You are on page 1of 5

RESUME Review of One Gene One Polypeptide Hypothesis

Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Genetika II yang Dibimbing oleh Prof. Dr. A.Duran Corebima M.Pd. dan Prof. Dr. Siti Zubaidah, M.Pd.

Disusun oleh: Kelompok 3 Off A

Ardiani Samti Nur Azizah Ndzani Latifatur Rofiah Rizqa Radhiyah

(100341400678) (100341400702) (100341400689)

The Learning University

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN BIOLOGI September 2012

Ulasan Hipotesis Satu Gen Satu Enzim

Berdasarkan penjelasan pada paradigma hipotesis satu gen-satu enzim seperti hipotesis satu gen-satu polipeptida yang didiskusikan sebelumnya, sudah sangat jelas bahwa kedua paradigma tersebut telah diformulasikan pada zamannya yang mana gen diinterpretasikan sebagai kelanjutan dari sekuens DNA. Terkait dengan interpretasi bahwa gen merupakan lanjutan dari sekuens DNA, susunan gen itu masih didiskusikan, meskipun pada kenyataannya masih terbatas, sebenarnya hal itu mengindikasikan bahwa satu gen mungkin saja memiliki lebih dari polipeptida. Dalam hubungan ini, ada sebuah sugesti pada konsep klasikal mengenai hipotesis satu gen satu polipeptida yang belum memadai, bentukan sederhana yang menjelaskan hubungannya dengan gen antibodi. Pada pendapat yang lain, dengan mengkaitkan interpretasi tersebut secara pasti bahwa gen bukanlah kelanjutan dari sekuen DNA, fakta bahwa gen menyusun kembali secara actual telah didiskusikan bahwa interpretasi tersebut belum diperlukan bahwa satu gen mungkin saja menghasilkan lebih dari satu polipeptida secara spesifik. Dengan mengaitkan konteks tersebut maka belum dapat diinterpretasiksn atau dianggap bahwa lebih dari satu gen spesifik akan menghasilkan lebih dari satu tipe polipeptida, sehingga paradigma hipotesis tersebut belum dapat diubah. Kesejajaran antara gen dan polipeptida pada organisme eukariotik masih didiskusikan dan masih dibicarakan dengan mengaitkan interpretasi gen sebagai lanjutan dari sekuens DNA dan masih belum relevan mengenai pembicaraan dengan mengaitkan interpretasi gen yang bukan kelanjutan dari sekuens DNA. Meskipun begitu, pada organisme eukariotik, kesejajaran ini tidak pasti karena intron transkrip pada pengkodean gen mRNA tidak menjadi bagian dari kode genetik yang akan di translet ke polipeptida produksi. Demikian juga pada organisme eukariotik, tidak semua bagian dari gen kode mRNA dapat merespon biosintesis polipeptida. Sehingga, hipotesis satu gen satu polipetida masih belum memadai pada organisme eukariotik. Kehadiran lebih dari satu alternative splicing transkripsi exon pada gen kode mRNA organisme eukariot yaitu langsung dan bukti eksplisit bahwa satu

