You are on page 1of 18

BAB I LAPORAN KASUS

ANAMNESE Nama Umur Alamat Pendidikan Pekerjaan Keluhan Utama Anamnesa khusus : Ny. SN ; 43 tahun

Tanggal : 11 Januari 2012

: RT 28 Kota Baru, Jambi : SMA : IRT

Jenis kelamin : Perempuan Mata kanan terasa gatal dan merah Sejak 5 hari yang lalu pasien merasakan mata kanan gatal dan mata terasa merah, setiap pagi mata pasien berair dan mengeluarkan sedikit kotoran berwarna putih hanya lebih banyak dari biasanya. Kemudian pasien berobat ke Puskesmas kemudian diberikan antibiotik dan dianjurkan untuk mengompres matanya dengan air hangat serta diberikan obat tetes mata. Namun setelah 2 hari mata pasien bengkak dan menjadi merah kembali, sedikit gatal, mata berair, nyeri pada mata (-) dan silau (-). Tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya. Pemakaian kacamata (-) Riwayat penyakit asma disangkal Keluarga tidak ada mengalami kelainan yang sama dengan pasien Baik Menengah Tidak ada kelainan Hipertensi disangkal Diabetes Mellitus disangkal

Riwayat Penyakit Dahulu Anamnesa Keluarga Riwayat Gizi Keadaan sosial ekonomi Riwayat Penyakit sistemik

STATUS OPHTHALMOLOGIS Visus Dasar Kedudukan bola mata OD 6/6 ortoforia OS 6/6 ortoforia

Pergerakan bola mata

Duksi : baik Versi : baik PEMERIKSAAN EXTERNAL OD

Duksi : baik Versi : baik

OS

Folikel Hiperemis kemosis

Palpebra Superior Palpebra Inferior Cilia Ap. Lacrimalis Konjungtiva tarsus superior Konjungtiva tarsus inferior

hiperemis (-), edema (+) hiperemis (-), edema (+) Trichiasis (-) Sumbatan (-)

hiperemis (-), edema (-) hiperemis (-), edema (-) Trichiasis (-) Sumbatan (-)

Hiperemis (-), Papil (-), Hiperemis (-), Papil (-), folikel (-) folikel (+) folikel (-) folikel (-) Hiperemis (+), Papil (-), Hiperemis (-), Papil (-),

Konjungtiva Bulbi

Injeksi konjungtiva (+), Injeksi kojungtiva (-), sekret (-) sekret (-) 2

Kornea KOA Iris Pupil Diameter Lensa

Jernih, edema (-), infiltrat Jernih, edema (-), infiltrat (-) (-) Sedang Sedang Normal, sinekia (-), atropi Normal, sinekia (-), atropi (-) 3 mm Jernih (-) Isokor 3 mm Jernih

PEMERIKSAAN SLIT LAMP Cilia Konjungtiva tarsus superior Konjungtiva tarsus inferior Konjungtiva Bulbi Kornea KOA Iris Lensa OD OS Trichiasis (-) Trichiasis (-) Hiperemis (-), Papil (-), Hiperemis (-), Papil (-), folikel (-) folikel (-) Hiperemis (+), Papil (-), Hiperemis (-), Papil (-), folikel (+) folikel (-) Injeksi konjungtiva (+), Injeksi kojungtiva (-), sekret (-) sekret (-) Jernih, edema (-), infiltrat Jernih, edema (-), infiltrat (-) (-) Sedang, hipopion (-) Sedang, hipopin (-) Normal, sinekia (-), atropi Normal, sinekia (-), atropi (-) Jernih (-) Jernih

PEMERIKSAAN UMUM Tinggi badan : Tidak dilakukan Berat badan Nadi : Tidak dilakukan : 60 x/menit Tekanan darah : 120/90 mmHg Suhu : Afebris DIAGNOSA : Konjungtivitis epidemika OD DIAGNOSA DIFFERENSIAL 1. Demam faringokonjungtiva 3

2. 3. 4.

