You are on page 1of 15

5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Saiful Anwar Malang Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Saiful Anwar sebelum Perang Dunia ke II pada awalnya bernama Rumah Sakit Celaket, yang merupakan rumah sakit militer KNIL, dan pendudukan Jepang rumah sakit ini digunakan untuk pasukan militer Jepang. Pada saat kemerdekaan RI, Rumah Sakit Celaket digunakan sebagai Rumah Sakit Tentara dan untuk umum digunakan Rumah Sakit Sukun yang ada dibawah Kotapraja. Pada tahun 1947 (saat Clash II), karena bangunan yang lebih baik dan lebih mudah serta untuk kepentingan strategi militer, Rumah Sakit Sukun diambil alih oleh tentara pendudukan dan dijadikan Rumah Sakit Militer, sedangkan Rumah Sakit Celaket dijadikan Rumah Sakit Umum. Pada tanggal 14 September 1963, Yayasan Perguruan Tinggi Jawa Timur IDI membuka Sekolah Tinggi Kedokteran Malang (STKM) dan memakai Rumah Sakit Celaket sebagai tempat praktek (program kerjasama STKM dengan RS Celaket tanggal 23 Agustus 1969), pada tanggal 2 Januari 1974, dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 001/0/1974, Sekolah Tinggi Kedokteran Malang dijadikan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dan Rumah Sakit Celaket sebagai tempat praktek. Pada tanggal 12 November 1979, oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur Rumah Sakit Celaket diresmikan sebagai Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Saiful Anwar. Sejak saat itu berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 51/Menkes/SK/II/1979 tanggal 22 Februari 1979 ditetapkan RSU Dr. Saiful Anwar sebagai Rumah Sakit rujukan. 2.2 Air bersih 2.2.1 Pengertian Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan mahkluk hidup lainnya. Fungsi dan pentingnya air bagi kehidupan tidak akan
5

dapat digantikan oleh senyawa lainnya. Hampir semua kegiatan yang dilakukan manusia membutuhkan air, mulai dari membersihkan diri (mandi), membersihkan ruangan tempat tinggalnya, menyiapkan makanan dan minuman sampai aktivitasaktivitas lainnya (Achmad, 2004). Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air itu harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kegiatan harus dilakukan secara bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang. Pengelolaan sumber daya air sangat penting, agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan dengan tingkat mutu yang diinginkan. Salah satu langkah pengelolaan yang dilakukan adalah pemantauan dan interpretasi data kualitas air mencakup kualitas fisika, kimia, biologi (Effendi, 2003). Air murni merupakan suatu persenyawaan kimia yang sangat sederhana yang terdiri dari dua atom hidrogen (H) yang berikatan dengan oksigen (O). secara simbolik air dinyatakan sebagai H2O. Air merupakan lingkungan bagi organisme air dan pengaruhnya terhadap kehidupan yang ada didalamnya, yaitu (Gufron.M, 2007):
1. Dengan sifat-sifat fisiknya yaitu sebagai medium tempat tumbuh-tumbuhan

dan hewan akuatik.


2. Dengan sifat-sifat kimianya sebagai pembawa zat-zat hara yang diperlukan

bagi pembentukan bahan-bahan organik oleh tumbuh-tumbuhan dengan produksi primernya. Dalam program kesehatan lingkungan dikenal adanya 2 (dua) jenis air yang dari aspek kesehatan layak digunakan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, yaitu air minum dan air bersih. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang pengawasan dan syarat-syarat kualitas air yang disebut sebagai air minum adalah air yang memenuhi syarat kesehatan yang dapat langsung diminum, sedangkan yang disebut sebagai air bersih adalah air yang memenuhi syarat kesehatan, yang harus

dimasak terlebih dahulu sebelum diminum. Syarat kesehatan dimaksud meliputi syarat-syarat fisika, kimia, dan, mikrobiologi (Hartanto, 2007).
2.2.2 Karakteristik Air Bersih

