You are on page 1of 26

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis. Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan, miskin, atau kaya) dan dimana saja. Penyebab penyakit ini adalah bakteri kompleks Mycobacterium tuberculosis. Mycobacteria termasuk dalam famili Mycobacteriaceae dan termasuk dalam ordo Actinomycetales. kompleks Mycobacterium tuberculosis meliputi M. tuberculosis, M. bovis, M. africanum, M. microti, dan M. canettii. Dari beberapa kompleks tersebut, M. tuberculosis merupakan jenis yang terpenting dan paling sering dijumpai. Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung Mycobakterium tuberkulosis dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam. I.2 Rumusan Masalah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Apa pengertian TBC ? Apa penyebab penyakit TBC ? Bagaimana patofisiologi TBC ? Apa saja manifestasi klinis TBC ? Bagaimana cara penularan TBC ? Apa saja komplikasi TBC ? Bagaimana Askep pada Klien TBC ?

I.3 Tujuan Masalah 1. 2. 3. 4. 5. Mengetahui dan memahami pengertian TBC Mengetahui dan memahami penyebab TBC Mengetahui dan memahami patofisiologi TBC Mengetahui dan memahami manifestasi klinis TBC Mengetahui dan memahami cara penularan TBC 1

6. 7.

Mengetahui dan memahami komplikasi TBC Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan terhadap klien yang menderita TBC

I.4 Sistematika Penulisan Makalah ini terdiri dari tiga bab yaitu sebagai berikut : Bab I Pendahuluan ; Bab II Tinjauan Kasus ; Bab III Penutup.

BAB II TINJAUAN KASUS

Skenario Tutorial Seorang laki-laki, 34 tahun , datang ke puskesmas dengan keluhan batuk darah sebanyak kurang lebih gelas air mineral setiap kali batuk, dalam sehari pasien batuk lebih kurang 10 kali. Gejala sudah dirasakan oleh pasien sejak tiga bulan yang lalu, berupa batuk berdahak yang disertai dengan demam dan berkeringat terutama malam hari.Pada pemeriksaan fisik didapatkan ;kesadaran komposmentis, lemah, TD 100/70 mmHg, frekuensi nadi 90x/menit , frekuensi nafas 26x/menit, suhu 36 derajat C, habitus asteniku. Hemitoraks kanan :fremitus taktil dan vokal meningkat, perkusi sonor dan ronkhi basah kasar di apeks paru. Jantung dan abdomen dalam batas normal. Pemeriksaan Laboratorium : Hb 11g/dL, LED 60 mm/jam, leukosit 9000/L, BTA sputum (+/+/+).Pemeriksaanrontgen toraks;infiltran dan cavitas pada 1/3 atas paru-paru kanan.

Langkah I : Mengklarifikasi hal-hal yang belum di ketahui dalam skenario 1. Composmentis : kesadaran penuh, kejernihan pikiran : bentuk badan : sisi toraks : penyusupan atau terkumpulnya zat atau bahan yang tidak normal kedalam jaringan 5. Cavitas 6. BTA sputum 7. LED difusi atau penimbunan substansi yang secara normal tidak terdapat pada sel atau jaringan dalam jumlah yang melebihi normal dalam sel atau jaringan : rongga, ruangan berongga atau lekuk di dalam : batang tahan asam sputum :-

2. Habitus asteniku 3. Hemitoraks 4. Infiltrat

Langkah II : Membuat Pertanyaan 3

1.

Apa yang menyebabkan klien berkeringat di malam hari ?

2. Mengapa saat di perkusi terdapat bunyi ronchi ? 3. Apa pengertian TBC ? 4. Apa manifestasi klinis dari penyakit TBC ? 5. Bagaimana Patofisiologi dari TBC ? 6. Apa saja faktor penyebab TBC ? 7. Apa saja komplikasi TBC ? 8. Bagaimana Askep pada Pasien TBC ? 9. Apa yang menyebabkan batuk berdarah ? 10. Bagaimana cara penularan TBC ?

