawan (adik), Muhammad Fakhreza Rizkiansyah Darmawan (adik), Taufiq Hidayat (om), Toni Prasetyo dan keluarga besar Akas Bardan Tohir (alm) terima kasih banyak atas segala dukungan doa dan perhatian yang tulusnya. 5. Segenap pimpinan dan karyawan PT. Lestari Dini Tunggul yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian dan atas kerjasamanya. 6. Teman-teman di Ekstensi Manajemen angakatan 5. 7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Skripsi ini, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ KATA PENGANTAR .................................................................................... UCAPAN TERIMAKASIH........................................................................... DAFTAR ISI ................................................................................................... DAFTAR TABEL .......................................................................................... DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1.2. Rumusan Masalah ............................................................................. 1.3. Tujuan Penelitian .............................................................................. 1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................ 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. i ii iii iv vi vii viii 1 1 4 5 5 5 7 7 7 8 9 10 11 12 12 13 14 15 16 19 20 21 21 23 25 25

II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 2.1. Industri Pakaian Jadi ......................................................................... 2.2. Deskripsi Persediaan ......................................................................... 2.2.1. Fungsi persediaan ................................................................ 2.2.2. Jenis-jenis persediaan .......................................................... 2.2.3. Biaya dalam persediaan ....................................................... 2.2.4. Pengawasan persediaan yang baik dan efektif .................... 2.3. Model-Model Pengendalian Persediaan Bahan Baku ....................... 2.3.1.Model EOQ (Economic Order Quantity)................................. 2.3.2.Model POQ (Production Order Quantity) ............................... 2.3.3.Model Quantity Discount ......................................................... 2.3.4.Model Probabilitas dengan Lead Time konstan ....................... 2.3.5.MRP (Material Requirement Planning)................................... 2.4. Metode Peramalan ............................................................................. 2.5. Penelitian Terdahulu ......................................................................... III. METODE PENELITIAN....................................................................... 3.1. Kerangka Pemikiran .......................................................................... 3.2. Tahapan Penelitian ............................................................................ 3.3. Metode Penelitian.............................................................................. 3.3.1. Pengumpulan data .................................................................

3.3.2. Metode analisis data .............................................................. 3.4. Tata Laksana Penelitian .................................................................... 3.4.1. Lokasi dan waktu penelitian.................................................. 3.4.2. Pengumpulan data dan analisis ............................................. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 4.1. Profil PT. Lestari Dini Tunggul ........................................................ 4.2. Struktur Organisasi ........................................................................... 4.3. Gambaran Produk.............................................................................. 4.4. Proses Produksi ................................................................................. 4.5. Pola Persediaan Bahan Baku PT. Lestari Dini Tunggul ................... 4.6. Data Produksi .................................................................................... 4.7. Metode Peramalan dan Persediaan Perusahaan ................................ 4.8. Perkiraan Permintaan ........................................................................ 4.8.1. Peramalan permintaan ............................................................ 4.8.2. Biaya pemesanan dan penyimpanan ....................................... 4.8.3. Analisis persediaan bahan baku .............................................. 4.8.4. IMF (Inventory Master File) .................................................. 4.8.5. BOM (Bill Of Material).......................................................... 4.8.6. MPS (Master Production Schedule) ....................................... 4.8.7. MRP (Material Requirement Planning) ................................. 4.8.8. Evaluasi terhadap metode pengelolaan persediaan ................ 4.8.9. Resume hasil penelitian............................................................ 4.8.10. Implikasi manajerial.......................................................... .... KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ............................................................................................. 2. Saran ........................................................................................................ DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

25 26 26 26 27 27 27 28 29 31 33 36 40 40 41 43 44 45 46 47 48 50 51

52 53

DAFTAR TABEL

No

Halaman

1. Perkembangan Jumlah Rumah Sakit di Indonesia 2003-2008............. 2 2. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 3. Produksi OPG WR Tahun 2009 ................................................................. 4. Produksi OPG WR Tahun 2010 ................................................................. 5. Produksi Cries Cross Scrub Shirt & Pants Tahun 2009 ............................ 6. Produksi Cries Cross Scrub Shirt & Pants Tahun 2010 ............................ 7. Ramalan Permintaan OPG WR Tahun 2011. ..... 8. Ramalan Permintaan Cries Cross Scrub Shirt & Pants Tahun 2011 ..... 9. Akurasi Metode Peramalan Produk OPG WR tahun 2011......................... 10. Akurasi Metode Peramalan Produk CCSS&P Tahun 2011 ...................... 11. Ramalan Permintaan OPG WR tahun 2011 ............................................... 12. Ramalan Permintaan Cries Cross Scrub Shirt & Pants Tahun 2011 ......... 13. Biaya Pemesanan dan Penyimpanan Untuk Setiap Komponen ................. 14. Perhitungan EOQ (Q*) OPG WR ............................................................... 15. Perhitungan EOQ (Q*) Cries Cross Scrub Shirt & Pants ......................... 16. IMF OPG WR ............................................................................................. 17. IMF Cries Cross Scrub Shirt & Pants ....................................................... 18. BOM Produk A (OPG WR)........................................................................ 19. BOM Produk B (Cries Cross Scrub Shirt & Pants) .................................. 20. Perbandingan Biaya Persediaan Bahan Baku ............................................ 21. Resume Hasil Penelitian........................................................................

26 33 34 35 35 36 37 39 39 40 40 42 43 44 44 45 45 46 48 50

DAFTAR GAMBAR

No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Halaman 13 14 18 22 25 31 32 38 41 45 46

Model Persediaan EOQ Sederhana ............................................................ Model Persediaan POQ .............................................................................. Arus Informasi Sistem MRP ...................................................................... Kerangka Pemikiran ................................................................................... Tahapan Penelitian ..................................................................................... Diagram Alur Proses Produksi ................................................................... Prosedur Pembelian Bahan Baku PT Lestari Dini Tunggul (2010) ........... Grafik Ramalan Permintaan Perusahaan OPG WR & Cries Cross Scrub Shirt & Pants 2011 9. Grafik Ramalan Permintaan Kedua Produk. 10. BOM OPG WR ........................................................................................... 11. BOM Cries Cross Scrub Shirt & Pants .....................................................

DAFTAR LAMPIRAN

No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Halaman Pengumpulan Data Analisis ....................................................................... Struktur Organisasi .................................................................................... MPS Bahan Baku (m) OPG WR ................................................................ MPS Bahan Baku (m) Cries Cross Scrub Shirt & Pants ........................... MRP Bahan Baku Kain (m) ....................................................................... MRP Bahan Baku Benang (m) ................................................................... Ramalan POM OPG WR.. ...... Ramalan POM Cries Cross Scrub Shirt & Pants. ..... Daftar Istilah....... 55 56 57 58 59 60 61 64 67

I.

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Saat ini industri merupakan salah satu penggerak roda

perekonomian suatu negara, baik negara itu merupakan negara berkembang atau negara maju sekalipun. Dalam hal ini industri memberikan cukup banyak kontribusi terhadap perkembangan suatu negara, dimana negara dapat dikatakan berkembang jika kegiatan industri didalamnya mengalami kemajuan yang baik. Dewasa ini, dengan adanya persaingan pasar bebas menuntut sektor industri untuk dapat

meningkatkan efisiensi dalam menghasilkan produk. Kebutuhan akan layanan rumah sakit yang bermutu semakin meningkat seiring dengan semakin membaiknya perekonomian dan kesadaran masyarakat akan kesehatan. Dalam beberapa tahun belakangan ini, industri rumah sakit Indonesia telah mengalami perkembangan yang cukup berarti dengan diterbitkannya berbagai peraturan dan perundangundangan yang bertujuan untuk mendorong investasi dan menciptakan kondisi bisnis dan jasa rumah sakit yang lebih baik. Terbukti, tidak hanya pemerintah yang memang berkewajiban menyediakan jasa layanan kesehatan kepada masyarakat, para pelaku bisnis pun kini semakin aktif berinvestasi di industri rumah sakit Indonesia. Hal ini lah yang menjadi pendorong bermunculannya berbagai rumah sakit swasta baru dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir ini dan pada kondisi ini berdampak pada semakin ketatnya persaingan. Tahun 2008, jumlah rumah sakit di Indonesia mencapai 1.320 rumah sakit (Depkes, 2009), atau bertambah sebanyak 86 rumah sakit dari posisi tahun 2003. Dari total 1.320 rumah sakit ini, 657 diantaranya adalah milik swasta dengan rata-rata pertumbuhan jumlah rumah sakit per tahun sekitar 1,14%. Sisanya adalah merupakan rumah sakit yang dibangun oleh

pemerintah BUMN) .
1).

(Depkes,

Pemprov/Pemkab/Pemkot,

TNI/Polri,

dan

Tabel 1. Perkembangan Jumlah Rumah Sakit di Indonesia 2003-2008


No 1 2 3 4 5 Pengelola/Kepemilikan Dep. Kesehatan Pemerintah Propinsi/Kab/Kota TNI/Polri BUMN/ Dep. Lain Swasta Total 2003 31 396 112 78 617 1234 2004 31 404 112 78 621 1246 2005 31 421 112 78 626 1268 2006 31 433 112 78 638 1292 2007 31 446 112 78 652 1319 2008 31 446 112 78 653 1320

Pihak Rumah Sakit berlomba-lomba memberikan pelayanan yang terbaik bagi konsumen. Selain dengan cara memberikan pelayanan yang terbaik, pihak Rumah Sakit juga berusaha memberikan pencitraan yang baik yang salah satunya adalah dengan cara memperhatikan pakaian medis yang digunakan. Dengan adanya tingkat kebutuhan akan pakaian medis tersebut, hal ini akan berpengaruh pada perusahaan-perusahaan yang memproduksi pakaian medis tersebut. Pada umumnya setiap industri atau perusahaan, baik industri yang bergerak di bidang jasa maupun produksi mempunyai tujuan yang sama yaitu mencapai keuntungan yang optimal. Ada berbagai pos biaya yang dapat dihemat dan diorganisir dengan baik untuk mencapai tujuan ini. Salah satu cara dalam penghematan biaya produksi adalah dengan perencanaan material atau bahan baku yang baik. Bahan baku adalah input yang mutlak diperlukan oleh setiap perusahaan terlebih perusahaan manufaktur. Terkadang suatu perusahaan tidak cermat dalam hal perencanaan kebutuhan material yang dapat mengganggu jalannya proses produksi dan berakibat perusahaan tidak dapat memproduksi produk dengan tepat waktu. Sebaliknya, jika pemenuhan material yang berlebihan akan mengakibatkan pembengkakan biaya inventory terhadap bahan baku.
1)

www.rumahsakit(net).com

PT. Lestari Dini Tunggul bergerak di bidang pakaian jadi khusus pakaian rumah sakit. Pakaian rumah sakit (Medical Clothing) yang diproduksinya adalah pakaian kamar bedah dengan merk LMA (Lestari Medical Apparel) dan pakaian suster dengan merk Nurse Color. LMA terdiri atas dua produk yaitu OPG WR dan Cries Cross Scrub Shirt & Pants. OPG WR (Operating Gown Water Repellent) merupakan pakaian bedah untuk dokter (pria dan wanita) yang khusus dipakai pada saat melakukan operasi dengan ukuran all size, sedangkan Cries Cross Scrub Shirt & Pants adalah pakaian bedah untuk perawat dan memilki ukuran yang berbeda-beda. Jenis produk lain yang dihasilkan oleh PT. Lestari Dini Tunggul adalah produk Nurse Color yang hanya terdiri satu jenis produk. Penelitian ini lebih difokuskan pada pakaian kamar bedah merk LMA, karena pada proses produksinya terdapat beberapa permasalahan baik dalam hal order atau permintaan juga persediaan bahan baku. Hal ini berbeda dengan produk Nurse Color yang relatif tidak banyak mengalami permasalahan. PT. Lestari Dini Tunggul selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi para pelanggan, dengan meningkatkan pelayanan dan efisiensi, yang salah satunya adalah ketepatan waktu dalam pengiriman barang sampai ke tangan pelangaan. Dengan banyaknya pesanan yang masuk ke perusahaan ini, membuat pihak perusahaan berusaha melakukan perbaikan terhadap sistem yang sudah diterapkan dengan harapan sistem yang baru dapat meminimalisasi kendala atau permasalahan yang dimiliki oleh perusahaan. PT. Lestari Dini Tunggul memiliki siklus produksi atau siklus usaha yang kurang lebih 4 (empat) bulan, dimulai dari order sampai dengan pembayaran pihak customer kepada perusahaan. Dengan tingkat produksi yang terbilang cukup tinggi, maka perencanaan kebutuhan material sangat perlu dilakukan guna menjamin lancarnya proses produksi. Perencanaan produksi yang baik dalam sebuah perusahaan akan menghasilkan efektivitas dan efisiensi produksi, termasuk didalamnya adalah perencanaan kebutuhan material atau bahan baku yang digunakan