Menurut peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990, Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum setelah dimasak. Air bersih didapat dari sumber mata air yaitu air tanah, sumur, air tanah dangkal, sumur artetis atau air tanah dalam. Air bersih ini termasuk golongan B yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum. Kualitas air bersih apabila ditinjau berdasarkan kandungan bakterinya menurut SK. Dirjen PPM dan PLP No.1/PO.03.04.PA.91 dan SK JUKLAK PKA Tahun 2000/2001, dapat dibedakan ke dalam 5 kategori sebagai berikut (Pitojo dan Purwantoyo, 2003): 1) Air bersih kelas A ketegori baik mengandung total koliform kurang dari 50 2) Air bersih kelas B kategori kurang baik mengandung koliform 51-100 3) Air bersih kelas C kategori jelek mengandung koliform 101-1000 4) Air bersih kelas D kategori amat jelek mengandung koliform 1001-2400 5) Air bersih kelas E kategori sangat amat jelek mengandung koliform lebih 2400
2.2.2.1

Persyaratan Sifat Fisik Air Bersih

Air yang berkualitas baik harus memenuhi persyaratan fisik seperti berikut (Juli Sumirat Slamet, 2002): Jernih atau tidak keruh (kekeruhan) Air yang keruh disebabkan oleh adanya butiran-butiran koloid dari bahan tanah liat. Semakin banyak kandungan koloid maka air semakin keruh. Derajat satuan dinyatakan dengan satuan unit. Tidak berwarna (warna) Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang berwarna berarti mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan. Rasa

Secara fisika, air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam, manis, pahit, atau asin menunjukkan bahwa kualitas air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan adanya garam-garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik. Tidak berbau Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan-bahan organik yang sedang mengalami dekomposisi (penguraian) oleh mikro organisme air. Temperatur Normal (Suhu) Air yang baik harus memiliki temperatur sama dengan tempertur udara (20C-60C). Air yang secara mencolok mempunyai temperatur di atas atau di bawah temperatur udara berarti mengandung zat-zat tertentu (misalnya fenol yang terlarut di dalam air cukup banyak) atau sedang terjadi. proses tertentu (proses dekomposisi bahan organik oleh mikro organisme yang menghasilkan energi) yang mengeluarkan atau menyerap energi dalam air. Jumlah Zat Padat Terlarut (TDS) TDS biasanya terdiri atas zat organik, garam anorganik dan gas terlarut. Bila TDS bertambah maka kesadahan akan naik. Efek TDS ataupun kesadahan terhadap kesehatan tergantung pada spesies kimia yang terlarut pada air.

2.2.2.2 Persyaratan Kimia Kualitas air tergolong baik bila memenuhi persyaratan kimia berikut ini (Kusnaedi, 2004): pH netral Derajat keasaman air harus netral, tidak boleh bersifat asam maupun basa. Air yang mempunyai pH rendah akan bersifat asam, sedangkan pH tinggi akan bersifat basa. Air yang murni mempunyai pH = 7, pH di bawah 7 akan bersifat asam sedangkan pH di atas 7 akan bersifat basa.

Tidak mengandung bahan kimia beracun Air yang berkualitas baik tidak mengandung bahan kimia beracun seperti sianida, sulfida, fenolik. Tidak Mengandung Ion-ion logam. Air yang berkualitas baik tidak mengandung garam atau ion logam seperti Fe, Mg, Ca, K, Hg, Zn, Mn, Cl, Cr, dan lain-lain. Kesadahan rendah Tingginya kesadahan berhubungan dengan garam-garam yang terlarut di dalam air terutama garam Ca dan Mg. Tidak Mengandung bahan organik Kandungan bahan organik dalam air dapat terurai menjadi zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan. Bahan-bahan organik itu seperti NH4, H2S, SO4-, NO2 dan NO3. 2.2.2.3 Persayaratan Mikrobiologis Persyaratan mikrobiologis yang harus dipenuhi oleh air adalah sebagai Berikut (Hartanto, 2007): 1) Tidak mengandung bakteri patogen, misalnya bakteri golongan coli, salmonellatyphi, vibrio chotera, dan lain-lain. Kuman-kuman ini mudah tersebar melalui air (transmitted by water). 2) Tidak mengandung bakteri nonpatogen, seperti actinomycetes, phytoplankton coliform, ciadocera, dan lain-lain. Penilaian fisik air dapat dianalisis secara visual dengan penca indra. Misalnya keruh atau berwarna dapat langsung dilihat, bau dapat dicium menggunakan hidung. Penilaan tersebut tentu saja bersifat kualitatif. Misalnya, bila tercium bau yang berbeda maka rasa air pun berbeda (Kusnaedi, 2004). Faktor yang dijadikan sebagai pertimbangan dalam penetapan standar kualitas air, yaitu : 1) Kesehatan : Faktor kesehatan dipertimbangkan dalam penetapan standar guna menghindarkan dampak merugikan kesehatan. 2) Estetika : faktor estetika diperhatikan guna memperoleh kondisi yang nyaman.

