You are on page 1of 25

BAB I PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG Istilah pre-eklamsi telah menggantikan istilah toksemia. Terdapat 5 % pada semua kehamilan sebagai komplikasi, 20% pada kehamilan nullipara, 40% pada wanita dengan penyakit ginjal kronik. Keterlambatan diagnosis dan ketidakpastian pengobatan bisa berakhir dengan morbiditas dan mortalitas ibu dan janin yang signifikan. Kelainan hipertensi pada kehamilan merupakan peyumbang utama terhadap morbiditas dan mortalitas ibu dan prenatal. Komplikasi akibat kelainan hipertensi pada kehamilan secara konsisten dicantumkan di antara tiga penyebab yang terlazim pada kematian ibu di semua negara-negara maju. Insiden yang dilaporkan bergantung pada kriteria diagnosis, dan terdapat kekurangan yang berbeda dari keseragaman. Preeklampsi merupakan penyulit dalam proses kehamilan yang kejadiannya senantiasa tetap tinggi. Dimana faktor ketidaktahuan tentang gejala awal oleh masyarakat merupakan penyebab keterlambatan mengambil tindakan yang dapat berakibat buruk bagi ibu maupun janin. Dari kasus kehamilan yang dirawat di rumah sakit 3-5 %

merupakan kasus preeklampsi atau eklampsi (Manuba,1998). Dari kasus tersebut 6 % terjadi pada semua kehamilan, 12 % terjadi pada primigravida (Muthar,1997). Masih tingginya angka kejadian dapat dijadikan sebagai gambaran umum tingkat kesehatan ibu hamil dan tingkat kesehatan masyarakat pada umumnya. Dengan besarnya pengaruh atau komplikasi dari preeklampsi terhadap tingginya tingkat kematian bumil dan janin , sudah selayaknya dilakukan suatu upaya untuk mencegah dan menangani kasus preeklampsi . Keperawatan bumil dengan preeklampsi merupakan salah satu usaha 1

nyata yang dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya komplikasi sebagai akibat lanjut dari preeklampsi tersebut.

1.2

TUJUAN

1. Umum Memberi gambaran dalam penerapan asuhan keperawatan yang komprehensip meliputi : Bio, Psiko, Sosial, dan Spiritual pada bumil dengan preeklampsi.

2. Khusus Mampu mengkaji, menganalisa, merencanakan , melaksanakan , dan mengevaluasi.


-

Mampu memecahkan masalah yang timbul.

BAB II KONSEP DASAR 2.1 DEFINISI PRE-EKLAMPSIA Pre eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih ( Rustam Muctar, 1998 ). Preeklampsia merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan dimana hipertensi terjadi setelah minggu ke-20 pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal. Preeklampsia merupakan suatu penyakit vasospastik, yang melibatkan banyak sistem dan ditandai oleh hemokonsentrasi , hipertensi, dan proteinuria. Diagnosa preeklampsia secara tradisional didasarka pada adanya hipertensi disertai proteinuria dan / atau edema. Akan tetapi, temuan yang paling penting ialah hipertensi , dimana 20% pasien preeklampsia / eklampsia tidak mengalami proteinuria yang berarti sebelum serangan kejang pertama (Willis, Blanco, 1990) Preeklamsia adalah keracunan pada kehamilan. Ini biasanya terjadi pada trimester ketiga kehamilan atau bisa juga muncul pada trimester kedua. Preeklamsia mungkin terjadi pada setiap ibu hamil. Beberapa kondisi yang memiliki kemungkinan mengalami preeklamsia, yaitu kehamilan pertama, kehamilan bayi kembar, ibu hamil pengidap diabetes, ibu hamil yang memiliki riwayat hipertensi, memiliki masalah dengan ginjal, dan juga wanita yang hamil pertama pada usia 20 tahun di atas 35 tahun.

