You are on page 1of 18

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini dengan perubahan cuaca yang tidak menentu, biasanya perubahan cuaca akan menyebabkan penurunan daya tahan tubuh. Oleh karena itu akan sangat rentan bagi kita untuk menderita suatu penyakit. Lingkungan buruk dan makanan yang kurang hygienis adalah beberapa faktor yang dapat menyebabkan kita menderita diare. Biasanya yang rentan terkena diare adalah anak-anak. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengawasan orang tua, anak-anak juga kurang memperhatikan kebersihan makanan yang mereka makan seperti jajan sembarangan. Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja berbentuk cair /setengan padat, dapat disertai frekuensi yang meningkat. Salah satu faktor penyebab timbulnya diare adalah faktor infeksi : Bakteri ( Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus (Enterovirus), parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans). Dalam laporan pendahuluan ini akan dijelaskan mengenai konsep dasar penyakit dan konsep dasar asuhan keperawatan untuk diare. 1.2 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas timbul permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana konsep dasar penyakit Diare? 2. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan untuk penyakit Diare? 1.3 TUJUAN 1. Untuk mengetahui konsep dasar penyakit Diare. 2. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan untuk penyakit Diare. 1.4 METODE 1. Metode kajian pustaka 2. Metode penelusuran

BAB II PEMBAHASAN

KONSEP DASAR PENYAKIT


DIARE DEFINISI Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja berbentuk cair /setengan padat, dapat disertai frekuensi yang meningkat. Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 x sehari. Diare terbagi 2 berdasarkan mula dan lamanya , yaitu diare akut dan kronis (Mansjoer,A.1999,501). Menurut Haroen N, S. Suraatmaja dan P.O Asdil (1998), diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja. Sedangkan menurut C.L Betz & L.A Sowden (1996) diare merupakan suatu keadaan terjadinya inflamasi mukosa lambung atau usus. Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair. Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus. ETIOLOGI 1. Faktor infeksi : Bakteri ( Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus (Enterovirus), parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans). a. Infeksi enteral Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi: infeksi bakteri, infeksi virus (enteovirus, polimyelitis, virus echo coxsackie). Adeno virus, rota virus, astrovirus, dll) dan infeksi parasit : cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongxloides) protozoa (entamoeba histolytica, giardia lamblia, trichomonas homunis) jamur (canida albicous).

b.

Infeksi parenteral makanan seperti otitis media akut

Ialah infeksi diluar alat pencernaan

(OMA) tonsilitis/tonsilofaringits, bronkopeneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah dua (2) tahun. 2. 3. 4. 5. FAKTOR PREDISPOSISI Adapun faktor predisposisi dari Diare ini yaitu : Lingkungan yang kurang bersih Makanan yang tidak Higienis PATOFISIOLOGI Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus. Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula. Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA Faktor malabsorbsi : Karbihidrat, lemak, protein. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas. sering terjadi pada anak-anak).

banyak lemak, sayuran dimasak kutang matang.

Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin

tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare. Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut: 1. Kehilangan air (dehidrasi) Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare. 2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis) Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler. 3. Hipoglikemia Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan absorbsi glukosa.Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak. 4. Gangguan gizi Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan oleh: Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah yang bertambah hebat. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama. Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik. 5. Gangguan sirkulasi Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.

PATHWAYS faktor infeksi F malabsorbsi KH,Lemak,Protein meningk. Tek osmotik pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus F makanan F. Psikologi

Risiko peningkatan suhu tubuh

Masuk dan ber kembang dlm usus Hipersekresi air dan elektrolit ( isi rongga usus)

toksin tak dapat diserap hiperperistaltik

cemas

menurunya kesempatan usus menyerap makanan

DIARE

Frek. BAB meningkat Kehilangan cairan & elekt berlebihan gg. keseimbanga cairan & elektrolit

distensi abdomen gg. integritas kulit mual, muntah

nafsu makan BB menurun Ketidakseimbangan nutrisi

KLASIFIKASI

Diare berdasarkan penyebabnya diapat dibagi 2: 1. Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh: a) Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen seperti shigella, salmonela, E. Coli, golongan vibrio, B. Cereus, clostridium perfarings, stapylococus aureus, comperastaltik usus halus yang disebabkan bahanbahan kimia makanan (misalnya keracunan makanan, makanan yang pedas, terlalau asam), gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin, alergi dan sebagainya. b) Defisiensi imum terutama SIGA (secretory imonol bulin A) yang mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri/flata usus dan jamur terutama canalida. 2. Diare osmotik (osmotik diarrhoea) disebabkan oleh: a) malabsorpsi makanan: karbohidrat, lemak (LCT), protein, vitamin dan mineral. b) Kurang kalori protein. c) Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir. MANIFESTASI KLINIS 1. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan berkurang. 2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang disertai wial dan wiata. 3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu. 4. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat. 5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan berat badan. 6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik. 7. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria). 8. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan dalam. (Kusmaul).