10

3) Teknis : Faktor teknis ditinjau dengan mengingat bahwa kemampuan teknologi dalam pengolahan air sangat terbatas, atau untuk tujuan menghindarkan efekefek kerusakan dan gangguan instalasi atau peralatan yang berkaitan dengan pemakaian air yang dimaksud. 4) Toksisitas : faktor toksisitas ditinjau guna menghindarkan terjadinya efek racun bagi manusia. 5) Populasi : faktor populasi dimaksudkan dalam kaitanya dengan kemungkinan terjadinya pencemaran air oleh suatu polutan. 6) Proteksi : faktor proteksi dimaksudkan untuk menghindarkan atau melindungi kemungkinan terjadinya kontaminasi. 7) Ekonomi : faktor ekonomi dipertimbangkan dalam rangka menghindarkan kerugian-kerugian ekonomi. 2.3 Mangan 2.3.1 Pengertian Mangan pertama kali dikenali oleh Scheele, Bergman dan ahli lainnya sebagai unsur dan diisolasi oleh Gahn pada tahun 1774, dengan mereduksi mangan dioksida dengan karbon. Mineral mangan tersebar secara luas dalam banyak bentuk oksida, silikat, karbonat adalah senyawa yang paling umum. Penemuan sejumlah besar senyawa mangan di dasar lautan merupakan sumber mangan dengan kandungan 24 %, bersamaan dengan unsur lainnya dengan kandungan yang lebih sedikit. 2.3.2 Sifat Fisika dan Kimia Senyawa Mangan Logam mangan adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memilki lambang Mn dan nomor atom 25, berwarna silver metalik, keras dan sangat rapuh. Mangan (Mn) merupakan unsur logam golongan VII, dengan berat atom 54,93, titik lebur 1247 oC, dan titik didihnya 2032 oC. Logam mangan memiliki energi ionisasi 7,21 g/cm3. Logam mangan memiliki jari-jari atom 1,35 , logam ini bersifat paramagnetik. Di alam jarang sekali berada dalam keadaan unsure, umumnya berada dalam keadaan senyawa dengan berbagai macam valensi. Di dalam

11

hubungannya dengan kualitas air yang sering dijumpai adalah senyawa mangan dengan valensi +2, valensi +4 dan valensi +6. Di dalam sistem air alami dan juga di dalam sistem pengolahan air, senyawa mangan valensinya berubah-ubah tergantung derajat keasaman (pH) air (Pahlevi, 2009). Konsentrasi mangan di dalam sistem air alami umumnya kurang dari 0,1 mg/l, jika konsentrasinya melebihi 1 mg/L maka dengan cara pengolahan biasa sangat sulit untuk menurunkan konsentrasinya sampai derajat yang diijinkan sebagai air minum. Oleh karena itu, perlu cara pengolahan yang khusus. WHO untuk Eropa pada tahun 1961 menetapkan standar konsentrasi Mangan di dalam air minum maksimum 0,1 mg/L, tetapi selanjutnya diperbarui menjadi 0,05 mg/L. Untuk Amerika Serikat sejak awal menetapkan konsentrasi Mangan di dalam air minum maksimum 0,05 mg/L. Jepang menetapkan total konsentrasi mangan di dalam air minum maksimum 0,3 mg/L. Untuk Indonesia, standar kualitas air minum berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 907 tahun 2002 menetapkan kadar mangan maksimum yang diperbolehkan 0,1 mg/L. Mangan masuk ke dalam air akibat reaksi biologis pada kondisi reduksi atau anaerobik (tanpa oksigen). Jika air yang mengadung mangan dibiarkan terkena udara atau oksigen maka reaksi oksidasi mangan akan timbul dengan lambat membentuk endapan atau gumpalan koloid dari oksida mangan yang tidak diharapkan. Endapan koloid ini akan menempel atau tertinggal dalam sistem perpipaan, menyebabkan noda pada cucian pakaian, serta dapat menyebabkan masalah pada sistem pipa distribusi disebabkan karena dapat menyokong tumbuhnya mikroorganisme seperti crenothrix dan clonothrix yang dapat menyumbat perpipaan serta dapat menimbulkan warna serta bau yang tidak enak. Pada konsentrasi rendah mangan dapat menimbulkan rasa atau bau logam pada air minum, oleh karena itu untuk air minum kadar mangan yang diperbolehkan yakni 0,05 mg/L ( Standar US EPA) (Said, 2000). 2.3.3 Dampak Kekurangan dan Kelebihan Kadar Mangan Mangan merupakan mikronutrien esensial bagi semua makhluk hidup. Mn bersifat esensial bagi komponen lebih dari 36 jenis enzim untuk metabolisme