Preeklamsia adalah salah satu penyakit yang sering dijumpai pada ibu hamil dan masih merupakan salah satu penyebab kematian besar di dunia. Di Amerika Serikat, 1/3 dari kematian ibu disebabkan oleh preeklamsia. Begitu pula di Indonesia. Preeklampsia adalah berkembangnya hipertensi dengan proteinuria atau edema atau keduanya yang disebabkan oleh kehamilan atau dipengaruhi oleh kehamilan yang sekarang. Biasanya keadaan ini timbul setelah umur kehamilan 20 minggu tetapi dapat pula berkembang sebelum saat tersebut pada penyakit trofoblastik. Preeklamsia merupakan gangguan yang terutama terjadi pada primigravida. (Ben-zion Taber, M.D) Preeklampsia ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada mola hidatidosa. Preeklampsia merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan di mana hipertensi terjadi terjadi setelah minggu ke-20 pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal. Preeklampsia merupakan suatu penyakit vasospastik, yang melibatkan banyak sistem dan ditandai oleh hemokonsentrasi, hipertensi dan proteinuria. (Bobak, 2005) 2.2 KLASIFIKASI PREEKLAMPSIA
a. Preeklampsi ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria

dan atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Edema tekan pada tungkai ( pretibial ), dinding perut, lumbosakral, wajah atau tungkai. ditandai : Tekanan darah sistol 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan Tekanan darah diastol 90 atau kenaikan 15 mmHg. BB naik lebih dari 1 Kg/minggu. Proteinuri 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif 1 2 4

intrerval 6 jam pemeriksaan.

pada setiap urine kateter atau midstearh.


b. Preeklampsi

berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang

ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Yang ditandai adanya edema anasarka (seluruh tubuh ) dan edema paru ( berat ), kualitatif (+++) ,ditandai : Oliguri, urine , 400 cc/24 jam. Proteinuri > dari 3 gr/l. Keluhan subyektif : nyeri epigastrium, nyeri kepala,

gangguan penglihatan, gangguan kesadaran, oedema paru dan sianosis. 2.3 ETIOLOGI Preeklampsia ialah suatu kondisi yang hanya terjadi pada kehamilan manusia. Tanda dan gejala timbul hanya selama masa hamil dan menghilang dengan cepat setelah janin dan plasenta lahir. Tidak ada profil tertentu yang mengidentifikasi wanita yang akan menderita preeklampsia. Akan tetapi, ada beberapa risiko tertentu yang berkaitan dengan perkembangan penyakit : primigravida, grand multigravida, janin besar, kehamilan dengan janin lebih dari satu, morbid obesitas. Kira-kira 85% preeklampsia terjadi pada kehamilan pertama. Preeklampsia terjadi pada 14% sampai 20% kehamilan dengan janin lebih dari satu dan 30% pasien mengalami anomali rahim yang berat. Pada ibu yang mengalami hipertensi kronis atau penyakit ginjal, insiden dapat mencapai 25% (Zuspan, 1991). Preeklampsia ialah suatu penyakit yang tidak terpisahkan dari preeklampsia ringan sampai berat, sindrom HELLP atau eklampsia.
2.4 TANDA dan GEJALA PREEKLAMPSIA

Kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih, diastole 15

mmHg atau lebih, dari tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Atau sistol 140 - 160 mmHg dan diastole 90 -110 mmHg.

Proteinuria secara kuantitatif lebih dari 0,3 gram/liter dalam 24 jam Edema pada pretibial, dinding abdomen, lumbosakral dan wajah Terjadinya gejala subjektif: c. d. e. f. g. Sakit Kepala Penglihatan kabur Nyeri pada epigastrum Sesak napas Berkurangnya urin

atau secara kualitatif (++). atau lengan.

Menurunnya kesadaran wanita hamil sampai koma

Terjadinya kejang Penurunan angiostensin, renin, dan aldosteron, tetapi juga dijumpai edema, hipertensi dan proteinuria.