Konjungtivitis herpetic Konjungtivitis New Castle Konjungtivitis alergi

5. Konjungtivitis bakteri PENGOBATAN : 1. Mata dikompres dengan air dingin 2. Chloramphenicol ED 2 tetes 3 kali sehari 3. Kotrimoksazol 480 mg 2 x 1 hari. 4. Salep hidrokortison 0,5% 1 x 1 hari. PROGNOSA : Dubia at bonam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konjungtivitis 2.1.1 Definisi Konjungtiva merupakan bagian mata yang mudah berhubungan dengan dunia luar, bila konjungtiva meradang maka akan terjadi suatu keadaan yang dinamakan konjungtivitis.1

Konjungtivitis adalah radang konjungtiva atau radang selaput lendir yang menutupi belakang kelopak dan bola mata yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur, iritasi atau reaksi alergi.1-4 2.1.2 Etiologi Konjungtivitis dapat disebabkan oleh bakteri, virus, parasit, jamur, alergi, iritasi persisten, terpajan asap, angin, sinar yang kuat, zat toksik dan berkaitan dengan penyakit sistemik 1-6 2.1.3 Gambaran Klinis Adapun gambaran klinis konjungtivitis secara umum yaitu :5 a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. Injeksi Konjungtiva Mata berair (epifora) Eksudasi Pseudoptosis Hipertropi papilar Kemosis Folikel Pseudomembran dan membrane Fliktenula. Limfadenopati preaurikular Perbedaan jenis-jenis konjungtivitis umum 2,3,5 Tanda klinis dan sitologi Gatal Hiperemia Mata berair Eksudasi Adenopati preaulikular Pada kerokan Viral Minimal Generalisata Banyak Minimal Sering dan Monosit Bakteri Minimal Generalisata Sedang Banyak Jarang Bakteri, PMN Sesekali Alergika Hebat Generalisata Minimal Minimal Tidak ada Eosinofil Tidak pernah 5

eksudat yang dipulas Disertai sakit Sesekali

tenggorokan demam Kemosis Papil Folikel

dan +/+ ++ +/++ + -

2.1.4 Klasifikasi konjungtivitis A. Klasifikasi konjungtivitis berdasarkan penyebabnya 1. Konjungtivitis akut


a. Konjungtivitis akut bacterial.4

Konjungtivitis blenore Konjungtivitis gonore Konjungtivitis difteri Konjungtivitis folikular Konjungtivitis angular Konjungtivitis mukokataral Blefarokonjungtivitis.
b. Konjungtivitis viral akut2-5 Konjungtivitis epidermik

Demam faringokonjungtiva
Konjungtivitis herpetic

Konjungtivitis herpes simplek Konjungtivitis varisela-zoster

Konjungtivitis New Castle

Konjungtivitis hemoragik akut


c. Konjungtivitis akut jamur4,5

Konjungtivitis candida Konjungtivitis jamur lain seperti Sporothrix schrnckii,

Rhinosporidium, coccidioides immitis


d. Konjungtivitis akut alergik4

Konjungtivitis vernal Konjungtivitis flikten 2. Konjungtivitis kronik


a. b.

Trakoma4 Konjungtivitis viral kronik4,5 Blefarokonjungtivitis molliscum contangiosum Blefarokonjungtivitis varicella-zoster Keratokonjungtivitis campak

B. Klasifikasi konjungtivitis berdasarkan gambaran klinik6

1. Konjungtivitis kataral 2. Konjungtivitis purulen 3. Konjungtivitis flikten 4. Konjungtivitis membran/pseudomembran 5. Konjungtivitis vernal 6. Konjungtivitis folikularis 2.2 Konjungtivitis Viral 2.2.1 Definisi Konjungtivitis akibat virus sering ditemukan dan biasanya disebabkan adenovirus atau suatu infeksi herpes simplek. Infeksi ini biasanya terjadi bersama-sama dengan infeksi saluran napas atas.4 Secara umum, sel mononuklear dalam jumlah banyak khususnya limfosit khas untuk konjungtivitis virus. Jika ditemukan pseudomembran atau membran sejati (misalnya keratokonjungtivitis epidemika atau konjungtivitis virus herpes simpleks), neutrofil akan menjadi sel terbanyak karena adanya nekrosis yang menyertai.5 Konjungtivitis viral biasanya disebabkan Adenovirus, Herpes simpleks, Herpes zoster, Klamidia, New castle, Pikoma, Enterovirus, dan sebagainya.7