Langkah III : Menjawab Pertanyaan 1. 2. Adanya sekret di dalam bronkiektatis 3. - Peradangan pada jaringan paru yang merupakan penyakit menular yang di sebabkan oleh mycobacterium Tubercolosis - Penyakit Infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycrobacterium Tubercolosis, bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam yang dikenal sebgai BTA - Penyakit spesifik yang yang disebakan oleh bakteri mycrobacterium tubercolosis dan dapat menghinggapi semua alat tubuh dan yang paling sering adalah paru-paru dan tulang 4. - Demam lebih dari 1 bulan - Batuk berdahak lebih dari 3 minggu - Sesak nafas - Nyeri dada - Nafsu makan berkurang - Sputum purulen - Penurunan berat badan 4

- Berkeringat malam hari - Kelelahan 5. 6. Lingkungan kotor, Gaya hidup, Pendidikan, Nutrisi,dan Imunitas 7. Hemoptisis, kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial arteriktrasis (paru mengembang kurang sempurna) atau kolaps dari lobus, Bronkhiektosis, pneumotoraks dan penyebab TB ke jaringan lain 8. Asuhan Keperawatan

Analisa Data DS : klien mengeluh DO : kesadaran composmentis TD 100/70 mm HG Frekuensi nadi 90 x /menit Frekuensi nafas 26x /menit Suhu 36 derajat C Habitus asteniku Batuk darah Demam Berkeringat di malam hari Batuk berdahak Batuk lebih dari 10 kali

Pemeriksaan Penunjang : Hemitorak kanan :fremitus taktil dan vokal meningkat , perkusi sonor dan ronkhi basah dan kasar di aspek paru, jantung dan abdomen dalam batas normal Data fokus : Ronkhi 9. Adanya infeksi daan penyempitan pada saluran pernafasan 5 TD : 170/70, normal 120/80, Frekuensi nafas 26 x/menit , normal 16-20 x menit,

10. Droplet, kontak dengan dahak atau menghirup bersin/ batuk dari orang yang terinfeksi kuman tubercolosis, penularanya di sekitar rumah ataupun fasilitas umum , seperti kendaraan umum dan rumah sakit, lingkungan lembab dan kotor, Makanan tercemar melalui lalat, udara dan memakai alat makan yang sama.

Langkah IV : Membuat Skema

Pengertian TBC Penyebab TBC Patofisiologi TBC


NASOFARINGITIS

Manifestasi Klinis TBC

Cara Penularan TBC

Komplikasi TBC

Askep Pada klien yang menderita TBC

Langkah V : Menemukan Tujuan Pembelajaran 1. Mengetahui dan memahami pengertian TBC

2. Mengetahui dan memahami penyebab TBC 3. Mengetahui dan memahami patofisiologi TBC 4. Mengetahui dan memahami manifestasi klinis TBC 5. Mengetahui dan memahami cara penularan TBC 6. Mengetahui dan memahami Komplikasi TBB 7. Mengetahui dan memahami Asuhan Keperawatan pada klien dengan keluhan Nasofaringitis

Langkah VI : Mandiri Penyusun membagi kelompok menjadi dua bagian di mana tiap-tiap bagian kelompok harus mencari penjelasan tentang learning issue yang di bahas, yaitu tentang pengertian dari TBC, Penyebab TBC, patofisiologi nasofaringitis, manifestasi klinis TBC, cara penularan TBC, komplikasi TBC dan Asuhan Keperawatan pada klien dengan keluhan TBC. Kelompok pertama mencari dari perpustakaan, dan kelompok kedua mencari dari internet. Kemudian masing-masing bagian kelompok harus membuat laporan tentang learning issue yang telah dicari dan dilaporkan pada tutorial berikutnya.

Langkah VII : Mengumpulkan data dan membuat laporan

A. Pengertian TBC Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru (Smeltzer, 2001). Tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis (Alsagaff, 2005 : 73). Tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis (Somantri, 2008 : 59).