2.5 PATOFISIOLOGI Pada preeklampsi terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi peningkatan hematokrit, dimana perubahan pokok pada preeklampsi yaitu mengalami spasme pembuluh darah hipertensi oksigenasi jaringan tercukupi). Dengan adanya perlu adanya kompensasi spasme pembuluh darah ( suatu usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifir agar

menyebabkan perubahan perubahan ke organ ntara lain : a. Otak . 6

Mengalami

resistensi pembuluh darah ke otak meningkat akan

terjadi oedema yang menyebabkan kelainan cerebal bisa menimbulkan pusing dan CVA ,serta kelainan visus pada mata. b. Ginjal. Terjadi spasme arteriole glomerulus yang menyebabkan aliran darah ke ginjal berkurang maka terjadi filtrasi glomerolus negatif , dimana filtrasi natirum lewat glomelurus mengalami penurunan sampai dengan 50 % ari normal yang mengakibatkan retensi garam dan air , sehingga terjadi oliguri dan oedema. c. URI Dimana aliran darah plasenta menurun yang menyebabkan gangguan plasenta maka akan terjadi IUGR, oksigenisasi berkurang sehingga akan terjadi gangguan pertumbuhan janin, gawat janin , serta kematian janin dalam kandungan. d. Rahim Tonus otot rahim peka rangsang terjadi peningkatan yang akan menyebabkan partus prematur. e. Paru Dekompensi cordis yang akan menyebabkan oedema paru sehingga oksigenasi terganggu dan cyanosis maka akan terjadi gangguan pola nafas. Juga mengalami aspirasi paru / abses paru yang bisa menyebabkan kematian f. Hepar Penurunan perfusi ke hati dapat mengakibatkan oedema hati , dan Tekanan Darah-vasospasme perdarahan subskapular sehingga sering menyebabkan nyeri epigastrium, serta ikterus.
Perfusi plasenta menurun

Aktivasi sel endotelium

7
Vasokontriksi Kaskade aktivasi koagulasi Redistribusi cairan intravaskular

Penurunan organ perfusi

2.6 PATOFISIOLOGI NURSING PATHWAY

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1.

ASUHAN EKLAMSIA

KEPERAWATAN

PADA

IBU

DENGAN

PRE-

3.1.1 PENGKAJIAN 3.1.1.1 Anamnese :


a. Biodata: Nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, status

perkwinan, berapa kali nikah, dan berapa lama.


b. Riwayat kehamilan sekarang : kehamilan yang ke berapa,

sudah pernah melakukan ANC, terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, dan penglihatan kabur.
c. Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit jantung, ginjal,

HT, paru.
d. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu : adakah

hipertensi atau preeklampsi.


e. Riwayat kesehatan keluarga : adakah keluarga yang

menderita penyakit jantung, ginjal, HT, dan gemmeli. f. Pola Aktivias Sehari-hari a. Sirkulasi: Peningkatan TD menetap melebihi nilai dasar setelah 20 mgg kehamilan. Riwayat hipertensi kronis. Nadi mungkin menurun. Dapat mengalami memar spontan, perdarahan lama, atau epistaksis (trombositopenia).

b. Pola eliminasi: Fungsi ginjal mungkin menurun (kurang dari 400 ml/24 jam ) atau tidak ada.
c. Pola makan dan cairan:

Mual / muntah. Penambahan berat badan 2+ lb (0,9072 kg) atau lebih dalam 1 minggu, 6 lb (2,72) atau lebih per bulan (tergantung pada lamanya gestasi). Malnutrisi (kelebihan atau kurang berat badan 20% atau lebih besar); masukan protein/ kalori kurang. Edema mungkin ada, dari ringan sampai berat/ umum dan dapat meliputi wajah, ekstermitas, dan sistem organ (mis: hepar, otak) Diabetes mellitus. d. Neurosensori: Pusing, sakit kepala frontal. Diplopia, penglihatan kabur. Hiperrefleksia Kacau mental-tonik, kemudian fase tonik, diikuti dengan periode kehilangan kesadaran. Pemeriksaan funduskopi dapat menunjukkan edema atau spasme vaskular. e. Nyeri / Ketidaknyamanan: Nyeri epigastrik (region kuadran atas kanan ) f. Pernafasan : Pernafasan mungkin kurang dari 14/menit Krekels mungkin ada. g. Keamanan : Ketidaksesuaian Rh mungkin ada.
h. Pola seksual :

