You are on page 1of 12

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ANEMIA

BAB I PENDAHULUAN A . Latar belakang Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb darah kurang dari normal ( I dewa nyoman supariasa, dkk: 132 ) . Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb lebih rendah dari batas normal untuk kelompok orang yang bersangkutan ( WHO 1992 ) . Anemia yang tidak mendapat penanganan dan pengobatan yang serius dapat menimbulkan komplikasi lanjut seperti leukemia , gagal ginjal , gagal jantung , infeksi yang akan menyebabkan kematian . Oleh karena itu perawat sebagai bagian dari sistenm pelayanan kesehatan mempunyai peran yang penting dalam memberikan pelayanan keperawatan sehingga berkontribusi untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya komplikasi .

B. Tujuan 1. Tujuan umum Mendapatkan gambaran secara umum tentang asuhan keperawatan anemia . 2. Tujuan khusus a. Mampu memahami dan mengidentifikasi dari anemia . b. Mampu melakukan pengkajian pada klien anemia .

c. Mampu merumuskan diagnosa pada klien anemia . d. Mampu menyusun rencana keperawatan pada klien anemia . BAB II TINJAUAN TEORITIS A . Konsep dasar 1. Definisi Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar HB atau hematokrit dibawah normal ( Suddarth dan Brunner . 2002 : 935 ) . Anemia adalah penurunan jumlah masa eritrosit ( red cell mass ) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer ( penurunan oksigen corrying capacity ) ( sudoyo ,w .aru , dkk . 2006 : 622 ) . Anemia adalah istilah yang mengacu pada suatu kondisi dimana terdapat penurunan konsentrasi Hb , jumlah SDM , atau volume sel darah tanpa plasma ( hematokrit ) dibandingkan dengan nilai nilai normal ( Tan bayong jan . 2000 : 77 ) . Anemia aplastik adalah tidak berfungsinya sum sum tulang ( Gayton & Hall . 1997 : 154 ) . Anemia megaloblastik adalah anemia yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 , asam folat yangv memperlihatkan perubahan perubahan sum sum tulang dan darah perifer yang idientik(( Suddarth dan Brunner ) . Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan eritrosit memiliki rentang usia yang memendek ( Suddarth dan Brunner . 2002 : 943 ) . Anemia sel sabit adalah anemia hemolitik berat yang disebabkan oleh defek Hb dan berkenaan dengan serangan nyeri (Suddarth dan Brunner ) . 2. Klasifikasi anemia Klasifikasi anemia a. Anemia karena hilangnya SDM , terjadi akibat perdarahan karena berbagai sebab seperti perlukaan , perdarahan gastrointestinal , perdarahan uterus , perdarahan hidung , perdarahan akibat operasi . b. Anemia karena menurunya produksi SDM , dapat disebabkan karena kekurangan unsur penyusun SDM ( asam folat , vitamin B12 , zat besi ) , gangguan fungsi sum sum tulang ( adanya tumor ,

pengobatan , toksin ) , tidak adekuatnya stimulasi karena berkurangnya erittropoitein ( pada penyakit ginjal kronik ) . Anemia defisiensi besi Anemia defisiensi besi merupakan gejala kronis dengan keadaan hipokromik ( konsentrasi Hb kurang ) , mikrositik yang disebabkan oleh suplai besi kurang dalam tubuh . kurangnya besi berpengaruh dalam pembentukan Hb sehingga konsentrasinya dalam SDM berkurang , hal ini akan mengakibatkan tidak adekuatnya pengangkutan oksigen keseluruh jaringan tubuh .pada keadaan normal kebutuhan besi orang dewasa adalah 2- 4 gm.Pada laki laki kebutuhan besi adalah 50 mg/ kg BB dan pada wanita 35 mg /kg BB ( Lawrence M Tierney,2003 ) dan hamper 2/3 terdapat dalam Hb .absorbsi besi terjadi dilambung , duodenum dan jejunum bagian atas.adanya erosive esofagitis , gaster , ulser duo denum , kanker dan adenoma kolon akan mempengaruhi absobsi besi . Anemia megaloblastik Anemia yang disebabkan karena rusaknya sintesis DNA yang mengakibatkan tidak sempurnanya SDM . keadaan ini disebabkan karena defisiensi vitamin B12 dan asam folat.karakteristik SDM ini adalah adanya megaloblas abnormal ,perematur denga fungsi yang tidak normal dan dihancurkan semasa dalam sum sum tulang sehingga terjadinya eritropoeisis dengan masa hidup eritrosit yang lebih pendek.yang akan mengakibatkan leucopenia, trombositopenia . Anemia defisiensi vitamin B12 . Merupakan gangguan autoimun karena tidak adanya factor intrinsic yang diproduksi di sel parietal lambung , sehingga terjadi gangguan absobsi vitamin B12 . Anemia defisiesi asam folat Kebutuhan folat sangat kecil biasanya terjadi pada orang yang kurang makan sayuran dan buah buahan , gangguan pada pencernaan , alkolik dapat meningkatkan kebutuhan folat , wanita hamil , masa pertumbuhan . defisiensi asam folat juga dapat mengakibatkan sindrom malabsobsi . Anemia aplastik Terjadi akibat ketidak sanggupan sum sum tulang untuk membentuk sel sel darah. Kegagalan tersebut disebabkan oleh kerusakan primer atau zat yang dapat merusak sum sum tulang ( Mielotoksin ) . c. Anemia karena meningkatnya destruksi atau kerusakan SDM , dapat terjadi karena hiperaktifnya RES

