Professional Documents
Culture Documents
A.
Latar Belakang Dewasa ini kemajuan yang pesat dalam berbagai bidang ekonomi, kehidupan manusia yang meliputi budaya bidang serta
teknologi,
politik
dan
bidang-bidang lain membawa pengaruh tersendiri bagi perkembangan manusia itu sendiri. Kehidupan yang
semakin sulit dan komplek serta semakin bertambah stresor semakin psikosoial akibat modern, budaya masyarakat manusia tidak yang dapat
menyebabkan
menghindari tekanan-tekanan kehidupan yang mereka alami (Saseno, 2001). Soewadi mengalami (2002), berbagai manusia dalam kehidupannya yang dapat
permasalahan
mempengaruhi kondisi kejiwaannya, terlebih apabila masalah merupakan yang dihadapi yang dirasakan berat, oleh hal dirinya bila
sesuatu
ini
berkelanjutan dan akan bermuara pada suatu kondisi yang akan mempengaruhi keseimbangan jiwanya.
Kesehatan jiwa merupakan suatu unsur yang sangat penting yang harus dimiliki dalam diri setiap
manusia. gangguan
Kesehatan jiwa,
jiwa
bukan
hanya
tidak
ada
melainkan positif
mengandung yang
berbagai
yang dan
keseimbangan
kedewasaan sehat
Indikator
sikap
positif terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki diri, aktualisasi diri, keutuhan, kebebasan dan
memiliki dalam
persepsi
sesuai
kenyataan
kecakapan
beradaptasi
dengan
lingkungan
(Stuart & Laraia, 1998 dalam Yosep, 2007). Problematika individu dengan dirinya sendiri, ialah kegagalan bersikap berdisiplin dan
bersahabat dengan hati nuraninya sendiri, yakni hati nurani yang selalu mengajak, menyeru dan
membimbing kepada kebaikan dan kebenaran kepada Tuhannya. prasangka Sehingga buruk muncul sikap was-was, dan tidak ragu, mampu
lemah
motifasi
bersikap mandiri dalam melakukan segala hal. Halon mencakup (1994), keadaan menyatakan pada diri bahwa sehat itu
sesorang
secara
menyeluruh untuk tetap mempunyai kemampuan tugas fisiologis maupun psikologis penuh.
Kegagalan penyesuaian diri terhadap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan keadaan perubahan dalam kehidupan seseorang berdampak pada timbulnya keluhan-keluhan berupa stress, depresi dan cemas (Hawari, 2001). Menurut Prawirohardjo (2000), semua hal yang dapat menyebabkan gangguan keseimbangan jiwa
disebut dengan faktor stress, yang akan menimbulkan suatu ketegangan secara emosional yang membawa
kecemasan bagi individu yang bersangkutan dan akan mengganggu kreativitas serta produktifitasnya.
Apabila kondisi ini berkelanjutan maka pada suatu intensitas tertentu akan menimbulkan gangguan
afektif dan prilaku seperti kecemasan dan depresi. Menurut Woolfolk dan Richardson (1979)
mengkatakan bahwa stress adalah suatu persepsi dari ancaman atau dari suatu bayangan akan adanya
ketidaksenangan yang menggerakkan, menyiagakan atau mambuat aktif organisme. Selye (1936 ) telah menggambarkan bahwa strees adalah Didalam suatu sindrom biologic seekor atau tikus badaniah. percobaan
eksperimennya,
sum
tulang
belakang, khas.
akan
memperlihatkan itu
suatu tidak
yang pada
jenis ini
menimbulkan perwujudan
sindroma
lebih merupan
suatu keadaan yang dinamakan stress denagan gejalagejala sistembilogik bahwa mahluk hidup itu. Selye diri
menekankan
stress
terutama mewujudkan
sebagai suatu reaksi badaniah yang dapat diamati dan diukur. Stres merupakan suatu reaksi
penyusuaian diri, suatu sindroma penyusuaian umum terhadap rangsangan yang berbeda-beda. Menurut Eugen Bleuler (Maramis, 1998 : 217) Skizofrenia terpecah adalah suatu gambaran jiwa yang
belah,
adanya
keretakan atau
disharmoni
antara proses pikir, perasaan dan perbuatan. Setiap saat dapat terjadi 450 juta orang
diseluruh dunia terkena dampak permasalahan jiwa, syaraf maupun Pada perilaku study pada dan jumlahnya WHO di 14 terus negara
terbaru
bahwa
76-85%
kasus
Masalah kesehatan
kesehatan masyarakat
jiwa yang
merupakan demikian
masalah tinggi
dibandingkan dengan masalah kesehatan lain yang ada dimasyarakat yang semakin jiwa (Azrul,2001). berat di Krisis ekonomi dunia
mendorong dan
jumlah
penderita khususnya
gangguan
dunia,
Indonesia
kian meningkat, diperkirakan sekitar 50 juta atau 25% dari juta penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa (Nurdwiyanti, 2008). Berdasarkan rekapitulasi laporan tahunan Rumah Sakit Jiwa Provinsi NTB yang menjalani rawat inap tahun 2009 jumlah pasien skizofrenia sebanyak 978 orang, sedangkan pada tahun 2010 yang mengalami
gangguan jiwa berjumlah 446 , diantaranya gangguan skizofrenia,dan bulan sebanyak depresif 60 orang rata-rata (Laporan pasien tahunan tiap Rumah
Sakit Jiwa Provinsi NTB Tahun 2009). Life review therapy mempunyai beberapa manfaat medis, sosial, holistik yang berpengaruh terhadap
perbaikan kualitas hidup. Life review therapy adalah mengingat kembali daya masa-masa ingat pada yang setiap indah pasien atau dan
mengembalikan
membantu meringankan kecemasan serta ketegangan yang merupakan faktor penyebab beberapa penyakit terutama
skizofrenia. kembali
Proses
ini
menemukan
bahwa
melihat satu
kehidupan
sebelumnya
merupakan
salah
strategi untuk merawat masalah kesehatan jiwa pada skizofrenia (Team creative nutrisi jiwa, 2008). Life meningkatakan menceritakan review gairah therapy hidup dan bertujuan harga di diri masa untuk dengan lalu
pengalaman
hidupnya
sehingga pasien merasa tidak terbebani. Life review therapy adalah bagian penting dari kehidupan membawa seseorang lewat. Melalui pengalaman mengingat kembali kehidupan yang lalu, gejala dan yang sekarang damai dialami serta akan nyaman ingatan untuk mengenang masa-masa yang sudah
berangsur yang
hilang
perasaan muncul.
mendalam
akan
Kadang-kadang
yang muncul berhubungan dengan trauma masa kanakkanak atau keadaan stres di dalam rahim. Akan tetapi umumnya masalah-masalah yang dihadapi pada kehidupan yang sedang dijalankanlah yang teratasi dengan
metode ini (Suchufi & Fauzi, 2008). Dari fenomena di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pengaruh life review therapy terhadap tingkat depresi pada pasien
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah ada pengaruh life review therapy terhadap tingkat depresi pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Provinsi NTB ?. C.Tujuan Penelitian 1.Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh Life Review Therapy
terhadap tingkat depresi pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Provinsi NTB. 2.Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi tingkat depresi pada pasien skizofrenia therapy. b. Mengidentifikasi tingkat depresi pada pasien skizofrenia therapy. c. Mengidentifikasi depresi pada pasien adaya Pengaruh tingkat dan sesudah diberikan life review sebelum diberikan life review
skizofrenia
sebelum
Dapat
meningkatkan
pengetahuan
dan
pemahaman
tentang ilmu keperawatan jiwa. 2. Bagi institusi pendidikan Sebagai penyempurnaan kurikulkum dan penambahan
literature dalam pendidikan keperawatan jiwa. 3. Bagi Rumah Sakit Jiwa Provinsi NTB Sebagai masukan dan salah satu sumber informasi untuk lebih life meningkatkan review pemahaman terhadap mengenai tingkat
pengaruh
therapy
depresi pada pasien dengan skizofrenia. 4. Peneliti lain Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan rujukan atau acuan untuk pengembangan penelitin selanjutnya E.Keaslian penelitian Belum pernah dilakukan penelitian serupa di Rumah Sakit Jiwa Provinsi oleh Baiq NTB, Lilik namun terkait 2009, dengan dengan
penelitian
Hidayati
mengangkat topik Pengaruh therapy tertawa Terhadap Penurunan tingkat depresi Pada Penderita Skizofrenia Di Rumah Sakit dalam Jiwa Provinsi ini NTB. Disain adalah yang
digunakan
penelitian Desain
penelitian dengan
Pre-Eksperimental
(Nondesain)
rancangan penelitian one group pre test-post test, Penelitian ini menggunakan tehnik porposive sampling dan analisa yang digunakan uji t, dengan hasil
penelitian menyebutkan ada pengaruh therapy tertawa terhadap penurunan di tingkat Rumah depresi pada pasien Provinsi sekarang
Skizoprenia NTB.Penelitian
Sakit
Jiwa peneliti
yang
dilakukan
adalah pengaruh life review terapy terhadap tingkat depresi pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Provinsi penelitian equivalent yang NTB. Quasy control Dengan menggunakan dengan rancangan pendekatan populasi 10 orang
Ekperimant group
design.
Jumlah
digunakan
oleh
peneliti
adalah
responden dengan besar sampel yang di gunakan yaitu sesuai dengan kriteria inklusi. Teknik sampling
dengan menggunakan total sampling dan analisa yang digunakan uji t. Dengan metode dan analisas yang
peneliti gunakan diharapkan ada pengaruh life review therapy terhadap tingkat depresi pada pasien
10
A.
