You are on page 1of 10

ASUHAN KALA II PERSALINAN PERUBAHAN FISIOLOGIS KALA II Kala II persalinan dimulai dari dilatasi serviks maksimum, sampai bayi

lahir. Ada perubahan fisiologi yang ter adi pada ibu selama proses persalinan, antara lain : 1) Kontraksi atau dorongan otot dinding rahim Dinding rahim yang berkontraksi menimbulkan rasa nyeri disebabkan oleh hal sebagai berikut : a. Anoxia sel-sel otot rahim waktu kontraksi b. Tekanan ganglia dalam rahim dan segmen bawah rahim c. Regangan serviks saat kontraksi atau tarikan peritonium saat kontraksi Kontraksi / his pada kala II terjadi setiap 2-3 merit, durasinya selama 50-60 detik, dan his terjadi semakin lama semakin kuat. Saat berkontraksi otot rahim tidak berelaksasi tapi menjadi lebih memendek. Kontraksi otot rahim tidak sama kuat pada seluruh rahim. Kontraksi paling kuat terjadi di daerah fundus uteri, dan berangsur berkurang dan paling lemah pada segmen bawah rahim. Akibat yang dapat ditimbulkan dengan adanya his yang mendorong terjadinya persalinan : a. b. c. d. e. Kekuatan janin mendorong ke arah bawah Kekuatan his menimbulkan putaran paksi dalam, penurunan kepala Penurunan bagian terendah mengakibatkan tekanan pada fleksus Kekuatan his dan dorongan mengedan mendorong bagian terendah Kekuatan his dan tenaga, mengedan mengakibatkan ekspulsi

dan bagian terendah frankenhauser yang menimbulkan reflek mengedan terjadi pembukaan pintu, dengan crowning, dan penipisan perineum

2) Pergeseran Otot Dasar Panggul Sejak kehamilan yang lanjut uterus (rahim) dengan jelas terdiri dari dua bagian : Segmen Atas Rahim (SAR) yang dibentuk oleh corpus uteri

Segmen Bawah Rahim (SBR) yang terjadi dari isthmus uteri

SAR memegang peranan yang aktif karena berkontraksi dan dindingnya bertambah tebal dengan majunya persalinan dan mendorong bayi keluar. SBR memegang peranan pasif dan makin tipis dengan majunya persalinan dan teregang yang akan dilalui bayi. a. Dorongan his dan tenaga mengedan serta tekanan bagian bawah janin menekan servile pada fleksus frankenhauser b. Diafragma pelvis membuka akibat dorongan his dan tenaga mengedan c. Pada kepala janin yang telah sampai didasar panggul mengakibatkan tekanan pada rectum dan anus membuka, perineum menonjol serta vulva juga membuka 3) Ekspulsi Akhir kala II ditandai dengan kepala sudah didasar panggul, perineum menonjol, vulva menganga dan anus membuka. Di puncak his, bagian kecil dari kepala nampak dalam vulva tetapi hilang lagi waktu his terhenti. Maju surutnya kepala berlangsung terus hinga lingkaran terbesar dari kepala teregang oleh vulva, sehingga tidak dapat mundur. Saat kepala berada didasar panggul terjadi ekstensi pada kepala janin, karena pintu bawah panggul menghadap ke depan dan atas, agar kepala dapat melewatinya. Setelah kepala lahir maka terjadi putaran paksi luar karena ukuran bahu menempati posisi diameter antero posterior dari pintu bawah panggul. Setelah putaran paksi luar maka bahu depan berada dibawah simpisis dan menjadi hipomoklion untuk kelahiran bahu belakang. Dengan sedikit