perusahaan. Dengan kelebihan-kelebihan yang dimiliki PT. Lestari Dini Tunggul, baik dalam hal kualitas produk yang dihasilkan maupun harga yang ditawarkan, dapat digunakan sebagai modal untuk bersaing dengan perusahaan lainnya. Adanya pesaing-pesaing yang kuat dari sejumlah perusahaan pakaian medis lainnya akan memicu perusahaan untuk terus melakukan inovasi dan meningkatkan kinerja serta memperbaiki kualitas pelayanan guna memenuhi kepuasan pelanggan, dan tetap mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan pakaian jadi medis lainnya Berdasarkan uraian sebelumnya terlihat bahwa perencanaan terhadap pemenuhan kebutuhan akan bahan baku merupakan hal yang sangat penting dalam perusahaan. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengangkat masalah tersebut dengan mengambil judul Analisa Perencanaan Kebutuhan Material Pada Industri Pakaian Jadi PT. Lestari Dini Tunggul yang diharapkan dapat menghasilkan solusi berupa sistem apa yang tepat untuk diterapkan pada perusahaan, ini sehingga dapat menjamin kelancaran proses produksi. 1.2. Rumusan Masalah Permasalahan yang ada pada perusahaan adalah selama ini perusahaan terlalu memfokuskan diri pada pencapaian target produksinya agar target-target penyerahan pesanan dapat tercapai. Namun PT. Lestari Dini Tunggul dalam menjalankan kegiatan produksinya belum atau kurang memperhatikan faktor-faktor efisiensi biaya produksi terutama terkait dengan pengelolaan baha baku. Besarnya order yang tidak pasti dan pola produksi berdasarkan order atau permintaan langsung. Maka dari itu diperlukan penerapan sistem yang tepat, bagaimana menyediakan bahan baku secara cukup untuk mendukung kelancaran proses produksi dengan lead time yang ada. MRP (Material Requirement Planning) adalah sistem akan yang coba diterapkan dan diharapkan tujuan perusahaan akan tercapai dengan baik.

1.3.

Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi sistem pengendalian dan sistem perencanaan bahan baku di PT. Lestari Dini Tunggul. 2. Menyusun MPS (Jadwal Produksi Induk) untuk produk utama di PT. Lestari Dini Tunggul. 3. Membuat rencana kebutuhan material dengan menggunakan metode Material Requirement Planning dan jadwal pengadaan barang secara optimal.

1.4.

Manfaat Penelitian Manfaat dari dilakukannya penelitian ini, antara lain: 1. Bagi mahasiswa Mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama perkuliahan Melakukan analisa permasalahan studi kasus secara langsung Memperluas wawasan penulis mengenai produsi secara lebih spesifik 2. Bagi pengetahuan Memperluas khazanah ilmu pengetahuan Sebagai bahan referensi yang dapat dimanfaatkan untuk penulis berikutnya 3. Bagi perusahaan Dapat dijadikan sebagai masukan yang baik dalam hal perencanaan persediaan bahan baku.

1.5.

Ruang Lingkup Penelitian Agar permasalahan yang ada dapat terselesaikan dengan baik dan pembahasan menjadi lebih terarah, maka akan dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut:

1. Tidak memasukkan faktor dampak perubahan harga (inflasi) 2. Perhitungan dilakukan hanya untuk bahan utama, yaitu kain dan benang 3. Perhitungan dilakukan hanya untuk produk utama, yakni OPG WR dan Cries Cross Scrub Shirt & Pants

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Industri Pakaian Jadi Industri pakaian jadi adalah industri tekstil dan produk tekstil, bisnis yang global, dinamis dan berkembang. Karena didalam bisnis ini berhubungan dengan cara mengekspresikan diri, emosi dan identitas seseorang, dan akan sangat dipengaruhi oleh budaya dan kehidupan sosialnya dalam masyarakat 2). Pakaian medis berbeda dengan pakaian jadi lainnya, menggunakan jenis bahan yang berbeda dan perawatan pakaian medis. Bahan yang digunakan pakaian medis disesuaikan dengan kebutuhan, seperti pada pakaian medis jenis jas operasi, bahan yang biasa digunakan adalah bahan yang tidak mudah menyerap air dan dalam hal perawatannya pihak Rumah Sakit akan melakukan sterilisasi agar terbebas dari sisa kotoran setelah melakukan operasi. Namun proses pembuatan pakaian medis sama dengan pakaian jadi lainnya. Kegiatan dalam industri ini akan sangat banyak melibatkan berbagai macam talenta dan kemampuan agar produk yang dihasilkan sesuai dengan keinginan konsumen. Industri garmen kini sudah sangat jauh berkembang, sehingga menyebabkan timbulnya persaingan bebas.

2.2.

Deskripsi Persediaan Persediaan didefinisikan sebagai barang yang disimpan untuk di gunakan atau dijual pada periode mendatang. Persediaan dapat berbentuk bahan baku yang disimpan untuk diproses, barang dalam proses pada proses manufaktur, dan barang jadi yang disimpan untuk dijual. Persediaan memegang peran penting agar perusahaan dapat berjalan dengan baik (Kusuma, 2009).

2)

www.PetraChristianUniversityLibrary.com

Persediaan bahan baku adalah item yang dibeli dari para pemasok untuk digunakan sebagai input dalam proses produksi. Bahan baku ini akan ditransformasikan atau dikonversi menjadi barang akhir

(Yamit, 2008). Menurut Yamit (2008), tujuan manajemen persediaan adalah untuk menyediakan jumlah material yang tepat, lead time yang tepat dan biaya yang rendah. Manajemen persediaan sangat berkaitan dengan sistem persediaan di dalam suatu perusahaan, yang bertujuan untuk menciptakan efisiensi dalam proses konversi (Tampubolon, 2004) 2.2.1. Fungsi persediaan Timbulnya persediaan adalah untuk menjaga keseimbangan dengan penyediaan bahan baku dan waktu proses diperlukan persediaan. Oleh karena itu terdapat empat faktor yang dijadikan sebagai fungsi perlunya persediaan, yaitu faktor waktu, faktor ketidakpastian waktu datang, faktor ketidakpastian penggunaan dalam pabrik dan faktor ekonomis, seperti yang dikutip (Yamit, 2008). 1. Faktor waktu, menyangkut lamanya proses produksi dan distribusi barang jadi sampai kepada konsumen. Waktu diperlukan untuk membuat skedul produksi, memotong bahan baku, pengiriman bahan baku, pengawasan bahan baku, produksi, dan pengiriman barang jadi ke pedagang besar atau konsumen. Persediaan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan selama waktu tunggu (lead time). 2. Faktor ketidakpastian waktu datang dari supplier menyebabkan perusahaan memerlukan persediaan, agar tidak menghambat proses produksi maupun keterlambatan pengiriman kepada konsumen. Persediaan bahan baku terkait pada supplier, persediaan barang dalam proses terkait pada departemen produksi dan persediaan barang jadi terkait pada konsumen.

Ketidakpastian

waktu

datang

mengharuskan

perusahaan

membuat skedul operasi lebih teliti pada setiap level. 3. Faktor ketidakpastian penggunaan dari dalam perusahaan disebabkan oleh kesalahan dalam peramalan permintaan, kerusakan mesin, keterlambatan operasi, bahan cacat, dan berbagai kondisi lainnya. Persediaan dilakukan untuk

mengantisipasi ketidaktepatan peramalan maupun akibat lainnya tersebut. 4. Faktor ekonomis adalah adanya keinginan perusahaan untuk mendapatkan alternatif biaya rendah dalam memproduksi atau membeli item dengan menentukan jumlah yang paling ekonomis. Pembelian dalam jumlah besar memungkinkan perusahaan mendapatkan potongan harga yang dapat

menurunkan biaya. Selain itu, pemesanan dalam jumlah besar dapat pula menurunkan biaya karena biaya transportasi per unit menjadi lebih rendah. Persediaan diperlukan untuk menjaga stabilitas produksi dan fluktuasi bisnis. 2.2.2. Jenis-jenis persediaan Dilihat dari jenisnya, ada 4 macam persediaan secara umum yaitu (Arman dan Yudha, 2008): 1. Bahan baku (raw material) adalah barang-barang yang dibeli dari pemasok (supplier) dan akan digunakan atau diolah menjadi produk jadi yang akan dihasilkan oleh perusahaan. 2. Barang setengah jadi (work in process) adalah bahan baku yang sudah di olah atau dirakit menjadi komponen namun masih membutuhkan langkah-langkah lanjutan agar menjadi produk jadi. 3. Barang jadi (finished goods) adalah baran jadi yang telah selesai diproses, siap untuk disimpan di gudang barang jadi, dijual, atau didistribusikan ke lokasi-lokasi pemasaran.

4. Bahan-bahan pembantu (supplies) adalah barang-barang yang dibutuhkan untuk menunjang produksi, namun tidak akan menjadi bagian pada produk akhir yang dihasilkan perusahaan. 2.2.3. Biaya dalam persediaan Menurut Yamit (2008) biaya-biaya yang termasuk dalam persediaan persediaan terdiri atas: 1. Biaya pembelian (purchase cost) adalah harga per unit apabila item dari pihak luar, atau biaya produksi per unit apabila diproduksi dalam perusahaan. Biaya per unit akan selalu menjadi bagian dari biaya item dalam persediaan. Untuk pembelian item dari luar, biaya per unit adalah harga beli ditambah biaya pengangkutan. Sedangkan untuk item yang diproduksi di dalam perusahaan, biaya per unit adalah termasuk biaya tenaga kerja, bahan baku dan biaya overhead pabrik. 2. Biaya pemesanan (order cost/setup cost) adalah biaya yang berasal dari pembelian pesanan dari pemasok atau biaya persiapan (setup cost) apabila item diproduksi di dalam perusahaan. Biaya ini diasumsikan tidak akan berubah secara langsung dengan jumlah pemesanan. Biaya pemesanan dapat berupa: biaya membuat daftar permintaan, menganalisis pemasok, membuat pesanan pembelian, proses penerimaan transaksi.

bahan,inspeksi

bahan,dan

pelaksanaan

Sedangkan biaya persiapan dapat berupa biaya yang dikeluarkan akibat perubahan proses produksi, pembuatan skedul kerja, persiapan sebelum produksi dan pengecekan kualitas. 3. Biaya simpan adalah biaya yang dikeluarkan atas investasi dalam persediaan dan pemeliharaan maupun investasi secara fisik untuk menyimpan persediaan. Biaya simpan dapat berupa: biaya modal, pajak, asuransi, pemindahan persediaan,

keusangan dan semua biaya yang dikeluarkan untuk memelihara persediaan.

4. Biaya kekurangan persediaan adalah konsekuensi ekonomis atas kekurangan dari luar maupun dari dalam perusahaan. Kekurangan dari luar terjadi apabila pesanan konsumen tidak dapat dipenuhi. Sedangkan kekurangan dari dalam terjadi apabila departemen tidak dapat memenuhi kebutuhan

departemen yang lain. 2.2.4. Pengawasan persediaan yang baik dan efektif Adanya suatu sistem pengawasan persediaan yang dibina dan dilaksanakan secara sehat dan tepat, serta didukung oleh tenaga kerja yang cakap dan dengan menggunakan formulir dan teknik yang telah dikemukakan dalam bagian terdahulu, akan mencapai beberapa keuntungan. Keuntungan-keuntungan yang diperoleh tersebut antara lain adalah: 1. Dapat terselenggaranya bahan-bahan pengadaan yang cukup dan penyimpanan memenuhi

persediaan

untuk

kebutuhan perusahaan pabrik baik dalam jumlah (kuantitas) maupun mutu (kualitas) 2. Dapat dikuranginya penanaman modal/investasi bahan-bahan sampai batas minimum 3. Terjaminnya barang-barang yang diterima sesuai dengan spesifikasi yang dibuat pada purchase order 4. Dilindungi semua bahan-bahan (dengan cara penyimpanan yang semestinya) terhadap pencurian, kerusakan dan

kemerosotan mutu 5. Dapat dilayaninya bagian produksi dengan bahan-bahan yang dibutuhkan pada waktu dan tempat yang telah ditentukan, serta mencegah penyalahgunaan dan penyelewengan 6. Terselenggaranya pencatatan persediaan yang menunjukkan penerimaan, pengeluaran, penggunaan serta jumlah dan jenis barang yang ada dalam gudang (Assauri, 2008).

2.3.