TINJAUAN TENTANG SKIZOFRENIA 1. Pengertian Skizofrenia Skizofrenia mempengaruhi adalah reaksi area psikotik yang
berbagai
fungsi
individu,
termasuk berfikir dan berkomunikasi, menerima dan menginterpretasikan menunjukkan emosi dan realitas merasakan dengan dan sikap
berperilaku
yang dapat diterima secara social (Isaacs, 2005). Skizofrenia merupakan bentuk psikosis fungsional yang paling berat yang dan menimbulkan disorganisasi 1995).
personalitas
terbesar
(Ingram,
Skizofrenia, merupakan suatu bentuk psikosa yang sering dijumpai dimana-mana (Maramis, 2005). 2. Etiologi Skizofrenia a. Keturunan Dapat menentukan dipastikan timbulnya bahwa factor keturunan Hal ini
skizofrenia.
dibuktikan dengan penelitian tentang keluargakeluarga anak-anak penderita kembar skizofrenia telur. dan terutama kesakitan
satu
Angka
11
bagi
saudara
tiri
adalah
0,9%-1,8%,
saudara
kandung 7-15%,anak dengan salah satu orang tua menderita skizofrenia 7-16%, bila kedua orang tua menderita skizofrenia 2-15% 40-68%, kembar kembar satu dua
telur
(heterozigot)
telur
gangguan endokrin. Teori ini muncul berhubungan dengan timbulnya skizofrenia pada saat pubertas, waktu kehamilan atau masa kehamilan. c. Metabolisme Ada orang yang menyangka bahwa skizofrenia disebabkan penderitanya Ujung oleh gangguan pucat metabolisme, atau tidak nafsu karena sehat. makan
tampak
ekstremitas
agak
sianosis,
Isaacs (2005) mengatakan bahwa gejala-gejala skizofrenia terdiri dari : a. Waham Keyakinan yang keliru sangat kuat yang tidak dapat dikurangi dengan logika. b. Asosiasi longgar
12
Kurangnya
hubungan
yang
logis
antara
fikiran
dan gagasan yang dapat tercermin pada berbagai gejala. c. Halusinasi yaitu persepsi yang keliru dan
Sering kali timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala utama skizofrenia jenis ini
adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses pikir biasanya sukar ditemukan, waham dan halusinasi jarang ditemukan, dimana pada permulaannya penderita akan mulai kurang memperhatikan keluarga atau mulai menarik diri dari pergaulan. b. Skizofrenia hebefrenik Skizofrenia ini biasanya terjadi secara
perlahan-lahan atau sub akut dan sering timbul pada masa remaja atau umur antara 15-25 tahun. Gejala yang menyolok adalah gangguan proses
pikir, gangguan kemauan dan adanya personalisasi atau double personality. Gejala lain yang timbul
13
yaitu gangguan psikomotor misalnya berperilaku seperti anak-anak serta waham dan halusinasi.
c. Skizofrenia katatonik
Timbul akut
pada serta
umur
antara
15-30
tahun oleh
biasanya stress
sering
didahului
emosional. d. Skizofrenia paranoid Gejala yang timbul pada skizofrenia jenis ini biasanya bersifat konstan, dimana gejala-
gejalanya yang menyolok adalah waham primer yang disertai dengan waham-waham sekunder serta
halusinasi. e. Skizofrenia residual Suatu keadaan skizofrenia dengan gejala-gejala primernya, sekundernya. tetapi tidak ini jelas akan gejala-gejala timbul setelah
Keadaan
beberapa kali serangan skizofrenia. f. Episode skizofrenia akut Gejala mendadak skizofrenia dimana jenis ini akan seperti timbul dalam
pasien
merasa
mimpi. Dalam keadaan ini timbul perasaan seakanakan dunia luar dan dirinya sendiri berubah,
14
semuanya seakan-akan mempunyai suatu arti yang khusus baginya (keadaan oneroid). g. Skizofrenia skizo-afektif Di samping gejala-gejala juga atau skizofrenia yang
menonjol
terdapat
Skizofrenia defek,
tanpa
mungkin
karena keadaan psikotik yang lama akan menimbulkan kemungkinan yang lebih besar, dimana penderita
akan mengalami kemunduran mental. Pengobatan yang dapat diberikan yaitu : a. Farmako Therapy Neuroleptika dengan dosis rendah lebih
bermanfaat pada pasien dengan skizofrenia yang menahun, sedangkan dosis tinggi lebih bermanfaat bagi pasien dengan psikomotorik yang meningkat. Pasien dengan skizofrenia jangka menahun waktu diberikan yang tidak
neuroleptika
dalam
15
ECT
(Electro
Confulsif
Therapy)
adalah
suatu
melewatkan yang
elektrode
dipasang
satu atau dua Teples. Jumlah yang paling umum dilakukan pada pasien dengan gangguan afektif antara 6 12 kali, sedangkan pada pasien
skizofrenia biasanya diberikan sampai 30 kali. Indikasi utama pemberian ECT adalah untuk
depresi berat, disamping gangguan bipolar dan skizofrenia (Stuart & Sundeen,1998).
c. Psiko Therapy dan rehabilitasi
Psiko Therapy yang dapat membantu pasien adalah psiko Therapy suportif individual atau kelompok. therapy kerja juga sangat baik untuk mendorong pasien bergaul lagi dengan pasien lain, perawat dan dokter. 6. Prognosa
16
Dahulu bila diagnosa skizofrenia dibuat, maka ini berarti bahwa sudah tidak ada harapan bagi orang selalu yang bersangkutan mengalami mental). Dan dimana keperibadiannya mental dengan
akan
(disorientasi
skizofrenia menjadi sembuh maka diagnosanya harus diragukan. B. TINJAUAN TENTANG DEPRESI 1.Pengertian Depresi Menurut (Hawari, 2001) depresi adalah salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan (affektif mood disorder), yang ditandai gairah asa dan dengan hidup, lain
kemurungan, perasaan
kelesuan,
ketiadaan putus
tidak
berguna,
sebagainya. Suryantha Chandra (2002 : 8), depresi adalah suatu bentuk gangguan suasana hati yang
mempengaruhi kepribadian seseorang. Depresi juga merupakan perasaan sinonim dengan perasaan sedih, murung, kesal, tidak bahagia dan menderita.
Individu umumnya menggunakan istilah depresi untuk merujuk pada keadaan atau suasana yang melibatkan
17
kesedihan, rasa kesal, tidak mempunyai harga diri, dan tidak bertenaga. Individu yang menderita berpikir
depresi
aktifitas
fisiknya
menurun,
sangat lambat, kepercayaan diri menurun, semangat dan minat hilang , insomnia, atau gangguan fisik seperti sakit kepala, gangguan pencernaan, rasa sesak didada, hingga keinginan untuk bunuh diri (John & James, 1990 : 2). 2. jenis jenis depresi
a.Depresi menurut gejala : ( Hawari, 2001 ). 1) Depresi Neurotic Depresi neurotic biasanya terjadi
sesudah mengalami peristiwa yang menyedihkan tetapi biasnya. trauma misalnya pekerjaan, kekasih. 2) Depresi Pasca Kuasa Orang yang mempunyai jabatan adalah yang jauh lebih berat dari pada
sering
kali
keinginan milik
orang berharga,
orang yang mempunyai kekuasaan, wewenang dan kekuatan (power). Orang yang kehilangan
18
jabatan kekuasaan
berarti dan
orang
yang
kehilangan artinya
kekuatan
(powerless)
sesuatu yang dimiliki dan dicintai kini telah tiada(loss of love object). Dampak dari loss of love object ini adalah terganggunya dengan
keseimbangan
mental
emosional
munculnya berbagai keluhan fisik (somatik), kecemasan dan depresi. 3) Depresi pasca stroke Di dijumpai dalam bahwa pengalaman pada klinis sering stroke
pasien-pasien
selain gejala-gejala kelainan saraf (misalnya kelumpuhan alat gerak ataupun otot-otot muka dan lain sebagainya), juga ditemukan mentalemosional misalnya depresi, apati, euphoria bahkan sampai mania. itu Gejala sebagai depresi akibat yang lesi
ditimbulkannya
(kerusakan) pada susunan saraf pusat otak dan bisa juga akibat dari gangguan penyesuaian (adjustment disorder) karena (impairment),
fisik dan kognitif pasca stroke. 4) Depresi siklotimik Gejala termasuk atau ciri-ciri depresi gangguan yang ini
kelompok
bercorak
19
siklotimik,
oleh
karena
itu
disebut
pula
sebagai depresi siklotimik. Seseorang dengan depresi siklotimik paling sedikit dalam kurun waktu 2 tahun mengalami ini, gangguan yang alam
perasaan
(affect/mood)
mencakup
suatu saat yang bersangkutan dalam episode depresif dan pada saat yang lain mengalami episode hipomanik. Diantara keduanya itu ia dapat dalam keadaan episode remisi (normal). 3. Gejala Klinis Depresi Secara lengkap gejala klinis depresi adalah sebagai berikut :
a. Afek
disforik, hidup
yaitu
persaan tidak
murung, semangat,
sedih, merasa
gairah
menurun,
tidak berdaya. b. Perasaan bersalah, berdosa, penyesalan c. Nafsu makan menurun d. Berat badan menurun e. Konsentrasi dan daya ingat menurun 4. Dampak Depresi Menurut Wibisono (Lestari, 2003) sudah banyak penelitian yang menyatakan bahwa depresi biasanya akan disertai dengan penyakit fisik, seperti asma,
20
jantung
koroner,
sakit
kepala
dan
maag.