10

Primigravida, gestasi multipel, hidramnion, mola hidatidosa, hidrops fetalis. Gerakan bayi mungkin berkurang. Tanda-tanda abrupsi plasenta mungkin ada. . 3.1.1.2 Pemeriksaan fisik : a. Inspeksi : oedema, yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam. b. Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi oedema dengan menekan bagian tertentu dari tubuh. c. Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress, kelainan jantung, dan paru pada ibu. d. Perkusi : untuk mengetahui reflek patela sebagai syarat pemberian Mg SO4. e. Pemeriksaan penunjang : Tanda vital yang diukur 2 kali dengan interval 6 jam. Laboratorium : proteinuri dengan kateter atau midstream (biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt atau + 1 sampai + 2 pada skala kualitatif), kadar hematokrit menurun, berat jenis urine meningkat, serum kreatinin meningkat, uric acid > 7 mg/100 ml. USG : untuk medeteksi keadaan kehamilan, dan plasenta. NST : untuk menilai kesejahteraan janin. 3.1.2 1. plasenta. 2. Mencegah atau menurunkan akumulasi atau komplikasi cairan lanjut. 3. Meningkatkan kesejahteraan ibu/janin. 11 PRIORITAS KEPERAWATAN Memantau kondisi ibu, janin, dan

4.

Memberikan meningkatkan perawatan diri.

informasi

untuk

3.1.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Kelebihan volume cairan b.d peningkatan reabsorbsi natrium

2. Penuruna curah jantung b.d hipovolemia.


3. Perubahan perfusi jaringan uteroplasenta b.d interupsi aliran darah

(vasospasme progresif dari arteri spiral).


4. Resiko tinggi terhadap cedera ibu b.d edema / hipoksia jaringan. 5. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d masukan tidak cukup

untuk

memenuhi

kebutuhan

metabolik

dan

menggantikan

kehilangan. 6. Kurang pengetahuan b.d kurangnya pemajanan/ tidak mengenal sumber-sumber informasi. 7. Ansietas b.d preeklampsia dan efeknya pada ibu dan bayi

3.1.4

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan 1 Kelebihan volume cairan b.d peningkatan reabsorpsi Na Kemungkinan dibuktikan oleh : Adanya hipertensi, proteinuria, peningkatan retensi natrium, oliguroi, dispnea. Hasil yang diharapkan klien akan : 12

Menyebutkan cara-cara untuk meminimalkan masalah Mengidentifikasi tanda/gejala yang memerlukan

evaluasi/intervensi medis Bebas dari hipertensi, albuminuria, retensi cairan berlebihan, dan edema wajah Intervensi Keperawatan Tindakan Mandiri
1. Pantau berat badan secara teratur

R/: Mendeteksi penambahan berat badan berlebihan dan retensi cairan yang tidak kelihatan, yang potensial patologis. Selama trimester kedua, total cairan tubuh (plasma dan sel-sel darah merah) meningkat 1.000 ml, karena sebagian kadar estrogen merangsang kelenjar adrenal untuk mensekresikan aldosteron yang menahan natrium dan air.
2. Kaji adanya tanda-tanda HAK, perhatikan tekanan darah. Pantau

lokasi/luasnya edema, masukan atau haluran cairan. Perhatikan laporan-laporan gangguan penglihatan, sakit kepala, nyeri epigastrik atau adanya hiperrefleksia. R/: Indikator edema patologis. Meskipun HKK karena retensi cairan berlebihan biasanya tidak terlihat sampai akhir minggu ke-10 kehamilan, dapat terjadi di awal, khususnya pada pasien dengan faktor-faktor predisposisi seperti diabetes, penyakit ginjal, hipertensi, gestasi multipel, malnutrisi (kelebihan berat badan atau kura berat badan), mola hidatidosa. 3. Tes urin terhadap albumin R/: Deteksi masalah vaskular berkenaan dengan spasme glomerular dari ginjal, yang menurunkan reabsorpsi albumin. 4. Berikan informasi tentang diet (mis., peningkatan protein, tidak menambahkan garam meja, menghindari makan dan minuman tinggi natrium).

