You are on page 1of 17

KONSEP KESEHATAN KERJA BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara umum diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2005 Indonesia menempati posisi yang buruk jauh di bawah Singapura, Malaysia, Filipina dan Thailand. Kondisi tersebut mencerminkan kesiapan daya saing perusahaan Indonesia di dunia internasional masih sangat rendah. Indonesia akan sulit menghadapi pasar global karena mengalami ketidakefisienan pemanfaatan tenaga kerja (produktivitas kerja yang rendah). Padahal kemajuan perusahaan sangat ditentukan peranan mutu tenaga kerjanya. Karena itu disamping perhatian perusahaan, pemerintah juga perlu memfasilitasi dengan peraturan atau aturan perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Nuansanya harus bersifat manusiawi atau bermartabat. Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah dan bisnis sejak lama. Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku tahun 2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa Indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut serta mewujudkan perlindungan masyarakat pekerja Indonesia; telah ditetapkan Visi Indonesia Sehat 2010 yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggitingginya. Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas.

Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan) menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia. Dalam penjelasan undangundang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya. Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan hidupnya. Dalam bekerja Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan karena seseorang yang mengalami sakit atau kecelakaan dalam bekerja akan berdampak pada diri, keluarga dan lingkungannya. Salah satu komponen yang dapat meminimalisir Kecelakaan dalam kerja adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan mempunyai kemampuan untuk menangani korban dalam kecelakaan kerja dan dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk menyadari pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.

B. Permasalahan Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah bagaimana peran tenaga kesehatan dalam menangani korban kecelakaan kerja dan mencegah kecelakaan kerja guna meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja.

C. Tujuan Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui peran tenaga kesehatan dalam menangani korban kecelakaan kerja dan mencegah kecelakaan kerja guna meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja.

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Kesehatan kerja adalah upaya dari perusahaan untuk mempersiapkan, memelihara dalam rangka penggunaan tenaga kerja dengan kesehatan sehingga bekerja secara maksimal. Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan atau kedokteran beserta praktek agar tenaga kerja memperoleh kesehatan setinggi-tingginya. Keselamtan kerja adalah berkaitan dengan cara kerja, mesin, peralatan, lingkungan, sifat dan pekerjaaan. Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi baik jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan setelah Indonesia merdeka menimbulkan konsekwensi meningkatkan intensitas kerja yang mengakibatkan pula meningkatnya resiko kecelakaan di lingkungan kerja. Hal tersebut juga mengakibatkan meningkatnya tuntutan yang lebih tinggi dalam mencegah terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam bentuk maupun jenis kecelakaannya. Sejalan dengan itu, perkembangan pembangunan yang dilaksanakan tersebut maka disusunlah UU No.14 tahun 1969 tentang pokok-pokok mengenai tenaga kerja yang selanjutnya mengalami perubahan menjadi UU No.12 tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan. Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai agama. Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, maka dikeluarkanlah peraturan perundangan-undangan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja sebagai pengganti peraturan sebelumnya yaitu Veiligheids Reglement, STBl No.406 tahun 1910 yang dinilai sudah tidak memadai menghadapi kemajuan dan perkembangan yang ada.

Peraturan tersebut adalah Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja yang ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan kerja, baik di darat, didalam tanah, permukaan air, di dalam air maupun udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. Undang-undang tersebut juga mengatur syarat-syarat keselamatan kerja dimulai dari perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang produk tekhnis dan aparat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan. Walaupun sudah banyak peraturan yang diterbitkan, namun pada pelaksaannya masih banyak kekurangan dan kelemahannya karena terbatasnya personil pengawasan, sumber daya manusia K3 serta sarana yang ada. Oleh karena itu, masih diperlukan upaya untuk memberdayakan lembaga-lembaga K3 yang ada di masyarakat, meningkatkan sosialisasi dan kerjasama dengan mitra sosial guna membantu pelaksanaan pengawasan norma K3 agar terjalan dengan baik.