Sedangkan menurut seorang ahli yang juga penulis buku, yaitu Philip Rice (Lestari, 2003) depresi akan meningkatkan karena resiko seseorang yang dan terserang cenderung kortisol, tubuhnya,
penyakit
kondisi
depresi adrenalin
meningkatkan sehingga
sirkulasi
menurunkan
tingkat
kekebalan
selain itu penyakit menjadi mudah menghidap karena orang yang terkena depresi sering kehilangan nafsu makan, kebiasaan makanannya juga berubah (terlalu banyak makan atau sulit makan), kurang
berolahraga, mudah lelah dan sulit tidur. 5. Psikodinamika Psikodinamika adalah asumsi yang dibuat oleh para bahwa ahli jiwa dan psikoanalisis, terutama secara umum
prilaku
manusia,
masalah-masalah
emosional terjadi karena konflik bawah sadar dan insting dasar, yang komponennya terdiri atas :
energy psikis (kateksis) merupakan kekuatan yang diperlukan untuk memfungsikan jiwa dan muncul dari dorongan (mis, insting); insting (dorongan) adalah gambaran atau keinginan psikologik yang sudah ada sejak lahir dan mencakup pelestarian respon diri dan
spesies;
ansietas
merupakan
terhadap
21
konflik
bawah
sadar
atau
ancaman
terhadap
ego,
mekanisme depresif adalah mekanisme jiwa (sebagian besar dibawah sadar) yang bekerja melindungi ego (Isaacs. 2005). Dikemukakan peristiwa bahwa obyek setelah yang terjadinya pada
kehilangan
dicintai
penderita akan terjadi perasaan yang sedih (efek depresif). Secara spontan akan timbul reaksi dari mekanisme pertahanan jiwa (defence mechanism) dari penderita untuk mengatasi afek depresif tersebut. Berdasarkan keberhasilan defence mechanism dalam mengatasi afek depresif tersebut,maka cyrtyn
Pada kondisi ini defance mechanism masih mampu dalam mengatasi afek depresif, sehingga depresi baru pada terjadi anak). dalam Hal bentuk fantasi (khususnya lewat
ini
dapat
diketahui
gambaran, tulisan maupun cerita anak, yang pada umumnya mengambil tema tentang kesalahan,
kehilangan, kesedihan, kekejaman, kematian dan bunuh diri. Fase ini sebagai tahap yang timbul paling awal dan hilang paling akhir.
22
b. Fase kedua
Tahapan ini terjadi apabila defence mechanism kurang efektif dalam mengatasi afek depresif. Depresi akan nampak dalam ekspresi verbal, baik secara spontan maupun dari menjawab pertanyaanpertanyaan. Penderita mengemukakan tentang
tidak adanya harapan, tidak adanya pertolongan, perasaan bersalah, perasaan tidak bahagia dan perasaan tidak dicintai. Keadaan ini banyak
terjadi pada depresi berat yang bersifat akut dan depresi ringan yang bersifat kronis.
c. Fase ketiga
Manifestasi
dari
keadaan
ini
berupa
keterlambatan psikomotor, roman muka yang sedih, hiperaktif, keluhan agresif, yang kenakalan umumnya dan keluhanpada
somatik
berkisar
keluhan-keluhan sakit kepala, sesak nafas dan keluhan tidak enak pada perut. Keadaan ini
banyak didapat pada depresi berat yang bersifat kronis (Isaacs, 2005). 6. Alat Ukur Derajat Depresi Untuk mengetahui sejauh mana derajat depresi seseorang apakah ringan, sedang, berat atau berat
23
sekali, orang menggunakan alat ukur (instrument) yang dikenal dengan nama Hamilton Rating Scale
Depression (HDRS). Alat ukur ini terdiri dari 21 kelompok dirinci spesifik. gejala lagi yang masing-masing gejala-gejala kelompok 17 kelompok lebih diberi
dengan
yang
Masing-masing
gejala
penilaian angka (skore) antara 0-4, yang artinya adalah : Nilai 0 = tidak ada gejala(keluhan) 1 = gejala ringan 2 = gejala sedang 3 = gejala berat 4 = gejala berat sekali Penilaian atau pemakaian alat ukur ini
dilakukan oleh dokter (psikiater) atau orang yang telah dilatih untuk menggunakannya melalui tehnik wawancara (skore) langsung. dari ke-21 Masing-masing kelompok nilai angka
gejala
tersebut
dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan itu dapat diketahui derajat depresi seseorang, yaitu : Total nilai (score) kurang dari
24
017 = tidak ada depresi. 18-24 = depresi ringan 25-34 = depresi sedang 35-51 = depresi berat 52-68 = depresi berat sekali Adapun hal-hal yang dinilai dalam alat ukur HDR-S ini adalah sebagai berikut : 1. Keadaan perasaan sedih, putus asa, tak
Perasaan spontan
ini
dinyatakan
secara
verbal
c.
Perasaan verbal,
yang misalnya
nyata
tanpa
komunikasi bentuk,
ekspresi
muka,
Pasien
perasaan komunikasi
yang baik
sesungguhnya
a. Menyalahkan
diri
sendiri,
merasa
sebagai
25
b. Ide-ide
bersalah
atau
renungan
tentang
kesalahan-kesalahan masa lalu c. Sakit ini sebagai hukuman, waham bersalah dan berdosa d. Suara-suara kejaran atau tuduhan dan
halusinasi penglihatan tentang hal-hal yang mengancamnya 3. Bunuh diri a. Merasa hidup tak ada gunanya b. Mengaharapkan kematian atau pikiran-pikiran lain kearah itu c. Ide-ide bunuh diri atau langkah-langkah
a. Keluhan kadang-kadang sukar tidur, misalnya lebih dari setengah jam baru masuk tidur b. Keluhan tiap malam sukar tidur
5. Gangguan pola tidur (middle insomnia)
a. Penderita
mengeluh
gelisah
dan
terganggu
sepanjang malam b. Terjadi sepanjang malam (bangun dari tempat tidur kecuali bunag air kecil)
6. Gangguan pola tidur (late insomnia)
26
a. Bangun diwaktu dini hari tetapi dapat tidur lagi b. Bangun diwaktu dini hari tetapi tidak dapat tidur lagi 7. Kerja dan kegiatan-kegiatannya
a. Pikiran/perasaan ketidak mampuan keletihan
atau
kelemahan
yang
berhubungan
dengan
atau kegiatan lainnya, baik langsung atau tidak penderita menyatakan kelesuan,
bila penderita tidak sanggup beraktivitas sekurang-kurangnya kegiatan sehari-hari d. Tidak bekerja karena bila sakitnya sekarang tidak 3 jam sehari dalam
(dirumah bekerja
sakit) sama
penderita
sekali,
kecuali
tugas-tugas
gagal menurun)
berkonsentrasi,
aktivitas
motorik
27
9. Kegelisahan (agitasi) a. Kegelisahan ringan b. Memainkan tangan atau jari-jari, rambut dan lain-lain c. Bergerak tenang d. Meremas-remas tangan, menggigit kuku, terus tidak dapat duduk dengan
a. Sakit/nyeri otot, kaku, kedutan otot b. Gigi menggerutuk c. Suara tidak stabil d. Tinitus (telinga berdenging)
11. Kecemasan (ansietas psikis)
a. Ketegangan subyektif dan mudah tersinggung b. Menghawatirkan hal-hal kecil c. Sikap kehawatiran yang tercermin diwajah
28
a. Nafsu makan berkurang tetapi dapat makan tanpa dorongan teman, merasa perutnya penuh b. Sukar makan tanpa dorongan teman,
a. Anggota gerak, punggung atau kepala terasa berat b. Sakit punggung, kepala dan otot-otot
hilangnya kekuatan dan kemampuan 14. Kelamin (genital) a. Sering buang air kecil, terutama dimalam hari dikala tidur b. Tidak haid, darah haid sedikit sekali
c. Tidak ada gairah seksual (frigid)
Hipokondriasis
(keluhan
somatik/fisik
yang
berpindah-pindah)
a. Pihayati sendiri b. Preokupasi (keterpakuan) mengenai kesehatan
orang lain
d. Delusi hipokondriasis
29
penyakitnya sekarang b. Kurang dari 0,5 kg seminggu c. Lebih dari 0,5 kg seminggu d. Tidak badan
17. Insight (pemahaman diri)
ternyatakan
lagi
kehilangan
berat
a. Mengetahui sakit tetapi berhubungan dengan penyebab-penyebab berlebihan, virus 18. Variasi harian a. Adakah perubahan atau keadaan yang memburuk pada waktu malam atau pagi 19. tderealisasi realistis)
20. Gejala-gejala paranoit
iklim,
makanan,
kerja
(perasaan
tidak
nyata/tidak
7.