12

karbohidrat, protein, dan lipid, sebagai kofaktor beberapa kelompok enzim oksidoreduktase, transferase, hidrolase, liase, isomerase, ligase, lektin dan integrin (Yuliani, 2009). Di dalam tubuh manusia, mangan dalam jumlah yang kecil tidak menimbulkan gangguan kesehatan, tetapi dalam jumlah yang besar dapat tertimbun di dalam hati dan ginjal. Ada berbagai pendapat tentang gangguan kesehatan akibat keracunan senyawa mangan, tetapi umumnya dalam keadaan kronis menimbulkan gangguan pada sistem saraf dan menampakkan gejala seperti penyakit parkinson. Berdasarkan percobaan yang dilakukan terhadap kelinci, keracunan mangan menimbulkan gangguan pada pertumbuhan tulang (Said, 2000). Mangan (Mn) yang mampu menimbulkan keracunan kronis pada manusia hingga berdampak menimbulkan lemah pada kaki dan otot, muka kusam dan dampak lanjutan bagi manusia yang keracunan Mangan (Mn), bicaranya lambat dan hyperrefleksi (Pahlevi, 2009). Kekurangan mangan pada manusia dapat menyebabkan Penurunan berat badan, iritasi kulit, mual dan muntah, perubahan warna rambut , pertumbuhan rambut yang lambat.
2.4 Ion Sulfat 2.4.1 Pengertian Ion Sulfat

Ion sulfat adalah salah satu anion yang banyak terjadi di pada air di alam. Sulfat merupakan sesuatu yang penting dalam penyediaan air untuk umum karena pengaruh pencucian perut yang bias terjadi pada manusia apabila ada dalam konsentrasi yang cukup besar. Konsentrasi standar maksimal yang ditetapkan oleh Dep.Kes.RI untuk sulfat dalam air bersih adalah sebesar 200 - 400 mg/L (Sutrisno, 2006). 2.4.2 Sifat Fisika dan Kimia Ion Sulfat

Ion sulfat merupakan sejenis anion poliatom dengan rumus empiris SO42dengan massa molekul 96,06 satuan massa atom; ia terdiri dari atom pusat sulfur dikelilingi oleh empat atom oksigen dalam susunan tetrahidron. Ion sulfat bermuatan cas dua negatif dan merupakan basa konjugat ion hidrogen sulfat