Model-Model Pengendalian Persediaan Bahan Baku Manajemen persediaan merupakan fungsi dari manajer operasional, dan harus membentuk suatu sistem yang permanen melalui pengujianpengujian, antara lain bagaimana persediaan diklasifikasi dan bagaimana mencatat persediaan dan dipelihara secara akurat (Tampubolon, 2004) Menurut Yamit (2008), pertanyaan mendasar yang harus dijawab dalam sistem persediaan adalah berapa banyak dan kapan melakukan pemesanan. Untuk menjawab kedua pertanyaan tersebut sangat tergantung pada parameter seperti permintaan, biaya persediaan dan tenggang waktu. 2.3.1. Model EOQ (Economic Order Quantity) Penentuan jumlah pemesanan paling ekonomis (EOQ) dilakukan apabila untuk bahan baku tergantung dari beberapa pemasok, sehingga perlu dipertimbangkan jumlah pembelian persediaan bahan sesuai kebutuhan proses konversi. Model ini merupakan bagian dari jumlah yang dipesan kembali (Reorder Quantity). Model ini dapat digunakan dengan beberapa asumsi, yaitu: 1. Permintaan diketahui, tetap dan bebas 2. Lead Time antara pemesanan dan penerimaan pesanan diketahui dan konstan 3. Penerimaan persediaan bersifat seketika dan lengkap 4. Discount (potongan harga) karena kuantitas tidak dimungkinkan 5. Biaya variabel yang ada hanyalah biaya pengaturan atau pemesanan (biaya set up) dan biaya menahan atau menyimpan persediaan dari waktu ke waktu (biaya penyimpanan atau penggudangan) 6. Kosongnya persediaan (kekurangan) dapat dihindari sepenuhnya jika pemesanan dilakukan pada waktu yang tepat.

(Tampubolon, 2004).

Menghitung EOQ dapat digunakan rumus: Q* ......(1)

Dimana: Q* = Jumlah barang yang optimum pada setiap pesanan D S H = Permintaan tahunan untuk barang persediaan = Biaya pemesanan untuk setiap pesanan = Biaya penyimpanan per unit per tahun

Titik saat pemesanan diterima (order point)

Rata-rata persediaan = Q/2

T = Q/D

Wakt u

Gambar 1. Model Persediaan EOQ Sederhana

2.3.2. Model POQ (Production Order Quantity) Model ini sebenarnya adalah EOQ model tanpa

instantaneous receipts. Hal ini terjadi pada perusahaan yang menerima pengiriman persediaan bahan melebihi satu periode waktu. Model ini sesuai dengan kondisi perusahaan dengan aliran persediaan yang kontinyu atau bertahap melebihi satu periode waktu setelah pesananan dilakukan, atau pada kondisi dimana

proses kemudian secara simultan. Model ini dapat diterapkan dalam dua situasi yaitu: 1. Ketika persediaan secara terus menerus mengalir atau menumpuk dalam jangka waktu tertentu setelah sebuah pemesanan dilakukan 2. Digunakan ketika unit diproduksi dan dijual secara bersamaan Menghitung POQ dapat digunakan rumus:
[ { }]

.....(2)

Dimana: Q* H p d = Jumlah barang setiap pesanan = Biaya penyimpanan atau pergudangan per unit per tahun = Tingkat produksi harian = Tingkat permintaan atau tingkat pemakaian harian

Bagian dari siklus persediaan selama produksi&pemakaian berlangsung

Bagian dari siklus permintaan dengan tidak ada produksi (hanya terdapat pemakaian)

Q Max

Waktu Gambar 2. Model persediaan POQ

2.3.3. Model Quantity Discount

Banyak perusahaan yang menawarkan potongan harga kepada pelanggan guna untuk meningkatkan jumlah pelanggan, semakin banyak jumlah barang yang dibeli maka akan semakin besar pula menerima potongan harga. Perusahaan akan

menawarkan bahan baku kepada pembeli dengan paket-paket tertentu dan dengan harga yang tertentu pula begitu juga dengan potongan harga yang akan diberikan, maka perusahaan harus mempertimbangkan persediaan barang manakah yang harus dioptimalkan persediaannya. Dengan kondisi yang demikian, maka quantity discount perlu dipelajari. Cara menentukan mana yang akan dipilih yang paling tepat dengan mempertimbangkan biaya persediaan total yang paling kecil diantara alternatif yang ada (Tampubolon, 2004). Biaya total = biaya setup + biaya penyimpanan + biaya produk

.................................................................(3)

Dimana: TC D Q S H P = total cost = Permintaan tahunan dalam unit untuk barang persediaan = Jumlah barang setiap pesanan = Biaya pemesanan untuk setiap pesanan = Biaya penyimpanan/pergudangan per unit per tahun = Harga per unit

2.3.4. Model Probabilitas dengan Lead Time Konstan Permintaan yang tidak pasti memperbesar kemungkinan terjadinya kehabisan stok. Salah satu metode untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kehabisan stok adalah dengan menahan unit tambahan di persediaan, hal ini meliputi penambahan jumlah unit stok pengaman sebagai penyangga titik pemesanan ulang.

Titik pemesanan ulang: ROP = d x L...(4)

2.3.5. MRP (Material Requirement Planning) MRP adalah prosedur logis, aturan keputusan dan teknik pencatatan terkomputerisasi yang dirancang untuk menterjemahkan Jadwal Induk Produksi atau MPS (Master Production Schedulling) menjadi kebutuhan bersih atau NR (Net Requirement) untuk semua item. MRP juga merupakan sistem yang dirancang secara khusus untuk situasi permintaan bergelombang, yang secara tipikal karena permintaan tersebut dependen. Oleh karena itu tujuan dari sistem MRP adalah: 1. Menjamin tersedianya material, item atau komponen pada saat dibutuhkan untuk memenuhi jadwal produksi dan menjamin tersedianya produk bagi konsumen 2. Menjaga tingkat persediaan pada kondisi minimum 3. Merencanakan aktivitas pengiriman, penjadwalan dan aktivitas pembelian. (Arman & Yudha, 2008). Arus informasi dalam sistem MRP Arus informasi yang diperlukan untuk mengerjakan perencanaan kebutuhan bahan merupakan suatu rantai yang tidak bisa dipisahkan, artinya apabila salah satu informasi yang diperlukan tidak terpenuhi maka akan membuat perencanaan yang dikerjakan menjadi tidak sempurna. Informasi yang diperlukan dalam perencanaan bahan tersebut di atas merupakan masukanmasukan dalam mengerjakan perencanaan kebutuhan bahan yang dapat dilihat pada Gambar 3. Adapun masukan-masukan tersebut adalah sebagai berikut (Yamit, 2008): 1. MPS (Master Production Schedule)

Merupakan ringkasan jadwal produksi produk jadi untuk periode mendatang yang dirancang berdasarkan pesanan pelanggan atau ramalan permintaan. Sistem MRP

mengasumsikan bahwa pesanan yang dicatat dalam MPS adalah pasti, kendatipun hanya merupakan ramalan. 2. BOM (Bill Of Material) Merupakan rangkaian struktur semua komponen yang

digunakan untuk memproduksi barang jadi sesuai dengan MPS. Secara spesifik Struktur BOM tidak saja berisi komposisi komponen, tetapi juga memuat langkah penyelesaian produk jadi. Tanpa adanya struktur BOM sangat mustahil untuk dapat melaksanakan sistem MRP. 3. IMF (Inventory Master File) Terdiri dari semua catatan tentang persediaan produk jadi, komponen dari sub-komponen lainnya, baik yang sedang dipesan maupun persediaan pengaman (status persediaan). 4. Lead Time Jangka waktu yang dibutuhkan sejak MRP menyarankan suatu pesanan sampai item dipesan itu siap untuk digunakan.

Langkah-langkah proses perhitungan MRP Adapun langkah-langkah dalam proses perhitungan MRP adalah sebagai berikut (Kusuma, 2009): 1. Proses netting, adalah proses perhitungan untuk menetapkan jumlah kebutuhan bersih yang besarnya merupakan selisih antara kebutuhan kotor dengan keadaan persediaan (yang ada dalam persediaan dan yang sedang dipesan). 2. Proses lotting, adalah proses untuk menentukan besarnya pesanan yang optimal untuk masing-masing item produk berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan bersih.

3. Proses offsetting, proses ini ditujukan untuk menentukan saat yang tepat guna melakukan rencana pemesanan dalam upaya memenuhi tingkat kebutuhan bersih. 4. Proses explosion, adalah proses perhitungan kebutuhan kotor item yang berada di tingkat lebih bawah, didasarkan atas rencana pemesanan yang telah disusun pada proses offsetting.
Peramalan produk Rencana produksi Permintaan pelanggan

Master Production Schedule (MPS)

Perencanaan kapasitas produksi 1. Manpower 2. Equipment

Catatan status inventory (IMF)

Material Requirement Planning (MRP)

Catatan struktur produk (BOM)

Rencana Pemesanan

Released Work Order

Capacity Requirement Planning (CRP) What Capacity Is Needed

Tidak

Apakah kapasitas tersedia ya

Order pembelian

Order pekerjaan Loading and aquincing

Gudang

Manufaktur

Produk

Pelanggan

Gambar 3. Arus Informasi Sistem MRP

2.4.

Metode Peramalan Metode peramalan yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dengan bantuan software POM dalam kelompok Time Series. Analisa atau kelompok Time Series ini sangat tepat dipakai untuk meramalkan permintaan yang pola permintaan di masa lalunya cukup konsisten dalam periode waktu yang lama, sehingga diharapkan pola tersebut masih akan tetap berlanjut (Arman & Yudha, 2008). Adapun kelompok dari Time Series adalah sebagai berikut: 1. MA (Moving Average) 2. WMA (Weighted Moving Average) 3. ES (Exponential Smoothing) Penerapan dari ketiga model tersebut akan didapat nilai error sebagai ukuran akurasi hasil peramalan. Metode yang memiliki akurasi lebih baik dibanding dengan metode yang lainnya adalah metode yang memiliki kesalahan (error) terkecil. Adapun ukuran dari akurasi peramalan adalah: 1. MAD (Mean Absolute Deviation) Merupakan rata-rata kesalahan mutlak selama periode tertentu. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut:

MAD =

(At Ft)2 .....................................(5) n

2. MSE (Mean Square Error)

Dihitung dengan menjumlahkan kuadrat semua kesalahan peramalan pada setiap periode dan membaginya dengan jumlah periode peramalan. Secara matematis, MSE dirumuskan sebagai berikut: MSE =

At Ft n

.(6)

2.5.

3. SE (Standart Error) S ..(7) SE = n Penelitian Terdahulu Taryana (2008), melakukan penelitian mengenai analisis

pengendalian persediaan bahan baku pada produk sepatu dengan pendekatan teknik lot sizing dalam mendukung sistem MRP dengan tujuan tercapainya efisiensi dan efektifitas produksi. Setelah dilakukan

perhitungan mencari ukuran lot optimal, maka didapat pengendalian pesediaan bahan baku dengan pendekatan teknik lot sizing yang memberikan penghematan total biaya persediaan bahan baku dibandingkan dengan kebijakan yang diterapkan perusahaan. Syahrul (2007), melakukan penelitian mengenai analisa persediaan bahan baku dengan metode MRP pada industri proses di PT. Semen Padang dengan tujuan membuat perencanaan kebutuhan bahan baku yang dapat meminimalkan total biaya persediaan yang terjadi menurut perhitungan perusahaan diabndingkan dengan perhitungan hasil penelitian. Berdasarkan hasil penelitian dengan menerapkan teknik lot sizing di dapat bahwa total biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan sebelum dilakukan penelitian adalah sebesar Rp. 2.968.029.607,5,- dan hasil penelitian menunjukkan biaya yang terjadi adalah Rp. 2.967.759.867,-. Penghematan yang terjadi sebesar Rp. 199.085.009,-. maka efisiensi yang terjadi adalah sebesar 6,40 persen. Resisca (2009), melakukan penelitian dengan mempelajari sistem pengendalian persediaan bahan baku mi instan di PT. Jakarana Tama,

dengan tujuan mendapatkan metode yang tepat untuk diterapkan pada perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa EOQ adalah metode yang tepat untuk diterapkan karena karakteristik, kondisi serta kebutuhan perusahaan memenuhi asumsi dan penerapan metode EOQ pada perusahaan PT. Jakarana Tama ini menghasilkan biaya yang lebih murah jika dibandingkan dengan metode yang selama ini diterapkan oleh perusahaan. Penghematan yang dihasilkan jika metode EOQ diterapkan pada tahun 2008 adalah sebesar Rp. 11. 282. 508,-.

III.

METODE PENELITIAN

3.1.

Kerangka Pemikiran PT. Lestari Dini Tunggul merupakan perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur dalam hal ini adalah produksi pakaian jadi dan dalam hal perencanaan produksinya, sistem yang akan diterapkan adalah dengan cara memahami atau mendalami karakteristik produksi dan persediaan yang ada di perusahaan. Karakteristik produksi dan persediaan pada perusahaan dapat dianalisa persediaan material atau persediaan bahan baku, dari jenis bahan baku, jumlah, harga bahan baku yang digunakan perusahaan dalam proses produksinya. Setelah menganalisa persediaan material atau bahan baku di perusahaan lalu dibuat sistem perencanaan kebutuhan bahan baku, kemudian dilakukan implementasi metode perencanaan kebutuhan bahan baku yang paling tepat. Implementasi metode perencanaan kebutuhan bahan baku yang tepat pada perusahaan akan memberikan dampak yang baik, yakni adanya kelancaran produksi. Pada intinya, metode yang tepat akan menghasilkan perencanaan persediaan material yang akurat yang akan memberi dampak kelancaran pada proses produksi. Kegiatan produksi yang lancar akan menciptakan adanya kepuasan konsumen serta adanya peningkatan efisiensi dan produktifitas

perusahaan. Maka hal tersebut akan menjadikan peningkatan daya saing perusahaan guna sebagai modal untuk bersaing dan bertahan, sehingga keberlangsungan usaha akan lebih terjamin.