Penatalaksanaan Depresi
a. Therapy Psikofarmaka
30
Yang dimaksud dengan therapy psikofarmaka adalah pengobatan untuk stress, depresi atau cemas (farmaka) gangguan saraf) system). dengan yang mengguanakan berfungsi obat-obatan fungsi signal (limbic merupakan
tersebut
bagian dalam otak yang berfungsi mengatur alam pikiran, dengan alam kata perasaan lain dan perilaku fungsi atau psikis
mengatur
(kejiwaan) seseorang. Cara kerja psikofarmaka adalah dengan jalan memutuskan jaringan atau sirkuit stressor seseorang psiko-neuroimunologi, psikososial tidak lagi yang sehingga oleh fungsi
dialami
mempengaruhi
kognitif, afektif, psikomotor dan organ-organ tubuh lainnya. Therapy digunakan (anxiolytic) (anti pada psikofarmaka adalah golongan yang anti banyak cemas depresi therapy anti
dan obat
therapy
depresan memerlukan waktu yang relatif lebih lama yakni 2-3 minggu, dengan perbaikan klinis
31
minimal
60-70%
(Kaplan
dan
Sadock,
dikutip
sering kali
tindih
(overlapping),
jarang
penderita
dengan stress murni tanpa disertai kecemasan dan atau depresi, demikian pula dengan gejalagejala fisik (somatic) sebagai penyerta (comorbidity). Karena itu penderita dengan stress sering mendapati therapy yang merupakan
kombinasi obat anti cemas dan depresi (Hawari, 2001). b. Psiko Therapy Menurut Hawari (2001), Pada penderita
yang mengalami stress, kecemasan atau depresi selain diberikan therapy psikofarmaka (anti
cemas dan anti depresi) dan therapy somatik, juga diberikan therapy kejiwaan yang dinamakan psiko therapy. (psikologik) Psiko therapy
banyak jenisnya tergantung dari kebutuhan baik individual maupun keluarga, misalnya : 1) Psiko Therapy suportif Dengan therapy ini dimaksudkan untuk
32
agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus percaya mampu asa diri dan diberi keyakinan serta ia
(self
confidence)
bahwa
mengatasi
stressor
psikososial
yang
sedang dihadapinya. 2) Psiko therapy re-edukatif Dengan therapy ini dimaksudkan memberikan
pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai bahwa ketidak dan mampuan mengatasi itu stress,
kecemasan faktor
depresinya
psiko-edukatif. yang
Dari
diharapkan
bersangkutan
mengatasi stressor psikososial yang sedang dihadapinya. 3) Psiko therapy re-konstruktif Dengan therapy ini ( dimaksudkan untuk )
memperbaiki
kembali
re-konstruksi
keperibadian yang telah mengalami goncangan akibat mampu stressor diatasi psikososial oleh yang tidak yang
pasien
bersangkutan. 4) Psiko therapy kognitif Dengan therapy fungsi ini dimaksudkan pasien, untuk yaitu
memulihkan
kognitif
33
kemampuan
untuk dan
berfikir daya
secara
rasional, dari
konsentrasi
ingat.
Selain
pada itu yang bersangkutan mampu mambedakan nilai-nilai moral etika mana yang baik dan mana yang buruk, dan mana yang haram dan mana yang halal. 5) Psiko therapy psiko-dinamik Dengan therapy ini dimaksudkan untuk
menganalisa dan menguraikan proses dinamika kejiwaan seseorang stressor sakit Dengan yang itu dapat tidak menjelaskan mampu sehingga dan atau mengapa
menghadapi ia jatuh
psikososial cemas
(stress,
depresi). itu
mengetahui
dinamika
psikologis
diharapkan yang bersangkutan mampu mencari jalan keluarnya. C. Tinjaua Tentang Life Review Therapy Life review therapy adalah suatu therapy yang bertujuan untuk menstimulus individu supaya
memikirkan tentang masa lalu sehingga pasien dapat menyatakan lebih banyak tentang kehidupan mereka
kepada staf perawatan atau ahli therapy. Selain Therapy di atas, therapy yang diterapkan pada pasien umumnya adalah therapy kenangan. Therapy
34
ini berbentuk obrolan mengenai bagaimana kehidupan pasien di masa lalu (Suchufi & Fauzi, 2008). Melalui pengalaman mengingat kembali kehidupan yang lalu, gejala dan yang sekarang damai dialami serta akan nyaman ingatan
berangsur yang
hilang
perasaan muncul.
mendalam
akan
Kadang-kadang
yang muncul berhubungan dengan trauma masa kanakkanak tetapi atau keadaan stress di dalam yang rahim. dihadapi yang Akan pada
umumnya yang
masalah-masalah sedang
kehidupan
dijalankanlah
teratasi
dengan metode ini (Suchufi & Fauzi, 2008). Pada penderita skizofrenia, melihat kembali
kehidupan (Life Review) sebelumnya merupakan proses yang normal berkaitan dengan pendekatan yang dan terhadap dapat
proses
penyembuhan. arti
Reintegrasi kehidupan
sukses
memberikan
dalam
mempersiapkan
seseorang untuk mati tanpa disertai dengan kecemasan dan rasa takut. Hasil diskusi terakhir tentang
proses ini menemukan bahwa melihat kembali kehidupan sebelumnya merawat merupakan salah satu jiwa strategi pada untuk
masalah
kesehatan
penderita
35
review gairah
pengalaman
hidupnya
sehingga pasien merasa tidak terbebani. Life review therapy adalah bagian penting dari kehidupan membawa seseorang untuk mengenang penting masa-masa untuk yang sudah pasien
lewat,akhirnya
membuat
mengurangi stress dan ketegangan hidup sehari-hari dengan memberikan penguatan, latihan dan pengertian (Neil niven, 2000). D. TINJAUAN TENTANG THERAPY MODALITAS
Pengertian Therapy Modalitas Therapy dalam modalitas jiwa. merupakan Therapy therapy ini utama
keperawatan
diberikan
dalam upaya mengubah prilaku prilaku klien dari prilaku maladaftif menjadi prilaku yang adaptif (Depkes RI, 2000 ). Jeis-jenis Therapy Modalitas a. Therapy Individual Therapy gangguan individual individual jiwa adalah penanganan klien
dengan
pendekatan therapy
hubungan dengan
antara
seorang
seorang klien.
36
itu
klien
juga
diharapkan
mampu
penderitaan
(distress) yang
emosional, dalam
mengembangkan
cara
sesuai
memenuhi kebutuhan dasarnya. Tahapan hubungan dalam therapy individual meliputi: o Tahapan orientasi o Tahapan kerja o Tahapan terminasi Tahapan orientasi dilaksanakan ketika perawat memulai harus interaksi dilakukan dengan dalam klien. tahapan Yang ini pertama adalah
membina hubungan saling percaya dengan klien. Hubungan mengawali saling percaya sangat penting untuk
hubungan segala
agar
klien yang
bersedia dihadapi
mengekspresikan
masalah
dan mau bekerja sama untuk mengatasi masalah tersebut sepanjang berhubungan dengan perawat. Tahapan orientasi diakhiri dengan kesepakatan antara tujuan perawat yang dan klien dicapai untuk dalam menentukan hubungan
hendak
perawat-klien dan bagaimana kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut. Klien mengungkapkan apa yang dialaminya untuk itu perawat tidak hanya memperhatikan konteks
37
cerita
klien
akan
tetapi
harus
memperhatikan
juga bagaimana perasaan klien saat menceritakan masalahnya. Dalam fase ini klien dibantu untuk dapat mengembangkan pemahaman tentang siapa
dirinya, apa yang terjadi dengan dirinya, serta didorong untuk berani mengambil resiko berubah perilaku dari perilaku maladaptive menjadi
perilaku adaptif. Setelah menyepakati terjalinnya dan lebih kedua bahwa hubungan pihak (klien dan perawat) mengawali mereda dapat
masalah
yang
terapeutik maka
telah perawat
terkendali
melakukan terminasi dengan klien. b. Therapy Lingkungan Therapy lingkungan adalah bentuk therapy yang menata lingkungan agar terjadi perubahan
perilaku pada klien dari perilaku maladaptive menjadi perilaku adaptif. Perawat menggunakan semua lingkungan rumah sakit dalam arti
terapeutik. Bentuknya adalah memberi kesempatan klien untuk tumbuh dan berubah perilaku dengan memfokuskan pada nilai terapeutik dalam
38
therapy
lingkungan
perawat
harus
kesempatan, dapat
dukungan,
pengertian pribadi
klien
berkembang
menjadi
yang bertanggung jawab. Klien juga dipaparkan pada peraturan-peraturan lingkungan, dengan dan orang yang harus ditaati, bagaimana juga
harapan
belajar lain.
berinteraksi
Perawat
mendorong komunikasi dan pembuatan keputusan, meningkatkan harga diri, belajar keterampilan dan perilaku yang baru. c. Therapy Biologis Penerapan therapy biologis atau therapy
somatic di dasarkan pada model medical di mana gangguan jiwa dipandang sebagai penyakit. Ada beberapa jenis therapy somatic gangguan jiwa meliputi: pemberian intervensi (ECT), obat nutrisi, foto (medikasi electro dan
therapy
therapy, yang
otak.
Beberapa
therapy
sampai
sekarang
tetap
diterapkan
dalam
pelayanan
39
Therapy kognitif adalah strategi memodifikasi keyakinan dan sikap yang mempengaruhi perasaan dan perilaku klien. Proses yang diterapkan
pola berfikir dan keyakinan yang tidak akurat tentang stressor tersebut. Gangguan perilaku
terjadi akibat klien mengalami pola keyakinan dan berfikir yang tidak akurat. Untuk itu salah satu memodifikasi perilaku adalah dengan mengubah pola berfikir asuhan ide, dan
Fokus
adalah nilai
re-evaluasi
diyakini,
harapan-harapan,
dan
kemudian
dilanjutkan dengan menyusun perubahan kognitif. Ada tiga tujuan therapy kognitif meliputi: o Mengembangkan pola berfikir yang
rasional. Mengubah pola berfikir tak rasional yang sering mengakibatkan gangguan perilaku menjadi pola berfikir rasional berdasarkan
fakta dan informasi yang aktual. o Membiasakan realita diri dalam selalu menggunakan setiap
pengetesan
menanggapi
40
stimulus pikiran. o
sehingga
terhindar
dari
distorsi
Membentuk
perilaku
dengan
pesan dengan
internal.