2.2.2 Konjungtivitis folikular Kelainan ini merupakan kunjungtivitis yang disertai dengan

pembentukan folikel pada konjungtiva. Terbentuknya folikel terjadi akibat penimbunan limfosit dalam jaringan adenoid subepitel konjungtiva. Folikel akan membentuk tonjolan pada konjungtiva sebesar 0,25 mm dengan permukaan landai, licin, bewarna abu-abu kemerahan. Warna merajh ini terlihat akibat adanya pembuluh darah dari bagian perifer folikel yang menuju puncak folikel.4 Konjungtivitis folikular dapat terjadi akibat infeksi bakteri, virus dan rangsangan bahan kimia. Penyakit ini dapat berjalan akut atau kronis. Dikenal bentuk konjungtivitis folikular akut, kronis, dan folikulosis. 4 Konjungtivitis folikular akut, pada orang dewasa biasanya disebabkan oleh virus seperti herpes simpleks, herpes zoster, keratokonjungtivitis epidemic, atau demam faringokonjungtiva, konjungtiva News Castle, konjungtivitis hemoragik akut, dan trakoma akut. Konjungtiva folikular kronis terdapat pada trakoma, toksik dan konjungtivitis parinaud folikulosis. Parinaud Folikulosis, suatu bentuk kojungtivitis yang jarang terlihat pada usia lebih dari 20 tahun. Terdapat folikel atau hipertropi adenoid sebesar 1 mm terutama pada tarsus inferior.4,6

2.2.3 Konjungtivitis Viral Akut Konjungtivitis virus dapat memberikan gambaran sebagai konjungtivitis folikular atau konjungtivitis dengan terjadinya keratitis.4 Adapun klasifikasi dari konjungtivitis viral akut yaitu : 1. Keratokonjungtivitis Epidemika (Shipyard Eye) Keratokonjungtivitis epidemik merupakan radang yang berjalan akut, disebabkan oleh adenovirus tipe 3, 7, 8, 19, 29 dan 37. Konjungtivitis ini dapat timbul sebagai suatu epidemi. Mudah menular dengan masa 8

inkubasi 8-9 hari dan masa infeksius 14 hari. Radang akut ini timbul pada satu mata dahulu, mata yang lainnya ikut meradang dengan cepat, tetapi ada juga yang baru meradang setelah 2 minggu. Kelenjar preaurikular hampir selalu membesar dengan nyata, nyeri tekan. Sekret : serous, seromukous. Mikroskopis : banyak monosit.1,4-6 Keluhan : mata merah, berat, berair, silau, seperti berpasir, mungkin badan terasa lemah.6 Gejala klinik :6 a. Palpebra : bengkak b. Konjungtiva tarsalis : hiperemi, banyak folikel, terutama dikonjungtiva tarsalis inferior . mungkin ada pseudomembran.
c. Konjungtiva bulbi : injeksi konjungtiva, kemotik, mungkin disertai

perdarahan subkonjungtiva. d. 6-10 hari kemudian dikornea tampak infiltrate bulat-bulat kecil, besar, rata-rata diameter 0,25 mm terdapat sampai belasan buah, jadi merupakan keratitis superficial yang tersebar (diseminata), atau terkumpul, dipinggir atau ditengah. Letak subepitel, tes flouresin (-), infiltrate tak pernah menjadi ulkus dan pada kornea tak pernah timbul neovaskularisasi. Sensibilitas kornea tidak menurun. 2. Demam Faringokonjungtiva ( Pharingo Conjunctival fever) Konjungtivitis ini disebabkan oleh adenovirus tipe 3, 4 dan 7.4,5,6, Gejala klinik didapatkan :6 a. Konjungtivitis folikularis pada satu atau dua mata b. Faringitis akut c. Suhu badan meninggi d. Kelenjar preaurikuler dapat membesar. Dimata didapatkan :6 a. Konjungtiva palpebra : hiperemi, banyak folikel terutama dikonjungtiva palpebra inferior 9

b. Konjungtiva bulbi : injeksi konjungtiva (++)

c. Kornea : jarang menimbulkan keratitis pungtata superficial, tes flouresin (+) d. Sekret : monosit. 3. Keratokonjungtivitis Herpetik Kelainan ini disebabkan oleh Herpes Simplek tipe I. Jarang dapat dilihat sebagai konjungtivitis folikularis akut, karena konjungtivitis hanya berlangsung 1-2 hari saja, sedang penderta baru datang berobat setelah beberapa hari, dimana telah timbul kelainan di kornea. Konjungtivitis hanya terjadi pada serangan pertama dengan herpes simpleks.4,5,6 Tanda klinik :6 a. Konjungtiva palpebra inferior : banyak folikel, hiperemi, mungkin ada pseudomembran b. Konjungtiva bulbi : injeksi konjungtiva, bila ada kelainan dikornea juga didapat injeksi silier c. Kornea : didapat keratitis dendritikus, membentuk cabang-cabang (dendrite) d. Kadang-kadang diujungnya terdapat knob, sensibilitas kornea menurun, bahkan mungkin insensitif sama sekali. e. Kelainan ini bersifat residitif f. Kelenjar preaurikuler kadang-kadang membesar g. Sekret : serous, monosit. dimana infiltratnya