B. Penyebab TBC Penyebab penyakit ini adalah bakteri kompleks Mycobacterium tuberculosis. Mycobacteria termasuk dalam famili Mycobacteriaceae dan termasuk dalam ordo Actinomycetales. kompleks Mycobacterium tuberculosis meliputi M. tuberculosis, M. bovis, M. africanum, M. microti, dan M. canettii. Dari beberapa kompleks tersebut, M. tuberculosis merupakan jenis yang terpenting dan paling sering dijumpai. M.tuberculosis berbentuk batang, berukuran panjang 5 dan lebar 3, tidak membentuk spora, dan termasuk bakteri aerob. Mycobacteria dapat diberi pewarnaan seperti bakteri lainnya, misalnya dengan Pewarnaan Gram. Namun, sekali mycobacteria diberi warna oleh pewarnaan gram, maka warna tersebut tidak dapat dihilangkan dengan asam. Oleh karena itu, maka mycobacteria disebut sebagai Basil Tahan Asam atau BTA. Beberapa mikroorganisme lain yang juga memiliki sifat tahan asam, yaitu spesies Nocardia, Rhodococcus, Legionella micdadei, dan protozoa Isospora dan Cryptosporidium. Pada dinding sel mycobacteria, lemak berhubungan dengan arabinogalaktan dan peptidoglikan di bawahnya. Struktur ini menurunkan permeabilitas dinding sel, sehingga mengurangi efektivitas dari antibiotik. Lipoarabinomannan, suatu molekul lain dalam dinding sel mycobacteria, berperan dalam interaksi antara inang dan patogen, menjadikan M. tuberculosis dapat bertahan hidup di dalam makrofag. C. Patofisiologi TBC Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung Mycobakterium tuberkulosis dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam. Orang dapat terifeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernapasan. Setelah Mycobacterium tuberkulosis masuk ke dalam saluran pernapasan, masuk ke alveoli, tempat dimana mereka berkumpul dan mulai memperbanyak diri. Basil juga secara sistemik melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lainnya (ginjal, tulang, korteks serebri), dan area paru-paru lainnya (lobus atas). Sistem imun tubuh berespons dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit (neutrofil dan makrofag) menelan banyak bakteri; limfosit melisis (menghancurkan) basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat dalam alveoli,

menyebabkan bronkopneumonia. lnfeksi awal biasanya terjadi 2 sampai 10 minggu setelah pemajanan. Massa jaringan baru, yang disebut granulomas, yang merupakan gumpalan basil yang masih hidup dan yang sudah mati, dikelilingi oleh makrofag yang membentuk dinding protektif. Granulomas diubah menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian sentral dari massa fibrosa ini disebut tuberkel Ghon. Bahan (bakteri dan makrofag) menjadi nekrotik, membentuk massa seperti keju. Massa ini dapat mengalami kalsifikasi, membentuk skar kolagenosa. Bakteri menjadi dorman, tanpa perkembangan penyakit aktif. Setelah pemajanan dan infeksi awal, individu dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan atau respons yang inadekuat dari respons sistem imun. Penyakit aktif dapat juga terjadi dengan infeksi ulang dan aktivasi bakteri dorman. Dalam kasus ini, tuberkel Ghon memecah, melepaskan bahan seperti keju ke dalam bronki. Bakteri kemudian menjadi tersebar di udara, mengakibatkan penyebaran penyakit lebih jauh. Tuberkel yang memecah menyembuh, membentuk jaringan parut. Paru yang terinfeksi menjadi lebih membengkak, mengakibatkan terjadinya bronkopneumonia lebih lanjut, pembentukan tuberkel dan selanjutnya. Kecuali proses tersebut dapat dihentikan, penyebarannya dengan lambat mengarah ke bawah ke hilum paru-paru dan kemudian meluas ke lobus yang berdekatan. Proses mungkin berkepanjangan dan ditandai oleh remisi lama ketika penyakit dihentikan, hanya supaya diikuti dengan periode aktivitas yang diperbaharui. Hanya sekitar 10% individu yang awalnya terinfeksi mengalami penyakit aktif (Brunner dan Suddarth, 2002)

Skema Patofisiologi
Factor dari luar: Dahak yang mengandung basil TBC Factor dari dalam:

9
Usia muda/bayi

Factor toksik (alcohol, rokok)

Membentuk sarang TB, pneumonia kecil / sarang primer

10

D. Manifestasi klinis TBC Gejala sistemik/umum

Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, dirasakan pada malam hari Peningkatan suhu tubuh pada saat malam, terjadi sebagai suatu reaksi umum dari proses infeksi

Berkeringat Banyak Terutama Malam Hari Keringat malam bukanlah gejala yang patogenesis untuk penyakit Tuberculosis paru. Keringat malam umumnya baru timbul bila proses telah lanjut.

Penurunan nafsu makan dan berat badan. Penurunan berat badan merupakan manisfestasi toksemia yang timbul belakangan dan lebih sering dikeluhkan bila proses progresif.

Batuk lebih dari 3 minggu Batuk adalah reflek paru untuk mengeluarkan sekret dan hasil proses destruksi paru. Mengingat Tuberculosis Paru adalah penyakit menahun, keluhan ini dirasakan dengan kecenderungan progresif walau agak lambat. Batuk pada Tuberculosis paru dapat kering pada permulaan penyakit, karena sekret masih sedikit, tapi kemudian menjadi produktif.