PEMERIKSAAN FISIK a. Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar, b. Keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun. c. Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1 tahun lebih d. Mata : cekung, kering, sangat cekung e. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum f. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan) g. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada diare sedang . h. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu meningkat > 375 perianal. i. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit. j. Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan invasive respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 1. Pemeriksaan tinja a) Makroskopis dan mikroskopis b) PH dan kadar gula dalam tinja c) Bila perlu diadakan uji bakteri 2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan menentukan PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah. 3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal. 4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat. PEMERIKSAAN PENUNJANG
0

c, akral hangat, akral dingin (waspada syok),

capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah

1)

Laboratorium : feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2 meningkat, HCO3 menurun ) Faal ginjal : UC meningkat (GGA)

2) Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni

KOMPLIKASI 1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik). 2. Renjatan hipovolemik. 3. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi, perubahan pada elektro kardiagram). 4. Hipoglikemia. 5. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili mukosa, usus halus. 6. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik. 7. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami kelaparan. TERAPI 1. Obat anti sekresi : Asetosal, 25 mg/hari dengan dosis minimal 30 mg klorpromazine 0,5 1 mg / kg BB/hari 2. Onat anti spasmotik : Papaverin, opium, loperamide 3. Antibiotik : bila penyebab jelas, ada penyakit penyerta Supportif Vitamin A 200.000. IU/IM, usia 1 5 tahun

PENATALAKSANAAN DIARE 1. Medis Dasar pengobatan diare adalah: Rehidrasi a. Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya. 1) Cairan per oral Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajin disebut formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung NaCl dan sukrosa. 2) Cairan parentral Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian sebagai berikut: Untuk anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10 kg 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus set berukuran 1 ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes). 7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset berukuran 1 ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes). 16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit

Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg 1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg 1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral. tts atau 7 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes). tts atau 3 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes). tts atau 10 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).

%.

Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO 3 1 Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit (1 ml = 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts). Untuk bayi berat badan lahir rendah Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1 %).

b. Pengobatan dietetik Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg, jenis makanan: Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan

lemak tak jenuh -

misalnya susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang atau tak jenuh.

10

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


PENGKAJIAN 1. Identitas Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan kuman enteric menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya . 2. Keluhan Utama BAB lebih dari 3 x 3. Riwayat Penyakit Sekarang BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis). 4. Riwayat Penyakit Dahulu Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak. 5. Riwayat Nutrisi Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan, 6. Riwayat Kesehatan Keluarga Ada salah satu keluarga yang mengalami diare. 7. Riwayat Kesehatan Lingkungan Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan, lingkungan tempat tinggal. 8. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan

11

PEMERIKSAAN FISIK a. pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar, b. keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun. c. Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1 tahun lebih d. Mata : cekung, kering, sangat cekung e. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum f. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan) g. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada diare sedang . h. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu meningkat > 375 perianal. i. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit. j. Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan invasive respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau output berlebihan dan intake yang kurang 2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare. 3. Risiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi skunder terhadap diare 4. Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekuensi diare. 5. Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive INTERVENSI KEPERAWATAN
0

c, akral hangat, akral dingin (waspada syok),

capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah

12

Diagnosa 1:

Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan sekunder terhadap diare

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam keseimbangan dan elektrolit dipertahankan secara maksimal Kriteria hasil : perhari Intervensi : Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit R: Penurunan sirkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan pemekatan urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki defisit Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : < 40 x/mnt ) mata tidak cowong, UUB tidak cekung.

2. Pantau intake dan output


R: Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat keluaran tak adekuat untuk membersihkan sisa metabolisme.

3. Timbang berat badan setiap hari


R: Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama dengan kehilangan cairan 1 lt

4. Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr
R: Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral

5. Kolaborasi :
BUN) R: koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk mengetahui faal ginjal (kompensasi). antibiotik) R: anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar simbang, antispasmolitik untuk proses absorbsi normal, antibiotik sebagai anti bakteri berspektrum luas untuk menghambat Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, R: Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat. Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca,

13

endotoksin.