13

R/: Nutrisi adekuat, khususnya peningkatan protein, menurunkan kemungkinan HAK. Natrium berlebihan dapat memperberat retensi air (terlalu sedikit natrium dapat mengakibatkan dehidrasi). 5. Anjurkan meningkatkan ekstremitas secara periodik selama sehari. R/: Edema fisiologis dari ekstremitas bawah terjadi di penghujung hari adalah normal, tetapi harus dapat diatasi dengan tindakan sederhana. Bila ini tidak teratasi, pemberi pelayanan kesehatan harus diberitahu. 6. Tinjau ulang kadar Ht. (perhatikan efek dari variabel-variabel seperti sikap dan ras) R/: Pada umumnya kadar >41% (Caucasian) atau >38% (keturunan Afrika) menunjukkan perpindahan cairan intravaskular mengakibatkan edema jaringan. Kolaborasi 7. Jadwalkan Kehamilan). R/: Perawatan membantu meningkatkan kesejahteraan ibu/janin. Diagnosa Keperawatan 2 Penurunan curah jantung b.d hipovolemia Kemungkinan dibuktikan oleh :. Variasi tekanan darah/ hasil hemodinamik , edema, sesak nafas,perubahan situs mental. Hasil yang diharapkan klient akan :

kunjungan

pranatal

lebih

sering

dan

lakukan

pengobatan bila ada HAK. (Rujuk pada MK : Hipertensi Karena

Tetap normotensif selama sisa masa kehamilan . Melaporkan tidak adanya atau menurunya kejadian dispnea. Mengubah tingkat aktivitas sesuai kondisi. Intervensi Keperawatan Tindakan Mandiri 14

1. Kaji tekanan arteri rata (MAP) pada gestasi minggu ke22, tekanan 90 mm hg dipertimbangkan prediktif HKK. Kaji krekels, gurgle, dan dispnea; perhatiakn frekuensi / upaya pernafasan R/: Edema paru dapat terjadi , pada perubahan tahanan vaskular perifer dan penurunan pada tekanan osmotik koloid plasma. 2. Lakukan tirah baring pada klient dengan posisi miring kiri. R/: Meningkatkan aliran balik vena, curah jantung dan perfusi ginjal/plasenta. Tindakan Kolaborasi 3. Berikan obat anti hipertensiseperti hidralazin(apresoline) P.O./I.V sehingga diastolik jadi antara 90-dan 110mm Hg, ikuti dengan pemberian metildopauntuk mempertahankan terapi sesuai kebutuhan. R/: Bila TD tidak berespon terhadap tindakan konservatif, mungkin perlu pemberian obat . obat antihipertensi bekerja secara langsung pada arteriol untuk meningkatkan relaksasi otot polos kardiovaskular dan membantu meningkatkan suplaidarah ke serebrum , ginjal ,uterus, dan plasenta . hidralazin adalah obat pilihan karena tidak menghasilkan efek samping pada janin.

4. Pantau parametre hemodinamik invasif R/: Memberikan gambaran akurat dari perubahan vaskular dan volume cairan. Konstriksi vaskular yang lama, peningkatan hemokonsentrasi, dan perpindahan cairan menurunkan curah jantung. Diagnosa Keperawatan 3 Perubahan perfusi jaringan uteroplasenta b.d interupsi aliran darah (vasospasme progresif dari arteri spiral). 15

Kemungkinan dibuktikan oleh :. Retardasi pertumbuhan intrauterus,perubahan aktivitas janin/frequensi jantung, kelahiran prematur, kematian janin. Hasil yang diharapkan klient akan : mendemonstrasikan reaktivitas ke SSPnormal pada NST(tes non stres) bebas dari deselerasi lanjut, tidak ada penuruan jantung janin pada CTS/OCT (contraction stres test/ oxitocin challenge test). Intervensi Keperawatan Tindakan Mandiri
1. Identivikasi faktor2 yang mempengarui aktivitas janin