Perilaku
dimodifikasi
terlebih dahulu mengubah pola berfikir. Bentuk meliputi intervensi mengajarkan dalam therapy kognitif
untuk
mensubstitusi
pikiran klien, belajar penyelesaian masalah dan memodifikasi percakapan diri negatif. e. Therapy Keluarga Therapy diberikan sebagai Tujuan keluarga kepada unit therapy adalah therapy yang
seluruh
penanganan keluarga
adalah
mampu melaksanakan fungsinya. Untuk itu sasaran utama therapy jenis ini adalah keluarga yang mengalami disfungsi tidak bisa melaksanakan
fungsi-fungsi yang dituntut oleh anggotanya. Proses therapy keluarga meliputi tiga tahapan yaitu fase 1 (perjanjian), fase 2 (kerja), fase 3 (terminasi). Di fase pertama perawat dan
klien
mengembangkan keluarga
hubungan
saling dan
percaya, tujuan
isu-isu
diidentifikasi,
41
therapy
ditetapkan
bersama.
Kegiatan
di
fase
kedua atau fase kerja adalah keluarga dengan dibantu oleh perawat sebagai therapy berusaha mengubah pola interaksi di antara anggota
keluarga, meningkatkan kompetensi masing-masing individual anggota dalam keluarga, keluarga, eksplorasi peraturan-
batasan-batasan
peraturan yang selama ini ada. Therapy keluarga diakhiri akan di fase terminasi proses di mana keluarga ini dan
melihat untuk
lagi
yang
selama therapy,
dijalani
mencapai
tujuan
cara-cara mengatasi isu yang timbul. Keluarga juga diharapkan dapat mempertahankan perawatan yang berkesinambungan. f. Therapy Perilaku Anggapan dasar dari therapy perilaku adalah kenyataan bahwa perilaku timbul akibat proses pembelajaran. Perilaku sehat oleh karenanya
dapat dipelajari dan disubstitusi dari perilaku yang tidak sehat. Teknik dasar yang digunakan dalam therapy jenis ini adalah: o o Role model Kondisioning operan
42
o o o
Teknik role model adalah strategi mengubah perilaku dengan memberi contoh perilaku adaptif untuk ditiru klien. Dengan melihat contoh klien mampelajari melalui praktek dan meniru perilaku tersebut. dengan Teknik teknik ini biasanya dikombinasikan operan dan
kondisioning
mana
therapy
memberi
penghargaan positif
klien
terhadap
perilaku
yang
yang telah ditampilkan oleh klien. Therapy perilaku yang cocok untuk klien fobia adalah teknik stimulus teknik desensitisasi kecemasan dengan pada sistematis terhadap secara yaitu
mengatasi atau
kondisi
memperkenalkan/memaparkan situasi secara relaks. stimulus toleransi yang menimbulkan dalam lama
stimulus
kecemasan klien
tersebut sedang
keadaan
meningkat terhadap
43
Hasil
akhirnya
adalah
klien
akan
berhasil akan
mengatasi
ketakutan
atau
kecemasannya
maladaptive klien dapat dilatih dengan teknik pengendalian berlatih kata-kata klien diri. Bentuk kata-kata Apabila latihannya negatif adalah menjadi maka untuk sehingga tingkat
mengubah positif.
ini
berhasil
sudah
mengendalikan menghasilkan
penurunan
Depresi
Therapy Modalitas y Individual y Lingkungan y Biologis Life review therapy Therap Therap Tidak Depresi Depresi Ringan Depresi Sedang Depresi Berat Therap Tingkat Depresi
44
Penurunan Depresi Keterangan : = Tidak di Teliti = Di Teliti Gambar 2.1 : Bagan Kerangka Konsep Pengaruh Life
Review Therapy Terhadap Tingkat Depresi Pada Pasien Skizoprenia di Rumah Sakit
Jiwa Provinsi
F.HIPOTESIS Hipotesa sementara adalah terhadap suatu jawaban yang peneliti, bersifat sampai
permasalahan
45
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, maka dapat diajukan suatu hipotesis yaitu: Ha :Life review therapy berpengaruh depresi pada terhadap pasien
penurunan skizofrenia Ho
tingkat
: Life review therapy tidak berpengaruh terhadap penurunan skizofrenia tingkat depresi pada pasien
46
BAB III METODE PENELITIAN Metode untuk penelitian data merupakan dengan suatu tujuan cara dan ilmiah kegunaan
mendapatkan
tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu cara ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan. Metodologi penelitian ini bertujuan untuk menjawab semua masalah yang ada. Ada beberapa hal penting yang harus dicantumkan, yaitu subyek penelitian, populasi, sampel, tehnik sampling, desain penelitian,
identifikasi variabel, dan definisi operasional serta analisa data. A. SUBJEK PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Ruman Sakit Jiwa Provinsi dan yang menjadi subyek penelitian adalah penderita skizofrenia dengan gejala depresi yang
sedang menjalani rawat inap sebanyak 100 orang. B. POPULASI DAN SAMPEL 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian (Arikunto, 2006). Populasi dalam penelitian ini
47
adalah
penderita
skiofrenia
yang
mengalami
depresi, yang ada di ruang rawat inap yaitu di ruang Mawar, Angsoka, Plamboyan, melati dan di
ruang Dahlia di Rumah Sakit Jiwa Provinsi yang berjumlah 10 orang. 2. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, total 2006). sampling Penelitian yaitu ini
menggunakan
tehnik
semua
populasi dijadikan sampel(Nursalam, 2003). Dalam penelitian ini yang menjadi sampelnya adalah
pasien skizofrenia yang mengalami depresi sebayak 10 orang yang ada di Rumah Sakit Jiwa Provinsi NTB yang memenuhi keriteria inklusi dan eksklusi. Dalam penelitian ini menggunakan kriteria
umum target
subjek yang
b) Penderita
dengan
tingkah
laku
yang
dapat
48
d) Menjalani rawat inap di ruang masing-masing e) Tidak dalam tahap pemberian Elektro Kompulsif
Therapi (ECT)
f) Pasien skizoprenia yang mengalami depresi. 2) Kriteria ekslusi
Dalam
penelitian
ini
kriteria
ekslusinya
skizofrenia
yang
tidak
bersedia
skizofrenia
yang
tidak
kooperatif
dengan
riwayat
menderita
penyakit
kardiovaskuler C. PENELITIAN Rancangan penelitian adalah suatu rancangan yang RANCANGAN PENELITIAN ATAU DISAIN
biasa digunakan oleh peneliti sebagai petunjuk dalam merencanakan dan melaksanakan penelitian untuk
mencapai tujuan atau menjawab pertanyaan penelitian (Nursalam, 2003). Jenis penelitian yang di pakai dalam penelitian ini adalah Quasy ekperiment yaitu rancangan yang
49
cara melibatkan kelompok kontrol disamping kelompok ekperiment(Nursalam, 2003). Dengan pendekatan equivalent kontrol group
design, dimana satu kelompok diberi perlakuan life review therapy selama 30 menit dimana perlakuannya 1 sesi dalam sehari, sebanyak 3 kali perlakuan dalam seminggu,sedangkan kelompok yang satunya tidak
diberikan perlakuan (dijadikan kelompok kontrol).Dan mencari hari lain untuk mengevaluasi kembali, guna mendapatkan hasil yang maksimal apa yang telah
penelitian ini adalah peneliti yang menerapkan Life Review Therapy yang terdiri dari tiga sesi, yaitu membicarakan (berdiskusi masa lalu sebelum apa mengalami yang depresi pernah
mengenai
saja
dilakukan), akan (kegiatan yang sering diikuti oleh pasien dikampung masing masing), sedang
PENGUMPULAN
DATA
DAN
50
1. Intsrumen Penelitian
penelitian mengukur
merupakan fenomena
alat alam
yang maupun
sosial yang dapat diamati (Notoadmodjo, S. 2005). Instrumen penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dokumentasi, observasi dan wawancara. Wawancara mendukung sedangkan hasil merupakan dari suatu metode secara untuk lisan,
observasi
observasi
sebagai
metode
pengumpulan
data dan untuk mengukur perubahan perilaku klien sebelum dan sesudah diberikan life review therapy dengan berpedoman skala HDRS. Adapun instrumen yang akan digunakan dalam penelitian adalah : a. Uji validitas Validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukan tingkat kevalidasian dan keabsahan suatu intrumen. Suatu instrument dikatakn valid apabila mampu mengukur Tinggi apa yang diingikan validitas data yang
2006).
menunjukan tidak
sejauh
menyimpang
gambaran
51
Adapun uji validitas pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan komputer program SPSS dengan versi 12,0. b. Uji reliabilitas Reliabilitas adalah indeks yang
menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan, yang menunjukkan
bahwa pengukuran itu konsisten atau tetap asas (Notoatmodjo, 2002). Instrument yang dinyatakan valid untuk selanjutnya mengetahui atau dilakukan apakah tidak. uji alat Dalam reliabilitas ukur dapat
digunakan
mengukur
a) Persiapan Sebelum melakukan pengumpulan data, calon peneliti mengajukan permohonan untuk
mendapatkan izin meneliti kepada Direktur RSJ Propinsi menjelaskan dilakukan. NTB setelah terlebih yang izin, dahulu akan calon
tujuan Setelah
penelitian mendapatkan
52
klien
dengan
perubahan
tingkat
depresi
yang
ingin diteliti oleh peneliti. b) Pelaksanan Pada sebelumnya depresi menjadi wawancara di kelompok ukur pasien control dan dahulu yang perlakuan tingkat sudah lembar untuk
terlebih
dari
skizofrenia
sampel dan
dengan observasi,
kelompok perlakuan di berikan treatment life review therapy selama 30 menit sedangkan untuk kelompok control tidak diberikan treatment.