gen kode mRNA ,mungkin menentukan lebih dari satu tipe polipeptid. Jadi fakta ini merupakan bukti kuat bahwa hipotesis satu gen satu polipetid tidak valid untuk organisme eukariot.Demikian kesimpulan yang relevan hanya dalam batas interpretasi gen sebagai sequens DNA yang berkesimambungan. Sebenarnya tepat jika secara structural penyusunan kembali gen diatur,kemudian gen penyusun dikategorikan secara tepat sesuai spesifikasi tipe polipeptidenya. Di sisi lain,jika gen ditafsirkan sebagai kelanjutan sequence DNA, kehadiran gen peyusunan kembali juga meletakkan keakuratan hipotesis satu gen satu polypeptide,setidaknya pada organisme yang memiliki gen. Karena hanya di mRNA yang akan ditranslasikan untuk menghasilkan polipeptid, sedangkan tRNA, rRNA serta snRNA tidak akan ditranslasikan,jadi sebenarnya telah jelas bahwa paradigma tentang hipotesis satu gen satu polipeptid telah mengabaikan gen tRNA, gen rRNA serta gen snRNA.Pengabaian gen RNA lain kecuali gen-gen mRNA berlaku pada 2 gen penafsir.Maka hal ini sangat mendasar untuk menyatakan bahwa paradigma sebenarnya tidak valid dalam batas 2 gen penafsir dan sebagainya. Berdasarkan semua fakta yang dibahas dapat disimpulkan bahwa paradigma hipotesis satu gen satu polipeptida tidak cocok pada semua organisme dari virus dan juga organisme eukariotik yang lebih tinggi. Namun bila ingin mempertahankan paradigma,tentunya paradigma tersebut hanya berlaku pada virus tertentu serta dalam organisme prokariotik, dengan catatan bahwa penerjemahan gen harus diperbaiki sebelumnya, sehingga penyusunan ulang gen dapat diabaikan . Dalam kaitannya dengan fakta penataan ulang gen serta fakta lebih dari satu dari transkrip ekson alternatif dalam organisme eukariotik, Lewin (2000) menyatakan bahwa "bukannya mengatakan" satu gen satu polipeptida kita dapat menggambarkan sebagai hubungan " satu polipeptida satu gen ". Terkait dengan usulan Lewin (2000), sekilas tampaknya seperti paradigma alternatif yang memadai pengganti paradigma hypothesis satu gen satu-polypeptida, karena paradigma baru tidak terbatas dalam batas-batas dari dua interpretasi gen. Di sisi yang lain, jika itu dianalisis lebih hati-hati, paradigma baru dari satu gen satu polipeptida belum bertentangan fakta dalam organisme eukariotik, satu

polipeptida tidak ditentukan oleh semua bagian dari gen. Paradigma baru ini belum juga bertentangan untuk fakta lain bahwa tidak semua RNA gen akan diterjemahkan untuk menghasilkan polipeptida. Akhirnya hanya ada beberapa catatan tambahan yang menyebutkan bahwa jika kebenaran "satu gen-satu polipeptida" tidak diperhatikan dalam semua organisme, maka paradigma terkenal dari genetika molekuler harus diubah. Di sisi lain, tidak ada keraguan hubungan antara gen dan polipeptida, tanpa merumuskan secara jelas hubungan antara satu gen dan satu polipeptida.

PERTANYAAN DAN JAWABAN

1. Mengapa anggapan bahwa satu gen spesifik hanya menghasilkan satu jenis polipeptida belum dapat digunakan? Jawab: Karena : masih belum ada bukti dan mungkin saja dalam satu gen spesifik dapat menghasilkan lebih dari jenis polipeptida. Dalam penyatuan dua paradigma tersebut tidaklah mudah sehingga memerlukan pemikiran dan percobaan akurat sehingga dapat dikatakan bahwa dalam satu gen spesifik tidak hanya menghasilkan satu jenis polipeptida.

2. Mengapa paradigma hipotesis satu gen satu polipeptida tidak cocok pada semua organisme dari virus dan juga organisme eukariotik yang lebih tinggi? Jawab: Karena dalam organisme eukariotik, tidak semua bagian dari gen mRNA coding bertanggung jawab untuk biosintesis polipeptida. Demikian, satu gen-satu polipeptida hipotesis tidak cocok untuk organisme eukariotik. Adanya lebih dari satu alternatif penyambungan ekson transkrip mRNA gen dalam organisme eukariotik merupakan suatu bukti secara langsung dan eksplisit bahwa salah satu kode gen mRNA dapat menentukan lebih dari satu jenis polipeptida.

3. Sebenarnya hal apa yang menyebabkan hipotesis satu gen satu enzim dan satu gen satu polipeptida? Jawab: Kajian tentang cacat-cacat metabolic memberikan bukti bahwa gen menentukan protein. DNA mengontrol metabolism dengan memerintahkan sel untuk menghasilkan enzim spesifik dan protein lain. Percobaan Beadle dan Tatum pada strain mutan Neurospora memunculkan hipotesis satu gen satu enzim, yang kemudian dimodifikasi menjadi satu gen satu polipetida. Suatu gen menentukan urutan asam amino rantai polipeptida.

You might also like