R/: Merokok , pnggunaan obat , kadar glukosa serum , bunyi lingkungan , waktu dalam sehari dan siklus tidur bangun dari janin dapat meningkat atau menurunkan gerakan janin.
2. Tinjau ulang tanda2 abrupsi plasenta (mis; pendarahan vagina, nyeri

tekan uterus, nyeri abdomen, dan penurunan aktivitas janin). R/: Pengenalan dan intervensi dini meningkatkan kemungkinan hasil yang positif .
3. Evaluasi pertumbuhan janin ; ukur kemajuan pertumbuhan fundus

setiap kunjungan R/: Penurunan fungsi plasenta dapat menyertai HKK, mengakibatkan IUGR . stres intrauterus kronis dan insufisiensi uteroplasenta menurunkan jumlah kontribusi janin pada penumpukan cairan apniotik.
4. Perhatikan respon janin pada obat-obatan seperti MGSO4, fenobarbital,

dan diazepam.

16

R/: Efek depresan dari medikasi dapat menurunkan pernafasan dan fungsi jantung janin serta tingkat aktivitas janin, meskipun sirkulasi plasenta mungkin adekuat. Tindakan Kolaborasi 5. Perhatikan repon janin pada kriteria BPP atau CTS, sesuai indikasi status ibu.( rujuk pada DK; cidera, risiko timggi terhadap ibu) R/: BPP membantu mengevaluasi janin dan lingkungan janin

Diagnosa Keperawatan 4 Resiko tinggi terhadap cedera ibu b.d edema / hipoksia jaringan. Kemungkinan dibuktikan oleh :. tidak dapat diterapkan; adanya tanda2 atau gejala yang membuat diagnosis aktual Hasil yang diharapkan klient akan :

Berpartisipasi dalam tindakan atau modifikasi lingkungan untuk melindungi diri dan meningkatkan keamanan. Bebas dari tanda2 iskemia serebral( gangguan penglihatan, sakit kepala, perubahan pada mental) Menunjukan kadar faktorpembekuan dan kadar enzim hepar normal.

Intervensi Keperawatan Tindakan Mandiri 1. Kaji adanya masalah SSP ( mis; sakit kepala, peka rangsang ,gangguan penglihatan atau perubahan pada pemeriksaan funduskopi )

17

R/: Edema serebral dan vasokontriksi dapat diev aluasi dari masa perubahan gejala, prilaku atau retina. 2. Tekankan pentingnya klient melaporkan tanda2 dan gejala yang berhubungan dengan SSP. R/: Keterlambatan tindakan atau awitan progresif gejala-gejala yang dapat menga kibatkan kejang tonik-klonik atau eklamsia. 3. Perhatikan purubahan pada tingkat kesadaran. R/: Pada kemajuan HKK vasokonstriksi dan vasospasme pembuluh darah serebral menurunkan konsumsi ogsigen 20% dan mengakibatkan iskemia serebral 4. Kajia tanda2 eklamsia yang akan datang; hiperaktivitas (3+sampai 4+) dari reflek tendon dalam, klonus pergelangan kaki, penurunan nadi dan oernafasan , nyeri epegastrik, dan oliguria (kurang dari 50ml/jam ) . R/: Edema / vasokonstiksi umum, dimanifestasikan oleh masalah SSP berat dan masalah ginjal hepar ,kardiovaskular dan pernapasan mendahului kejang . 5. Implementasi tindakan pencegahan kejang perprotokol. R/: Menurunkan resiko cidera bila kejang terjadi. 6. Pada kejadian kejang , miringkan klient; pasng jalan nafas/blok gigitan bila mulut rileks; berikan oksigen lepaskan pakaian yang ketat ; jangan membatasi gerakan ; dan dokumentasikan masalah motorik , durasi kejang , dan pereilaku pascakejang. R/: Mempertahankan jalan nafas menurunkan resiko aspirasi dan mencegah lidah menyumbat jalan nafas . memaksimalkan oksigenasi . (catatan ; waspada dengan penggunaan jalan nafas / blok gigitan ; jangan mencoba bila rahang keras karena dapat terjadi cidera). 18

Diagnosa Keperawatan 5 Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d masukan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik dan menggantikan kehilangan. Kemungkinan dibuktikan oleh :. Tidak dapat diterapkan adanya tanda2 untuk menegakan diagnosa aktual Hasil yang diharapkan klient akan :

Mengungkapkan pemahaman tentang kebutuhan diet Individu. Mendemonstrasikan pengetahuan diet yag tepat seperti dibuktikan oleh pengembangan terencana diet dengan sumber keuangan seendiri.