Setelah diberikan perlakuan 3 kali pada setiap kelompok kembali control. Data yang sudah dikelompokkan dibuat dalam bentuk tabel sehingga mempermudah menganalisa pengaruh dari variabel yang diteliti. Jika treatment perilaku pada hari lain diukur dan
pada
kelompok
treatment
hasilnya sudah terkumpul kemudian dilakukan uji t-test. E. OPERASIONAL 1. Identifikasi Variabel IDENTIFIKASI VARIABEL DAN DEFINISI
53
Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan manusia, nilai beda terhadap dkk sesuatu 2000: (benda, dalam
dll)
(Soeprapto,
54,
Nursalam, 2003). a. Variabel independent (variabel bebas) Variabel nilainya (Nursalam, independent menentukan 2003). adalah variabel variabel yang ini yang lain yang
Dalam
penelitian
menjadi variabel independent adalah Life Review Therapy. b. Variabel dependent (variabel terikat) Variabel terikat adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain (Nursalam, 2003). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel
dependent (variabel terikat)nya adalah tingkat depresi yang menggambarkan tingkat gangguan
Total nilai - 0 -17 = tidak ada depresi Total nilai - 18-24 = depresi ringan
Total nilai - 25-34 = depresi sedang Total nilai - 35-51 = depresi berat Total nilai - 52-68 = depresi berat sekali
54
2. Definisi Operasional
a. Pengaruh yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah
dampak
dari
pemberian
treatment
(perlakuan) berupa perbedaan kemaknaan tingkat depresi responden sebelum dan sesudah diberikan Life review Therapy.
b. Life
Review
Therapy
adalah
terapi
yang
diyakini mampu mengembalikan ingatan pada masa lalu yang diberikan kepada pasien skizofrenia dengan tujuan menurunkan tingkat depresi.
c. Depresi
adalah pada
salah
satu
bentuk
gangguan mood
kejiwaan
alam
perasaan
(affective
disorder).
d. Skizofrenia
adalah berbagai
reaksi area
psikotik
yang
mempengaruhi
fungsi
individu,
termasuk berfikir dan berkomunikasi, menerima dan menginterpretasikan realitas merasakan dan menunjukkan emosi dan berperilaku dengan sikap yang dapat diterima secara social ( Isaacs,
2005).
e. Hamiltone Rating Scale for Depression (HDR-S)
Merupakan instrument untuk mengetahui derajat depresi seseorang apakah ringan, sedang, berat
55
Tabel 3.1 : Identifikasi variabel dan definisi operasional Pengaruh Life Review Therapy Terhadap Tingkat Depresi pada Pasien Skizofrenia di Ruang Rawat
Definisi operasional Life Review Therapy adalah obrolan yang dilakukan bersama pasien skizofrenia yang mengalami depresi di RSJ Provinsi. Hal ini dilakukan untuk menginagt masa lalu sebelum ,akan,dan sedang mengalami depresi Derajat yang menggambarkan gangguan kejiwaan pada alam perasaan (affective / mood)
Alat ukur
Skal a data
skor
56
1.Keadaan perasaan sedih, putus asa, tak berdaya, tak berguna 2.Perasaan bersalah 3.Bunuh diri 4. Gangguan pola tidur (initial insomnia) 5. Gangguan pola tidur (middle insomnia) 6. Gangguan pola tidur (late insomnia) 7.Kerja dan kegiatankegiatannya 8.Kelambanan (lambat dalam berfikir, berbicara, gagal berkonsentr asi, aktivitas motorik menurun) 9.Kegelisahan (agitasi) 10.Kecemasan (ansietas somatik) 11. Kecemasan (ansietas psikis) 12. Gejala somatic (pencernaan ) 13. Gejala somatic (umum) 14.Kelamin (genital) 15. Hipokondr iasis (keluhan
O R D I N A L
T Tingkat Depresi 0=Tidak ada depresi 1=Depresi ringan 2= Depresi sedang 3= Depresi berat 4= Depresi berat sekali
57
F. Dalam
eksperimen dan kelompok kontrol t-test untuk menguji signifikasi perbedaan mean, dilakukan secara manual dengan rumus, sebagai berikut : t= X1 X 2 ( n1 1)
1 1
n1 + n 2 2
+ (n 2 1)
2 2
1 1 + ) n1 n 2
Keterangan : X1 :Rata rata sampel 1 ( Kelompok Eksperiment ) X2 :Rata rata sampel 2 ( Kelompok Kontrol )
1 1 2 2
n1 :Jumlah Sampel 1 n2 :Jumlah Sampel 2 Pengujian dilakukan dengan tarap signifikan 5% dimana diperoleh dari n1 + n2 2 Ha diterima jika terhitung > tabel, Ho ditolak dan Ha ditolak jika terhitung < tabel, berarti Ho diterima
58
G.KERANGKA KERJA Penderita skizoprenia Total sampling Sampel penelitian Informed concent
Tabulasi
Hasil penelitian
Gambar 3.2. Bagan Kerangka Kerja (Frame Work) Pengaruh Life Review Therapy Terhadap Tingkat Depresi Pada Pasien Skizoprenia Di Rumah Sakit Jiwa Provinsi NTB.
59
Hasil penelitian
Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian dan pembahasan tentang pengaruh life review terapy terhadap penurunan tingkat depresi pada pasien
skizoprenia di RSJ Provinsi NTB. Hasil penelitian umum dan data dikelompokkan menjadi data Data umum menjelaskan
khusus.
karakteristik lokasi pengambilan sampel penelitian dan karakteristik kelamin, responden yang meliputi, pendidikan, umur, dan
jenis
Status
marital,
pekerjaan. Data khusus menampilkan tingkat depresi pasien sebelum diberikan life review terapy, tingkat depresi pasien sesudah diberikan life review terapy dan analisa pengaruh pada life review terapy terhadap Adapun
tingkat
depresi
pasien
skizoprenia.
hasil penelitian yang didapatkan dari pengumpulan data adalah sebagai berikut.
60
Data Umum Karakteristik Penelitian. Bangunan Rumah Sakit Jiwa Provinsi NTB Lokasi Pengambilan Sampel
yang di bangun pada tahun 1985 di atas tanah seluas 6000 m terletak di jalan Ahmad Yani
No.1 Selagalas Kota Mataram. Batasbatas lokasi bangunan : a.Sebelah Utara dengan jalan Gora b.Sebelah Timur dengan Sawah c.Sebelah Selatan dengan Sawah d.Sebelah Barat dengan jalan Ahmad Yani Gedung Rumah Sakit Jiwa Provinsi NTB
memiliki luas 560 m dengan konstruksi bangunan berlantai satu. Jumlah Tenaga kerja Pegawai Negeri Sipil dan Tenaga Pegawai Tidak Tetap. Sejak di
berlakukan Otonomi Daerah seperti yang tertuang dalam Undang-undang No. 22 tahun 1999, Struktur Organisasi pada Rumah Sakit Jiwa Provinsi NTB mengalami perubahan sesuai kebutuhan
organisasi, dengan di tetapkannya Perda No. 9 tahun 2008 tentang Pembentukan, Kedudukan,
61
Tata Kerja
sebagai konsekuensinya status Rumah Sakit Jiwa menjadi Unit Pelayanan Teknis Daerah Provinsi NTB. Jumlah Pegawai Rumah Sakit Jiwa Provinsi NTB sebanyak 159 orang yang menyebar di 1
Ketatausahaan
dan 3 Seksi.
Gambaran Umum Ruang Perawatan Rawat Inap. a)Ruang Unit Gawat Darurat, Kapasitas Tempat Tidur sebanyak 6 buah. b)Ruang Melati, Kapasitas Tempat Tidur sebanyak 20 buah. c)Ruang Mawar, Kapasitas Tempat Tidur sebanyak 20 buah. d)Ruang Dahlia, Kapasitas Tempat Tidur sebanyak 20 buah. e)Ruang Angsoka, Kapasitas Tempat Tidur
Tidur sebanyak 4 buah. Karakteristik Responden Sampel responden. penelitian Karakteristik ini sebanyak ini 10 akan
responden
62
diuraikan pekerjaan.
berdasarkan
umur,
pendidikan,
dan
1) Distribusi responden berdasarkan umur Distribusi jumlah responden berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Kriteria Kelompok Kelompok No Umur Eksperimen Kontrol t N % N % 1 20-30 4 80 1 20 2 31-35 1 20 1 20 3 36-40 0 0 3 60 Total 5 100 5 100 Sumber : Data Primer 2011 Berdasarkan bahwa dari tabel diatas dapat dilihat sebagian
kelompok
eksperiment
besar responden mempunyai umur 20-30 sebayak 4 orang (80%), sedangkan yang berusia 31-35 adalah 1 responden (20%), begitu juga dengan kelompok kontrol bahwa yang berusia 36-40
sebayak 3 orang (60%), sedangkan yang berusia 31-35 sebayak 1 orang (20%), dan usia dari 20-30 sebayak 1 orang (20%). 2) Jenis Kelamin
63
Berdasarkan
jenis
kelamin
responden
dapat
dilihat pada tabel berikut : Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Kriteria Jenis Kelompok Kelompok No Kelamin Eksperiment Kontrol N % N % Laki-Laki 0 0 5 100 Perempuan 5 100 0 0 Total 5 100 5 100 Sumber : Data Primer 2011 Berdasarkan diketahui mempunyai sebanyak perempuan bahwa jenis 0 tabel kelompok kelamin (0%) 5 di atas dapat yang yaitu yang Dan 4.2.