13

(bisulfat), HSO4-, yaitu bes konjugat asam sulfat, H2SO4. Terdapat sulfat organik seperti dimetil sulfat yang merupakan senyawa kovalen dengan rumus (CH3O)2SO2, dan merupakan ester asam sulfat. Kebanyakan sulfat sangat larut dalam air. Kecuali dalam kalsium sulfat, stronsium sulfat dan barium sulfat, yang tak larut. Barium sulfat sangat berguna dalam analisis gravimetri sulfat: penambahan barium klorida pada suatu larutan yang mengandung ion sulfat. Terbentuknya endapan putih, yaitu barium sulfat menunjukkan adanya anion sulfat (Letterman, 1999). Ion sulfat yang bersifat larut dan merupakan bentuk oksidasi utama sulfur adalah salah satu anion utama di perairan, menempati urutan kedua setelah bikarbonat. Sulfat yang berikatan dengan hidrogen membentuk asam sulfat dan sulfat yang berikatan dengan logam alkali merupakan bentuk sulfur yang paling banyak ditemukan di danau dan sungai (Sari, 2008). Ion Sulfat yang telah diserap oleh tumbuhan mengalami reduksi hingga menjadi bentuk sulfidril di dalam protein. Sulfur anorganik terutama terdapat dalam bentuk sulfat (SO4), yang merupakan bentuk sulfur utama di perairan dan tanah. Ion sulfat yang bersifat larut dan merupakan bentuk oksidasi utama sulfur adalah salah satu anion terutama di perairan, menempati urutan kedua setelah bikarbonat. Sulfat yang berikatan dengan hidrogen membentuk asam sulfat dan sulfat yang berikatan dengan logam alkali merupakan bentuk sulfur yang paling banyak ditemukan di danau dan sungai. Reduksi anion sulfat menjadi hidrogen sulfida pada kondisi anaerob dalam proses dekomposisi bahan organik menimbulkan bau yang kurang sedap dan meningkatkan korosivitas logam. Proses reduksi yang dilakukan oleh bakteri heterotrof ini banyak terjadi di dasar laut (Effendi, 2003). 2.4.2 Dampak Kelebihan Kadar Ion Sulfat

Sulfat adalah anion yang terjadi secara alami. Kandungan konsentrasi yang tinggi dalam air minum dapat menyebabkan diare. Diare yang akut dapat menyebabkan dehidrasi (Letterman, 1999). 2.5 Ion Sianida 2.5.1 Pengertian Ion Sianida

14

Kata sianida berasal dari bahasa Yunani yang berarti biru yang mengacu pada hidrogen sianida yang disebut Blausure ("blue acid") di Jerman. Sianida adalah senyawa kimia yang mengandung kelompok cyano CN, dengan atom karbon berikatan rangkap tiga terhadap atom nitrogen. Kelompok CN dapat ditemukan dalam banyak senyawa, beberapa adalah gas, dan lainnya adalah padat atau cair, setiap senyawa tersebut dapat melepaskan anion CN yang sangat beracun. Sianida dapat terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia dan memiliki sifat racun yang sangat kuat dan bekerja dengan cepat. Contohnya adalah HCN (hidrogen sianida) dan KCN (kalium sianida) (Purba, 2009). Banyak sianida di tanah atau air berasal dari proses industri. Sumber terbesarnya yaitu aliran buangan dari proses pertambangan logam, industri kimia organik, pabrik besi dan baja, serta fasilitas pengolahan air limbah publik. Sebagian kecil sianida dapat ditemukan pada hujan yang membawa garam-garam sianida yang terdapat di jalan (Purba, 2009). 2.5.2 Sifat Kimia dan Fisika Ion Sianida Sianida tersebar luas dalam perairan dan berada dalam bentuk ion sianida (CN-), hidrogen sianida (HCN), dan metalosianida. Keberadaan sianida sangat dipengaruhi oleh pH, suhu, oksigen terlarut, salinitas, dan keberadaan ion lain. Sianida mengalami disosiasi dalam persamaan reaksi : KCN + H2O H+ + K+ HCN CN- + H+ Sianida yang terdapat diperairan terutama berasal dari limbah industri sehingga sianida dapat menghambat pertukaran oksigen pada makhluk hidup. Sianida dalam bentuk ion mudah terserap oleh bahan-bahan yang tersuspensi maupun oleh sedimen dasar (Effendi, 2003). Sianida memasuki udara, air, dan tanah baik dengan proses alami maupun karena proses industri. Keberadaan sianida di udara jauh di bawah ambang batas yang dapat berbahaya. Sianida di udara berbentuk partikel kecil yang halus. Adanya hujan atau salju mengurangi jumlah partikel sianida di dalam udara, namun tidak begitu dengan gas HCN. Waktu paruhnya untuk menghilang dari udara adalah 1-3 tahun. Kebanyakan sianida di air permukaan akan membentuk HCN dan kemudian