B. Tujuan a. Perlindungn bagi masyarakat dari bahaya yg timbul dari pekerjaan kita. b. Memeliharan dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja, melindungi dari gangguan kerja, meningkatkan efisiensi kerja, menempatkan pekerjaaan yang sesuai dengan kemampuan. c. Melindungi hak keselamatan pekerja, memelihara sumber prodeksi agar berdaya guna. d. Meningkatkn kesehatan tenaga kerja e. Menempakan pekerja sesuai kemampuan f. Melindungi tenaga kerja atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi dan produktivitas. g. Agar tenaga kerja memperoleh derajat kesehatn setinggi-tingginya dengan usaha preventif kuratif terhadap ganguan kesehatan yang timbul. h. Pemeliharaan dan peningkatan efisiensi dan daya produktifitas tenaga manusia. i. Pemberantasan kelelahan kerja dan peningkatan kegairahan kerja. j. Pemeliharaan dan peningkatan hygieni dan sanitasi perusahaan pada umumnya seperti kebersihan ruangan-ruangan cara pembuangan sampah pengolaan dsb. k. Perlindungan bagi masyarakat sekitar suatu perusahaan agar tehindar dari pengotoran oleh bahan-bahan dari perusahaan yang bersangkutan.

C. Penyakit Akibat Kerja a. Golongan fisik 1. Suara yang keras dapat menyebabkan tuli. 2. Suhu tinggi dapat menyebabkan heat stroke, heat cramps, atau hyperpyrexia. 3. Suhu rendah menyebabkan chilblains, trench foot, atau frostbite. 4. Penerangan yang kurang atau yang terlalu terang (menyilaukan) menyebabkan kelainan penglihatan dan memudahkan terjadinya kecelakaan. 5. Penurunan tekanan udara (dekompressi) yang mendadak dapat menyebabkan caisson disease. 6. Radiasi dan sinar Roentgent atau sinar radio aktif menyebabkan penyakitpenyakit darah, kemandulan, kanker kulit dan sebagainya. 7. Sinar infra merah dapat menyebabkan catharfact lensa mata. 8. Sinar ultra violet dapat mnyebabkan conjunctivitis photo electrica.

b. Golongan kimiawi 1. Gas yang menyebabkan keracunan misalnya: CC, HCN, H2S, SQ2. 2. Uap dan logam dapat menyebabkan metal fume fever, ataupun keracunan logam misalnya karena Hg, Pb. 3. Larutan ataupun cairan misalnya H2S04, HC1 dapat menyebabkan keracunan ataupun dermatosis (penyakit kulit). 4. Debu-debu misalnya debu silica, kapas, asbest ataupun debu logam berat bila terhirup ke dalam paru-paru menyebabkan pneumoconiosis. 5. Awan atau kabut dan insecticida ataupun fungicida pada penyemprotan serangga dan hama tanaman dapat menyebabkan keracunan.

c. Golongan penyakit infeksi Misalnya penyakit anthrax yang disebabkan bakteri Bacillus anthracis pada penyamak kulit atau pengumpul wool. Penyakit-penyakit infeksi pada karyawan yang bekerja dalam bidang mikrobiologi ataupun dalam perawatan penderita penyakit menular.

d. Golongan fisiologi Penyakit yang disebabkan karena sikap badan yang kurang baik; karena konstruksi mesin yang tidak cocok, ataupun karena tempat duduk yang tidak sesuai.