Perasaan tidak enak (malaise), lemah. Gejala ini disebabkan oleh kurang tidur akibat batuk.

Dahak (sputum) Dahak awalnya bersifat mukoid dan keluar dalam jumlah sedikit, kemudian berubah menjadi mukopurulen atau kuning, sampai purulen (kuning hijau) dan menjadi kental bila sudah terjadi pengejuan.

11

Batuk Darah Batuk darah yang terdapat dalam sputum dapat berupa titik darah sampai berupa sejumlah besar darah yang keluar pada waktu batuk. Penyebabnya ad alah akibat peradangan pada pembuluh darah paru dan bronchus sehingga pecahnya pembuluh darah.

Sesak Napas Sesak napas berkaitan dengan penyakit yang luas di dalam paru. Merupakan proses lanjut akibat retraksi dan obstruksi saluran pernapasan. Nyeri dada Rasa nyeri dada pada waktu mengambil napas dimana terjadi gesekan pada dinding pleura dan paru. Rasa nyeri berkaitan dengan pleuritis dan tegangan otot pada saat batuk. Wheezing Wheezing terjadi karena penyempitan lumen bronkus yang disebabkan oleh sekret, peradangan jaringan granulasi dan ulserasi.

Gejala khusus

Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.

Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.

Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.

Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.

E. Cara Penularan TBC

12

TBC menyebar melalui udara dan ditularkan melalui batuk dan bersin. Proses penularan terjadi ketika seorang yang memiliki penyakit tubercolusis aktif batuk atau bersin hingga menyebarkan kuman ke udara. Kuman tersebut terhirup oleh orang yang berada didekatnya dan mengakibatkan orang tersebut. TB timbul berdasarkan kemampuannya untuk memperbanyak diri di dalam sel-sel fagosit. Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif pada waktu batuk atau bersin. penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernafasan. Sumber penularana adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman keudara dalam bentuk Droplet (percikan Dahak). Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernapasan. Selama kuman TB masuk kedalam tubuh manusia melalui pernapasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran napas, atau penyebaran langsung kebagian-bagian tubuh lainnya. Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular.

Kemungkinan seseorang terinfeksi TB ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut. TBC juga dapat menular jika lingkungan lembab dan kotor, makanan yang sudah tercemar melalui lalat, udara dan memakai alat makan yang sama. F. Komplikasi TBC Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau karena tersumbatnya jalan napas. Atelektasis (paru mengembang kurang sempurna) atau kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial. Bronkiektasis (pelebaran broncus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, t ulang, persendian, dan ginjal. Pneumothoraks (udara di dalam rongga pleura) 13

Penyebaran TB ke jaringan lain ( otak, tulang, ginjal, dll) Insufisiensi Kardiopulmonal TBC tanpa pengobatan

TBC tanpa pengobatan secara alamiah setelah 5 tahun ==> 50% penderita meninggal, 25% sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh tinggi dan 25% sebagai kasus kronik Efek samping terapi obat hepatitis, perubahan neurologis (ketulian atau neuritis), ruam kulit Malnutrisi Resistensi banyak obat Penyebaran infeksi TB (TB miliaris)

G. Askep Pada Klien TBC 1. PENGKAJIAN a. Identitas Laki-laki 34 tahun

b. Keluhan Utama Klien mengeluh batuk darah sebanyak kurang lebih gelas air mineral setiap kali batuk, dalam sehari pasien batuk lebih kurang 10 kali

c. Riwayat Penyakit Sekarang Kesadaran komposmentis, lemah, TD 100/70 mmHg, frekuensi nadi 90x/menit , frekuensi nafas 26x/menit, suhu 360 C, habitus asteniku.

d. Riwayat Penyakit Dahulu Batuk berdahak yang disertai dengan demam dan berkeringat terutama malam hari

e. Aktivitas, istirahat Aktivitas klien sangat terganggu karena batuk terjadi terus menerus, istirahat juga terganggu karena pada malam hari klien merasa demam dan berkeringat 14

f.