Meningkatnya destruksi SDM dan tidak adekuatnya produksi SDM biasanya karena factor factor : - kemampuan respon sum sum tulang terhadap penurunan SDM kurang karena meningkatnya jumlah retikulosit dalam sirkulasi darah - meningkatnya SDM yang masih muda dalam sum sum tulang dibandingkan yang matur atau matang . - ada atau tidaknya hasil destruksi SDM dalam sirkulasi ( peningkatan kadar bilirubin anemia hemolitik anemia hemolitik terjadi akibat peningkatan hemolisis dari eritrosit sehingga usia SDM lebih pendek yang disebabkan oleh : 5% dari jenis anemia , herediter , Hb abnormal , membrane eritrosit rusak , thalasemia , anemia sel sabit ,reaksi autoimun , toksik , kimia , pengobatan , infeksi , kerusakan fisik . anemia sel sabit adalah anemia hemolitk berat yang ditandai dengan SDM kecil sabit ,dan pembesaran limfa akibat kerusakan molekul Hb . 3. Etiologi a. Obat obatan dan zat kimia - agen kemoterapi - anticonvulsant - antimetabolis - kontrasepsi - zat kimia toksik b. nutrisi - defisiensi besi, asam folat - defisiensi cobal - alkoholis c. perdarahan d. Efek fisik - Trauma - Luka bakar e. Penyinaran

f. infeksi - Hepatitis - Cytomedalovirus - Clostridia - Sepsis gram negatif - Malaria - Toksoplasmosis g. Penyakit kronis dan maligna - Penyakit ginjal , hati - Infeksi kronis - neoplasma h. Perdarahan i. Imunologi j. Genetic - Hemoglobinopati - Thalasemia - Abnormal enzim glikolitik - Fangoni anemia k. Tromboti trombositopenia purpura dan sindrom uremik hemolitik 4. Patofisiologi Bila defisiensi besi dianggap sebagai penyebab anemia maka,akan terganggu proses pembentukan Hb.anemia defisiensi besi adalah anemia yang paling banyak menyerang anak anak .bayi cukup bulan yang lahir dari ibu yang non anemic dan bergizi baik , memiliki cukup persedian zat besi sam pai berat badan lahirnya menjadi 2x lipat , umumnya berusia 4 6 bulan , sesudah itu zat besi harus tersedia dalam makanan untuk memenuhui kebutuhan anak Jika asupan zat besi dari makanan tidak cukup maka akan terjadi anemia defisiensi besi.hal ini paling sering terjadi karena pengenalan makanan padat terlalu dini ( sebelum usia 4 6 bulan ) , dihentikannya susus formula bayi yang mengandung zat besi atau ASI sebelum usia 1 tahun , dan meminum susu sapi yang belebihan tanpa tambahan makanan padat kaya besi . bayi yang tidak cukup bulan ,bayi dengan perdarahan prenatal yang berlebihan , atau bayi dari ibu