e. Golongan mental-psikologi Penyakit yang timbul karena hubungan yang kurang baik antara sesama karyawan, antara karyawan dengan pimpinan, karena pekerjaan yang tidak cocok dengan psikis karyawan, karena pekerjaan yang membosankan ataupun karena upah (imbalan) yang terlalu sedikit sehingga tenaga pikirannya tidak dicurahkan kepada pekerjaannya melainkan kepada usahausaha pribadi untuk. menambah penghasilannya. D. Faktor faktor yang Mempengaruhi Kecelakaan Akibat Kerja a. Faktor Biologis Lingkungan kerja pada Pelayanan Kesehatan favorable bagi berkembang biaknya strain kuman yang resisten, terutama kuman-kuman pyogenic, colli, bacilli dan staphylococci, yang bersumber dari pasien, benda-benda yang terkontaminasi dan udara. Virus yang menyebar melalui kontak dengan darah dan sekreta (misalnya HIV dan Hep. B) dapat menginfeksi pekerja hanya akibat kecelakaan kecil dipekerjaan, misalnya karena tergores atau tertusuk jarum yang terkontaminasi virus. Pencegahan : 1. Seluruh pekerja harus mendapat pelatihan dasar tentang kebersihan, epidemilogi dan desinfeksi. 2. Sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk memastikan dalam keadaan sehat badani, punya cukup kekebalan alami untuk bekrja dengan bahan infeksius, dan dilakukan imunisasi. 3. Pengelolaan limbah infeksius dengan benar. 4. Kebersihan diri dari petugas.

b. Faktor Kimia Petugas di laboratorium kesehatan yang sering kali kontak dengan bahan kimia dan obat-obatan seperti antibiotika, demikian pula dengan solvent yang banyak digunakan dalam komponen antiseptik, desinfektan dikenal sebagai zat yang paling karsinogen. Semua bahan cepat atau lambat ini dapat memberi dampak negatif terhadap kesehatan mereka. Gangguan kesehatan yang paling sering adalah dermatosis kontak akibat kerja yang pada umumnya disebabkan oleh iritasi (amoniak, dioksan) dan hanya sedikit saja oleh karena alergi (keton). Bahan toksik ( trichloroethane, tetrachloromethane) jika tertelan, trhirup atau terserap melalui kulit dapat menyebabkan penyakit akut atau kronik, bahkan kematian. Bahan korosif (asam dan basa) akan mengakibatkan kerusakan jaringan yang irreversible pada daerah yang terpapar. Pencegahan : 1. Material safety data sheet (MSDS) dari seluruh bahan kimia yang ada untuk diketahui oleh seluruh petugas laboratorium. 2. Menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alat vakum untuk mencegah tertelannyabahan kimia dan terhirupnya aerosol. 3. Menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata, sarung tangan, celemek, jas laboratorium) dengan benar. 4. Hindari penggunaan lensa kontak, karena dapat melekat antara mata dan lensa. 5. Menggunakan alat pelindung pernafasan dengan benar.

c. Faktor Ergonomi Ergonomi sebagai ilmu, teknologi dan seni berupaya menyerasikan alat, cara, proses dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan manusia untuk terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya. Pendekatan ergonomi bersifat konseptual dan kuratif, secara populer kedua pendekatan tersebut dikenal sebagai To fit the Job to the Man and to fit the Man to the Job. Sebagian besar pekerja di perkantoran atau Pelayanan Kesehatan pemerintah, bekerja dalam posisi yang kurang ergonomis, misalnya tenaga operator peralatan, hal ini disebabkan peralatan yang digunakan pada umumnya barang impor yang disainnya tidak sesuai dengan ukuran pekerja Indonesia. Posisi kerja yang salah

dan dipaksakan dapat menyebabkan mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien dan dalam jangka panjang dapat menyebakan gangguan fisik dan psikologis (stress) dengan keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang kerja (low back pain).

d. Faktor Fisik Faktor fisik di laboratorium kesehatan yang dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja meliputi : 1. Kebisingan, getaran akibat mesin dapat menyebabkan stress dan ketulian. 2. Pencahayaan yang kurang dapat menyebabkan gangguan penglihatan dan kecelakaan kerja. 3. Suhu dan kelembaban yang tinggi di tempat kerja. 4. Terimbas kecelakaan/kebakaran akibat lingkungan sekitar. 5. Terkena radiasi Khusus untuk radiasi, dengan berkembangnya teknologi pemeriksaan, penggunaannya meningkat sangat tajam dan jika tidak dikontrol dapat membahayakan petugas yang menangani. Pencegahan : 1. Pengendalian cahaya di ruang kerja 2. Pengaturan ventilasi dan penyediaan air minum yang cukup memadai. 3. Menurunkan getaran dengan bantalan anti vibrasi. 4. Pengaturan jadwal kerja yang sesuai. 5. Pelindung mata untuk sinar laser 6. Filter untuk mikroskop