orang
sejumlah
orang
kelompok kontrol laki-laki sebanyak 5 orang (100%), sedangkan perempuan sebayak 0 orang (0%). 3) Status Marital Berdasarkan dari karakteristik Status
marital responden dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.3.Distribusi Karakteristik responden berdasarkan status marital Kriteria Status Kelompok Kelompok No Marital Eksperiment Kontrol N % N % Kawin 3 60 1 20
64
Duda Tidak Kawin Total Sumber: Data Primer Dari kelompok marital responden sebayak 1 tabel
1 3 5 dilihat
4.3
berdasarkan yaitu
sebanyak
sedangkat (
kontol
responden status
kelompok sebyak 0
eksperiment
marital
responden (0%) dan kelompok control sebayak 1 responden (20%, sedangkan yang tidak kawin kawin untuk kelompok experiment sebanyak 2 responden (40%), dan kelompok control sebayak 3 respondent ( 60%). 4) Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan dari masing masing responden sebagai berikut : Tabel 4.4. Distribusi Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan Kriteria Kelompok Kelompok No Pendidikan Eksperiment Kontrol N % N % 1 Tidak 1 20 1 20 Sekolah 2 SD 1 20 2 40 3 SLTP/SMP 1 20 1 20 4 SLTA/SMK 2 40 1 20 Total 5 100 5 100 Sumber : Data Primer 2011
65
Dari tabel diatas maka dapat kita lihat bahwa tingkat pendidikan sebagai untuk kelompok Tidak
eksperiment
adalah
berikut:
SLTP/SMP sebanyak 1 orang (20%), dan SLTA/SMK sebanyak 2 orang (40%). Adapaun untuk
kelompok kotrol yang tidak sekolah sebanyak 1 orang (20%), SD sebanyak SLTP/SMP 2 orang 1 (40%), orang
sedangkan
untuk
sebanyak
(20%), dan untuk SLTA/SMK sebanyak 1 orang (20%). 5) Jenis Pekerjaan Adapun pekerjaan responden dapat dilihat dari tabel dibawah : Tabel 4.5. Distribusi Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan. Kriteria Kelompok Kelompok No Pekerjaan Eksperiment Kontrol N % N % 1 Tidak 2 40 2 40 Bekerja 2 Buruh 1 20 1 20 3 Petani 2 40 2 40 Total 5 100 5 100 Sumber: Data Primer 2011 Dari tabel diatas maka dapat dilihat adalah :
karakteristik
pekerjaan
responden
66
Untuk
Kelompok
eksperiment
tidak
bekerja
sebayak 2 responden (40%), buruh sebanyak 1 responden (20%), dan untuk petani sebanyak 2 responden (40%) dan untuk kelompok control yang mendominasi karakteristik pekerjaan
responden adalah : Tidak bekerja sebayak 2 respondent (40%), selajutnya petani sebanyak 2 (40%), dan buruh sebanyak 1 responden
(20%). 2. Data Khusus Data khusus menyajikan hasil yang menggambarkan tentang pengaruh life review terapy terhadap penurunan tingkat depresi pada pasien
skizoprenia di RSJ Provinsi NTB. a. Tingkat Depresi pasien Skizofrenia sebelum diberikan Life Review Therapy Distribusi tingkat depresi pada pasien skizofrenia sebelum dilakukan life review therapy dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.6.Distribusi tingkat depresi pada pasien skizofrenia sebelum dilakukan life review therapy. Kriteria Kelompok Kelompok No Kategori Depresi Eksperiment Kontrol N % N % 1 Tidak Depresi 0 0 0 0 2 Depresi Ringan 0 0 0 0
67
Depresi Sedang Depresi Berat Depresi Berat sekali Total Sumber : Data primer 2011
3 4 5
4 1 0 5
80 20 0 100
5 0 0 5
100 0 0 100
Dari Tabel diatas dapat ditunjukkan bahwa sebelum diberikan life review therapy sebagian besar responden yang mempunyai depresi sedang pada kelompok eksperiment yaitu sebanyak 4 orang (80%)dan untuk depresi berat sebanyak 1 orang (20%),sedangkan pada kelompok kontrol yang mempunyai depresi sedang sebanyak 5 orang (100%). b. Distribusi pemberian penurunan Responden life review Berdasarkan therapy pada setelah terhadap pasien
tingkat
depresi
skizofrenia Di RSJ Propinsi NTB. Distribusi pada pasien penurunan tingkat setelah depresi diberikan
skizofrenia
life review therapy dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel4.7.Distribusi tingkat depresi responden setelah diberikan life review therapy. Kriteria Kategori Kelompok Kelompok No Depresi Eksperiment Kontrol N % N % 1 Tidak Depresi 3 60 0 0
68
2 3 4
2 0 0 0
40 0 0 0 100 dapat
5 0 0 0 5
100 0 0 0 100
Tabel
ditunjukkan
bahwa setelah diberikan life review therapy sebagian besar responden mempunyai perubahan tingkat depresi pada kelompok ekperiment yang tidak ada depresi sebanyak 3 orang (60%) dan yang depresi ringan sebanyak 2 orang (40%)dan untuk kelompok control depresi ringan
sebanyak 5 orang (100%). c. Distribusi Pengaruh penurunan Responden life review Berdasarkan therapy pada Analisa terhadap pasien
tingkat
depresi
skizofrenia Di RSJ Propinsi NTB. Berdasarkan data-data khusus di atas, maka dapat dilakukan analisa data sebagai
berikut: Tabel. 4.8. Analisa Pengaruh life review therapy terhadap penurunan tingkat depresi pada pasien skizofrenia Di RSJ Propinsi NTB.
Mean ekspe rimen t pretestpost test Mean contr ol pretestpost test Beda rata rata thitun g
N o
ttabel
Interprestas i
69
1 20,4
26,6
-6,2
0,05
22,12
2,896
Sumber: data primer 2011 Sesuai bahwa, dengan tabel diatas sebesar menunjukkan 22,12 yang
hasil
t-hitung
dikonsultasikan dengan t-tabel dengan tingkat kemaknaan 2,896 dan d.b = 2 (jumlah responden 5+5-2=8) ini didapatkan hasil sebesar Ho 2,896. dan Hal Ha
menunjukkan
bahwa,
ditolak
diterima, artinya ada pengaruh yang signifikan life review therapy terhadap penurunan tingkat depresi pada pasien skizofrenia di RSJ Provinsi NTB. A.Pembahasan 1. Penentuan sampel Berdasarkan hasil yang didapatkan bahwa
peneliti memberikan perlakuan berupa life review therapy menggunakan terhadap tehnik 5 responden. sampling Peneliti semua
total
yaitu
populasi dijadikan sampel(Nursalam, 2003). Dengan pendekatan equivalent kontrol group design, dimana satu kelompok diberi perlakuan life review therapy selama 30 menit, dan dimana dibeikan perlakuan 1
70
kali
dalam
sehari
sebanyak
kali
perlakuan,
sedangkan kelompok yang satunya tidak diberikan perlakuan (dijadikan kelompok kontrol). Setelah peneliti mendapatkan responden
selanjutnya diberikan life review therapy. Dengan pemberian life review therapy, diharapkan pasien yang mengalami depresi dapat mengingat kembali apa saja yang pernah dilakukan sehingga mampu
mengendalikan atau menekan perasaan atau kejadian yang pernah dialami sebelumnya sehingga peneliti dapat melihat perkembangan dari masing-masing
responden selama pemberian therapy. 2. a. Umur Melihat hasil penelitian pada tabel 4.1 Data umum
mengenai karakteristik usia dalam penelitian, dapat diketahui bahwa secara teori belum dapat menjelaskan umur mempengaruhi tingkat depresi. b. Jenis kelamin Melihat mengenai hasil penelitian pada tabel 4.2
karakteristik
jenis
kelamin
subyek
71
belum
dapat
menjelaskan
jenis
kelamin
mempengaruhi tingkat depresi. c. Pendidikan Melihat mengenai penelitian, hasil penelitian pada tabel 4.4
karkteristik dapat
pendidikan bahwa
subyek subyek
diketahui
penelitian yang paling banyak mengalami depresi itu adalah subyek sekolah penelitian menengah yang yang
berpendidikan teori
atas.