Pada konjungtivitis herpetik dibagi menjadi:2,3 1. Konjungtivitis herpes simplek Merupakan infeksi berulang pada mata.sering disertai infeksi herpes pada kulit dengan pembesaran kelenjar pre urikel 2. Konjungtivitis varisela-zoster Herpes zoster disebut juga shingle, zona atau posterior ganglionitis akut. Virus herpes zoster dapat memberikan infeksi pada ganglion Gaseri 10

saraf trigeminus. Bila terkena gangglion cabang oftalmik maka akan terlihat gejala-gejala herpes zoster pada mata. Kelainan yang terjadi tidak akan melampaui geris median kepala. Herpes zoster dan varisela memberikan gambaran yang sama pada konjungtivitis, papil dengan pembesaran preurikel. Diagnosis biasanya ditegakkan dengan ditemukannya sel raksasa pada pewarnaan Giemsa, kultur virus dan sel inklusi intranuklear.

4.

Konjungtivitis New Castle Merupakan bentuk konjungtivitis yang ditemukan pada peternak

unggas yang menangani burung sakit atau dokter hewan dan petugas laboratorium yang bekerja dengan virus atau vaksin hidup, disebabkan oleh virus New Castle dengan masa inkubasi 1-2 hari.4,5,6 Keluhan : merasa seperti ada pasir, mata berair, fotofobi, sakit sekali seperti rasa terbakar sedang pada konjungtivitis biasanya tidak sakit.4,5,6 Gejala klinik :6 a. Palpebra bengkak b. Konjungtiva palpebra terutama inferior hiperemi dengan banyak folikel c. Konjungtiva bulbi : injeksi konjungtiva d. Kornea : baik, mungkin didapat keratitis epitel atau subepitel e. Sekret : lengket dengan banyak monosit
f. Kelenjar preaurikuler : sering membesar, nyeri tekan, disertai panas

dingin, sakit leher dan pegal-pegal. 5. Konjungtivitis Hemoragik Akut Konjungtivitis hemoragik akut merupakan konjungtivitis disertai timbulnya perdarahan konjungtiva. Konjungtivitis ini disebabkan infeksi virus picorna atau enterovirus 70.4 Keluhan : mata merah, berair, seperti ada pasir, gatal-gatal. Biasanya mulai dengan satu mata, beberapa jam sampai 2 hari kemudian disusul 11

dengan peradangan pada mata sebelahnya. Penyakit ini sangat menular dengan kontak langsung atau tidak langsung melalui benda-benda yang telah dikotori dengan secret dari penderita.6 Gejala klinik :6 a. Konjungtiva tarsalis : hipertrofi folikular b. Konjungtiva bulbi : perdarahan subkonjungtiva c. Kornea : keratitis pungtata superfisialis bahkan ulkus kornea d. Kelenjar preaurikular membesar dan nyeri tekan.

2.2.4

Konjungtivitis Viral Kronik

1. Blefarokonjungtivitis molliscum contangiosum5

Sebuah nodul molluscum pada tepian atau kulit palpebra dan alis mata dapat menimbulkan konjungtivitis folikular kronik unilateral, keratitis superior, pannus superior dan mungkin menyerupai trakoma. Reaksi radangnya terutama mononuklear. Lesi bulat, berombak, putih-mutiara, noninflamasi dengan pusat yang melekuk khas untuk molluscum cantangiosum. Biopsi menunjukan inklusi sitoplasma sel yang membesar dan mendasak inti ke satu sisi.

2. Blefarokonjungtivitis varicella-zoster5

Hiperemia dan konjungtivitis infiltratif disertai dengan erupsi vesikular yang khas di sepanjang penyebaran dermatom nervus trigeminus cabang oftalmika adalam khas herpes zoster. Konjungtivitis biasanya papilar, tetapi pernah ditemukan folikel, pseudomembran dan vesikel temporer yang kemudian berulserasi. KGB preaurukular yang nyeri tekan terdapat pada awal penyakit. Sekuelenya dapat berupa jaringan parut di palpebra, enteropion dan bulu mata yang salah arah. Lesi palpebra pada varisella yang mirip dengan lesi kulit (pox), di tempat lain, mungkin timbul dikedua palpebra atau tepian palpebra dan 12