e. Faktor Psikososial Beberapa contoh faktor psikososial yang dapat menyebabkan stress 1. Pelayanan kesehatan sering kali bersifat emergency dan menyangkut hidup mati seseorang. Untuk itu pekerja di laboratorium kesehatan di tuntut untuk memberikan pelayanan yang tepat dan cepat disertai dengan kewibawaan dan keramahan-tamahan. 2. Pekerjaan pada unit-unit tertentu yang sangat monoton. 3. Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan dan bawahan atau sesama teman kerja.

4. Beban mental karena menjadi panutan bagi mitra kerja di sektor formal ataupun informal.

E. Kebijakan Pemerintah Tentang Hiperkes 1. Definisi : cabang dari IKM, yang mempelajari cara-cara pengawasan serta pemeliharaan kesehatan tenaga kerja dan masyarakat di sekitar perusahaan dan segala kemungkinan gangguan kesehatan dan keselamatan akibat proses produksi di perusahaan. Lapangan kesehatan yg engurusi proses kesehatan secara menyeluruh (kuratif, preventif,penyesuaian factor manusiawi, hygiene).

2. Tujuan a. Agar masyarakat pekerja dapat mencapai derajat kesehatan yang setinggitingginya, baik fisik, mental, dan sosialnya. b. Agar masyarakat sekitar perusahaan terlindung dari bahaya-bahaya pengotoran oleh bahan-bahan yang berasal dari perusahaan. c. Agar hasil produksi perusahaan tidak membahayakan kesehatan

masyarakat konsumennya. d. Agar efisiensi kerja dan daya produktivitas para karyawan meningkat dan dengan demikian akan meningkatkan pula produksi perusahaan. e. Sebagai tindakan korektif pada lingkungan. Hyghiene:agar tenaga kerja terlindung dari resiko kerja( pemantauan). Kesehatan kerja : pemeliharaan kesehatan, pemberantasan kelelahan kerja, perlindungan masyarakat sekitar, menciptakan tenaga kerja yang produktif. 3. Usaha Meningkatkan moril kerja, meningkatkan dan memelihara kesehatan yang setinggi-tingginya, mencegah timbulnya gangguan kesehatan. a. pencegahan dan pemberantasan penyakit dan kecelakaan-kecelakaan akibat kerja. b. pemeliharaan dan peningkatan kesehatan tenaga kerja. c. pemeliharaan dan peningkatan efisiensi dan daya produktifitas tenaga manusia.

d. pemberantasan kelelahan kerja dan peningkatan kegairahan kerja. e. pemeliharaan dan peningkatan hygieni dan sanitasi perusahaan pada umumnya seperti kebersihan ruangan-ruangan cara pembuangan sampah pengolaan dsb. f. perlindungan bagi masyarakat sekitar suatu perusahaan agar tehindar dari pengotoran oleh bahan-bahan dari perusahaan yang bersangkutan. g. perlindungan masyarakat luas dari bahay-bahay yg mungkin ditimbulkan oleh hasil-hasil produksi perusahaan. Prinsip dasar : pengenalan faktor yg berisiko,penilaian dan

pengendaliannya dikenalkan pd tenaga kerjanya.

4. Ruang lingkup kesehatan masyarakat : masyarakat umum hiperkes : tenaga kerja dan masyarakat di sekitarnya, mcegah timbulnya gangguan kesehatan bagi pekerja, memelihara kesehatn di lingkungan kerja,mmberi perlindungan bagi pekerja. hiperkes: ilmu kedokteran kerja, occupational medicine : kesehatan kerja, keracunan perusahaan, jiwa perusahaan dan keselamatan kerja.