15

akan terevaporasi. Meskipun demikian, jumlahnya tetap tidak mencukupi untuk memberikan pengaruh negatif terhadap manusia. Beberapa dari sianida di air tersebut akan diuraikan menjadi bahan yang tidak berbahaya oleh mikroorganisme atau akan membentuk senyawa kompleks dengan berbagai logam, seperti besi (Purba, 2009). Seperti halnya di air permukaan, sianida yang berada di tanah juga dapat mengalami proses evaporasi dan penguraian oleh mikroorganisme. Sekarang ini, bahkan telah dideteksi sianida di air tanah, tempat pembuangan limbah industri. Ditemukan pula sianida dalam konsentrasi tinggi di dalam buangan limbah industri, konsentrasi tinggi ini menjadi racun bagi mikroorganisme tanah. Dikarenakan tidak ada lagi mikroorganisme tanah yang dapat menguraikannya, sianida dapat memasuki air tanah di bawahnya (Purba, 2009). 2.5.3 Dampak Kelebihan Ion Sianida Sianida bersifat sangat reaktif. Sianida bebas menunjukkan adanya kadar HCN dan CN-. Pada pH yang lebih kecil dari 8, sianida berada dalam bentuk HCN yang dianggap lebih toksik bagi organisme akuatik daripada CN-. Sianida berdampak negatif terhadap makhluk hidup, yakni menganggu fungsi hati, pernafasan, dan menyebabkan kerusakan tulang (Effendi, 2003). 2.6 2.6.1 Metode Analisis Kimia Air Bersih Spektrofotometri Spektrofotometer adalah alat yang terdiri atas spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat untuk mengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorpsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang (Khopkar, 2003). Teknik spektroskopi adalah salah satu teknik analisis fisika-kimia yang mengamati tentang interaksi antara atom atau molekul dengan radiasi elektromagnetik (REM). Radiasi elektromagnetik panjang gelombang 380 mm

16

780 mm merupakan radiasi yang dapat diterima oleh panca indera mata manusia, sehingga dikenal sebagai cahaya tampak (visibel). Diluar rentang panjang gelombang cahaya tampak, REM sudah tidak dapat ditangkap oleh panca indera mata manusia.

Gambar 2.1 Diagram Skematis Spektrofotometer UV-Vis Secara skematis pola kerja spektrofotometer UV-VIS adalah sebagai berikut: a. Sumber-sumber lampu, lampu deuterium digunakan untuk daerah UV pada panjang gelombang dari 190 350 nm, sementara lampu halogen kuarsa atau lampu tungsten digunakan untuk daerah visibel pada panjang gelombang antara 350 800 nm. b. Monokromator digunakan untuk mendipersikan sinar ke dalam komponen komponen panjang gelombangnya yang selanjutnya akan dipilih oleh celah. c. Detektor berfungsi mengubah sinyal radiasi yang diterima menjadi sinyal elektronik. Prinsip spektrofotometri didasarkan adanya interaksi dari energi radiasi elektromagnetik dengan zat kimia. Dengan mengetahui interaksi yang terjadi, dikembangkan teknik-teknik analisis kimia yang memanfaatkan sifat-sifat dari interaksi tersebut. Dalam mempelajari analisis kuantitatif dan absorbsi, berkas radiasi dikenakan pada sampel dan kemudian intensitas radiasi yang diteruskan atau ditransmisikan diukur. Radiasi yang diabsorbsi oleh sampel ditentukan dengan membandingkan intensitas dari berkas radiasi yang diteruskan bila ada zat penyerap. Jika radiasi mengenai sampel memiliki energi sesuai dengan yang dibutuhkan untuk menyebabkan terjadinya perubahan energi, maka terjadilah absorbsi (Setiyowati, 2009).