Pemeriksaan Fisik 1) Hidung a) Inspeksi : bentuk hidung(kesimetrisan), adanya (lesi, edema), adanya (discharge, silia),membran mukosa hidung b) Tes Penciuman c) Palpasi : sinus frontalis, maksilaris, etmoidalis, 2) Laring 3) Faring Inspeksi: tonsil, uvula, dan pseudomembran 4) Trakhea a) Inspeksi : Kesimetrisan, adanya edema, lesi b) Palpasi : Nyeri tekan pada daerah trakhea 5) Dada a) Inspeksi : Bentuk dada, Kesimetrisan, adanya edema, lesi, pergerakan nafas b) Palpasi : daerah dada dan klien dianjurkan untuk menarik nafas dan hembuskan 6) Paru- Paru a) Inspeksi : Kesimetrisan, adanya edema, lesi b) Palpasi : ICS 2 sampai 7 dan klien dianjurkan untuk mengucapkan 77 c) Perkusi : ICS 2 sampai 7, dan di bagian posterior dimulai dari bahu d) Auskultasi : Vesikular ( di semua daerah lapang paru), Bronchovesikular (di ICS 1 dan 2), Bronchial (di daerah trakhea).

2. Pemeriksaan penunjang

Bronkografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronchus atau kerusakan paru-paru karena TB.

15

Sputum culture : untuk memastikan apakah keberadaan M. tuberculosis pada stadium aktif.

o o

Ziehl neelsen (Acid-fast Staind applied to smear of body fluid) : positif untuk BTA. Radiologi : Foto toraks, Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas, simpanan kalsium lesi sembuh primer, atau effusi cairan. Perubahan menunjukkan lebih luas TB dapat termasuk rongga, area fibrosa

o o

Darah : lekositosis, LED meningkat. Chest X-ray : dapat memperlihatkan infiltrasi kecil pada lesi awal dibagian atas paru-paru, deposit kalsium pada lesi primer yang membaik atau cairan pleura. Perubahan yang mengindikasikan TB yang lebih berat dapat mencakup area berlubang dan fibrosa.

Becton dickinson diagnostin instrumen system (BACTEC) : deteksi growth index berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolisme asam lemak oleh M. tuberculosis.

MYCODOT : deteksi antibody memakai antigen lipoarabinomanan yang direkatkan pada suatu alat berbentuk sisir plastic. Kemudian dicelupkan dalam serum pasien. Bila terdapat antibody spesifik dalam jumlah memadai maka warna sisir akan berubah.

Skin test (PPD, mantoux, tine, and vollmer patch) : reaksi positif (area indurasi 10 mm atau lebih, timbul 48-72 jam setelah injeksi antigen intradermal) mengindikasikan infeksi lama dan adanya antibody, tetapi tidak mengindikasikan penyakit sedang aktif.

Needle biopsi of lungs tissue : positif untuk granulomaTB, adanya sel-sel besar yang mengindikasikan nekrosis.

Histologi atau kultur jaringan (termasuk kambah lambung, urine dan CSF, serta biopsy kulit) : positif untuk M. tuberculosis.

o o

ABGs : mungkin abnormal, tergantung lokasi, berat dan sisa kerusakan paru-paru. Elektrolit : mungkin abnormal tergantung dari lokasi dan beratnya infeksi, misalnya hiponatremia mengakibatkan retensi air, dapat ditemukan pada TB paru kronis lanjut.

Tes fungsi paru-paru : VC menurun, dead space meningkat, TLC meningkat, dan menurunnya saturasi O2 yang merupakan gejala sekunder dari fibrosis/infiltrasi parenkim paru-paru dan penyakit pleura.

16

3. Penatalaksanaan o o o o o o o o Terapi Oksigen Pemberian oksigen kecepatan rendah : masker venture atau nasal prong Ventilator mekanik dengan memberikan tekanan positif kontinu (CPAP) atau PEEP Inhalasi Nebulizer Fisioterapi dada Pemantauan hemodinamik/jantung Pengobatan

Dalam pengobatan TB paru dibagi 2 bagian : Jangka pendek. Dengan tata cara pengobatan : setiap hari dengan jangka waktu 1

3 bulan. o Pas 10 mg. o Ethambutol 1000 mg. o Streptomisin inj 750 mg. Bersifat bakterisid, dosis 15 mg/kg berat badan, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis yang sama. Isoniazid 400 mg. Dikenal dengan INH, bersifat bakterisid, dapat membunuh 90 % populasi kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan. Sangat efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolik aktif yaitu kuman yang sedang berkembang. Dosis harian 5 mg/kg berat badan, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 10 mg/kg berat badan Kemudian dilanjutkan dengan jangka panjang, tata cara pengobatannya adalah setiap 2 x seminggu, selama 13 18 bulan, tetapi setelah perkembangan pengobatan ditemukan terapi. Therapi TB paru dapat dilakkukan dengan minum obat saja, obat yang diberikan dengan jenis INH, Rifampicin dan Ethambutol. Bersifat menghambat pertumbuhan bakteri (bakteriostatik). Dosis harian 15 mg/kg berat badan, sedangkan untuk intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan 30 mg/kg berat badan. Dengan fase selama 2 x seminggu, dengan lama pengobatan kesembuhan menjadi 6-9 bulan.