F. Fungsi dan Peran Perawat Hiperkes a. Definisi American Association of Occupational Health Nurses mendefenisikan perawat hiperkes sebagai Orang yang memberikan pelayanan medis kepada tenaga kerja. Sedangkan Departement of Labor (DOL) USA mendefenisikan sebagai Orang yang memberikan pelayanan medis atas petunjuk umum kesehatan kepada si sakit atau pekerja yang mendapat kecelakaan atau orang lain yang menjadi sakit atau menderita kecelakaan di tempat kerja. Seorang perawat hiperkes adalah seseorang yang berijazah perawat dan memiliki pengalaman/training keperawatan dalam hiperkes dan bekerja melayani kesehatan tenaga kerja di perusahaan.

b. Fungsi perawat hiperkes Fungsi seorang perawat hiperkes sangat tergantung kepada kebijaksanaan perusahaan dalam hal luasnya ruang lingkup usaha kesehatan, susunan dan jumlah tenaga kesehatan yang dipekerjakan dalam perusahaan. Dokter perusahaan biasanya memegang tanggung-jawab dalam menyelenggarakan kesehatan perusahaan, namun kita ketahui sekarang ini bahwa tidak semua perusahaan mempekerjakan dokter secara full time. Dalam kondisi seperti ini, maka perawat yang menjadi lebih banyak melayani aktivitas kesehatan di perusahaan. Apabila perawat merupakan satu-satunya tenaga kesehatan yang full time di perusahaan, maka fungsinya adalah :
1. Membantu dokter perusahaan dalam menyusun rencana kerja hiperkes di

perusahaan.
2. Melaksanakan program kerja yang telah digariskan, termasuk administrasi

kesehatan kerja.
3. Memelihara dan mempertinggi mutu pelayanan perawatan/pengobatan. 4. Memelihara

alat-alat

perawatan, obat-obatan

dan fasilitas

kesehatan

perusahaan.
5. Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan sesuai cara-cara yang telah

disetujui.
6. Ikut

membantu

menentukan

kasus-kasus

penderita,

serta

berusaha

menindaklanjuti sesuai wewenang yang diberikan kepadanya.


7. Ikut menilai keadaan kesehatan tenaga kerja dihubungkan dengan faktor

pekerjaan dan melaporkan kepada dokter perusahaan.


8. Membantu usaha perbaikan kesehatan lingkungan dan perusahaan sesuai

kemampuan yang ada.


9. Ikut mengambil peranan dalam usaha-usaha kemasyarakatan : UKS. 10. Membantu, merencanakan dan atau melaksanakan sendiri kunjungan rumah

sebagai salah satu dari segi kegiatannya.


11. Menyelenggarakan pendidikan hiperkes kepada tenaga kerja yang dilayani. 12. Turut ambil bagian dalam usaha keselamatan kerja. 13. Mengumpulkan data-data dan membuat laporan untuk statistic dan evaluasi. 14. Turut membantu dalam usaha penyelidikan kesehatan tenaga kerja. 15. Memelihara hubungan yang harmonis dalam perusahaan. 16. Memberikan penyuluhan dalam bidang kesehatan.

17. Bila lebih dari satu paramedis hiperkes dalam satu perusahaan, maka pimpinan

paramedis hiperkes harus mengkoordinasi dan mengawasi pelaksanaan semua usaha perawatan hiperkes.

Menurut Jane A. Le R.N dalam bukunya The New Nurse in Industry, beberapa fungsi specific dari perawat hiperkes adalah :
1. Persetujuan dan kerjasama dari pimpinan perusahaan/industry dalam membuat

program dan pengolahan pelayanan hiperkes yang mana bertujuan memberikan pemeliharaan / perawatan kesehatan yang sebaik mungkin kepada tenaga kerja.
2. Memberikan/ menyediakan primary nursing care untuk penyakit penyakit

atau korban kecelakaan baik akibat kerja maupun yang bukan akibat kerja bedasarkan petunjuk- petunjuk kesehatan yang ada.
3. Mengawasi pengangkutan si sakit korban kecelakaan ke rumah sakit , klinik

atau ke kantor dokter untuk mendapatkan perawatan / pengobatan lebih lanjut.


4. Melakukan referral kesehatan dan pencanaan kelanjutan perawatan dan follow

up dengan rumah sakit atau klinik spesialis yang ada.