Menunjukkan penam bahan berat badan yang tepat. Intervensi Keperawatan Tindakan Mandiri 1. Kaji status nutrisi klient , kondisi rambut dan kuku ,dan tinggi serta berat badan sebelum hamil. R/: membuet pedoman untuk menentukan kebutuhan diet dan pendidikan klien, malnutrisi dapat menjadi faktor pemberat pada awitan HKK, kususny bila klien mengikuti diet rendahprotein , dengan masukan kalori tidak cukup , dan kelebihan berat badan atau kekurangan berat badan 20% atau lebih sebelum hamil. 2. Berikan informasi tentang penambahan berat badan normal pada kehamilan , modifikasi supaya memenuhi kebutuhan klient.

19

R/: Klien dengan berat badan kurang memerlukan diet dengan kalori lebih tinggi . klien gemuk harus menghindari diet karena ini membuat janin menjadi ketosis. 3. Berikan informasi verbal tentang tindakan dan penggunaan proteindan peranya dalam pengembangan HKK. R/: 1,5g/kg masukan setiap hari cukup untuk menghilangkan kehilangan protein dalam urin dan memungkinkan tekanan onkotik serum normal.
4. Berikan informasi mengenai efek tirah baring dan penurunan aktivitas

pada kebutuhan protein. R/: Menurunkan laju metabolisme selama tirah baring dan pembatasan aktivitasmenurunkan kebutuhan protein. Diagnosa Keperawatan 6 Kurang pengetahuan b.d kurangnya pemajanan/ tidak mengenal sumbersumber informasi. Kemungkinan dibuktikan oleh :. Meminta informasi, pernyataan salah konsep, ketidak akuratan mengikuti intruksi, terjadinya komplikasi yang dapat dicegah. Hasil yang diharapkan klient akan : Mengungkapkan pemahaman tentang proses penyakit dan rencana tindakan yang tepat. Mengidentifikasi tanda dan gejala yang memerlukan evaluasi medis. Melakukan prosedur yang diperlukan dengan benar. Melakukan perubahan gaya hidup.

20

Intervensi Keperwatan Tindakan Mandiri 1. Kaji pengetahuan klient / pasangan tentang proses penyakit. Berikan informasi tentang patofisiologi HKK, implikasi terhadap ibu dan janin dan rasional intervensi , prosedur dan tes, sesuai kebutuhan. R/: Membuat data dasar dan memberikan informasi tentang bidang mana yang membutuhkan pembelajaran . penerimaan informasi dapat meningkatkan pemahaman dan menurunkan rasatakut , membantu memudahkan rencana tindakan untuk klien; ( Catatan; penelitian terbaru yang sedang berjalan dapat memberikan pilihan tindakan tambahan, seperti menggunakan aspirin dosis rendah 60g/hr untuk menurunkan generasi tromboksan oleh tromboksit membatasi insiden/beratnya HKK) 2. Berikan informasi tetang tanda dan gejala yang mengindikasikan kondisi yang semakin buruk , dan instruksiksn kapan klient memberi tahu pemberi perawatan kesehatan. R/: Membantu menjamin bahwa klien mencari tindakan pada waktu yang tepat dan mencegah memburuknya status kondisi preeklamsia atau komplikasi tambahan. 3. Pertahankan supaya klient tetap mendapat infor masi tentang kondisi kesehatan, hasil tes dan kesejah teraan janin. R/: Rasa takut dan ansietas dapat menyatu bila klien / pasangan tidak dapat informasi yang adekuat tentang keadaan dari proses penyakitatau dampaknya pada klien dan janin. 4. Tinjau ulang tes sendiri terhadap protein urin . 21

Kuatkan rasional dan implikasi tes. R/: Hasil tes 2 atau lebih besar bermakna dan perlu dilaporkan pada pemberi keperawatan kesehatan . sepesimen urin terkontaminasi oleh rabas vagina atau SDM dapat menghasikan hasil tes positif terhadap protein.