sering meningkatkan parut. Sering timbul eksudasi ringan, tetapi lesi konjungtiva yang disekret (kecuali pada limbus) sangat jarang ditemukan. Lesi di limbus menyerupai fliktenula dan dapat melalui seluruh tahapan vesikel, papul dan ulkus. Kornea di dekatnya mengalami infiltrasi dan bertambah vaskularisasinya. Pada zoster mapun varisella, kerokan dari vesikel palpebranya mengandung sel raksasa dan banyak leokosit PMN, kerokan dari konjungtiva pada varisella dan dari vesikel konjungtiva pada zoster dapat mengendung sel raksasa dan monosit. Virus dapat diperoleh dari biakan jaringan sel-sel embrio manusia.
3. Keratokonjungtivitis campak5

Enantema khas campak sering kali mendahului erupsi kulit. Pada tahap awal ini, tampilan konjungtiva mirip kaca yang aneh, yang dalam beberapa hari sebelum erupsi kulit, timbul konjungtivitis eksudatif dengan sekret mukopurulen dan saat muncul erupsi kulit, timbul bercak-bercak koplik pada komjungtiva dan terkadang pada carunculus. Pada saat tertentu (masa kanak-kanak dini, masa dewasa lanjut) keratitis epitel akan mengikuti. 2.2.5 Diagnosis Banding8 Konjungtivitis viral 1. 2. 3. Konjungtivitis alergi Konjungtivitis bakteri Keratitis herpes simpleks.

2.2.6 Penatalaksanaan Pengobatan umumnya hanya bersifat simtomatik dan antibiotik diberikan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder dan dapat diberikan kompres dingin. Dalam dua minggu akan sembuh dengan sendirinya.

13

Hindari pemakaian steroid topikal kecuali bila radang sangat hebat dan kemungkinan infeksi virus Herpes simpleks telah dieliminasi.4,7
1. Konjungtivitis epidermik

Perbaiki keadaan umum, belum ada pengobatan yang spesifik. Pengobatan topikal sulfa dan steroid. Pemberian antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder. Steroid dapat diberikan bila ada membran dan infiltrat subepitel. Astrigen untuk mengurangi gejala dan hiperemia.1,2,4 2. Demam faringokonjungtiva Pengobatan hanya suportif kerena dapat sembuh sendiri. Diberikan kompres, astringen, lubrikasi. Pengobatan biasanya simtomatik dan antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder.2,9
3. Konjungtivitis herpetic

Topical : berikal salep acyclovir, diberikan acyclovir IV jika diperlukan. Kontra indikasi kortikosteroid.1 Konjungtivitis herpetik diobati dengan obat antivirus, asiklovir 400 mg/hari selama 5 hari. Steroid tetes deksametason 0,1 % diberikan bila terdapat episkleritis, skleritis, dan iritis, tetapi steroid berbahaya karena dapat mengakibatkan penyebaran sistemik. Dapat diberikan analgesik untuk menghilangkan rasa sakit. Pada permukaan dapat diberikan salep tetrasiklin. Jika terjadi ulkus kornea perlu dilakukan debridemen dengan cara mengoles salep pada ulkus dengan swab kapas kering, tetesi obat antivirus, dan ditutup selama 24 jam.2,7 4. Blefarokonjungtivitis molliscum contangiosum Eksisi, insisi sederhana nodul yang memungkinkan darah tepi memasukinya, atau krioterapi akan menyembuhkan konjungtivitisnya.5,9 5. Blefarokonjungtivitis varicella-zoster Acyclovir oral dosis tinggi (800 mg oral lima kali sehari selama 10 hari), jika diberi pada awal perjalanan penyakit akan mengurangi dan menghambat penyakit.5,9 14

6.

Keratokonjungtivitis campak Tidak ada terapi spesifik, hanya tindakan-tindakan penunjang saja

yang dilakukan kecuali ada infeksi sekunder.5 2.2.7 Prognosis Banyak kasus konjungtivitis virus dapat sembuh sendiri (self limited). Infeksi biasanya sembuh spontan dalam 2-4 minggu. Infiltrate subepitelial dapat hilang dalam beberapa bulan, namun infiltrate dapat menyebabkan penurunan tajam penglihatan dan menyebabkan silau.8

BAB III PEMBAHASAN Seorang pasien bernama Ny.SN usia 43 tahun, datang dengan keluhan utama mata kanan terasa gatal dan merah. Sejak 5 hari yang lalu pasien merasakan mata kanan gatal dan merah, setiap pagi mata pasien berair dan mengeluarkan sedikit kotoran. Kemudian pasien berobat ke Puskesmas kemudian diberikan antibiotik dan dianjurkan untuk mengompres matanya dengan air hangat serta diberikan obat tetes mata. Namun setelah 2 hari mata pasien bengkak dan menjadi merah kembali. Kemudian pasien berobat ke klinik mata RSUD Raden Mattaher Jambi pada tanggal 11 Januari 2012. Keluarga tidak ada mengalami kelainan yang sama dengan pasien.