bantuan maka bahu depan akan menyusul dan selanjutnya badan anak akan lahir seluruhnya sesuai jalan lahir. PERUBAHAN FISIOLOGIS UMUM a. Tekanan darah mmHg Rata-rata, peninngkatan tekanan darah 10 mmHg diantara kontraksi ketika wanita telah meneran b. Metabolisme Upaya meneran pada ibu meningkatkan aktifitas otot-otot rangka sehingga meningkatkan metabolisme c. Denyut nadi d. Suhu Peningkatan suhu normal pada persalinan sampai 10C Terjadi peningkatan frekuensi nafas Penurunan motilitas lambung dan absorbsi Normalnya muntah hanya sekali pada kala II Peningkatan filtrasi glomerulus Terjadinya poliuri Haemoglobin meningkat sampai 1,2 gr% ml e. Pernafasan f. Perubahan gastro intestinal Frekuensi nadi meningkat Tachicardi pada puncak persalinan Tekanan darah dapat meningkat selama kontraksi hingga 15-25

g. Perubahan ginjal

h. Perubahan haematologic

Tanda-tanda umum persalinan kala II adalah : Ibu merasa ingin meneran bersama kontraksi Ibu merasa peningkatan tekanan pada rectum dan vagina Perineum menonjol Vulva dan vagina dan spingter ani membuka

Meningkatnya pengaluaran lendir campur darah

ASUHAN SAYANG IBU DAN POSISI MENERAN Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya, kepercayaan, dan keinginan ibu. a. Anjurkan agar keluarga mendampingi ibu seperti suami, ibu atau kerabat yang dipilih ibu. Dukungan keluarga terutama suami mampu memberikan hasil yang baik pada proses persalinan b. Anjurkan keluarga terlibat dalam asuhan seperti membantu ibu mengganti posisi, melakukan rangsangan taktil, memberi makan dan minum, sebagai teman bicara, serta memberi dorongan dan dukungan semangat pada ibu selama proses persalinan c. Penolong persalinan memberi dukungan dan semangat pada ibu dan keluarga serta menjelaskan tahapan kemajuan persalinan ibu d. Tentramkan hati ibu selama proses persalinan e. Membantu ibu memilih posisi yang nyaman selama proses persalinan f. Asuhan yang dapat diberikan pada saat pembukaan lengkap : Menganjurkan ibu mengedan saat terasa dorongan meneran kuat Menganjurkan ibu istirahat diantara kontraksi Jangan menganjurkan ibu meneran kuat aplagi menahan nafas Meneran berlebihan mengakibatkan ibu susah bernafas dan kelelahan Kesulitan bernafas dan kelelahan ibu beresiko bayi mengalami aspiksia sebagai akibat kekurangan suplai O2 g. Memberikan ibu minum selama kala II persalinan h. Beri penjelasan dan tujuan setiap tindakan yang dilakukan terhadap ibu Kebutuhan ibu bersalin kala II a. Hidrasi selama persalinan kala II b. Kebersihan daerah perineum c. Kosongkan kandung kemih

POSISI MENERAN Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang nyaman. Ibu dapat berganti posisi secara teratur selama kala II persalinan karena hal ini dapat mempercepat kemajuan persalinan. Ibu mungkin merasa dapat meneran efektif pada posisi tertentu. Posisi meneran dalam persalinan antara lain : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Posisi terlentang Posisi miring Posisi jongkok Posisi merangkak Posisi duduk Posisi setengah duduk Posisi berdiri

Anjurkan ibu untuk mencoba posisi-posisi yang nyaman selama persalinan clan melahirkan bayi, serta anjurkan suami dan pendamping lainnya membantu ibu berganti posisi. Ibu boleh berjalan, duduk, jongkok, berbaring miring, atau merangkak. Posisi tegak seperti berjalan atau jongkok dapat membantu turunnya kepala bayi dan sering kali memperpendek waktu persalinan. Beritahu ibu untuk tidak berbaring terlentang lebih dari 10 menit karen ajika ibu berbaring terlentang, maka berat uterus dan isinya (janin, plasenta, dan cairan ketuban) akan menekan vena cava inferior yang mengakibatkan menurunnya aliran darah dari sirkulasi ibu ke plasenta yang menyebabkan hipoksia atau kekurangan pasokan oksigen. 1. Posisi Terlentang (Supine)