yang kurang gizi dan zat besi . juga tidak memiliki cadangan zat besi yang adekuat . bayi ini beresiko lebih tinggi menderita anemia defisiensi zat besi sebelum berusia 6 bulan. Anemia defisiensi zat besi dapat juga terjadi karena kehilangan darah yang kronik . pada bayi hal ini dapat terjadi karena pendarahan usus kronik akibat protein susus sapi dan tidak tahan panas . pada anak sembarang umur kehilangan darah sebanyak 1-7 ml dari saluran cerna setiap hari yang dapat menyebabkan anemia defisiensi zat besi .pada anak remaja putrid anemia defisiensi besi dapat terjadi karena menstruasi yang berlebihan. 5. Manifestasi klinis Area Keadaan umum Manifestasi klinis Pucat , keletihan berat ,kelemahan ,nyeri kepala , demam ,dipsnea , vertigo , sensitive terhadap dingin , BB turun. Kulit Pugat jaundice ( anemia hemolitik ) , kulit kering , kuku rapuh , klubbing Mata Penglihatan kabur , jaundice sclera dan perdarahan retina Telinga Mulut Paru paru Kardiovaskuler Vertigo , tinnitus Mukosa licin dan mengkilat , stomatitis Dipsneu dan orthopnea Takikardia , palpitasi ,mur mur , angina , hipotensi ,kardiomegali , gagal jantung Gastrointestinal Anoreksia dan menoragia,menurunya fertilisasi , hematuria ( pada anemia hemolitik ) Muskuloskletal Nyeri pinggang , sendi dan tenderness sternal System persyarafan Nyeri kepala , binggung , neurupatu perifer , parastesia , mental depresi , cemas , kesulitan koping. 6. Pemeriksaan penunjang pemeriksaan laboratorium

Kadar hemoglobin dan indeks eritrosit : didapatkan anemia hipokrom mikrositer dengan penurunan kadar hemoglobin mulai dari ringan sampai berat. MCV, MCHC dan MCH menurun. MCH < style="">red cell distribution width) meningkat yang menandakan adanya anisositosis.Indeks eritrosit sudah dapa mengalami perubahan sebelum kadar hemoglobin menurun. Kadar hemoglobin sering turun sangat rendah, tanpa menimbulkan gejala anemia yang mencolok karena anemia timbul perlahan-perlahan. Apusan darah menunjukkan anemia hipokromik mikrositer, anisositosis, poikilositosis, anulosit, sel pensil, kadang-kadang sel target. Derajat hipokromia dan mikrositosis berbanding lurus dengan derajat anemia, berbeda dengan thalassemia. Leukosit dan trombosit normal. Retikulosit rendah dibandingkan derajat anemia. Pada kasus ankilostomiasis sering dijumpai eosinofilia.1

Apus sumsum tulang : Hiperplasia eritropoesis, dengan kelompok-kelompok normo-blast basofil. Bentuk pronormoblast-normoblast kecil-kecil, sideroblast. Kadar besi serum menurun <50>350 mg/dl, dan saturasi transferin <> Feritin serum. Sebagian kecil feritin tubuh bersirkulasi dalam serum, konsentrasinya sebanding dengan cadangan besi jaringan, khususnya retikuloendotel. Pada anemia defisensi besi, kadar feritin serum sangat rendah, sedangkan feritin serum yang meningkat menunjukkan adanya kelebihan besi atau pelepasan feritin berlebihan dari jaringan yang rusak atau suatu respons fase akut, misalnya pada inflamasi. Kadar feritin serum normal atau meningkat pada anemia penyakit kronik. TIBC (Total Iron Banding Capacity) meningkat. Feses : Telur cacing Ankilostoma duodenale / Necator americanu 7. Penatalaksanaan medik a. Mengatasi penyebab perdarahan kronik, misalnya pada ankilostomiasis diberikan antelmintik yang sesuai. b. Pemberian preparat Fe : Pemberian preparat besi (ferosulfat/ferofumarat/feroglukonat) dosis 4-6 mg besi elemental/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis, diberikan di antara waktu makan. Preparat besi ini diberikan sampai 2-3 bulan setelah kadar hemoglobin normal. c. Bedah Untuk penyebab yang memerlukan intervensi bedah seperti perdarahan karena diverticulum Meckel.