17

Dengan menggunakan obat program TB paru kombipack bila ditemukan dalam pemeriksan sputum BTA ( + ) dengan kombinasi obat : o Rifampicin. o Isoniazid (INH). o Ethambutol. o Pyridoxin (B6). o Dukungan nutrisi sesuai kebutuhan

ANALISA DATA No 1 Data DS : klien mengeluh batuk disertai dahak DO: suara paru ronchi Frekuensinafas = 26x/ menit Sputum positif 3 Etiologi Adanya proses peradangan pada jaringan paru dan sekitarnya Masalah Bersihan jalan nafas tidak efektif

Adanya peningkatan produksi mukus sebagai mekanisme perubahan tubuh terhadap mikroorganisme

Penumpukan sputum

Bersihan jalan nafas tidak efektif

18

DS : DO: Terlihat lemah TD: 100/70 mmHg HB: 11 g/dL

Peradangan pada bronkous

Nutrisi kurang dari kebutuhan

Malaise

Anoreksia

BB menurun

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.

Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan sekret ditandai dengan sputum positif 3 dan suara paru ronkhi.

2. Gangguan keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kelelahan, batuk produksi, lemah, TD: 100/70 mmHg, HB 11 g/dL.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NO

DIAGNOSA KEPERAWATAN

TUJUAN

PERENCANAAN

19

Bersihan

jalan Kebersihan jalan napas

1.

Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa terdapat penumpukan sekret di

napas tak efektif efektif. berhubungan dengan yang kental/darah. sekresi Dengan Kriteria Hasil : - Mencari posisi yang nyaman memudahkan peningkatan pertukaran udara. -Mendemontrasikan batuk Menyatakan efektif. strategi yang

sal. pernapasan. 2. Ajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk. 3. Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin. 4. Lakukan pernapasan diafragma. 5. Tahan napas selama 3 5 detik kemudian secara perlahan-lahan, keluarkan sebanyak mungkin

untuk

menurunkan

melalui mulut. 6. Auskultasi paru sebelum dan

kekentalan sekresi.

sesudah klien batuk. 7. Ajarkan klien tindakan untuk

menurunkan viskositas sekresi : mempertahankan hidrasi yang

adekuat; meningkatkan masukan cairan 1000 sampai 1500 cc/hari bila tidak kontraindikasi. 8. Dorong atau berikan perawatan mulut yang baik setelah batuk. 2. Perubahan Kebutuhan nutrisi 1. Diskusikan penyebab anoreksia, dispnea dan mual. 2. Ajarkan dan bantu klien untuk Kriteria Hasil : Menyebutkan makanan yang mana tinggi istirahat sebelum makan. 3. Tawarkan makan sedikit tapi

nutrisi : kurang adekuat dari tubuh berhubungan dengan peningkatan produksi spuntum/batuk, dyspnea atau kebutuhan

sering (enam kali sehari plus tambahan). 4. Pembatasan cairan pada makanan dan menghindari cairan 1 jam sebelum dan sesudah makan.

protein dan kalori Menu yang makanan disajikan

20

anoreksia -

habis Peningkatan berat tanpa peningkatan edema badan

5. Atur

makanan

dengan

protein/kalori tinggi yang disajikan pada waktu klien merasa paling suka untuk memakannya. 6. Konsul dgn dokter/ahli gizi bila klientidak mengkonsumsi nutrien yang cukup.