17

2.6.2

Prinsip Kerja Spektrofotometri Penentuan kadar secara spektrofotometri sinar tampak dilakukan dengan

mengukur absorbansi maksimum. Apabila senyawa fisik tidak berwarna maka senyawa diubah dulu menjadi senyawa berwarna melalui reaksi kimia dan absorbansi ditentukan dalam daerah sinar tampak (Setiyowati, 2009). Warna adalah salah satu kriteria untuk mengidentifikasi suatu objek. Pada analisis spektrokimia, spektrum radiasi elektromagnetik digunakan untuk menganalisis spesies kimia dan menelaah interaksinya dengan radiasi elektromagnetik. Karena tiap spesies kimia mempunyai tingkat energi radiasi yang berbeda, maka transisi perubahan energinya juga berbeda. (Khopkar, 2003) Bila cahaya (monokromatik maupun campuran) jatuh pada suatu medium homogen, sebagian dari sinar masuk akan dipantulkan, sebagian diserap dalam medium itu, dan sisanya diteruskan. Jika intensitas sinar masuk dinyatakan oleh: Io = Ia + It + Ir Dimana : Io = intensitas sinar masuk, Ia = intensitas sinar terserap, It = intensitas sinar terteruskan, Ir = intensitas sinar terpantulkan. Hukum yang mendasari metode spektrofotometri adalah hukum Lambert hukum ini menyatakan bahwa bila cahaya monokromatik melewati medium tembus cahaya, laju berkurangnya intensitas oleh bertambahnya ketebalan, berbanding lurus dengan intensitas cahaya. hukum Beer Hukum ini menyatakan intensitas berkas cahaya monokromatik berkurang secara eksponensial dengan bertambahnya kosentrasi zat penyerap secara linier. Jadi dalam sistem yang direkombinasikan, hukum Lambert-Beer adalah (Vogel, 1994): A = abc A = Log Io/I dimana : A = absorban, a = absorptivitas, b = ketebalan bidang (kuvet), c = konsentrasi, Io = intensitas mula-mula, I = intensitas sinar yang melewati media. Dalam hukum Lambert-Beer tersebut ada beberapa pembatasan yaitu (Gandjar dan Rohman, 2007):

18

a. Sinar yang digunakan dianggap monokromatis b. Penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai penampang luas yang sama c. Senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung terhadap yang lain dalam larutan tersebut d. Tidak terjadi peristiwa fluoresensi atau fosforesensi e. Indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan Apabila suatu larutan mendapat radiasi berupa sinar polikromatik yaitu sinar yang terdiri atas beberapa macam warna (polikromatis), maka hanya sinar dengan panjang gelombang tertentu yang diserap, sedangkan sinar dengan panjang gelombang lain diteruskan melalui larutan tersebut. Sinar mempunyai warna yang tidak diserap, akan diteruskan. Warna yang diteruskan sebenarnya adalah warna larutan tersebut, sedangkan warna komplementer dari warna itu tidak diteruskan atau yang diserap yaitu warna seperti yang terlihat oleh mata (Setiyowati, 2009).
2.6.3 Kelebihan dan Kekurangan Spektrofotometri

Kelebihan spektrofotometer jika dibandingkan dengan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi yang diperoleh dari prisama atau grating maupun celah optis. Pada fotometer filter, sinar dengan panjang gelombang yang diinginkan diperoleh dengan melewatkan trayek panjang gelombang tertentu, sehingga tidak mungkin untuk memperoleh panjang gelombang yang benar-benar monokromatis. Spektrofotometer mampu menghasilkan panjang gelombang yang benar-benar terseleksi yang diperoleh oleh pengurai cahaya (prisma) (Khopkar, 2003).
2.6.4 Spektrofotometer UV-Vis HACH DR/4000U dan HACH DR/2010

UV-Vis DR/4000U (gambar 2.2a) adalah spektrofotometer yang memiliki mampu scaning dari 190 hingga 1100 nm. Memiliki tekhnologi spliting monokromator Seya-Namioka split-beam, memiliki resolusi panjang gelombang 0,1 nm dan sumber cahaya dari lampu deuterium dan wolfram halogen.

19

UV-Vis DR/2010 (gambar 2.2b) adalah spektrofotometer yang mampu menghasilakan cahaya kromatis dari 400 hingga 900 nm. Memiliki keakuratan panjang gelombang 2 nm, dan monokromator berjenis Littrow Prism, Aspheric Optics. Pemilihan panjang gelombang dilakukan secara manual, sumber cahaya dari halogen tungsten. Listrik spektrofotometer tersebut berasal dari baterai 8 Volt dan adaptor.

(a) Gambar 2.2 (a). Spektrofotometer UV-Vis HACH DR/4000 U Spektrofotometer UV-Vis DR/2010

(b) (b).

You might also like