d. Suportif Makanan gizi seimbang terutama yang megandung kadar besi tinggi yang bersumber dari hewani (limfa, hati, daging) dan nabati (bayam, kacang-kacangan). Penatalaksanaan terapi Setelah diagnosis ditegakan maka dibuat rencana pemberian terapi,terapi terhadap anemia difesiensi besi dapat berupa : a. Terapi kausal: tergantung penyebabnya,misalnya : pengobatan cacing tambang, pengobatan hemoroid, pengubatan menoragia. Terapi kausal harus dilakukan, kalau tidak maka anemia akan kambuh kembali. b. Pemberian preparat besi untuk mengganti kekurangan besi dalam tubuh : Besi per oral : merupakan obat pilihan pertama karena efektif, murah, dan aman.preparat yang tersedia, yaitu: - Ferrous sulphat (sulfas ferosus): preparat pilihan pertama (murah dan efektif). Dosis: 3 x 200 mg. - Ferrous gluconate, ferrous fumarat, ferrous lactate, dan ferrous succinate,harga lebih mahal, tetepi efektivitas dan efek samping hampir sama. Besi parenteral Efek samping lebih berbahaya,serta harganya lebih mahal. Indikasi, yaitu : - Intoleransi oral berat; - Kepatuhan berobat kurang; - Kolitis ulserativa 8. Komplikasi a. Infeksi b. Gagal pernafasan c. Kardiovaskuler d. fungsi ginjal e. Gangguan fungsi hati. BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

DIAGNOSA Intoleren aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan ditandai dengan : DS : Klien mengatakan : Sering pusing Cepat lelah Mata berkunang-kunang Gelisah Tidak bisa beraktivitas Nyeri dada DO : klien tampak terlihat : Pucat Gelisah Cemas Nafas pendek Konjungtiva anemis Sulit dalam melakukan aktivitas TTV TD : mengalami penurunan (Dws: 120/80 mmHg) N : lemah (Dws: 60100x/menit) R : meningkat (Normal: 12-20x/menit) SB : meningkat ( Normal : 370C ) TUJUAN Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, toleransi klien terhadap aktivitas meningkat, dengan criteria : 1. klien dapat beraktivitas secara mandiri

PERENCANAAN INTERVENSI Mandiri 1. Kaji kemampuan pasien untuk melakukan tugas, catat laporan kelelahan, keletihan, dan kesulitan menyelesaikan tugas RASIONAL 1. mempengaruhi pilihan intervensi atau bantuan

2. observasi TTV dalam batas normal 3. monitor TD, nadi, pernapasan, selama dan sesudah aktivitas. Catat respon terhadap tingkat aktivitas (mis. Penigkatan denyut jantung/TD, distritmia, dispnea, takipnea, dsb.)

2. menunjukkan perubahan neurology karena defisiensi 2. kaji kehilangan atau vitamin B12 gangguan mempengaruhi keseimbangan gaya keamanan pasien atau jalan, kelemahan otot resiko cedera 3. manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan. 4. meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru

4. berikan lingkungan tenang. Pertahankan tirah baring bila diindikasikan. Monitor dan batasi pengunjung, telepon, dan gangguan berulang tindakan yang 5. hipotensi postural tidak direncanakan. atau hipoksia serebral dapat menyebabkan 5. ubah posisi pasien pusing, berdenyut, dan dengan perlahan dan peningkatan resiko pantau terhadap pusing cedera 6. prioritaskan jadwal asuhan keperawatan untuk meningkatkan istirahat. Pilih periode istirahat dengan periode aktivitas

Pemeriksaan Lab. Hb : kurang dari normal ( Nilai normal, L : 13,518 gr % P : 12-16 gr % ) LED : meningkat ( Nilai normal, L : 0 15 mm/jam P : 0 20 mm/jam )

6. mempertahankan tingkat energi dan meningkatkan regang pada sistem jantung dan pernapasan

7. membantu bila 7. berikan bantuan perlu, harga diri dalam ditingkatkan bila pasien aktivitas/ambulansi bila melakukan sesuatu

CT (Pembekuan) : memanjang ( Nilai normal, 5 11 menit ) BT (Pendarahan) : memanjang ( Nilai normal, 1 7 menit ) Retikulosit : kurang dari 1 % ( Nilai normal, Dws : 0,2-2 % Anak : 4-6 % )

perlu, memungkinkan sendiri. pasien untuk melakukannya sebanayk 8. meningkatkan secara mungkin bertahap tingkat aktivitas sampai normal 8. rencanakan kemajuan dan memperbaiki aktivitas dengan pasien, tonus otot/stamina termasuk aktivitas yang tanpa kelemahan. pasien pandang perlu. Meningkatkan harga Tingkatkan tingkat diri dan rasa terkontrol aktivitas sesuai toleransi 9. mendorong pasien 9. gunakan tekhnik melakukan banyak penghematan energi, dengan membatasi mis. Mandi dengan penyimpangan energi duduk, duduk untuk dan mencegah melakukan tugas-tugas kelemahan 10. anjurkan pasien untuk menghentikan aktivitas bila palpitasi, nyeri dada, napas pendek, kelemahan, atau pusing terjadi 10. regangan/stress kardiopulmonal berlebihan atau stress dapat menimbulkan dekompensasi atau kegagalan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, proses pertukaran gas pada klien normal, DS : klien mengatakan kembali dengan criteria : : 1. klien Sering pusing menunjukkan Cepat lelah Mata berkunang-kunang perbaikan ventilasi Gelisa 2. frekwensi dan Sesak nafas pola nafas normal Nyeri dada DO : klien tampak 3. klien tidak terlihat : menunjukkan Pucat adanya sianosis Gelisah Bunyi nafas tidak teratur 4. klien Cemas berpatisispasi