EVALUASI 1. 2. 3. 4. 5. Menunjukkan tak adanya atau mcngalami penurunan dispnea. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat. Bebas dari gejala distress pernapasan. Menunjukkan berat badan meningkat. Meningkatkan atau mempertahankan berat badan yang idea

BAB III PENUTUP

Kesimpulan Tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Penyebabnya adalah kuman microorganisme yaitu mycobacterium tuberkulosis dengan ukuran panjang 1 4 um dan tebal 1,3 0,6 um, termasuk golongan bakteri aerob gram positif serta tahan asam atau basil tahan asam. Tanda dan gejala 21

pada klien secara obyektif adalah :Keadaan postur tubuh klien yang tampak etrangkat kedua bahunya, BB klien biasanya menurun; agak kurus, Demam, dengan suhu tubuh bisa mencapai 40 41 C, Batu lama, > 1 bulan atau adanya batuk kronis, Batuk yang kadang disertai hemaptoe, Sesak nafas, Nyeri dada dan Malaise, (anorexia, nafsu makan menurun, sakit kepala, nyeri otot, berkeringat pada malam hari).

DAFTAR PUSTAKA

Riyadi Sujono, Sukarmin.Asuhan Keperawatan Pada Anak.2009.Jakarta:Graha Ilmu Betz Cecilly L, Linda A.Sowden.Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi 3.2002.Jakarta:EGC Weller Barbara F.Kamus Saku Perawat Edisi 22.2005.Jakarta:EGC Markam Soemarno.Kamus Istilah Kedokteran.1988.Jakarta:Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 22

http://www.garudasentramedika.co.id/web/index.php?option=com_content&view=article&id=118 6:TBC-akut&catid=30:the-commu http://www.rriesafitri.com/pquery/skripsi-TBC/ http://www.scribd.com/doc/53321993/TBC http://berita19.wordpress.com/2010/02/11/asuhan-keperawatan-pada-kasus-faringitis/ http://obstetriginekologi.com/artikel/patofisiologi+nasofaringitis.html

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Sistem Respirasi 1 dengan Ibu Nadirawati, S.Kp., M.Kep

Disusun oleh : Nur Aisah Fery Mardianto (213110013) (213110016) Rani Hermiyati (213110054) Gugun Gunawan (213110082) 23

Poppy Sarifujiyati Yayu Suciyanti Lina Karlina Diyatrini Hapsari Ajeng Nurul K

(213110018) (213110022) (213110025) (213110032) (213110039)

Vera Monica Isma Adya A Gina Puspitasari Feby Restunengsih Sheila Ridhawaty Devy Febby

(213110087) (213110088) (213110089) (213110093) (213110097) (213110114)

Riska Purnamasari (213110052)

Kelompok : B

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN S1 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDRAL AHMAD YANI CIMAHI 2011 KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha ESA, karena rahmat dan karunia-Nya laporan ini dapat diselesaikan dengan baik. Laporan Nasofaringitis ini bertujuan untuk memahami bahasan dalam Respirasi I, yaitu tentang peradangan tenggorokan pada bagian atas yang disebut dengan Nasofaringitis. Penyusun menjelaskan dan memaparkan pengertian, penyebab, tanda dan gejala, faktor penyebab, patofisiologi, pemeriksaan penunjang, tata

laksana, pencegahan, dan asuhan keperawatannya. Selain itu, dibuatnya laporan ini adalah untuk memenuhi nilai tugas dari mata kuliah Respirasi I dengan fasilitator ibu Nadirawati, S.Kp., M.Kep.

24

Dan tak lupa pula penulis ucapkan terimakasih pada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan dan penyelesaian laporan, khususnya pada temen-temen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jendral Ahmad Yani dan ibu Nadirawati, S.Kp., M.Kep yang telah membimbing penyusun dalam membuat laporan ini, semoga dalam di buatnya lapoan ini khususnya penyusun dan umumnya pembaca dapat lebih mengetahui dan memahaminya. Penyusun juga berharap agar laporan ini dapat memenuhi nilai tugas mata kuliah Respirasi I dengan nilai yang baik. Penyusun menyadari laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena ini, segala kritik dan saran yang membangun akan penyusun terima dengan senang hati guna berkembangnya pengetahuan dan keilmuan yang kita pelajari.

Cimahi, 01 November 2011

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

.. ..

i ii

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.2. Rumusan Masalah I.3. Tujuan Masalah .. .. ...... 1 1 1 25

I.4. Sistematika Penulisan

..

BAB II TINJAUAN KASUS Skenario Tutorial Langkah 1 Langkah 2 Langkah 3 Langkah 4 Langkah 5 Langkah 6 Langkah 7 .. ..... ... .. .. .. .. .. .. 3 3 3 4 6 7 7 7

BAB III KESIMPULAN .. DAFTAR PUSTAKA ..

14 15

ii

26

You might also like