Rencana Produksi

Karakteristik Produksi dan Persediaan

Analisa Persediaan Material

Sistem Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku

Implementasi Metode Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Yang Tepat

Kelancaran Produksi

Kepuasan Konsumen

Peningkatan Efesiensi dan Produktifitas Perusahaan

Daya Saing Meningkat

Keberlangsungan Usaha Lebih Terjamin

Gambar 4 . Kerangka Pemikiran

3.2.

Tahapan Penelitian Adapun proses pembuatan skripsi ini melalui beberapa tahapantahapan yang saling berkaitan dan menunjang satu sama lainnya. Dimulai dengan studi pendahuluan dengan mempelajari studi terdahulu yang dijadikan sebagai referensi dalam menetapkan judul yang diangkat lalu setelah judul ditetapkan tahap selanjutnya adalah pembuatan batasanbatasan dan merumuskan masalah yang akan dibahas. Setelah pembuatan batasan-batasan dan merumuskan masalah adalah mengidentifikasi kebutuhan akan data yang akan digunakan dan dibutuhkan, yang sesuai dengan tema serta judul dan dapat memenuhi jawaban atas permasalahan yang ada. Dalam pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara wawancara dan studi literatur, wawancara dilakukan kepada nara sumber yakni pihak PT. Lestari Dini Tunggul. Studi literatur adalah pencarian data melalui berbagai buku-buku referensi, pencarian literatur-literatur yang berkaitan serta pencarian melalui media internet yang menunjang. Data yang dikumpulkan dari kegiatan wawancara, studi literatur kemudian berlanjut ke dalam tahap pengolahan data. Pada tahap pengolahan data ini peneliti mengaplikasikan metode yang diolah menggunakan metode yang tepat yakni MRP. Kemudian selanjutnya masuk ke tahap membandingkan dengan metode yang sudah digunakan perusahaan lalu masuk ke tahap pemeriksaan yang kemudian adalah tahap menarik kesimpulan serta kemudian memberikan saran. Hasil yang diperoleh nantinya

direkomendasikan kepada perusahaan dan diharapkan dapat diterapkan.

Studi Pendahuluan Pembuatan batasan dan rumusan masalah Identifikasi kebutuhan data

Wawancara

Studi literatur dan data perusahaan

Pengumpulan data

Pengolahan data

Metode persediaan bahan baku

MRP

Metode yang digunakan perusahaan

Perbandingan antar metode Pemeriksaan Kesimpulan dan saran Rekomendasi untuk perusahaan

Gambar 5. Tahapan Penelitian

3.3.

Metode Penelitian 3.3.1. Pengumpulan data Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder, dimana data primer merupakan data yang didapat secara langsung dari sumber asalnya, dalam hal ini adalah pada Divisi Produksi perusahaan. Data primer didapat melalui wawancara dengan berbagai pihak yang berkepentingan yang terkait dalam

pengumpulan data. Data primer meliputi jawaban-jawaban dari setiap pertanyaan yang diajukan mengenai kegiatan produksi pada perusahaan dan hasil dari observasi yang dilakukan dengan cara mempelajari atau memahami fenomena-fenomena yang terjadi di perusahaan. Data sekunder adalah data yang telah tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen tertulis. Data sekunder didapat dari dokumen-dokumen atau laporan-laporandi perusahaan, terutama pada Bagian Produksi serta Bagian Administrasi. Data sekunder juga didapat dari berbagai literatur-literatur yang mendukung serta melalui media internet. Data sekunder meliputi data perusahaan berupa dokumen tertulis baik berupa data produksi serta data mengenai bahan bakunya, serta berbagai literatur yang mendukung lainnya. 3.3.2. Metode analisis data Metode analisis data terkait dengan pengendalian

persediaan yang digunakan adalah metode yang tepat dan ditunjang dengan data yang dibutuhkan termasuk didalam asumsi-asumsi metode tersebut. Pengolahan data menggunakan software

Microsoft Excel, untuk metode yang sesuai diantara metodemetode yang ada, yaitu: 1. EOQ (Economic Order Quantity) 2. POQ (Production Order quantity) 3. Quantity Discount

4. Probabilistic 5. MRP (Material Requirement Product) 6. LOL (Lot For Lot) 3.4. Tata Laksana Penelitian 3.4.1. Lokasi dan waktu peneltian Penelitian dilakukan di PT. Lestari Dini Tunggul yang berlokasi di Jl. Anggrek No. 46, Jagakarsa-Depok, Jakarta Selatan. Penelitian dilaksanakan mulai bulan November 2010 sampai dengan bulan Mei 2011. Tabel 2. Lokasi dan Waktu Penelitian
No 1 2 3 4 5 6 Kegiatan Agt Persiapan Penetapan topik dan judul Pembuatan proposal Pengumpulan data Pengolahan data Cetak dan finishing Sep Okt Nov Des Waktu (Bulan) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt

3.4.2. Pengumpulan data dan analisis Jenis, sumber dan cara pengumpulan data disajikan dalam bentuk tabel yang akan mempermudah dalam melakukan penelitian pada proses melakukan pengumpulan dan pengolahan data. Lebih jelasnya tabel pengumpulan data dan analisis tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1.

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.

Profil PT. Lestari Dini Tunggul PT. Lestari Dini Tunggul didirikan pada 15 September 1982, dengan lokasi kantor pusat dan pabrik berada di Jl. Ir. H. Juanda No. 75, Ciputat Centre, Kelurahan Cireundeu, Kecamatan Ciputat, Kabupaten Tanggerang, Propinsi Banten. Dalam rangka perluasan pabrik, PT. Lestari Dini Tunggul memutuskan untuk memindahkan lokasi usahanya. Sejak tanggal 17 April 2007 fasilitas produksi dan kantor PT. Lestari Dini Tunggul berada di Jl. Anggrek No. 46, Jagakarsa-Depok, Jakarta Selatan, sampai sekarang. Berawal dari garasi sebuah rumah serta didukung oleh kemampuan wirausaha dan semangat juang tinggi didirikanlah PT. Lestari Dini Tunggul. Perusahaan milik keluarga berbentuk perseroan ini memproduksi pakaian rumah sakit. Kesuksesan perusahaan merupakan pendalaman dari visi perusahaan, yakni inovasi dan kreatifitas. Dengan idealisme tersebut mendorong Lestari untuk melakukan inovasi penciptaan produk yang bercitra baik serta bermutu tinggi. Oleh karena itu dikarenakan produk Lestari dibuat dengan menggunaan tekstil yang berkualitas serta teknologi produk yang memadai. Perusahaan memiliki karyawan, yakni sejumlah 100 operator tetap dan 50 orang karyawan tetap. Karyawan tetap dibagi atas karyawan pemasaran, produksi, keuangan dan personalia.

4.2.

Struktur Organisasi Organisasi pada PT. Lestari Dini Tunggul terdiri atas 4 (empat) divisi yaitu: 1. Divisi Personalia 2. Divisi Keuangan 3. Divisi Perencanaan atau Produksi

4. Divisi Pemasaran Setiap divisi memiliki tugas dan tanggung jawabnya masingmasing, dan ada keterkaitan antara divisi satu dengan divisi yang lainnya. Pada pelaksanaannya, PT. Lestari Dini Tunggul juga menggunakan tenaga ahli atau konsultan guna memperlancar kegiatan perusahaan. Manajemen perusahaan dikepalai oleh Direktur yang membawahi langsung Manager (Manager Pemasaran, Manager Produksi, Manager Keuangan dan Manager Personalia). Setiap Manager memimpin langsung divisi dan para karyawannya yang meliputi Supervisor, Staf dan Operator. Struktur organisasi PT. Lestari Dini Tunggul secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 2. 4.3. Gambaran Produk PT. Lestari Dini Tunggul bergerak di bidang manufaktur khusus produksi pakaian rumah sakit (Medical Clothing). Produk yang dihasilkan adalah LMA (Lestari Medical Apparel) dan Nurse Colour. LMA merupakan sebuah rangkaian pakaian kamar bedah yang terdiri dari dua produk (1) OPG WR, merupakan pakaian bedah untuk dokter khusus dipakai pada saat operasi dan digunakan oleh dokter wanita maupun pria dengan ukuran all size (2) Cries Cross Scrub Shirt & Pants adalah pakaian bedah untuk perawat. Bahan baku yang digunakan untuk ke dua produk ini adalah kain dan benang dan tidak menggunakan asesoris lainnya seperti kancing, retsleting sesuai standar yang sudah ditentukan, dan pakaian bedah ini bukan merupakan produk fashion. Kain dibuat dari bahan katun 100% dengan treatment khusus berwarna Hunter Green, sehingga bersih

kembali setelah pencucian. Terdapat inovasi pada kain berupa Water Repellent yang berfungsi aman dari percikan darah dan karbon untuk menghindari terjadinya listrik statis pada saat operasi besar sedang dilakukan. Sedangkan untuk bahan baku benang menggunakan kualitas terbaik atau super berwarna hijau dengan merk Toyolon. Seperti pada

umumnya pakaian bedah, OPG WR serta Cries Cross Scrub Shirt & Pants terdiri atas pakaian (jas/hacinco dan celana) juga disertai dengan topi. Dibutuhkan bahan baku untuk membuat OPG WR (termasuk topi) sepanjang 3 m kain dan 880 m benang, sedangkan untuk membuat Cries Cross Scrub Shirt & Pants dibutuhkan 2,8 m kain dan 600 m benang yang terdiri dari 1,2 m kain untuk hacinco dan 1,6 m kain untuk celana serta masing-masing membutuhkan 300 m benang. Harga bahan baku kain adalah Rp. 33.000/m dan benang Rp. 1,94/m. Benang dibeli perusahaan dalam jumlah rol dan harga tersebut sudah dikonversikan dari harga per 1 rol menjadi harga untuk per meternya. 4.4. Proses Produksi Terdapat 7 tahapan yang harus dilakukan untuk memproduksi jas operasi yaitu tahap pola (membuat pola pada kain), pemotongan atau menggunting (cutting), jahit (sewing), quality control, setrika dan pengemasan (packing). Tahapan tersebut Sebagaimana diuraikan berikut ini dan secara skematis dapat dilihat pada Gambar 6: 1. Pola Tahap pola adalah tahap membuat pola pada bahan baku kain dengan menggunakan pola dasar yang dimiliki oleh perusahaan. Pola dasar yang dimiliki oleh perusahaan dijadikan sebagai pola acuan. 2. Pemotongan atau menggunting Pemotongan atau pengguntingan adalah tahap yang dilakukan setelah kain dibuat pola kemudian kain tersebut digunting dan disesuaikan dengan pola yang ada. Pengguntingan harus dilakukan dengan hati-hati karena kalau tidak sesuai dengan pola hal ini dapat mempersulit pada tahap selanjutnya dan hasilnya nanti jadi kurang baik. 3. Jahit Setelah selesai digunting kain yang sudah menjadi pola tersebut dijahit. Kelebihan produk milik PT. Lestari Dini Tunggul

dibandingkan dengan produk perusahaan lainnya adalah pada proses

jahitnya, yakni tidak ada benang yang terputus selama proses jahit itu berlangsung dan ini menjadikan produk memiliki kualitas yang baik. 4. Quality Control pertama Quality Control pertama dilakukan dalam bentuk pengecekan setelah melewati ketiga tahap sebelumnya yakni pola, gunting dan jahit. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada produk yang cacat atau tidak sesuai standar. Apabila ditemukan kesalahan atau cacat maka kembali ke proses jahit untuk dilakukan perbaikan. 5. Setrika Tahap setrika dilakukan setelah melewati Quality Control yang pertama, setelah menjadi pakaian jadi kemudian dilakukan setrika agar pakaian tersebut pengemasan. 6. Quality Control kedua Quality Control kedua dilakukan setelah proses setrika, hal ini dilakukan untuk memastikan kembali dan memeriksa apakah ada pakaian yang rusak. Apabila ditemukan pakaian yang rusak dan tidak bisa diperbaiki maka pakaian tersebut akan dijadikan sebagai barang no good yang membuat barang tersebut disimpan dalam gudang. 7. Pengemasan Tahap terakhir dari proses produksi adalah pengemasan. Tujuan dari pengemasan itu sendiri adalah untuk melindungi produk dan memperpanjang umur simpan produk yang dikemas. Pada tahap ini setiap satu jas operasi dan topi dikemas ke dalam satu plastik. Proses pengemasan ini dilakukan secara manual dan umumnya dalam satu kemasan karton berisi 30 potong/pcs. rapih dan mempermudah dalam melakukan

Pola

Gunting Reject Jahit T T


QC 1

Setrika

QC

Pengemasan

Gambar 6. Diagram Alur Proses Produksi

4.5.