Seperti
mengatakan
semakin
tinggi
pendidikan dapat
seseorang
semakin
mudah
untuk
menyelesaikan tekanan-tekanan yang dihadapinya (Yasuma. 2001). d. Pekerjaan Melihat mengenai penelitian, hasil penelitian pada tabel 4.5
karakteristik dapat
pekerjaan bahwa
subyek subyek
diketahui
penelitian yang paling banyak bekerja sebagai pepetani dan tidak bekerja. Rasmun (2001),
diketahui bahwa yang dapat membantu individu beradaptasi dengan stressor yaitu salah satunya ekonomi. Hal ini juga pada aset materi mengacu kepada keuangan pada kenyataannya sumber
72
keuangan meningkatkan pilihan seseorang dalam banyak situasi stress (Stuart, 1998). 3.Data khusus
a. Tingkat depresi
terbanyak adalah responden depresi sedang yaitu sebanyak 4 orang (80%)dan depresi berat sebayak 1 orang (20%). Berdasarkan dijelaskan pada saat bahwa tabel pasien tersebut yang depresi dapat sedang
dilakukannya
penelitian
terlihat
tegang dan tidak dapat fokus dalam mengikuti arahan yang diberikan oleh peneliti. Pasien
tampak gugup, pandangan tidak fokus dan pada saat disentuh maupun diajak berbicara oleh
wawancara dan observasi yang telah dilakukan oleh peneliti, depresi ini dimana sedang pada pasien yang bahwa susah sedang
mudah satu
merasa
fokus
pada
kegiatan
73
dilakukan, gampang lelah dan marah. Selain itu pasien juga mengatakan bahwa pasien mengalami gangguan pada saat tidur, dimana pasien sering terbangun tengah malam karena mimpi buruk
maupun pikiran-pikiran yang tidak jelas (masih tertutup). Depresi yang dirasakan oleh pasien tidak hanya terungkap dari hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti dengan pasien, tetapi dapat juga dilihat dari hasil observasi kondisi fisik pasien seperti pasien yang takut pada
saat behadapan, murung, pandangan tidak fokus dan terlihat gelisah, lebih banyak menyendiri dibandingkan menceritakan atau berbagi
bahwa gangguan alam perasaan (mood disorder) dalam kurun waktu tertentu bisa berubah dari satu episode ke episode lain (bipolar), suatu saat penderita masuk dalam episode dan manik cemas) depresif
hiperaktif, masuk
agitasi
lain
dalam
episode
74
ini
juga
dapat cara
menurut
mengandung sumber
ditentukan
individu
meliputi kesehatan fisik / energi, keterampilan memecahakan masalah, keterampilan sosial dan
dukungan sosial dan materi. Seperti yang diketahui bahwa orang yang mengalami depresi karena kurangnya peran pasien dalam kehidupan sehari-hari. Pasien akan merasa dirinya sudah tidak mampu lagi. Ketidaksiapan terhadap perubahan pola hidup ini bisa memacu gangguan psikologis. Manifestasinya pasien
akan,merasa bersalah karena menganggur, murung, rendah diri dan apatis (Hendriana A.K, 2005). Berdasarkan uraian hasil dan teori diatas dapat dibuat sebuah kesimpulan awal bahwa
pasien depresi dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya adalah pendidikan, usia dan
pekerjaan. Depresi yang dirasakan oleh pasien disebabkan karena kurangnya peran dalam
75
b. Perubahan
tingkat
depresi
pasien
setelah
diberikan life review therapy. Berdasarkan bahwa setelah tabel 4.7 life dapat diketahui therapy tidak
dilakukan
review
sebagian
besar
responden
mengalami
depresi yaitu sebanyak 3 orang (60%)dan depresi ringan sebanyak 2 orang (40%). Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan pasien yang mengalami depresi diberikan perubahan life tidak review depresi sedang sebelum mengalami diberikannya
therapy setelah
life review therapy. Hal ini dapat dilihat di hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada pasien yang melngalami tingkat depresi sedang setelah
diberikannya life review therapy, dimana pasien yang sebelumnya terlihat gelisah, tidak dapat fokus terhadap dan kegiatan tidak yang mudah di sedang ajak
dilaksanakan,
komunikasi atau menjadi lebih rileks, sedikit membuka diri, merasa lancar tenang, dan dapat kemampuan
berkomunikasi
dengan
76
Hasil
wawancara
yang
telah
dilakukan
oleh
peneliti terhadap pasien juga diperoleh data yang sama, dimana pasien mengatatakan lebih
tenang dan nyaman. Rasa tenang dan nyaman yang dirasakan oleh pasien terlihat dari sikap dan perilaku yang ditunjukkan oleh pasien, yaitu pasien tampak tenang, pandangan mata fokus,
tidak gelisah serta lebih banyak senyum. Seperti yang diketahui bahwa life review therapy adalah mengingat kembali masa lalu dan mengembalikan kesehatan mental, fisik,
emosional dan spritual (Halim, 2006). Pelaksanaan dilakukan selama life review therapy pada yang pasien
penelitian
skizofrenia di RSJ NTB yang diberikan perlakuan selama 30 menit terhadap 5 responden dengan
cara mengobservasi dan wawancara sejauh mana pasien dalam dapat merespon dan kemampuan pasien pasien agar
mengekspresikan
perasaan
dapat bersosialisasi dengan orang lain. Roy dan Moleod (1981) menjelaskan tingkat adaptasi sebagai standar variabel yang
77
dari
tanggapan
sebelumnya
dibandingkan langsung
untuk dari
tanggapan
selanjutnya
output
sistem, melibatkan aktivasi satu atau beberapa mekanisme koping (subsystem kognator dan
regulator), yang kemudian menghasilkan perilaku yang adaptif. Dalam memelihara dan kognator integritas subsistem
seseorang,
regulator
diperkirakan sering bekerjasama(Roy, 1991). Berdasarkan uraian hasil dan teori diatas dapat dibuat kesimpulan awal bahwa pemberian life review therapy dapat berpengaruh terhadap perubahan tingkat depresi.
c. Analisa
perubahan skizofrenia.
tabel
4.8 uji t
sesudah
therapy diperoleh hasil t hitung sebesar 22,12 denganm db=2 diperoleh t tabel sebesar 2,986 atau t hitung lebih dari t tabel (22.12>2,896) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada perbedaan perubahan tingkat depresi sebelum dan
78
sesudah diberikan life review therapy dengan hasil Mean kelompok eksperiment sebesar 20,4 setelah diberikan life review therapy dan Mean kontrol sebesar 26,6 yang tidak diberikan review therapy. Ada pengaruh pemberian life life pada
review therapy terhadap tingkat depresi pasien skizofrenia di RSJ Provinsi NTB.
Melihat kembali kehidupan (Life Review) sebelumnya berkaitan merupakan dengan proses yang terhadap sukses normal proses dapat dan tanpa
pendekatan
yang
seseorang
disertai dengan kecemasan dan rasa takut. Hasil diskusi terakhir tentang proses ini menemukan bahwa melihat salah kembali satu kehidupan sebelumnya merawat
merupakan masalah
strategi jiwa
untuk
kesehatan (Team
pada
penderita Jiwa,
skizofrenia. 2008).
Creative
"Nutrisi
Input pada manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah dengan menerima masukan dari lingkuan luar dan linkungan dalam diri individu
79
itu sendiri. Input sebagai stimulus, merupakan kesatuan informasi, bahan-bahan atau energi
dari lingkungan yang dapat menimbulkan respon. Input atau stimulus termasuk variabel standar yang berlawanan yang umpan baliknya dspat
sebagian besar responden berpindidikan SLTA / SMK sebesar 2 orang (40%). Selain itu responden rata-rata tidak bekerja sebesar 2 orang (40%) atau hanya bekerja sebagai petani sebesar 2
orang (40%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang mengalami masalah terhadap depresi adalah ekonomi dan pendidikan sesuai hasil wawancara dan observasi yang didapatkan. Kenyataannya sumber keuangan meningkatkan
pilihan seseorang dalam banyak situasi stress yang Selain dapat itu juga juga dan seseorang pada menjadi pendidikan adalah cara depresi. berupa sumber lain
pengetahuan individu
intelegensi untuk
seseorang
melihat
80
Dalam life review therapy responden harus diberikan dukungan, pengertian agar responden dapat berkembang jawab. menjadi Responden pribadi juga yang
bertanggung
dipaparkan
pada peraturan-peraturan yang harus ditaati dan bagaimana berinteraksi dengan orang lain.
Perawat juga mendorong komunikasi dan pembuatan keputusan, meningkatkan harga diri dan perilaku yang baik. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan analisa data dan pembahasan hasil penelitian, berikut: 1. Sebelum diberikan life reiew therapy sebagian maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
besar responden mempunyai tingkat depresi sedang yaitu sebanyak 9 orang (90%), dan berat sebanyak 1 orang (10%). 2. Setelah dilakukan life reiew therapy sebagian
81
(30%),sedangkan
tingkat
depresi
ringan
yaitu
hitung sebesar 22,12 yang dikonsultasikan dengan t-tabel dengan taraf signifikan 0,05 dan db=8
(5+5-2=8) didapatkan hasil t-tabel yaitu sebesar 2.896 atau t-hitung lebih besar dari t-tabel
(22,12>2,896) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada pengaruh life review therapy erhadap penurunan tingkat depresi pada pasien skizofrenia.
review therapy, baik secara individu dan mandiri dengan dengan mengingat kembali masa- masa yang indah sehingga dapat menurunkan tingkat depresi dan baik. 2. Diharapkan standar kepada Bagi RSJ Propinsi NTB RSJ Provinsi NTB tentang yang menyusun teknik kemudian pada akhirnya dapat bersosialisasi dengan
operasional life
prosedur therapy
pelaksanaan
review
82
disosialisasikan pada semua perawat di ruangan, sehingga fungsinya perawat secara mampu melaksanakan terhadap peran dan
mandiri
penurunan
Dapat dijadikan sebagai sumber bacaan dan kajian pustaka khususnya terhadap untuk tentang penurunan memperkaya pengaruh tingkat ilmu life keperawatan therapy pasien
review pada
depresi
skizofrenia. 4.Bagi Peneliti Selanjutnya Perlu ada panelitian lebih lanjut tentang
penurunan tingkat depresi pada pasien skizofrenia yang ada di RSJ atau yang tinggal di rumah bersama keluarga, yang dapat di gunakan sebagai pembanding hasil penelitian yang sudah dilakukan demi