15

Pada pemeriksaan visus didapatkan visus mata kanan 6/6 dan visus mata kiri 6/6. Anamnesis dan pemeriksaan visus didapat mata merah, gatal, berair dan sedikit kotoran pada mata dengan visus normal sehingga pasien ini dapat di diagnosis sementara sebagai konjungtivitis. Pada pemeriksaan external dan Slit lamp pada konjungtiva bulbi ditemukan injeksi konjungtiva, pada konjungtiva tarsal inferior terlihat hiperemis, kemosis dan adanya folikel, serta pada kornea terlihat jernih. Dari anamnesis, pemeriksaan visus, dan pemeriksaan slit lamp, pasien ini dapat di diagnosis sebagai konjungtivitis folikularis viral akut pada golongan konjungtivitis epidemika karena terdapat keluhan mata merah, berair, palpebra bengkak, konjungtiva tarsalis hiperemi, terdapat folikel yang terdapat pada sebagian kasus konjungtivitis virus dan kemosis yang terutama terdapat pada konjungtivitis adenoviral di konjungtiva tarsalis inferior, pada konjungtiva bulbi terdapat injeksi konjungtiva. Adapun differensial diagnosis pada kasus konjungtivitis epidemika yaitu demam faringokonjungtiva, konjungtivitis herpetic, konjungtivitis New Castle, konjungtivitis alergi, konjungtivitis bakteri. Pada demam faringokonjungtiva adanya faringitis akut, suhu badan meninggi, kelenjar preaurikular dapat membesar, konjungtivitis herpetica adanya gejala penyakit herpes, konjungtivitis New Castle biasanya pada peternak unggas dengan keluhan mata berair fotofobia, dan mata terasa sakit sekali seperti terbakar serta sekret yang lengket. Pada konjungtivitis alergi didapat gatal yang hebat, terdapatnya papil serta ada riwayat atopik dan konjungtivitis bakteri didapatkan eksudasi yang banyak. Pengobatan umumnya hanya bersifat simtomatik dan antibiotik diberikan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder dan dapat diberikan kompres dingin. Dalam dua minggu akan sembuh dengan sendirinya. Pemberian antibiotika chloramphenicol ED 2 tetes 3 kali sehari, kotrimoksazol 480 mg 2 x 1 hari untuk mencegah infeksi sekunder dan kortikosteroid untuk mengurangi peradangan serta gejala yang terjadi tetapi pemberiannya di bawah pengawasan dokter. 16

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S. Ilmu Perawatan Mata. Jakarta: Sagung Seto, 2004; 115-2. 2. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-3. Jakarta: FKUI, 2010; 121-10. 3. Ilyas. Ikhtisar Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI, 2009; 51-10. 4. Ilyas S. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-3. Jakarta: FKUI, 2005; 64-

12.
5. Ferrer FJ, Schwab IR, Shetlar DJ. Konjungtiva. Dalam : Vaughan & Asbury

Oftalmologi Umum. Edisi ke-17. Jakarta : EGC. 2010; 97-11.


6. Wijana N. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-6. Jakarta.1993; 55-4.

17

7. Dinkes

Banyuasin.

Konjungtivitis

Viral.

Banyuasin.

http://dinkes.banyuasinkab.go.id/index.php/artikel-kesehatan/177konjungtivitis-viral.html. Diakses pada tanggal 12 Januar 2012.


8. Scott IU, Kevin L. Conjunctivitis, Viral. California: Penn State College of

Medicine

Diunduh

dari:

http://www.scribd.com/doc/35575605/

laporan-

penelitian-komunitas-tentang-hasil-program-demam-berdarah-di bareng. Diakses pada tanggal 12 Januari 2012.


9. Referat

puskesmas-

Konjungtivitis.

http://www.scribd.com/doc/47009181/referat-

konjungtivitis. Diakses pada tanggal 11 Januari 2012.

18

You might also like