Pola Persediaan Bahan Baku PT. Lestari Dini Tunggul Pola perencanaan dimulai membuat peramalan permintaan. Pola peramalan pada perusahaan adalah dengan menyesuaikan jumlah produksi tahun 2009 dan 2010 untuk mengetahui berapa persen terjadi kenaikan atau penurunan. Perkiraan permintaan seperti ini telah diterapkan sejak pertama kali perusahaan didirikan. Dari pola perencanaan tersebut dan dengan menggunakan daftar kebutuhan bahan baku per unit produksi (Bill Of Material) akan didapat jumlah bahan baku yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan pada proses produksi. Pola produksi pada perusahaan adalah make to order dengan fokus bagaimana permintaan dapat dipenuhi tepat pada waktunya. Sedangkan pola permintaan bersifat tidak konstan. Perusahaan selalu berusaha menyelesaikan pesanan yang diperoleh secara tepat waktu. Pengelolaan bahan baku dilakukan langsung oleh Divisi

Perencanaan dan Produksi. Bahan baku kain dan benang yang digunakan berasal dari pasar domestik, pemesanan akan dilakukan apabila: 1. Divisi Pemasaran memberikan informasi berupa masukan order produk kepada Divisi Perencanaan dan Produksi (proses 1). 2. Divisi Perencanaan dan Produksi meninjau kapasitas produksi dan menghitung persediaan bahan baku yang ada di gudang. Metode

perhitungan persediaan bahan baku cukup sederhana, yaitu dengan menyesuaikan jumlah kebutuhan bahan baku dengan jumlah persediaan yang ada di gudang untuk memenuhi order. Apabila jumlah persediaan di gudang kurang maka jumlah bahan baku yang akan dibeli adalah sisa dari kekurangan persediaan yang ada di gudang untuk memenuhi kebutuhan order tersebut, kemudian membuat Perencanaan Produksi dan Perencanaan kebutuhan bahan baku. Divisi Perencanan dan

Produksi melakukan pembelian sejumlah bahan baku yang dibutuhkan. Pembelian disesuaikan dengan Purchase Order (PO) yang sudah ditetapkan untuk proses pembelian kepada pemasok, pada PO sudah dicantumkan nama pemasok, nomor pesanan, jumlah yang dipesan, harga dan tanggal penerimaan barang tersebut (proses 2). 3. Pemasok mengirimkan pesanan ke perusahaan pada Divisi Perencanaan dan Produksi (proses 3). Waktu yang dibutuhkan dari pemesanan sampai bahan baku tiba di gudang (lead time) adalah 60 hari (2 bulan), baik untuk kain maupun benang. Divisi Perencanaan dan Produksi akan melakukan pembelian bahan baku kembali apabila stok persediaan di gudang sebesar tinggal 50% dari jumlah persediaan dan perusahaan biasa melakukan pembelian enam kali dalam setahun (dua bulan sekali). Secara skematis, prosedur pembelian bahan baku ditujukkan pada Gambar 7. Proses - 2 Perencanaan dan Produksi Proses - 3 Proses - 1 Pemasok

Pemasaran Gambar 7. Prosedur Pembelian Bahan Baku PT. Lestari Dini Tunggul (2010)

Bahan baku yang disimpan di dalam gudang menjadi tanggung jawab Divisi Perencanaan dan Produksi. Fasilitas gudang berupa rak dan penerangan. Penyimpanan bahan baku kain dan benang menggunakan rak tersebut agar bahan baku tersebut terjaga kualitasnya dan tersusun dengan rapih. Kain dan benang dibungkus dengan plastik agar terhindar dari debu dan kotoran. Tidak ada perawatan khusus terhadap bahan baku di gudang, gudang dibersihkan setiap harinya oleh seorang petugas kebersihan. Penerangan berupa tiga buah lampu yang menerangi gudang seluas kurang lebih 6x6 m2 yang mulai dinyalakan dari sore sampai pagi hari. Divisi Perencanaan dan Produksi juga melakukan kontrol persediaan bahan baku yang ada di gudang setiap hari. Keluar masuknya bahan baku menggunakan sistem FIFO (First In First Out), yaitu bahan baku yang pertama kali masuk ke gudang dikeluarkan terlebih dahulu dari gudang untuk proses produksi. 4.6. Data Produksi Tersaji pada Tabel 3. adalah data produksi perusahaan tahun 2009 dan 2010 dilengkapi dengan jumlah bahan baku dan jumlah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. Tabel 3. Produksi OPG WR Tahun 2009
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nov Des Total 2009 (Pcs) 250 374 567 493 500 482 715 425 617 596 696 720 6.435 Bahan Baku (m) Kain Benang 7.50 220.000 1.122 329.120 1.701 498.960 1.479 433.840 1.500 440.000 1.446 424.160 2.145 629.200 1.275 374.000 1.851 542.960 1.788 524.480 2.088 612.480 2.160 633.600 19.305 5.662.800 Biaya (Rp) Kain Benang 24.750.000 426.800 37.026.000 638.493 56.133.000 967.982 48.807.000 841.650 49.500.000 853.600 47.718.000 822.870 70.785.000 1.220.648 42.075.000 725.560 61.083.000 1.053.342 59.004.000 1.017.491 68.904.000 1.188.211 71.280.000 1.229.184 637.065.000 10.985.832

Sumber: Divisi Perencanaan dan Produksi, 2009

Tahun 2009 PT. Lestari Dini Tunggul memproduksi OPG WR sebanyak 6.435 dengan total bahan baku yang digunakan selama satu tahun untuk kain sebanyak 19.305 m kain dan 5.662.800 m benang. Biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 648.050.832,-, baik untuk biaya pembelian bahan baku kain maupun benang. Tabel 4. Produksi OPG WR Tahun 2010
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nov Des Total 2010 (Pcs) 300 473 600 525 555 570 770 500 650 600 720 740 7.003 Bahan Baku (m) Kain Benang 9.00 264.000 1.419 416.240 1.800 528.000 1.575 462.000 1.665 488.400 1.710 501.600 2.310 677.600 1.500 440.000 1.950 572.000 1.800 528.000 2.160 633.600 2.220 651.200 21.009 6.162.640 Biaya (Rp) Kain Benang 29.700.000 512.160 46.827.000 807.506 59.400.000 1.024.320 51.975.000 896.280 54.945.000 947.496 56.430.000 973.104 76.230.000 1.314.544 49.500.000 853.600 64.350.000 1.109.680 59.400.000 1.024.320 71.280.000 1.229.184 73.260.000 1.263.328 693.297.000 11.955.522

Sumber: Divisi Perencanaan dan Produksi, 2010 Tahun 2010 OPG WR diproduksi sebanyak 7.003, jika

dibandingkan dengan produksi tahun 2009 mengalami kenaikan produksi 0.9% sebanyak 568 OPG WR. Hal itu menyebabkan terjadinya kenaikan jumlah bahan baku yang digunakan dan jumlah biaya yang sudah dikeluarkan oleh perusahaan. Terlihat pada Tabel 4, bahwa jumlah bahan baku yang digunakan tahun 2010 untuk kain sebanyak 21.009 m dan 6.162.640 m benang. Total biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan sebesar Rp. 705.252.522,- yang mengalami kenaikan jumlah biaya dari tahun 2009 ke 2010 sebesar Rp. 57.201.690,-. Produksi Cries Cross Scrub Shirt & Pants tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 5 dan tahun 2010 pada Tabel 6.

Tabel 5. Produksi Cries Cross Scrub Shirt & Pants Tahun 2009
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Bulan Jan Feb Mar April Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nov Des Total 2009 (Pcs) 300 415 561 509 537 485 792 558 659 521 744 815 6.896 Bahan Baku (m) Kain Benang 8.40 180.000 1.162 249.000 1.571 336.600 1.425 305.400 1.504 322.200 1.358 291.000 2.218 475.200 1.562 334.800 1.845 395.400 1.459 312.600 2.083 446.400 2.282 489.000 19.309 4.137.600 Biaya (Rp) Kain Benang 27.720.000 349.200 38.346.000 483.060 51.836.400 653.004 47.031.600 592.476 49.618.800 625.068 44.814.000 564.540 73.180.800 921.888 51.559.200 649.512 60.891.600 767.076 48.140.400 606.444 68.745.600 866.016 75.306.000 948.660 637.190.400 8.026.944

Sumber: Divisi Perencanaan dan Produksi, 2009 Tahun 2009 perusahaan memproduksi Cries Cross Scrub Shirt & Pants sebanyak 6.896. Jumlah bahan baku yang digunakan 19.309 m kain dan 4.137.600 m benang dan biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp. 645.217.344,-. Jenis Cries Cross Scrub Shirt & Pants lebih banyak diproduksi jika dibandingkan dengan jenis OPG WR, meskipun kedua jenis produk ini sama-sama mengalami kenaikan jumlah produksi dari tahun 2009 ke tahun 2010. Tabel 6. Produksi Cries Cross Scrub Shirt & Pants Tahun 2010
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agut Sep Okt Nov Des Total 2010 (Pcs) 400 450 625 575 612 500 804 600 735 635 800 915 7.651 Bahan Baku (m) Kain Benang 1.120 240.000 1.260 270.000 1.750 375.000 1.610 345.000 1.714 367.200 1.400 300.000 2.251 482.400 1.680 360.000 2.058 441.000 1.778 381.000 2.240 480.000 2.562 549.000 21.423 4.590.600 Biaya (Rp) Kain Benang 36.960.000 465.600 41.580.000 523.800 57.750.000 727.500 53.130.000 669.300 56.548.800 712.368 46.200.000 582.000 74.289.600 935.856 55.440.000 698.400 67.914.000 855.540 58.674.000 739.140 73.920.000 931.200 84.546.000 1.065.060 706.952.400 8.905.764

Sumber: Divisi Perencanaan dan Produksi, 2010

Tahun 2010 produksi Cries Cross Scrub Shirt & Pants mengalami peningkatan sebanyak 755 buah Cries Cross Scrub Shirt & Pants dari tahun 2009. Begitupun dengan jumlah bahan baku yang digunakan dan jumlah biaya yang telah dikeluarkan oleh perusahaan untuk membeli bahan bakunya. Produk Cries Cross Scrub Shirt & Pants mengalami hal yang sama dengan produk OPG WR. Besarnya jumlah bahan baku yang digunakan untuk memenuhi proses produksi Cries Cross Scrub Shirt & Pants adalah sebanyak 21.423 m kain dan 4.590.600 m benang. Jumlah biaya yang sudah dikeluarkan untuk membeli bahan baku tersebut (2010) adalah sebesar Rp. 715.858.164,-, mengalami kenaikan sebesar

Rp. 70.640.820,- dari tahun 2009. 4.7. Metode Peramalan dan Persediaan Perusahaan Perusahaan membuat peramalan untuk setiap bulannya dan metode peramalan di perusahaan ini adalah dengan menyesuaikan jumlah produksi tahun 2009 dan 2010 untuk mengetahui berapa persen terjadi kenaikan atau penurunan. Hasil ramalan dapat dilihat pada Tabel 7 dan Tabel 8. Ramalan dibuat oleh perusahaan untuk produksi tahun 2011. Ramalan dilengkapi dengan jumlah bahan baku yang diperlukan dan jumlah biaya yang akan dikeluarkan. Tabel 7. Ramalan Permintaan OPG WR Tahun 2011
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nov Des Total 2011 (Pcs) 360 598 635 559 616 674 829 588 685 604 745 761 7.654 Bahan Baku (m) Kain Benang 1.080 316.800 1.794 526.240 1.905 558.800 1.677 491.920 1.848 542.080 2.022 593.120 2.487 729.520 1.764 517.440 2.055 602.800 1.812 531.520 2.235 655.600 2.283 669.680 22.962 6.735.520 Biaya (Rp) Kain Benang 35.640.000 614.592 59.202.000 1.020.906 62.865.000 1.084.072 55.341.000 954.325 60.984.000 1.051.635 66.726.000 1.150.653 82.071.000 1.415.269 58.212.000 1.003.834 67.815.000 1.169.432 59.796.000 1.031.149 73.755.000 1.271.864 75.339.000 1.299.179 757.746.000 13.066.909

Sumber: Divisi Perencanaan dan Produksi

Ramalan untuk tahun 2011 diperkirakan jumlah permintaan sebanyak 7.654 OPG WR dengan jumlah bahan baku yang dibutuhkan adalah 22.962 m kain dan 6.735.520 m benang, maka jumlah biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku tersebut adalah sebesar Rp. 770.812.909,-. Peramalan jumlah OPG WR yang akan diproduksi yang untuk tahun 2011 diperkirakan akan mengalami kenaikan produksi sebesar 0.9% dari tahun 2010. Ramalan permintaan untuk produk Cries Cross Scrub Shirt & Pants tahun 2011 tersaji pada Tabel 8. Tabel 8. Ramalan Permintaan Cries Cross Scrub Shirt & Pants Tahun 2011
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Bulan Jan Febr Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nov Des Total 2011 (Pcs) 533 488 696 650 697 515 816 645 820 774 860 1027 8.521 Bahan Baku (m) Kain Benang 1.492 319.800 1.366 292.800 1.949 417.600 1.820 390.000 1.952 418.200 1.442 309.000 2.285 489.600 1.806 387.000 2.296 492.000 2.167 464.400 2.408 516.000 2.876 616.200 23.859 5.112.600 Biaya (Rp) Kain Benang 49.249.200 620.412 45.091.200 568.032 64.310.400 810.144 60.060.000 756.600 64.402.800 811.308 47.586.000 599.460 75.398.400 949.824 59.598.000 750.780 75.768.000 954.480 71.517.600 900.936 79.464.000 1.001.040 94.894.800 1.195.428 787.340.400 9.918.444

Sumber: Divisi Perencanaan dan Produksi Ramalan permintaan Cries Cross Scrub Shirt & Pants yang dibuat perusahaan diperkirakan sebanyak 8.521, dengan jumlah bahan baku yang diperlukan sebanyak 23.859 m kain dan 5.112.600 m benang serta biaya yang akan dikeluarkan untuk membeli bahan baku tersebut sebesar Rp. 797.258.844,-. Jadi total biaya untuk membeli bahan baku selama satu tahun baik untuk OPG WR maupun Cries Cross Scrub Shirt & Pants adalah sebesar Rp. 1.568.071.753,-.