5. Mengembangkan dan memelihara system record dan report kesehatan dan

keselamatan yang sesuai dengan prosedur yang ada di perusahaan.


6. Mengembangkan dan memperbarui policy dan prosedur servis perawatan. 7. Membantu program physical examination (pemeriksaan fisik) dapatkan data-

data keterangan-keterangan mengenai kesehatan dan pekerjaan. Lakukan referral yang tepat dan berikan suatu rekomendasi mengenai hasil yang positif.
8. Memberi nasehat pada tenaga kerja yang mendapat kesukaran dan jadilaj

perantara untuk membantu menyelesaikan persoalan baik emosional maupun personal.


9. Mengajar karyawan praktek kesehatan keselamatan kerja yang baik,dan

memberikan motivasi untuk memperbaiki praktek-praktek kesehatan.


10. Mengenai kebutuhan kesehatan yang diperlukan karyawan dengan obyektif

dan menetapkan program Health Promotion, Maintenance and Restoration.


11. Kerjasama dengan tim hiperkes atau kesehatan kerja dalam mencari jalan

bagaimana untuk peningkatan pengawasan terhadap lingkungan kerja dan pengawasan kesehatan yang terus menerus terhadap karyawan yang terpapar dengan bahan-bahan yang dapat membahayakan kesehatannya.

12. Tetap waspada dan mengikuti standar-standar kesehatan dan keselamatan

kerja yang ada dalam menjalankan praktek-praktek perawatan dan pengobatan dalam bidang hiperkes ini.
13. Secara periodic untuk meninjau kembali program-program perawatan dan

aktifitas perawatan lainnya demi untuk kelayakan dan memenuhi kebutuhan serta efisiensi.
14. Ikut serta dalam organisasi perawat (professional perawat) seperti ikatan

paramedic hiperkes, dll.


15. Merupakan tanggung jawab pribadi yang tidak boleh dilupakan dan penting

adalah mengikuti kemajuan dan perkembangan professional (continues education).

c. Tugas paramedis hiperkes Secara sistimatis DR. Sumamur PK, MSc, menggambarkan tugas-tugas paramedis hiperkes sebagai berikut :
1. Tugas medis teknis yang berhubungan dengan perawatan dan pengobatan

a) Perawatan dan pengobatan penyakit umum


1) menurut petunjuk dokter perusahaan 2) menurut pedoman tertulis (standing orders) 3) rujukan pasien ke rumah sakit 4) mengawasi pasien sakit hingga sembuh 5) menyelenggarakan rehabilitasi

b) Perawatan dan pengobatan pada kecelakaan dan penyakit jabatan c) Menjalankan pencegahan penyakit menular (vaksinasi, dll) d) Pemeriksaan kesehatan
1) sebelum bekerja (pre-employment) 2) berkala 3) pemeriksaan khusus 2. Tugas administratif mengenai dinas kesehatan perusahaan

a) Memelihara administrasi ( dinas kesehatan) b) Mendidik dan mengamati pekerjaan bawahannya c) Memelihara catatan-catatan dan membuat laporan
1) catatan perseorangan yang memuat hasil pemeriksaan kesehatan

pekerja

2) laporan mengenai angka kesakitan, kecelakaan kerja 3) laporan pemakaian obat, dll. 3. Tugas sosial dan pendidikan a) Memberi pendidikan kesehatan kepada pekerja 1) ketrampilan PPPK, 2) pola hidup sehat, 3) pencegahan penyakit yang berhubungan dengan kebiasaan yang

kurang baik
b) Menjaga kebersihan dalam perusahaan c) Mencegah kecelakaan kerja

Menurut American Association of Occupational Health Nurses, ruang lingkup pekerjaan perawat hiperkes adalah : 1. Health promotion / Protection Meningkatkan derajat kesehatan, kesadaran dan pengetahuan tenaga kerja akan paparan zat toksik di lingkungan kerja.