Kerugian : - Posisi ini juga menyebabkan waktu persalinan menjadi lebih lama, besar kemungkinan terjadinya laserasi perineum dan dapat

mengakibatkan kerusakan pada syaraf kaki dan punggung. Dapat menyebabkan hipotensi karena bobot uterus dan isinya menekan aorta, vena cava inferior serta pembuluh-pembuluh darah lain sehingga menyebabkan suplai darah ke janin menjadi berkurang, dimana akhirnya ibu dapat pingsan dan bayi mengalami fetal distress ataupun anoksia janin. - Ibu mengalami gangguan untuk bernafas - Buang air kecil terganggu - Mobilisasi ibu kurang bebas - Ibu kurang semangat - Resiko laserasi jalan lahir bertambah - Dapat mengakibatkan kerusakan pada syaraf kaki dan punggung - Rasa nyeri yang bertambah. 2. Posisi Miring

Ibu miring kiri atau kanan, salah satu kaki diangkat, sedangkan kaki lainnya diluruskan (posisi lateral). Dilakukan bila kepala bayi belum tepat. Keuntungan : - Peredaran darah balik ibu menjadi lancar - Kontraksi uterus akan lancar - Mempermudah bidan dalam menolong persalinan - Persalinan berlangsung nyaman Kerugian : memerlukan bantuan untuk memegangi paha ibu 3. Posisi merangkak Kedua tangan ibu menyanggah tubuh, kedua kaki ditekuk dan dibuka

Keuntungan : - Posisi paling baik ketika ibu mengalami nyeri pada punggung - Dapat mengurangi rasa sakit - Mengurangi keluhan hemoroid - Mengurangi peregangan pada perenium - Penurunan kepala janin lebih dalam ke panggul 4. Posisi jongkok

Keuntungan : - Memperluas rongga panggul - Proses persalinan lebih mudah - Menggunakan gaya grafitasi - Mengurangi trauma pada perenium Kerugian : berpeluang untuk cidera kepala bayi Keuntungan : - Memudahkan melahirkan kepala bayi - Membuat ibu nyaman - Jika merasa lelah, ibu bisa beristirahat dengan mudah Kerugian : rongga panggul menjadi sempit

CARA MENERAN Beberapa cara meneran menurut berbagai somber yang dapat dilakukan yaitu 1. Menurut Manuaba (2001), cara meneran yaitu : Anjurkan ibu untuk meneran sesuai dengan dorongan alamiahnya Jangan anjurkan untuk menahan nafas pada saat meneran Anjurkan ibu untuk berhenti meneran dan beristirahat diantara Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk, ibu mungkin merasa selama kontraksi

kontraksi lebih muda untuk meneran jika ia menarik lutut kearah dada dan menempelkan dagu ke dada bayi. 2. Menurut JNPK-KR (2007), dorongan pada fundus meningkatkan resiko distosia bahu dan rupture uteri. Cegah setup anggota keluarga yang mencoba melakukan dorongan pada fundus. Untuk mengkoordinasikan semua kekuatan menjadi optimal saat his dan mengejan dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut : Parturien diminta untuk merangkul kedua pahanya, sehingga dapat Badan ibu dilengkungkan sampai dagu menempel di dada, sehingga His dan mengejan dilakukan bersamaan sehingga kekuatannya Saat mengejan ditarik sedalam mungkin dan dipertahankan dengan Bila lelah dan his masih berlangsung, nafas dapat dikeluarkan dan menambah pembukaan pinto bawah panggul arah kekuatan menuju jalan lahir optimal demikian diafragma abdominal membantu dorongan kearah jalan lahir selanjutnya ditarik kembali untuk dipergunakan mengejan. Anjurkan ibu untuk tidak mengangkat bokong saat meneran Jangan melakukan dorongan pada fundus untuk membantu kelahiran

3. Menurut Sarwono (2005), ada 2 cara mengejan yaitu Wanita tersebut dalam letak berbaring merangkul kedua pahanya sampai batas siku, kepala sedikit diangkat sehingga dagu mendekati dadanya dan dapat melihat perutnya Sikap seperti diatas, tetapi badan dalam posisi miring kekiri atau kekanan tergantung pada letak punggung janin, hanya satu kaki dirangkul, yakni kaki yang berada diatas. Posisi yang menggulung ini memang fisiologis. Posisi ini baik dilakukan bila putaran paksi dalam belum sempurna.

You might also like