Dapat dilihat bahwa hasil dari peramalan yang dibuat oleh perusahaan mengalami kenaikan permintaan baik untuk OPG WR maupun Cries Cross Scrub Shirt & Pants, hal itu dikarenakan produksi tahun 2009 dan 2010 mengalami kenaikan permintaan yang memberikan dampak pada peramalan tahun 2011 mengalami kenaikan juga. Kenaikan permintaan pada tahun 2009 dan 2010 disebabkan dibarengi juga dengan semakin banyaknya Rumah Sakit swasta yang berdiri dan pada dua tahun tersebut dan terjadi banyak musibah atau kejadian alam seperti gempa, banjir, tsunami yang keadaan ini berpengaruh adanya peningkatan akan kebutuhan pakaian bedah dan dalam hal ini adalah OPG WR serta Cries Cross Scrub Shirt & Pants. Gambar 8. Merupakan grafik peramalan permintaan yang dibuat perusahaan untuk produk OPG WR dan Cries Cross Scrub Shirt & Pants.
14000 12000 10000 8000 6000 4000 2000 0 3442 816 820 8601027 533488696650697515829645685774745761 360598635559616674 588 604 0 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Cries Cross Scub Shirt & Pants OPG WR 8521

Gambar 8. Grafik Ramalan Permintaan Perusahaan OPG WR dan Cries Cross Scrub Shirt & Pants 2011

4.8.

Perkiraan Permintaan 4.8.1. Peramalan permintaan Akurasi metode peramalan produk dibuat dengan

menggunakan metode dan alat bantu software POM yang kemudian menunjukkan metode yang paling tepat dengan akurasi

yang paling baik. Tabel 9. merupakan akurasi metode peramalan produk OPG WR sedangkan Tabel 10. adalah akurasi metode peramalan untuk produk Cries Cross Scrub & Pants. Tabel 9. Akurasi Metode Peramalan Produk OPG WR Metode MAD MSE SE Metode Terbaik 88.33 13400.27 126.81 MA WMA WMA 86.33 12783.83 123.86 ES 105.87 19809.6 147.3

Tabel 10. Akurasi Metode Peramalan Produk Cries Cross Scrub Shirt & Pants Metode MAD MSE SE Metode Terbaik 107.8 19126.49 151.5 MA WMA WMA 105.61 17654.71 145.55 ES 123.31 22250.05 156.11

Hasil pengujian akurasi menunjukkan bahwa metode WMA adalah metode yang memiliki tingkat akurasi tertinggi dan lebih baik dibanding dengan metode lainnya, baik untuk produk OPG WR maupun produk Cries Cross Scrub Shirt & Pants. Hal tersebut dapat dilihat pada metode WMA, yakni nilai MAD, MSE dan SE merupakan nilai yang paling kecil dibandingkan dengan kedua metode lainnya. Metode WMA ini yang kemudian digunakan untuk membuat ramalan permintaan tahun 2011. Pada dasarnya data dua tahun atau dua periode tidaklah cukup untuk Time Series, hal ini disebabkan dengan adanya keterbatasan data yang dimiliki. Tabel 11. dan Tabel 12. adalah hasil peramalan yang digunakan dengan metode WMA untuk peridode enam bulan, Tabel 11. untuk OPG WR dan Tabel 12. untuk Cries Cross Scrub Shirt & Pants. Kedua tabel tersebut dilengkapi dengan jumlah bahan baku yang dibutuhkan dan biaya yang akan dikeluarkan.

Tabel 11. Ramalan Permintaan OPG WR Tahun 2011


No 1 2 3 4 5 6 Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Total 2011 (Pcs) 528 538 551 549 553 558 3.277 Bahan Baku (m) Kain 1.585 1.615 1.653 1.647 1.658 1.673 9.831 Benang 464.895 473.722 484.950 483.058 486.455 490.732 2.883.813 Biaya (Rp) Kain 52.300.710 53.293.680 54.556.920 54.344.070 54.726.210 55.207.350 324.428.940 Benang 901.897 919.020 940.804 937.133 943.723 952.020 5.594.597

Peramalan diperkirakan bahwa produk OPG WR akan diproduksi sebanyak 3.277 Pcs untuk periode enam bulan dengan jumlah bahan baku yang dibutuhkan adalah 9.831 m kain dan 2.883.813 m benang, maka biaya yang akan dikeluarkan adalah sebesar Rp. 330.023.537,-. Tabel 12. Ramalan Permintaan Cries Cross Scrub Shirt & Pants Tahun 2011
No 1 2 3 4 5 6 Bulan Jan Feb Mar Apr Me Jun Total 2011 (Pcs) 574 582 584 595 595 588 3.518 Bahan Baku (m) Kain 1.607 1.630 1.635 1.667 1.665 1.648 9.852 Benang 344.382 349.356 350.442 357.132 356.730 353.052 2.111.094 Biaya (Rp) Kain 53.034.828 53.800.824 53.968.068 54.998.328 54.936.420 54.370.008 325.108.476 Benang 668.101 677.751 679.857 692.836 692.056 684.921 409.552

Ramalan permintaan untuk Cries Cross Scrub Shirt & Pants tahun 2011 untuk enam bulan, jumlah yang diperkirakan adalah sebanyak 3.518 Cries Cross Scrub Shirt & Pants dengan kebutuhan jumlah bahan baku kain sebanyak 9.852 m dan 2.111.094 m benang dan membutuhkan biaya sebesar

Rp. 329.203.998,-.

Diperkirakan total material atau bahan baku yang dibutuhkan pada proses produksi selama enam bulan untuk kedua produk tersebut adalah 19.683 m kain dan 4.994.907 m benang, maka jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan persediaan bahan baku adalah sebesar Rp. 659.227.535,-. Gambar 9 . adalah gambar grafik untuk kedua produk.
8000 7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0

3518

3277 574 582 584 595 595 588 528 538 551 549 553 558

Cries Cross Scrub Shirt & Pants OPG WR

Gambar 9 . Grafik Ramalan Permintaan Kedua Produk

4.8.2. Biaya pemesanan dan penyimpanan Secara umum, total biaya pengendalian persediaan pada perusahaan terdiri dari biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. 1. Biaya pemesanan adalah biaya yang timbul akibat dari pembelian bahan baku dan perusahaan mengirimkan PO kepada pemasok. Total biaya pemesanan satu tahun diperoleh dengan mengalikan biaya pemesanan per pesanan dengan banyaknya pemesanan selama satu tahun. Komponen biaya pemesanan bahan baku kain dan benang meliputi biaya telepon dan biaya administrasi. Sedangkan biaya bongkar muat dan biaya trnasportasi sudah menjadi tanggung jawab pihak pemasok. Biaya telepon diperoleh dari jumlah menit per sekali pesan dan dikalikan dengan tarif percakapan telepon per menit. Pemesanan lewat telepon rata-rata membutuhkan waktu 15

menit. Sedangkan untuk biaya administrasi hanya dibutuhkan materai satu buah. 2. Biaya penyimpanan adalah biaya yang timbul akibat dari dilakukannya penyimpanan bahan baku di gudang, baik bahan baku kain dan benang disimpan di dalam gudang yang sama. Biaya penyimpanan pada PT. Lestari Dini Tunggul hanya menitik beratkan pada biaya penerangan, dan penerangan berupa listrik di gudang di gunakan sejak sore hingga pagi hari. Biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk penerangan gudang yang luasnya 6 x 6 m2 adalah sebesar Rp. 150.000,- per bulan. Tabel 13. Biaya pemesanan dan penyimpanan untuk setiap komponen (Rp) Bahan Baku No Komponen Biaya Kain Benang 1 Biaya pemesanan a. Biaya telepon (15 menit x Rp. 150) 2.250 2.250 b. Biaya Administrasi (Materai) 6.000 6.000 2 Biaya penyimpanan a. Biaya listrik

75.000

75.000

Selama ini perusahaan tidak pernah membuat perhitungan dan perincian komponen-komponen biaya seperti yang di atas. Perusahaan hanya menetapkan biaya overhead sebesar Rp. 500.000 untuk setiap kali pesanan per bahan baku, tidak dijelaskan lebih rinci oleh perusahaan tentang biaya overhead tersebut. Seperti yang sudah dijelaskan bahwa perusahaan melakukan pembelian 6 (enam) kali dalam setahun. Untuk total biaya pemesanan didapat dari jumlah komponen biaya pemesanan dikali dengan jumlah pemesanan. Untuk total biaya simpan adalah biaya simpan

(penerangan) selama satu tahun, karena penyimpanan berlangsung selama satu tahun. 4.8.3. Analisis persediaan bahan baku Analisis persediaan bahan baku pada PT. Lestari Dini Tunggul dapat menggunakan metode EOQ probabilistik dengan lead time yang konstan, hal ini dapat dilakukan karena kondisi aktual dan karakteristik perusahaan memenuhi asumsi dalam metode EOQ. Permintaan yang diketahui, lead time konstan, penerimaan persediaan bersifat seketika dan lengkap, diskon kuantitas tidak memungkinkan, biaya variabel yang ada hanya biaya pemesanan dan penyimpanan. Metode EOQ memungkinkan perusahaan dapat menentukan jumlah kuantitas pemesanan bahan baku yang paling ekonomis dengan jumlah permintaan dan lead time yang diketahui dengan pasti dan konstan. Menghitung permintaan bulanan EOQ dengan menggunakan rata-rata

yang sudah diramalkan dan rata-rata

permintaan dibuat dengan cara membagi jumlah permintaan dengan jumlah bulan. Perhitungan kuantitas pemesanan bahan baku utama (kain dan benang) secara terperinci disajikan pada Tabel 14. untuk OPG WR dan Tabel 15. Untuk Cries Cross Scrub Shirt & Pants. Tabel 14. Perhitungan EOQ (Q*) OPG WR
Bahan Baku Kain Benang Permintaan (D) A 1.639 480.636 Biaya Pesan (S) B 8.250 8.250 Biaya Simpan (H)/m/bulan C 92 0.3 EOQ (Q*) d= (2xaxb)/c 542 162.588

Berdasarkan hasil perhitungan EOQ bahan baku produk OPG WR pada diketahui bahwa kuantitas pemesanan yang optimal kain adalah sebanyak 542 m dan setiap kali pemesanan dan untuk benang adalah sebanyak 162.588 m setiap kali pesan. Perhitungan

EOQ bahan baku produk Cries Cross Scrub Shirt & Pants diperoleh gambaran bahwa pemesanan optimal kain adalah sebanyak 586 m setiap kali pesan dan setiap kali pemesanan. Tabel 15. Perhitungan EOQ (Q*) Cries Cross Scrub Shirt & Pants
Bahan Baku Kain Benang Permintaan (D) A 1.642 351.849 Biaya Pesan (S) B 8.250 8.250 Biaya Simpan (H)/m/bulan C 91 0.4 EOQ (Q*) d= (2xaxb)/c 586 120.473

120.473 m benang untuk

4.8.4.