3.1.5 EVALUASI Hasil yang diharapkan pada proses perawatan ibu hamil dengan pre eklampsia adalah sebagai berikut: 1. Tidak terjadi trauma pada ibu atau meminimalkan kejadian trauma pada ibu. 2. Mempertahankan tingkat kesadaran ibu hamil agar selalu tidak turun. 3. Berpartisipasi dalam HE 4. Mempertahankan Efektifitas perfusi jaringan ginjal . 5. Tidak terjadi disstress pada janin 6. Mempertahankan BB normal pada ibu hami 7. Mempertahankan keseimbangan cairan 8. Mempertahankan dan mengatur diit untuk ibu hamil dengan preeklampsia 9. Ibu dan janini tidak mengalami gejala sisa akibat preekampsia 10. Ibu tidak mengalami komplikasi berat 11. Ibu akan melahirkan dalam kondisi optimal tanpa suatu akibat pada kondisi dan penatalaksanaanya.

22

BAB IV PENUTUP 1.1 Kesimpulan Pre eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih ( Rustam Muctar, 1998 ). Preeklampsia merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan di mana

hipertensi terjadi terjadi setelah minggu ke-20 pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal. Preeklampsia merupakan suatu penyakit vasospastik, yang melibatkan banyak sistem dan ditandai oleh hemokonsentrasi, hipertensi dan proteinuria. (Bobak, 2005) 23

Preklampsia berat terutama ditentukan oleh adanya peningkatan

tekanan darah yaitu 160/110 mmHg atau lebih. Dan yang menjadi indicator utama yaitu tekanan darah diastolic oleh karena tekanan diastolic mengukur tahanan perifer dan tak tergantung pada keadaan emosional pasien. Untuk tnda dan gejala pre eklampsia yang lain sebagai tanda dan gejala yang menyertai yang menandakan prognosis menjadi lebih buruk. Diharapkan dengan menegakkan diagnosa yang teapat dapat

meghasilkan suatu hasil yang sesuai dengan kebutuhan ibu hamil dengan gangguan preeklamsia. Masalah-masalah keperawatan yang timbul pada ibu bersalin dengan Pre- Eklampsia berat lebih kompleks, hal ini dikarenakan masalah yang muncul bisa berasal dari patogenesis Pre-Eklampsia itu sendiri maupun dari proses persalinan. Penetapan rencana perawatan yang sesuai dengan masalah yang timbul pada ibu bersalin dengan Pre-Eklampsia berat serta tindakan keperawatan yang efektif untuk mengatasi masalah keperawatan tersebut akan dapat mencegah prognosis yang lebih buruk, yaitu timbulnya kejang. Oleh karenanya diperlukan observasi ketat dan terapi yang tepat serta skill yang professional baik dari dokter maupun perawat. Hal ini mengingat penatalaksanaan yang pada umumnya berakhir dengan tindakan operatif

1.2 Saran Dengan besarnya pengaruh atau komplikasi dari preeklampsi terhadap tingginya tingkat kematian bumil dan janin , sudah selayaknya dilakukan suatu upaya untuk mencegah dan menangani kasus preeklampsi .

24

Keperawatan bumil dengan preeklampsi merupakan salah satu usaha nyata yang dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya komplikasi sebagai akibat lanjut dari preeklampsi tersebut.

DAFTAR PUSTAKA Arif Mansjoer dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1, 2001, Media Aesculapius, FKUI, Jakarta. Bobak, Lowdermik, Jensen. 2005. Buku ajar keperawatan maternitas edisi 4. EGC : Jakarta. Doenges, E. M. 2001. Rencana Perwatan Maternal / Bayi, Pedoman untuk Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien.Edisi 2. Alih Bahasa, Monica Ester, S.Kp. Jakarta : EGC. Mochtar, Rustam, Sinopsis Obstetri, 1998, Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Scott, james R. Obstetri dan ginekologi, 2002, widya medika, jakarta.

25

You might also like