Diagnosa 2 : Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya intake dan out put Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama dirumah di RS kebutuhan nutrisi terpenuhi Kriteria hasil : Nafsu makan meningkat BB meningkat atau normal sesuai umur 1. Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi, berlemak dan air terlalu panas atau dingin) R: Serat tinggi, lemak, air terlalu panas / dingin dapat merangsang mengiritasi lambung dan sluran usus. 2. Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau sampah, sajikan makanan dalam keadaan hangat R: situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan. 3. Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan R: Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan 4. Monitor intake dan out put dalam 24 jam R: Mengetahui jumlah output dapat merencanakan jumlah makanan. 5. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain : a. b. terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu obat-obatan atau vitamin ( A)

Intervensi :

R: Mengandung zat yang diperlukan , untuk proses pertumbuhan Diagnosa 3 : Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi dampak sekunder dari diare Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam tidak terjadi peningkatan suhu tubuh Kriteria hasil: suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C) Tidak terdapat tanda infeksi (rubor, dolor, kalor, tumor, fungtio leasa) Intervensi : 1. Monitor suhu tubuh setiap 2 jam R: Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh ( adanya infeksi) 2. Berikan kompres hangat

14

R: merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi panas tubuh 3. Kolaborasi pemberian antipirektik R: Merangsang pusat pengatur panas di otak Diagnosa 4 : Risiko gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan peningkatan frekwensi BAB (diare) Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawtan selama di rumah sakit integritas kulit tidak terganggu Kriteria hasil : Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga. Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik dan benar. Intervensi : 1) Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur R: Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman 2) Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah dan mengganti pakaian bawah serta alasnya) R: Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena kelebaban dan keasaman feces 3) Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam R: Melancarkan vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang lama sehingga tak terjadi iskemi dan iritasi . Diagnosa 5 : Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive Tujuan : setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, klien mampu beradaptasi. Kriteria hasil: Mau menerima tindakan perawatan, klien tampak tenang dan tidak rewel. Intervensi : 1. Libatkan keluarga dalam melakukan tindakan perawatan R: Pendekatan awal pada anak melalui ibu atau keluarga 2. Hindari persepsi yang salah pada perawat dan RS R: mengurangi rasa takut anak terhadap perawat dan lingkungan RS 3. Berikan pujian jika klien mau diberikan tindakan perawatan dan pengobatan R: menambah rasa percaya diri anak akan keberanian dan kemampuannya 4. Lakukan kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi baik verbal maupun non verbal (sentuhan, belaian dll)

15

R: Kasih sayang serta pengenalan diri perawat akan menumbuhkan rasa aman pada klien. 5. Berikan mainan sebagai rangsang sensori anak R: Mainan dapat mengalihkan perhatian dan menurunkan kecemasan anak. EVALUASI Dx1. Kebutuhan cairan dan elektrolit terpenuhi . a. b. Pasien tidak tampak meringis Tanda vital Turgor elastik , membran mukosa bibir dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : < 40 x/mnt ) basah, mata tidak cowong, UUB tidak cekung. Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari Dx2. Kebutuhan nutrisi tercukupi.

a. Nafsu makan meningkat b. BB meningkat atau normal sesuai umur Dx3. Suhu tubuh normal a b leasa) Dx4. a Tidak terjadi kerusakan integritas kulit b Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C) Tidak terdapat tanda infeksi (rubor, dolor, kalor, tumor, fungtio

Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga. dengan baik dan benar. Dx5. Kecemasan berkurang a b Klien tidak tampak lemah Mau menerima tindakan perawatan, klien tampak tenang

dan tidak rewel.

16

BAB III PENUTUP Kesimpulan


Jadi Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja berbentuk cair /setengan padat, dapat disertai frekuensi yang meningkat. Penyebab Diare 1. Faktor infeksi : Bakteri ( Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus (Enterovirus), parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans). c. Infeksi enteral Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi: infeksi bakteri, infeksi virus (enteovirus, polimyelitis, virus echo coxsackie). Adeno virus, rota virus, astrovirus, dll) dan infeksi parasit : cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongxloides) protozoa (entamoeba histolytica, giardia lamblia, trichomonas homunis) jamur (canida albicous). d. Infeksi parenteral makanan seperti otitis media akut Ialah infeksi diluar alat pencernaan

(OMA) tonsilitis/tonsilofaringits, bronkopeneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah dua (2) tahun. 2. 3. 4. 5. Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA Faktor malabsorbsi : Karbihidrat, lemak, protein. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas. sering terjadi pada anak-anak).

banyak lemak, sayuran dimasak kutang matang.

Faktor Yang menyebabkan diare adalah : Lingkungan yang kurang bersih Makanan yang tidak Higienis

17

DAFTAR PUSTAKA Bates. B, 1995. Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Ed 2. EGC. Jakarta Carpenitto.LJ. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Ed 6. EGC. Jakarta. Lab/ UPF IKA, 1994. Surabaya. Markum.AH. 1999. Ilmu Kesehatan Anak. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. Nanda,Nursing Diagnosis: Definition and Classification 2005-2006,Nanda International,Philadelphia,2005. Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak sakit. EGC. Jakarta Soetjiningsih, 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta Suryanah,2000. Keperawatan Anak. EGC. Jakarta Doengoes,2000. Asuhan Keperawatan Maternal/ Bayi. EGC. Jakarta Pedoman Diagnosa dan Terapi . RSUD Dr. Soetomo.

18

You might also like