IMF (Inventory Master File) IMF berisi catatan tentang persediaan bahan baku. Produk A adalah produk akhir atau barang jadi OPG WR produk B adalah produk akhir atau barang jadi Cries Cross Scrub Shirt & Pants. Sisa produksi tahun 2010 di gudang terdapat sisa 7 OPG WR dan 45 Cries Cross Scrub Shirt & Pants. Secara sistematis, IMF OPG WR dapat dilihat pada Tabel 16. dan Cries Cross Scrub Shirt & Pants pada Tabel 17. Tabel 16. IMF OPG WR Komponen Persediaan Produk A 7 potong/pcs Produk C 21 m Produk D 6.160 m Sumber: Divisi Perencanaan dan Produksi PT. LDT (2011) IMF dibuat per produk, A dan B. Produk A (OPG WR) terdiri dari komponen produk C (kain) dan produk D (benang) dan produk B terdiri dari komponen produk E (kain) dan F (benang). Meskipun produk A dan B terdiri atas bahan baku yang sama namun kebutuhan bahan bakunya berbeda, dan hal itu IMF dibuat secara terpisah

Tabel 17. IMF Cries Cross Scrub Shirt & Pant Komponen Persediaan Produk B 45 potong/pcs Produk E 126 m Produk F 27.000 m Sumber: Divisi Perencanaan dan Produksi PT. LDT (2011) 4.8.5. BOM (Bill Of Material) Selain IMF, komponen penting yang dibutuhkan untuk membuat MRP adalah BOM. BOM merupakan gambaran sistematis dari IMF yang lebih spesifik, BOM dibuat dalam bentuk diagram dengan keterangan produk yang dihasilkan dengan komponen bahan baku pembuatnya dan keterangan yang berupa tabel mengenai jumlah bahan baku yang dibutuhkan serta sumber dari bahan baku itu sendiri. BOM dibuat secara terpisah antara produk A (OPG WR) dapat dilihat pada Gambar 10. dan BOM produk B (Cries Cross Scrub Shirt & Pant) pada Gambar 11.
PRODUK A

Level 1

Level 2 C Kain D Benang

Gambar 10. BOM OPG WR

Produk A merupakan OPG WR yang terbuat dari komponen atau item produk C berupa kain dan produk D berupa benang. Kebutuhan akan ke dua komponen item tersebut memiliki jumlah yang berbeda, untuk membuat satu produk A (OPG WR) dibutuhkan 3 m kain dan 880 m benang. Produk A merupakan produk akhir yang bersumber dari produk C dan D dengan cara

membuatnya, sedangkan produk C dan B didapat perusahaan dengan cara membeli dari luar. Tabel 18. BOM produk A (OPG WR) Level Komponen Komponen dan Item Jumlah Sumber 0 Produk A (OPG WR) Buat 1 C (Kain) 3m Beli 1 D (Benang) 880 m Beli
PRODUK B

Lead Time 2 Bln 2 Bln

Level 1

E Kain

F Benang

Level 2

Gambar 11. BOM Cries Cross Scrub Shirt & Pants Tabel 19. BOM produk B (Cries Cross Scrub Shirt & Pants) Level Lead Komponen Komponen dan Item Jumlah Sumber Time Produk B ( Cries Cross Scrub Shirt & 0 Pants) Buat 1 1 E (Kain) F (Benang) 2.8 m 600 m Beli Beli 2 Bln 2 Bln

4.8.6. MPS (Master Production Schedule) MPS adalah ringkasan skedul produksi produk jadi untuk periode mendatang yang dirancang berdasarkan ramalan

permintaan yang sudah dibuat sebelumnya. MPS untuk bahan baku kain dan benang dibuat dalam bentuk tabel, terdapat 10 komponen perhitungan yang terdiri atas:

1. Ramalan permintaan 2. Pesanan aktual, dikarenakan perusahaan belum mengetahui pesanan aktualnya maka dari itu pesanan aktual dikosongkan 3. Permintaan total, berasal dari penjumlahan antara ramalan permintaan dengan pesanan aktual 4. Safety stock, ditetapkan oleh perusahaan adalah 50% dari jumlah yang seharusnya atau 50% dari permintaan bulan berikutnya 5. Rencana kebutuhan bahan baku produksi, berasal dari penjumlahan permintaan total dengan safety stock 6. Banyaknya hari kerja per bulan, dibuat berdasarkan tanggalan tahun 2011, dengan catatan lima hari kerja dalam satu minggu 7. Tingkat kebutuhan bahan baku produksi harian, berasal dari rencana kebutuhan bahan baku produksi dibagi dengan banyakya hari kerja per bulan 8. Inventory awal yang merupakan persediaan awal 9. Inventory yang tersedia berasal dari rencana kebutuhan bahan baku produksi dijumlahkan dengan inventory awal 10. Inventory akhir, berasal dari jumlah inventory yang tersedia dikurangi dengan permintaan total dan inventory akhir ini akan menjadi inventory awal untuk bulan berikutnya. MPS Produk OPG WR dapat dilihat pada Lampiran 3. dan MPS produk Cries Cross Scrub Shirt & Pant dapat dilihat pada Lampiran 4. 4.8.7. MRP (Material Requirement Planning) MRP merupakan sistem yang dibuat dengan tujuan menjamin tesedianya material, menjaga tingkat persediaan pada kondisi minimum dan merencanakan aktivitas penjadwalan juga pembelian. Setelah semua input data yang dibutuhkan sudah terpenuhi yang diantaranya adalah IMF, BOM dan MPS kemudian tahap selanjutnya adalah membuat MRP.

Hasil yang diperoleh dari perhitungan MRP didapat empat kali dalam setahun perusahaan melakukan pemesanan atau pembelian kembali bahan baku dan hal ini berbeda dengan jadwal pembelian yang biasa dilakukan perusahaan sebanyak tiga kali dalam setahun. Lebih jelasnya proses perhitungan MRP dapat di lihat pada Lampiran 5. untuk MRP produk OPG WR dan Lampiran 6 untuk produk Cries Cross Scrub Shirt & Pants. 4.8.8. Evaluasi terhadap metode pengelolaan persediaan Metode yang digunakan perusahaan dalam merencanakan kegiatan produksi tahun 2011 dapat dibandingkan dengan metode MRP. Perusahaan akan mengetahui metode yang tepat untuk membuat perencanaan kebutuhan material secara optimal. Hal itu bertujuan guna mendukung kelancaran proses produksi, efisiensi biaya dalam hal pengadaan barang. Lebih jelasnya hasil dari analisis persediaan bahan baku tahun 2011 tersaji pada Tabel 20. Tabel 20. Perbandingan Biaya Persediaan Bahan Baku (Rp)
Uraian I. Metode Perusahaan 1. Biaya over head Total biaya persediaan II. Metode EOQ B 2. Biaya pemesanan 3. Biaya penyimpanan 4. Biaya persediaan (2+3) Total biaya persediaan Total Penghematan (I-II) Bahan Baku Kain Benang 1.500.000 1.500.000 3.000.000 33.000 450.000 483.000 33.000 450.000 483.000 966.000 2.034.000 Total

Biaya overhead yang ditetapkan perusahaan masing-masing sebesar Rp. 500.000,- dikali dengan 3 kali pemesanan dilakukan dan diperkirakan ditotalkan menjadi sebesar Rp. 3.000.000,-. Biaya persediaan berasal dari biaya pemesanan dan biaya penyimpanan, biaya pemesanan per pesanan masing-masing bahan baku Rp. 8.250,- dikali 4 kali pemesanan dan biaya penyimpanan di gudang sebesar Rp. 150.000,- dikali 6 bulan masa penyimpanan. Jadi total semua biaya persediaan adalah sebesar Rp. 966.000,-.

Analisis yang dilakukan selain persediaan bahan baku dilakukan juga membuat jadwal berupa sistem MRP dengan tujuan untuk menjamin tersedianya material atau bahan baku. Pada analisis persediaan bahan baku terdapat periode atau waktu kapan dilakukannya pembelian bahan baku kembali yang kemudian dikalikan dengan biaya persediaan, hal itu di dapat dari dibuatnya jadwal dengan menggunakan sistem MRP. Menggunakan MRP diperoleh frekuensi pemesanan bahan baku untuk ke dua bahan baku kain dan benang dilakukan sebanyak sepuluh kali. Berbeda dengan metode yang digunakan perusahaan yang menetapkan frekuensi pemesanan dilakukan relatif lebih sedikit yaitu enam kali dalam satu tahun, hal ini dkarenakan sudah didapat besarnya kuantitas pembelian atau pemesanan yang optimum (Q*). Terlihat cukup jelas bahwa kombinasi frekuensi dan jumlah bahan baku yang optimal untuk dipesan dapat menimbulkan biaya yang lebih sedikit, artinya lebih efisien. Perusahaan mampu menghemat dana yang akan dikeluarkan untuk biaya persediaan, sehingga kelebihan dana tersebut dapat dialokasikan untuk biaya yang lainnya. Dan hal ini juga berlaku pada penerapan metode peramalan, karena hal ini akan sangat mempengaruhi kondisi perusahaan dalam hal keuangan. Dengan penggunaan metode yang tepat, baik peramalan maupun persediaan bahan baku hal ini akan mengakibatkan jalannya proses produksi menjadi lancar dan efisien, maka dapat terjadi terjadi peningkatan kapasitas serta perolehan keuntungan perusahaan. Perbedaan hasil peramalan atau perkiraan yang diperoleh dari perusahaan dengan penelitian karena adanya perbedaan dari metode peramalannya itu sendiri. Metode peramalan yang dibuat perusahaan hanya mengandalkan data produksi sebelumya dan tidak memikirkan kemungkinan error dari hasil peramalan

tersebut, perusahaan juga melakukan perencanaan bertujuan untuk mendapatkan keuntungan tanpa memperhatikan kapan pemesanan sebaiknya dilakukan, karena semakin banyak produk yang dihasilkan maka akan semakin banyak pula keuntungan yang akan diperoleh oleh perusahaan. Berbeda dengan yang dilakukan dalam penelitian ini, dengan digunakannya metode EOQ yang kemudian terapkan dengan sistem penjadwalan MRP, hal ini diharapkan dapat memastikan kapan pemesanan atau pembelian bahan baku dilakukan dan juga memperhitungan biaya-biaya yang

mempengaruhinya. Biaya overhead yang ditetapkan perusahaan akan lebih baik lagi jika perusahaan membuat rincian komponenkompoen biaya pemesanan dan penyimpanan karena setelah dilakukan perhitungan perusahaan dapat melakukan penghematan biaya. 4.8.9. Resume hasil penelitian Resume hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Resume Hasil Penelitian
No 1 2 3 4 Item Peramalan Perkiraan produksi OPG WR tahun 2011 Perkiraan produksi Cries Cross Scrub Shirt & Pants tahun 2011 Persediaan: 1. EOQ (Q*) OPG WR: a. Kain b. Benang 2. EOQ (Q*) Cries Cross Scrub Shirt & Pants: a. Kain b. Benang 3. Perbandingan biaya persediaan Hasil Metode terbaik adalah WMA 3.277 Potong/Pcs 3.518 Potong/Pcs

542 m 162.588 m 586 m 120.473 m Rp. 2.034.000,-

4.10.

Implikasi Manajerial

Terkait dengan hasil dari analisa yang dilakukan mengenai perencanaan kebutuhan material pada industri pakaian jadi di PT. Lestari Dini Tunggul, berikut adalah implikasi manajerial bagi perusahaan: 1. Metode peramalan yang digunakan oleh perusahaan akan lebih baik lagi jika perusahaan menggunakan metode peramalan yang diolah dengan bantuan software POM karena hasil peramalannya akan lebih akurat dan ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh perusahaan diantaranya adalah pencatatan data yang lebih baik lagi dan perencanaaan dengan pendekatan ilmiah. 2. Perusahaan sebaiknya membuat rincian mengenai komponen biaya persediaan bahan baku karena hal akan mempermudah pada proses perhitungan dan dapat diketahui metode mana yang lebih baik atau metode persediaan yang tepat untuk diterapkan pada perusahaan 3. Perusahaan diharapkan mempertimbangkan dalam hal penerapan sistem MRP, karena dengan diterapkannya sistem MRP pada perusahaan akan membuat penjadwalan menjadi lebih tepat dan diharapkan perusahaan tidak akan mengalami kekurangan atau kelebihan bahan baku yang dapat mengganggu kelancaran proses produksi.

KESIMPULAN DAN SARAN

1.

Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Metode EOQ adalah metode yang memiliki kakteristik sesuai dengan kondisi perusahaan, dengan menghitung besar kuantitas pembelian optimum (Q*) untuk bahan baku utama dan hal ini akan membuat perusahaan dapat menentukan jumlah pemesanan yang paling ekonomis. Ramalan permintaan dibuat dengan metode WMA dan dikarenakan keterbatasan data yang tersedia hanya dua tahun terakhir, maka peramalan hanya dapat dibuat untuk enam bulan saja. 2. Berdasarkan hasil dari MPS untuk bahan baku utama produk OPG WR dan Cries Cross Scrub Shirt & Pants enam bulan didapat bahwa untuk bulan pertama di butuhkan 3.192 m kain dan 809.177 m benang, bulan kedua 3.245 m kain dan 823.078 m benang, bulan ketiga 3.288 m kain dan 835.392 m benang, bulan keempat 3.314 m kain dan 840.190 m benang, bulan kelima 3.323 m kain dan 843.185 m benang serta bulan keenam membutuhkan 3.321 m kain dan 843.784 m benang. Dengan dibuatnya MPS akan mempermudah perusahaan dalam memperkirakan jumlah bahan baku yang dibutuhkan untuk memenuhi peramalan permintaan dan perusahaan dapat memperkiraan jumlah biaya yang diperlukan terlebih untuk enam periode tersebut. 3. Hasil MPS menjadi masukan untuk dibuatnya sistem penjadwalan metode MRP. Metode MRP ini memperkirakan perusahaan akan merencanakan pemesanan pembelian bahan baku kembali sebanyak empat kali, sedangkan dengan metode perusahaan sebanyak tiga kali. Namun karena sudah di hitung jumlah pemesanan optimum (Q*), maka pembelian sebanyak empat kali akan lebih efektif serta efisien bagi kondisi perusahaan.

2.

Saran Beberapa saran yang dapat disampaikan sebagai bahan

pertimbangan perusahaan, yaitu: 1. Perusahaan membuat pencatatan data yang lebih baik lagi, karena dengan data yang baik akan mempermudah pihak perusahaaan dalam menganalisa keadaan atau kondisi perusahaan. 2. Perusahaan membuat peramalan tidak hanya berpatokan pada metode yang sebelumnya tetapi lebih kepada pendekatan ilmiah, karena hasil yang diperoleh akan lebih tepat dan akurat seperti yang sudah dilakukan oleh peneliti. 3. Perusahaan mempertimbangkan dalam hal menerapkan metode MRP yang dapat membuat perencanaan secara tepat juga mengoptimalkan biaya yang akan dikeluarkan, sehingga akan menghasilkan keuntungan yang lebih besar bagi perusahaan. 4. Penetapan biaya overhead oleh perusahaan akan lebih baik lagi jika perusahaan membuat rincian komponen-kompoen biaya pemesanan dan penyimpanan karena setelah dilakukan perhitungan perusahaan dapat melakukan penghematan biaya.

DAFTAR PUSTAKA

Assauri, S. 2008. Manajemen Produksi dan Operasi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Kusuma, H. 2009. Manajemen Produksi. Penerbit Andi, Yogyakarta. P. Tampubolon M. 2004. Manajemen Operasional. Ghalia Indonesia, Jakarta. Resisca, J. 2009. Mempelajari Sistem Pengendalian Persediaan Bahan Baku Mi Instan di PT. Jakarana Taman. Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Syahrul, A. 2007. Analisa Persediaan Bahan Baku Dengan Metode Material Requirement Planning Pada Industri Proses. Skripsi pada Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia, Jogjakarta. Taryana, N. 2008. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku pada Produk Sepatu dengan Pendekatan Teknik Lot Sizing dalam Mendukung Sistem MRP. Skripsi pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Yamit, Z. 2008. Manajemen Persediaan. Ekonisia, kampus Fakultas Ekonomi UII. Yogyakarta. Yudha, P. dan Arman Hakim Nasution Anwar. 2008. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Graha Ilmu, Yogyakarta.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Pengumpulan Data dan Analisa


No Tujuan Data yang Dibutuhkan a. Data produksi b. Data penjualan c. BOM d. Data pemakaian bahan baku e. Data lead time dan safety stock f. Data pemesanaan bahan baku 2 Mengetahui faktor-fak tor yang mempengaruhi baku a. Data permintaan b. Data Lead Time d. Data biaya-biaya persediaan e. Data penggunaan bahan baku 3 Menentukan model yang a. Data produksi tepat bagi perusahaan b. Data penjualan c. Data pemesanan d. Data pemakaian bahan baku e. Data pemakaian f. BOM g. Data Lead Time dan Safety stock h. Deviasi antara metode perusahaan Dengan metode peneliti Bagian Produksi a. Wawancara b. Dokumen perusahaan Data di olah dengan Sistem persediaan mamenggunakan model terial yang tepat untuk yang direkomendasikan oleh peneliti diterapkan di perusahaan Bagian Produksi a. Wawancara b. Dokumen perusahaan Analisis deskriptif Mengetahui sifat persediaan dan faktor-fak tornya S umber Data Metode Pengumpulan Data Metoda Analisis Kesimpulan

1 Mengetahui sistem per sediaan bahan baku yang diterapkan di perusahaan

Bagian Produksi a. Wawancara b. Dokumen perusahaan

Data di olah dengan Sistem bahan baku yang menggunakan sistem telah digunakan oleh pebahan baku yang telah digunakan oleh perusahaan rusahaan

sistem persediaan bahan c. Data pemesanan

Lampiran 2. Struktur Organisasi

STRUKTUR ORGANISASI PT. LESTARI DINI TUNGGUL

Lampiran 3. Tabel MPS Bahan Baku (Kain dan Benang) OPG WR (m) Item (Permintaan, Produksi, inventory) (1) Ramalan Permintaan a. Bahan Baku Kain b. Bahan Baku Benang (2) Pesanan Aktual a. Bahan Baku Kain b. Bahan Baku Benang (3) Permintaan Total = (1)+(2) a. Bahan Baku Kain b. Bahan Baku Benang (4) Safety Stock (50% * Permintaan bulan berikutnya) a. Bahan Baku Kain b. Bahan Baku Benang (5) Rencana kebutuhan Bahan Baku Produksi = (3)+(4) a. Bahan Baku Kain b. Bahan Baku Benang (6) Banyaknya Hari Kerja Perbulan (7) Tingkat Kebutuhan Bahan Baku Produksi Harian = (5)/(6) a. Bahan Baku Kain b. Bahan Baku Benang (8) Inventory Awal a. Bahan Baku Kain b. Bahan Baku Benang (9) Inventory yang Tersedia = (5)+(8) a. Bahan Baku Kain b. Bahan Baku Benang (10) Inventory Akhir = (9)-(3) a. Bahan Baku Kain b. Bahan Baku Benang 1 1,585 464,895 2 1,615 473,722 3 1,653 484,950 4 1,647 483,058 5 1,658 486,455 6 1,673 490,732

1,585 464,895 765 224,400 2,889 847,440 21 138 40,354 21 6,160 2,910 853,600 1,325 388,705

1,615 473,722 827 242,475 2,442 716,197 18 136 39,789 1,325 388,705 3,767 1,104,902 2,152 631,180

1,653 484,950 824 241,529 2,477 726,479 23 108 31,586 2,152 631,180 4,628 1,357,659 2,975 872,709

1,647 483,058 829 243,228 2,476 726,286 20 124 36,314 2,975 872,709 5,451 1,598,995 3,804 1,115,937

1,658 486,455 837 245,366 2,495 731,821 21 119 34,849 3,804 1,115,937 6,299 1,847,758 4,641 1,361,303

1,673 490,732 0 0 1,673 490,732 20 84 24,537 4,641 1,361,303 6,314 1,852,035 4,641 1,361,303

Lampiran 4. Tabel MPS Bahan Baku (Kain dan Benang) Cries Cross Scrub Shirt & Pants (m) Item (Permintaan, Produksi, inventory) (1) Ramalan Permintaan a. Bahan Baku Kain b. Bahan Baku Benang (2) Pesanan Aktual a. Bahan Baku Kain b. Bahan Baku Benang (3) Permintaan Total = (1)+(2) a. Bahan Baku Kain b. Bahan Baku Benang (4) Safety Stock (50% * Permintaan bulan berikutnya) a. Bahan Baku Kain b. Bahan Baku Benang (5) Rencana kebutuhan Bahan Baku Produksi = (3)+(4) a. Bahan Baku Kain b. Bahan Baku Benang (6) Banyaknya Hari Kerja Perbulan (7) Tingkat Kebutuhan Bahan Baku Produksi Harian = (5)/(6) a. Bahan Baku Kain b. Bahan Baku Benang (8) Inventory Awal a. Bahan Baku Kain b. Bahan Baku Benang (9) Inventory yang Tersedia = (5)+(8) a. Bahan Baku Kain b. Bahan Baku Benang (10) Inventory Akhir = (9)-(3) a. Bahan Baku Kain b. Bahan Baku Benang 1 1,607 344,382 2 1,630 349,356 3 1,635 350,442 4 1,667 357,132 5 1,665 356,730 6 1,648 353,052

1,607 344,382 815 174,678 2,422 519,060 21 115 24,717 126 27,000 2,548 546,060 941 201,678

1,630 349,356 818 175,221 2,448 524,577 18 136 29,143 941 201,678 3,389 726,255 1,759 376,899

1,635 350,442 834 178,566 2,469 529,008 23 107 23,000 1,759 376,899 4,227 905,907 2,592 555,465

1,667 357,132 833 178,365 2,500 535,497 20 125 26,775 2,592 555,465 5,092 1,090,962 3,425 733,830

1,665 356,730 824 176,526 2,489 533,256 21 119 25,393 3,425 733,830 5,914 1,267,086 4,249 910,356

1,648 353,052 1,648 353,052 20 82 17,653 4,249 910,356 5,897 1,263,408 4,249 910,356

Lampiran 5. MRP Bahan Baku Kain (m) Periode Kebutuhan kotor OPG WR Cries Cross Scrub Shirt & Pants Skedul permintaan OPG WR Cries Cross Scrub Shirt & Pants Persediaan ditangan OPG WR Cries Cross Scrub Shirt & Pants Kebutuhan bersih OPG WR Cries Cross Scrub Shirt & Pants Rencana penerimaan pesanan OPG WR Cries Cross Scrub Shirt & Pants Rencana pemesanan OPG WR Cries Cross Scrub Shirt & Pants Jan 1,585 1,607 Feb 1,615 1,630 Mar 1,653 1,635 Apr 1,647 1,667 Mei 1,658 1,665 Juni 1,673 1,648

21 126

21 126 1,564 1,481 1,564 1,481 1,653 1,190 1,615 1,701 1,615 1,701 1,647 1,505 1,653 1,190 1,653 1,190 1,658 1,680 1,647 1,505 1,647 1,505 1,673 1,662 1,658 1,680 1,658 1,680 1,673 1,662 1,673 1,662

Lampiran 6. MRP Bahan Baku Benang (m)


Periode Kebutuhan kotor OPG WR Cries Cross Scrub Shirt & Pants Skedul permintaan OPG WR Cries Cross Scrub Shirt & Pants Persediaan d itangan OPG WR Cries Cross Scrub Shirt & Pants Kebutuhan bersih OPG WR Cries Cross Scrub Shirt & Pants Rencana penerimaan pesanan OPG WR Cries Cross Scrub Shirt & Pants Rencana pemesanan OPG WR Cries Cross Scrub Shirt & Pants Jan 464,895 344,382 Feb 473,722 349,356 Mar 484,950 350,442 Apr 483,058 357,132 Mei 486,455 356,730 Juni 490,732 353,052

6,160 27,000

6,160 27,000 458,735 317,382 458,735 317,382 484,950 342,082 473,722 329,067 473,722 329,067 483,058 473,326 484,950 342,082 484,950 342,082 486,455 494,102 483,058 473,326 483,058 473,326 490,732 476,282 486,455 494,102 486,455 494,102 490,732 476,282 490,732 476,282

Lampiran 7. Ramalan POM OPG WR Moving Average

Exponential Smoothing

Weight Moving Average

Lampiran 8. Ramalan POM Cries Cross Scrub Shirt & Pants Moving Average

Exponential Smoothing

Weight Moving Average

Lampiran 9. Daftar Istilah 1. OPG WR (Operating = Gown Water Repellent) Cries Cross Scrub Shirt & = Pants Merupakan pakaian bedah untuk dokter (pria dan wanita) yang khusus dipakai pada saat melakukan operasi. Merupakan pakaian bedah untuk perawat yang khusus dipakai pada saat melakukan operasi. Penentuan ekonomis. jumlah pemesanan paling

2.

3.

EOQ (Economic Quantity)

Order =

4.

POQ (Production Order = Quantity) MRP (Material = Requirement Planning)

adalah EOQ model tanpa instantaneous receipts. MRP adalah prosedur logis, aturan keputusan dan teknik pencatatan terkomputerisasi yang dirancang untuk menterjemahkan Jadwal Induk Produksi atau MPS (Master Production Schedulling) menjadi kebutuhan bersih atau NR (Net Requirement) untuk semua item. Merupakan ringkasan jadwal produksi produk jadi untuk periode mendatang yang dirancang berdasarkan pesanan pelanggan atau ramalan permintaan. Merupakan rangkaian struktur semua komponen yang digunakan untuk memproduksi barang jadi sesuai dengan MPS. Terdiri dari semua catatan tentang persediaan produk jadi, komponen dari sub-komponen lainnya, baik yang sedang dipesan maupun persediaan pengaman (status persediaan).

5.

6.

MPS (Master Production = Schedule)

7.

BOM (Bill Of Material)

8.

IMF (Inventory File)

Master =

You might also like