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan kapasitas pembawa oksigen darah ditandai dengan :

Mandiri 1. kaji tingkat kesadaran 1. jaringan otak sangat atau fungsi mental sensitive pada secara teratur penurunan oksigen dan dapat merupakan 2. kaji toleransi indicator dini terjadinya aktivitas: batasi aktivitas hipoksia dalam tolerasnsi pasien atau tempatkan pasien 2. penurunan pada tirah baring. Bantu kebutuhan metabolic dalam mobilitas sesuai tubuh menurunkan kebutuhan. kebutuhan oksigen/derajat 3. dorong pasien untuk hipoksia memilih periode istirahat dan aktivitas. 3. melindungi dari Jadwalkan periode kelelahan berlebihan. istirahat sesuai indikasi. Menurunkan kebutuhan 4. peragakan dan oksigen/derajat dorong penggunaan hipoksia

Lemah Nafas pendek Bernafas menggunakan cuping hidung Mukosa bibir sianosis Konjungtiva anemis TTV TD : mengalami penurunan (Dws: 120/80 mmHg) N : lemah (Dws: 60100x/menit) R : meningkat (Normal: 12-20x/menit) SB : meningkat ( Normal : 370C ) Pemeriksaan Lab. Hb : kurang dari normal ( Nilai normal, L : 13,518 gr % P : 12-16 gr % ) LED : meningkat ( Nilai normal, L : 0 15 mm/jam P : 0 20 mm/jam ) CT (Pembekuan) : memanjang ( Nilai normal, 5 11 menit ) BT (Pendarahan) : memanjang ( Nilai normal, 1 7 menit ) Retikulosit : kurang dari 1 % ( Nilai normal, Dws : 0,2-2 % Anak : 4-6 % )

dalam aktivitas tekhnik relaksasi, mis., sehari-hari tanpa bimbingan imajinasi kelemahan dan dan visualisasi. kelelahan 5. tingkatkan masukan cairan yang adekuat mis., 2-3 L/hari dalam toleransi jantung.

4. relaksasi menurunkan tegangan otot dan ansietas dan kebutuhan metabolic untuk oksigen

5. masukkan yang mencukupi perlu untuk 6. batasi pengunjung mobilisasi sekret dan atau staf. mencegah hiperviskositas darah/sumbatan Kolaborasi 7. berikan suplemen kapiler oksigen lembab sesuai indikasi 6. melindungi dari potensial sumber 8. lakukan atau bantu infeksi pernapasan fisioterapi dada, IPPB, dan spirometri intensif. 7. memaksimalkan transport oksigen ke khususnya 9. berikan pak SDM jaringan, atau transfuse tukar pada adanya gangguan paru/pneumonia sesuai indikasi. 10. berikan obat sesuai indikasi : Antiperetik, contoh asetaminofen (Tylenol) Antibiotik 8. dilakukan untuk mobilisasi sekret dan meningkatan pengisian udara area paru 9. meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen, melarutkan persentase hemoglobin S (untuk mencegah sabit), memperbaiki sirkulasi, dan merusak sel sabit. SDM kemasan biasanya digunakan karena kurang dapat membuat kerja berlebihan dari sirkulasi. Catatan: transfuse sebagian pada individu resiko tinggi, mis., luka kaki berat, kronis, persiapan untuk

anastesi umum, kehamilan trimester III 11. mempertahanankan normotermi untuk menurunkan kebutuhan oksigen metabolic tanpa mempengaruhi pH serum, yang dapat terjadi karena aspirin Antibiotic spectrum luas dimulai dengan segera sambil menanti hasil kultur infeksi yang dicurigai, kemudian mungkin diubah bila patogen khusus teridentifikasi.

Referensi: Marilyn. E, Doenges. 2007, Rencana Asuhan Keperawatan , Jakarta : EGC

Diposkan oleh Vheedy's site di 04:50 http://uncennursing.blogspot.com/2011/06/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan.html

You might also like