Merubah faktor life style dan perilaku yang berhubungan dengan resiko bahaya kesehatan. 2. Worker Health / Hazard Assessment and Surveillance Mengidentifikasi masalah kesehatan tenaga kerja dan menilai jenis pekerjaannya . 3. Workplace Surveillance and Hazard Detection Mengidentifikasi potensi bahaya yang mengancam kesehatan dan keselamatan tenaga kerja. Bekerjasama dengan tenaga profesional lain dalam penilaian dan pengawasan terhadap bahaya. 4. Primary Care Merupakan pelayanan kesehatan langsung terhadap penyakit dan kecelakaan pada tenaga kerja, termasuk diagnosis keperawatan, pengobatan, rujukan dan perawatan emergensi. 5. Counseling Membantu tenaga kerja dalam memahami permasalahan kesehatannya dan membantu untuk mengatasi dan keluar dari situasi krisis. 6. Management and Administration

Acap kali sebagai manejer pelayanan kesehatan dengan tanggung-jawab pada progran perencanaan dan pengembangan, program pembiayaan dan

manajemen. 7. Research Mengenali pelayanan yang berhubungan dengan masalah kesehatan, mengenali faktor faktor yang berperanan untuk mengadakan perbaikan. 8. Legal-Ethical Monitoring Paramedis hiperkes harus sepenuhnya memahami ruang lingkup pelayanan kesehatan pada tenaga kerja sesuai perundang-undangan, mampu menjaga kerahasiaan dokumen kesehatan tenaga kerja. 9. Community Organization Mengembangkan jaringan untuk meningkatkan pelayanan kepada tenaga kerja

Perawat hiperkes yang bertanggung-jawab dalam memberikan perawatan tenaga kerja haruslah mendapatkan petunjuk-petunjuk dari dokter perusahaan atau dokter yang ditunjuk oleh perusahaan. Dasar-dasar pengetahuan prinsip perawatan dan prosedur untuk merawat orang sakit dan korban kecelakaan adalah merupakan pegangan yang utama dalam proses perawatan yang berdasarkan nursing assessment, nursing diagnosis, nursing intervention dan nursing evaluation adalah mempertinggi efisiensi pemeliharaan dan pemberian perawatan selanjutnya. Perawat hiperkes mempunyai kesempatan yang besar untuk menerapkan praktekpraktek standar perawatan secara leluasa. Seorang perawat hiperkes, melalui program pemeliharaan dan peningkatan kesehatan hendaknya selalu membantu karyawan / tenaga kerja untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Sebagai suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha, kesehatan dan keselamatan kerja atau K3 diharapkan dapat menjadi upaya preventif terhadap timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja. Pelaksanaan K3 diawali dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian. Tujuan dari dibuatnya sistem ini adalah untuk mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja. Peran tenaga kesehatan dalam menangani korban kecelakaan kerja adalah menjadi melalui pencegahan sekunder ini dilaksanakan melalui pemeriksaan kesehatan pekerja yang meliputi pemeriksaan awal, pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus. Untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan sakit pada tempat kerja dapat dilakukan dengan penyuluhan tentang kesehatan dan keselamatan kerja.

B. Saran Kesehatan dan keselamatan kerja sangat penting dalam pembangunan karena sakit dan kecelakaan kerja akan menimbulkan kerugian ekonomi (lost benefit) suatu perusahaan atau negara olehnya itu kesehatan dan keselamatan kerja harus dikelola secara maksimal bukan saja oleh tenaga kesehatan tetapi seluruh masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Poerwanto, Helena dan Syaifullah. Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005. Indonesia. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Indonesia. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Silalahi, Bennett N.B. [dan] Silalahi,Rumondang.1991. Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.[s.l]:Pustaka Binaman Pressindo. Suma'mur .1991. Higene perusahaan dan kesehatan kerja. Jakarta :Haji Masagung Suma'mur .1985. Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan. Jakarta :Gunung Agung, 1985 -------------------,1990. Upaya kesehatan kerja sektor informal di Indonesia. [s.]:Direktorat Bina Peran Masyarakat Depkes RT.

You might also like